Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

43
Laporan Kasus Tuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116) TINJAUAN PUSTAKA TUBERKULOSIS 1.DEFINISI Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex 1,5,6 . Guideline WHO 2013 membagi definisi Tuberkulosis menjadi : Kasus TB dengan konfirmasi bakteriologis adalah kasus dengan salah satu dari spesimen biologis positif dengan pemeriksaan mikroskopis apusan dahak, biakan atau diagnostik cepat yang telah disetujui oleh WHO ( seperti Xpert MTB/ RIF). Kasus TB diagnosis klinis adalah kasus TB yang tidak dapat memenuhi kriteria konfirmasi bakteriologis walau telah diupayakan maksimal tetapi ditegakkan diagnosis TB aktif oleh klinisi yang memutuskan untuk memberikan pengobatan TB berdasarkan foto thorax abnormal, histologi sugestif dan kasus ekstraparu. Kasus yang ditegakkan diagnosis secara klinis ini bila kemudian didapatkan hasil bakteriologis positif (sebelum dan sesudah pengobatan) harus 1 Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 18 Mei – 23 Juli 2015

description

laporan kasus

Transcript of Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Page 1: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

TINJAUAN PUSTAKA

TUBERKULOSIS

1. DEFINISI Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis complex1,5,6.

Guideline WHO 2013 membagi definisi Tuberkulosis menjadi :

Kasus TB dengan konfirmasi bakteriologis adalah kasus dengan salah satu dari

spesimen biologis positif dengan pemeriksaan mikroskopis apusan dahak, biakan atau

diagnostik cepat yang telah disetujui oleh WHO ( seperti Xpert MTB/ RIF).

Kasus TB diagnosis klinis adalah kasus TB yang tidak dapat memenuhi kriteria

konfirmasi bakteriologis walau telah diupayakan maksimal tetapi ditegakkan diagnosis

TB aktif oleh klinisi yang memutuskan untuk memberikan pengobatan TB berdasarkan

foto thorax abnormal, histologi sugestif dan kasus ekstraparu. Kasus yang ditegakkan

diagnosis secara klinis ini bila kemudian didapatkan hasil bakteriologis positif (sebelum

dan sesudah pengobatan) harus diklasifikasikan kembali sebagai kasus TB dengan

konfirmasi bakteriologis2,3,4.

2. EPIDEMIOLOGIIndonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke – 4 di dunia setelah

India, Cina, Afrika Selatan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,7 %

dari total jumah pasien Tb dunia, dengan setiap tahun ada 450.000 kasus baru dan 65.000

kematian. Penemuan kasus TB apusan dahak basil tahan asam (BTA) positif sejumlah

19.797 pada tahun 20112.

1

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 2: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

3. BIOMOLEKULER M.TuberculosisMycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,

tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6 mm dan panjang

1-4 mm. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks , terdiri dari lapisan lemak cukup

tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. Tuberculosis adalah asam mikolat, lilin

kompleks (complex- waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan

mycobacterium sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan

asam lemak berantai panjang(C60-C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh

ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur pada

dinding sel tersebut menyebabkan M. Tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu tetap tahan

asam terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol1.

4. PATOGENESISPatogenesis TB primer : Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran

napas(droplet nuclei) akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk sarang

primer. Dari sarang primer akan terlihat peradangan saluran getah bening menuju hilus

(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di

hilus ( limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional

dikenal dengan istilah kompleks primer yang dapat sembuh total, sembuh dengan

meninggalkan bekas(sarang Ghon, fibrotik, perkapuran hilus) atau menyebar secara

perkontinuitatum, bronkogen, hematogen dan limfogen.

Patogenesis TB sekunder : Tuberkulosis postprimer dapat muncul bertahun –

tahun setelah tuberkulosis primer. Kuman yang dorman mengalami reaktivasi dan

membentuk sarang dini yang dapat sembuh total , sembuh dengan menimbulkan bekas

atau meluas, membentuk jaringan perkejuan ( jaringan kaseosa)1.

