JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU … · 2018. 2. 26. · x ABSTRAK Pratiwi,...

126
i JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BAND NAIF DAN PAYUNG TEDUH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Anastasia Tita Pratiwi NIM: 144114033 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU … · 2018. 2. 26. · x ABSTRAK Pratiwi,...

  • i

    JENIS DAN FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN

    PADA LIRIK LAGU BAND NAIF DAN PAYUNG TEDUH

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

    Program Studi Sastra Indonesia

    Oleh

    Anastasia Tita Pratiwi

    NIM: 144114033

    PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku,

    Paulus Tavip Sudiarto dan Kris Suharti.

    dan juga semua orang yang saya kasihi, serta yang selalu mengkasihi saya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    MOTO

    “You Only Live Once”

    (Pepatah Barat)

    “Rejoice in the Lord always. I will say it again: Rejoice!”

    (Philippians 4:4)

    “Yang sia-sia akan jadi makna.”

    (Yang Patah Tumbuh Yang Hilang Berganti, Banda Neira)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha

    segala dan semesta atas berkat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan pada

    Lirik Lagu Band Naif dan Payung Teduh” ini dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa pihak yang

    membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam

    penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima

    kasih kepada beberapa pihak.

    Yang pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.

    Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum. dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. selaku

    dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan

    pengarahan dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

    Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen

    Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Susilawati Endah Peni

    Adji S.S., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Sony

    Christian Sudarsono, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi Sastra

    Indonesia USD, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Maria Magdalena Sinta Wardani,

    S.S., M.A., Dr. Paulus Ari Subgayo, M.Hum., (alm), dan Drs. Hery Antono,

    M.Hum. (alm) yang telah bersedia membagi ilmunya selama saya berkuliah di

    Program Studi Sastra Indonesia; juga kepada Staf Sekretariat Fakultas Sastra

    khususnya Jurusan Sastra Indonesia atas pelayanannya yang baik selama ini.

    Yang ketiga ucapan terima kasih teruntuk keluargaku; kedua orang tuaku,

    Paulus Tavip Sudiarto dan Kris Suharti atas segala dukungan, doa, dan rasa

    sayang serta perhatian yang tak henti-hentinya. Kedua saudaraku, Yohanes

    Oktama Ardito dan Faustina Threesya Putri yang telah mewarnai hari yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    ABSTRAK

    Pratiwi, Anastasia Tita. 2017. “Jenis dan Fungsi Gaya Bahasa Kiasan pada

    Lirik Lagu Band Naif dan Payung Teduh”. Skripsi Strata Satu (S1).

    Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata

    Dharma.

    Penelitian ini membahas jenis dan fungsi gaya bahasa kiasan pada lirik

    lagu band Naif dan Payung Teduh. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian

    ini adalah (i) jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam lirik lagu yang

    diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh dan (ii) fungsi gaya bahasa kiasan yang

    terdapat dalam lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Tujuan

    penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada

    lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh dan mendeskripsikan

    fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif

    dan Payung Teduh.

    Data penelitian berupa lirik-lirik lagu yang diciptakan oleh band Naif dan

    Payung Teduh. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Peneliti

    menyimak data gaya bahasa kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan

    Payung Teduh menurut data lirik lagu di internet, kemudian dicatat dan

    diklasifikasikan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode agih

    dan metode padan. Penelitian ini menggunakan analisis metode padan referensial.

    Teknik yang dipakai dalam metode agih adalah teknik pilah unsur tertentu.

    Sedangkan teknik lanjutan yang dipakai dalam metode padan adalah teknik

    perluas.

    Berdasarkan hasil penelitian, jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada

    lirik lagu band Naif dan Payung Teduh ada empat jenis yakni (i) personifikasi, (ii)

    simile atau persamaan, (iii) metafora, dan (iv) ironi. Selain itu ditemukan

    beberapa fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu band Naif dan

    Payung Teduh, yaitu (i) memperindah lirik lagu, (ii) menyamarkan sesuatu, (iii)

    menciptakan suasana tertentu, (iv) mempunyai tujuan untuk membujuk,

    mengingatkan, atau meyakinkan, dan (v) menyindir.

    Kata kunci: gaya bahasa kiasan, lirik lagu, Naif, Payung Teduh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    ABSTRACT

    Pratiwi, Anastasia Tita. 2017. “The Types and Style Functions of Figurative

    Language in Naif and Payung Teduh's Song Lyrics”. Bachelor Degree.

    Indonesian Letters Study Program, Department of Indonesian Letters,

    Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

    This research discusses the types and style functions of figurative language

    in Naif and Payung Teduh’s Song Lyrics. The problems discussed in this research

    are (i) the types of figurative language in song lyrics created by Naif and Payung

    Teduh and (ii) the style functions of figurative language in song lyrics created by

    Naif and Payung Teduh. The purpose of this research is to describe the types of

    figurative language in song lyrics created by Naif and Payung Teduh and to

    describe the style functions of figurative language in song lyrics created by Naif

    and Payung Teduh.

    The data analyzed are song lyrics which are created by Naif and Payung

    Teduh. The data are collected by applying observation method. The researcher

    scrutinizes the data of figurative language found in song lyrics which are created

    by Naif and Payung Teduh based on the lyrics in the internet. Subsequently, the

    researcher takes record (note-taking) and classifies them. In analyzing the data,

    the researcher applies Agih and Padan methods. This research uses Padan

    Referensial analysis method. The technique used in Agih method is Pilah Unsur

    technique. Meanwhile, the advanced technique used in Padan method is Perluas

    technique.

    According to the result, there are four types of figurative languages in Naif

    and Payung Teduh’s song lyrics, namely (i) personification, (ii) simile or

    similarity, (iii) metaphor, and (iv) ironic. Furthermore, this research also finds out

    that there are the style functions of figurative language in Naif and Payung

    Teduh’s song lyrics. They are found (i) to adorn the song lyrics, (ii) to dissemble

    something, (iii) to create certain atmospheres, (iv) to have purposes on

    persuading, reminding, or convincing, and (v) to make innuendo.

    Keywords: figurative language, song lyrics, Naif, Payung Teduh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................. iv

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

    MOTO …................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

    ABSTRAK ................................................................................................. x

    ABSTRACK ................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah ............................................. 1

    2. Rumusan Masalah ...................................................... 6

    3. Tujuan Penelitian ........................................................ 6

    4. Manfaat Penelitian ..................................................... 7

    5. Tinjauan Pustaka ........................................................ 8

    6. Landasan Teori ............................................................ 10

    6.1 Lirik Lagu .............................................................. 10

    6.2 Gaya Bahasa .......................................................... 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    6.3 Gaya Bahasa Kiasan .............................................. 11

    6.4 Fungsi Gaya Bahasa Kiasan .................................. 15

    7. Metode Penelitian ….................................................... 16

    7.1 Metode Teknik dan Pengumpulan Data ................ 16

    7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ......................... 16

    7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis .......................... 18

    8. Sistematika Penyajian ................................................ 18

    BAB II JENIS GAYA BAHASA KIASAN YANG

    TERDAPAT PADA LIRIK LAGU YANG

    DICIPTAKAN OLEH NAIF DAN PAYUNG

    TEDUH

    2.1 Pengantar ................................................................... 20

    2.2 Personifikasi ............................................................... 20

    2.2.1 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat

    pada Lirik Lagu Naif ........................................ 21

    2.2.2 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat

    pada Lirik Lagu Payung Teduh ........................ 26

    2.3 Simile ......................................................................... 32

    2.3.1 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik

    Lagu Naif ......................................................... 33

    2.3.2 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik

    Lagu Payung Teduh ......................................... 35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    2.4 Metafora .................................................................... 37

    2.4.1 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada

    Lirik Lagu Naif ................................................ 37

    2.4.2 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada

    Lirik Lagu Payung Teduh ................................ 45

    2.5 Ironi …....................................................................... 47

    2.5.1 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik

    Lagu Naif ......................................................... 47

    2.5.2 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik

    Lagu Payung Teduh ......................................... 48

    2.6 Jumlah Pemakaian Gaya Bahasa Kiasan yang

    Terdapat pada Lirik Lagu yang Diciptakan oleh

    Naif dan Payung Teduh ............................................ 48

    BAB III FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN YANG

    TERDAPAT PADA LIRIK LAGU YANG

    DICIPTAKAN OLEH NAIF DAN PAYUNG TEDUH

    3.1 Pengantar ................................................................... 49

    3.2 Memperindah Lirik Lagu .......................................... 50

    3.2.1 Fungsi Memperindah Lirik Lagu pada Lirik

    Lagu Naif ......................................................... 50

    3.2.2 Fungsi Memperindah Lirik Lagu pada Lirik

    Lagu Payung Teduh ......................................... 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    3.3 Menyamarkan Sesuatu ……...................................... 59

    3.3.1 Fungsi Menyamarkan Sesuatu pada Lirik

    Lagu Naif ......................................................... 59

    3.3.2 Fungsi Menyamarkankan Sesuatu pada Lirik

    Lagu Payung Teduh ......................................... 62

    3.4 Menciptakan Suasana Tertentu ................................. 65

    3.4.1 Fungsi Menciptakan Suasana Tertentu pada

    Lirik Lagu Naif ................................................ 65

    3.4.2 Fungsi Menciptakan Suasana Tertentu pada

    Lirik Lagu Payung Teduh ................................ 68

    3.5 Membujuk, Mengingatkan, dan Meyakinkan ........... 71

    3.5.1 Fungsi Membujuk, Mengingatkan, dan

    Meyakinkan pada Lirik Lagu Naif ................... 71

    3.5.2 Fungsi Membujuk, Mengingatkan, dan

    Meyakinkan pada Lirik Lagu Payung Teduh ... 74

    3.6 Menyindir ................................................................. 74

    3.4.1 Fungsi Menyindir pada Lirik Lagu Naif …...... 75

    3.4.2 Fungsi Menyindir pada Lirik Lagu Payung

    Teduh ............................................................... 75

    BAB IV PENUTUP

    4.1. Kesimpulan ................................................................ 76

    4.2. Saran .......................................................................... 77

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78

    LAMPIRAN ............................................................................................. 80

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Lagu adalah salah satu sarana komunikasi yang disampaikan melalui

    liriknya. Lirik adalah susuan kata sebuah nyanyian, dengan kata lain karya sastra

    dalam (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian

    (Hasan, 2007: 121). Lirik lagu ditulis dengan banyak maksud dan makna,

    beberapa hanya bertujuan untuk menghibur, tetapi tak jarang pula yang memakai

    lagu sebagai sarana untuk mencurahkan hati dan menyindir. Melalui sebuah lagu,

    dapat didapatkan makna secara tepat dan dalam, tetapi dalam sebuah wadah yang

    tidak membosankan pula. Masyarakat sekarang cenderung lebih tertarik terhadap

    sesuatu yang tidak terlalu serius, melainkan menghibur.

