jenis senjata api

22
C. JENIS SENJATA API Klasifikasi senjata dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara lain: 4 1. Berdasarkan tenaga pendorong/pelontar Atas dasar tenaga yang digunakan untuk melontarkan anak pelurunya maka jenis senjata dapat dibagi menjadi : 4 a. Senjata api : Yaitu jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya, terdiri atas : i. Mesiu hitam (black powder atau smoke powder) Terdiri atas : belerang, arang dan sendawa. Ciri-cirinya : - Menimbulkan asap banyak, berwarna hitam serta sisa-sisa pembakaran. - Tenaga lontarnya kurang kuat. ii. Mesiu putih (white powder atau smokeless powder) Terdiri atas : - Nitrocellulose saja (single base powder). - Nitrocellulose dan nitroglycerine (double base powder). Ciri-cirinya : - Menimbulkan asap sedikit. - Menimbulkan sisa pembakaran sedikit. - Tenaga lontarnya lebih kuat. b. Senjata angin : Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO 2 sebagai sumber energi untuk melontarkan pelurunya.

description

senjata api

Transcript of jenis senjata api

C. JENIS SENJATA API

Klasifikasi senjata dapat didasarkan pada berbagai macam hal, antara lain:4

1. Berdasarkan tenaga pendorong/pelontar

Atas dasar tenaga yang digunakan untuk melontarkan anak pelurunya maka jenis

senjata dapat dibagi menjadi :4

a. Senjata api :

Yaitu jenis senjata yang menggunakan mesiu sebagai sumber kinetiknya, terdiri

atas :

i. Mesiu hitam (black powder atau smoke powder)

Terdiri atas : belerang, arang dan sendawa.

Ciri-cirinya :

- Menimbulkan asap banyak, berwarna hitam serta sisa-sisa pembakaran.

- Tenaga lontarnya kurang kuat.

ii. Mesiu putih (white powder atau smokeless powder)

Terdiri atas :

- Nitrocellulose saja (single base powder).

- Nitrocellulose dan nitroglycerine (double base powder).

Ciri-cirinya :

- Menimbulkan asap sedikit.

- Menimbulkan sisa pembakaran sedikit.

- Tenaga lontarnya lebih kuat.

b. Senjata angin :

Yaitu jenis senjata yang menggunakan kompresi udara atau cairan CO2 sebagai

sumber energi untuk melontarkan pelurunya.

Gambar 2. Senapan angin

http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html

2. Berdasarkan cara menggunakan

Pembagian jenis senjata berdasarkan cara menggunakannya dapat dibedakan

menjadi:4

a. Senapan / bedil

Cara mengoperasikan senjata dari jenis ini adalah dengan kedua tangan sambil

memanfaatkan bahu.

Terdiri atas :

- Senapan berlaras lebih dari 22 inci (long-barrel weapon)

- Senapan berlaras kurang dari 22 inci (short-barrel weapon)

Macam-macam senapan laras panjang :

Rifles

Rifle adalah jenis senapan yang biasanya mempunyai panjang laras lebih

dari 18 inci. Terdapat pegangan kearah dada atau bahu, yang disebut

stock, agar dapat menahan hentakan yang terjadi ketika menembak,

supaya akurasi tetap terjaga. Laras panjangnya ini biasanya mempunyai

alur spiral di dalam, sehingga peluru yang melesat menjadi berputar,

dimaksudkan untuk akurasi dan kecepatan yang lebih maksimal.

Shotguns

Senapan yang memiliki laras panjang dengan kaliber yang biasanya cukup

besar. Selain untuk berburu, biasanya digunakan pula untuk berolahraga

menembak, dengan sasaran bergerak yang dilontarkan ke udara.

Jenis-jenis senjata api laras panjang yang sering digunakan di kalangan militer :

1. MAUSER

Pernah menjadi senjata standar Polri di jaman Orde Baru

hingga awal Reformasi, senjata ini kini hanya dijadikan senjata

beban bagi para siswa yang sedang

menjalani pendidikan Kepolisian. Type Manual; Kaliber 7,62 mm;

Magazin tidak dapat dilepas dengan kapasitas 5 peluru;

2. M1 GARAND

Senapan jaman perang dunia II yang merupakan symbol

pasukan AS pada jaman itu dan pernah menjadi senjata andalan TNI.

Panjang 1,103 m; Kaliber 0,3 inch; Berat 4,37 kg; Kapasitas magazin 8

peluru; Jarak tembak efektif 500 m.

