Jiwa Plato & Rene Descartes

34
SIFAT JIWA MENURUT IDEALISME PLATO DAN RENE DESCARTES I. PENDAHULUAN. Aliran idealisme merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Mula –mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajarannya yang murni dari Plato, yang menyatakan bahwa alam cita-cita, alam pikiran (idea) itu ialah yang merupakan kenyataan yang sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea tersebut. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa sepanjang masa tak pernah paham idealisme hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli – ahli fikir adalah dasar idealisme ini. Di zaman aufklarung misalnya, juga para ahli-ahli filsafat mengakui paham idealisme ini diantaranya adalah Rene Descartes.

description

filsafat

Transcript of Jiwa Plato & Rene Descartes

Page 1: Jiwa Plato & Rene Descartes

S I FAT J I WA M E N U R U T I D E A L I S M EP L ATO D A N R E N E D E S C A R T E S

I. PENDAHULUAN.Aliran idealisme merupakan aliran yang sangat penting

dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia.

Mula –mula dalam f ilsafat barat kita temui dalam bentuk

ajarannya yang murni dari Plato, yang menyatakan bahwa

alam cita-cita, alam pikiran (idea) i tu ialah yang

merupakan kenyataan yang sebenarnya. Adapun alam

nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa

bayangan saja dari alam idea tersebut.

Sebenarnya dapat dikatakan bahwa sepanjang masa tak

pernah paham idealisme hilang sama sekali. Di masa abad

pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang

disepakati oleh semua ahli – ahli f ikir adalah dasar

idealisme ini. Di zaman aufklarung misalnya, juga para

ahli-ahli f i lsafat mengakui paham idealisme ini diantaranya

adalah Rene Descartes.

Selain itu segenap kaum agama sekaligus dapat kita

golongkan pada penganut idealisme yang paling setia

sepanjang masa, walaupun mereka tidak memakai dali l-

dali l f i lsafat secara mendalam. Puncak kejayaan zaman

idealisme ini yaitu pada abad ke XVIII dan ke XIX

khususnya di Eropa.

Page 2: Jiwa Plato & Rene Descartes

Dalam uraian makalah ini, akan berusaha mencoba

mempertemukan antara f i losof periode klasik dengan

fi losof periode modern, yaitu dua orang fi losof yang

terkenal pada masanya yaitu PLATO dan RENE

DESCARTES. Plato sendiri adalah seorang f i losof dari

kalangan fi lsafat klasik, sedang Rena Descartes adalah

seorang fi losof yang termasuk hidup pada abad modern

yakni sekitar abad ke XIV yang disebut f i lsafat periode

modern.

Keduanya akan dicoba mempertemukannya dalam soal

sifat j iwa menurut ajaran idealisme mereka masing-

masing, dengan metode memperbandingkan antara

pendapat keduanya.

Uraian makalah akan dilengkapi pula dengan uraian

mengenai biografi kedua tokoh di atas sebagai pelengkap.

Demikian pula akan diuraikan sekilas pendapat mereka

tentang idea yang akan medahului uraian inti dari makalah

ini.

II. BIOGRAFI PLATO DAN RENE DESCARTES.

Secara berurutan akan di uraikan sekilas biografi kedua

tokoh di atas dan akan di mukai dari Plato.

A. PLATOPada mulanya beliau bernama Aristokles, lalu kemudian

diganti dengan Plato oleh guru senamnya yang diambil

dari nama neneknya sendiri. Be liau dilahirkan pada

tanggal 29 Mei tahun 427 SM di Athena, dan be liau

meninggal dunia tahun 347 SM. Dalam usia delapan puluh

Page 3: Jiwa Plato & Rene Descartes

tahun di tempat yang sama. Ayahnya bernama Ariston,

sedangnya ibunnya benama Priktione.

Beliau adalah seorang yang berketurunan bangsawan

Athena dan hampir semua peranan penting dalam

pemerintahan di pegang oleh keluarganya. Dengan adanya

latar belakang keluarga yang umumnya berperan dalam

pemerintahan tersebut memberi peluang bagi beliau untuk

menekuni bidang polit ik sehingga beliau sempat tercatat

sebagai salah seorang polit ikus Athena, hal ini sangat

nampak pada karya-karya beliau yang umumnya mebahas

tentang polit ik.

Beliau telah mengenal Socrates sejak beliau masih kanak-

kanak, maka pantaslah kalau pemikiran – pemikiran beliau

banyak terpengaruh oleh Socrates. Sehingga beliau

menganggap Socrates sebagai orang paling baik, paling

bijaksana dan paling jujur.

B. RENE DESCARTESRene descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1596 di

sebuah kota yang bernama La Haye di Prancis. Beliau

meniggal dunia di Stockholm Swedia pada tahun 1650,

dan mandapat gelar bapak fi lsafat modern.