    Objek sasaran penelitian ini adalah gaya bahasa kiasan yang digunakan

    oleh Naif dan Payung Teduh dalam pembuatan lirik lagu mereka. Naif merupakan

    sebuah band indie yang terbentuk pada tahun 1995, sedangkan Payung Teduh

    yang merupakan band indie pula yang terbentuk pada tahun 2007. Kedua band

    tersebut terbentuk di dua era yang berbeda, 90-an dan 2000-an. Naif dan Payung

    Teduh mempunyai eksistensinya masing-masing. Naif yang terbentuk dari tahun

    90-an masih mempunyai banyak penggemar hingga sekarang, juga Payung Teduh

    yang sejak pertama terbentuk mempunyai tempat khusus di banyak hati

    penggemarnya. Naif terkenal dengan lirik lagunya yang indah dan mudah untuk

    dipahami, sedangkan Payung Teduh dikenal sebagai band indie yang memberikan

    unsur „puisi‟ di dalam lirik-lirik lagunya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Hingga saat ini Naif telah mengeluarkan delapan album, yaitu “Naif”

    (1998), “Jangan Terlalu Naif” (2000), “Titik Cerah” (2002), “The Best of Naif”

    (2005), “Retropolis” (2005), “Televisi” (2007), “A Night at Schouwburg” (2008),

    dan “Planet Cinta” (2011). Sedangkan Payung Teduh telah mengeluarkan tiga

    album, yaitu “Payung Teduh” (2010), “Dunia Batas” (2012), dan “Live and

    Loud” (2016).

    Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dengan memperlihatkan

    jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa tersebut melalui bahasa secara

    khas (Keraf, 1984:113). Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa berdasarkan langsung

    tidaknya makna terbagi menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya

    bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris terbagi menjadi aliterasi, asonansi, anastrof,

    apofasis atau preterisio, apostrof, asindenton, polisindeton, kiasmus, elipsis,

    eufemismus, histeron porteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau

    antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau

    epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron. Sedangkan gaya bahasa kiasan

    itu sendiri terbagi menjadi persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel,

    fabel, personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke,

    metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuendo,

    antifrasis, dan pun atau paronomasia. Dalam penelitian ini secara khusus akan

    membicarakan gaya bahasa kiasan.

    Perbandingan gaya bahasa kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh

    Naif dan Payung Teduh dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan

    alasan sebagai berikut. Pertama, lagu merupakan salah satu sarana komunikasi

    dan hiburan yang digemari oleh masyarakat dari waktu ke waktu. Kedua, terkait

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    dengan pembuatan lirik lagu yang seringkali melibatkan bidang sastra di dalam

    penulisannya agar terkesan lebih mendramatisir, mendalam, dan indah. Ketiga,

    terkait dengan frekuensi banyak dan tidaknya jumlah gaya bahasa kiasan yang

    digunakan dalam pembuatan lirik lagu pada dua era yang berbeda. Keempat, gaya

    bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan oleh band di dua era

    yang berbeda ada berbagai jenis menurut kepenuhan makna kiasnya.

    Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah jenis gaya bahasa

    kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh, seperti

    tampak dalam data berikut:

    (1) “Cerita Tentang Gunung dan Laut” (Payung Teduh, 2017) (a) Aku pernah berjalan disebuah bukit (b) Tak ada air (c) Tak ada rumput (d) Tanah terlalu kering untuk ditapaki (e) Panas selalu menghantam kaki dan kepalaku (f) Aku pernah berjalan diatas laut (g) Tak ada tanah (h) Tak ada batu (i) Air selalu merayu (j) Menggodaku masuk ke dalam pelukannya (k) Tak perlu tertawa atau menangis (l) Pada gunung dan laut (m) Karena gunung dan laut (n) Tak punya rasa (o) Aku tak pernah melihat gunung menangis (p) Biarpun matahari membakar tubuhnya (q) Aku tak pernah melihat laut tertawa (r) Biarpun kesejukkan bersama tariannya

    Pada data (1) dalam lirik lagu “Cerita Tentang Gunung dan Laut” pada

    album terbaru Payung Teduh, gaya bahasa kiasan yang terkandung di dalamnya

    adalah personifikasi. Data gunung menangis (1o) dan laut tertawa (1q)

    „menghidupkan benda mati‟ atau „benda mati melakukan kegiatan yang dilakukan

    manusia‟. Gaya bahasa personifikasi gunung menangis dan laut tertawa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    bermaksud untuk mengindahkan lirik lagu agar lirik lagu terkesan lebih puitis.

    Gunung menangis (1o) dapat berarti gunung yang meledak, tetapi agar lebih puitis

    dan indah dibuat menjadi gunung menangis, begitu pula dengan laut tertawa (1q).

    Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada beberapa jenis gaya bahasa kiasan

    dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, akan dibahas jenis-jenis gaya

    bahasa kiasan dalam Bahasa Indonesia. Berikut ini dikemukakan data yang lain:

    (2) Aku Rela (a) Sejak kubertemu (b) Denganmu kekasih hatiku (c) Engkau selalu cemburu (d) Kau terus mencoba (e) untuk berkuasa (f) Tidakkah cukup bagimu (g) semua pengorbananku (h) Dan (i) Aku rela meninggalkan pacarku (j) Demi 'tuk dapatkan (k) Kau kekasihku (l) Aku tak menyangka (m) Kau hancurkan semua (n) Impian di depan mata (o) Kau terus mencoba (p) Untuk berkuasa (q) Tidakkah cukup bagimu (r) Semua pengorbananku

    Pada data (2) dalam lirik lagu “Aku Rela” yang terdapat pada album

    terakhir Naif, tidak terdapat gaya bahasa kiasan tertentu. Penulis lirik hanya

    mengubah kata perkata agar tertulis lebih indah, tetapi tidak memanfaatkan gaya

    bahasa kiasan di dalamnya.

    Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah fungsi gaya bahasa

    kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh, seperti

    terlihat dalam data berikut:

    (s) “Benci Untuk Mencinta” (Naif, 2005) (a) Oh betapa ku saat ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    (b) Ku benci untuk mencinta (c) Mencintaimu (d) Oh betapa ku saat ini (e) Ku cinta untuk membenci (f) Membencimu (g) Aku tak tahu apa yg terjadi (h) Antara aku dan kau (i) Yang ku tahu pasti (j) Aku begitu mencintaimu (k) Aku tak tahu apa yg terjadi (l) Antara aku dan kau (m) Yang ku tahu pasti (n) Ku benci untuk mencintaimu (o) Aku tak tahu apa yg terjadi (p) Antara aku dan kau (q) Yang ku tahu pasti (r) Ku benci untuk mencintaimu (s) Yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu

    (3) “Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan” (Payung Teduh, 2013)

    (a) Tak terasa gelap pun jatuh (b) Di ujung malam menuju pagi yang dingin (c) Hanya ada sedikit bintang malam ini (d) Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya (e) Lalu mataku merasa malu (f) Semakin dalam ia malu kali ini (g) Kadang juga ia takut (h) Tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya (i) Di malam hari (j) Menuju pagi (k) Sedikit cemas (l) Banyak rindunya

    Terlihat perbandingan frekuensi penggunaan gaya bahasa kiasan yang

    terdapat pada kedua data tersebut. Pada data lirik lagu “Benci Untuk Mencinta”

    yang ditulis tahun 2005 (3), tidak terdapat gaya bahasa kiasan tertentu. Lirik lagu

    tersebut bermakna sesungguhnya. Penulis lirik hanya memperindah kalimat

    dengan kata-kata yang puitis namun tidak mengubahnya menjadi suatu makna

    kias tertentu. Tanpa menelaah lebih dalam, kita dapat langsung mengetahui

    maksud penulis lirik tersebut adalah perbedaan yang sangat tipis antara cinta dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    benci. Sedangkan pada data lirik lagu “Untuk Perempuan yang Sedang dalam

    Pelukan” yang ditulis tahun 2013, terdapat beberapa gaya bahasa kiasan yaitu

    personifikasi pada data (4a), (4e), (4g), dan (4h). Personifikasi adalah gaya bahasa

    kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak

    bernyawa atau tidak hidup tetapi seolah-seolah memiliki sifat kemanusiaan

    (Keraf, 1984: 140). Tidak hanya memperindah lirik dengan kata-kata puitis,

    penulis lirik tersebut menyembunyikan makna tertentu dibalik kalimatnya. Makna

    lagu tersebut adalah sepasang kekasih yang sedang memadu asmara. Terlihat pada

    lirik (4c) Hanya ada sedikit bintang malam ini (4d) mungkin karena kau sedang

    cantik-cantiknya yang menunjukkan keromantisan sepasang kekasih.

    Berdasarkan data (3) dan (4), fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat

    pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh menjadi pokok

    permasalahan yang kedua dalam penelitian ini.

    2. Rumusan Masalah

    2.1 Apa jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan

    oleh Naif dan Payung Teduh?

    2.2 Bagaimana fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang

    diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh?

    3. Tujuan Penelitian

    3.1 Mendeskripsikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu

    yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    3.2 Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu

    yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh.

    4. Manfaat Hasil Penelitian

    Hasil penelitian ini adalah deskripsi perbandingan fungsi gaya bahasa

    kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Manfaat

    teoretis dari hasil penelitian ini adalah memberi sumbangan teori gaya bahasa

    kiasan pada lirik lagu dalam bidang semantik. Sedangkan manfaat praktis dari

    hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu aspek yang dapat dipergunakan

    dalam panduan untuk menyusun lirik lagu bagi para penyusun lagu dan dapat

    menjadi panduan untuk memahami makna atau isi lirik lagu bagi para penikmat

    lagu. Selain itu, penelitian ini dapat memberi masukan bagi band Naif dan Payung

    Teduh dalam hal pembuatan lirik lagu mereka.

