JERAT Edisi 6 Juli 2014

14
www.jeratpapua.org EDISI VI JERAT PAPUA JERAT PAPUA JERAT PAPUA JULI 2014 JULI 2014 JULI 2014

description

Jeringan Kerja Rakyat (JERAT) Papua

Transcript of JERAT Edisi 6 Juli 2014

Page 1: JERAT Edisi 6 Juli 2014

www.jeratpapua.org

EDISI VI

JERAT PAPUAJERAT PAPUAJERAT PAPUA

JULI 2014JULI 2014JULI 2014

Page 2: JERAT Edisi 6 Juli 2014

EDISI JULI

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 2

S.MANUFANDU

Sekretaris Eksekutif

DESSY ITAAR

Manager Office

ENI RUSMAWATI

Manager Keuangan

ASMIRAH

Keuangan

WIRYA.S

Manager PSDA & EKOSOB

SABATA.RUMADAS

PSDA & EKOSOB

E. DIMARA

Manager PPM

ESRA MANDOSIR

Manager JKL

ANDRIO. NGAMEL

Unit Studio

MARKUS IMBIRI

Unit DIP

JERRY OMONA

Unit DIP

JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org

Siapa Capres yang Co-

cok untuk Masa Depan

Papua ?

Pangan, Energi dan

Lingkungan “Debat

CAPRES” 2014

Menakar Kecurangan

Pilpres di Papua

Boikot Pilpres Tak Ber-

hasil di Papua ?

EDISI VI

Calon Presiden RI Nomor urut 1 dan 2, terus saja menunjukkan kehebatannya berkampanye menyampaikan visi dan misi kepada publik. Namun, dari keduanya, Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, siapakah yang paling tepat memimpin bangsa? Apa mereka bisa membawa Papua pada perubahan?

Direktur Imparsial, lembaga monitoring HAM di Indonesia, Poengky Indarti ber-pendapat, sejatinya, Capres yang cocok untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan, adalah yang tidak mempu-nyai kasus masa lalu pelanggaran HAM. Presiden terpilih diminta juga untuk memperhatikan pendidikan dan kesehatan masyarakat Papua.

“Berbagai persoalan mulai dari pendidikan dan kesehatan, dugaan korupsi semakin melengkapi pelanggaran HAM di Papua. Dan tidak hanya soal hak sipil dan politik, melainkan juga hak ekonomi, sosial dan budaya,” kata Poengky Indarti di Jayapu-ra.

Menurutnya, kebijakan pemerintah berupa Otonomi Khusus untuk Papua yang dituangkan dalam UU Otsus nomor 21 tahun 2001 dianggap telah gagal membawa Papua pada kesejahteraan.

Celakanya, lanjut dia, kondisi itu direspon

pemerintah dengan membahas UU Otsus plus tanpa

melibatkan masyarakat Papua. Hal tersebut men-

imbulkan berbagai upaya dari masyarakat sipil untuk

mendesak diselenggarakannya dialog damai antara

pemerintah dan perwakilan masyarakat Papua. Teta-

pi, hal itu belum terealisasi hingga hari ini. “Kami

berharap, presiden terpilih nanti mempunyai hati

yang tulus dan iklas menyelesaikan sejumlah perso-

alan di Papua atau pun daerah lainnya di Indonesia,

terutama persoalan pendidikan, kesehatan dan

pelanggaran HAM,” katanya

Beda pendapat Poengky, sejumlah warga di Jayapu-ra juga mengemukakan argumennya. Salah satunya, Linda (50). Menurut dia, Jokowi memiliki karakter yang bisa memikat warga dengan blusukannya. Ia mengetahui sosok Jokowi melalui media elektronik. “Jokowi tak ada lawan lagi, kalau jadi presiden pasti begini,” katanya sambil mengacungkan jempol ka-nannya.

Blusukan tokoh dari Jakarta itu telah memberi kesan tersendiri bagi warga yang selama ini hanya melihat dari layar kaca. Alhasil, sudah menjadi pemandangan umum ketika Jokowi blusukan di Jayapura pada Sabtu (5/4/2014) di Pasar Youtefa Abepura dan 5 Juni 2014, ketika ia ke pasar Praha Sentani.

Mereka menyampaikan berbagai macam harapan, dian-taranya perbaikan infrastruktur, kesejahteraan rakyat serta kehidupan sosial yang aman. Tidak dipungkiri, di Jayapura kerap ditemukan gesekan kecil yang berujung pada perusakan fasilitas umum dan kendaraan di jalan.

Lain halnya dengan warga pendatang, sebut saja Musta-fa, Jokowi harus bersaing ketat dengan Prabowo di Pa-pua. Karakter tegas Prabowo menjadi idaman masyara-kat agar mampu menjaga kondusifitas sosial. “Jokowi kayaknya rada sulit disini,” ujar warga asal Makassar yang sudah tinggal di Jayapura sejak 1996 itu.

Baginya, di Jayapura, sudah banyak pendatang dari Sulawesi dan Jawa yang memiliki pemahaman politik beragam. Sebaran informasi tentang kandidat parpol, merata terutama partai besar. “Kalau Golkar banyak di pedalaman,” ujarnya.

Relawan Berkampanye

Menggalang suara publik, tidak saja dilakukan pasangan Capres-Cawapres dengan berkampanye di berbagai kota di Tanah Air. Dibeberapa daerah yang tidak dikun-jungi pasangan capres, penggalangan dilakukan oleh relawan yang rela memberi waktunya bagi sosok yang diusung. Misalnya di Papua.

Di ujung Papua, Merauke, relawan yang tergabung da-lam Rumah Koalisi Indonesia Hebat melakukan sejumlah aksi dengan tujuan meraup suara saat Pilpres 9 Juli nanti. Rumah Koalisi bersama ratusan warga dari Suku Kanum maupun Suku Yeinan yang mendiami per-

Page 3: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 3

JARINGAN KERJA RAKYAT JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org

EDISI VI

batasan Indonesia-Papua Nugini mendeklarasikan dukungannya bagi pasangan nomor urut 2. Pernyataan sikap dan kebulatan tekad masyara-kat suku perbatasan itu dilaksanakan di Tugu Perbatasan Nol Kilometer di Kampung Sota, Distrik Sota, Me-rauke, pekan lalu.

Menurut Kepala Suku Kanum, Mar-then Ndiken, ketertinggalan dan ketid-akadilan pembangunan yang selama ini terjadi, menjadi salah satu pemicu masyarakat setempat untuk merdeka dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Dua suku ini menar-uh harapan besar terhadap Jokowi-JK yang sudah membuktikan prestasinya memimpin rakyat. Ndiken juga menilai Jokowi-JK sebagai pemimpin seder-hana, dekat dengan rakyat, dan bekerja keras untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Acara deklarasi dibarengi pula dengan pengumpulan dana sukarela serta pengumpulan tanda tangan di kain putih sepanjang 20 meter.

Sementara itu, mendukung Prabowo-Hatta, puluhan relawan partai koalisi dari Gerindra, PPP, PAN, PKS, Gol-kar dan PBB, juga membagikan 9.000 PIN, Selasa lalu. PIN bergambar Prabowo-Hatta itu dibagikan di empat titik yang ada di Kota Jayapura, yakni Depan Toko Galael, lampu merah dok II Jayapura, Yapis Dok V dan di wila-yah Abepura.

Ketua Harian Tim Pemenangan Prabowo-Hatta di Papua, Yanni mengatakan, masa kampanye Pemili-han Presiden (Pilpres) sejak 4 Juni-5 Juli, akan diisi koalisi partai dengan membagi PIN. “Di PIN itu ada hara-pan dan perjuangan untuk lebih baik kedepannya. Masyarakat sangat an-tusias meminta dan menyambut PIN itu. Di Papua kami menyediakan satu juta PIN, sticker dan baju kaos untuk 29 kabupaten/kota,” kata Yanni.