Satu hal yang menarik yang pernah beliau alami adalah

beliau pernah berkali-kali bermimpi yang aneh-aneh, dan

yang lebih aneh lagi, beliau menafsirkan mimpinya itu

sebagai suatu isyarat Tuhan untuk mentakdirkannya

menemukan kesatuan pengetahuan dasar alamnya yang

kemudian dinamakan matematika. Semenjak itu beliau

memberikan perhatian yang besar kepada fisika dan

Page 4: Jiwa Plato & Rene Descartes

matematika, di mana beliau di beri dorongan oleh

persekutuan dengan matematika Isaac Beeckman, dan

tidak dapat dipungkiri bahwa beliau memang banyak

terpengaruh pada Isaac Beeckman yang banyak perhatian

dalam banyak bidang keilmuan itu yang juga sekaligus

sebagai sahabat beliau.

Descartes tercatat sebagai seorang fi losof sekaligus

sebagai seorang ahli matematika dan seorang i lmuan.

III . IDEA MENURUT PLATO DAN RENE DESCARTES.Berikut ini akan digambarkan secara umum pendapat

keduanya khususnya pendapat mereka tentang idea.

A. Idea Menurut Plato.idea Plato merupakan inti dan dasar dari seluruh

fi lsafatnya, idea disini mempunyai pengert ian tersendiri

dan terkhusus, yang berbeda dengan pengert ian yang

umum dipahami sepert i yang sering dikemukakan oleh ahli

pikir lainnya. Menurut pengertian umum, idea berarti suatu

gagasan, pengert ian, atau cita-cita yang muncul dalam

jiwa dan pemikiran seseorang karena adanya tanggapan

terhadap suatu keadaan. jadi idea disini berifat subjektif.

Sedang pengertian idea menurut Plato adalah hakekat

segala sesuatu yang berbeda dibalik kenyataan. Jadi

merupakan sesuatu yang objektif , terlepas dari subjek

yang berfikir. Idea t idak diciptakan oleh pemikiran dan

tidak bergantung pada pemikiran, bahkan pemikiran itu

sendiri tergantung pada idea, karena pemikiran tidak lain

dari pada menaruh perhatian kepada idea sebagai hakikat

segala sesuatu. Apa yang nampak oleh mata atau dapar

Page 5: Jiwa Plato & Rene Descartes

dirasakan oleh panca indra bukan itu yang sesungguhnya,

itu hanyalah bayangan atau model idea.

Menurut Plato, dunia pengalaman ini merupakan bayangan

atau model idea. Idea itu merupakan contoh dari

bayangan-bayangan itu, dan caranya menjadi bayangan-

bayangan t idak satu macam, melainkan bermacam-macam.

Oleh Plato idea atau hakikat t idak menjadi objek

pengindraan, dan hakikat t idak bersifat kebendaan.

Menurutnya, psykhis tidak termasuk dunia idea melainkan

dunia kejadian, persis sepert i kajasmanian segala sesuatu

yang fanah dan menjadi objek pengindraan, seperti objek

opistemologi yang primer. Batas antara kejadian dan idea

adalah batas antara apa yang berubah dan apa yang t idak

berubah. Apa yang berubah adalah kejadian dan

kebendaan, sedang apa yang tidak berubah adalah idea.

Jadi idea itu tetap dan t idak berubah. Fungsi kesadaran

walaupun rokhani, termasuk proses perubahan dan

tergantung kepada benda-benda yang berubah dalam

proses pengindraan, fungsi i tu adalah bagian dari dunia

kejadian. Kesatuan-kesatuan jasmani, j ika mengandung

sesuatu yang tidak berubah, umpamanya fungsi estet ika

dapat termasuk dunia idea atau hakekat. Batas antara

kejadian dan hakekat pada Plato tidak sama dengan batas

antara tubuh dan jiwa.

Dari pandangan tersebut diatas dapat dipahami bahwa

plato memandang idea berada dibalik kenyataan ini,

menurutnya idea adalah satu-satunya hakekat mutlak yang

tidak dapat berubah, maka alam pengalaman tidak hanya

Page 6: Jiwa Plato & Rene Descartes

bersifat bayangan, tetapi t imbul sebagai penjelmaan idea,

walaupun hanya melalui ingatan idea mutlak.

B. Idea Menurut Rene Descartes.Tentang idea descartes membedakannya dalam tiga corak

sebagai berikut :

1. idea-idea bawaan (innate ideas) adalah bentuk

proses struktur, kegiatan atau potensi dari pemikiran

sendiri.

2. idea-idea buatan (factit ious ideas) adalah idea yang

dibentuk oleh pikiran untuk memahami benda-benda.

3. idea-idea kebetulan (adventit ion ideas) adalah idea

yang muncul sebagai st imulus dari dunia luar.

Menurut beliau, suatu idea baru disebut jelas j ika idea itu

dapat dipahami sebagai suatu keseluruhan dan tanpa

adanya ketidak runtuhan. Ada t iga (3) idea yang jelas dan

pilah (self-evident) mengenai hak kenyataan dan

memberikan dasar bagi f i lsafat, yaitu :

1. extention (materi yang menempati ruang).

2. figure (bentuk, ukuran dimensi keruangan).

3. movement (gerak).

Descartes t idak pernah menyusun semua pertanyaannya

mengenai gagasan dalam satu buku, atau mengemukakan

sebuah pertanyaan sehingga suatu gagasan nanti akan

dapat di jawab. Namun beliau mampu mengemukakan

bagaimana menghadirkan dalam batin kita hal dan benda

yang diperlukan untuk memahami alam.