    5. Tinjauan Pustaka

    Telah ada beberapa skripsi yang membahas mengenai gaya bahasa kiasan,

    yaitu “Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerita Pendek Roro Mendut dan

    Atmo Karya Besar S. W.” oleh Lilid Perwira Setya, Program Studi Sastra

    Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma; “Gaya Bahasa Kiasan

    dalam Lirik Lagu Iwan Fals” oleh Diana Maria Adriana, Program Studi Sastra

    Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma; “Gaya Bahasa Kiasan

    dalam Wacana Ole Internasional di Tabloid Bola Tanggal 3 Maret 2006 s/d 22

    September 2006” oleh Setiawan Werokila, Program Studi Sastra Indonesia,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Belum ada skripsi yang membahas

    mengenai band Naif dan Payung Teduh.

    Tinjauan pustaka penelitian ini diambil dari dua skripsi dan satu buku.

    Yang pertama adalah skripsi berjudul “Gaya Bahasa Repetisi dalam Lirik Lagu

    Ciptaan Ungu pada Album Sayang” oleh Marduita, yang kedua adalah skripsi

    berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Laluba Karya

    Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C. Escher: Analisis Stilistika”

    oleh Evi Selviawati, dan sebuah buku berjudul “Teach Yourself Books:

    Songwriting” oleh J. D. Lindsay.

    Terdapat beberapa penelitian yang diketahui mengangkat masalah terkait

    dengan gaya bahasa, salah satunya skripsi berjudul “Gaya Bahasa Repetisi dalam

    Lirik Lagu Ciptaan Ungu pada Album Sayang” yang ditulis oleh Marduita,

    Sarjana, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

    (2015). Skripsi tersebut bertujuan untuk menjelaskan jenis serta menguraikan

    fungsi gaya bahasa repetisi lirik lagu ciptaan Ungu pada album Sayang.

    Kesimpulan yang didapatkan dari skripsi tersebut adalah pertama, ciptaan Ungu

    pada album Sayang mengandung sembilan jenis gaya bahasa repetisi, yaitu (i)

    aliterasi, (ii) asonansi, (iii) antanaklasis, (iv) kiasmus, (v) epizeukis, (vi) tautotes,

    (vii) anafora, (viii) epistrofa, dan (ix) simploke. Kedua, gaya bahasa repetisi pada

    lirik lagu ciptaan Ungu pada album Sayang memiliki beberapa fungsi, yaitu (i)

    fungsi menghaluskan, (ii) fungsi melebihkan, (iii) fungsi keindahan, dan (iv)

    fungsi mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung.

    Dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan

    Cerpen Laluba Karya Nukila Amal yang Mengacu pada Karya Grafis M. C.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Escher: Analisis Stilistika” yang ditulis oleh Evi Selviawati, Sarjana, Program

    Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

    (2012) dikatakan bahwa gaya bahasa repetisi dan simile menghasilkan beberapa

    efek di dalam setiap cerpen. Efek yang paling besar adalah dalam membangun

    citraan karya-karya grafis yang diacu pada setiap cerpen. Namun, repetisi dan

    simile dapat menghasilkan efek lain di luar itu. Salah satu fungsi repetisi adalah

    memberikan efek puitik, yakni dari presisi rima yang dihasilkan. Sedangkan

    fungsi gaya bahasa simile adalah hadirnya referen pembanding turut membantu

    memperkuat seperti apa nilai rasa dan ciri gambaran yang hendak dilukiskan

    karena objek utama dapat dibandingkan dengan sesuatu yang lain yang bersifat

    umum.

    Menurut Lindsay (1966: 47-49), dalam buku yang berjudul Teach Yourself

    Books: Songwriting, menjelaskan bahwa lirik yang baik mempunyai 3 unsur,

    yaitu (1) subjek. Dalam sebuah lagu, harus mempunyai tema yang jelas agar

    setiap bait mempunyai ceritanya masing-masing. Lalu (2) penataan kata, kata

    dalam lagu harus disusun sedemikian rupa agar terlihat sungguh-sungguh. Unsur

    yang terakhir yaitu (3) kejelasan. Lagu adalah perpaduan antara seni kata dan seni

    musik, dalam musik tidak kata arti yang jelas, jadi kata-kata atau lirik yang ada

    dalam musik tersebut haruslah jelas agar maksud yang direpresentasikan dapat

    tersampaikan dengan baik.

    Pembahasan mengenai teori gaya bahasa tertentu yang telah diteliti para

    pendahulu mencakup teori gaya bahasa repetisi, beberapa teori gaya bahasa

    retoris, serta beberapa bagian dari teori gaya bahasa kiasan. Begitu pula

    pembahasan mengenai lirik lagu tertentu yang telah diteliti para pendahulu hanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    khusus mencakup sebuah nama band. Pembahasan keseluruhan mengenai teori

    gaya bahasa kiasan dalam lirik lagu belum diteliti oleh peneliti pendahulu, serta

    belum ada yang membandingkan antara band yang satu dengan yang lain. Oleh

    karena itu objek lirik lagu band Naif dan Payung Teduh dijadikan topik pada

    penelitian ini.

    6. Landasan Teori

    6.1 Lirik Lagu

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 835), lirik adalah karya

    sastra dalam (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah

    nyanyian. Lagu adalah berbagai irama yang meliputi suara instrument dan

    bernyanyi (dalam tingkah laku: cara, lagak, menyanyikan lagu lama- tentang

    seseorang yang selalu membanggakan masa lalunya). Sedangkan, lagu juga bisa

    disebug dendang, nyanyian, tuturan. Lirik adalah sajak atau susunan kata sebuah

    nyanyian; karya sastra yang berisi curahan pribadi; yang utama adalah lukisan

    perasaannya (Sudjiman, 1990: 49).

    Syair menurut Kamus Musik (1992: 131) adalah komposisi puisi yang

    sering dilagukan. Tiap bait terdiri dari empat baris kalimat, yang keempatnya

    merupakan kesatuan makna; atau kata-kata lagu.

    6.2 Gaya Bahasa

    Majas, kiasan, atau ‘figure of speech’ adalah bahasa kias, bahasa indah

    yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan

    memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan majas tertentu

    dapat merubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu (Dale dalam

    Tarigan, 1985: 112).

    Dalam bukunya yang berjudul “Diksi dan Gaya Bahasa” (1988: 129),

    Keraf mengatakan ada beberapa dasar yang menentukan pembagian gaya bahasa,

    salah satunya berdasarkan langsung tidaknya makna atau sering disebut trope atau

    figure of speech yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna

    denotifnya atau sudah ada penyimpangan.

    6.3 Gaya Bahasa Kiasan

    Gaya bahasa kiasan ini pertama-tama dibentuk berdasarkan perbandingan

    atau persamaan. Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, berarti

    mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal

    tersebut. Perbandingan sebenarnya mengandung dua pengertian, yaitu

    perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa yang polos atau langsung, dan

    perbandingan yang termasuk dalam gaya bahasa kiasan. Perbandingan biasa

    mencakup dua anggota yang termasuk dalam kelas yang sama, sedangkan

    perbandingan kedua, sebagai bahasa kiasan, mencakup dua hal yang termasuk

    dalam kelas yang berlainan (Keraf, 1984: 136). Berikut adalah macam-macam

    gaya bahasa kiasan:

    6.3.1 Persamaan atau Simile

    Persamaan atau simile adalah perbandingan bersifat eksplisit. Yang

    dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. (Keraf, 1984, 138). Persamaan

    atau simile dapat ditunjukkan dengan kata-kata: sama, seperti, sebagai, laksana,

    dan sebagainya.

    6.3.2 Metafora

    Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara

    langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati,

    cindera mata, dan sebagainya. Metafora dapat disebut dengan penyimpangan

    makna pula (Keraf, 1984: 139).

    6.3.3 Alegori, Parabel, dan Fabel

    Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna

    kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-

    nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas

    tersurat (Keraf, 1984: 140).

    Parabel adalah suatu kisah singkat yang mengandung kiasan (Keraf, 1984:

    140).

    Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di

    mana binatang-binatang bahkan mahkluk-mahkluk yang tidak bernyawa bertindak

    seolah-olah sebagai manusia (Keraf, 1984: 140).

    6.3.4 Personifikasi

    Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan

    benda-benda atau makhluk lain selain manusia tetapi seolah-olah memiliki sifat-

    sifat kemanusiaan. Personifikasi merupakan suatu corak khusus dari metafora,

    yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara, seperti manusia

    (Keraf, 1984: 140).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    6.3.5 Alusi

    Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan

    antara orang, tempat, atau peristiwa (Keraf, 1984: 141).

    6.3.6 Eponim

    Adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering

    dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan

    sifat itu (Keraf, 1984: 141).

    6.3.7 Epitet

    Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang

    khusus dari seseorang atau sesuatu hal (Keraf, 1984: 141).

    6.3.8 Sinekdoke

    Sinekdoke adalah semacam gaya bahasa figuratif yang mempergunakan

    sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau

    mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte)

    (Keraf, 1984: 142).

    6.3.9 Metonimia

    Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata

    untuk menyatakan hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat (Keraf,

    1984: 142).

    6.3.10 Antonomasia

    Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang

    berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar

    resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri (Keraf, 1984: 142).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    6.3.11 Hipalase

    Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu

    dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada

    sebuah kata lain (Keraf, 1984: 142).

    6.3.12 Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

    Ironi atau kata sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu

    dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian

    kata-katanya (Keraf, 1984: 143).

    Sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya. Sinisme merupakan

    sindiran yang berbentuk kesangsian berisi suatu ejekan (Keraf, 1984: 143).

    Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme.

    Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir. (Keraf, 1984: 143).

    6.3.13 Satire

    Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu (Keraf,

    1984: 144).

    6.3.14 Inuendo

    Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

    sebenarnya (Keraf, 1984: 144).

    6.3.15 Antifrasis

    Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata

    dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau

    kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya

    (Keraf, 1984: 145). Contoh: Lihatlah si Putri Cantik telah datang (maksudnya si

    Perempuan Lusuh).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    6.3.16 Pun atau Paronomasia

    Pun atau paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan

    bunyi (Keraf, 1984: 145).