2

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 3: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

5. GAMBARAN KLINIS

Gejala klinik

1. Gejala respiratorik

- Batuk > 2 minggu

- Batuk darah

- Sesak

- Nyeri dada

2. Gejala sistemik

- Demam

- Malaise

- Keringat malam

- Anoreksia, penurunan berat badan

3. Gejala Tb ekstraparu

- Tergantung organ yang terlibat

6. DIAGNOSISDiagnosis TB ditegakkan berdasarkan terdapatnya paling sedikit satu spesimen

konfirmasi M. tuberculosis atau sesuai dengan gambaran histologi TB atau bukti klinis

sesuai TB.

3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 4: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Gambar 1 Algoritma diagnosis TB paru dewasa 2

7. KLASIFIKASITB diklasifikasikan betdasarkan :

- Lokasi anatomi penyakit

- Riwayat pengobatan sebelumnya

- Hasil bakteriologis dan uji resistensi OAT

- Status HIV

4

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 5: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi

- TB Paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau

trakeobronkial.

- TB Ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim

paru seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran genitourinaria,

kulit, sendi dan tulang, selaput otak.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan

- Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau

sudah pernah menelan OAT kurang dari 4 minggu

- Kasus kambuh adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan

lengkap,didiagnosis kembali dengan BTA(+)(apusan atau kultur)

- Kasus putus obat adalah pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan atau

lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturutturut atau

dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan (loss to follow up)

- Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang hasil pemeriksaan

dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau

lebih selama pengobatan.

- Kasus pindah adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki

register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya

- Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. dalam

kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan

masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan

5

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 6: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

c. Klasifikasi berdasarkan hasil bakteriologis dan uji resistensi OAT

- TB PARU BTA POSITIF

2-3 kali BTA SPS positif

1 kali BTA SPS positif foto toraks mendukung gambaran TB Paru

1 kali BTA SPS positif,biakan kuman TB positif

1 atau lebih BTA SPS positif setelah pemeriksaan sebelumnya BTA

SPS negatif sesudah pemberian antibiotika non OAT tidak ada

perbaikan

- TB PARU BTA NEGATIF

3 kali BTA SPS negatif

Foto toraks menunjukkan gambaran TB Paru aktif

Sesudah pemberian antibiotika non OAT tidak ada perbaikan

TB PARU RESISTEN OBAT

Monoresisten : resisten terhadap salah satu OAT, misalnya

resistan isoniazid (H)

Poliresisten : resisten terhadap lebih dari satu OAT,

selain kombinasi isoniazid (H)dan rifampisin (R), misalnya resistan

isoniazid dan etambutol (HE), rifampisin etambutol (RE), isoniazid

etambutol dan streptomisin (HES), rifampisin etambutol dan

streptomisin (RES).

Multi Drug Resistance (MDR): resisten terhadap isoniazid dan

rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya

resistan HR, HRE, HRES.

Extensively Drug Resistance (XDR): TB MDR disertai resistansi

terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu

dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin dan amikasin).

6

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 7: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

TB Resistan Rifampisin (TB RR): Resisten terhadap rifampisin

(monoresistan, poliresistan, TB MDR, TB XDR) yang terdeteksi

menggunakan metode fenotip atau genotip dengan atau tanpa resistan

OAT lainnya

Suspek TB resistan obat adalah semua orang yang mempunyai

gejala TB yang memenuhi satu atau lebih kriteria suspek di bawah ini :

- Pasien TB kronik

- Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan

pengobatan

- Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar

serta

- menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama 1

bulan

- Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal

- Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan

pengobatan.