Menurutnya, meski suara pemilih di Papua hanya 3,2 juta, namun koalisi Merah Putih tak melihat hal itu se-bagai persoalan. Kata Yanni, bukan masalah banyak atau sedikitnya pem-ilih, namun Papua memiliki arti yang

sangat penting.

Sementara salah satu tim pemenangan Prabowo-Hatta di Jayapura dari partai PPP, Rosmini Haidah menambahkan, tujuan pembagian PIN itu tentunya untuk kemenangan Prabowo-Hatta. “Kami siap memenangkan Capres/Cawapres nomor urut 1, Prabowo-Hatta di Papua,” kata Rosmini.

Capres nomor urut 1 ini memang telah „menyihir‟ warga Papua un-tuk memilihnya. Sepak terjangnya selama menjadi tentara, bahkan diapresiasi sebuah TV swasta di Belanda dengan membuat tayan-gan khusus. Sebuah film doku-menter pun dibuat untuk menam-pilkan kisah penyanderaan dan pembebasan 2 warga negara Bel-anda, Martha Klein dan Mark van der Wal di Mapenduma, Papua, oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1996 silam.

Film itu ditampilkan dengan judul Gegijzeld in Indonesie. Dalam film diceritakan, kala itu 2 warga Bel-anda yang tergabung dalam se-buah ekspedisi „Ekspedisi Lorenz‟ disekap bersama 11 orang lainnya oleh OPM pimpinan Kelly Kwalik.

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang kala itu dipimpin Prabowo, memberikan mandat dalam operasi pembebasan San-dra Mapeduma. “Sebagai pimpi-nan TNI dengan pangkat tertinggi di lapangan waktu itu, Danjen Kopassus Prabowo Subianto ada-lah prajurit yang bertanggung ja-wab penuh atas „Operasi Pem-bebasan Sandera Mapenduma‟,” kata Koordinator Media Center Prabowo, Budi Purnomo Karjodi-hardjo.

“Walaupun dihadapkan dengan medan yang sangat sulit dan peta yang minim, Prabowo pada bulan Mei 1996 berhasil membuktikan ketangguhan Kopassus dalam menyelesaikan operasi sulit dan menjaga martabat bangsa Indone-sia,” tutur Budi.

Sayangnya, pembuatan film doku-

menter itu, tak banyak membuat warga Papua terkesima. “Yang terjadi saat itu adalah, Prabowo telah memerintahkan pasukannya dan menyisir sejumlah kampung, serta menembak mati warga, apa yang bisa kita banggakan disini,” kata Philipus, warga Merauke.

Ia berpandangan, film Prabowo hanya ditujukan untuk menarik simpatik warga. “Tapi kami orang Papua tidak melihatnya seperti itu. Dia adalah pelanggar HAM Berat, saya tidak setuju jika orang Indo-nesia melihatnya sebagai pe-juang,” ujarnya lagi.

Kampanye Hitam

Black Campaign jelang Pilpres 9 Juli, dengan tujuan menjatuhkan sosok capres-cawapres, terus membumi. Di Pulau Jawa, tayan-gan TV nasional memperlihatkan bagaimana Capres Jokowi di-jatuhkan lewat penyebaran tabloid Obor Rakyat di Surabaya dan sekitarnya. Tak pelak, penghinaan terhadap Prabowo juga beredar luas di dunia maya dan jejaring sosial.

Di Papua, kampanye hitam da-tang dalam beragam versi. Misal-nya lewat SMS yang berisi pe-nolakan terhadap Jokowi apabila menjadi Presiden. Penolakan itu sejatinya berangkat dari pertim-bangan, jika seorang sipil mem-impin bangsa, Papua dikhawatir-kan akan Merdeka atau lepas dari NKRI.

Gubernur Provinsi Papua Barat, Bram Oktovianus Ataruri, mene-gaskan, Papua akan tetap berada dalam NKRI jika Presidennya be-rasal dari latar belakang Militer. “Pilihlah seorang tentara untuk menjadi Presiden, karena tentara itu pasang badan untuk negara ini. Lihat saja, Habibie yang be-rasal dari sipil, ketika menjadi Presiden, Timor Timur akhirnya lepas. Demikian juga dengan Gusdur, ketika menjadi Presiden, hampir saja Papua ini lepas. Jan-gan sampai Jokowi yang pimpin, Papua bisa lepas beneran,” ujarn-ya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Papua, Yako-ba Lokbere/Wetipo, menilai, apa yang diungkapkan Bram Ataruri, sangatlah berlebihan.

Lihat saja, kata Yakoba, ketika mengunjungi Papua di hari per-tama Kampanye, Jokowi sudah menjelaskan mengapa memilih Papua sebagai tujuan pertama safari politiknya. Ia melanjutkan, kampanye pertama di Papua ada-lah bentuk perhatiannya terhadap provinsi paling Timur di Indonesia itu. “Jokowi katakan Papua itu nyaman, dingin, sejuk, adem dan tidak ada masalah. Hanya masa-lah komunikasi. Papua itu harus sering dikunjungi,” ungkap Yako-ba.

Kampanye hitam atau negatif me-mang tidak dianjurkan. Apalagi, kampanye tersebut jelas melang-gar Undang-Undang. “(kampanye

Page 4: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 4 J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 5

JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org

EDISI VI

hitam) ini Intensitasnya cenderung naik,” kata pengamat media sosial, Wicaksono.

Kampanye hitam terutama memenuhi hala-man-halaman di media sosial. Terutama diban-jiri mulai isu rasial, agama, politik, hingga per-soalan masa lalu pribadi Jokowi dan Prabowo. “Sama besarnya dan frekuensinya sama seringnya dan dibuat berulang-ulang,” kata Wicaksono.

Pelaku kampanye hitam ini, menurutnya, ada-lah dua kubu yang bersaing dalam pilpres, baik yang dilakukan tim pendukung resmi atau bukan. “Jadi, mereka menggunakan semua cara, baik yang kasar dan tidak kasar.”

Wicaksono menganalisa, sebagian masyarakat sadar dan tahu betul bahwa kampanye negatif belum bisa dipertanggungjawabkan, sehingga mereka tidak serta merta menelannya. Namun demikian, “ada juga sebagian (masyarakat)

dengan naif menganggap kampanye negatif itu sebagai sebuah kebenaran.”

Upaya klarifikasi pun ramai-ramai dilakukan kedua kubu. Wakil Ketua tim media pemenangan kubu Jokowi-Jusuf Kalla, Aria Bima mengatakan, pihaknya selalu berusaha melakukan klarifikasi terhadap kampanye hitam yang menimpa capres dan cawapresnya. Na-mun demikian, Aria Bima membantah melakukan kampanye serupa terhadap kubu lawannya. “Kita tidak ingin Joko Widodo dan Jusuf Kalla menang karena kenegatifan dari kompetitor atau pesaing kita,” kata Aria Bima.

Dalam berbagai kesempatan, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon juga menya-takan, Prabowo mendapat banyak sekali se-rangan dalam kampanye hitam, yang menurut Fadli, semuanya bersifat fitnah dan tidak ber-dasar fakta. “Pada dasarnya serangan yang ditujukan tersebut merupakan bentuk kek-

hawatiran pihak-pihak tertentu atas terus meningkatnya elektabitas Gerindra,” kata Fadli.

Dilain tempat, Badan Intelijen Negara (BIN) mengimbau masyarakat agar tidak mudah termakan oleh isu kampanye hitam yang marak menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014. “Masyarakat jangan mudah termakan,” ujar Kepala BIN Marciano Norman.