    6.4 Fungsi Gaya Bahasa Kiasan

    Dalam kehidupan sehari-hari digunakan istilah arti kiasan. Nampaknya

    penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh

    karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak

    merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif)

    disebut mempunyai arti kiasan (Chaer, 1985: 80).

    Dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan “kata”, tetapi

    dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat, maka ada beberapa

    unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu: pengertian, perasaan, nada, dan

    tujuan. Makna kata dapat dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal

    atau barang yang diwakilinya (referen) (Keraf, 1984: 25).

    Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu

    (1) yang diartikan dan (2) yang mengartikan. Yang diartikan sebenarnya tidak lain

    daripada konsep atau makna dari sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang

    mengartikan itu adalah tidak lain daripada bunyi-bunyi itu, yang terbentuk dari

    fonem-fonem bahasa yang bersangkutan (Chaer, 2009: 29).

    Dalam bukunya yang berjudul “Semantik”, Geoffrey Leech

    mengkategorikan salah satu jenis makna yang bernama makna tematik. Makna

    tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus, dan penekanan (Leech, 2003:

    33).

    7. Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, (i) pengumpulan data, (ii)

    analisis data, dan (iii) penyajian data.

    7.1 Metode Teknik dan Pengumpulan Data

    Objek penelitian ini adalah gaya bahasa kiasan. Data penelitian adalah

    lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Pengumpulan data

    dilakukan dengan metode simak. Metode simak yaitu metode yang dilakukan

    dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Peneliti

    menyimak data gaya bahasa kiasan pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan

    Payung Teduh menurut data lirik lagu di internet. Teknik lanjutan yang digunakan

    pada metode ini adalah teknik catat. Data yang sudah terkumpul kemudian dicatat

    pada kartu daya yang dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993:135). Pada

    penelitian ini diambil data 64 lagu ciptaan band Naif dan 16 lagu ciptaan band

    Payung Teduh.

    7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

    Setelah semua data gaya bahasa pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif

    dan Payung Teduh terklasifikasikan, kemudian peneliti menganalisis data tersebut

    menggunakan metode padan dan metode agih.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Untuk menganalisis dasar gaya bahasa pada lirik lagu yang diciptakan

    oleh Naif dan Payung Teduh, digunakan metode padan. Metode padan adalah

    metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak

    menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto,

    1993: 13). Alat penentu yang digunakan peneliti adalah metode padan referensial,

    yaitu metode padan yang alat penentunya berupa referen bahasa (Kesuma, 2007:

    48). Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur luar bahasa yang ditunjuk satu

    kebahasaan (Kridalaksana, 2001: 186). Metode padan referensial itu digunakan

    untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk

    (Kesuma, 2007: 48). Teknik dasar dalam metode padan adalah teknik pilah unsur

    penentu, yaitu teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan

    yang dianalisis dengan alat penentu berupa daya pilah yang bersifat mental yang

    dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993: 1). Jenis penentunya adalah daya

    pilah referensial, yaitu daya pilah yang menggunakan referen atau sosok yang

    diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu (Kesuma, 2007: 52). Peneliti

    menggunakan referen berupa gaya bahasa pada penelitian ini.

    Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam

    dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik

    yang dipakai dalam metode agih adalah teknik perluas. Teknik perluas adalah

    teknik analisis data dengan cara memperluas satuan kebahasaan yang dianalisis

    dengan menggunakan satuan kebahasaan tertentu (Kesuma, 2007: 59). Teknik

    perluas digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan satuan kebahasaan

    tertentu (Sudaryanto 1993: 55).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis

    Setelah selesai pada tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah

    penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan

    metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-

    kata biasa (Kesuma, 2007: 71).

    8. Sistematika Penyajian

    Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab, yaitu:

    Bab I adalah pendahuluan. Bab ini memaparkan perihal latar belakang,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka,

    landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

    Bab II berisi penjelasan tentang jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat

    pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Peneliti menemukan

    frekuensi jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan

    oleh Naif dan Payung Teduh.

    Bab III berisi uraian mengenai fungsi gaya bahasa kiasan yang terdapat

    pada lirik lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Peneliti menemukan

    perbandingan fungsi gaya bahasa yang terdapat pada lirik lagu yang diciptakan

    oleh Naif dan Payung Teduh.

    Bab IV adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran.

    Kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan frekuensi

    penggunaan gaya bahasa pada lirik lagu band pop di dua era yang berbeda. Saran

    yang dimaksud dalam penelitian ini adalah saran kepada penulis lirik lagu untuk

    memperbanyak gaya bahasa kiasan pada karyanya agar terkesan lebih indah dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    saran kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang sama dengan

    kajian yang berbeda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    BAB II

    JENIS GAYA BAHASA KIASAN YANG TERDAPAT PADA LIRIK LAGU

    YANG DICIPTAKAN OLEH NAIF DAN PAYUNG TEDUH

    2.1 Pengantar

    Pada bab II ini diuraikan jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik

    lagu yang diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh. Dalam pembahasan ini

    dikemukakan dua rumusan yang berbeda, yaitu gaya bahasa kiasan yang terdapat

    pada lirik lagu Naif dan gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu Payung

    Teduh. Data diambil dari lagu-lagu di seluruh album Naif dan Payung Teduh.

    Adapun jenis gaya bahasa kiasan yang terdapat pada lirik lagu yang

    diciptakan oleh Naif dan Payung Teduh adalah (i) personifikasi, (ii) simile atau

    persamaan, (iii) metafora, dan (iv) ironi.

    2.2 Personifikasi

    Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-

    benda atau makhluk hidup lain seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan atau

    melakukan kegiatan yang biasa dilakukan oleh manusia. Personifikasi mengiaskan

    untuk bertindak, berbuat, berbicara, seperti manusia. Personifikasi mengandung

    unsur kesamaan. Berbeda dengan metafora, yaitu membuat perbandingan dengan

    suatu hal yang lain, maka dalam penginsanan hal yang lain itu adalah benda-

    benda mati yang bertindak dan berbuat seperti manusia, atau perwatakan manusia.

    Pokok yang dibandingkan itu seolah-olah berwujud manusia, baik dalam tindak-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    tinduk, perasaan, dan perwatakan manusia padahal sesungguhnya tidak (Keraf,

    1984: 140-141).

    2.2.1 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif

    Berikut merupakan gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada lirik lagu

    dalam album Naif:

    (4) Puspa Indah (a) Telah lama terkenang (b) Puspa Indahku tersayang (c) Selalu kumenunggu (d) Surat dan kabarmu (e) Ah... puspa indahku (f) Oh... buluh perindu (g) Ku takkan jemu-jemu (h) 'Tuk bersurat slalu (i) Walau jauh di mata (j) Tapi dekatlah di hati (k) Tempo-tempo bersua (l) Di stasiun kota

    (5) Hai Monas (a) Bangun pagi-pagi, menghadapi hari (b) Ayam berdiri berkokok (c) Ayo bersiap 'tuk memulai hari ini (d) Udara yang segar buat badan bugar (e) Kuhirup dan kuberlari (f) Putari Monas tujuh kali tiap hari (g) Di tiap hari ... slalu begini (h) Berulang kali ... peristiwa yang kualami tiap hari tiap pagi (i) Mentari tlah datang (j) Hai Monas menantang (k) Peluh mulai bercucuran (l) Kulitku kini memerah habis terpanggang (m) Nafasku terengah, tubuhku pun lelah (n) Namun tanpa keluh kesah (o) Kulari dan kuberlari pantang menyerah (p) Di tiap hari ... slalu begini (q) Berulang kali ... peristiwa yang kualami tiap hari tiap pagi (r) Hai Monas kini tlah ramai lagi ... semua menari ... menikmati

    segarnya udara di pagi hari ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    (6) Safari Menuju Laut (Jangan Terlalu Naif, 2000) (a) Uuhu ... tancap kombimu, safari menuju laut (b) Waw!!! Gadis pantai menantimu, bikini bikin terpaku (c) Oh indahnya suasana ... laut tiada matinya (d) Langit cerah ... bergairah ... ceria di tepi samudera ... (e) Uuhu ... angkat papanmu, berlari menuju laut Waw!!! (f) Nah 'tu dia ombak datang, hatiku semakin girang (g) Dan ku terjang ... papan goyang, meluncur tiada terhalang (h) Ku dipandang gadis pirang berbikini belang-belang (i) Uuhu ... laju papanku ... kendali ombak menderu (j) Waw!!! Terhempas ke dasar laut, hampir ku di ujung maut (k) Oh ternyata ... tiba-tiba ... ku tertolong lumba-lumba (l) Ooh dahsyatnya ... waah asyiknya berpapan selancar ria

    (7) Bunga Hati (a) Takkan layu bunga terkasihku (b) Yang tumbuh berseri (c) Indah di taman hatiku (d) Takkan layu bunga pujaanku (e) Walaupun sang waktu (f) Datang dan berlalu, Ooo (g) Bunga hatiku, jangan pernah kau layu (h) Mekar dan berseri (i) Bunga taman hatiku (j) Harum dan mewangi (k) S'panjang waktu (l) Kan kujaga sepenuh jiwa (m) Takkan layu bunga pujaanku (n) Walaupun sang waktu (o) Datang dan berlalu, Ooo (p) Kan kujaga sepenuh jiwa (q) Kau bungaku

    (8) Ceriakan Dunia (a) Ceria (b) Lihat duniaku yang kini penuh warna (c) Berhiaskan cinta di relung hati kita (d) Kau yang slalu buatku ceria (e) Dan, oh, saat ini kau tetap mempesona (f) Detik demi detik kan terasa menggoda (g) Kau yang slalu membuatku ceria (h) Di balik hati yang gulana (i) Lihat duniaku yang kini penuh warna (j) Berhiaskan cinta di relung hati kita (k) Kau yang slalu membuatku ceria (l) Dibalik hati yang gulana (m) Burung pun bernyanyi tralala (n) Kau yang slalu buatku ceria

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    (9) Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia (a) Manusia berkembang menurut (b) perkembangan jaman yang ada (c) Tengoklah kiri dan kanan sudah (d) banyak gedung yang tinggi menjulang (e) Pohon-pohon yang dulu hijau kini (f) telah berubah menjadi batu (g) Kurasa manusia kini tak pernah (h) peduli lagi dengan alamnya (i) Dia... Adalah pusaka sejuta umat (j) manusia yang ada di seluruh dunia (k) Langit biru cerah tak mungkin (l) lagi terlihat bersih dan ceria (m) Pelangi yang berwarna-warni (n) warnanya semakin tak menentu (o) Bunga-bunga yang indah tak (p) pernah semerbak lagi seperti dulu (q) Udara segar yang dulu ada (r) kini tak pernah lagi kurasakan

