Joglo Pos Edisi IV Tahun XII

4
EDISI IV/ TAHUN XII/ 28 SEPTEMBER - 12 OKTOBER 2012 1 GRATIS! Diproduksi oleh UPT Humas Undip Dapatkan di: Rektorat, Widya Puraya, Perpustakaan masing-masing jurusan, PKM Tembalang, Dekanat, Masjid Teknik, Masjid Kampus, dan Kantor Redaksi LPM Manunggal. Ilham/Manunggal Fasilitas SEU Kurang, Antri pun Jadi Service English Unit (SEU) adalah badan di bawah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang melayani bimbingan serta Test of English as a Foreign Language (TOEFL). Fasilitas yang belum memadai menyebabkan SEU memberlakukan sistem antri bagi pendaftar, bahkan bisa 2 sampai 3 bulan. Beberapa mahasiswa Undip sedang melihat jadwal tes TOEFL di Kantor SEU Pleburan Jumat (22/9). Pendaftar tes TOEFL biasanya membludak saat mendekati periode wisuda. Sejak berdiri tahun 1989, SEU merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bahasa asing Un- dip. Statusnya berubah pada tahun 2011 men- jadi badan di bawah FIB. Sebenarnya SEU sudah memiliki ruang kelas, laboratorium bahasa, dan aula untuk kegiatan bimbingan dan tes TOEFL. Laboratorium bahasa berkapasitas 24 orang dan aula berkapasitas 60 orang dijadikan tempat tes TOEFL setiap dua kali seminggu. Namun fasilitas tersebut masih dirasa kurang mengin- gat banyaknya mahasiswa yang mendaftar. Tiap seminggu pendaftar tes TOEFL rata-rata menca- pai 75 orang. Jumlah tersebut bisa membludak 200 sampai 250 pendaftar menjelang periode wisuda. Sertifikat TOEFL yang dikeluarkan oleh SEU merupakan satu-satunya sertifikat yang diakui Undip sebagai salah satu syarat kelulusan ma- hasiswa. Hal ini sudah menjadi aturan setiap uni- versitas harus memiliki pelayanan TOEFL yang nantinya digunakan dalam lingkup universitas itu sendiri. Dewi Murni, Kepala SEU, menyatakan ter- batasnya ruangan dan membludaknya pendaftar sehingga diberlakukan sistem antri. “Berbagai upaya sudah SEU lakukan untuk mengatasi ke- terbatasan ruangan. Diantaranya yaitu membuat jadwal tes dua kali dalam seminggu. Dan solusi lain yaitu pendaftar disarankan mengantri. Jadi saat ada peserta yang tidak hadir, tempatnya lang- sung digantikan oleh pendaftar yang mengantri tadi,” jelasnya. Selain terbatasnya ruangan, sarana dalam pelaksanaan tes TOEFL juga sering dikeluhkan. Bagus Prasojo, mahasiswa Jurusan Akuntansi, mengatakan suara dari headset terdengar tidak jernih sehingga mengganggu kelancaran tes. Se- lain itu, pengeras suara tidak terdengar jelas dan pemutar audio masih menggunakan kaset pita. “Fasilitas SEU masih kuno, harap dimodernkan dong,” celetuknya. Hal itu juga dirasakan Florika Perdana Sari, mahasiswi alumni Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak yang mengaku antri sekitar 2 sampai 3 bulan untuk dapat tempat tes TOEFL di SEU. “Terkadang ada alat bantu pendengaran yang ru- sak jadi sedikit mengganggu kelancaran tes. Saya rasakan pelayanan di SEU kurang. Saran saya, mungkin fasilitasnya diperbaiki supaya peserta tes TOEFL nyaman dan ketepatan jadwal keluar nilai dan sertifikat terkadang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, malahan molor. Kasihan buat peserta tes yang rumahnya jauh dan harus bolak- balik hanya untuk mendengar janji,” keluhnya Letak SEU yang masih di Pleburan juga dikeluhkan berbagai pihak. Arido Laksono SS MHum, dosen Jurusan Sastra Inggris sekaligus pengajar di SEU, mengatakan gedung SEU di Ple- buran kurang efisien bagi mahasiswa yang akan mengikuti bimbingan maupun tes TOEFL SEU. “Harusnya SEU disediakan gedung tersendiri di Undip Tembalang, karena fasilitas SEU yang berada di Undip Pleburan kurang memadai. Lagi pula jangkauannya cukup jauh bagi mahasiswa yang sebagian besar berada di kampus Undip Tembalang,” paparnya. Arido menambahkan, SEU membutuhkan pengajar independen supaya lebih efektif kare- na dapat sepenuhnya di SEU. Selama ini tenaga pengajar SEU berasal dari dosen-dosen Jurusan Sastra Inggris. Arido berharap supaya ada sum- ber daya manusia yang memadai sehingga dapat mengelola laboratorium bahasa yang ada di SEU. Menanggapi keluhan diatas, Dewi me- nyatakan, pada tahun 2013 akan dilakukan pe- ngadaan alat bantu pendengaran di laboratorium bahasa. “Rencananya kami akan melakukan pe- ngadaan alat bantu pendengaran di laboratorium. Tapi menunggu lelang dari FIB dulu sekitar bulan April. SEU di Undip Pleburan akan dipindah ke bekas gedung Fakultas Perikanan dan Kelautan Pleburan. Tapi menunggu renovasi dulu. Ren- cananya mulai oktober 2012 akan dilakukan re- novasi gedung.” paparnya. (Monaliza)