3. SKS

4. SMLE 0.303

SMLE (Short Magazine Lee-Enfiled) digunakan tentara Inggris pada

perang dunia I & II, Akurasi dan kecepatan penembakan adalah kunci utama

kesuksesan senjata ini. Senjata ini juga pernah melengkapi persenjataan

Tni/Polri. Panjang 1,13 m; Berat 3,93 kg; Kapasitas magazin 10 peluru;

Kaliber 0,303 inch (setara 7,62 mm); Jarak tembak efektif 1 km; System

penembakan Manual.

5. STURMGEWEHR 44 (Stg 44)

Panjang 0,94 m; Berat 5,1 kg; Kapasitas magazin 30 peluru; Kaliber

7,62 mm Kurz; Daya tembak 500 peluru per menit; Jarak tembak efektif 300

m; Buatan Jerman, mulai diproduksi pada tahun 1944. Digunakan pada Perang

Dunia II.

6. AK-47

Hingga saat ini hampir seluruh dunia telah menggunakannya. Mulai

dari Militer, Kepolisian hingga para pemberontak dan teroris pun

menggunakan senjata ini sebagai senjata andalan mereka. Gampang

dioperasikan dan tahan banting, itulah yang membuat senjata ini diterima luas

oleh seluruh dunia. Di Indonesia sendiri senjata ini digunakan oleh Marinir

TNI-AL dan Kopassus TNI-AD. Bahkan Polri pun memperkuat pasukan

Brimobnya dengan senjata ini. Type Gas Operated; Kaliber 7,62 x 39 mm;

Kapasitas magazin 30 peluru; Panjang 880 mm; Berat 4,3 kg; Daya tembak

600 perluru per menit; Kecepatan peluru 710 m per detik.

7. M-16

Kaliber 5,56 mm NATO; Sistem Gas Operated; Panjang total 986 mm

(A1), 1.006 mm (A2); Panjang laras 508 mm; Berat 2,89 kg kosong, 3,6 kg

dgn 30 butir peluru; Daya tembak 650-800 peluru per menit; Jarak tembak

maksimum 460 m (A1), 550 m (A2); Kapasitas magazin 30 dan 20 butir

peluru. Senjata ini di Indonesia banyak dipakai oleh TNI dan Polri.

8. FN FAL

Panjang 1,053 m; Berat 4,3 kg; Kaliber 7,62 mm; Kapasitas magazin

20 peluru; Daya tembak 550 peluru per menit; Jarak tembak efektif 800 m.

Buatan FN Belgia. FAL merupakan singkata dari FusilAutomatique Legere.

9. STEYR AUG

Senjata buatan Austria ini konon merupakan salah satu senapan

infantri jenis bullpup terbaik karena bisa dioperasikan dalam kondisi ekstrim

dan akurasinya cukup jempolan. Bobotnya yang cukup ringan karena sebagian

besar bahannya dari bahan plastik tahan banting. Panjang 0,79 m; Berat 3,6

kg; Kaliber 5,56 mm NATO; Kapasitas magazin 30-42 peluru; Daya tembak

650 peluru per menit; Jarak tembak efektif 500 m.

10. SA 80

Panjang 0,78 m; Berat 3,80 kg; Kaliber 5,56 mm; Kapasitas magazin

30 peluru; Daya tembak 700 peluru per menit; Jarak tembak efektif 400 m.

Buatan Inggris, mulai produksi tahun 1980. Magasin yang sering terlepas

sendiri dan body yang tidak tahan kotor konon menjadi penyebab senjata ini

gagal menjaring pembeli di luar Inggris terutama pada awal produksi.

11. M4 A1

System Gas Operated; Kaliber 5,56 mm NATO; Panjang total 838 mm

(dgn popor ditarik), 757 mm (popor masuk); Panjang laras 370 mm; Berat

2,52 kg (kosong), 3,0 kg (dgn 30 peluru); Kapasitas magazin 30 peluru; Daya

tembak 700-950 peluru per menit; Jarak tembak efektif 360 m; Dilengkapi

dengan Senter, Teleskop, Infra Red dan Pembidik Laser. Buatan Amerika. Di

Negara asalnya digunakan oleh USSOCOM. Di Indonesia digunakan sebagai

senjata standar oleh Densus 88 AT Polri.

12. SS1-V1

Panjang (popor keluar) 997 mm, (popor lipat) 766 mm; Panjang laras

449 mm; Berat kosong 4,01 kg; Jarak tembak 450 m; Daya tembak 750-760

peluru per menit; Kaliber 5,56 mm; Firing Mode Single, 3 burst, Full Auto,

Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia. Digunakan oleh TNI/Polri.