    (10) Gula-Gula (a) Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (b) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (c) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (d) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (e) Gula-gula... Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (f) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma (g) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (h) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (i) Gula-gula... Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (j) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (k) Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (l) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma Gula-

    gula

    (11) Katakan Iya (a) Semakin engkau jauh (b) Semakin kuingin mendekati dirimu (c) Meski kau tak peduli (d) Di setiap langkahmu disitu ku ada (e) Takkah engkau merasa (f) Kesungguhan di dalam jiwaku (g) Terpuji dirimu bila kaupalingkan hatimu darinya (h) Semesta jadi saksinya aku yang pantas menjadi milikmu (i) Katakan iya

    (12) Pagi (a) Salah bila dikau mencintaiku

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    (b) Simpan saja rasa hatimu itu (c) Bukannya aku tak suka (d) Ku telah ada yang punya (e) dan hatiku tak mampu untuk mendua (f) Salah bila dikau mengharapkanku (g) Tutup saja pintu hatimu itu (h) Bukannya aku tak suka (i) Ku telah ada yang punya (j) dan hatiku tak mampu untuk mendua (k) Bukan maksud hati tuk lukaimu (l) Dengan kuberkata sejujurnya (m) Kuharap dikau mengerti padaku (n) dan hatiku tak mampu tuk mendua (o) Bila malam lewat jelang, bunga tidurpun hilang (p) Saat yang kunantikan pun datang (q) Cahaya sang mentari sinari alam ini (r) Buat cerahnya hati... berseri (s) Alangkah indahnya, oh pagi hadirmu slalu kunanti (t) Janjiku takkan tinggalkan mu, oh pagi (u) Mungkinkah oh semua ini akan terus kualami (v) Bila ia tinggalkan aku sendiri (w) Tetes embun basahi daun, bunga bersemi (x) Kumbang, lebah, kupu-kupu, menari

    (13) Tidurlah (a) Tidurlah oh tidurlah (b) hari sudah larut malam (c) Biar kukecup kening di wajahmu (d) nan ayu dan lembut (e) Mimpilah oh mimpilah (f) bawa serta oh mimpiku (g) Terbang jauh ke langit ketujuh (h) Pejamkanlah matamu (i) ku takkan mengganggu (j) Ku akan selalu ada (k) di sini menemanimu (l) Tidurlah oh tidurlah (m) hanyut dalam peraduan (n) Bulan bintang hampiri (o) 'tuk menimang (p) Tidurlah oh tidurlah (q) hari sudah larut malam (r) Biar kukecup kening di wajahmu (s) nan ayu dan lembut (t) Mimpilah oh mimpilah (u) hingga pagi hari datang (v) Dan kini kuucapkan, (w) Sampai jumpa esok... hari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Pada data (5), terlihat dari data (5c) dan (5d), bahwa penulis lirik selalu

    menunggu surat dan kabar dari sang „Puspa Indah‟. Penulis mengandaikan sebuah

    bunga dapat mengirim kabar melalui sebuah surat.

    Pada (6), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (6j) hai Monas

    menantang, seolah-olah Monas seperti manusia yang bisa menantang. Monas

    merupakan benda mati yang adalah salah satu objek wisata di Jakarta yang

    menjadi simbol dari Ibu Kota Negara Indonesia pula.

    Pada data (7), terdapat sebuah gaya bahasa personifikasi yaitu (7d) langit

    cerah, bergairah, ceria di tepi samudera. Langit yang cerah diandaikan dapat

    memiliki sifat ceria serta bergairah layaknya manusia.

    Pada data (8), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (8n) hingga (8o)

    sang waktu datang dan berlalu. Pada kalimat tersebut, waktu dipersamakan

    dengan manusia yang dapat datang dan berlalu.

    Pada lirik “Ceriakan Dunia” (9), (9m) burung pun bernyanyi tralala

    merupakan gaya bahasa personifikasi karena bernyanyi adalah kegiatan yang

    hanya bisa dilakukan oleh manusia, tetapi dalam lirik tersebut burung diandaikan

    dapat bernyanyi.

    Data (10) menunjukkan bahwa penulis memanusiakan langit, yaitu (10l)

    langit biru cerah tak mungkin lagi terlihat bersih dan ceria. Menurut Kamus

    Besar Bahasa Indonesia (2008: 784), langit adalah ruang luas yang terbentang di

    atas bumi.

    Data (11) menyamakan hati dengan penglihatan. Disebutkan pada (11j)

    hati adalah penglihatan paling sejati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    (2008: 487), hati adalah organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    kanan atas rongga perut. Jadi hati tidak bisa bertindak selayaknya suatu panca

    indera, salah satunya penglihatan.

    Pada data (12) ditunjukkan adanya satu gaya bahasa personifikasi, yaitu

    (12h) semesta jadi saksinya aku yang pantas menjadi milikmu. Menurut Kamus

    Besar Bahasa Indonesia (2008: 1263), semesta adalah kata numeralia yang berarti

    semua yang ada di alam dan kata sifat yang berarti seluruh dunia. Dapat dikatakan

    bahwa semesta tidak bisa menjadi saksi layaknya manusia.

    Gaya bahasa personifikasi pada data (13) ditunjukkan pada baris lirik

    terakhir yaitu kumbang, lebah, kupu-kupu menari. Kumbang, lebah, dan kupu-

    kupu adalah jenis hewan. Sedangkan menari adalah kata kerja yang hanya dapat

    dilakukan manusia. Lirik tersebut memanusiakan hewan.

    Pada data (14), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (14n) dan

    (14o) bulan bintang hampiri ‘tuk menimang. Menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (2008: 219), bulan adalah satelit alami yang mengitari bumi, tampak

    bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari dan bintang adalah

    benda langit yang mampu memancarkan cahaya dan memproduksi energi sendiri,

    misalnya matahari. Kedua benda tersebut merupakan benda mati yang tidak dapat

    menimang layaknya manusia.

    2.1.2 Gaya Bahasa Personifikasi yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung

    Teduh

    Berikut merupakan gaya bahasa personifikasi yang terdapat pada lirik lagu

    dalam album Payung Teduh:

    (14) Angin Pujaan Hujan (Payung Teduh, 2010) (a) Datang dari mimpi semalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    (b) Bulan bundar bermandikan sejuta cahaya (c) Di langit yang merah (d) Ranum seperti anggur (e) Wajahmu membuai mimpiku (f) Sang pujaan tak juga datang (g) Angin berhembus bercabang (h) Rinduku berbuah lara

    (15) Cerita Tentang Gunung dan Laut (a) Aku pernah berjalan di sebuah bukit (b) Tak ada air (c) Tak ada rumput (d) Tanah terlalu kering untuk ditapaki (e) Panas selalu menghantam kaki dan kepalaku (f) Aku pernah berjalan di atas laut (g) Tak ada tanah (h) Tak ada batu (i) Air selalu merayu (j) Menggodaku masuk ke dalam pelukannya (k) Tak perlu tertawa atau menangis (l) Pada gunung dan laut (m) Karena gunung dan laut (n) Tak punya rasa (o) Aku tak pernah melihat gunung menangis (p) Biarpun matahari membakar tubuhnya (q) Aku tak pernah melihat laut tertawa (r) Biarpun kesejukkan bersama tariannya

    (16) Berdua Saja (a) Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata (b) Ketika kita berdua (c) Hanya aku yang bisa bertanya (d) Mungkinkah kau tahu jawabnya (e) Malam jadi saksinya (f) Kita berdua di antara kata (g) Yang tak terucap (h) Berharap waktu membawa keberanian (i) Untuk datang membawa jawaban (j) Mungkinkah kita ada kesempatan (k) Ucapkan janji takkan berpisah selamanya

    (17) Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan (a) Tak terasa gelap pun jatuh (b) Di ujung malam menuju pagi yang dingin (c) Hanya ada sedikit bintang malam ini (d) Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya (e) Lalu mataku merasa malu (f) Semakin dalam ia malu kali ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    (g) Kadang juga ia takut (h) Tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya (i) Di malam hari (j) Menuju pagi (k) Sedikit cemas (l) Banyak rindunya

    (18) Malam (a) Terang masih saja milik malam (b) Bahkan malam yang terlalu terang (c) Sanggup menjadi terik (d) Dan matahari masih sedih (e) Bersandar di belakang (f) Mungkin ia belum lelah menanti (g) Kedatangan cinta (h) Atau ia sudah bosan (i) Menanti kedatangan apapun (j) Atau teriknya (k) Sudah tidak membangunkan kita lagi (l) Bukankah kita sudah berjanji semua selesai (m) Ketika ada kita

    (19) Tidurlah (a) Akhirnya malam tiba juga (b) Malam yang kunantikan sejak awal (c) Malam yang menjawab akhir kita (d) Inikah akhir yang kita ciptakan (e) Dan pagi takkan terisi lagi (f) Lonceng bertingkah sebagaimana mestinya (g) Membangunkan orang tanpa membagi (h) Sedikit asmara untuk memulai hari (i) Tidurlah (j) Malam terlalu malam (k) Tidurlah (l) Pagi terlalu pagi

    (20) Kucari Kamu (a) Kucari kamu dalam setiap malam (b) Dalam bayang masa suram (c) Kucari kamu dalam setiap langkah (d) Dalam ragu yang membisu (e) Kucari kamu dalam setiap ruang (f) Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam (g) Aku cari kamu (h) Di setiap malam yang panjang (i) Aku cari kamu (j) Kutemui kau tiada (k) Aku cari kamu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    (l) Di setiap bayang kau tersenyum (m) Aku cari kamu (n) Kutemui kau berubah (o) Kucari kamu dalam setiap jejak (p) Seperti aku yang menunggu kabar dari matahari