Menurut dia, penciptaan kondisi menjelang Pilpres 2014 yang aman, tidak hanya dil-akukan oleh aparat keamanan. Dikatakannya, partisipasi dari masyarakat juga diharapkan. “Masyarakat juga harus melakukan cek dan ricek terhadap pemberitaan-pemberitaan yang diangkat, sehingga mereka betul-betul nanti

pada saat memberikan pilihannya sudah yakin bahwa ini adalah orang yang terbaik menurut pilihan orang-perorang di TPS itu sendiri,” tuturnya.

Sejauh ini, menurut BIN, situasi menjelang Pilpres 2014 masih kondusif. Dirinya pun mengaku optimis dengan dukungan seluruh rakyat Indonesia, dengan kesadaran yang besar dari seluruh para pendukung capres, bahwa Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasinya dengan keadaan aman, tertib dan terkendali.

Logistik Mulai Didistribusikan

Akhirnya, waktu jelang pemilihan Presiden semakin dekat. KPU terlihat pula mulai sibuk mendis-tribusikan surat suara dan bahan logistik lainnya ke daerah. Di Papua, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengirim logistik ke sejumlah kabupaten, di antaranya Yapen, Waropen, Nabire, Paniai, Dogiai, Deiyai, Intan Jaya, Timika, Asmat, Puncak, Merauke, Boven Digoel.

Pendistribusian dilakukan dengan transportasi laut. Ketua KPU Papua, Adam Arisoy menga-takan, sampai saat ini, seluruh logistik pilpres khususnya C2 sampai C7 beserta amplop telah tiba di gudang KPU.

Sedangkan untuk surat suara, formulir C1, tinta, dan hologram sedang dalam perjalanan pengi-riman langsung ke 29 kabupaten/kota.

Sejumlah kabupaten yang didistribusi lewat jalur udara di antaranya Kabupaten Jayawijaya, Tolikara, Lanny Jaya, Yalimo, Mamberamo Tengah, dan Kabupaten Nduga. Pihaknya mengklaim telah berkoordinasi dengan kapolda dan panglima untuk pengiriman logistik ke sejumlah wilayah yang terisolir. “Untuk antisipasi, kita sudah koordinasi dengan pangdam dan kapolda. Khusus Yahukimo sama Supiori, juga kepulauan kita yang paling luar, Kepulauan Mapia, mereka juga kita harus layani,” kata Adam.

Adam Arisoy menambahkan, logistik pilpres tak sebanyak pileg, sehingga akan lebih mudah pengawasannya. KPU mengklaim, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk pilpres tak ada peru-bahan sebagaimana jumlah DPT pada Pileg yakni 3.222.101.

(Jerry Omona/dari berbagai sumber)

Page 5: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 4 J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 5

JARINGAN KERJA RAKYAT JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org EDISI VI

Pemilihan Umum (PEMILU) semakain dekat, yakni tanggal 9 Juli 2014 mendatang. Masa kampanye kedua pasangan yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah berakhir pada debat akhir hari kemarin (5/7/14). Ada beberapa catatan yang dapat kita tunggu wujudnyatanya bagi perubahan Indonesia 5 tahun mendatang.

Debat terakhir capres dan cawapres pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan tema Pangan, Energi dan Lingkungan,dengan mod-erator Rektor Universitas Diponegoro Sudharto P. Hadi. Berlangsung menarik yang digelar di Gedung Bidakara, Jakarta Selatan.

Di awal-awal dua pasangan berbicara condong pada kam-panye, namun makin ke belakangan debat makin seruh. Soal krisis lingkungan dan kerusakan hutan, pasangan Jokowi-JK tampak lebih menguasai. Kalangan aktivis ling-kungan menilai, kesalahan fatal dari kubu Prabowo, kala capres ini mengisyaratkan penyebab kerusakan lingkungan adalah warga.

Isu lingkungan , dari pasangan Prabowo Hatta, Hatta mengawali penjabaran visi misi. Menurut dia, pangan, ener-gi dan lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. “Tanpa lingkungan baik sulit mengembangkan sektor pangan dan energi,” katanya.

Menurut dia, peningkatan lingkungan hidup lewat pembangunan berkelanjutan, mengarahkan kebijakan dengan mengatasi perubahan iklim global (global climate change), konservasi agar ekosistem tetap terpelihara dan terjaga, mengatasi dan meningkatkan kuali-tas air, udara dan tanah. Lalu prinsip-prinsip dasar konsep pembangunan berkelanjutan menjadi konsep pembangunan pasca MDGs.

“Lingkungan hidup bukanlah suatu warisan tapi titipan generasi kedepan yang harus dijaga. Tingkatkan kualitas lingkungan agar generasi mendatang hidup lebih baik,” begitu dia mengkampanyekan visi misi.

Dari pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, Kalla mengawali perlunya lingkungan yang baik. “Lingkungan hidup suatu hal kebutuhan pokok.”

Dia mengatakan, hutan Indonesia harus diperbaiki, tiap tahun sekitar 2 juta hektar. Juga

memperbaiki kota, dan sungai. “Itu penting yang harus dilakukan, itu urgen.”

Capes No.1 : Jaga Kelestarian Hutan Nasional

Calon Presiden Nomor 1 Prabowo Subianto menyatakan salah satu strategi pelestarian hu-tan nasional yang akan diterapkan pemerintahannya jika terpilih dalam pilpres nanti adalah mengikutsertakan rakyat dalam pengawasan dan pelestarian hutan.

“Strategi yang kami usung adalah mengikutsertakan masyarakat yang tinggal dipinggir hutan melalui pemberdayaan kelompok petani hutan,” tutur Prabowo.

Dia menjelaskan, keikutsertaan masyarakat dalam pelestarian hutan dilakukan melalui berbagai program ekonomi dan pendidikan tentang pengetahuan pengawasan hutan nasion-al.

“Juga melalui pengawasan lewat satelit dan pengawasan ilegal loging,” imbuhnya. Prabowo menambahkan, penerapan sanksi yang seberat-beratnya terhadap pihak pelanggar yang merusak kelestarian hutan Indonesia harus dipas-tikan penerapnnya. “Aparat harus ikut menjaga hutan kita harus ada intervensi pemerintah dalam hal ini,” tukasnya.

Capres No.2 : Cegah Kerusakan Hutan Kon-versi, Jokowi Siapkan “One Map Policy” “Supaya tidak ada tumpang tindih pengelolaan hutan”.

Calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) akan membuat sebuah peta konversi hutan untuk mencegah tumpang tinding pengelolaan hutan. Hal itu disampaikan Jokowi sebagai tanggapan atas rencana Prabowo melakukan pengawasan terhadap aksi pembalakan liar di hutan Indonesia.

“Selama ini belum jelas, mana hutan produksi, mana hutan konversi karena kita belum punya satu peta. Hutan lindung diberi lisensi per-tambangan, hutan lindung untuk perkebunan, hutan lindung untuk hutan produksi. Ini karena kita tidak punya satu peta konversi,” kata Jokowi dalam debat capres dan cawapres.

Jokowi mengatakan, jika hal tersebut dibiarkan

Page 6: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 6 J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 7

EDISI III JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org JARINGAN KERJA RAKYAT EDISI VI

terus menerus, hutan konversi akan habis untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu.

“Karena selama ini tumpang tindih, antara perkebunan dan hutan lin-dung. Jika tidak diselesaikan, hutan kita akan digerus kepentingan lain. Di Pulau Kalimantan contohnya, ada 753 kasus hanya dalam satu provinsi,” lanjut Jokowi.

Untuk itu, Jokowi menegaskan, perlu dibuatnya sebuah peta konversi

hutan untuk mencegah tumpang tindih pengelolaan hutan terse-

but. “Dengan adanya one map policy, maka masalah itu bisa

diselesaikan,” pungkas Jokowi.