description

Dapatkan di Rektorat, Widya Puraya, Perpustakaan masing-masing jurusan, PKM Tembalang, Dekanat, Masjid Teknik, Masjid Kampus, dan Kantor Redaksi LPM Manunggal. Gratis!

Transcript of Joglo Pos Edisi IV Tahun XII

Page 1: Joglo Pos Edisi IV Tahun XII

EDISI IV/ TAHUN XII/ 28 SEPTEMBER - 12 OKTOBER 2012 1

GRATIS!Diproduksi oleh UPT Humas Undip

Dapatkan di: Rektorat, Widya Puraya, Perpustakaan masing-masing jurusan, PKM Tembalang, Dekanat, Masjid Teknik, Masjid Kampus, dan Kantor Redaksi LPM Manunggal.

Ilham/Manunggal

Fasilitas SEU Kurang, Antri pun JadiService English Unit (SEU)

adalah badan di bawah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang

melayani bimbingan serta Test of English as a Foreign Language (TOEFL). Fasilitas yang belum memadai menyebabkan SEU memberlakukan sistem antri bagi pendaftar, bahkan bisa 2

sampai 3 bulan.

Beberapa mahasiswa Undip sedang melihat jadwal tes TOEFL di Kantor SEU Pleburan Jumat (22/9). Pendaftar tes TOEFL biasanya membludak saat mendekati periode wisuda.

Sejak berdiri tahun 1989, SEU merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bahasa asing Un-dip. Statusnya berubah pada tahun 2011 men-jadi badan di bawah FIB. Sebenarnya SEU sudah memiliki ruang kelas, laboratorium bahasa, dan aula untuk kegiatan bimbingan dan tes TOEFL. Laboratorium bahasa berkapasitas 24 orang dan aula berkapasitas 60 orang dijadikan tempat tes TOEFL setiap dua kali seminggu. Namun fasilitas tersebut masih dirasa kurang mengin-gat banyaknya mahasiswa yang mendaftar. Tiap seminggu pendaftar tes TOEFL rata-rata menca-pai 75 orang. Jumlah tersebut bisa membludak 200 sampai 250 pendaftar menjelang periode wisuda.

Sertifikat TOEFL yang dikeluarkan oleh SEU merupakan satu-satunya sertifikat yang diakui Undip sebagai salah satu syarat kelulusan ma-hasiswa. Hal ini sudah menjadi aturan setiap uni-versitas harus memiliki pelayanan TOEFL yang nantinya digunakan dalam lingkup universitas itu sendiri.

