JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG...
Transcript of JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG...
JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG
CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM
KARYA IWAN SIMATUPANG
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Disusun oleh
Indra Arif Priyanto
NIM : 994114019
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
2
3
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka sebagaimana layaknya karya atau karangan ilmiah.
Yogyakarta, Januari 2008
Indra Arif Priyanto
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini. Berkat kebesaran-Nyalah skripsi ini dapat terwujud walaupun banyak
cobaan dan rintangan yang menghambatnya. Skripsi ini disusun sebagai syarat
kelulusan jenjang S-1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Bantuan-bantuan baik yang berupa moril ataupun materil yang sangat membantu
dalam membangun semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini, penulis tujukan kepada.
1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum selaku dosen pembimbing I yang
penuh kesabaran membimbing, mendorong, serta meluangkan waktu
untuk mengoreksi skripsi ini hingga selesai.
2. Drs. Hery Antono, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran membimbing, mendukung, serta meluangkan waktunya untuk
mengoreksi skripsi ini hingga selesai.
3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum selaku Ketua Program Studi Sastra
Indonesia yang selama ini telah sabar dalam membimbing, memberikan
dorongan semangat, dan mencurahkan ilmunya selama penulis
menempuh studi hingga menyusun skripsi.
vi
4. Kedua orangtua, papah Y. Soepriyanto dan mamah Maria M. Sunarti
yang telah sabar menunggu, mendukung segala sesuatu yang aku
kerjakan, memberikan dorongan dan membiayai studiku hingga
akhirnya aku dapat menyelesaikan studiku. God Bless You.
5. Bapak / Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia yang telah
sabar dan setia dalam mencurahkan ilmunya, meluangkan waktu untuk
menerima keluhan-keluhan dan memberikan masukan-masukan yang
sangat berarti bagi penulis.
6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang selalu siap melayani
dalam peminjaman buku dan sabar dalam menata kembali buku-buku
ke dalam rak selama buku-buku tersebut dibaca oleh penulis.
7. Dimas, Catur, dan William atas sumbangsihnya yang telah
meminjamkan fasilitasnya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
8. Badu (S.Sejarah 99), Teguh (S.Indonesia 99) yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.
9. Teman-teman angkatan 99 yang telah lebih dahulu lulus, karena
kalianlah pemicu semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
vii
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, semua masukan yang berupa saran dan kritik atau apa pun untuk
menyempurnakan skripsi ini, penulis terima dengan tangan terbuka dan senang hati.
Yogyakarta, Januari 2008
Indra Arif Priyanto
viii
ABSTRAK
Priyanto, Indra Arif. 2007. “Jenis-Jenis Kalimat dalam Tuturan Langsung
Cerita Pendek Lebih Hitam dari Hitam Karya Iwan Simatupang”. Skripsi Strata
I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Dalam skripsi ini dibicarakan tentang “Jenis-Jenis Kalimat dalam Tuturan
Langsung Cerita Pendek Lebih Hitam dari Hitam Karya Iwan Simatupang”. Pokok
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini untuk mengenali jenis-jenis kalimat
dalam tuturan langsung yang terdapat dalam Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan
Simatupang. Tuturan langsung dalam cerita pendek tersebut dapat dibagi menjadi
empat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang
terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan
langsung yang terdiri dari empat kalimat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis-jenis kalimat
yang membentuk tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam
karya Iwan Simatupang yang didasarkan pada bentuk dan isinya. Jenis kalimat
berdasarkan bentuk dan isinya digolongkan menjadi tiga, yaitu kalimat berita,
kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya
menginformasikan atau memberitahukan kepada orang lain tentang suatu peristiwa
atau kejadian. Kalimat tanya adalah kalimat yang menanyakan atau mengandung
suatu permintaan tentang suatu hal yang dimaksud. Dan kalimat perintah adalah
kalimat yang berisi perintah atau mengandung permintaan dari seseorang kepada
orang lain untuk melakukan suatu yang dikehendaki sesuai dengan yang dimaksud.
Ada tiga langkah dalam penelitian ini. Pertama, tahap pengumpulan data
yang berupa tuturan-tuturan langsung. Metode yang digunakan dalam tahap ini
adalah metode simak atau metode pengamatan. Sedangkan teknik yang digunakan
dalam tahap ini adalah teknik simak bebas libat cakap. Langkah kedua adalah
analisis data. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode padan.
Metode padan yang digunakan adalah metode padan referensial dan metode padan
ix
ortografis. Teknik yang digunakan dalam tahap analisis data menggunakan teknik
baca markah. Langkah ketiga adalah penyajian hasil analisis data. Data yang telah
ditemukan selanjutnya dianalisis dengan mengklasifikasikannya berdasarkan bentuk
dan isinya.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, tuturan langsung
dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang dapat dibagi
menjadi empat jenis, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat, tuturan
langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari tiga
kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari empat kalimat. Kedua, penggolongan
tuturan langsung dalam cerita pendek Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan
Simatupang.
x
ABSTRACT
Priyanto, Indra Arif. 2007. “The Types of Sentence of Direct Speech in Iwan
Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam”. An Undergraduate Thesis. Indonesian
Letters Study Program, Indonesian Letters Department, Faculty of Letters,
Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This thesis mainly discusses “The Types of Sentence of Direct Speech in
Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam”. The main problem, as formulated in
this research, aims to recognize the types of sentence of direct speech in Iwan
Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam. The direct speech analyzed in this short-
story can be divided into four types: the direct speech that consists of one sentence,
the direct speech that consists of two sentences, the direct speech that consists of
three sentences, and the direct speech that consists of four sentences.
The objective of the study is to describe the types of sentence of direct
speech through the types of sentence based on the forms and its content. The types of
sentence, furthermore, are classified into three categories: declaratives,
interrogatives, and imperatives. Declaratives is a kind of sentences used to inform or
notify an event or incident to somebody. An interrogative is a kind of sentences used
to inquire or request something as presupposed. An imperative is a kind of sentences
used to give command—can be instructions, from one to the other to do something as
required.
This research employs three steps as follows: the first step is to collect the
data on the types of speech—primarily ones that are characterized as direct speech.
The method applied in this step is a Simak method or observation on linguistic aspect
of the text, which uses the simak bebas-libat cakap technique. The second step is the
data analysis. The method applied in data analysis is Equivalent Method. Equivalent
method used in data analysis is equivalent referential method and equivalent
orthography method, which uses the Baca Markah technique. The last step is the
arrangement of data analysis. The data, which have been identified, are analyzed by
classifying them based on the forms and its content.