Dalam teori idea, descartes menurunkan perbedaan antara

indra dan intelek, menyangkal bahwa pemahaman i lmiah

bergantung pada operasi organ-indra, dan mencoba

memperbaiki doktrin yang hampir t idak dapat dipahami.

Page 7: Jiwa Plato & Rene Descartes

Menurut beliau kerja benda-benda terhadap organ-indra

semata-mata masalah benturan, dengan pasca efek dalam

sistem syaraf pada kelenjar pineal, dan gerakan-gerakan

ini bertindak sebagai isyarat bagi j iwa rasional, yang

bergabung dengan tubuh pada kelenjar pineal untuk

menghasilkan sejenis pengalaman sadar atau idea

tertentu.

Descarter mengatakan bahwa agar supaya idea menjadi

mengena terhadap sesuatu, maka haruslah ada ‘kemiripan’

antara gagasan dan benda-benda yang digagasi, tetapi

kemiripan itu perlu ditefsirkan sebagai non-fotografis.

‘kemiripan’ dalam makna yang terkait dapat merupakan

masalah suatu benda dapat memenuhi suatu spesif ikasi

yang dipikirkan.

Nampaknya idea descartes membuang pengandalan

skolastik mengenai fungsi-fungsi yang berbeda untuk

indra-indra dan intelek, karena pada teori beliau indra-

indra tidak memil iki objek sama sekali. Indra hanya

menerima benturan dari materi disekitarnya, j iwa rasional-

lah yang mewakili benda itu. Sebagai akibatnya, sifat-sifat

materi yang teramati t idak-lah benar-benat terbagi kepada

sifat indrawi dan intelektual.

IV. SIFAT JIWA MENURUT IDEALISME PLATO DAN RENE DESCARTES.

Semua macam idealaisme menerima adanay perinsip

hidup untuk manusia, tetapi perinsip hidup itu t idak

material, kami sebut saja non-material. Baik dari f i lsafat

Page 8: Jiwa Plato & Rene Descartes

maupun beraneka ragam agama ada pendapat, bahwa ada

sesuatu yang non-material pada manusia itu. Nama dalam

bahasa kita maupun bahasa asing bermacam-macam juga,

begitu pula sifat yang non-material i tu. Walaupun pada

dasarnya kami tidak menolak nama-nama lain, untuk

keperluan ini dalam bahasa kita kami pergunakan isti lah

‘j iwa’ untuk perinsip hidup yang non-material ini. Dalam

uraian selanjutnya mudah-mudahan nampak bagaimana

sifat j iwa itu menurut aliran idealisme yang akan kami

majukan diuraikan berikut ini.

A. Idealisme Plato.Bagi sejarah teranglah, bahwa Plato adalah pelopor dari

idealisme. Tentu saja pendapatannya tentang manusia ada

hubungannya dengan pendangannya mengenai alam dan

dunia. Ternyata kepada Plato, bahwa manusia itu

mempunyai pengetahuan yang sifatnya harus dibedakan,

yaitu pengetahuan yang berlaku khusus misalnya: buku ini

tebal, dan yang berlaku umum misalnya: buku—pada

umumnya—berguna untuk menambah i lmu. Manusia

mengenal ynag khusus (satu persatu dan tidak tetap) pada

dunia ini. Yang khusus itu dikenal manusia melalui

pengamatan, dunia ini disebutnya dunia pengamatan. Oleh

kerena manusia itu mempunyai pengetahuan yang umum,

maka haruslah ada dunia tersendiri bagi yang umum itu,

yang umum itu t idak ada di dunia pengamatan ini. Yang

umum disebut oleh Plato ‘eidos’ yang kemudian dikenal

sebagai idea. Dunia tempat idea-idea itu disebutnya dunia

idea. Bagi Plato memang ada dua dunia : yaitu dunia idea,

dunia itu sempurna dengan idea-ideanya yang sempurna

pula. Disana ada misalnya segitiga yang sempurna dengan

Page 9: Jiwa Plato & Rene Descartes

segala sifat-sifat kesegit igaan seluruhnya, idea itu satu

saja karena sempurna itu. Di sana ada juga idea-idea lain

seperti kemuliaan, kerajinan, keindahan dan kebaikan,

semuanya sempurna adapun dunia kedua adalah dunia

pengamatan ini.

Didunia ini hal-hal hanya merupakan bayang-bayang dari

yang sempurnaitu saja, maka dari pada itu sifat-sifatnya

tidak sempurna, serba terbatas. Itulah sebabnya hal-hal

didunia pengamatan ini bermacam-macam pula, karena

ketidak sempurnaannya menjadi bayang-bayang idea itu.

Manusia mempunyai pengetahuan dua macam, tentang

dunia pangamatan dan barang sedikit mengenai dunia

idea, i tu semuanya membuktikan bahwa manusia termasuk

manusia termasuk dalam dunia dua itu. Ia merupakan

penghuni dunia pengamatan dan sekaligus karena yang

menghuni dunia idea itu adalah j iwa manusia itu… waktu

dulu !