Dewi Murni, Kepala SEU, menyatakan ter-batasnya ruangan dan membludaknya pendaftar sehingga diberlakukan sistem antri. “Berbagai upaya sudah SEU lakukan untuk mengatasi ke-terbatasan ruangan. Diantaranya yaitu membuat jadwal tes dua kali dalam seminggu. Dan solusi lain yaitu pendaftar disarankan mengantri. Jadi saat ada peserta yang tidak hadir, tempatnya lang-sung digantikan oleh pendaftar yang mengantri tadi,” jelasnya.

Selain terbatasnya ruangan, sarana dalam pelaksanaan tes TOEFL juga sering dikeluhkan. Bagus Prasojo, mahasiswa Jurusan Akuntansi, mengatakan suara dari headset terdengar tidak

jernih sehingga mengganggu kelancaran tes. Se-lain itu, pengeras suara tidak terdengar jelas dan pemutar audio masih menggunakan kaset pita. “Fasilitas SEU masih kuno, harap dimodernkan dong,” celetuknya.

Hal itu juga dirasakan Florika Perdana Sari, mahasiswi alumni Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak yang mengaku antri sekitar 2 sampai 3 bulan untuk dapat tempat tes TOEFL di SEU. “Terkadang ada alat bantu pendengaran yang ru-sak jadi sedikit mengganggu kelancaran tes. Saya rasakan pelayanan di SEU kurang. Saran saya, mungkin fasilitasnya diperbaiki supaya peserta tes TOEFL nyaman dan ketepatan jadwal keluar nilai dan sertifikat terkadang tidak sesuai dengan yang dijanjikan, malahan molor. Kasihan buat peserta tes yang rumahnya jauh dan harus bolak-balik hanya untuk mendengar janji,” keluhnya

Letak SEU yang masih di Pleburan juga dikeluhkan berbagai pihak. Arido Laksono SS MHum, dosen Jurusan Sastra Inggris sekaligus pengajar di SEU, mengatakan gedung SEU di Ple-buran kurang efisien bagi mahasiswa yang akan mengikuti bimbingan maupun tes TOEFL SEU.

“Harusnya SEU disediakan gedung tersendiri di Undip Tembalang, karena fasilitas SEU yang berada di Undip Pleburan kurang memadai. Lagi pula jangkauannya cukup jauh bagi mahasiswa yang sebagian besar berada di kampus Undip Tembalang,” paparnya.

Arido menambahkan, SEU membutuhkan pengajar independen supaya lebih efektif kare-na dapat sepenuhnya di SEU. Selama ini tenaga pengajar SEU berasal dari dosen-dosen Jurusan Sastra Inggris. Arido berharap supaya ada sum-ber daya manusia yang memadai sehingga dapat mengelola laboratorium bahasa yang ada di SEU.

Menanggapi keluhan diatas, Dewi me-nyatakan, pada tahun 2013 akan dilakukan pe-ngadaan alat bantu pendengaran di laboratorium bahasa. “Rencananya kami akan melakukan pe-ngadaan alat bantu pendengaran di laboratorium. Tapi menunggu lelang dari FIB dulu sekitar bulan April. SEU di Undip Pleburan akan dipindah ke bekas gedung Fakultas Perikanan dan Kelautan Pleburan. Tapi menunggu renovasi dulu. Ren-cananya mulai oktober 2012 akan dilakukan re-novasi gedung.” paparnya. (Monaliza)

Page 2: Joglo Pos Edisi IV Tahun XII

Mahasiswa Undip memanfaatkan serambi Masjid Kampus Undip untuk berkumpul, Selasa (25/9). Kegiatan ini dikeluhkan karena menimbulkan kegaduhan.

2

Salam dari Joglo

Tuntutan Maju dengan Fasilitas Minim

Masjid Kampus Jadi Tempat BerkumpulMasjid Kampus (Maskam)Undip sejatinya dibangun

sebagai sarana ibadah. Kini fungsinya bertambah menjadi tempat berkumpul mahasiswa. Aktifitas ini telah mengganggu

kenyamanan pengunjung yang akan beribadah di masjid

kampus.