13. SS1-V2

Senapan Serbu buatan PT. Pindad Indonesia yang menjadi senjata

standar TNI. Automatic Carbine (Medium Barrel); Kaliber 5,56 x 45 mm;

Panjang laras 363 mm; Panjang total 890 mm (popor keluar), 666 mm (popor

lipat); Berat kosong 3,91 kg; Jarak tembak 450 m; Daya Tembak 750-760 m;

Firing Mode Single, Full Auto, Safe.

14. SS1-V3

Panjang (popor keluar) 997 mm, (popor lipat) 766 mm; Panjang laras

363 mm; Berat kosong 4,01 kg; Jarak tembak 450 m; Kaliber 5,56 mm; Firing

Mode Single, 3 burst, Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia.

Digunakan oleh TNI.

15. SS1-V5

Panjang (popor keluar) 770 mm, (popor lipat) 557 mm; Panjang laras

252 mm; Berat kosong 3,37 kg; Jarak tembak 200 m; Daya tembak 720-760

peluru per menit; Kaliber 5,56 mm; Firing Mode Single, Full Auto, Safe.

Buatan PT. Pindad Indonesia. Digunakan oleh Polri.

16. SABHARA-V1

17. SABHARA-V2

18. XM8

Senjata yang diproduksi oleh Heckler-Koch Amerika mulai diproduksi

tahun 2005, dan akan berubah nama menjadi M8 ketika resmi dipakai. Kaliber

5,56 mm. Senjata ini konon akan menggantikan M16 sebagai senjata standar

AD Amerika Serikat. Sejumlah kelebihan ditawarkan mulai dari bobotnya

yang lebih ringan hingga kelengkapan sistem optik pada pembidik Infra

Rednya.

19. SS1-R5 RAIDER

Kaliber 5,56 x 45 mm; Panjang laras 252 mm; Panjang Senjata 770

mm (popor keluar), 557 mm (popor lipat); Berat kosong 3,37 kg; Daya tembak

650-700 peluru per menit; Jarak tembak efektif 375 m; Firing mode Single,

Full Auto, Safe. Buatan PT. Pindad Indonesia, digunakan oleh RAIDER TNI-

AD

`

a. Senjata berat yang tidak bisa ditangani atau diangkat oleh orang,

melainkan harus diletakkan di tanah atau dipasang pada sesuatu.

Misalnya kebanyakan senjata mesin, senjata yang terpasang di

pesawat terbang, tank, senjata anti pesawat, dan lainnya. Ada pula

yang dinamakan meriam, yaitu senjata yang

mempunyai kaliber lebih dari 50.

b. Senjata genggam (handgun)

Cara memegang dan menembakkan senjata jenis ini cukup dengan menggunakan

satu tangan.

Terdiri atas :

Pistol

Yang dimaksud pistol biasanya memang mengacu kepada istilah

handgun itu sendiri. Jenis pistol ialah pistol semi otomatis, seperti FN, dan

pistol mesin yang full otomatis, seperti UZI.

Pistol menggunakan peluru yang terlebih dahulu dimasukkan ke

dalam magazine. Satu magazine bisa memuat 5 hingga 19 peluru

tergantung kepada jenisnya, dan bisa diisi berulang kali. Dalam

pemakaiannya, magazine dimasukkan ke dalam pegangan pistol.

Revolver

Pistol dengan magazine yang berbentuk silinder berlubang, dengan

laras yang lebih panjang. Biasanya magazine silinder ini dapat diisi 6

peluru, satu peluru dalam setiap lubang. Silinder akan otomatis memutar

mengarahkan lubang berikutnya setelah ditembakkan.

Terdapat semacam palu yang memukul ujung bagian peluru ketika

pelatuk ditarik, bagian belakang peluru yang berisi bubuk peledak akan

seketika terbakar dan meledak, sehingga ujung peluru depan yang

merupakan bagian inti dari peluru, akan melesat dengan cepat memburu

sasarannya.

Ada pula jenis yang lain, yaitu revolver dengan dua buah laras

panjang. Jenis ini lebih kuat hentakannya dan lebih lemah akurasinya jika

dibandingkan revolver berlaras satu. Tetapi dapat lebih cepat dalam proses

penembakkannya.

Derringers

Ialah jenis pistol yang sangat kecil dan pendek. Berlaras satu atau dia,

dengan pengisian peluru langsung di belakang larasnya. Karena

ukurannya yang kecil, senjata jenis ini sering digunakan untuk cadangan

yang disembunyikan, atau sebagai pelengkap.