Menurut Plato manusia terdiri dari badan yang material

dan j iwa yang tidak meterial. Jiwa itu dahulu tinggal

didunia idea, dan bahagialah ia dengan segala kepuasan

memandangi dan mengerti idea-idea yang sempurna itu.

Jiwa itu pada suatu ketika terkumpulkan dengan meteri,

dan adalah ia dengan badannya didunia pengamatan.

Dengan demikian manusia itu sendiri dari dua hal, yang

meterian dan non-material. Yang disebut j iwa ini lah yang

memanusiakan manusia, j iwa yang asalnya dari dunia idea

dan akan kembali kedunianya semula itu, j ika tugasnya

telah selesai didunia pengamatan ini, j iwa dan badan tidak

merupakan kesatuan, memang bersatu tetapi toh

Page 10: Jiwa Plato & Rene Descartes

merupakan keduaan (dualisme), bahkan dunialisme yang

paralel. Jiwa adanya lebih dulu dari menusia, ini disebut

bahwa jiwa itu mempunyai preexistensi.

B. Idealisme Rene Descartes.Dalam sejarah fi lsafat Descartes dianggap memulai zaman

modern. Bapak i lmu modern ini mempunyai pandangan

juga mengenai manusia. Kita ketahui bahwa alirannya

disebut rasionalisme. Ia menghargai sekali ratio atau budi

yang menjadi milik manusia.

Sebagai orang yang beragama ia mengakui, bahwa

manusia itu ciptaan Tuhan, manusia dengan budinya itu.

Descartes amat mengutamakan peranan budi dalam ilmu

pengetahuan, bagaimana ia mengajurkan supaya ahli i lmu

mementingkan pengamatan sehingga fakta itu

dianggapnya dasar- mula bagi i lmu, namun ia

berpendapat, bahwa yang merupakan sumber

pengetahuan yang sebenarnya ialah rasio yang dapat

mencapai dan megert i dengan idea, yaitu pengertian-

pengertian. Ia mengemukakan dua bagian bagi manusia,

yang disebutnya reflexion meliputi kesadaran, j iwa serta

berpikir dan dilain pihak extentio, yaitu keluasan yang

merupakan badaniah. Reflexio dan extentio ini merupakan

dunia yang saling bertentangan sehingga manusia tidak

merupakan kesatuan, di sini ada dualisme, dualisme yang

paralel juga. Jiwa adalah non material, sedangkan badan

adalah materi, terkumpulkan seakan – akan secara

kebetulan merupakan manusia. Walaupun demikian

Descartes merasai juga adanya kesatuan pada manusia,

karena yang bert indak itu manusia yang satu itu. Kalau

Page 11: Jiwa Plato & Rene Descartes

manusia sedih, ia mengeluakan air mata. Yang sadar sedih

itu j iwanya, air mata keluar dari badannya yang jasmani.

PENUTUP

Sebagai penutup dari seluruh rangkaian dari uraian makalah

ini, maka akan diaj ikan beberapa kesimpulan sebagai beriku :

1. Idea menurut pengertian umum berarti suatu gagasan,

pengertian, atau cita – cita yang muncul dalam j iwa dan

pemikiran seseorang karena adanya tanggapan terhadap

suatu keadaan.

2. Idea menurut Plato adalah hakekat segala sesuatu yang

berbeda di balik kenyataan. Tidak diciptakan oleh pemikiran

dan t idak bergantung pada pemikiran, bahkan sebaliknya

pemikiran itulah yang bergantung pada idea. Idea itu tetap

dan t idak berubah.

3. Idea manurut Rena Descartes di bedakan atas t iga corak

yaitu : Innate ideas atau idea – idea bawaan; Factit iouns

ideas atau idea-idea buatan; Adventit ious ideas atau idea-

idea kebetulan. Menurut beliau suatu idea baru dianggap

jelas j ika idea itu dapat dipahami sebagai suatu

keseluruhan dan tanpa adanya ketidak runtuhan.

4. Sifat j iwa dalam idealisme Plato yaitu bahwa j iwa dan badan

tidak merupakan kesatuan, dan kalaupun bersatu, maka

hanya merupakan dualisme, bahkan dualisme yang paralel.

Di dalam idealisme Descartes sifat j iwa juga dinyatakan

sebagaimana dalam idealisme Plato. Keduanya melihat

antara j iwa dan badan ada perbedaan. Baik Plato ataupun

Descartes menyatakan jiwa adalah non material, sedang

badan adalah material.

Page 12: Jiwa Plato & Rene Descartes

P R A G M AT I S M E

“Pragmatisme timbul dari kehidupan dan pengalaman –

pengalaman Amerika; pada dasarnya ia bukan gerakan

akademik, dan para pemimpinnya tersohor dengan kebebasan

pert imbangan” .

Definisi Pragmatisme

Pragmatisme pada pokoknya merupakan gerakan fi lsafat

Amerika yang menjadi terkenal selama satu abad terakhir. Ia

dinamakan “ nama baru bagi cara berpikir yang lama “. Ia

adalah fi lsafat yang mencerminkan dengan kuat sifat-sifat

kehidupan Amerika. Pragmatisme banyak hubungannya dengan

nama seperti Charles S. Peirce (1863 - 1910), John Dewey

(1859 - 1914), dan George Herbert Mead (1863 - 1931).