xi
The results of this research are, as follows: Firstly, the identification of
direct speeches in Iwan Simatupang’s Lebih Hitam Dari Hitam. The direct speeches
are divided into four types: the direct speech that consists of one sentence, the direct
speech that consists of two sentences, the direct speech that consists of three
sentences, and the direct speech that consists of four sentences. Secondly, the
description of the process of classifying the direct speeches of Iwan Simatupang’s
Lebih Hitam Dari Hitam into the types of sentence.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI....................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................................v
ABSTRAK.................................................................................................................viii
ABSTRACT..................................................................................................................x
DAFTAR ISI..............................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................8
1.5 Landasan Teori.......................................................................................................9
1.5.1 Tuturan dan Kalimat................................................................................9
1.5.2 Jenis Tuturan..........................................................................................10
1.5.3 Jenis Kalimat..........................................................................................10
1.6 Metode Penelitian................................................................................................12
1.6.1 Tahap Pengumpulan Data......................................................................12
1.6.2 Analisis Data..........................................................................................13
1.6.3 Penyajian Hasil Analisis Data................................................................14
xiii
1.6.4 Sumber Data...........................................................................................14
1.7 Sistematika Penyajian..........................................................................................14
BAB II JENIS-JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG CERTA
PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM KARYA IWAN
SIMATUPANG
2.1 Pengantar..............................................................................................................16
2.2 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Satu Kalimat.............................................16
2.2.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita.............................................17
2.2.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya.............................................19
2.2.2.1 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa.................................21
2.2.2.2 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mengapa.........................24
2.2.2.3 Kalimat Tanya denganKata Tanya Mana...............................26
2.2.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah.........................................27
2.2.3.1 Kalimat Perintah Biasa...........................................................28
2.2.3.2 Kalimat Perintah Suruhan.......................................................29
2.3 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Dua Kalimat..............................................30
2.3.1 Tuturan Langsung Berupa
Kalimat Berita dan Kalimat Berita........................................................31
2.3.2 Tuturan Langsung Berupa
Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya........................................................32
2.3.3 Tuturan Langsung Berupa
Kalimat Tanya dan Kalimat Berita........................................................34
xiv
2.3.4 Tuturan Langsung Berupa
Kalimat Perintah dan Kalimat Perintah.................................................35
2.3.5 Tuturan Langsung
Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya........................................35
2.4 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Tiga Kalimat.............................................36
2.4.1 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita.....................................37
2.4.2 Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu Kalimat
Perintah..................................................................................................38
2.4.3 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya....................................39
2.5 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Empat Kalimat..........................................40
2.5.1 Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita.................................41
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................43
3.2 Saran.....................................................................................................................44
LAMPIRAN DATA TUTURAN LANGSUNG
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam skripsi ini, penulis membahas tuturan langsung yang terdapat
pada cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam
kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit. Hal ini
disebabkan, tuturan langsung belum banyak diteliti. Hal ini berbeda dengan
tuturan tidak langsung yang sudah banyak dibahas.
Tuturan langsung adalah tuturan, entah berupa kalimat deklaratif,
entah kalimat interogatif, entah kalimat imperatif yang dapat berfungsi sebagai
subjek, predikat, atau objek dan secara cermat menirukan apa yang dianjurkan
orang (Kridalaksana, 2001: 93). Berikut contoh tuturan langsung yang terdapat
pada cerita pendek karya Iwan Simatupang.
(1) “Tadi pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang,
lalu membawanya pulang.”
(Simatupang, 1982: 19)
(2) “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek
suara si kepala besar.
(Simatupang, 1982: 16)
(3) “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya.
(Simatupang, 1982: 16)
2
Contoh (1), (2), dan (3) di atas berturut-turut merupakan contoh tuturan
langsung yang disajikan dalam bentuk kalimat deklaratif atau kalimat berita,
kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan kalimat imperatif atau kalimat
perintah.
Dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan
Simatupang, tuturan-tuturan yang diucapkankan oleh tokoh-tokoh rekaannya
kepada mitra tuturnya atau pun sebaliknya haruslah jelas pengungkapannya.
Menurut langsung tidaknya cara pengungkapan, tuturan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung
(indirect speech). Tuturan langsung adalah tuturan yang sebenarnya dibatasi
oleh intonasi atau pungtuasi (Kridalaksana, 1993: 231), misalnya “Dia sudah
pergi, Tuan,” katanya. Sedangkan tuturan tidak langsung adalah pengungkapan
kembali tuturan tanpa mengutip harafiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara
dengan menggunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain
dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya (Kridalaksana, 1993:
231), misalnya Ia berkata bahwa beliau sudah pergi.
Pungtuasi adalah tanda baca. Pungtuasi yang digunakan dalam tuturan
langsung tidak menggunakan tanda baca titik dua (;), tetapi menggunakan tanda
baca koma (,) yang terletak di depan ucapan atau tuturan langsung, dan tanda
kutip (“) yang diletakkan sebelum dan sesudah ucapan yang terletak sejajar di
bagian atas. Misalnya:
(4) ”Dia sudah pergi, Tuan,” katanya.
3
Tanda baca koma (,) pada contoh tuturan di atas terletak di depan kata katanya,
sedangkan tanda kutipnya (“) diletakkan sebelum kata Dia dan sesudah kata
Tuan yang diletakkan sejajar pada bagian atas.
Tuturan yang diucapkan langsung oleh seorang penutur kepada mitra
tuturnya haruslah jelas situasinya atau konteksnya. Hal ini dikarenakan konteks
mempunyai peranan penting untuk memahami sebuah ujaran atau tuturan, dan
ujaran atau tuturan tersebut selalu terikat dengan konteks. Konteks adalah
pengetahuan latar apapun (any background knowledge) yang dimiliki bersama
oleh penutur dan mitra tuturnya yang membantu mitra tuturnya dalam
menafsirkan apa yang dimaksud oleh penutur (Leech, 1983: 13). Perhatikan
contoh berikut.
(5) a. “Ayo, jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?”
Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku
mengambil sikap yang layak bagiku terhadapnya pada saat itu.
b. “...........Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang,
malu.
(Simatupang, 1982: 16)
Pada contoh (5a, b), konteks yang dimunculkan adalah situasi marah. Kalimat
pada tuturan (5a), penutur menanyakan perihal mengapa mitra tuturnya tidak
jadi marah. Sedangkan kalimat pada tuturan (5b), menggambarkan reaksi yang
4
berupa jawaban dari mitra tuturnya mengenai pertanyaan yang diucapkan oleh
penutur.
Dengan mendasarkan pada gagasan Leech (1983: 13-14), Wijana
(1996) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan
konteks situasi tutur (speech situational contexts). Konteks situasi tutur
mencakup beberapa aspek. Aspek-aspek itu sebagai berikut.
1. Penutur dan lawan tutur
Penutur dan lawan tutur (mitra tutur) di dalam beberapa literatur,
khususnya dalam Searle (1983), lazim dilambangkan dengan S (speaker)
yang berarti pembicara atau penutur dan H (hearer) yang berarti
pendengar atau mitra tutur.
2. Konteks tuturan
Konteks tuturan dapat mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan
baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai
semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimilki
penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas
apa yang dimaksudkan penutur di dalam proses bertutur.
3. Tujuan tuturan
Tujuan tuturan berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang,
sebab tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan
tutur yang jelas dan tertentu sifatnya.
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas
5
Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan tindak
verbal yang terdapat dalam situasi tutur tertentu yang bersifat konkret,
sebab dalam situasi tutur jelas keberadaan siapa peserta tuturnya, di mana
tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi
tuturnya secara keseluruhan.
5. Tuturan sebagai produk tindak verbal
Tuturan dapat dikatakan sebagai produk tindak verbal, sebab pada
dasarnya tuturan yang ada di dalam sebuah pertuturan adalah hasil tindak
verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang
melingkupi dan mewadahinya.
Variasi-variasi jenis tuturan yang dimunculkan oleh pengarang dalam
bentuk tuturan langsung dimaksudkan agar cerita pendek tersebut tidak
membosankan. Variasi tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang berbentuk tuturan langsung yang disajikan dalam berbagai bentuk pola
kalimat yang dituturkan oleh tokoh-tokoh rekaannya mengandung berbagai
macam maksud. Misalnya:
(6) a. ”Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada
makanan.”
b. ”Bawa pulang !” teriakku.