- Pasien TB kasus kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2

- Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default)

- Suspek TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB

MDR

- Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT

d. Klasifikasi berdasarkan status HIV

Kasus TB dengan HIV positif adalah kasus TB konfirmasi bateriologis

atau klinis yang memiliki hasil positif untuk tes infeksi HIV yang dilakukan

pada saat ditegakkan diagnosis TB atau memiliki bukti dokumentasi bahwa

7

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 8: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

pasien telah terdaftar di register HIV atau obat antiretroviral (ARV) atau

praterapi ARV

Kasus TB dengan HIV negatif adalah kasus TB konfirmasi bateriologis

atau klinis yang memiliki hasil negatif untuk tes infeksi HIV

Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus TB konfirmasi

bakteriologis atau klinis yang tidak memiliki hasil tes HIV dan tidak memiiki

bukti dokumentasi telah terdaftar dalam register HIV2.

8. TATALAKSANATahap awal (intensif)

• Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara

langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

• Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

• Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

• Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu

yang lebih lama

• Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan2

8

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 9: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

9

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 10: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

10

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 11: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Pemantauan Hasil Terapi

KLINIS:

• Anamnesis keluhan

• Pemeriksaan Fisik,BB

BAKTERIOLOGIS MIKROSKOPIS

• Pengobatan Kategori I: Akhir bulan ke-2, ke 5 dan ke 6

• Pengobatan Kategori II: Akhir bulan ke-3,ke 5 dan ke 8

RADIOLOGIS

• Akhir pengobatan

KRITERIA HASIL PENGOBATAN

Sembuh: pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan

apusan dahak ulang (pemantauan pengobatan), hasilnya negatif

 

Pengobatan lengkap: pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap

tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu

pemeriksaan sebelumnya.

 

Meninggal: pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.

 

Putus berobat (default): pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

Gagal: Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada bulan ke lima atau selama pengobatan.

 

Pindah (transfer out): pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan (register)

lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

11

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 12: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

EFEK SAMPING OAT2

12

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 13: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tuan MS

Umur : 27 tahun

No. RM : 707.701

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)

Alamat : Mijen 01/01, Kaliwungu, Kudus

Dirawat di ruang : Melati 2, Bed D5

Status : Pasien BPJS

Masuk RSUD : 16 Mei 2015

Dikasuskan : 20 Mei 2015

Keluar RSUD : 25 Mei 2015

B. ANAMESIS (20 Mei 2015)

Autoanamnesa dengan pasien dan alloanamnesa dengan ayah pasien pada tanggal 20 Mei

2015 di ruang Melati 2 Bed D5

Keluhan utama : Sesak nafas

Keluhan tambahan : Batuk

Riwayat penyakit sekarang:

13

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 14: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Pasien datang ke IGD RSUD Kudus pada tanggal 16 Mei 2015, dengan kondisi

sesak nafas yang memberat beberapa jam sebelumnya. Sesak sudah dirasakan sejak 1

minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan terus menerus dan memberat saat

pasien batuk serta tidak membaik dengan istirahat. Keluhan juga disertai dengan batuk

berdahak berwarna hijau bercampur darah dan demam yang hilang timbul.

Riwayat penyakit dahulu:

Riwayat TB paru diakui

Pasien masih dalam pengobatan TBC paru kurang lebih selama 1,5 bulan. Hasil Sputum

BTA positif tanggal 6 April 2015, hasil foto thorak 7 april 2015 terdapat bercak infiltrat

di bagian apex. Pasien baru kali ini menderita TBc dan selama pengobatan pasien teratur

minum obat.