Ilham/Manunggal

Cita-cita Undip untuk menjadi World Class University (WCU) perlu dipertanyakan. Masih banyak pekerjaan rumah untuk menuju cita-cita tersebut. Mulai dari fasilitas yang kurang mema-dai, lingkungan kampus yang kurang nyaman, sampai kurangnya perhatian terhadap kegiatan mahasiswa. Paling tidak hal-hal tersebut tersaji dalam Joglo Pos edisi 4 ini.

Dalam menuju WCU, Undip seharusnya mempunyai fasilitas yang memadai dalam pe-nyelenggaraan bimbingan dan tes Test of Eng-lish as a Foreign Language (TOEFL). Namun kenyataannya, fasilitas yang dimiliki Service English Unit (SEU) sebagai penyelenggara

bimbingan dan tes TEOFL di Undip masih jauh dari kata sempurna. Banyak keluhan baik itu dari mahasiswa, pengajar, bahkan dari pengelolanya sendiri. Apalagi, SEU adalah satu-satunya pe-nyelenggara tes TOEFL yang sertifikatnya diakui sebagai syarat kelulusan mahasiswa Undip.

Tidak cuma sampai disitu, penyediaan sa-rana dan prasarana dalam menunjang kegiatan akademik mahasiswa juga dirasa kurang. Masjid Kampus yang seyogyanya sebagai tempat ibadah, fungsinya bertambah sebagai tempat berkumpul untuk mengerjakan tugas. Alasannya, minimnya tempat yang nyaman di kampus untuk melakukan kegiatan tersebut.

Selama ini mahasiswa selalu dituntut untuk berprestasi baik akademik maupun non-aka-demik. Namun, apakah hal tersebut akan terca-pai tanpa fasilitas yang memadai? Kuncoro dan Diah membuktikan, walaupun dengan fasilitas seadanya mereka dapat meraih prestasi. Tapi, apakah hal ini yang diharapkan pihak universitas, yaitu dengan biaya minimal dapat menghasilkan prestasi maksimal? Semoga saja tidak.

Tidak dipungkiri lagi, masalah yang perlu dihadapi untuk mencapai cita-cita WCU tidak sedikit. Perlu tindakan nyata dari seluruh sivi-tas akademika Undip untuk mencapai cita-cita tersebut. (Redaksi)

Pemandangan seperti ini hampir terjadi se-tiap hari di Maskam. Dwi Putro, Takmir Maskam, menjelaskan banyaknya mahasiswa berkumpul di area masjid kampus karena minimnya area di sekitar kampus Undip yang bisa dijadikan sebagai tempat berkumpul. Selain itu, fasilitas yang ada juga kurang memadai sehingga banyak maha-siswa yang menjadikan masjid kampus sebagai alternatif tempat berkumpul.

Putro mengeluhkan banyaknya mahasiswa yang mengerjakan tugas di area Maskam. Maha-siswa yang mengerjakan tugas disini, sering gaduh saat jam shalat tiba sehingga pengujung masjid yang hendak beribadah merasa terganggu. Selain kegaduhan yang ditimbulkan, warga sekitar juga mengeluhkan adab, perilaku dan cara berpakaian mahasiswa. Takmir masjid juga mendapat teguran dari dosen pembimbing takmir dan warga sekitar atas kejadian ini.

Hal ini sudah terjadi dalam dalam kurun waktu dua tahun ini. Rata-rata mahasiswa berkumpul di masjid kampus mulai pukul tiga sore hingga pukul sembilan malam. Jumlah mahasiswa yang berkumpul bisa mencapai kira-kira dua ratus sehingga memenuhi serambi hingga halaman masjid.