5. Berdasarkan bentuk permukaan dalam laras

Pembagian jenis senjata ini berdasarkan bentuk permukaan dalam dari laras dibagi

menjadi:4

a. Senjata berlaras rata (smooth-walled weapon)

Permukaan dalam dari larasnya rata atau tidak beralur melingkar. Laras dari

shotgun, senapan angin, pistol, atau revolver sering dibuat tanpa alur melingkar.

b. Senjata beralur melingkar (rifled weapon)

Kegunaan dari alur ini adalah agar anak peluru bergerak memutar sehingga arah

dan gerakan giroskopiknya menjadi lebih stabil. Gerakan memutar sesuai atau

berlawanan dengan arah jarum jam tergantung dari bentuk spiral dari alur. Senjata

militer biasanya dibuat dengan alur melingkar, sedangkan senjata angina atau

pistol kadang-kadang dibuat seperti itu.

Gambar 3. Jenis-jenis senjata api

http://www-medlib.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/GUNS/GUNTERM.html

1. MEKANISME KERJA SENJATA

Balistika adalah ilmu mengenai gerakan, sifat, dan efek dari proyektil,

khususnya peluru, bom , gravitasi , roket, dan lain-lain. ilmu atau seni merancang dan

mengerakkan proyektil untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Balistik terdiri dari 3,

yaitu balistik internal, balistik eksternal dan balistik terminal.

Balistik internal

Peluru yang ditembakkan dari senapan akan memiliki lebih banyak energi daripada

peluru yang ditembakkan dari pistol. Penggunaan bubuk yang banyak juga dapat digunakan

dalam kartrid senapan karena ruang peluru dapat dirancang untuk menahan tekanan yang

lebih besar ( 50.000 sampai 70.000 psi untuk senapan vs 30.000 sampai 40.000 psi untuk

pistol). Tekanan yang lebih tinggi membutuhkan senjata yang lebih besar dengan lebih

banyak recoil yang lebih lambat dan menghasilkan lebih banyak panas. Sulit dalam praktek

untuk mengukur kekuatan dalam laras senapan, tapi satu parameter yang mudah diukur

adalah kecepatan peluru keluar dari laras ( muzzle velocity ).

Ekspansi terkendali dari gas pembakaran mesiu menghasilkan tekanan (gaya /

daerah ). Daerah yang dimaksud adalah dasar peluru ( setara dengan diameter laras ) dan

konstan. Oleh karena itu, energi yang ditransmisikan ke peluru ( dengan massa tertentu ) akan

tergantung pada kekuatan massa, interval waktu dan gaya diterapkan. Yang terakhir dari

faktor-faktor ini adalah fungsi dari panjang barrel. perjalanan peluru melalui laras senapan

ditandai dengan meningkatkan percepatan gas untuk memperluas pendorong di atasnya.

Tetapi penurunan tekanan dalam barel sebagai akibat dari pengembangan gas. Sampai titik

tekanan berkurang, semakin panjang laras, semakin besar percepatan peluru.

Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara memampatkan

udara atau dengan mengubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang volumenya tetap.

Sedangkan pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari pembakaran mesiu sehingga

dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan volume yang besar didalam ruangan yang

volumenya tetap. Dari 1 gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2, CO, Hydrogen Sulfida, dan

methane) antara 200 sampai 900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.4

Balistik eksternal (dari pistol menuju target)

Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras

dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru,

sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa untuk

bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal,

sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah

lepas laras menuju sasaran.3

Gambar 5. Alur laras

Dix Jay. Color Atlas Of Forensic Pathology: Firearms (Handguns And Rifles). 1st

edition. New York: CRC Press, 2000. p 68 – 98

Alur dalam laras dibuat dalam jumlah 4 sampai 6 alur dengan arah perputaran ke kiri

(pada Colt) atau ke kanan (pada Smith and Wesson). Di samping senjata api dengan laras

beralur (riffled bore), terdapat pula jenis dengan laras licin (smooth bore) seperti pada senjata

api jenis shot gun, yang pada satu kali tembakan dapat melontarkan anak peluru dalam

jumlah banyak sekaligus.3

Balistik eksternal dari jalur peluru dapat ditentukan oleh beberapa formula , yang

paling sederhana yaitu :

Energi Kinetik (KE ) = 1/2 MV2

Kecepatan ( V ) biasanya dalam kaki per detik ( fps ) dan massa ( M ) dalam

kilogram, berasal dari berat ( W ) dari peluru, dibagi dengan 7000 butir per pon kali

percepatan gravitasi ( 32 ft / detik ) sehingga di dapatkan:

Energi Kinetik (KE ) = W (V)2 / ( 450.435 ) ft / lb

Ini adalah energi peluru saat meninggalkan moncong , tetapi koefisien balistik (BC )

akan menentukan jumlah KE dikirim ke target sebagai hambatan udara ditemui .