Riwayat asma disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat sakit ginjal disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat penyakit keluarga:

Riwayat TB paru disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat sakit ginjal disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat kebiasaan:

14

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 15: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Riwayat minum alkohol disangkal

Riwayat penggunaan obat terlarang disangkal

Riwayat merokok disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK (20 Mei 2015)

Keadaan Umum : tampak sakit sedang Kesadaran : compos mentis TD : 90/70 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 24 x/menit meningkat Suhu : 37,9°C meningkat Kulit : pucat(-), sianosis(-), ikterik(-), turgor kulit baik Kepala : Normocephal, rambut terdistribusi merata, tidak mudah

dicabut Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex pupil

(+/+), isokor, diameter 3 mm THT : Otorrhea (-), rinorrhea (-), epistaksis (-) Mulut : Sulcus nasolabialis simetris, bibir kering (-), sianosis (-) Leher : JVP 5+0 cmH2O, trachea di tengah, pembesaran KGB leher

(-), pembesaran tiroid (-) Jantung

o Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V MCLSo Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCLS, tidak kuat angkat, tidak

melebar, thrill tidak adao Perkusi : Batas atas jantung di ICS II SLS

Batas kanan jantung sulit dinilai Batas kiri jantung di ICS V MCLS

o Auskultasi : Suara jantung I-II murni HR : 112 x/mnt, reguler, gallop (-), murmur (-)

ParuDepan Belakang

Inspeksi Sela iga kanan simetris dengan sela iga kiri,Retraksi (-),

Letak dan bentuk vertebrae dan skapula tampak normal

15

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 16: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Pergerakan dinding dada simetris pada posisi statis dan

dinamisPalpasi Stem fremitus kanan dan kiri

sama kuatPerkusi Sonor di kedua lapang paru Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi

Suara napas dasar vesikulerDitemukan suara napas tambahan berupa ronkhi basah halus

Suara napas dasar vesikulerDitemukan suara napas tambahan berupa ronkhi basah halus

AbdomenInspeksi

Kulit Tidak tampak adanya bekas luka, benjolan, striae, maupun pelebaran vena

Umbilikus Tidak tampak adanya inflamasi maupun hernia

Kontur abdomen Simetris, mendatarPeristaltik Di abdomen tidak tampakPulsasi Di epigastrium tidak tampak

AuskultasiBising usus (+) Normal, 21x/menitBruit/desiran Tidak terdengar adanya bruit pada Aorta maupun A.

RenalisPerkusi

Distribusi gas, massa, cairan timpani pada 4 kuadranBatas bawah hepar -Castle sign -Nyeri ketok CVA ginjal -

PalpasiPalpasi superfisial Supel pada ke 4 kuadran abdomen, tidak terdapat

tahananNyeri tekan dan nyeri lepas -Palpasi pada hepar Hepar tidak teraba, nyeri tekan (-)

16

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 17: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Palpasi pada lien Lien tidak terabaPalpasi pada ginjal Ballotement ginjal kanan,kiri tidak teraba

EkstremitasSuperior Inferior

Pembesaran kel.limfe axiler -/- -/-Pembesaran kel.limfe inguinal -/- -/-Edema -/- -/-Sianosis -/- -/-Petechiae -/- -/-Akral Hangat Hangat

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PEMERIKSAAN SPUTUM BTA(6 April 2015)

Sputum 1 : +

Sputum 2 : +

Sputum 3 : ++

2. PEMERIKSAAN FOTO THORAK (7 April 2015)

17

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 18: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Cor: bentuk dan letak normal

Pulmo: Gambaran infiltrat di kedua lapang paru

Kesan: Tuberkulosis Paru aktif

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM (17 Mei 2015)

Darah rutin

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Kesan

Hemoglobin 13.6 g/dL 12 - 15 Menurun

Eritrosit 5.30 jt/ul 4.0 – 5.1 Normal

Hematokrit 45.1 % 36 - 47 Normal

Trombosit 347 10^3/ul 150 - 400 Normal

Lekosit 13.2 x

10^3 /ul

4.0 – 12.0 Meningkat

Netrofil 77.3 % 50-70 % Meningkat

Limfosit 9.0 % 25-40 % Menurun

Monosit 9.0 % 2-8 % Meningkat

Eosinofil 5.4 % 2-4 % Meningkat

Basofil 1.1 % 0-1 % Meningkat

MCV 85.1 fL 79 – 99 fL Normal

MCH 25.7 pg 27.0 – 31.0

pg

Menurun

MCHC 30.2 g/dL 33.0 – 37.0 Menurun

RDW 20.0 % 10.0 – 15.0 Meningkat

MPV 8.0 fL 6.5 – 11.0 Normal

PDW 7.8 fL 10.0 – 18.0 Menurun

B. PROBLEM

18

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 19: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Daftar masalah