(Simatupang, 1982: 21)
6
Pada contoh di atas, tuturan langsung (6a) mengandung maksud yang berbeda
dengan tuturan langsung (6b). Dalam tuturan langsung (6a), tuturan tersebut
terdiri dari dua kalimat, yaitu kalimat tanya dan kalimat berita. Kalimat
pertama pada tuturan di atas merupakan kalimat tanya, sedangkan kalimat
kedua pada tuturan di atas merupakan kalimat berita. Kalimat pertama pada
tuturan (6a), isinya memberitahukan seorang penutur yang mempunyai maksud
menanyakan perihal keadaan bungkusan kepada mitra tuturnya. Sedangkan
kalimat kedua pada tuturan (6a), isinya menginformasikan seorang penutur
yang mempunyai maksud memberitahukan kepada mitra tuturnya mengenai isi
dari bungkusan yang ada di dalamnya. Dan kalimat dalam tuturan langsung
pada (6b) berbentuk kalimat perintah yang isinya mempunyai maksud
memerintah atau menyuruh agar bungkusan yang di dalamnya berisi makanan
tersebut agar dibawa pulang.
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” ada
yang terdiri dari satu kalimat, terdiri dari dua, tiga kalimat, dan empat kalimat.
Tuturan yang terdiri atau terbentuk dari satu kalimat saja berarti tuturan yang
konstruksi gramatikalnya terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut
pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan (Kridalaksana, 2001:
92). Tuturan yang terdiri dari dua kalimat, tiga kalimat, dan empat kalimat
dapat disebut gugus kalimat. Gugus kalimat adalah tuturan yang terbentuk dari
kumpulan kalimat yang saling berkaitan karena ciri-ciri kelas, peran, atau
keutuhan; paragraf (Kridalaksana, 2001: 70). Tuturan-tuturan langsung tersebut
dapat dilihat pada contoh berikut:
7
(7) ”Aneh, sungguh aneh!”
(Simatupang, 1982: 19)
(8) ”Tetapi, bagaimana bisa seorang seorang pasien
meninggalkan rumah sakit pula setengah enam pagi? Kan kantor
belum buka?” tukasku, dengan nada seolah akulah pemimpin
rumah sakit ini.
(Simatupang, 1982: 19)
Contoh (7) di atas merupakan tuturan yang sifatnya langsung yang terdiri atau
terbentuk dari satu kalimat, yaitu kalimat perintah. Pada contoh (8), tuturan
langsung tersebut terbentuk dari dua kalimat di mana kedua kalimat tersebut
merupakan kalimat tanya. Kalimat pertama dalam tuturan (8) merupakan
kalimat tanya dengan kata tanya bagaimana.
Berdasarkan hal di atas, variasi jenis tuturan dalam bentuk tuturan
langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya
Iwan Simatupang terbentuk dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang
membentuk tuturan dalam cerita pendek di atas bila ditinjau dari jenis susunan
polanya merupakan kalimat tunggal.
Kalimat-kalimat yang membentuk tuturan langsung dalam cerita
pendek “Lebih Hitam dari Hitam” yang susunan polanya merupakan kalimat
tunggal selanjutnya akan diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya.
Tuturan langsung tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tuturan
8
langsung dalam bentuk kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah
(Falah, 1988: 143). Kalimat berita adalah kalimat yang berfungsi atau yang
isinya mengandung suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan
memberitahukan sesuatu kepada orang lain, kalimat tanya adalah kalimat yang
isinya berfungsi menanyakan sesuatu atau kalimat yang mengandung suatu
permintaan agar kita diberi tahu tentang suatu yang dimaksudkan, dan kalimat
perintah adalah kalimat yang isinya berfungsi untuk memerintah atau
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Kalimat perintah
biasanya dilakukan oleh orang yang posisinya berada di atasnya (lebih kuasa,
lebih tinggi, lebih tua, lebih terhormat) (Falah, 1988: 146).
Dengan mengacu pada hal-hal di atas, skripsi ini akan meneliti atau
membahas tentang tuturan-tuturan langsung yang terdapat dalam cerita pendek
“Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dan pengklasifikasian
tuturan langsung yang didasarkan pada bentuk dan isinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dipecahkan melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut: Jenis-jenis kalimat apa saja yang
terdapat pada tuturan langsung dalam cerpen “Lebih Hitam Dari Hitam”
karya Iwan Simatupang?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis kalimat dalam
tuturan langsung dalam cerpen “Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan
Simatupang.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap studi
bahasa khususnya dalam bidang sintaksis, yaitu mengenai tuturan
langsung dan pengklasifikasiannya.
1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para ahli bahasa atau
pun para ahli pengajar dalam memberikan materi pengajaran yang
menyangkut tentang tuturan langsung.
1.4.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
para peneliti yang akan meneliti tentang bahasa khususnya mengenai
tuturan langsung.
1.4.4 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca tentang tuturan-tuturan langsung yang terdapat
dalam karya sastra.
10
1.5 Landasan Teori
Di dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi,
mendeskripsikan, menganalisis, dan mengklasifikasikan tuturan-tuturan yang
sifatnya langsung yang terdapat dalam cerita pendek “Lebih Hitam Dari Hitam”
karya Iwan Simatupang. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar tuturan
langsung dalam cerita pendek tersebut dan pola struktur tuturan langsung lebih
mudah dipahami.
Data penelitian selanjutnya akan diklasifikasikan berdasarkan bentuk
dan isinya.
1.5.1 Tuturan dan Kalimat
Tuturan dapat diartikan sebagai wacana yang menonjolkan serangkaian
peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan
keadaan tertentu (Kridalaksana, 2001: 221). Tuturan dalam cerita pendek
“Lebih Hitam dari Hitam” merupakan serangkaian tuturan yang diucapkan oleh
penutur yang dapat terjadi dalam waktu dan keadaaan tertentu.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa serta diawali dengan huruf kapital (Kridalaksana, 2001: 92). Pola
intonasi final atau dapat disebut juga dengan perhential final yang ditandai
dengan tanda berita yang berupa tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda
perintah yang ditandai dengan tanda seru (!).
11
1.5.2 Jenis Tuturan
Tuturan yang diucapkan oleh penutur yang ditujukan kepada mitra
tuturnya haruslah jelas pengungkapannya. Menurut langsung tidaknya cara
pengungkapannya, tuturan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tuturan
langsung (direct speech) dan tuturan tidak langsung (indirect speech).
1.5.3 Jenis kalimat
Apabila dilihat dari jenis susunan polanya, jenis kalimat dibedakan
menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Dalam hal ini, jenis kalimat
yang akan digunakan menurut susunan polanya adalah kalimat tunggal.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari dua unsur inti yaitu
subjek dan predikat dan dapat diperluas oleh satu atau lebih unsur tambahan
asal tidak membentuk pola baru (Falah, 1988: 137). Kalimat tunggal apabila
ditinjau dari segi bentuk dan isinya dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat
berita, kalimat tanya, kalimat perintah.
Kalimat berita mempunyai ciri-ciri dengan pola intonasi yang disebut
dengan pola intonasi berita, yaitu [2] 3 // [2] 3 1 # ; [2] 3 // [2] 3 # apabila P-
nya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari belakang bervokal /ə/ seperti
kata keras, cepat, kering; dan [2] 3 2 // [2] 1 # apabila P-nya berada di depan,
diikuti S. Pola intonasi dalam kalimat berita bernada akhir turun dan biasanya
dinyatakan dengan tanda berita (.). Ciri-ciri lain dari kalimat berita adalah
kalimat yang isinya memberitahukan kejadian suatu peristiwa atau pernyataan
untuk diketahui oleh orang lain (mitra tutur), susunan kalimatnya tidak bisa
12
dibuat standard dengan kalimat lain, isi kalimatnya ditujukan kepada orang
lain, dan isinya netral kadangkala ada bagian yang dipentingkan
Kalimat tanya mempunyai ciri-ciri dengan pola intonasi [2] 3 // [2] 3 2
#. Intonasi kalimat tanya bernada akhir naik dan ditandai dengan tanda tanya
(?). Ciri-ciri lain kalimat tanya adalah adanya partikel -kah, -lah, -tah, -pun,
yang berfungsi sebagai pengeras atau juga sebagai unsur kalimat yang ingin
ditanyakan, dan menggunakan kata tanya, seperti berapa, siapa, mengapa, apa,
bagaimana, bilamana, dan kapan.