Penghargaan Lingkungan

Pada segmen kelima Hatta mengajukan pertanyaan mengenai penghargaan tertinggi Kalpataru yang diberikan pemerintah Indonesia sebagai perwujudan lingkungan hidup yang bersih. Dia menanyakan seberapa jauh pandangan Jokowi terhadap Kalpataru ini? Bagaimana upaya mencapai itu?

Jokowi menanggapi dengan cukup baik. Kata Jokowi, penghargaan Kalpataru itu sangat baik, diberikan kepada perseorangan maupun lembaga. Namun, katanya, akan lebih bagus jika diberikan tidak han-ya dalam bentuk piala, tetapi juga insentif dan dana. “Agar apa yang mereka kerjakan bisa lebih baik lagi. Dengan insentif anggaran bisa bekerja lebih baik lagi, misal membersihkan sungai lebih baik, mem-perbaiki desa.”

Hatta menanggapi balik. Dan ini jadi bumerang bagi Hatta.

“Bentuk penghargaan apa dalam bentuk piala, bukan sesuatu prinsip, yang penting adalah penghargaan, refleksi keberhasilan kota bersih hijau dan sehat. Mengapa DKI sekarang tidak dapat? Solo belum pernah dapat?

Kalla menanggapi. Jawaban Kalla mungkin mengejutkan Hatta.

“Pertanyaan bagus, tapi keliru. Kota itu dapat Adipura, bukan Kalpata-ru, hingga tidak perlu saya jawab.”

Jokowi menambahkan, Kota Solo pernah mendapatkan penghargaan Green City.

Giliran Jokowi bertanya. Dia bertanya tentang strategi menekan laju

deforestasi. “Indonesia, saat ini dihadapkan pada bencana ekologis, salah satu karena kerusakan hutan. Laju deforestasi tertinggi di dunia. Bagaimana strategi menghentikan laju deforestasi?”

Prabowo menjawab dan konsisten seperti jawaban sebelumnya, dengan penekanan kerusakan hutan itu karena aktivitas warga.

Menurut Prabowo, menekan laju deforestasi itu masalah sangat mendesak. Dia mengusung strategi mengikutsertakan masyarakat, rakyat yang tinggal di hutan dan pinggir hutan, dengan memberdayakan melalui kelompok petani hutan. “Pemberdayaan ekonomi, sekaligus beri pengharapan hidup hingga mereka tidak merambah hutan.”

Juga harus ada pengawasan dengan menggunakan satelit, hingga bisa memonitor illegal logging, dan penambangan liar. “Sanksi keras kepada perusahaan yang melanggar tata kelola hutan. Aparat penegak hukum harus kita tatar kembali supaya mereka turut jaga hutan. Hutan harus kita jaga bersama, harus ada intervensi pemerintah untuk benahi ling-kungan hidup dan hutan kita.”

Jokowi balik menanggapi dengan lebih kongkrit. Dia mengemukan, carut marut sektor kehutanan karena penyusunan tata ruang belum selesai. “Tata ruang kita sebetulnya hampir selesai, dan harus segera diselesaikan, hingga jelas, mana hutan lindung, mana hutan produksi, mana hutan alami.”

Dia juga mengemukan, mengenai kebijakan satu peta (one map policy) yang belum dimiliki Indonesia hingga terjadi tumpang tindih. “Ada hutan lindung diberikan konsesi untuk produksi. Kekeliruan ini disebabkan belum ada kebijakan satu peta.”

Jokowi mencontohkan, Kalimantan, ada 753 kasus dalam satu provinsi

karena tumpang tindih antara tambang dan hutan lindung, antara perke-

bunan dan hutan lindung. “Kalau tidak diselesaikan, hutan kita mulai

digerus untuk kepentingan-kepentingan lain. One map policy selesai,

saya menyakini kerusakan hutan bisa diselesaikan.”

Tanggapan Aktivis Lingkungan

Menanggapi debat capres soal isu lingkungan ini, Rida Saleh, aktivis lingkungan mengapresiasi jawaban mengenai kerusakan lingkungan dari Jokowi. “Baik sekali Jokowi menjelaskan.”

Sedang Prabowo, katanya, malah blunder karena menyalahkan

Page 7: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 7

EDISI III JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org EDISI VI

penduduk sebagai pemicu kerusakan lingkungan. “Ini sangat berten-tangan. Manusia disalahkan, padahal yang merusak pola ekspoitasi yang luar biasa, industri besar. Menurut saya sangat fatal sekali,” katanya dalam acara nonton bareng debat di sekretariat Walhi di Jakarta.

Namun Rida menilai, kedua calon masih perlu pendalaman mengenai sub-stansi persoalan lingkungan hidup agar tak melihat secara sederhana.

Erpan Faryadi, koordinator International Land Coalition Asia juga ber-pendapat sama. Menurut dia, penjabaran mengenai lingkungan Jokowi bagus. “Terkonfirmasi kalau kerusakan lingkungan karena pertumbuhan yang menjadi fokus.”

“Tentang kerusakan lingkungan, jawaban Prabowo betul-betul salah. Keru-sakan lingkungan itu karena keserakahan kapitalisme.”

Bagaimana tanggapan Greenpeace debat capres mengenai ling-

kungan ?

Teguh Surya, juru kampanye Hutan Greenpeace Indonesia menilai komit-men Jokiwi-JK untuk memberikan sanksi keras terhadap korporasi perusak hutan perlu diuji terlebih dahulu dalam implementasi penyelesaian tung-gakan kasus kebakaran hutan, dan korupsi sumber daya hutan.

Sedang komitmen penyelesaian tumpang tindih perizinan di kawa-san hutan, katanya, seharusnya diawali dengan memperkuat dan memperpanjang kebijakan morari-um yang akan berakhir Mei 2015, termasuk review perizinan saat ini.

Kedua pasang calon, katanya, tidak jelas menyebutkan komitmen melanjutkan penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia. Hingga ada kemungkinan hutan dan gam-but tidak mendapat perlindungan di masa depan. “Juga tidak ada kejelasan upaya pecegahan keba-karan hutan mengingat target penurunan emisi Indonesia 2020 adalah menghentikan laju deforetasi, cegah kebakaran dan lindungi gam-but total.”

Menurut dia, pernyataan Prabowo mengenai masyarakat sebagai peram-bah hutan adalah salah besar. “Ini menyiratkan tidak pahamnya tentang akar pesoalan kerusakan hutan Indonesia. Sebagian besar hutan justru rusak akibat ekspolitasi untuk perkebunan sawit dan hutan tanaman indus-tri skala besar.”

Teguh mengatakan, meskipun Jokowi-JK menyebutkan akan merehabili-tasi 2 juta hektar hutan per tahun, tetapi tidak dielaborasi lebih lanjut mengenai implementasi target itu. Kebijakan perlindungan hutan dan gam-but melalui moratorium, katanya, juga tidak mendapatkan penjelasan me-madai.

Ariefsyah Nasution, juru kampanye Lautan Greenpeace Indonesia menilai, kedua pasangan capres-cawapres tidak menjelaskan urgensi pencegahan pencemaran laut, pengelolaan sumberdaya ikan bertanggungjawab dan penanganan penangkapan ikan berlebihan guna memulihkan ekosistem laut. “Juga memastikan ketersediaan dan kedaulatan pangan saat ini dan

dimasa depan.”

Ahmad Ashov Birry, juru kampanye Detoks Greenpeace Indonesia mencatat pasangan Prabowo-Hatta menyebutkan kualitas air, udara dan tanah perlu diperbaiki. Sedangkan pasangan Jokowi-JK me-nyebutkan, daerah aliran sungai banyak mengalami kerusakan hingga perlu diperbaiki.