1. Sesak nafas

2. Batuk dahak kekuningan bercampur darah

3. Demam (Suhu 37,9°C)

4. Laju napas meningkat (24x/menit)

5. Ronkhi basah halus di kedua lapang paru

6. Nilai hemoglobin, limfosit, MCH, MCHC, PDW menurun

7. Nilai lekosit, netrofil, eosinofil, basofil, RDW meningkat

8. Foto thorax: Tuberkulosis paru aktif

Initial Assessment

Tuberkulosis Paru kasus baru dalam pengobatan

Gangguan hemodinamik

Plan Diagnostik

Sputum BTA ulang

Rontgen Thorax

Cek darah rutin

Plan therapy

Oksigen 2 L (kanul nasal)

Lanjutkan OAT (Isoniazid 300mg, Rifampisin 450 mg, Pirazinamid 500mg, Etambutol 250

mg tiap hari selama 56 hari & Isoniazid 300 mg, Rifampisin 450 mg 3 kali dalam seminggu

selama 16 minggu)

Ambroxol 30 mg 3x 1 PO

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Paracetamol 500 mg 3x1 jika suhu > 38,5oC

19

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 20: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Plan Monitoring

Keluhan subjektif

Tanda-tanda vital( Tekanan darah, Nadi, Suhu , RR)

Pemeriksaan fisik

Sputum BTA ulang akhir bulan ke 2, bulan ke 5 dan bulan ke 6 pengobatan

Foto Rontgen Thorax ulang akhir pengobatan

Cek darah rutin tiap 1 minggu

Uji Resistensi OAT jika pada bulan kedua dan ketiga BTA tetap positif

Plan Edukasi

Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya, cara pengobatan , lama

pengobatan dan keteraturan minum obat.

Menjelaskan kepada pasien untuk mengenakan masker dan menjelaskan cara batuk yang

benar.

Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis penyakit kepada pasien

Menjelaskan tentang tindakan atau pemeriksaan yang akan dilakukan selanjutnya

Menjelaskan tentang pentingnya ventilasi yang baik di rumah pasien

Menjelaskan tentang pentingnya melakukan pengecekan dini TBC kepada orang orang

yang berkontak dengan pasien dan memiliki keluhan yang sama.

C. CATATAN KEMAJUAN

Rabu, 20 Mei 2015

20

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 21: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

S : Sesak nafas disertai batuk berdahak kekuningan bercampur darah

O :

Keadaan umum : tampak sesak

Kesadaran : compos mentis

TD : 90/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular

RR : 24 x/menit meningkat

Suhu : 37,9°C (aksila) meningkat

Paru

Depan Belakang

Inspeksi - Retraksi interkostal (-)

- Pergerakan dinding dada

simetris pada posisi statis

dinamis

- Letak dan bentuk vertebrae dan

skapula tampak normal

Palpasi - stem fremitus sama kuat antara

paru kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris

kanan dan kiri

- stem fremitus sama kuat antara paru

kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris kanan dan

kiri

Perkusi - Sonor di kedua lapang paru - Sonor di kedua lapang paru

Auskultas

i

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas

tambahan berupa ronkhi basah

halus di bagian paru kanan dan

kiri

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus di bagian

paru kanan dan kiri

A : Tuberkulosis paru

P : Terapi

Oksigen 2L (kanul nasal)

21

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 22: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Lanjutkan OAT

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Ambroksol 30 mg 3x1 PO

Kamis, 21 Mei 2015

S : Sesak nafas disertai batuk berdahak kekuningan bercampur darah

O :