Kalimat perintah mempunyai pola intonasi [2] 3 # atau [2] 3 2 # apabila
terdapat partikel lah pada P-nya. Pola intonasi kalimat perintah ditandai dengan
tanda seru (!). Ciri-ciri lain kalimat perintah adalah isinya mengandung
permintaan, diucapkan oleh atasan kepada bawahan, intonasinya keras, dan
menggunakan kata kerja yang mengandung perintah (Falah, 1988: 146).
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap, yakni (i) tahap pengumpulan data,
(ii) tahap analisis data, dan (iii).tahap penyajian hasil analisis data.
1.6.1 Tahap Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah tuturan. Data yang dikumpulkan berupa
tuturan-tuturan yang sifatnya langsung. Data diperoleh dari sumber tertulis
yang berupa karya sastra dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya
Iwan Simatupang. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
13
menggunakan metode simak. Metode simak atau dapat disebut juga dengan
metode pengamatan adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati atau menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133).
Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak
bebas libat cakap, yaitu teknik yang digunakan dengan peneliti hanya berperan
sebagai pengamat dan tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya
sedang diteliti (Mahsun, 2006: 91).
1.6.2 Analisis Data
Berdasarkan topik yang dipilih, metode analisis yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini adalah metode padan. Metode padan
adalah metode analisis bahasa dengan alat penentu di luar bagian bahasa itu
sendiri (Sudaryanto, 1993: 13). Metode padan yang digunakan dalam tahap ini
adalah metode padan referensial dan metode padan ortografis.
Padan referensial dilaksanakan dengan alat penentunya referen bahasa.
Referen bahasa adalah segala sesuatu yang ditunjukkan bahasa, seperti
tindakan, peristiwa, dan keadaan di luar bahasa. Metode padan referensial
digunakan untuk mendeskripsikan bahasa dalam cerita pendek "Lebih Hitam
dari Hitam". Metode padan ortografis digunakan untuk menentukan bahwa
satuan lingual yang berupa kalimat selalu diawali dengan huruf besar dan
diakhiri dengan tanda titik (.).
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini
adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik membaca
14
peranan pemarkah (marker) (Sudaryanto, 1993: 95). Dalam teknik ini, peneliti
hanya melihat langsung pemarkahan yang bersangkutan dengan cara sintaktis.
1.6.3 Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam penelitian ini, data hasil penelitian disajikan dengan
menggunakan teknik informal, yaitu perumusan dengan kata-kata biasa,
walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145).
1.6.4 Sumber Data
Data adalah bahan penelitian. Menurut Sudaryanto (1988: 9-10), dari
bahan itulah nantinya objek penelitian dapat dijabarkan dan dijelaskan, sebab di
dalam bahan tersebut terdapat objek penelitian yang dimaksud atau yang akan
diteliti. Sumber data adalah tempat data diambil atau diperoleh. Sumber data
dalam penelitian ini berupa karya sastra, yaitu cerita pendek “Lebih Hitam dari
Hitam” karya Iwan Simatupang.
1.7 Sistematika Penyajian
Laporan penelitian ini akan disajikan dalam tiga bab. Ketiga bab
tersebut adalah:
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematika penyajian.
15
Bab II berisi pembahasan tentang tuturan langsung. Tuturan langsung
dapat dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu tuturan langsung yang terdiri
dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat, tuturan
langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang terdiri dari
empat kalimat. Tuturan-tuturan langsung tersebut yang terdapat dalam cerita
pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dalam kumpulan
cerpennya yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit diklasifikasikan
berdasarkan bentuk dan isinya, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat
perintah.
Bab III berisi kesimpulan hasil penelitian mengenai tuturan langsung
dan pengklasifikasiannya dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya
Iwan Simatupang dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Tegak Lurus
dengan Langit, serta diakhiri dengan pemaparan daftar pustaka.
16
BAB II
JENIS – JENIS KALIMAT DALAM TUTURAN LANGSUNG
CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM
KARYA IWAN SIMATUPANG
2.1. Pengantar
Menurut langsung tidaknya cara pengungkapannya, tuturan dibagi
menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak
langsung (indirect speech). Tuturan-tuturan langsung dalam cerita pendek
“Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang bila ditinjau dari kalimat
yang membentuknya dapat dibagi menjadi empat, yaitu tuturan langsung
yang terdiri dari satu kalimat, tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat,
tuturan langsung yang terdiri dari tiga kalimat, dan tuturan langsung yang
terdiri dari empat kalimat. Tuturan-tuturan langsung tersebut kemudian
diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan isinya.
2.2. Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Satu Kalimat
Tuturan-tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya
Iwan Simatupang yang terdiri dari satu kalimat dapat diklasifikasikan
berdasarkan bentuk dan isinya menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat
tanya, dan kalimat perintah.
17
2.2.1. Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita
Tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat dalam bentuk kalimat
berita yang isinya memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau sesuatu
hal kepada mitra tuturnya dapat dilihat pada contoh berikut.
(9) a. Tetapi, si kepala besar tak tampak olehku. Mantri juru rawat
yang selalu kuhadiahi senyum manis, melihatku, agaknya
mengerti siapa yang sedang kucari.
b. “Dia sudah pergi, Tuan,“ katanya.
(Simatupang, 1982: 18; 19)
Dalam contoh (9b), kalimat berita dalam tuturan tersebut isinya
mempunyai fungsi memberikan informasi kepada seseorang yang sedang
mencari temannya. Situasi atau konteks yang menggambarkan seseorang
sedang mencari temannya dapat dilihat pada (9a).
(10) a. “Apa jawab familinya?”
b. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang,
lalu membawanya pulang.”
(Simatupang, 1982: 19)
Dalam contoh (10b), kalimat berita dalam tuturan langsung yang
diucapkan oleh seorang penutur kepada mitra tuturnya isinya mempunyai dua
18
fungsi. Fungsi yang pertama adalah menjawab pertanyaan dari tuturan
langsung yang diucapkan mitra tuturnya yang terdapat dalam tuturan (10a),
dan fungsi yang kedua adalah memberikan informasi waktu dan tempat.
(11) a. Demi dan untuk dinas!
b. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.
c. “……Anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi,
sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu
pun bergegas.
(Simatupang, 1982: 23)
Dalam contoh (11c), sama halnya seperti pada contoh (10b) di atas,
kalimat berita dalam tuturan langsung yang diucapkan oleh mantri juru rawat
kepada mitra tuturnya yang terdapat pada tuturan (11b) isinya berfungsi
untuk menjawab pertanyaan dari tuturan langsung yang diucapkan mitra
tuturnya dan memberikan informasi kabar bahwa temannya sudah meninggal.
Kalimat-kalimat dalam tuturan langsung yang terdapat pada tuturan
(9b), (10b), dan (11c) di atas merupakan tuturan langsung dalam bentuk
kalimat berita yang isinya mengandung suatu peristiwa atau kejadian dan
mempunyai fungsi memberitahukan atau menginformasikan sesuatu hal
kepada orang lain atau mitra tuturnya. Kalimat berita dalam tuturan (10b) dan
(11c) selain mempunyai fungsi menginformasikan sesuatu hal kepada mitra
19
tuturnya, juga mempunyai fungsi untuk menjawab pertanyaan yang
diucapkan oleh mitra tuturnya.
2.2.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya
Tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang isinya mempunyai
fungsi untuk menanyakan atau mengandung suatu permintaan tentang suatu
hal dapat dilihat dalam contoh berikut.