Namun, katanya, kedua pasangan tidak menyebutkan pencemaran bahan kimia berbahaya beracun industri sebagai salah satu penyebab paling berbahaya. “Ini sangat mengkhawatirkan karena dalam visi misi keduanya berniat ekspansi sektor industri yang in-tensif menggunakan dan melepaskan bahan kimia berbahaya.”

Kedua capres, kata Ashov, harus sadar bahwa dampak bahan kimia berbahaya kepada masyarakat dan lingkungan sangatlah luas. “Mulai dari berbagai ancaman kesehatan seperti kanker dan gangguan sistem reproduksi hingga gangguan produktivitas lahan pertanian yang tercemari B3.”

Yuyun Indradi, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia menga-takan, pemaparan kedua capres-cawapres belum ada yang me-

menuhi harapan. Keduanya masih mengutamakan per-tumbuhan ekonomi. Isu lingkungan hidup hanya dijadikan polesan.

“Mereka tidak memahami situasi aktual sekarang. Lingkungan hidup harus jadi fokus utama. Mereka lebih fokus pada perdebatan mengenai pangan dan rene-gosiasi kontrak. Soal keru-sakan lingkungan tidak di-perdebatkan keduanya.”

Isu kelautan, toksik, hutan dan energi terbarukan masih sangat minim. Perlu

dorongan lebih kuat agar keduanya memperhatikan hal itu jika ter-pilih menjadi presiden.

“Isu konservasi masih belum muncul. Keduanya sepakat melindungi hutan, tapi tidak dijabarkan strategi seperti apa. Lingkungan hidup belum menjadi mindset keduanya. Padahal ia pilar penting dalam pembangunan berkelanjutan.”

Dia juga menyoroti rencana pembukaan lahan untuk sawah baru. Prabowo-Hatta menjanjikan lahan dua juta hektar, Jokowi-Jk satu juta hektar. Namun kebijakan ini, berpeluang merusak lingkungan. “Perlu mendorong kedua pasangan lebih memahami isu lingkungan. Agar ke depan agenda pembangunan yang dilakukan lebih berke-lanjutan. Kita masih ada trauma kebijakan era Soeharto terkait satu juta hektar lahan gambut untuk pertanian. Itu terbukti kebijakan yang gagal,” kata Yuyun.

Farhan Hemy, manager Indonesia Climate Change Centre menga-takan, secara keseluruhan debat capres-cawapres sebuah preseden bagus. “Isu energi, pangan dan lingkungan dibicarakan secara keseluruhan hingga mengarah pada penerapan kon-

Page 8: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 8

JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org JARINGAN KERJA RAKYAT EDISI V

sepsuistainable development.”

Keduanya, mencoba mengarah pada satu isu yang lebih spesifik, wa-lau kurang dielaborasi. “Jokowi berbicara soal one map polcy, ini isu bagus. Hanya kurang dielaborasi. Padahal itu nanti jika diperdalam lebih jauh berbicara soal tumpang tindih izin dan banyak kepentingan yang bermain di sana.”

Soal one map polcy jika dielaborasi lebih mendalam memunculkan ga-gasan terkait penyelesaian konflik tenurial. Terutama soal tata kelola hutan secara keseluruhan. Penataan kepemilikan, hak masyarakat adat dan lain-lain.

Dia mengatakan, persoalan lingkungan di Indonesia tidak mungkin bisa diselesaikan hanya dalam waktu lima tahun. Namun, dia berharap da-lam waktu lima tahun ke depan, siapapun yang terpilih bisa membuat fondasi kuat untuk perbaikan lingkungan hidup ke depan.

“Kita bisa mendorong pembangunan ekonomi tinggi dengan rendah

emisi. Tapi tentu perlu ada leadership kuat, yang mampu merangkul berbagai pihak. Baik kalangan industri, swasta juga masyarakat. Semua harus bisa berjalan kolaboratif.”

Mengenai isu perubahan iklim juga isu sangat penting. Tidak hanya dalam skala nasional, juga global. Presiden terpilih, katanya, harus berani memposisikan Indonesia sebagai negara yang mempunyai komitmen penuh terhadap isu perubahan iklim.

Farhan menggalakkan kampanye Inisiatif pemilih peduli bumi. Kampa-nye ini, katanya, untuk mengawal agenda capres-cawapres terpilih terkait lingkungan hidup. Ia akan diselenggarakan di 10 kota, yakni, Jakarta, Bandung, Denpasar, Semarang, Balikpapan, Samarinda, Su-rabaya, Medan, Palembang dan Makassar. “Ini akan dilakukan sampai 100 hari kerja presiden terpilih.”

(M.Imbiri-berbagai sumber)

Kecurangan dalam Pemilihan Umum bukan lagi cerita baru. Dalam momen Pilpres 2014, kecurangan nam-paknya juga tak bisa dihindari. Lihat saja di Papua, dimana sejumlah pemilih di Kota Jayapura, dengan mudahnya mencoblos lebih dari satu kali.

Papua memang diprediksi menjadi wilayah rawan pelanggaran akibat jauh dari pantauan media.

Deputi Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokras (Perludem) Ferry Junaedi mengatakan, berkaca di Pemilu Legislatif (Pileg) 9 April 2014 lalu, Papua paling banyak ditemukan bentuk penye-lewengan pemilu.

Menurutnya, Papua tidak diragukan lagi sebagai sa-rang kecurangan. “Maka tidak heran dalam sidang PHPU pileg di Mahkamah Konstitusi (MK), Papua be-rada diperingkat pertama dimana terdapat 100 gugatan diajukan ke MK,” ujarnya dia.

Maraknya proses perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) pileg di MK, kata Ferry, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi KPU dan Bawaslu untuk mencegah jual beli suara. Termasuk menekan bentuk kecurangan lainnya sehingga persoalan pilpres tidak menumpuk di MK. Konteksnya indepensi KPU dan Bawaslu penting dibutuhkan agar masyarakat percaya terhadap penyelenggaraan pilpres.

Baginya, Bawaslu sejauh pengamatan selama ini, bergerak lamban mengantisipasi dan mencegah kecurangan pemilu di Papua. Temuan-temuan Bawaslu dilapangan jarang dituntaskan, umumnya Bawaslu lebih banyak duduk manis menerima laporan dari masyarakat. Laporan pun terkadang tidak ditindaklanjuti. “Belum ada langkah kuat dari Bawaslu terkait pelanggaran muncul dilapangan. Artinya Bawaslu bisa dibilang ga-gal memotret, memetakan dan mencegah persoalan sehingga banyak pelanggaran pemilu menumpuk di MK,” tukasnya.

Sementara itu, indikasi kecurangan pasca pilpres, misalnya, mulai ditemukan pada formulir C1 yang diunggah ke situs KPU. Salah satu indikasi kejanggalan yakni, adanya modifikasi angka pada kolom rincian perolehan suara.

Page 9: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 8 J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 9

JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org EDISI V

Menyikapi kecurangan penggelembungan suara ter-hadap salah satu pasangan capres dan cawapres itu, Ke-lompok Penyelenggara pemungutan Suara (KPPS) TPS 01 Kampung Yahim, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, mengantisipasinya dengan menuliskan angka di sebelah kolom jumlah rincian perolehan suara sah agar formulir C1 tidak dimanipulasi.

Pada TPS 01, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh 35 suara. Oleh pani-tia KPPS, ditulis: „tiga puluh lima‟ di samping nama pasangan capres-cawapres. Sedangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang memperoleh 317 suara, di-tuliskan „tiga ratus tujuh belas‟. Total seluruh suara sah berjumlah „tiga ratus lima puluh dua‟, dan jumlah suara tidak sah satu.