    (21) Menuju Senja (a) Harum mawar di taman (b) Menusuk hingga ke dalam sukma (c) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (d) Di sore itu menuju senja (e) Bersama hati yang terluka (f) Tertusuk pilu menganga luka itu (g) Di antara senyum yang menapaki jejak kenangan (h) Di sore yang gelap ditutupi awan (i) Bersama setangkup bunga cerita yang kian (j) Merambat di dinding penantian (k) Ada yang mati saat itu dalam kerinduaan (l) Yang tak terobati (m) Harum mawar di taman (n) Menusuk hingga ke dalam sukma (o) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (p) Di sore itu menuju senja (q) Baru saja kuberanjak beberapa saat sebelum itu (r) Ada yang mati menunggu sore menuju senja (s) Bersama (t) Harum mawar di taman (u) Menusuk hingga ke dalam sukma (v) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (w) Di sore itu menuju senja

    (22) Biarkan (a) Turunlah ke pelukanku (b) Nyanyikan lagu rindu para wanita (c) Menata sanggul di tepi sungai (d) Menarilah bersamaku (e) Turunlah ke pelukanku (f) Nyanyikan lagu rindu para wanita (g) Melenakan para pendamba (h) Meratapi kepergian malam (i) Biarkan dewi malam menatap sayu (j) Meratapi bulan yang memudar (k) Biarkan bulan berjalan tunduk (l) Menyambut senyuman matahari (m) Biarkan matahari membuka mata (n) Membangunkan alam yang lelap (o) Biarkan dewi malam menatap sayu (p) Meratapi bulan yang memudar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    (q) Biarkan bulan berjalan tunduk (r) Menyambut senyuman matahari (s) Biarkan matahari membuka mata (t) Membangunkan alam yang lelap

    (23) Di Ujung Malam (a) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (b) Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku (c) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (d) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (e) Sunyi ini merdu seketika (f) Sunyi ini merdu seketika (g) Sunyi ini merdu seketika (h) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (i) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (j) Sunyi ini merdu seketika (k) Sunyi ini merdu seketika (l) Sunyi ini merdu seketika (m) Sunyi ini merdu seketika (n) Sunyi ini merdu seketika (o) Sunyi ini merdu seketika

    Pada data (15), ditunjukkan dua gaya bahasa kiasan personifikasi, yaitu

    (15b) dan (15h). Pada (15b) dikatakan bahwa bulan bundar bermandikan sejuta

    cahaya yang di mana bulan bundar merupakan benda mati yang tidak bisa

    melakukan kegiatan mandi. Begitu halnya dengan data (15h) rinduku berbuah

    lara. Rindu merupakan suatu bentuk perasaan yang tak hidup, sedang menurut

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1175), rindu adalah sangat ingin dan

    berharap benar pada sesuatu. Ia tidak bisa berbuah. Penulis lirik memanusiakan

    benda mati.

    Pada data (16) dalam lirik lagu “Cerita Tentang Gunung dan Laut” pada

    album terbaru Payung Teduh, gaya bahasa kiasan yang terkandung di dalamnya

    adalah personifikasi. Data gunung menangis (16o) dan laut tertawa (16q)

    „menghidupkan benda mati‟ atau „benda mati melakukan kegiatan yang dilakukan

    manusia‟. Gaya bahasa personifikasi gunung menangis dan laut tertawa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    bermaksud untuk mengindahkan lirik lagu agar lirik lagu terkesan lebih puitis.

    Gunung menangis (16o) dapat berarti gunung yang meledak, tetapi agar lebih

    puitis dan indah dibuat menjadi gunung menangis, begitu pula dengan laut

    tertawa (16q).

    Pada data (17), kalimat (17e) malam jadi saksinya (17h) berharap waktu

    membawa keberanian (17i) untuk datang membawa keberanian menunjukkan

    personifikasi. Malam dan waktu merupakan benda mati yang dimanusiakan untuk

    menjadi seorang saksi dan mempunyai sifat berani untuk membawa suatu

    jawaban.

    Pada data (18), terdapat beberapa gaya bahasa personifikasi pada data

    (18a), (18e), (18g), dan (18h). Benda mati yang dibuat seakan melakukan sebuah

    kegiatan manusia, gelap yang dapat jatuh hingga mata yang dapat merasa malu

    dan takut di tengah pelariannya.

    Pada data di atas, gaya bahasa personifikasi ditunjukkan dari (19d) hingga

    (19i). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 887), matahari adalah

    benda angkasa. Sedangkan pada lirik tersebut, ditunjukkan matahari yang adalah

    sebuah benda mati dapat merasa sedih, bersandar, menanti, didatangi, serta

    merasa bosan layaknya manusia.

    Pada lirik lagu “Tidurlah”, terdapat sebuah gaya bahasa personifikasi yaitu

    (20f) lonceng bertingkah sebagaimana mestinya. Menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (2008: 840), lonceng adalah genta. Lonceng dipersamakan dengan

    manusia yang dapat bertingkah.

    Pada data (21), ditunjukkan beberapa gaya bahasa personifikasi, yaitu

    (21d) ragu yang membisu; (21f) kabar dari angin malam; dan (21p) kabar dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    matahari. Ragu, angin malam, serta matahari dipersamakan dengan hal-hal yang

    biasa dilakukan manusia.

    Pada data (22), gaya bahasa personifikasi ditunjukkan pada (22g) senyum

    yang menapaki jejak kenangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:

    1227), senyum adalah gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara menunjukkan rasa

    senang, gembira, suka. Senyum diibaratkan seperti manusia yang dapat menapaki

    suatu jejak.

    Pada data (23), gaya bahasa personifikasi dapat ditunjukkan pada kalimat

    biarkan bulan berjalan tunduk, biarkan matahari membuka mata, dan meratapi

    kepergian malam. Bulan dipersamakan dengan manusia yang dapat berjalan;

    matahari yang dapat membuka mata layaknya manusia; pun malam dipersamakan

    dengan manusia yang dapat pergi.

    Pada lirik lagu (24) “Di Ujung Malam”, kalimat sunyi ini merdu seketika

    merupakan gaya bahasa personifikasi. Sunyi merupakan suatu keadaan,

    sedangkan merdu adalah suara yang dihasilkan oleh manusia.

    2.3 Persamaan atau Simile

    Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang

    dimaksud dengan perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung

    menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya

    yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama,

    sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya (Keraf, 1984: 138). Persamaan ada

    yang mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu dan ada pula yang tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu kemudian pembaca

    diharapkan akan mengira sendiri sifat persamaan tersebut.

    2.3.1 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif

    Berikut merupakan gaya bahasa simile yang terdapat pada lirik lagu dalam

    album Naif:

    (24) Air Dan Api (a) Apa mauku apa maumu (b) Slalu saja menjadi (c) Satu masalah yang tak kunjung henti (d) Bukan maksudku bukan maksudmu (e) Untuk selalu (f) Meributkan hal yang itu-itu saja (g) Mengapa kita saling membenci (h) Awalnya kita slalu memberi (i) Apakah mungkin hati yang murni (j) Sudah cukup berarti (k) Ataukah kita belum mencoba (l) Memberi waktu pada logika (m) Jangan seperti selama ini (n) Hidup bagaikan air dan api

    (25) Itulah Cinta (a) Aku sedang berjalan (b) Menyusuri relung di hatimu (c) Aku sedang mencari (d) Sesuatu di balik matamu (e) Yang mampu membuatku terpesona (f) Yang mampu membuatku terpesona (g) Apakah dirimu yang mampu (h) Membuat hatiku bagai melayang di awan (i) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah

    asmara

    (j) Dan ku yakin itulah cinta (k) Aku sedang berjalan (l) Mengikuti kata di hatiku (m) Aku sedang mencari (n) Rahasia di balik matamu (o) Yang mampu membuatku terpesona (p) Yang mampu membuatku terpesona (q) Apakah dirimu yang mampu (r) Membuat hatiku bagai melayang di awan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    (s) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah asmara

    (t) Dan ku yakin itulah cinta (u) Kuyakin itulah asmara (v) Kuserasa di surga (w) Dan hatiku berbunga-bunga (x) Apakah dirimu yang mampu (y) Membuat hatiku bagai melayang di awan (z) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah

    asmara

    (26) Kuda Besi (a) Ku jelang siang (b) Ku terjang malam (c) Tak pernah pulang (d) Kuda besiku (e) Melaju kencang (f) Bagaikan setan (g) Diterpa hujan (h) Dikejar angin (i) Dan halilintar (j) S„makin kupacu (k) Kuda besiku (l) Jantungku menderu (m) Coba kau ikuti aku ayoo (n) Bergaya dan trus melaju ayooo (o) Coba-coba ikut aku ayooo (p) Kalau kau belum jago janganlah kau sok tau (q) Siapa yang bilang (r) Anak jalanan (s) Binatang jalang (t) „ku hanya ingin (u) bersenang-senang (v) bukan menantang

    Pada data (25), gaya bahasa simile jelas ditunjukkan pada baris terakhir

    lirik tersebut yang menyebutkan kata sambung berupa bagaikan. Data (25)

    berbunyi hidup bagaikan air dan api. Penulis memakai kata bagaikan sebagai

    persamaan antara hidup dengan air dan api.

    Data (26) menunjukkan bahwa terdapat dua lirik yang mengandung gaya

    bahasa simile. Pada data (26h) dikatakan membuat hatiku bagai melayang di

    awan dan data (26i) dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    terpanah asmara. Pada kedua data tersebut, terdapat kata bagai yang mewakilkan

    gaya bahasa simile di dalamnya. Kedua data tersebut mengandaikan hati yang

    dapat melayang di awan dan panah asmara.

    Pada data (27), gaya bahasa simile ditunjukkan pada (27d), (27e), dan

    (27f) kuda besiku melaju kencang bagaikan setan. Kuda besinya yang melaju

    kencang disamakan dengan setan menggunakan kata hubung bagaikan.