Siti Rukayah, salah satu pengunjung masjid, mengatakan kegaduhan yang ditimbulkan oleh mahasiswa yang mengerjakan tugas mengganggu aktivitasnya di masjid. “Merasa terganggu sekali ya, soalnya waktu kajian dan shalat berjamaah masih ada suara bising di luar, jadi mengganggu fokus kita waktu beraktivitas di dalam masjid,” jelasnya. Siti mengharapkan para mahasiswa dapat menghargai dan tidak mengganggu pen-gunjung yang sedang melaksanakan aktivitasnya di dalam masjid.

Putro menjelaskan, sebenarnya kegiatan ber-kumpul dan mengerjakan tugas di area masjid ini tidak dilarang. Hanya saja, mahasiswa diharapkan dapat mematuhi tata tertib yang diberikan oleh Takmir Masjid. Seperti saat waktu shalat tidak gaduh dan mengikuti kegiatan shalat berjamaah. Untuk putri hanya sampai pukul sembilan malam serta menjaga etika dan sopan santun di lingku-ngan masjid. “Sebenarnya dari pihak takmir sendiri tidak apa-apa asalkan mematuhi peraturan yang ada. Pihak takmir juga telah memberi tahu peraturan tersebut. Hanya saja karena setiap hari orang yang mengerjakan tugas di masjid berganti-ganti, jadi pelanggaran tetap terjadi,” paparnya.

Tempat StrategisJuhnizar dan Danugra, mahasiswa Jurusan

Teknik Kimia angkatan 2012 yang mengerjakan tugas di area Maskam, mengatakan kegiatan tersebut mereka lakukan atas inisiatif sendiri. Letak Maskam yang strategis dan dekat dengan tempat kos mereka. “Karena kami juga tidak bo-leh mengerjakan tugas di lingkungan kampus,

maka kami memilih untuk mengerjakan di area masjid kampus karena tempatnya yang luas dan strategis,” jelas Juhnizar.

Hal senada juga dilontarkan Nabilah, ma-hasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang mengadakan diskusi kelompok di area serambi masjid. Ia mengatakan, selain tempat yang stra-tegis, menurutnya Maskam adalah satu-satunya tempat yang nyaman untuk berkumpul di ling-kungan Undip. Selain itu, menurutnya sudah merupakan tradisi untuk menjadikan Maskam sebagai area berkumpul dan mengerjakan tugas.

Mengenai gangguan dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh aktivitas berkumpul, Nabilah juga mengakuinya, tetapi Ia berusaha mentaati peraturan yang ada sehingga tidak menggang-gu aktivitas pengunjung yang akan beribadah. “Merasa mengganggu sih iya, tapi kita udah anti-sipasi dengan mentaati peraturan yang ada,” tam-bahnya. Ia mengharapkan Undip dapat membuat satu area tersendiri untuk mahasiswa berkumpul dan mengerjakan tugas, sehingga tempat berkum-pul tidak lagi terpusat di Maskam. (Azzahra)

EDISI IV/ TAHUN XII/ 28 SEPTEMBER - 12 OKTOBER 2012

Page 3: Joglo Pos Edisi IV Tahun XII

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelindung: Prof Drs. Sudharto P. Hadi, MES., Ph.D. Penasehat: Prof. Dr. dr. Hertanto W. Subagio, M.S., Sp.GK., Dr. Mohammad Chabachib, M.Si, Akt, Drs. Warsito, S.U., Prof. dr. Sultana, Ph.D., Dr Adi Nugroho, Agus Naryoso, S.Sos Pemimpin Umum: Hasan Anwar Sekretaris Umum: Restu Wardani Pemimpin Redaksi: Arnindya Kanti Prasasti Pemimpin Litbang: Ifam Taldery Pemimpin Perusahaan: Ernita Manik Sekretaris Redaksi: Taufiq Bagus Prasojo Redaktur Pelaksana: Didi Adi Saputro Staf Redaksi: Dinda Cahya Intan Mutiara, Monaliza Sekar Rini, Puji Prasetyaningsih, Azzahra Noor Hawa Al Hadawiyah, Yohanes Ricky Basuki. Redaktur Fotografi: Ilham Prasetyo Staf Fotografi: I. Vellayati Widjaja, Destiya Hardikayanti Redaktur Artistik: May Trio Vimeris Staf Artistik: Alvita Rachma Devi, Dian Ayu Nurul Ihsani, Nabila Nailatus S. Manajer Iklan: M. Fakhrulzami K. P. Staf Iklan: Andika Galuh Kumala, Kuni Zakiyah, Yuyun Octaviani B., Robert Fredo Manajer Rumah Tangga: Sofie Dwi R.A. Manajer Produksi dan distribusi: Genda Priherdika Produksi dan distribusi: Raden Bima, Devy Dwioktaviani, Adkha Iriani Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Universitas Diponegoro Jln. Imam Bardjo, SH No.2 Semarang 50241 Telp: (024) 8446003 email: [email protected]

