Jenis-jenis Bambu
-
Upload
deni-f-maulana -
Category
Documents
-
view
448 -
download
8
description
Transcript of Jenis-jenis Bambu
Tugas Teknologi Bahan Konstruksi
“KONSTRUKSI BAMBU”
Dosen Pengampu:
Widarto Sutrisno, S.T., M.T
Disusun Oleh:
Deni Maulana
5115111020
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS SAIN DAN TEKNIK
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
Jl. Lingkar Utara, Jombor, Sleman, Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bambu merupakan tumbuhan alam yang sejak zaman purbakala sudah
dikenal manusia dan dipergunakan untuk berbagai keperluan. Karena tumbuh luar
biasa cepat dan memiliki sifat-sifat kekuatan dan elastisitas yang tinggi, bambu
dapat digunakan berbagai keperluan.
Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang
peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-
sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata,
keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan
sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan
dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman
pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan. Bambu
tergolong hasil hutan non kayu yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bambu sebagai tanaman serba
guna. Karena perannya sebagai tumbuhan serba guna, bambu dapat digunakan
sebagai alternatif pengganti kayu. Dengan pemakaian bambu diharapkan
penggunaan kayu menjadi berkurang yang akhirnya dapat mengurangi
penebangan hutan. Hal ini merupakan upaya dalam pelestarian hutan.
Disamping itu struktur dari bambu cukup ringan dan lentur sehingga
bangunan dari struktur bambu mempunyai ketahanan tinggi terhadap gempa.
Peran bambu pada masa yang akan datang, diperkirakan akan meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan. Dengan
demikian bambu merupakan jenis tanaman yang penting untuk dikembangkan
sebagai hutan tanaman, baik di dalam maupun di luar kawasan. Bambu
mempunyai serat yang sejajar, sehingga kekuatannya terhadap gaya normal cukup
baik. Bambu berbentuk pipa sehingga momen lembamnya besar, tetapi ringan,
dengan adanya ruas-ruas maka bahaya tekuk lokal cukup rendah. Disamping sifat-
sifat yang positif diatas bambu juga memiliki kelemahan yaitu kurang kuat dalam
menahan gaya geser baik akibat pembebanan jangka panjang maupun jangka
pendek.
BAB IIBAMBU
2.1 Bambu Secara Umum
Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam famili
gramineae, suku bambuseae dan subfamily bambusoideae memiliki karakteristik
seperti kayu. Bamboo terdiri dari batang, akar rhizome yang kompleks dan
mempunyai sistem percabangandan tangkai daun yang menyelubungi batang.
2.2 Sifat Anatomis Bambu
Batang bambu terdiri atas sekitar 50% parenkim, 40% serat dan 10% sel
penghubung (sel pembuluh dan sel pembuluh tapis). Parenkim dan sel
penghubung lebih banyak ditemukan pada bagian dalam dari batang, sedangkan
serat lebih banyak di bagian luarnya.
Batang bamboo terdiri atas bagian buku (node) dan bagian ruas (internode).
Pada bagian ruas, orientasi sel semua aksial tidak ada radial sedangkan
sklerenkim pad bagian buku dilengkapi oleh sel radial. Bagian terluar terbentuk
dari lapisan tunggal sel efidermis dan bagian dalam tertutup lapisan sklerenkim.
2.2.1 ikatan vaskular ( Vascular Bundle)
Ikatan vascular bambu terdiri dari xylem dan satu atau dua proto
xylem yang kecil dan dua meta xylem yang besar (40-120 mikron). Pori
bagian dalam dari batang kebih besar dan semakin kecil ke daerah luar
batang, ukuran dan lokasi menurut posisi di dalam batang dan jenis bambu.
Ikatan vascular memiliki bentuk, ukuran, susunan dan jumlah yang
memberikan ciri suatu jenis bambu.
2.2.2 Serat
Serat bambu dikarakteristikkan oleh adanya sel sklerenkim yang
mengelilingi vascular bundle dan dipisahkan oleh parenkim tetapi antara
keduanya sering bertemu pada satu titik dan membentuk ikatan sklerenkim.
Panjang serat tergantung jenis bamboo, serat terpendek ditemukan di dekat
buku dan serat terpanjang pada bagian tengah ruas.
2.2.3 Parenkim
Jaringan dasar pada batang bambu terdiri atas sel-sel parenkim yang
kebanyakan memanjang secara vertikal (100x20 μm) dan sel parenkim
pendek yang terletak berselang seling di antaranya. Sel parenkim panjang
memiliki dinding sel lebih tebal dan mengalami lignifikasi pada awal
pertumbuhan pucuk, sedangkan sel parenkim pendek berdinding tipis
dengan sitoplasma yang tetap aktif serta mengalami lignifikasi walaupun
telah dewasa. Sel-sel parenkim saling berhubungan satu dengan yang lain
melalui sederhana yang terletak pada dinding longitudinal.
