jjjhhh
-
Upload
hazrati-ummi -
Category
Documents
-
view
223 -
download
5
description
Transcript of jjjhhh
Dalam ilmu farmakologi, mekanisme kerja obat terjadi dalam dua fase yaitu
fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat yang masuk
dalam tubuh secara umum akan mengalami beberapa proses yaitu absorpsi,
distribusi, dan pengikatan atau binding untuk sampai ke tempat kerja atau disebut
juga reseptor dan menimbulkan suatu efek terapi, kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi ( metabolisme ) selanjutnya diekskresi kan dari tubuh. Proses tersebut
disebut juga sebagai proses farmakokinetik. Farmakodinamik merupakan mekanisme
mengenai terjadinya interaksi obat dengan reseptor obat; fase ini berperan dalam
khasiat obat pada tubuh (Maycek, 2001).
Aktivitas terapetik dipengaruhi oleh cara bagaimana obat diberikan. Keadaan
ini tidak saja berkaitan dengan zat aktif dan perubahannya di dalam tubuh, tetapi juga
berkaitan dengan individu yang diberi obat, serta adanya interaksi permanen antara
keduanya. Analisis hal tersebut akan dijadikan dalam urutan yang terbalik dengan
kronologi sesungguhnya, yangterdiri dari tiga tahap yaitu : tahap farmakodinamik,
tahap farmakokinetik, dam tahapbiofarmasetik (Muller, 2012).
Obat-obat diberikan untuk menghasilkan suatu efek terapeutik, namun
seringkali menghasilkan efek yang tidak diinginkan, yang bervariasi mulai dari efek
yang tidak berarti (misalnya mual ringan) sampai efek yang fatal (misalnya anemia
aplastik) Hampir semua obat dengan dosis yang cukup besar bisa menimbulkan efek
toksis (TD= dosis toksis,) dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (LD =
dosis letal,). Dosis terapeutis adalahtakaran pada mana obat menghasilkan efek yang
diinginkan (Maycek, 2001).
Untuk menyatakan toksisitas akut sesuatu obat, umumnya dipakai ukuran
LD50 (medium lethal dose 50) yaitu suatu dosis yang dapat membunuh 50% dari
sekelompok binatang percobaan. Demikian juga sebagai ukuran dosis efektif (dosis
terapi) yang umum digunakan sebagai ukuran ialah ED 50 (median effective dose),
yaitu dosis yang memberikan efek tertentu pada 50% dari sekelompok binatang
percobaan. LD50 ditentukan dengan memberikan obat dalam dosis yang bervariasi
(bertingkat) kepada sekelompok binatang pecobaan. LD50 ditentukan dengan
memberikan obat dalam dosis yang bervariasi (bertingkat) kepada sekelompok
binatang percobaan. Setiap binatang diberikan dosis tunggal. Setelah jangka waktu
tertentu (misalnya 24 jam) sebagian biantang percobaan ada yang mati, dan
persentase ini diterakan dalam grafik yang menyatakan hubungan dosis (pada absis)
dan persentase binatang yang mati (pada ordinat) (James Olson,2000).
Respon obat masing–masing individu berbeda–beda. Respon idiosinkratik
biasanya disebabakan oleh perbedaana genetic pada metabolism obat / mekanisme -
mekanisme munologik, termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang
mempengaruhi kemampuan merespon suatu obat :
1.Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor.
2. Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen.
3. Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor–reseptor.
4. Perubahan–perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor ( Katzung
Bertram , 2001 ).
Indeks terapi merupakan batas keamanan obat yang berupa hubungan antara
dosisterapi dan dosis obat yang menimbulkan efek. Hal ini menimbulkan selektivitas
obat, tetapidata ini sulit diperoleh dari penelitian klinik karena dalam uji klinik,
selektivitas obatdinyatakan secara tidak langsung yakni sebagai pola efek samping
yang ditimbulkan obatdalam dosis terapi dan persentase penderita yang menghentikan
pemakaian obat ataumenurunkan dosis akibat efek samping. Sebelum percobaan
toksikologi dilakukan, sebaiknyatelah ada data mengenai identifikasi sifat obat dan
rencana penggunaannya. Data ini dapatdipakai untuk mengarahkan percobaan
toksisitas yang akan dilakukan untuk menelitiberbagai efek yang berhubungan
dengan cara dan waktu pemberian suatu sediaan obat (Lullmann et al 2000).
Semakin besar indeks terapi, semakin aman penggunaan obat tersebut. Akan
tetapi,hendaknya diperhatikan bahwa indeks terapi ini tidak dengan begitu saja dapat
dikorelasikanterhadap manusia, seperti semua hasil percobaan dengan hewan karena
adanya perbedaanmetabolisme. Luas terapi (ED50-LD50) adalah jarak antara ED50
dan LD50, juga dinamakanjarak keamanan (safety margins). Seperti indeks terapi,
luas terapi berguna juga sebagaiindikasi untuk keamanan obat yang digunakan untuk
jangka waktu panjang (Setiawati et al, 2007).
Dosis Efektif menengah suatu obat adalah jumlah yang akan menghasilkan
intensitasefek yang diharapkan 50% dari jumlah populasi percobaan. Dosis Toksik
median ialah jumlah yang akan menghasilkan efek keracunan tertentu yang
diharapkan pada 50% daripopulasi percobaan. Hubungan antara efek obat yang
diharapkan dan yang tidak biasanyadinyatakan dalam indeks terapeutik. Obat yang
ideal memiliki nilai Indeks Terapi (IT) lebihbesar dari satu. Semakin besar nilai IT,
maka obat tersebut makin aman digunakan.Sedangkan nilai Margin Dosis Keamanan
(MDK) adalah rasio antara dua dosis yangmemberikan efek samping dan dosis yang
memberikan efek terapi. MDK digunakan untuk mengevaluasi keamanan dalam
penentuan dosis untuk manusia (Lullmann et al 2000).
Takaran pemakaian yang dimuat dalam Farmakope Indonesia dan farmakope
negara-negara lain hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja. Begitu pula dosis
maksimal (MD),yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek toksis, bukan
merupakan batas yang mutlak untuk ditaati. Dosis maksimal dari banyak obat dimuat
di semua farmakope, tetapi kebiasaan ini sudah ditinggalkan Farmakope Eropa dan
Negara-negara Barat, karena kurang adanyakepastian mengenai ketepatannya, antara
lain berhubung dengan variasi biologi dan faktor-faktor tersebut di atas. Sebagai
gantinya kini digunakan dosis lazim, yaitu dosis rata-rata yangbiasanya (lazim)
memberikan efek yang diinginkan (Guzman, 2014).
Guzman, Flavio. 2014. Therapeutic index. Avaiable online at:
http://pharmacologycorner.com/therapeutic-index/ [Accessed on April 22,
2015].
Katzug, R-Bertram G. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 3. Jakarta; EGC
Lullmann, Heinz, dkk. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd edition. New York;
Thieme Stuttgart.
Maycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2, Jakarta : Widya
Medika.
Muller, Patrick. 2012. The determination and interpretation of the therapeutic index
in drug development. Avaiable online at:
http://www.nature.com/nrd/journal/v11/n10/full/nrd3801.html [Accessed on
April 22, 2015].
Olson, James. 2000. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta : ECG.
Setiawati, Arini dan Armen Muchtar. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Respons Pasien terhadap Obat Farmakologi dan Terapi. BagianFarmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.