Pragmatisme berusaha untuk menengahi antara tradisi empiris

dan tradisi idealis dan menggabungkan hal yang sangat berarti

dalam keduanya. Pragmatisme adalah suatu sikap, metode dan

fi lsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan

kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai dan

kebenaran. Will iam James mendefinisikan pragmatisme

sebagai “ sikap memandang jauh terhadap benda-benda

pertama, prinsip-prinsip dan katergori-kategori yang dianggap

sangat penting, serta melihat ke depan kepada benda-benda

yang terkhir, buah, akibat dan fakta-fakta “.

Pragmatisme menekan kepada metode dan pendirian lebih

daripada kepada doktrin f i lsafat ysng sistematis. Ia adalah

metode penyelidikan eksperimental yang dipakai dalam segala

bidang pengalaman manusia. Pragmatisme memakai metode

ilmiah modern sebagai dasar sesuatu fi lsafat. Ia sangat dekat

Page 13: Jiwa Plato & Rene Descartes

kepada sains, khususnya biologi dan i lmu-i lmu

kemasyarakatan, dan bertujuan untuk memakai j iwa ilmiah dan

pengetahuan i lmiah dalam menghadapi problema-problema

manusia termasuk juga etika dan agama. Kelompok pragmatis

bersikap krit is terhadap sistem-sistem fi lsafat sebelumnya

seperti bentuk-bentuk aliran materialisme, idealisme dan

realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu f i lsafat

telah keliru karena mencari hal-hal yang mutlak, yang ultimate,

esensi-esensi abadi, subtansi, prinsip yang tetap dan sistem

kelompok empiris, dunia yang berubah serta problema-

problemanya, dan alam sebagai sesuatu dan kita tidak

melangkah keluar daripadanya. Bagi John Dewey, pengalaman

adalah pokok. Pengalaman adalah hasil dari pengaruh timbal

balik antara organisme dan l ingkungannya.

Walaupun pragmatisme sebagai f i lsafat yang sistematis adalah

baru j ika dibandingkan dengan lain-lain fi lsafat, namun sikap

dan ide-ide yang serupa dapat kita temukan dalam karangan

pemikir-pemikir yang dahulu. Sebagai contoh, kata

pragmatis(pragmatisch) dipakai oleh Kant untuk menunjukkan

pemikiran yang sedang berlaku dan ditetapkan oleh maksud-

maksud dan rencana-rencana. Ia menggunakan kata

“pragmatic” sebagai kebalikan kata practical “watak moral”

khususnya rasa kewajiban, dan kemauan untuk menegakkan

kebenaran beberapa keyakinan seperti : kemerdekaan

kemauan, Tuhan dan kelangsungan jiwa. Pronsip Kant tentang

“lebih pentingnya akal praktis” telah merint is jalan bagi

pragmatisme.

Charles S. Peirce

Page 14: Jiwa Plato & Rene Descartes

Charles S. Peirse, yang tersohor sebagai pendiri prgmatisme,

mendapat pengaruh dari kant dan Hegel. Peirce mengatakan

bahwa problema-problema termasuk persoalan-persoalan

metafisik dapat dipecahkan j ika kita memberi perhatian kepada

akibat-akibat praktis dari mengikuti bermacam-macam fikiran.

Orang mengatakan bahwa pragmatisme muncul pada tahun

1878 ketika Peirce menerbitkan makalahnya “How To Make Our

Ideas Clear”.

Tulisan – tulisan f i lsafat Peirce terdiri atas karangan-karangan

dan manuskrip yang kebanyakan teputus-putus dan tidak

lengkap. Walaupun ia tidak pernah menulis suatu buku tentang

fi lsafat atau menyusun fikirannya dalam suatu bentuk terakhir

yang sistematis, namun kegiatannya dalam sastra berlangsung

bartahun-tahun. Dengan diterbitkannya tulisan-tul isannya

dalam dasawarsa-dasawarsa akhir-akhir ini, perhatian kepada

fi lsafat Peirce bertambah dan ia diakui sebagai seorang

intelektual yang luar biasa. Ia merupakan suatu gabungan

yang langka antara seorang i lmuan fisika dengan kebiasaan-

kebiasaan memikir tentang laboraturium, seorang peminat

f i lsafat dan seorang yang mempunyai keyakinan moral yang

kuat. Kadang-kadang ia mendapat nama sebagai f i losofnya

fi losof rakyat atau fi losof populer seperti James.

Peirce merupakan seorang ahli logika yang mementingkan

problema teknis dari logika dan epistimologi serta metode

sains dalam laboratorium. Perhatiannya dalam logika

mencakup penyelidikan sistem deduktif, metodologi dalam

sains empiris dan fi lsafat yang ada dibelakang metode dan

teknik yang bermacam-macam. Logikanya mencakup teori

alamat (signs dan symbols) dan karyanya dalam hal tersebut

Page 15: Jiwa Plato & Rene Descartes

merupakan karya perint is. Ia memandang logika sebagai alat

komunikasi atau usaha kooperatif atau umum. Pendekatan

semacam itu memerlukan penelit ian yang krit is dan

memerlukan bantuan orang-orang lain dalam usahanya yang

terus menerus untuk menjelaskan f ikiran-fikiran. Peirce

berhasrat untuk mendirikan fi lsafat atas dasar i lmiah dan untuk

menganggap teori-teori sebagai hipotesa yang berlaku. Ia

menamakan pendekatan-pendekatannya itu “pragmaticism”.