(12) a. Pipiku sudah basah keduanya: dunia menghenyakkan dirinya ke
dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku padanya tak
terhingga………..
b. “Mengapa saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek
suara si kepala besar.
(Simatupang, 1982: 16)
Dalam contoh (12b), kalimat tanya dalam tuturan langsung yang
diucapkan oleh si kepala besar isinya mempunyai maksud menanyakan suatu
hal kepada mitra tuturnya (saudara) mengapa mitra tuturnya (ia) tidak jadi
marah. Pada contoh (12a), menggambarkan situasi atau konteks tentang
keadaan diri teman si kepala besar, yaitu tokoh saudara yang sedang sedih
dengan kedua pipinya yang basah oleh air matanya.
20
(13) a. “……Anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi
pagi, sudah meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu
mantri itu pun bergegas.
b. “Meninggal?”
(Simatupang, 1982: 23)
Dalam contoh (13b), kalimat tanya dalam tuturan langsung yang
diucapkan oleh seorang penutur apabila dilihat dari struktur pola intonasinya,
yaitu berupa tanda tanya merupakan tuturan langsung dalam kalimat tanya.
Akan tetapi, kata meninggal dalam tuturan langsung (13b) isinya lebih
berfungsi untuk memastikan dari tuturan langsung dalam bentuk kalimat
berita yang terdapat dalam tuturan (13a). Dalam contoh (13a), tuturan
langsung dalam bentuk kalimat berita tersebut merupakan konteks yang
isinya memberitahukan atau menginformasikan tentang meninggalnya anak
dari kawannya.
Dalam kalimat tanya, tuturan langsung yang diucapkan oleh penutur
kepada mitra tuturnya yang isinya menanyakan sesuatu hal atau yang
mengandung suatu permintaan tentang sesuatu hal tidak hanya selalu
memerlukan jawaban yang sifatnya mengiyakan atau menidakkan. Akan
tetapi, terdapat tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang
memerlukan jawaban berupa penjelasan dari hal yang ditanyakan.
21
Tuturan langsung dalam bentuk kalimat tanya yang memerlukan
jawaban berupa penjelasan ditandai oleh adanya kata tanya yang mempunyai
sifat untuk menggantikan kata-kata yang ditanyakan. Kata-kata tanya itu ialah
apa, siapa, mengapa, bagaimana, mana, bilamana, kapan, bila, dan berapa.
Berikut kata-kata tanya yang terdiri dari satu kalimat yang terdapat dalam
tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan
Simatupang.
2.2.2.1. Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa
Kalimat tanya yang ditandai dengan kata tanya apa yang digunakan
untuk menanyakan hal atau sesuatu yang sifatnya bukan orang atau yang
diorangkan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” dapat dilihat pada
tuturan langsung berikut.
(14) a. Semalam tiba-tiba ia minta agar familinya datang
mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak diambil pulang
hari ini juga, ia mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di rumah
sakit jiwa masih banyak alasan dan alat untuk bunh diri!’
begitu dia mengancam.
b. “Apa jawab familinya?”
(Simatupang, 1982: 19)
22
Dalam contoh (14b), Kalimat tanya dengan kata tanya apa yang
digunakan oleh penutur dalam tuturan langsung tersebut isinya bukanlah
menanyakan tentang orang, tetapi isinya berfungsi menanyakan hal terhadap
respon yang akan dijawab atau dilakukan oleh familinya setelah mendengar
berita yang terdapat pada (14a).
(15) a. Sang mantri agaknya menangkap suasana. Nalurinya
memperingatkannya agar cepat berlalu dari situ. Ia takut. Tetapi
kemantrijururawatannya yang sudah sekian puluh tahun itu
memberikan kepadanya kemahiran untuk menyembunyikan
perasaan dan pikiran yang sebenarnya. Demi dan untuk dinas!
b. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.
(Simatupang, 1982: 23)
Dalam contoh (15b), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang
digunakan oleh penutur dalam tuturan langsung tersebut isinya berfungsi
menanyakan hal terhadap respon yang akan dikatakan oleh mitra tuturnya
setelah mendengar berita yang terdapat pada (15a).
(16) a. ”Mendiang kawan Tuan berpesan sebelum menghembuskan
napas terakhirnya, agar kepada Tuan di sini diantarkan sebuah
surat kabar.”
23
b. ”Buat apa?” Aku heran memuncak.
c. ”Buat bayar utang,” katanya. Sang mantri lalu pergi.
(Simatupang, 1982: 24)
Dalam contoh (16b), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang
digunakan oleh penutur (tokoh aku) dalam tuturan langsung tersebut isinya
berfungsi menanyakan hal akan fungsi dari surat kabar yang terdapat dalam
tuturan langsung yang berbentuk kalimat berita yang terdapat dalam tuturan
(16a). Sedangkan kalimat berita dalam tuturan (16c), merupakan jawaban atas
tuturan langsung yang ada pada (16b).
Tuturan langsung dalam (14b) dan (15b), kalimat tanya dengan kata
tanya apa pada tuturan langsung tersebut dapat diletakkan di akhir kalimat
dan kata kerja pada tuturan tersebut akan berubah menjadi kata kerja aktif.
Perubahan itu dapat dilihat pada contoh berikut.
(14c) “Familinya menjawab apa?”
(15c) “Ia mengatakan apa?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin
bertanya.
Selain digunakan untuk menanyakan hal, kalimat tanya dengan kata tanya
apa juga dapat digunakan untuk menanyakan sebab. Hal ini dapat dilihat
pada contoh berikut.
24
(17) a. ”…anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah
meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun
bergegas.
b. ”Meninggal?”
Aku tak tahu apakah ucapan itu sungguh ada aku ucapkan.
Untuk sekian kalinya bumiku kiamat.
c. ”Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di
dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati
dibutuhkan sesuatu sebab.
(Simatupang, 1982: 23)
Dalam contoh (17c), kalimat tanya dengan kata tanya apa yang yang
digunakan oleh tokoh aku pada tuturan langsung tersebut isinya mempunyai
fungsi menanyakan sebab meninggalnya si anak kepada seorang mantri yang
terdapat pada tuturan (17a). Kata tanya apa yang berfungsi menanyakan
sebab pada tuturan (17c) disebabkan adanya kata karena yang terletak
sebelum kata tanya apa. Dalam tuturan langsung (17c), kata tanya apa dapat
diletakkan pada awal kalimat apabila diberi atau disertai partikel –kah, maka
menjadi.
(17d) “Karena apakah meninggal?” tanyaku lagi, dan sekaligus
aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati
dibutuhkan sesuatu sebab.
25
2.2.2.2 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mengapa
Kalimat tanya dengan kata tanya mengapa dalam cerita pendek
“Lebih Hitam dari Hitam” yang isinya berfungsi untuk menanyakan sebab.
Misalnya:
(18) a. Pipiku sudah basah keduanya: dunia menghenyakan dirinya ke
dalam diriku. Dunia kutimang. Kasihku padanya tak
terhingga…..
b. “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek
suara si kepala besar.
(Simatupang, 1982: 16)
Dalam contoh (18b), kalimat tanya dengan kata tanya mengapa yang
diucapkan penutur (kepala besar) kepada mitra tuturnya (Saudara) isinya
berfungsi menanyakan sebab akan sikap mitra tuturnya yang tidak jadi marah.
Pada contoh (18a), menggambarkan situasi atau konteks mitra tuturnya yang
mengalami tekanan dalam dirinya dan pipinya sudah dibasahi dengan air
matanya.
(19) a. Surat kabar tadi sudah digulungnya jadi semacam pentung
pemukul, Tangan kirinya menolak pinggangnya.
b. “Ayo jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?”
Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku
26
mengambil sesuatu sikap yang layak bagiku terhadapnya pada
saat itu.
c. “……Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang, malu.