2.3 Kandungan Kimia Bambu
Komponren kimia utama bambu terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan
lignin serta sedikit zat kimia lainnya seperti resin,tanin,lilin, garam. Hasil
peneitian menunjukkan bahwa kandungan selulosa berkisar antara 42,4-53,6 %;
pentosans 17,5-21,5 %; lignin 19,8-26,6 %; abu 1,24-3,77 % dan zat ekstraktif
yang larut dalam alkohol benzene 0,6-6,9 %. Selain itu bambu juga memiliki
kadar silika sebesar 0,10-1,78 %. Kadar silika ini cendrung akan mepercepat
peniumpulan alat pengerjaan seperti gergaji. Kandungan kimia dalam bambu
tergantung spesies, kondisi lapangan pertumbuhan, umur dari bambu dan letak
pada bagian batang. Kandungan pati paling besar terdapat pada musim kering dan
kandungan patiterbesar terletak pada bambu bagian dalam dan terkecilbagian luar.
2.4 Sifat Fisik dan Mekanik Bambu
Bambu mempunyai sifat mekanik dan fisik yang menunjukkan karakteristik
bambu.
2.4.1 Sifat Fisik Bambu
a. Kadar air
kadar air batang bambu merupakan faktor penting, dapat
mempengaruhi sifat-sifat mekanismenya dan sangat ditentukan oleh
kandungan air yang terdapat dalam batang bambu. Kadar air cenderung
bertambah dari bawah ke atas pada bambu berumur 1-3 tahun dan lebih
banyak presentasinya saat musim penghujan dibandingkan pada musim
kemarau. Bnasanya bila btang bambu sudah berumur lebih dai tiga tahun
akan mengalami penurunan kadar air pada batang bambu muda berkisar
antara 50% - 99% dan dewasa berkisar 80% - 150% sedangkan pada batang
bambu tua bervariasi antara 12% - 18%.
b. Berat jenis
berat jenis bambu bervariasi dari 0,5 – 0,8 g/cm2, bagian luar dari
batang mempunyai berat jenis lebih besar dari bagian dalamnya.
c. Penyusutan
pada bambu penyusutan terbesar terdapat pada arah tangensial
sedangkan penyusutan terkecil terdapat pada arah longitudinal. Bagian luar
bambu memiliki penyusutan bagian dalam dari bambu.
2.4.2 Sifat Mekanis Bambu
Sifat mekans bambu merupakan ketahanan dan kekuatan bambu
terhadap suatu beban atau bahan. Kekuatan adalah kekmampuan suatu
bahan untuk memikul beban/gaya yang mengenainya. Ketahanan terhadap
perubahan bentuk menentukan banyaknya bahan yang dimanfaatkan ,
terpuntuir atau terlengkung oleh beban yang mengenainya.
Sifat kekuatan meningkat dengan adanya penurunan kadar air dan
berhubungan erat dengan berat jenis. Kekuatan maupun kekakuan bambu
akan naik dengan semakin besarnya berat jenis.
Kekuatan bambu sangat bergantung pada lapisan sklerenkim, yang
dimaksud dengan lapisan sklerenkim adalah jaringan yang berdinding tebal
dan kuat terdiri dari sel-sel dewasa yang tlah mati.selain itu, sifat mekanis
bambu juga sangat ditentukan oleh keberadaan ikatan vaskulernya ( dimana
sklerenkim terdapat di dalamnya) bukan pada parenkim. Yang termasuk
sifat mekanik dari bambu adalah:
a. Kekuatan geser
Kekuatan geser bambu adalah ukuran kekuatan bambu dalam
hal kemampuannya menahan gaya- gaya yang membuat suatu
bagian bambu bergeser dari bagian lain di dekatnya.Kekuatan geser
berbeda- beda pada tebalnya dinding batang bambu (kekuatan geser
pada dinding 10 mm menjadi 11% lebih rendah daripada dinding
bambu setebal 6 mm), dan pada bagian ruas dan bagian di antara
ruas batang bambu. Bagian batang tanpa ruas memiliki kekuatan
terhadap gaya geser yang 50% lebih tinggi daripada batang bambu
yang beruas. Di Indonesia kekuatan geser yang diizinkan II arah
serat adalah 2.45 N/mm2.
b. Kekuatan tarik bambu
Kekuatan untuk menahan gaya- gaya tarik berbeda- beda pada
bagian dinding batang dalam atau bagian luar. garis tengah batang
(batang yang langsing memiliki ketahanan terhadap gaya tarik yang
lebih tinggi), serta pada bagian batang mana yang digunakan karena
bagian kepala memiliki kekuatan terhadap gaya tarik yang 12 %
lebih rendah dibandingkan dengan bagian batang kaki, Di Indonesia
tegangan tarik yang diizinkan II arah serat adalah 29.4 N/mm2.