Formulir C1 ini kemudian ditandatangani oleh panitia KPPS yang ber-jumlah tujuh orang dan dua saksi dari pasangan capres-cawapres.

Kecolongan

KPU tampaknya memang kecolongan dengan „ulah‟ sejumlah KPU Ka-bupaten/Kota yang sudah mengunggah hasil rekapitulasi suara tingkat kab/kota (DB1) melalui website KPU, padahal rekap suara kab/kota menurut jadwal baru bisa dimulai Rabu (16/7).

Hasil rekapitulasi tingkat kabupaten/kota tersebut setelah dicek kembali melalui website pemilu2014.kpu.go.id, ternyata sudah dihapus oleh KPU. Tidak ada data yang ditampilkan.

Setelah ditelusuri melalui lamannya pilpres2014.kpu.go.id/db1.php, layanan untuk menampikan hasil rekap DB1 itu masih tersedia, namun tidak menampilkan data apapun. Hanya keterangan „Fitur ini menunggu rapat pleno tingkat kabupaten‟.

Sebelumnya, pantauan pukul 16.40 WIB, Selasa (15/7/2014), laman itu menampilkan data hasil rekapitulasi tingkat kab/kota. Ada 14 kabu-paten/kota yang sudah mengunggah hasil rekapitulasinya dalam web-site KPU RI.

Format pengunggahan sama dengan hasil rekap kecamatan yaitu dibedakan „terverifikasi‟ dan „belum terverifikasi‟. Sudah terverifikasi menurut provinsi yaitu: Bengkulu (1 kab/kota), DKI Jakarta (1 kab/kota), dan Papua (1 kab/kota).

Belum terverifikasi menurut provinsi yaitu: Aceh (2 kab/kota), Sumatera Utara (2 kab/kota), Jambi (1 kab/kota), Bengkulu (1 kab/kota), Jawa Barat (2 kab/kota), Kalimantan Timur (1 kab/kota), Gorontalo (1 kab/kota), Papua (1 kab/kota)

Atas berbagai dugaan kecurangan ini, Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) pun membuka 6 posko pengaduan bagi masyara-kat yang menemukan kecurangan terkait proses pilpres.

Komnas HAM melakukan pemantauan proses pilpres di DKI Jakarta (Jabodetabek), Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. “Mencermati seluruh potensi pelanggaran HAM yang terjadi akibat tindak pidana pilpres 2014 atau praktik-praktik manipulasi suara, maka Komnas HAM membuka posko pengaduan,” ujar Ketua Komnas HAM, Hafid Abbas.

Menurut Hafid, posko ini akan dibuka di kantor Komnas HAM selama 24 jam untuk melayani masyarakat. Selain di Jakarta, posko juga akan dibuka di 6 kantor Komnas HAM yang ada di daerah. “Posko dibuka di 6 daerah yaitu di Aceh, Sumbar, Kalbar, Sulteng, Maluku, Papua,” kata Manager Nasution, koordinator pemantauan pilpres.

Manager menyebutkan posko dibuka hingga pelantikan presiden Ok-tober nanti. Meski membuka posko, Komnas HAM sifatnya hanya akan memberi masukan atau desakan untuk penyelesaian masalah. “Kasus-kasus kami mendorong diselesaikan di masing-masing ting-katan permasalahan.”

Hafid menjelaskan bahwa posko pengaduan ini dibuat sebagai bagi-an tanggung jawab moral institusi Komnas HAM. Posko disebut se-bagai upaya Komnas HAM agar pilpres berjalan baik dan tidak ada konflik. “Pengaduan akan kami tindaklanjuti terserah nanti bagaimana mekanismenya. Kami akan bertemu dengan panglima TNI, kapolri, KPU untuk memberikan masukan,” ungkap Hafid.

Komnas HAM menyatakan jika ada temuan atau pengaduan kecurangan akan diserahkan kepada pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam menindaklanjutinya. Dalam hal ini KPU, Bawaslu, dan Polri.

Pilpres Ulang

Pelaksanaan Pilpres telah usai. Meski demikian, tidak untuk sejumlah TPS yang harus menggelar pemilihan ulang karena berbagai alasan. Di Nabire Papua, Komisi Pemilihan Umum diminta melangsungkan pilpres ulang di lima kampung/kelurahan yang berada di Distrik Wap-

Page 10: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 1 0

JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org JARINGAN KERJA RAKYAT EDISI V

oga. “Kami minta pemilu ulang karena saat Pilpres 9 Juli lalu terjadi sejumlah kecurangan di Wapoga. Terjadi pelanggaran undang-undang tentang pemilu,” ujar Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) di Distrik/Kecamatan Wapoga, Yuli Ernawati Wamafma di Nabire.

Yuli menjelaskan, terdapat lima kampung di Distrik Wapoga yakni Sa-manui, Totoberi, Keuw, Taumi dan Kamarisano yang merupakan ibu kota distrik. Seharusnya ada enam tempat pemungutan suara (TPS) di daerah itu. “Taumi adalah salah satu kampung yang sangat jauh dari ibu kota kabupaten yakni Nabire. Transportasi satu-satunya ke kampung itu dengan helikopter dengan memakan waktu kurang lebih satu jam perjal-anan dan perahu boad satu hari,” ujarnya.

Kemudian jika menggunakan perahu dan speedboad ke Taumi me-makan waktu dua hari satu malam. Pengantaran logistik ke kampung itu terlambat. “Logistik baru dikeluarkan dari KPU Nabire pada 8 Juli, kemudian diantar ke ibu kota distrik. Tanggal itu, saya sudah berada di Samanui untuk memastikan sudah ada TPS atau belum dan apakah logistik sudah tiba atau belum,” katanya.

Semsampai di Taumi ternyata belum ada TPS yang disiapkan, anggota dan ketua kelompok penyelenggara pemungutan suara juga tidak be-rada di lokasi itu. Logistik berupa kertas suara, kotak suara dan formulir C1 juga belum tiba.

Dia mengaku, ketika tiba dan memastikan kesiapan, masyarakat bertan-ya apakah mereka juga ikut mencoblos atau tidak. “Ketika masyarakat tanya, saya bingung lalu saya kumpulkan masyarakat dan minta mereka bersabar jika logistik tiba baru warga menyiapkan TPS untuk nyoblos,” ujarnya.

Logistik baru tiba di lima kampung itu pada Rabu, 9 Juli, itu pun sudah pukul 13.00 WIT yang sebenarnya sudah waktunya mengakhiri pen-coblosan dan dilanjutkan penghitungan suara. TPS juga sudah ditutup.

Tempat pemungutan suara juga tidak disiapkan. Karena menunggu logistik pilpres lama datang, akhirnya masyarakat di daerah itu pergi ke kebun dan berburu.

Tiba-tiba kepala distrik setempat, Berry Saroy datang dari ibu kota distrik yakni kampung Kamarisano. Ia datang dengan tangan kosong tidak membawa logistik pilpres.

Kepala distrik bermaksud membawa perwakilan masyarakat ke Kama-risano ibu kota distrik. Ternyata sudah ada perwakilan warga dari empat kampung itu dikumpulkan, disiapkan mewakili masyarakat untuk mem-ilih/mencoblos. Pencoblosan sistem perwakilan itu kemudian dilakukan

dan sejumlah warga setempat sepakat semua surat suara dicoblos untuk pasangan capres nomor urut dua, Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Beranjak dari itu Ketua Panwas Yuli melayangkan surat ke KPU Nabi-re untuk minta pemilu ulang. “Kami masih tunggu jawaban dari KPU Nabire,” ujarnya.