    2.3.2 Gaya Bahasa Simile yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung Teduh

    Berikut merupakan gaya bahasa simile yang terdapat pada lirik lagu dalam

    album Payung Teduh:

    (27) Angin Pujaan Hujan (Payung Teduh, 2010) (a) Datang dari mimpi semalam (b) Bulan bundar bermandikan sejuta cahaya (c) Di langit yang merah (d) Ranum seperti anggur (e) Wajahmu membuai mimpiku (f) Sang pujaan tak juga datang (g) Angin berhembus bercabang (h) Rinduku berbuah lara

    (28) Kita adalah Sisa-sisa Keikhlasan yang Tidak Diikhlaskan (a) Kita tak semestinya berpijak di antara (b) Ragu yang tak berbatas (c) Seperti berdiri di tengah kehampaan (d) Mencoba untuk membuat pertemuan cinta (e) Ketika surya tenggelam (f) Bersama kisah yang tak terungkapkan (g) Mungkin bukan waktunya (h) Berbagi pada nestapa (i) Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap (j) Kita pernah mencoba berjuang (k) Berjuang terlepas dari kehampaan ini (l) Meski hanyalah dua cinta (m) Yang tak tahu entah akan dibawa kemana (n) Kita adalah sisa-sisa keikhlasan (o) Yang tak diikhlaskan (p) Bertiup tak berarah (q) Berarah ke ketiadaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    (r) Akankah bisa bertemu (s) Kelak di dalam perjumpaan abadi

    (29) Kucari Kamu (a) Kucari kamu dalam setiap malam (b) Dalam bayang masa suram (c) Kucari kamu dalam setiap langkah (d) Dalam ragu yang membisu (e) Kucari kamu dalam setiap ruang (f) Seperti aku yang menunggu kabar dari angin malam (g) Aku cari kamu (h) Di setiap malam yang panjang (i) Aku cari kamu (j) Kutemui kau tiada (k) Aku cari kamu (l) Di setiap bayang kau tersenyum (m) Aku cari kamu (n) Kutemui kau berubah (o) Kucari kamu dalam setiap jejak (p) Seperti aku yang menunggu kabar dari matahari

    Pada data (28), sangat terlihat ada gaya bahasa kiasan simile yang

    dipaparkan pada (28d) ranum seperti anggur. Seperti yang sudah dipaparkan di

    atas, bahwa ciri-ciri gaya bahas a kiasan simile adanya kata hubung seperti, sama,

    bagaikan, dan lain-lain. Makna pada data tersebut dipaparkan sebagai berikut,

    ranum „sangat masak‟ seperti buah anggur, artinya langit yang sedang merah

    seperti warna buah anggur yang sedang masak.

    Pada data (29), gaya bahasa simile ditunjukkan pada baris lirik (29b)

    hingga (29c) ragu yang tak terbatas seperti berdiri di tengah kehampaan. Kata

    seperti sudah sangat menunjukkan bukti adanya keberadaan gaya bahasa simile

    dalam lagu tersebut.

    Pada data (30), gaya bahasa simile ditunjukkan di empat baris lirik yang

    berbeda tetapi dengan kalimat yang mirip. Yang pertama, pada (30e) hingga (30f)

    kucari kamu dalam setiap ruang seperti aku yang menunggu kabar dari angina

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    malam dan yang kedua, pada (30o) hingga (30p) kucari kamu dalam setiap jejak

    seperti aku yang menunggu kabar dari matahari.

    2.4 Metafora

    Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung,

    tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata banding. Misalnya:

    bunga bangsa, buaya darat, buah tangan, kambing hitam, dan lain sebagainya

    (Keraf, 1984: 139). Metafora adalah pembanding langsung, yaitu tidak

    mempergunakan kata-kata banding seperti halnya pada simile, sehingga pokok

    pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Metafora ini menyatakan

    sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sebenenarnya

    tidak sama (Pradopo, 2012: 66).

    2.4.1 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif

    Berikut merupakan gaya bahasa metafora yang terdapat pada lirik lagu

    dalam album Naif:

    (30) Akulah Pasanganmu (a) Sudah pernah kubilang selang kita bertemu (b) Jauh sebelum engkau menjadi kekasihku (c) Dan engkau sadari itu terbenam di hatimu (d) Tak perlu ku ingatkan ya kau dan aku satu (e) Wahai sang bunga akulah si kumbang itu (f) yang setia untuk menunggu mekarmu (g) Engkau wanita ni akulah pasanganmu (h) yang setia untuk slalu bersamamu (i) Saat kau ada ragu jangan lalu membisu (j) dengarlah lagu kita tak susah tuk ceria (k) Saat kita bersama semua pun berwarna (l) udara berarom ramaikan hati kita (m) Wahai sang bunga akulah si kumbang itu (n) yang setia untuk menunggu mekarmu (o) Engkau wanita ni akulah pasanganmu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    (p) yang setia untuk slalu bersamamu (q) yang setia untuk slalu bersamamu (r) yang setia untuk slalu bersamamu (s) slalu menjagamu (t) slalu menghiburmu (u) slalu mendukungmu (v) slalu yakinimu (w) slalu bersamamu

    (31) Bunga Hati (a) Takkan layu bunga terkasihku (b) Yang tumbuh berseri (c) Indah di taman hatiku (d) Takkan layu bunga pujaanku (e) Walaupun sang waktu (f) Datang dan berlalu, Ooo (g) Bunga hatiku, jangan pernah kau layu (h) Mekar dan berseri (i) Bunga taman hatiku (j) Harum dan mewangi (k) S'panjang waktu (l) Kan kujaga sepenuh jiwa (m) Takkan layu bunga pujaanku (n) Walaupun sang waktu (o) Datang dan berlalu, Ooo (p) Kan kujaga sepenuh jiwa (q) Kau bungaku

    (32) Johan & Enny (a) Hei kamu yang di belakang situ, ku ingin engkau tau (b) Bila dikau menutup pintu, ku 'kan tetap menunggu (c) Usah kau resah selalu ... yang lalu biar berlalu (d) Selama mentari menyinari dunia fana ini (e) Ku harap tak kau tutup pintu, biarkan ku termangu (f) Yang lalu telah berlalu ... usah kau ragukanku (g) Jalan kita masih panjang biar terus berjalan (h) Tolong Tuhan bantu hamba ... jangan (i) Kau buat sirna (j) Hei kamu yang di balik pintu, ku ingin engkau tau (k) Bila saat pintu kau buka, ku akan tetap ada (l) Usah kau resah selalu (m) Yang lalu biar berlalu (n) Jangan kau ragukanku

    (33) Stop (Air Mata Buaya) (a) Ku akan pergi, jangan khawatir (b) Ku akan pergi, janganlah khawatir (c) Sudahlah kau hentikan, segala tangismu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    (d) Ku tau semua yang kau inginkan (e) Hentikanlah! .. Hentikan saja tangismu! (f) Ku mohon .. stop! Tak malukah dirimu (g) Ku akan pergi, jangan khawatir (h) Hendak ke mana tiada terpikir (i) Ku pasti akan rindu .. air mata buayamu (j) Tapi ku tak mau jadi dombamu! (k) Hentikanlah! .. Hentikanlah semua! (l) Ku mohon .. stop!!! (m) Ku pergi segera. Ke Bali, ke Hawaii, ke Paris, ke Belgi, ke London (n) India .. Malaysia .. ke Cina .. keliling-keliling dunia

    (34) Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia

    (a) Manusia berkembang menurut (b) perkembangan jaman yang ada (c) Tengoklah kiri dan kanan sudah (d) banyak gedung yang tinggi menjulang (e) Pohon-pohon yang dulu hijau kini (f) telah berubah menjadi batu (g) Kurasa manusia kini tak pernah (h) peduli lagi dengan alamnya (i) Dia... Adalah pusaka sejuta umat (j) manusia yang ada di seluruh dunia (k) Langit biru cerah tak mungkin (l) lagi terlihat bersih dan ceria (m) Pelangi yang berwarna-warni (n) warnanya semakin tak menentu (o) Bunga-bunga yang indah tak (p) pernah semerbak lagi seperti dulu (q) Udara segar yang dulu ada (r) kini tak pernah lagi kurasakan

    (35) Gula-Gula (a) Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (b) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (c) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (d) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (e) Gula-gula... Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (f) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma (g) Tolonglah jauhi aku ku tak pernah ingin terjatuh (h) Ke dalam sesuatu yang lebih baik kuanggap tabu (i) Gula-gula... Tak pernah aku meminta maka usah engkau memberi (j) Kau tahu hati adalah penglihatan paling sejati (k) Tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta (l) Sanggupkah kulawan semua nafsu yang kan menjadi karma Gula-

    gula

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    (36) Itulah Cinta (a) Aku sedang berjalan (b) Menyusuri relung di hatimu (c) Aku sedang mencari (d) Sesuatu di balik matamu (e) Yang mampu membuatku terpesona (f) Yang mampu membuatku terpesona (g) Apakah dirimu yang mampu (h) Membuat hatiku bagai melayang di awan (i) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah

    asmara

    (j) Dan ku yakin itulah cinta (k) Aku sedang berjalan (l) Mengikuti kata di hatiku (m) Aku sedang mencari (n) Rahasia di balik matamu (o) Yang mampu membuatku terpesona (p) Yang mampu membuatku terpesona (q) Apakah dirimu yang mampu (r) Membuat hatiku bagai melayang di awan (s) Dan apakah dirimu yang mampu membuat hatiku bagai terpanah

    asmara

    (t) Dan ku yakin itulah cinta (u) Kuyakin itulah asmara (v) Kuserasa di surga (w) Dan hatiku berbunga-bunga (x) Apakah dirimu yang mampu (y) Membuat hatiku bagai melayang di awan

    (37) Kencan Pertama (a) Tak sabar ku menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar ku 'tuk berjumpa) (b) Pergi ke rumah kekasihku yang tersayang bawa bunga sekeranjang

    harum indah menawan

    (c) Sejuta kata manis yang telah kusiapkan 'tuk kelak ku katakan pada gadisku seorang

    (d) "Kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah hatiku kala ku ingat dirimu."

    (e) Dikau kekasih yang cantik nan rupawan (kekasih... rupawan) membuat hati Abang melayang jauh ke awan (jauh ke awan)

    (f) Semoga semua ini yang kurasakan (semoga... rasakan) padamu seorang tak bertepuk sebelah tangan (sebelah tangan)

    (g) "Kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah hatiku kala ku ingat dirimu."