Keadaan umum : tampak sesak

Kesadaran : compos mentis

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,8°C (aksila)

Paru

Depan Belakang

Inspeksi - Retraksi interkostal (-)

- Pergerakan dinding dada

simetris pada posisi statis

dinamis

- Letak dan bentuk vertebrae dan

skapula tampak normal

Palpasi - stem fremitus sama kuat antara

paru kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris

kanan dan kiri

- stem fremitus sama kuat antara paru

kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris kanan dan

kiri

Perkusi - Sonor di kedua lapang paru - Sonor di kedua lapang paru

Auskultas

i

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas

tambahan berupa ronkhi basah

halus di bagian paru kanan dan

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus di bagian

paru kanan dan kiri

22

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 23: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

kiri

A : Tuberkulosis paru

P : Terapi

Oksigen 2L (kanul nasal)

Lanjutkan OAT

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Ambroksol 30 mg 3x1 PO

Jumat, 22 Mei 2015

S : Sesak nafas disertai batuk berdahak kekuningan bercampur darah

O :

Keadaan umum : tampak sesak

Kesadaran : compos mentis

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 81 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular

RR : 20 x/menit

Suhu : 37,2°C (aksila)

Paru

Depan Belakang

Inspeksi - Retraksi interkostal (-)

- Pergerakan dinding dada

simetris pada posisi statis

dinamis

- Letak dan bentuk vertebrae dan

skapula tampak normal

Palpasi - stem fremitus sama kuat antara

paru kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris

kanan dan kiri

- stem fremitus sama kuat antara paru

kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris kanan dan

kiri

Perkusi - Sonor di kedua lapang paru - Sonor di kedua lapang paru

23

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 24: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Auskultas

i

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas

tambahan berupa ronkhi basah

halus di bagian paru kanan dan

kiri

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus di bagian

paru kanan dan kiri

A : Tuberkulosis paru

P : Terapi

Oksigen 2L (kanul nasal)

Lanjutkan OAT

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Ambroksol 30 mg 3x1 PO

Sabtu , 23 Mei 2015

S : Sesak nafas disertai batuk berdahak putih kekuningan

O :

Keadaan umum : tampak sesak

Kesadaran : compos mentis

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular

RR : 22 x/menit

Suhu : 36,7°C (aksila)

Paru

Depan Belakang

Inspeksi - Retraksi interkostal (-)

- Pergerakan dinding dada

simetris pada posisi statis

dinamis

- Letak dan bentuk vertebrae dan

skapula tampak normal

24

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 25: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Palpasi - stem fremitus sama kuat antara

paru kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris

kanan dan kiri

- stem fremitus sama kuat antara paru

kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris kanan dan

kiri

Perkusi - Sonor di kedua lapang paru - Sonor di kedua lapang paru

Auskultas

i

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas

tambahan berupa ronkhi basah

halus di bagian paru kanan dan

kiri

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus di bagian

paru kanan dan kiri

A : Tuberkulosis paru

P : Terapi

Oksigen 2L (kanul nasal)

Lanjutkan OAT

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Ambroksol 30 mg 3x1 PO

Minggu, 24 Mei 2015

S : Sesak nafas disertai batuk berdahak putih kekuningan

O :

Keadaan umum : tampak sesak

Kesadaran : compos mentis

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular

RR : 23 x/menit

Suhu : 36,9°C (aksila)

Paru

25

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 26: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Depan Belakang

Inspeksi - Retraksi interkostal (-)