(Simatupang, 1982: 16)
Dalam contoh (19c), kalimat tanya dengan kata tanya mengapa dalam
tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan sebab akan tuturan
yang digambarkan pada tuturan (19b). Dalam contoh (19b), kalimat dalam
tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu “Ayo jawab” dan “Mengapa
Saudara tak jadi marah tadi?”. Kalimat pertama dalam tuturan langsung
(19b) yang berbentuk kalimat perintah isinya bermaksud memerintah mitra
tuturnya untuk menjawab. Maksud memerintah dalam tuturan tersebut
bersifat halus. Sedangkan pada kalimat kedua yang berbentuk kalimat tanya
dengan kata tanya mengapa, tuturan langsung tersebut isinya berfungsi
menanyakan sebab.
2.2.2.3 Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mana
Kalimat tanya dengan kata tanya mana dalam cerita pendek “Lebih
Hitam dari Hitam” yang isinya digunakan untuk menanyakan tempat.
Misalnya:
27
(20) a. Tetapi, si kepala besar tak tampak olehku. Mantri juru
rawat yang selalu kuhadiahi senyum manis, melihatku,
agaknya mengerti siapa yang sedang kucari.
b. “Dia sudah pergi, Tuan,” katanya.
c. “Ke mana?” tanyaku.
(Simatupang, 1982: 19)
Dalam contoh (20c), kalimat tanya dengan kata tanya mana dalam
tuturan langsung tersebut isinya berfungsi menanyakan tempat. Dalam
tuturan (20c), sebelum kata tanya mana terdapat kata depan ke. Kata depan ke
bila dilekatkan dengan kata tanya mana, maka mempunyai fungsi untuk
menanyakan tempat yang dituju. Dengan melihat hal tersebut, kalimat tanya
ke mana dalam tuturan (20c) mempunyai fungsi menanyakan tempat yang
akan dituju perginya si kepala besar.
2.2.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah
Kalimat perintah dalam tuturan langsung yang isinya mempunyai
fungsi memerintah atau mengandung permintaan agar orang lain melakukan
suatu yang dikehendaki sesuai dengan apa yang dimaksudkan dapat dilihat
pada contoh berikut.
(21) a. “Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada
makanan.”
28
b. “Bawa pulang!” teriakku.
(Simatupang, 1982: 21)
Dalam contoh (21b), kalimat perintah dalam tuturan tersebut isinya
menggambarkan situasi di mana seorang penutur memerintah atau meminta
kepada mitra tuturnya untuk membawa pulang bungkusan yang berisi
makanan yang tokoh ia tanyakan pada tuturan (21a). Selain itu, kalimat
perintah dalam tuturan (21b) dapat juga berfungsi untuk menjawab atas
pertanyaan pada tuturan (21a).
Kalimat perintah dalam bahasa Indonesia secara formal dapat
diklasifikasikan menjadi lima macam (Rahardi, 2000: 77), yaitu (1) kalimat
perintah biasa, (2) kalimat perintah permintaan, (3) kalimat perintah
pemberian izin, (4) kalimat perintah ajakan, dan (5) kalimat perintah suruhan.
Berikut klasifikasi kalimat perintah yang terdapat pada tuturan langsung
dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”.
2.2.3.1 Kalimat Perintah Biasa
Kalimat perintah biasa adalah kalimat perintah yang mengandung
suatu permintaan yang dilakukan oleh orang yang di atasnya kepada
bawahan. Kalimat perintah biasa umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, dan (3)
berpartikel pengeras –lah. Kalimat perintah jenis ini dapat berkisar antara
29
perintah yang sangat halus sampai dengan perintah yang sangat kasar atau
keras. Contoh tuturan langsung berupa kalimat perintah biasa dalam cerita
pendek “Lebih Hitam dari Hitam karya Iwan Simatupang dapat dilihat pada
contoh sebagai berikut.
(22) a. ”Entah, Tuan.” Sambil berkata demikian cepat ia pun
berlalu.
b. “Aneh, sungguh aneh!
(Simatupang, 1982: 19)
Dalam contoh (22b), perintah biasa dalam tuturan tersebut
mempunyai pola intonasi yang ditandai dengan tanda seru (!). Tuturan
langsung yang diucapkan oleh penutur dalam bentuk kalimat perintah biasa
pada (22b), isinya menyatakan keheranan akan pernyataan atau tuturan yang
ada pada tuturan (22a).
2.2.3.2 Kalimat Perintah Suruhan
Kalimat perintah suruhan atau disebut juga dengan kalimat suruh yang
sebenarnya, P-nya terdiri dari kata verbal intransitif dan bentuk kata
verbalnya tetap (Ramlan, 1983: 38). Kalimat perintah suruhan atau kalimat
suruh yang sebenarnya biasanya dilakukan oleh orang yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi. Partikel –lah dapat ditambahkan pada kata verbal
yang terdapat dalam kalimat perintah suruhan yang berfungsi untuk
30
menghaluskan perintah. Contoh tuturan langsung dalam bentuk kalimat
perintah suruhan atau kalimat suruh yang sebenarnya dalam cerita pendek
“Lebih Hitam dari Hitam” karya Iwan Simatupang dapat dilihat pada contoh
sebagai berikut.
(23) a “Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada
makanan.”
b. “Bawa pulang!” teriakku.
(Simatupang, 1982: 21)
Dalam contoh (23b), kalimat perintah suruhan dalam tuturan tersebut
isinya menggambarkan seorang penutur yang menyuruh dengan pasti kepada
mitra tuturnya untuk membawa pulang bungkusan yang ditanyakan oleh
mitra tuturnya.
Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, yaitu yang berupa tanda seru
(!), kalimat dalam tuturan (23b) bawa pulang! teriakku, ditandai juga dengan
P-nya yang terdiri dari kata verbal transitif, yaitu kata verbal yang tidak
diikuti oleh objek. Kata verbal transitif pada kalimat itu adalah kata bawa.
Kata bawa dalam kalimat bawa pulang! , dapat diberi partikel –lah
yang berfungsi memperhalus perintah, menjadi:
(23c) ”Bawalah pulang!” teriakku
31
Selain dapat diletakkan pada kata bawa, partikel –lah dapat juga diletakkan
pada kata pulang, menjadi:
(23d) ”Bawa pulanglah!”
2.3 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Dua Kalimat
Tuturan-tuturan dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam” karya
Iwan Simatupang selain terdiri dari satu kalimat juga terdiri dari dua kalimat.
Sama seperti halnya tuturan yang terdiri dari satu kalimat, tuturan-tuturan
yang terdiri dari dua kalimat juga akan diklasifikasikan ke dalam tiga
golongan, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.
2.3.1 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita dan Kalimat Berita
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang terdiri dari dua kalimat dalam bentuk kalimat berita dan kalimat berita
dapat dilihat pada contoh berikut.
(24) a. “Ke mana?” tanyaku.
b. “Pulang, ke rumahnya.”
Ia diam. Aku diam. Ia agaknya menantikan reaksiku.
Sedangkan aku menantikan kelanjutan dari pemberitahuannya.
Diamku akhirnya tabrakan juga dengan diamnya itu. Ia
mengalah.
32
c. “Oya, Tuan. Sebelum dia pergi, ia masih sempat berkata-
kata dengan saya, tadi, sebentar.”
(Simatupang, 1982: 23)
Dalam contoh (24c), tuturan di atas terdiri dari dua kalimat yang
berpola kalimat berita. Kalimat berita pertama dalam tuturan (24c), isinya
berfungsi memberikan informasi tentang sesuatu hal yang akan disampaikan
terhadap situasi yang tergambarkan pada tuturan (24b). Sedangkan pada
kalimat berita kedua, tuturan tersebut isinya menginformasikan suatu hal,
yaitu bahwa sebelum pergi, tokoh ia masih sempat berbincang-bincang
sebentar.