Gerak maju dari peluru juga dipengaruhi oleh tarikan/drag ( D ) , yang dihitung

sebagai :

( D ) = f ( v / a ) k & pd2v2

f ( v / a ) adalah suatu koefisien yang berhubungan dengan rasio kecepatan peluru

dengan kecepatan suara dalam medium yang dilalui dalam perjalanan . k adalah konstan

untuk bentuk peluru dan & adalah konstan untuk yaw ( penyimpangan dari penerbangan

linear ). p adalah densitas medium ( kepadatan jaringan adalah > 800 kali dari udara ) , d

adalah diameter ( kaliber ) peluru , dan v kecepatan. Dengan demikian , kecepatan yang lebih

besar , kaliber besar , atau jaringan padat memberikan tarikan lebih besar. Sejauh mana

peluru diperlambat dengan drag/tarikan disebut retardasi ( r ) yang diberikan oleh rumus :

r = D / M

Drag/ tarikan sulit untuk diukur, sehingga Koefisien Balistik (BC ) sering digunakan :

BC = SD / I

SD adalah densitas sectional peluru , dan I adalah faktor bentuk untuk bentuk peluru.

Density Sectional dihitung dari massa peluru ( M ) dibagi dengan kuadrat diameternya. Nilai

faktor bentuk I menurun dengan meningkatnya kemanunggalan peluru ( bola akan memiliki

nilai tertinggi I ) .

Karena tarikan (D) adalah fungsi dari kecepatan, dapat dilihat bahwa untuk peluru dari

suatu massa (M), semakin besar kecepatan, semakin besar keterbelakangan tersebut. Drag

juga dipengaruhi oleh putaran peluru. Semakin cepat berputar, semakin kecil kemungkinan

peluru akan "menyimpang" atau mengubah ke samping dan jatuh di jalur penerbangan

melalui udara.

Balistik terminal

Penyimpangan dari arah lurus memiliki banyak hubungannya dengan pola cedera

peluru pada target, disebut "balistik terminal." Pendek, peluru dengan kecepatan tinggi mulai

menyimpang lebih parah dan saat berbelok, dan bahkan memutar, setelah memasuki jaringan.

Hal ini menyebabkan banyak jaringan yang displaced dan meningkatkan tarikan. Peluru

yang lebih berat mungkin memiliki energi kinetik yang lebih pada jangkauan yang lebih

panjang ketika menuju target, tetapi dapat menembus baik sehingga keluar target dengan

banyak energi kinetik sisa. Bahkan peluru dengan energi kinetik rendah dapat memberikan

kerusakan jaringan yang signifikan dan target adalah pada jarak pendek (seperti pada pistol).

(Jandial et al, 2008)

Peluru menghasilkan kerusakan jaringan dalam tiga cara (Adams, 1982):

1. Laserasi - Kerusakan jaringan melalui laserasi terjadi di sepanjang jalur atau "track"

melalui tubuh yang proyektil, atau fragmen nya.

2. Kavitasi - Sebuah rongga "permanen" disebabkan oleh jalur (track) dari peluru itu

sendiri dengan menghancurkan jaringan, sedangkan rongga "sementara" yang

dibentuk oleh radial membentang di jalur peluru dari percepatan medium (udara atau

jaringan) di bangun dari peluru, menyebabkan rongga luka. (Maiden, 2009).

3. Gelombang kejut - gelombang kejut dari kompres media dan perjalanan menjelang

peluru, serta sisi, tapi gelombang ini terakhir hanya beberapa mikrodetik dan tidak

menyebabkan kerusakan besar pada kecepatan rendah. Pada kecepatan tinggi,

gelombang kejut yang dihasilkan dapat mencapai hingga 200 atmosfer tekanan.

(DiMaio dan Zumwalt, 1977).

Kecepatan dan massa peluru akan mempengaruhi sifat luka. Kecepatan

diklasifikasikan sebagai rendah (<1000 fps), menengah (1000-2000 fps), dan tinggi (> 2000

fps). (Wilson, 1977)

Bentuk peluru digambarkan sebagai berikut :