Salah satu dari sumbangan Peirce yang penting kepada fi lsafat

adalah teorinya tentang arti. Pada hakikatnya ia membentuk

satu dari teori-teori modern tentang arti dengan

mengusulkakan sesuatu teknik untuk menjelaskan pikiran. Hal

ini dapat ditemukan dengan baik j ika kita menempatkan pikiran

tersebut dalam ujian eksperimental dan mengamati hasilnya,

ukuran tentang “berarti” adalah dengan memperhatikan

bagaimana suatu benda akan bertingkah j ika ia mempunyai

suatu sifat atau termasuk dalam suatu jenis. Jika benda itu

keras ia akan menggores benda-benda lain, dan j ika ia bersifat

seperti bensin, ia akan menguap dengan cepat, dan lain-

lainnya.

Empirisisme peirce lebih bersifat intelektual dari pada

voluntaris (segi kemauan); ini berart i bahwa ia menekankan

kepada intelek dan pemehaman lebih daripada kemauan dan

aktif i tas. Rasa tidak enak karena sangsi mendorong untuk

menghilangkan sangsi, adalah pengetahuan. Dengan begitu

maka ia t idak menekankan kepada rasa indrawi atau kemauan

yang seperti yang dilakukan oleh bentuk-bentuk terakhir pada

prakmatisme umum. Di satu pihak peirce bersifat krit is

terhadap positivisme dan determinisme mekanik, dan dilain

Page 16: Jiwa Plato & Rene Descartes

pihak ia juga krit is terhadap intuisionisme dan prinsip-prinsip a

priori . Walaupun ia setuju dengan sebagian dari pandangan-

pandangan positivis, ia t idak menyetujui pandangan yang

mengatakan behwa empirisme memerlukan pengingkaran

terhadap kemungkinan metafisik.

Dalam bidang metafisik dan lain-lainnya, kita harus menjadikan

dirinya dari rasa telah mencapai tujuan terakhir. Peirce setuju

dengan faham “fall ibi l ism”. Orang yang sangat pandaipun

dapat salah juga. Penyelidikan yang progresif pada chance

(nasib, tybim), karena walaupun alam itu bertindak secara

teratur menurut hukum alam, ia berpendapat bahwa

keteraturan alam itu tak pernah sempurna. Nasib dan

kebiasaan memegang peran dalam kejadian-kejadian didunia.

Fallibil isme dan hari kemudian yang terbuka menggantikan

skeptisisme dan absolutisme, dan pragmatisme menggantikan

sistem kepercayaan yang tetap dalam fi lsafat dan sains.

Walaupun peirce sangat memperhatikan logika dan

metodology, tulisan-tulisannya menunjukkan secara jelas

bahwa ia memberi tempat kepada idealisme evolusioner yang

meneklankan kebutuhan pada prinsip cinta, sebagai kebalikan

dari individualisme yang sempit dalam urusan-urusan manusia.

William james Pembicaraan tentang orang-orang yang mempengaruhi Wil l iam

james akan membawa kita kebelakang, kepada orang-orang

seperti Lange, mach, pearson, renouvier dan peirce, oleh

karena itu kita harus puas hanya dengan menyebutkan nama-

nama tersebut. Perkembangan pragmatisme yang cepat adalah

disebabkan oleh tanah yang subur yang ditemukan di Amerika

dan oleh penyajian yang sangat menarik dari Will iam James.

Page 17: Jiwa Plato & Rene Descartes

Dalam bukunya ”pragmatism”, James mempertentangkan

rasionalis yang lunak yang biasanya mempunyai pandangan

yang idealis dan optimis, dengan empirisis yang khas, yang

suka kepada fakta, dan yang biasanya merupakan seorang

material is dan pesimis. Kepada mereka itu James berkata :

“aku menyajikan pragmatisme, suatu al iran yang namanya

aneh, sebagai suatu fi lsafat yang memuaskan dua mecam

kebutuhan”. Pragmatisme dapat tetap bersifat rel igius seperti

rasionalisme, tetapi pada waktu yang sama, ia sangat

memperhatikan fakta sebagaimana aliran empirisme.

EMPIRISIME RADIKALJames mendefinisikan ist i lah empirisime radikal ist i lah : “aku

mengatakan” empirisime” oleh karena empirisme merasa puas

untuk menganggap hasil pekerjaannya dalam bidang materi

hanya sebagai hipotesa yang dapat diubah menurut

pengalaman dikemudian hari”. James juga pernah berkata :

“untuk menjadi radikal suatu empirisme harus tidak menerima

dalam bentuknya unsur apa saja yang t idak dialami secara

langsung, atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang

dialami secara langsung”. James menganggap hubungan

(relation) sepert i “ lebih besar dari pada” sebagai salah satu

dari unsur-unsur yang dialami secara langsung.