c. Kekuatan lentur
Kekuatan lentur bambu adalah kekuatan untuk menahan gaya-
gaya yang berusaha melengkungkan batang bambu atau menahan
muatan mati atau hidup. Karena bambu merupakan bahan yang
elastis, maka lendutan yang terjadi sesuai kekuatan bahan menjadi
ahak tinggi (rata- rata 1/20). Hal ini perlu diperhatikan pada
pembangunan gedung, dimana lendutan konstruksi biasanya tidak
boleh melebihi 1/300 dari lebar bentang. Di Indonesia tegangan
lentur yang diizinkan adalah 9.8 N/mm2.
d. Kekuatan tekan bambu
Kekuatan untuk menahan gaya-gaya tekan berbeda- beda pada
bagian ruas dan bagian diantara ruas batang bambu, Bagin batang
tanpa ruas memiliki kekuatan terhadap gaya tekan yang 8 - 45 %
daripada batang bambu yang beruas, di Indonesa tegangan tekan
yang diizinkan II arah serat adalah 7.85 N/mm2.
e. Modul elastis
Bambu yang berbentuk pipa dan berbentuk langsing lebih
menguntungkan dibandingkan batang yang utuh karena nilai
kekuatannya lebih tinggi. Kepadatan serat kokoh pada bagian
dinding luar batang bambu meningkatkan kekuatan maupun
elastisitas. Seperti pada bahan bangunan kayu, modul elastis
menurun ( 5- 10 %) dibawah beban yang meningkat. Di Indonesia
modul elastis dapat diperhitungkan dengan 20 kN/mm2.
2.5 Jenis-Jenis Bambu
Jenis bambu yang sering digunakan di Inonesia adalah sebagai berikut:
a. Bambu Tali/Apus (gigantochloa apus)
Bambu apus merupakan jenis bambu yang amat liat dengan jarak ruas sampai
65 cm dan dengan garis tengah 40-80 mm, serta panjang 6-13 m.
b. Bambu Petung (Dendrocalamus asper) Bambu petung merupakan bambu yang
amat kuat dengan jarak ruas pendek, tetapi dengan dindingnya tebal sehingga
tidak begitu liat. Garis tengah bambu petung 80-130 mm, panjang batang 10-
20 m. Bambu ini sring ditanam dan tumbuh pada daerah berketinggian 1900
mdpl.
c. Bambu Duri/Ori (Bambusa blumeana)
Bambu ini juga kuat dan besar seperti bambu petung, jarak ruas pendek
dengan dinding tebal, bagian luar (kulit) lebih halus dan licin dibanding
dengan bambu lainnya,selain itu juga lebih keras. Garis tengah bambu ini 75-
100 mm, panjang batang 9-18 m.
d. Bambu wuluh/hitam (gigantochloa verticillata)
Bambu ini mempunyai jarak antar ruas seperti pada bambu tali/apus, akan
tetapi tebalnya mencapai 20mm dan tidak liat, bergaris kuning muda. Garis
tengah bambu ini 40-100 mm, panjang batang 7-18 m.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam famili
gramineae, suku bambuseae dan subfamily bambusoideae memiliki karakteristik
seperti kayu. bambu mempunyai karakteristik menurut jenisnya masing-masing
dan mempunyai sifat fisis dan mekanis yang berbeda. Kekuatan bambu sangat
ditentukan dari sifat mekanisnya dimana bambu sebagai bahan yang mempunyai
kemampuan menahan gaya tarik ,tekan, lentur dan lain-lain.
Bambu ini mempunyai kualitas yang baik untuk digunakan sebagai bahan
konstruksi seperti pembuatan atap rumah, kerangka atap, struktur bangunan, dan
kerajinan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
oleh karena itu, pemanfaatan bambu harus dapat dimaksimalkan mengingat
potensi bambu untuk digunakan sebagai bahan konstruksi maupun jerajikan
sangat besar.
SUMBER
Alfagama, dalam “ Sifat Fisis dan Mekanis Bambu “ , dalam
tp://habib00ugm.wordpress.com/2010/06/05/bambu/, diakses 09 November 2012,
pada 13.44 WIB
Nuriyan, dalam “jenis bambu dan kegunaan “, dalam http://untarconstruction.com,
diakses 11 November 2012, pada 19.08 WIB
Dean Anderson, Gary, dalam “ Jenis-Jenis Bambu di Indonesia”, dalam
http://alamendah.wordpress.com/2011/01/28/jenis-jenis-bambu-di-indonesia/,
diakses 13 November 2012, pada 21.44 WIB
Ndalle, Fery, dalam “ Tegangan Bambu Yang Dijinkan”, dalam http://www.ferryndalle.com/2011/07/tegangan-ijin-bambu-untuk-perancangan.html, diakses 13 November 2012, pada 22.20 WIB