website: www.manunggal.undip.ac.id

Masukkan agenda anda lewat e-mail: [email protected]

3

BreakPrabowo Subianto Isi Studium Generale

AgendaHimpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip menyelenggarakan ENFUTION (Entrepreneurship for Future Innovation) pada 28, 29, dan 30 September 2012 yang terdiri dari dua rangkaian acara yaitu National Business Plan Competition dan Seminar Nasional.

SEMARANG – Bertempat di Gedung Soe-darto, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip men-gundang Letjen (Purn) TNI Prabowo Subianto sebagai pembicara dalam Studium Generale ber-tajuk “Revitalisasi Nasional Sebagai Landasan untuk Membangun Indonesia Baru Abad XXI”, Selasa (11/9). Menurut Etha Farida, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB, acara ini merupakan salah satu rangkaian acara pe-rayaan Dies Natalis FIB Undip yang ke-47 dan Undip yang ke-55.

Acara yang dihadiri oleh sekitar 1.300 orang ini diawali dengan sambutan Dekan FIB, Dr Agus Maladi Irianto MA. Dalam sambutannya, Agus menuturkan tentang alasan mengapa Prabowo Subianto dipilih sebagai pembicara dalam studi-um generale kali ini. “Sebagai tradisi Fakultas Ilmu Budaya untuk mengembangkan bidang-bidang di luar kebudayaan, seperti sosial, politik, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak ada salahnya jika mengundang tokoh nasional untuk berbicara tentang kebudayaan,” tuturnya.

Usai Dekan FIB memberikan sambutannya, giliran Rektor Undip, Prof Sudharto P Hadi PhD memberikan sambutan sekaligus membuka aca-ra ini. Selanjutnya, dosen Jurusan Sejarah FIB Undip, Drs. Danang Respati Puguh, M. Hum, membacakan tiga Tembang Macapat, yakni Si-nom, Kinanthi, dan Maskumambang.

Setelah itu, ceramah dan diskusi bersama Prabowo Subianto pun dimulai. “Saya merasa

wajib sebagai anak bangsa untuk memberikan pandangan saya,” tutur Prabowo sebelum memu-lai ceramahnya. Dalam acara kali ini, Prabowo memberikan ceramahnya dengan judul “Masa Depan Indonesia - Bunga Rampai Permasalahan Bangsa”.

Menurut Prabowo, Indonesia mempunyai kelemahan budaya, yaitu cenderung lebih bangga pada budaya bangsa asing. “Anak muda lebih me-milih untuk membeli produk-produk asing atau merk-merk dari luar negeri meski sama dengan produk negeri sendiri, hanya beda merk,” ung-kapnya.

Acara pun dilanjutkan dengan diskusi ber-sama Prabowo Subianto. Dalam diskusi kali ini, Prabowo menegaskan bahwa kita tidak mungkin menjadi orang yang anti-bangsa asing. “Hubu-ngan antar-bangsa bagaikan hukum rimba, yang harus kita lakukan adalah meningkatkan daya tahan kita,” jelasnya. Di akhir sesi diskusi, Prabowo kembali meneriakkan kalimat “You are the future of our nation”.

