jjjhhh

6
Dalam ilmu farmakologi, mekanisme kerja obat terjadi dalam dua fase yaitu fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat yang masuk dalam tubuh secara umum akan mengalami beberapa proses yaitu absorpsi, distribusi, dan pengikatan atau binding untuk sampai ke tempat kerja atau disebut juga reseptor dan menimbulkan suatu efek terapi, kemudian dengan atau tanpa biotransformasi ( metabolisme ) selanjutnya diekskresi kan dari tubuh. Proses tersebut disebut juga sebagai proses farmakokinetik. Farmakodinamik merupakan mekanisme mengenai terjadinya interaksi obat dengan reseptor obat; fase ini berperan dalam khasiat obat pada tubuh (Maycek, 2001). Aktivitas terapetik dipengaruhi oleh cara bagaimana obat diberikan. Keadaan ini tidak saja berkaitan dengan zat aktif dan perubahannya di dalam tubuh, tetapi juga berkaitan dengan individu yang diberi obat, serta adanya interaksi permanen antara keduanya. Analisis hal tersebut akan dijadikan dalam urutan yang terbalik dengan kronologi sesungguhnya, yangterdiri dari tiga tahap yaitu : tahap farmakodinamik, tahap farmakokinetik, dam tahapbiofarmasetik (Muller, 2012).

description

ggg

Transcript of jjjhhh

Page 1: jjjhhh

Dalam ilmu farmakologi, mekanisme kerja obat terjadi dalam dua fase yaitu

fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat yang masuk

dalam tubuh secara umum akan mengalami beberapa proses yaitu absorpsi,

distribusi, dan pengikatan atau binding untuk sampai ke tempat kerja atau disebut

juga reseptor dan menimbulkan suatu efek terapi, kemudian dengan atau tanpa

biotransformasi ( metabolisme ) selanjutnya diekskresi kan dari tubuh. Proses tersebut

disebut juga sebagai proses farmakokinetik. Farmakodinamik merupakan mekanisme

mengenai terjadinya interaksi obat dengan reseptor obat; fase ini berperan dalam

khasiat obat pada tubuh (Maycek, 2001).

Aktivitas terapetik dipengaruhi oleh cara bagaimana obat diberikan. Keadaan

ini tidak saja berkaitan dengan zat aktif dan perubahannya di dalam tubuh, tetapi juga

berkaitan dengan individu yang diberi obat, serta adanya interaksi permanen antara

keduanya. Analisis hal tersebut akan dijadikan dalam urutan yang terbalik dengan

kronologi sesungguhnya, yangterdiri dari tiga tahap yaitu : tahap farmakodinamik,

tahap farmakokinetik, dam tahapbiofarmasetik (Muller, 2012).

Obat-obat diberikan untuk menghasilkan suatu efek terapeutik, namun

seringkali menghasilkan efek yang tidak diinginkan, yang bervariasi mulai dari efek

yang tidak berarti (misalnya mual ringan) sampai efek yang fatal (misalnya anemia

aplastik) Hampir semua obat dengan dosis yang cukup besar bisa menimbulkan efek

toksis (TD= dosis toksis,) dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian (LD =

dosis letal,). Dosis terapeutis adalahtakaran pada mana obat menghasilkan efek yang

diinginkan (Maycek, 2001).

Untuk menyatakan toksisitas akut sesuatu obat, umumnya dipakai ukuran

LD50 (medium lethal dose 50) yaitu suatu dosis yang dapat membunuh 50% dari

sekelompok binatang percobaan. Demikian juga sebagai ukuran dosis efektif (dosis

terapi) yang umum digunakan sebagai ukuran ialah ED 50 (median effective dose),

yaitu dosis yang memberikan efek tertentu pada 50% dari sekelompok binatang

Page 2: jjjhhh

percobaan. LD50 ditentukan dengan memberikan obat dalam dosis yang bervariasi

(bertingkat) kepada sekelompok binatang pecobaan. LD50 ditentukan dengan

memberikan obat dalam dosis yang bervariasi (bertingkat) kepada sekelompok

binatang percobaan. Setiap binatang diberikan dosis tunggal. Setelah jangka waktu

tertentu (misalnya 24 jam) sebagian biantang percobaan ada yang mati, dan

persentase ini diterakan dalam grafik yang menyatakan hubungan dosis (pada absis)

dan persentase binatang yang mati (pada ordinat) (James Olson,2000).