Selain di Nabire, persoalan Pilpres juga terjadi di Kabupaten Ya-hukimo. Disana, sebanyak 14 distrik harus menggelar Pilpres susulan lantaran tidak adanya logistik yang diterima. Cuaca buruk telah meng-hambat distrikbusi logistik Pilpres ke daerah itu. Jumlah pemilih yang belum menggunakan hak pilihnya di 14 distrik tersebut sebanyak 60.447 orang.

Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, M Romahurmuziy mengatakan, hasil penghitungan suara di Kabupaten Yahukimo, tidak berdampak signifikan untuk men-dongkrak perolehan suara Pemilu Presiden.

Romy, sapaan akrabnya mengatakan, masyarakat yang bisa menggunakan hak pilihnya di Papua ditaksir mencapai dua persen dari total seluruh pemilih di Indonesia. Sehingga, tidak mungkin berdampak berarti. “Di sana kan suaranya sekitar empat juta. Kalau 4 juta dari 190 kan sekitar dua persen saja. Sehingga, tidak akan ban-yak berpengaruh kalau itu hanya Yakuhimo,” katanya.

***

Berbagai kasus pelanggaran Pilpres di Papua, tak pelak telah mencid-erai demokrasi. Itu belum lagi ditambah dengan banyaknya warga yang memilih golput.

Komisoner KPU Papua, Tarwinto mengatakan, dibeberapa daerah, memang terjadi penurunan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. “Tapi kami belum bisa memberikan ket-erangan seberapa besar penurunananya sebelum ada rekapitulasi dari seluruh Kabupaten dan Kota. Sedangkan informasinya, di Kabu-paten Merauke partisipasi masyarakat turun hingga 50 persen. Kota Jayapura dan Yapen juga demikian,” kata Tarwinto.

Padahal lanjut Tarwinyo, jauh sebelum hari pencoblosan KPU setem-pat telah melakukan sosialisasi ke masyarakat agar menggunakan hak pilihnya. “Mungkin antusias masyarakat dalam Pilpres, 9 Juli lalu disebabkan kekecewaan masyarakat pada Pemilihan Legislatif, 9 April,” kata Tarwinto.

(Jerry Omona/dari berbagai sumber)

Page 11: JERAT Edisi 6 Juli 2014

Foto : Jerry Omona J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 1 0 J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 1 1

JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org EDISI V

Pemilihan Presiden 9 Juli 2014 telah berakhir. Meski diwarnai

sejumlah aksi boikot Pilpres, namun usaha itu dianggap tak ber-

hasil. Benarkah?

Rencana boikot Pilpres misalnya datang dari pihak Organisasi

Papua Merdeka. Tentara Pembebasan Nasional OPM mengu-

mumkan akan menyerang obyek vital di wilayah Pegunungan Ten-

gah dalam usaha menggagalkan Pilpres 2014.

Panglima Divisi VII Lapago, Erimbo Enden Wanimbo menegaskan,

penyerangan terhadap sejumlah obyek vital dan markas dari apa-

rat keamanan, mulai dilakukan pada Ahad, pekan lalu. “Kami me-

nyerukan untuk memboikot Pilpres, kami hanya meminta referen-

dum,” kata Erimbo dalam wawancara bersama wartawan di Mar-

kasnya di Pirime, Lanny Jaya.

Ia mengatakan, rencana penyerbuan berkaitan erat dengan per-

juangan TPN OPM menuntut kemerdekaan bagi Papua. Selama

ini, kata dia, pemerintah Indonesia tak pernah memberikan kesem-

patan bagi Papua untuk berkembang. Indonesia telah mengambil

alam Papua dan mengeruk sumber daya alam yang maha dashyat

serta hanya meninggalkan sedikit bagi mereka. “Papua bukan milik

Indonesia, Indonesia juga melakukan pelanggaran HAM, mengam-

bil tanah kami, merusak hutan, dan ini saatnya, kami mau meminta

itu semua, kami mau merdeka dan berdiri sendiri,” ujarnya.

Menurut dia, persoalan pelanggaran HAM dimulai sejak

pemerintah dan tentara memasuki wilayah pesisir dan pegunun-

gan di Papua. Pada saat yang bersamaan, dilaksanakan Pepera

(Penentuan Pendapat Rakyat)

yang jauh dari adil dan jujur.

“Orang Papua dibunuh pada

waktu Pepera, kami tidak bisa

melawan, tapi sekarang, kami,

dengan panah, akan melawan

Indonesia dengan senjata, kita

akan lihat siapa yang menang,”

tegasnya.

Hasil Pepera 1969 ketika itu

menunjukkan warga Papua

menghendaki bergabung

dengan NKRI. Hasil Pepera

kemudian dibawa ke sidang

umum PBB dan disetujui pada

tanggal 19 November 1969.

“Pepera itu tidak sah. Kami

menuntut referendum ulang,”

kata Erimbo lagi.

Page 12: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V J U L I 2 0 1 4 H A L . 1 4

REDAKSI

Penanggungjawab : pt. JERAT Papua

Pimpinan Redaksi : Septer Manufandu

Editor/Redaktur : Jerry Omona

Kontributor : Wirya Supriyadi, Engelbert Dimara

Desain/Layout : Markus Imbiri

Kantor JERAT Papua

Jalan : Bosnik Blok.C No. 48 BTN Kamkey

Abepura (99351) Kota Jayapura - Papua

Email : [email protected] Telp : (0967) 587836

Website : www.jeratpapua.org

EDISI III JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org JARINGAN KERJA RAKYAT EDISI V

Erimbo adalah salah satu dari tiga „penguasa‟ tentara

Papua Merdeka di Pegunungan Tengah. Dua lainnya

yakni, Purom Wenda dan Goliath Tabuni. Erimbo

mengklaim sebagai pejuang muda yang memiliki ratu-

san prajurit di daerah Pirime hingga Bolakme. Ten-

taranya memegang senjata otomatis dan kerap meng-

ganggu sejumlah pos militer.

Usaha menggagalkan Pilpres juga berlangsung di

Paniai. Komandan Tentara Pembebasan Nasional

Papua Barat (TPN-PB) OPM, Makodam IV Pembela

Keadilan, mengklaim pencoblosan di sembilan distrik

Paniai gagal dilaksanakan.

Pimpinan TPN-PB/OPM Paniai, Leo Magai Yogi

mengatakan, kegagalan itu adalah hasil dari sosial-

isasi boikot Pilpres yang telah disuarakan pihaknya.

“Saya sudah gerakan seluruh TPN-PB ke 9 distrik di

seluruh Kabupaten Paniai. Sehingga pencoblosannya

tidak dilakukan di distrik, tapi hanya di Enarotali (ibu

kota kabupaten Paniai) saja. Artinya masyarakat prib-

umi di Paniai tidak memberikan suara,” kata Leo.

“Jadi, kalau di Paniai ada yang bilang proses Pilpres

berjalan lancar, maka itu permainan elit-elit politik dan

oknum tertentu. Bukan suara masyarakat yang pilih,”

tegasnya.

Leo menegaskan, pihaknya menuntut

digelar referendum sebagai bagian dari

pembebasan Papua. “Referendum

solusi bagi kami. Tak pantas anjing

hidup sekandang dengan kucing,”

tukasnya.

Dibagian lain, upaya „menghentikan‟

Pilpres datang pula dari berbagai ele-

men di Papua. KNPB salah satunya.

Beberapa aktivis juga menyerukan,

Pilpres di Papua semestinya dibatal-

kan, karena yang dibutuhkan Papua

sebenarnya adalah referendum.

Menanggapi hal itu, Ketua Sinode GKI

(Gereja Kristen Injili) di Tanah Papua

Pendeta Albert Yoku mengeluarkan

imbauan pastoral yang dibacakan di

semua gereja GKI se-Tanah Papua.