- Pergerakan dinding dada

simetris pada posisi statis

dinamis

- Letak dan bentuk vertebrae dan

skapula tampak normal

Palpasi - stem fremitus sama kuat antara

paru kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris

kanan dan kiri

- stem fremitus sama kuat antara paru

kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris kanan dan

kiri

Perkusi - Sonor di kedua lapang paru - Sonor di kedua lapang paru

Auskultas

i

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas

tambahan berupa ronkhi basah

halus di bagian paru kanan dan

kiri

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus di bagian

paru kanan dan kiri

A : Tuberkulosis paru

P : Terapi

Oksigen 2L (kanul nasal)

Lanjutkan OAT

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Ambroksol 30 mg 3x1 PO

Senin, 25 Mei 2015

S : Sesak nafas disertai batuk berdahak kekuningan bercampur darah

O :

Keadaan umum : tampak sesak

Kesadaran : compos mentis

26

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 27: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit, isi dan tegangan cukup, regular

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,6°C (aksila)

Paru

Depan Belakang

Inspeksi - Retraksi interkostal (-)

- Pergerakan dinding dada

simetris pada posisi statis

dinamis

- Letak dan bentuk vertebrae dan

skapula tampak normal

Palpasi - stem fremitus sama kuat antara

paru kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris

kanan dan kiri

- stem fremitus sama kuat antara paru

kanan dengan paru kiri

- pergerakan napas simetris kanan dan

kiri

Perkusi - Sonor di kedua lapang paru - Sonor di kedua lapang paru

Auskultas

i

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas

tambahan berupa ronkhi basah

halus di bagian paru kanan dan

kiri

- Suara dasar vesikuler di kedua

lapang paru

- Ditemukan suara napas tambahan

berupa ronkhi basah halus di bagian

paru kanan dan kiri

A : Tuberkulosis paru

P : Terapi

Oksigen 2L (kanul nasal)

Lanjutkan OAT

Cefotaksim 500 mg 3x1 IV

Ambroksol 30 mg 3x1 PO

(Pasien pulang )

27

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 28: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

Pembahasan

Pada pasien laporan kasus ini, didapatkan infeksi M. Tuberculosis dengan hasil apusan

basil tahan asam (BTA) positif dan foto rontgen thorak yang mendukung. Gejala klinis dan

pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien ini juga sesuai dengan tinjauan pustaka,

28

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 29: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

yaitu batuk > 2 minggu, suara nafas tambahan ronkhi basah kasar di apeks kedua lapang

paru, hasil BTA positif dan infiltrat di kedua lapang paru pada rontgen thorax

Pada kasus ini, pasien diterapi dengan melanjutkan OAT dan terapi simtomatis

sebagaimana pedoman yang dikeluarkan WHO dan Kemenkes . Hal ini sesuai dengan

tatalaksana utama DOTS (directly observed treatment, short course) adalah dengan

melakukan pemberian OAT kategori pertama dengan monitoring hasil sputum BTA bulan

kedua , kelima dan keenam pengobatan serta mempertimbangkan pengecekan resistensi

OAT apabila pada bulan kedua dan ketiga pengecekan BTA masih positif dan foto rontgen

thorax di akhir bulan pengobatan sebagai pendukung.

Daftar Pustaka

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman diagnosis dan

penatalaksaan di Indonesia. 2006

29

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015

Page 30: Johan Laporan Kasus Dr Luluk, Sp.P

Laporan KasusTuberkulosis Paru Kasus Baru dengan Gangguan Hemodinamik Johan (406148116)

2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana

Tuberkulosis. 2013

3. World Health Organization. Definition and reporting for tuberculosis 2013 revision.

Geneva: WHO Press. 2010

4. World Health Organization. Treatment of tuberculosis: guidelines, 4th ed. Geneva: WHO

Pres. 2010

5. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al, editors. Harrison’s Principle of Internal

Medicine 18th edition : Chapter 165 : Tubeculosis. McGraw-Hill: 2012

6. Sudoyo ,Aru W, Bambang Setiyohadi, dll. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi

ke V. Departmen Penyakit Dalam FK UI : 2009

30

Kepaniteraan Ilmu Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 18 Mei – 23 Juli 2015