Di tengah acara, beberapa mahasiswa sempat berteriak dan membentangkan spanduk bertulis-kan “Mahasiswa Undip Menolak Lupa”. Me-nyadari hal itu, Prabowo pun berkomentar, “Ya, tidak apa-apa. Sah-sah saja. negara kita, negara demokrasi”. Menanggapi kejadian tersebut, Etha mengakui pihak panitia yang dibantu oleh Resimen Mahasiswa (Menwa) kecolongan. Pa-salnya, pihaknya telah melakukan pengawasan

ketat mulai dari pintu masuk. Untungnya, Menwa yang berjaga di dalam ruangan dengan sigap dapat mengamankan para demonstran.

Acara ini pun ditutup dengan persembahan lagu dari Paduan Suara Mahasiswa FIB, sambu-tan penutupan dari Dekan FIB, dan penyerahan kenang-kenangan dari Dekan FIB untuk Prabo-wo Subianto dan sebaliknya. Bayu Yohan Nur Amanda, salah seorang mahasiswi Sastra Inggris yang menghadiri acara ini berharap ke depannya FIB dapat menyelenggarakan acara seperti ini kembali. Ia mengaku senang mengikuti acara ini meskipun sempat dilarang masuk oleh panitia karena tidak ada kursi kosong yang tersisa di dalam ruangan. (Nina/Manunggal)

Pembaca yang ingin menyampaikan komentar, keluhan, kritik, atau saran

seputar persoalan di Undip, dapat mengirimkan pesan

lewat sms ke nomor 08976127967

Undip bangun taman dong, buat tempat ngerjain tugas rame2, buat kumpul angkatan, yang teduh pastinya.085641150xxx

Banyak pengemis dan pemulung masuk kampus di Pleburan. Tidak adakah yang menjaga keamanannya?085740000xxx

EDISI IV/ TAHUN XII/ 28 SEPTEMBER - 12 OKTOBER 2012

Page 4: Joglo Pos Edisi IV Tahun XII

4

Sorotan

Juara di tengah keterbatasan. Sekiranya itulah kata yang tepat

untuk menggambarkan perjuangan Diah Anggraeni dan Tri Kuncoro

dalam mencapai prestasi di kejuaraan menyusuri gua vertikal

tingkat nasional.

Alvita/Manunggal

Oleh: Azzahra Noor Hawa

Bang JoDaftar tes TOEFL antri 2-3 bulanPengen cepet? Wani piro?

Mahasiswa gaduh saat sholat jamaahInsaf lah wahai manusia Berprestasi hanya dapat publikasiSupaya lebih terkenal (pelitnya)

Persiapan yang singkat tidak menyurutkan niat dan keseriusan Diah Anggraeni dan Tri Kun-coro R, anggota UKM Mahasiswa Pecinta Alam (Wapeala) Undip dalam mengikuti Mapalast SRT Competition II (MSC II), sebuah lomba teknik me-masuki gua vertikal yang diadakan oleh Unisbank Semarang. Dalam lomba yang diadakan tanggal 14 sampai 16 september lalu, perwakilan dari Wa-peala ini hanya mempunyai waktu dua minggu untuk melakukan persiapan secara fisik dan men-tal dalam menghadapi lomba tingkat nasional ini.

Diah dan Kuncoro melakukan latihan fisik dan Single Rob Technic (SRT) secara rutin setiap hari. Latihan fisik ini diisi dengan melakukan olahraga lari, push up, sit up, dan back up serta endurance atau penguatan tangan dilanjutkan dengan latihan SRT. Semuanya dilakukan di area Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Pleburan dan di daerah Tinjomoyo. Latihan ini dilakukan mulai pukul empat sore hingga pukul sepuluh malam. Dengan gemblengan yang rutin tersebut, Kuncoro sempat jatuh sakit karena fisiknya yang melemah, namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk tetap berlatih dan mengikuti lomba.