Pragmatisme, sebagaimana yang telah kita l ihat diatas, adalah

tindakan menengok terhadap hasil-hasil dan fakta-fakta, dan

bukan terhadap prinsip-prinsip dan ketegori. Ia menerima

pengalaman-pengalaman dan fakta-fakta kehidupan sehari-hari

sebagai dasar. Realitas adalah hal yang dialami, apakah itu

merupakan benda atau perubahan keadaan. Oleh karena

Page 18: Jiwa Plato & Rene Descartes

pengalaman itu terpisah-pisah, maka kelompok pragmatis

mendapatkan benda-benda ada yang disambung dan ada yang

perlu dipisah serta menerima apa adanya. Sebagai akibat,

mereka berpendapat bahwa realitas itu banyak (plurali tas) dan

tidak satu (monistic) atau dua (dualist ik). Terdapat paham yang

kita terima, yakni data rasa yang dibawakan dari luar diri kita

sebagai stimulus (daya perangsang). Kemudian ditambah

dengan unsur interpretatif yang diberikan oleh mahluk yang

sadar. Pengalaman kita yang kreatif yang terdiri atas bahan

yang kita terima serta unsur interpretatif merupakan realitas

yang kita ketahui. Dengan begitu maka pengetahuan

didasarkan atas persepsi indrawi atau pengalaman yang

membentuk kesadaran yang terus-menerus.

TEORI KEBENARAN MENURUT WILLIAM JAMESJames mendirikan suatu pernyataan yang membingungkan

yaitu “ truth happens to an idea ” (kebenaran itu terjadi kepada

suatu idea). Yang membingungkan dalam pernyataan tersebut

adalah bahwa teori kebenaran yang tradisional menyatakan

sebaliknya, yakni bahwa kebenaran itu suatu hubungan yang

pasti dan tetap (statis). Ketika james memil iki teori-teori

kebenaran yang tradisional, ia menyatakan, apakah arti

kebenaran dalam tindakan. Kebenaran harus merupakan nilai

dari suatu idea. Tak ada sesuatu motif dalam mengatakan

bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar, kecuali untuk

memberi petunjuk bagi t indakan yang praktis. James akan

bertanya : “apakah perbedaaan yang kongkrit yang akan

disebabkan oleh idea itu dalam penghidupan ?..” “suatu

perbedaan yang tidak menyebabkan perbedaan bukanlah

perbedaan”, akan tetapi hanya permainan kata. Suatu idea

menjadi benar atau dijadikan benar hanya oleh kejadian-

Page 19: Jiwa Plato & Rene Descartes

kejadian. Suatu idea benar j ika ia berhasil atau jika ia memberi

akibat-akibat yang memuaskan. Kebenaran itu relatif,

kebenaran juga berkembang. Kebenaran (truth) adalah yang

menjadikan berhasil dalam cara kita berfikir dan kebenaran

(right) adalah yang menjadikan berhasil cara kita bertindak.

Idea, doktrin dan teori menjadi alat untuk membantu kita

menghadapi situasi; doktrin bukannya jawaban terhadap

permasalahan. Suatu teori i tu adalah buatan manusia untuk

menyesuaikan diri dengan meksud-maksud manusia, dan satu-

satunya ukuran kebenaran suatu teori adalah j ika teori

tersebut membawa kita kepada hasil-hasil yang berfaedah.

Workabil ity (keberhasilan), satisfaction (kepuasan),

konsekuensi dan result (hasil) adalah kata-kata kunci dalam

konsepsi pragmatisme dalam kebenaran.

Moralitas, seperti kebenaran, bukannya tetap akan tetapi

berkembang karena situasi kehidupan, sumber dan otoritas

bagi kepercayaan dan tindakan hanya terdapat dalam

pengalaman. Yang baik adalah sesuatu yang memberikan kita

kehidupan yang lebih memuaskan; yang jahat adalah sesuatu

yang condong untuk merusak kehidupan. James adalah

seorang pembela yang kuat bagi kemerdekaan moral dan

indeterminisme; ia percaya bahwa determinisme adalah suatu

pemalsuan intelektual dari pengalaman. Ia mendukung

meliorisme , yang berart i bahwa dunia itu tidak seluruhnya

jahat dan tidak seluruhnya baik, akan tetapi dapat diperbaiki.

Usaha manusia untuk memperbaiki dunia adalah berharga dan

berfaedah dan kecondongan evolusi biology dan sosial adalah

kearah perbaikan semacam itu.

KEMAUAN UNTUK PERCAYA

Page 20: Jiwa Plato & Rene Descartes

James mencurahkan perhatiannya yang sangat besar kepada

agama. Doktrin pluralisme kebenaran, meliorisme, begitu juga

doktrin tentang kemauan untuk percaya, semuanya memberi

sumbangan kepada pendapatnya tentang agama dan Tuhan.

Pada akhir-akhir karyanya ia mengakui bahwa “kemauan untuk

percaya”, dapat dinamakan ‘hak untuk percaya’.

Pertama, marilah kita membicarakan doktrin james tentang

kemauan untuk percaya. Kita telah menunjutkkan bahwa

empirisme radikal t idak lagi mencari kebutuhan manusia serta

kesatuan manusia dan kesatuan metafisik dibelakang

pengalaman, dan menekankan aliran kesadaran yang ada.