(25) a. “Oya, Tuan.” Ia mengeluarkan selembar surat kabar yang
terlipat dari dalam saku celananya dan menyerahkannya
kepadaku. Tanpa aku ingini sendiri, surat kabar itu kuterima.
b. “Ayah kawan Tuan tadi, menyerahkan surat kabar ini pada
saya. Pesannya, agar saya serahkan kepada Tuan.”
(Simatupang, 1982: 24)
Dalam contoh (25b), tuturan terdiri dari dua kalimat berita. Kalimat
berita pertama dalam tuturan tersebut isinya mempunyai fungsi memberikan
informasi tentang ayah kawannya yang memberikan surat kabar. Sedangkan
kalimat berita kedua dalam tuturan (25b), isinya menginformasikan tentang
33
mandat yang harus dilakukan oleh tokoh saya, yaitu untuk menyerahkan surat
kabar.
2.3.2 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya
Tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat dalam bentuk kalimat
tanya dan kalimat tanya dalam cerita pendek “Lebih Hitan dari Hitam” dapat
dilihat pada contoh sebagai berikut.
(26) a. “Apa jawab familinya?”
b. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang,
lalu membawanya pulang.”
c. “Pukul setengah enam pagi?” tanyaku, kali ini dengan heran
memuncak. “Mengapa mesti pukul setengah enam pagi?”
(Simatupang, 1982: 19)
Dalam contoh (26c), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat tanya.
Kalimat tanya pertama dalam tuturan tersebut isinya befungsi menanyakan
tentang kepastian waktu, yaitu pukul setengah enam pagi seperti yang
diinformasikan dalam kalimat berita pada tuturan (26a). Dan kalimat tanya
kedua dalam tuturan tersebut isinya berfungsi menanyakan sebab atas waktu
yang dilakukan oleh mereka untuk datang dan menjemput familinya. Pada
kalimat kedua dalam tuturan (26c), kalimat dalam tuturan tersebut merupakan
kalimat tanya dengan menggunakan kata tanya mengapa.
34
(27) a. “Entah, Tuan. Itu permintaanya sendiri.”
b. “Tetapi, bagaimana bisa seorang pasien meninggalkan
rumah sakit pula setengah enam pagi? Kan kantor belum buka?”
tukasku, dengan nada seolah akulah pemimpin rumah sakit ini.
(Simatupang, 1982: 19)
Dalam contoh (27b), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat tanya.
kalimat tanya pertama dalam tuturan tersebut menggunakan kata tanya
bagaimana. Kata tanya bagaimana dalam kalimat pertama digunakan untuk
menanyakan cara yang dilakukan oleh tokoh pasien untuk meninggalkan
rumah sakit yang dilakukannya pada pukul setengah enam pagi. Sedangkan
kalimat tanya kedua dalam tuturan tersebut mempunyai isi untuk menanyakan
ketidakmungkinan akan suatu hal yang telah terjadi.
2.3.3 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Berita
Tuturan langsung yang terdiri dari dua kalimat dalam bentuk kalimat
tanya dan kalimat berita dalam cerita pendek “Lebih Hitan dari Hitam” dapat
dilihat pada contoh sebagai berikut.
(28) a. “Baik,” jawabnya tenang, sambil berdiri di ambang pintu
bilikku.
b. “Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada
makanan”.
35
(Simatupang, 1982: 21)
Dalam contoh (28b), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu
kalimat tanya dan kalimat berita. Kalimat pertama dalam tuturan tersebut
menggunakan kalimat tanya dengan kata tanya bagaimana. Kata tanya
bagaimana pada kalimat tersebut mempunyai fungsi untuk menanyakan
keadaan terhadap bungkusan yang dimaksud. Sedangkan kalimat kedua yang
berupa kalimat berita dalam tuturan (28b) isinya berfungsi memberikan
informasi tentang isi dari bungkusan tersebut.
2.3.4 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Perintah
Tuturan langsung dalam bentuk kalimat yang mempunyai pola
kalimat perintah dan kalimat perintah dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari
Hitam” yang mempunyai fungsi dan isinya memerintah atau menyuruh dapat
dilihat pada contoh sebagai berikut.
(29) a. “……Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang,
malu.
b. “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya.
(Simatupang, 1982: 16)
Dalama contoh (29b), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat
perintah, yaitu “Kau mesti marah!” dan “Mesti marah!”. Kedua kalimat
36
perintah dalam tuturan tersebut di atas menggambarkan seorang penutur yang
memerintah atau meminta kepada mitra tuturnya (tokoh kau) untuk
melakukan suatu yang dikehendaki, yaitu marah.
2.3.5 Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang terbentuk dari kalimat perintah dan kalimat tanya dapat dilihat pada
contoh sebagai berikut.
(30) a. Surat kabar tadi sudah digulungnya jadi semacam pentung
pemukul, tangan kirinya menolak pinggangnya.
b. “Ayo jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?”
Geledeknya kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku
mengambil sesuatu sikap yang layak bagiku terhadapnya pada
saat itu.
(Simatupang, 1982: 16)
Dalam contoh (30b), tuturan tersebut terdiri dari dua kalimat, yaitu
kalimat perintah dan kalimat tanya yang menggunakan kata tanya mengapa.
Kalimat pertama bila dilihat polanya merupakan kalimat berita, tetapi pada
dasarnya kalimat pertama dalam tuturan tersebut isinya memerintah. Hal ini
dikarenakan adanya kata ayo yang letaknya di depan kata jawab. Sedangkan
kalimat kedua yang menggunakan kata tanya mengapa mempunyai fungsi
37
yang isinya menanyakan sebab terhadap sikap mitra tuturnya yang tidak jadi
marah.
2.4 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Tiga Kalimat
Selain terdiri dari satu dan dua kalimat, tuturan langsung dalam cerita
pendek “Lebih Hitam dari Hitam” juga terdiri dari tiga kalimat. Berikut
tuturan yang terbentuk dari tiga kalimat.
2.4.1 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang terbentuk dari tiga kalimat berita dapat dilihat pada contoh sebagai
berikut.
(31) a “Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus
aku di dalam diriku menertawakan diriku: seolah untuk mati
dibutuhkan sesuatu sebab.
b. “Entah. Tetapi setiba dia di rumah, dia tiba-tiba demam
panas. Ketika dokter yang dipanggil datang, dia meninggal.”
(Simatupang, 1982: 23)
Dalam contoh (31b), tuturan di atas terdiri dari tiga kalimat yang
seluruhnya kalimat berita. Kalimat berita pertama dalam tuturan tersebut
isinya menginformasikan tentang ketidaktahuan atau ketidakpastian akan
sebab meninggalnya tokoh dia. Kalimat berita kedua dalam tuturan tersebut
38
isinya menginformasikan tentang keadaan yang terjadi pada tokoh dia
setibanya di rumah. Dan kalimat berita ketiga dalam tuturan tersebut isinya
menginformasikan tentang situasi di mana pada saat dokter yang dipanggil
datang, tokoh dia sudah meninggal akibat demam panas yang dideritanya.
(32) a. Bimbangku semakin jadi. Kekaburan semakin merebut setiap
ruang kosong dalam diriku.
b. “Aku tidak ingin dikasihani, tahu? Tidak mau! Kau setan,
iblis, algojo!” teriaknya.
(Simatupang, 1982: 16)
Dalam contoh (32b), tuturan tersebut terdiri dari tiga kalimat yang
seluruhnya kalimat berita. Kalimat berita pertama dalam tuturan tersebut
isinya berfungsi memberikan informasi bahwa tokoh aku dalam tuturan (32b)
tidak ingin dikasihani. Kalimat berita kedua isinya memberikan informasi
meminta dan menegaskan kepada mitra tuturnya untuk tidak melakukan hal
yang tidak diinginkan oleh tokoh aku. Sedangkan kalimat berita ketiga dalam
tuturan tersebut isinya memberikan informasi tentang makian yang ditujukan
kepada mitra tuturnya.