Respon obat masing–masing individu berbeda–beda. Respon idiosinkratik

biasanya disebabakan oleh perbedaana genetic pada metabolism obat / mekanisme -

mekanisme munologik, termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang

mempengaruhi kemampuan merespon suatu obat :

1.Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor.

2. Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen.

3. Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor–reseptor.

4. Perubahan–perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor ( Katzung

Bertram , 2001 ).

Indeks terapi merupakan batas keamanan obat yang berupa hubungan antara

dosisterapi dan dosis obat yang menimbulkan efek. Hal ini menimbulkan selektivitas

obat, tetapidata ini sulit diperoleh dari penelitian klinik karena dalam uji klinik,

selektivitas obatdinyatakan secara tidak langsung yakni sebagai pola efek samping

yang ditimbulkan obatdalam dosis terapi dan persentase penderita yang menghentikan

pemakaian obat ataumenurunkan dosis akibat efek samping. Sebelum percobaan

toksikologi dilakukan, sebaiknyatelah ada data mengenai identifikasi sifat obat dan

rencana penggunaannya. Data ini dapatdipakai untuk mengarahkan percobaan

toksisitas yang akan dilakukan untuk menelitiberbagai efek yang berhubungan

dengan cara dan waktu pemberian suatu sediaan obat (Lullmann et al 2000).

Page 3: jjjhhh

Semakin besar indeks terapi, semakin aman penggunaan obat tersebut. Akan

tetapi,hendaknya diperhatikan bahwa indeks terapi ini tidak dengan begitu saja dapat

dikorelasikanterhadap manusia, seperti semua hasil percobaan dengan hewan karena

adanya perbedaanmetabolisme. Luas terapi (ED50-LD50) adalah jarak antara ED50

dan LD50, juga dinamakanjarak keamanan (safety margins). Seperti indeks terapi,

luas terapi berguna juga sebagaiindikasi untuk keamanan obat yang digunakan untuk

jangka waktu panjang (Setiawati et al, 2007).

Dosis Efektif menengah suatu obat adalah jumlah yang akan menghasilkan

intensitasefek yang diharapkan 50% dari jumlah populasi percobaan. Dosis Toksik

median ialah jumlah yang akan menghasilkan efek keracunan tertentu yang

diharapkan pada 50% daripopulasi percobaan. Hubungan antara efek obat yang

diharapkan dan yang tidak biasanyadinyatakan dalam indeks terapeutik. Obat yang

ideal memiliki nilai Indeks Terapi (IT) lebihbesar dari satu. Semakin besar nilai IT,

maka obat tersebut makin aman digunakan.Sedangkan nilai Margin Dosis Keamanan

(MDK) adalah rasio antara dua dosis yangmemberikan efek samping dan dosis yang

memberikan efek terapi. MDK digunakan untuk mengevaluasi keamanan dalam

penentuan dosis untuk manusia (Lullmann et al 2000).

Takaran pemakaian yang dimuat dalam Farmakope Indonesia dan farmakope

negara-negara lain hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja. Begitu pula dosis

maksimal (MD),yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek toksis, bukan

merupakan batas yang mutlak untuk ditaati. Dosis maksimal dari banyak obat dimuat

di semua farmakope, tetapi kebiasaan ini sudah ditinggalkan Farmakope Eropa dan

Negara-negara Barat, karena kurang adanyakepastian mengenai ketepatannya, antara

lain berhubung dengan variasi biologi dan faktor-faktor tersebut di atas. Sebagai

gantinya kini digunakan dosis lazim, yaitu dosis rata-rata yangbiasanya (lazim)

memberikan efek yang diinginkan (Guzman, 2014).

Page 4: jjjhhh

Guzman, Flavio. 2014. Therapeutic index. Avaiable online at:

http://pharmacologycorner.com/therapeutic-index/ [Accessed on April 22,

2015].

Katzug, R-Bertram G. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 3. Jakarta; EGC

Lullmann, Heinz, dkk. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd edition. New York;

Thieme Stuttgart.

Maycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2, Jakarta : Widya

Medika.

Muller, Patrick. 2012. The determination and interpretation of the therapeutic index

in drug development. Avaiable online at:

http://www.nature.com/nrd/journal/v11/n10/full/nrd3801.html [Accessed on

April 22, 2015].

Olson, James. 2000. Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta : ECG.

Setiawati, Arini dan Armen Muchtar. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi

Respons Pasien terhadap Obat Farmakologi dan Terapi. BagianFarmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.