Kesadaran menunjukkan minat, keinginan dan perhatian; ia

merupakan tindakan-tindakan kemauan dan rasa indrawi, segi

yang menentukan adalah kemauan dan bukan akal. Kemauan

menetapkan bagaimana dan apa yang akan kita alami; dengan

begitu maka secara empiris berf ikit i tu nomor dua sesudah

“mau”. Apa yang dipi l ih dan ditekankan menjadi vital dan ri i l .

Dengan begitu maka dunia yang kita alami, sebagian besar

adalah bikinan kita sendiri .

Mengenai idea-idea kita, keadaannya sama dengan persepsi

indrawi kita. Idea-idea yang menarik minat serta minta

perhatian kita condong untuk menjauhkan idea-idea yang lain

dan menguasai lapangan; dan idea-idea tersebut condong

untuk menemukan ekspresi dalam tindakan-tindakan kita.

Dalam kehidupan, individual memerlukan mengambil beberapa

keputusan. Sebagaimana mereka harus bertindak untuk

mengambil keputusan tersebut dan memformulasikan

keyakinan mereka ?. dalam beberapa keadaan, keadaanya

jelas dan pasti, dan dalam keadaan tersebut mereka perlu

Page 21: Jiwa Plato & Rene Descartes

bert indak sesuai dengan kejelasan tersebut. Dalam situasi

lain, dimana pil ihan antara t indakan yang dipertimbangkan itu

dipaksakan atau sangat remeh, mereka dapat menangguhkan

keputusan mereka atau sama sekali t idak mengambil

keputusan. Tetapi terdapat situasi dimana orang-orang

menghadapi permasalahan yang sangat menetukan (crucial)

dan mereka harus mengambil pil ihan dan bert indak, karena

kegagalan mengambil pi l ihan berarti telah memihak kepada

salah satu alternatif . Jika masalahnya adalah kehidupan,

dipaksakan dan harus segera dilakukan, orang harus

bert indark walaupun tidak mempunyai kejelasan yang dapat

dipakai dasar untuk mengambil keputusan. Doktrin james

tentang kehendak untuk percaya, berlaku bagi situasi nomor

tiga ini, dimana suatu pengambilan keputusan diharuskan oleh

situasi sebagai contoh. Apakah saya mengawini wanita (atau

pria) ini sekarang, atau harus menunggu sampai saya menjadi

pasti bagaimana jadinya perkawinan itu nanti ?. disini

seseorang tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah

perkawinan itu akan bahagia dan sukses. Tidak semua fakta

dapat diketahui dan seseorang dapat menunggu sampai bukti-

bukti terkumpul semua; walaupun begitu, soalnya tetap idea,

dan dipaksakan dan harus segera dilakukan. Untuk t idak

bert indak sudah berart i mengambil keputusan, yakni t idak akan

mengawini orang itu sekarang. Jika kemauan untuk percaya

mendorong kepada pengambilan keputusan dan bertindak,

kemauan tersebut akan membawa kita kepada penemuan dan

keyakinan dan atau kepada kebenaran dan nilai, hanya karena

fakta bahwa ada kemauan. Nilai-ni lai kehidupan adalah

empiris, dapat ditemukan dan dicoba dalam proses kehidupan.

Page 22: Jiwa Plato & Rene Descartes

Menurut james, dalam bermacam-macam pengalaman

kehidupan, manusia mempunyai hubungan dengan suatu zat

yagn lebih (a “more”). Manusia merasakan disekitarnya ada

seseuatu yang simpatik dan memberinya dukungan (support).

Ia menunjukkan sikap bersandarnya kepada zat tersebut dalam

sembahyang dan do’a. rasa tentang adanya zat yang lebih (the

more) membawakan ketenangan, kebahagiaan dan

ketentraman; selain itu hal ini merupakan pengalaman

universal. Dalam arti keagamaan, Tuhan adalah kecondongan

ideal tersebut atau pendukung yang murah hati dalam

pengalaman manusia.

Seperti yang telah kita ketahui, james terpengaruh oleh hal-hal

yang baru, kemerdekaan, kemauan individualist is dan ketidak

seragaman yang bersifat inhern dalam alam kita. Akibatnya ia

menekankan pendapat bahwa Tuhan itu terbatas. Oleh karena

dalam dunia ini terdapat kemungkinan-kemungkinan yang ri i l

baik untuk kejahatan atau untuk kebaikan, maka tak mungkin

ada Tuhan yang maha baik dan maha kuasa yang menciptakan

dunia sebagai yang kita ketahui. Walaupun begitu Tuhan itu

bermoral dan bersikap bersahabat dan manusia dapat

bekerjasama dalam perjuangan menciptakan suatu dunia yang

lebih baik.

Page 23: Jiwa Plato & Rene Descartes

Makalah

S I FAT J I WA M E N U R U T I D E A L I S M EP L ATO D A N R E N E D E S C A R T E S

&f i l s a fa t P R A G M AT I S M E

Oleh :

R U S D Y

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAMKOORDINATOR KOMISARIAT PERINTIS

CABANG MAKASSAR@. 2004

Page 24: Jiwa Plato & Rene Descartes