Selain berlatih dalam waktu yang singkat, Kuncoro dan Diah juga berlatih dengan fasilitas yang minim. Sarana latihan yang berupa wall climbing kurang memadai karena sudah rusak dan tak terawat. Meskipun demikian, mereka tetap memanfaatkan wall tersebut untuk berlatih karena Undip tidak memiliki wall lainnya.”Sebenarnya wall yang ada di PKM ini sudah rusak dan tidak layak untuk latihan, namun tidak ada perbaikan dari pihak universitas,” jelas Diah.

Karena keterbatasan wall ini, mereka men-jadikan jembatan di daerah Tinjomoyo sebagai alternatif tempat berlatih. Dalam persiapannya, mereka dibantu oleh instrukturnya, Muhammad Syahrul RK dalam hal biaya dan official selama perlombaan berlangsung. Sedangkan dari pihak universitas tidak ada campur tangan sama sekali. “Jadi selama persiapan lomba ini semua dilatih, didanai, dan disponsori oleh mas Syahrul”, tam-bah Kuncoro.

Pada saat lomba berlangsung perjuangan Kuncoro dan Diah masih berlanjut. Pada hari perlombaan mereka menghadapi 75 orang dari seluruh Indonesia yang terdiri 33 peserta wanita dan 42 peserta laki-laki. Pada awal lomba, dari 75 peserta diadakan kualifikasi untuk diam-bil enam belas besar. Pada tahap ini tantangan yang diberikan adalah intermediate, sedangkan penilaian yang diambil adalah mengenai safety, yakni melakukan SRT dengan dua pengamanan dan kecepatan.

Setelah masuk ke babak enam belas besar, pertandingan dilakukan satu lawan satu dengan tantangan dan penilaian yang sama dengan babak

kualifikasi untuk diambil ke babak delapan besar. Pada babak delapan besar, tantangan ditambah dengan defiasi, dengan penilaian lebih kepada safety namun kecepatan juga diperhitungkan.

Setelah babak delapan besar ini peserta akan masuk babak empat besar yang merupakan penen-tuan. Dalam babak empat besar ini, perjuangan Diah harus terhenti karena kalah dari perwakilan Universitas Sultan Agung. Diah harus puas men-jadi juara III Putri.

Lain dengan Diah, meskipun kondisi fisik Kuncoro sempat turun saat persiapan lomba, dalam menghadapi babak demi babak tidak men-galami kesulitan berarti. Ia berhasil dengan lancar sampai babak final. Pada babak final, Kuncoro mendapatkan tantangan mengerjakan rintangan dengan mata tertutup. Penilaian yang diambil pada final ini adalah safety namun kecepatan juga diperhitungkan. Tantangan yang diberi-kan juga bertambah yakni intermediate, defiasi, dan sambungan. Pada akhirnya Kuncoro dapat memenangkan lomba karena lawan kurang teliti dalam pengamanan.

Kuncoro dan Diah telah mengharumkan nama Undip dan Wapeala. Meski dengan persiapan singkat dan fasilitas latihan minim, mereka tetap dapat memberikan hasil yang maksimal. “Kami sangat senang memenangkan perlombaan ini karena dapat mewakili Undip dan dengan masa

latihan hanya dua minggu kami dapat memberikan yang terbaik,” papar Diah. “Selain itu kami juga mendapat support dari teman-teman dan alumni Wapeala sehingga kami bersemangat memberi-kan yang terbaik bagi Wapeala,” tambah Kuncoro.

Atas kemenangan ini, Kuncoro dan Diah mendapatkan sertifikat, piala dan uang pembi-naan. Sedangkan pihak Undip hanya memberikan apresiasi dengan publikasi kemenangan tersebut. Kuncoro dan Diah berharap mendapatkan apre-siasi yang lebih dari pihak Undip, yakni dengan perbaikan fasilitas wall climbing yang ada di PKM Joglo. “Kami berharap dengan diperbaikinya fasilitas wall climbing yang ada, prestasi yang diberikan Wapeala kepada Undip dapat bertam-bah banyak,” pungkas Dian.

EDISI IV/ TAHUN XII/ 28 SEPTEMBER - 12 OKTOBER 2012

Juara di Tengah Keterbatasan