    (h) Tak sabar ku menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar ku 'tuk berjumpa...jumpa denganmu)

    (i) Berjumpa dengan dirimu seorang (jumpa dirimu seorang) (j) Waktu terasa panjang saat jumpa menjelang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    (k) Tak sabar menunggu 'tuk berjumpa (tak sabar menunggu 'tuk berjumpa)

    (38) Puspa Indah (a) Telah lama terkenang (b) Puspa Indahku tersayang (c) Selalu kumenunggu (d) Surat dan kabarmu (e) Ah... puspa indahku (f) Oh... buluh perindu (g) Ku takkan jemu-jemu (h) 'Tuk bersurat slalu (i) Walau jauh di mata (j) Tapi dekatlah di hati (k) Tempo-tempo bersua (l) Di stasiun kota

    (39) Curi-curi Pandang (a) Curi-Curi Pandang (b) Curi curi-curi pandang (c) Curi curi-curi pandang (d) Curi ke depan curi ke belakang (e) Curi ke kanan dan curi ke kiri (f) Curi curi-curi pandang (g) Curi pandangmu kepada (h) bidadari yang di sana (i) Curi pandangmu kepada (j) bidadari yang di sana (k) Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu (l) Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu Cu (m) Curi

    (40) Electrified (a) Kutersengat Sungguh hebat (b) Tersengat oleh aroma (c) Tubuhmu yang menggoda (d) Kuterpikat Sangat dahsyat (e) Terpikat oleh gairah dirimu (f) Menggelora (g) Inginku 'ndekapmu (h) Merasakan cumbu dan rayumu (i) Oh, andaikan dapat kumiliki (j) semua yang kau punya (k) Dan kau buat oh diriku (l) ini tak berdaya (m) Dan semua hasrat tak terjaga (n) Akal sehat tak berguna (o) Ku rasa ingin ku Bercinta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    (41) Kuda Besi (a) Ku jelang siang (b) Ku terjang malam (c) Tak pernah pulang (d) Kuda besiku (e) Melaju kencang (f) Bagaikan setan (g) Diterpa hujan (h) Dikejar angin (i) Dan halilintar (j) S„makin kupacu (k) Kuda besiku (l) Jantungku menderu (m) Coba kau ikuti aku ayoo (n) Bergaya dan trus melaju ayooo (o) Coba-coba ikut aku ayooo (p) Kalau kau belum jago janganlah kau sok tau (q) Siapa yang bilang (r) Anak jalanan (s) Binatang jalang (t) „ku hanya ingin (u) bersenang-senang (v) bukan menantang

    Gaya bahasa metafora yang terdapat pada data (30) terlihat pada kalimat

    akulah si kumbang itu. Sang penulis menyamakan dirinya dengan seekor

    kumbang yang setia menunggu mekarnya bunga. Digambarkan bahwa ia setia

    menunggu sang kekasih untuk menerima dirinya.

    Pada lirik lagu (31) “Bunga Hati”, gaya bahasa metafora ditunjukkan pada

    baris terakhir lirik lagu tersebut yaitu kau bungaku. Sang penulis menyamakan

    kekasihnya seperti bunga yang tumbuh mekar berseri, harum, dan indah.

    Pada data (32), gaya bahasa metafora ditunjukkan pada (32d) selama

    mentari menyinari dunia fana ini. „Dunia fana‟ merupakan gaya bahasa metafora

    karena dunia tidak sama atau seharga dengan dunia. Arti dari fana dalam Kamus

    Besar Bahasa Indonesia (2008: 387) adalah tidak kekal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    Gaya bahasa metafora yang ditunjukkan pada data (33) ada pada judul dan

    (33i) yaitu air mata buaya. Pada kenyataannya buaya tidak bisa menangis. Air

    mata buaya memiliki makna air mata palsu atau seseorang itu tidak dengan

    sungguh sedih atau menangis. Ini disebut metafora yang sudah klise hingga orang

    lupa bahwa itu merupakan sebuah metafora.

    Data (34) menunjukkan bahwa manusia disamakan dengan pusaka secara

    langsung. Pada (34i) dikatakan bahwa dia adalah pusaka sejuta umat. Penulis

    menyamakan dia dengan suatu barang peninggalan orang meninggal atau nenek

    moyang yang dimiliki sejuta umat.

    Data (35) pada (35j) menyebutkan hati adalah penglihatan paling sejati.

    Penulis menyamakan hati dengan suatu alat panca indera yaitu penglihatan yang

    dapat melihat dan memantau segala suatunya. Selain itu, gula-gula menjadi gaya

    bahasa metafora yang menyamakannya dengan sesuatu yang bisa dianggap

    sebagai nafsu manusia yaitu hasrat untuk mendua atau selingkuh. Terbukti pada

    (35e) gula-gula… tak mudah untuk memilah rasa cinta dan bukan cinta, (35f)

    sanggupkah kulawan semua nafsu yang ‘kan menjadi karma, (35g) tolong jauhi

    aku ‘ku tak pernah ingin terjatuh, dan (35h) ke dalam sesuatu yang lebih baik

    kuanggap tabu.

    Data (37) menunjukkan bahwa adanya unsur gaya bahasa metafora pada

    (37w). Dikatakan bahwa dan hatiku berbunga-bunga. Hatiku disamakan dengan

    bunga-bunga yang maksudnya adalah hatinya sedang sangat senang karena

    kasmaran atau sedang jatuh cinta.

    Data (38) yang menunjukkan adanya gaya bahasa metafora adalah pada

    (38d). Pada lirik tersebut dikatakan kau pelangiku cerah selalu warnamu, secerah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    hatiku kala kuingat dirimu. Penulis menyamakan kau dengan sebuah pelangi.

    Pelangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia via daring

    (https://kbbi.kemdikbud.go.id/) adalah lengkung spektrum warna di langit,

    tampak karena pembiasan sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun. Kau

    diandaikan pelangi sebagai sesuatu yang cerah karena warnanya yang beraneka

    ragam.

    Pada data (38), terdapat satu gaya bahasa kiasan metafora yaitu sesuai

    dengan judul lagu tersebut “Puspa Indah”. Menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (2008: 1221), puspa berarti bunga. Puspa indah merupakan nama salah

    satu bunga yang ada di Indonesia, penulis lirik lagu membandingan seorang

    wanita dengan bunga kemudian menyebutnya Puspa Indah.

    Pada data (39), penulis lirik lagu menyamakan seseorang dengan sosok

    bidadari. Tertulis di (39f) curi pandangmu kepada dan (39g) bidadari yang di

    sana.

    Pada (40), penulis menggunakan kata tersengat untuk mengatakan

    ketertarikan akan seseorang. Tertulis pada (40a) kutersengat sungguh hebat, (40b)

    tersengat oleh aroma, dan (40c) tubuhmu yang menggoda.

    Pada (41), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan oleh kuda besi yang

    dimaksud adalah kendaraan bermotor yang dimilikinya dapat melaju kencang

    bagaikan seekor kuda dan besi merepresentasikan suatu kekuatan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    2.4.2 Gaya Bahasa Metafora yang Terdapat pada Lirik Lagu Payung

    Teduh

    Berikut merupakan gaya bahasa metafora yang terdapat pada lirik lagu

    dalam album Payung Teduh:

    (42) Di Ujung Malam (2012) (a) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (b) Mulailah sekarang bernyanyilah bersamaku (c) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (d) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (e) Sunyi ini merdu seketika (f) Sunyi ini merdu seketika (g) Sunyi ini merdu seketika (h) Di ujung malam, di antara lelap dan sadar (i) Mulailah sekarang menarilah bersamaku (j) Sunyi ini merdu seketika (k) Sunyi ini merdu seketika (l) Sunyi ini merdu seketika (m) Sunyi ini merdu seketika (n) Sunyi ini merdu seketika (o) Sunyi ini merdu seketika

    (43) Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan (a) Kita tak semestinya berpijak di antara (b) Ragu yang tak berbatas (c) Seperti berdiri di tengah kehampaan (d) Mencoba untuk membuat pertemuan cinta (e) Ketika surya tenggelam (f) Bersama kisah yang tak terungkapkan (g) Mungkin bukan waktunya (h) Berbagi pada nestapa (i) Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap (j) Kita pernah mencoba berjuang (k) Berjuang terlepas dari kehampaan ini (l) Meski hanyalah dua cinta (m) Yang tak tahu entah akan dibawa kemana (n) Kita adalah sisa-sisa keikhlasan (o) Yang tak diikhlaskan (p) Bertiup tak berarah (q) Berarah ke ketiadaan (r) Akankah bisa bertemu (s) Kelak di dalam perjumpaan abadi

    (44) Menuju Senja (a) Harum mawar di taman

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    (b) Menusuk hingga ke dalam sukma (c) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (d) Di sore itu menuju senja (e) Bersama hati yang terluka (f) Tertusuk pilu menganga luka itu (g) Di antara senyum yang menapaki jejak kenangan (h) Di sore yang gelap ditutupi awan (i) Bersama setangkup bunga cerita yang kian (j) Merambat di dinding penantian (k) Ada yang mati saat itu dalam kerinduaan (l) Yang tak terobati (m) Harum mawar di taman (n) Menusuk hingga ke dalam sukma (o) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (p) Di sore itu menuju senja (q) Baru saja kuberanjak beberapa saat sebelum itu (r) Ada yang mati menunggu sore menuju senja (s) Bersama (t) Harum mawar di taman (u) Menusuk hingga ke dalam sukma (v) Yang menjadi tumpuan rindu cinta bersama (w) Di sore itu menuju senja

    Pada data (42), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat

    sunyi ini merdu seketika. Sunyi diumpamakan sebagai suara merdu yang hanya

    seketika. Di situ yang ditunjukkan bukan pembandingnya, tetapi sifat

    pembandingnya.

    Pada data (43), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat kita

    adalah sisa-sisa keikhlaskan yang tak diikhlaskan. Kita dalam lirik tersebut

    dipersamakan dengan sisa-sisa keikhlasan yang tak diikhlaskan.

    Pada data (44), gaya bahasa kiasan metafora ditunjukkan pada kalimat

    bersama setangkup bunga cerita yang kian merambat di dinding penantian.

    Maksud dari bunga cerita itu sendiri ialah segala rangkaian cerita yang telah ia

    lewati bersama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    2.5 Ironi

    Ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna

    yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Sebagai

    bagian dari bahasa kiasan, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan

    sesuatu dengan makna berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-

    katanya (Keraf, 1984: 143). Sengaja atau tidak, kalimat yang digunakan

    mengingkari maksud yang sebenarnya. Ironi akan dikatakan berhasil jika

    pembaca atau pendengar dapat menemukan dan mengetahui maksud sebenarnya

    di balik kalimat tersebut.

    2.5.1 Gaya Bahasa Ironi yang Terdapat pada Lirik Lagu Naif

    Berikut merupakan gaya bahasa ironi yang terdapat pada lirik lagu dalam