Intinya, mengajak warga GKI untuk

turut serta mengambil bagian dalam

Pilpres dengan menggunakan hak

suara secara bertanggung jawab, tidak

terlibat kampanye hitam, serta berani me-

nolak segala macam kecurangan. “Warga

GKI di Tanah Papua (harus) dengan berani

dan tegas menolak segala macam

kecurangan dalam Pilpres, termasuk money

politic, dan menjunjung tinggi kehidupan

moral dan etika di atas dasar Iman Yesus

Kristus,” ujar Yoku.

Mengajak warga untuk memilih juga dil-

akukan pastor John Djonga dan aktivis

Yosepha Alomang. Keduanya meminta war-

ga untuk tidak absen saat Pilpres lalu. “Satu

suara itu penting, jangan golput,” kata John

Djonga.

Mereka mengingatkan, warga Papua yang

tidak ikut merasakan semangat pilpres, ada-

lah masyarakat yang kehilangan hak-haknya

karena ketidakpedulian negara.

Pilpres Lancar dan Aman

Upaya memboikot pilpres sejatinya hanya

digerakkan oleh pihak yang merasa tidak

„nyaman‟ dengan pemerintah. Bahkan an-

Page 13: JERAT Edisi 6 Juli 2014

J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V J U L I 2 0 1 4 H A L . 1 4 J E R A T N E W S L E T T E R | E D I S I V I J U L I 2 0 1 4 H A L . 1 5

EDISI III JARINGAN KERJA RAKYAT

www.jeratpapua.org EDISI V

JERAT PAPUA 2014

caman yang digelorakan OPM, nyata-nyatanya juga tak terbukti.

“Berkat sinergitas kerja seluruh pihak, ancamam itu dapat kita

tekan dan puji Tuhan Pemilu di Papua Barat berjalan lancar,” kata

Wakapolda Papua Paulus Waterpauw saat berkunjung ke

Manokwari.

Waterpauw pun turut senang dengan partisipasi Pemilih di Papua

Barat, yang menurutnya lebih tinggi dibanding Papua. “Di Papua

Barat informasi yang kami peroleh, partisipasipasinya mencapai

80 persen, sementara di Papua hanya berkisar antara 60-70 per-

sen,” ucapnya lagi,

Wakapolda menambahkan, sejumlah ancaman memang tak ter-

bukti. Ini dikarenakan aparat telah melakukan pengamanan ketat,

sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi OPM untuk

melaksanakan rencananya.

Meski demikian, ia mengaku sempat terjadi sejumlah aksi pengi-

baran bendera bintang kejora di 4 titik di Kabupaten Nabire yaitu

di Kantor Lurah Karang Mulia, Kantor Lurah Wonorejo, Kantor

KNPI, dan kantor Badan Arsip Negara. “Nabire tidak masuk dae-

rah rawan Pilpres. Kami mengaku kecolongan. Pelakunya belum

diketahui sampai saat ini dan masih terus kami dalami. Sekitar

pukul 05.00 WIT, bendera tersebut langsung diturunkan oleh apa-

rat,” kata Paulus.

Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Papua menya-

takan, pelaksanaan Pilpres, 9 Juli lalu di Papua berjalan sesuai

tahapan.

Komisioner KPU Papua, Tarwinto mengatakan, Pilpres telah ber-

jalan sesuai jadwal yang ada.

Terkait ancaman boikot Pilpres yang dikhawatirkan sebelum

pilpres, serta wilayah yang dianggap rawan, ternyata tak terjadi.

“Yang tujuh distrik di Yahukimo bahkan sudah berjalan. Kalau ada

yang menyebut pelaksanaan pencoblosan di Dekai, Kabupaten

Yahukimo tidak memenuhi syarat rahasia. Itu juga tidak benar,”

ujarnya.

Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, pihaknya

sudah mengantisipasi berbagai kerawanan gangguan kamtibmas

baik di Papua dan Papua Barat. Antisipasi tersebut berupa

menambah kekuatan personel polisi umum dan Brimob, yang

didukung satuan TNI. “Sebelum hari pemungutan suara, kita su-

dah memprediksi hambatan dan kendalanya, antara lain penyalu-

ran logistik yang bisa tertunda karena faktor geografis dan cuaca,

serta hambatan dari kelompok pengganggu keamanan,” katanya.

Sejumlah daerah yang dianggap rawan dan berpotensi terjadi

kekacauan, ditempuh perkuatan personel baik dari kepolisian

maupun TNI. “Polda Papua terjunkan dua per tiga kekuatan yang

ada hingga ke polsek-polsek dan di-back up oleh rekan-rekan

TNI,” ungkapnya.

Ditempat terpisah, Kodam XVII Cenderawasih terus meningkatkan status

pengamanan menjadi siaga satu sampai pada batas waktu yang belum

ditentukan terkait adanya upaya boikot Pilpres dari kelompok sipil bersenjata

di Papua. Seruan boikot Pilpres disebarkan lewat SMS (short message

send), selebaran yang ditebarkan di jalan-jalan serta adanya rekaman video

dari kelompok sipil bersenjata Erimbo Enden Wanimbo.

Ditegaskan Panglima, pihaknya tidak suka adanya kekerasan dan per-tumpahan darah di Papua. “Saya sebenarnya sedih jika ada anggota OPM yang tewas, tetapi kalau mereka angkat senjata saya tidak segan-segan menumpas mereka. Saya tidak main-main, jadi sebaiknya tidak melakukan aksi-aksi kekerasan,‟‟ ujarnya.

Ada 6 wilayah di Papua yang dinyatakan rawan saat Pilpres, yaitu Kabupat-en Lanny Jaya, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Keerom, perbatasan RI-PNG di Skouw Wutung Kota Jayapura, Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Jayapura. „‟Untuk wilayah-wilayah yang rawan, Kodam sudah menempatkan aparatnya di sana membantu Polisi.”

Dikatakan, Kodam XVII Cenderawasih menyiapkan 2300 personel untuk pengamanan Pilpres bersama dengan Kepolisian. Selain itu dalam memban-tu pendistribusian logistik, Kodam XVII Cenderawasih menyiapkan tiga heli-kopter

Jumlah Pemilih Menurun

Meski tak berdampak signifikan terhadap penyelenggaraan pilpres, namun usaha menggagalkan pencoblosan di Papua sedikit banyak telah memen-garuhi warga untuk datang ke TPS.

Kurangnya sosialisasi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) setempat juga dituding sebagai penyebab menurunnya partisipasi masyarakat untuk mencoblos.

Menurut Wakil Ketua I DPR Papua, Yunus Wonda, pada hari H pencoblo-san, banyak warga yang tak mendapatkan undangan atau C6. KPU baru mendistribusikan undangan pada malam dan pagi hari sebelum pencoblo-san. “Bahkan ada satu TPS di Jayapura tidak sampai 20 orang yang datang sampai pukul satu lewat. Sementara ada 3-400, 500-an undangan yang ter-sisa. Bahkan ada yang sampai 1.000 undangan tidak bisa terdistribusi,” jelas Yunus Wonda.

Menurut dia, antusiasme pemilih lebih tinggi saat pemilu legislatif. “Tetapi di pilpres ini, saya lihat euforia dari rakyat sangat minim.”

Minimnya partisipasi pemilih, lanjut Yunus, karena adanya isu boikot pilpres yang dihembuskan oknum tertentu. Ini membuat membuat warga takut untuk keluar rumah dan masuk ke bilik suara.

(Jerry Omona/dari berbagai sumber)

Page 14: JERAT Edisi 6 Juli 2014

Supported by :

DAPATK

AN

Edisi

New

sLet

ter JE

RAT

di Web

site

www.jeratpapua.org