39
2.4.2 Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu kalimat
Perintah
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang terbentuk dari dua kalimat berita dan satu kalimat perintah dapat dilihat
pada contoh sebagai berikut.
(33) a. Aku menghentikan lajuku, kemudian berbalik dan cepat lari
masuk ke dalam bilikku.
b. “Aku tidak ingin lihat Saudara. Tak ingin bicara dengan
Saudara. Pergilah.” pintaku terisak. “Pergiiii!”
(Simatupang, 1982: 21)
Dalam contoh (33b), tuturan tersebut terdiri dari tiga kalimat, yaitu
kalimat berita, kalimat berita dan kalimat perintah. Kalimat pertama yang
berupa kalimat berita dalam tuturan tersebut isinya berfungsi memberikan
informasi dan memerintah dengan sangat halus kepada mitra tuturnya untuk
tidak menampakkan dirinya. Kalimat kedua yang berupa kalimat berita dalam
tuturan tersebut isinya menginformasikan bila tokoh aku tidak ingin berbicara
dengan tokoh saudara. Sedangkan kalimat ketiga yang berupa kalimat
perintah dalam tuturan tersebut isinya berfungsi memerintah kepada mitra
tuturnya untuk melakukan keinginan penuturnya, yaitu pergi.
40
2.4.3 Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang terbentuk dari tiga kalimat tanya dapat dilihat pada contoh sebagai
berikut.
(34) a “Ayah kawan Tuan tadi, menyerahkan surat kabar ini pada
saya. Pesannya agar saya serahkan kepada Tuan.
b. “Surat kabar? Surat kabar apa? Surat kabar siapa?” tanyaku
berturut-turut, heran, bingung.
(Simatupang, 1982: 24)
Dalam contoh (34b), tuturan tersebut terdiri dari tiga kalimat yang
keseluruhannya kalimat tanya. Kalimat tanya pertama dalam tuturan tersebut
isinya menanyakan tentang surat kabar. Kalimat kedua yang berupa kalimat
tanya yang terdapat dalam tuturan tersebut menggunakan kata tanya apa.
Kata tanya apa pada kalimat kedua dalam tuturan tersebut isinya berfungsi
untuk menanyakan benda atau hal tentang surat kabar yang diterima.
Sedangkan pada kalimat tanya yang ketiga dalam tuturan tersebut
menggunakan kata tanya siapa. Kata tanya siapa pada kalimat ketiga
dalamtuturan tersebut isinya berfungsi menanyakan tentang hal yang
“diorangkan” atau lebih mengacu pada kepemilikan surat kabar yang
dimaksud.
41
2.5 Tuturan Langsung Yang Terdiri dari Empat Kalimat
Dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”, terdapat juga tuturan
langsung yang terbentuk dari empat kalimat. Berikut tuturan langsung yang
terbentuk dari empat kalimat.
2.5.1 Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”
yang terbentuk dari empat kalimat berita dapat dilihat pada contoh sebagai
berikut.
(35) a “Ke mana ?” tanyaku
b. “Pulang ke rumahnya. Semalam, tiba-tiba ia minta agar
familinya datang mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak
diambil hari ini juga, ia mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di
rumah sakit jiwa masih banyak alasan dan alat untuk bunuh
diri!’ begitu ia mengancam.”
(Simatupang, 1982: 19)
Dalam contoh (35b), kalimat yang terdapat dalam tuturan tersebut
terdiri dari empat kalimat yang pola kalimatnya berita semua. Kalimat berita
pertama dalam tuturan tersebut isinya menginformasikan tempat yang akan
dituju. Kalimat berita kedua dalam tuturan tersebut isinya memberikan
informasi tentang permintaan tokoh ia kepada familinya untuk datang
42
mengambil dirinya sekaligus membawanya pergi dari rumah sakit jiwa.
Kalimat berita ketiga dalam tuturan tersebut isinya memberikan informasi
tentang ancaman yang akan dilakukan oleh tokoh ia apabila familinya tidak
segera mengambil dan membawanya pergi. Sedangkan kalimat berita
keempat dalam tuturan tersebut isinya memberikan informasi kepada
familinya bahwa di rumah sakit jiwa masih banyak alasan dan alat untuk
melakukan bunuh diri.
43
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan cara pengungkapannya, tuturan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu tuturan langsung (direct speech) dan tuturan tidak
langsung (indirect speech). Dalam penulisan ini, dikemukakan mengenai
tuturan langsung (direct speech).
Tuturan-tuturan yang sifatnya langsung pada dasarnya tersusun atau
terbentuk dari beberapa kalimat. Tuturan langsung dalam cerita pendek
“Lebih Hitam Dari Hitam” karya Iwan Simatupang tersusun atau terbentuk
dari beberapa kalimat, yaitu tuturan langsung yang terdiri dari satu kalimat,
dua kalimat, tiga kalimat, dan empat kalimat.
Tuturan langsung dalam cerita pendek “Lebih Hitam dan Hitam”
karya Iwan Simatupang yang terdiri dari beberapa kalimat selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan kalimat tunggal yang ditinjau dari bentuk dan
isinya dibagi menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat
perintah.
Bahwa dalam cerita pendek “Lebih Hitam dari Hitam”, tuturan
langsung yang terdiri dari dua kalimat, tiga kalimat, dan empat kalimat dapat
terbentuk dari beberapa variasi kalimat atau pola kalimat yang membentuk
tuturan langsung dalam cerita pendek di atas tidak hanya terdiri dari kalimat
berita saja, kalimat tanya saja, dan atau kalimat perintah saja.
44
3.2 Saran
Penelitian ini hanya menganalisis sebagian kecil tentang tuturan
langsung, kategori atau jenis-jenis kalimat yang membentuk tuturan
langsung, dan pengklasifikasian tuturan berdasarkan bentuk dan isinya.
Masih banyak hal-hal lain yang perlu atau dapat dibahas tentang tuturan
selain yang telah dibahas dalam penelitian ini.
Selain itu, data yang digunakan dalam penelitaian ini sangat terbatas,
hanya satu cerita pendek dari lima belas cerita pendek dalam kumpulan
cerpen yang berjudul Tegak Lurus Dengan Langit karya Iwan Simatupang.
Peneliti mengharapkan agar ada pembahasan dan analisis yang lebih lengkap
mengenai tuturan langsung yang dapat menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
Falah, M. Zainal. 1988. Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Karyono.
Halim, Amran. 1984. Intonasi dalam Hubungannya Dengan Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Djembatan.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik ( Edisi Ketiga ). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rahardi, Kunjana. 2000. Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Ramlan. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Rani, Abdul. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Banyumedia.
Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik Bagian Pertama: Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Penerbit Angkasa.
DATA TUTURAN LANGSUNG
CERITA PENDEK LEBIH HITAM DARI HITAM
KARYA IWAN SIMATUPANG
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita
1. “Entah, Tuan. Itu permintaanya sendiri.”
(Simatupang, 1982: 19)
2. “Entah, Tuan.” Sambil berkata demikian cepat ia pun berlalu.
(Simatupang, 1982: 19)
3. “Dia sudah pergi, Tuan,” katanya.
(Simatupang, 1982: 19)
4. “Tadi, pagi-pagi benar, pukul setengah enam mereka datang, lalu
membawanya pulang.”
(Simatupang, 1982: 19)
5. “Baik,” jawabnya tenang, sambil berdiri di ambang pintu bilikku.
(Simatupang, 1982: 21)
6. “……anaknya, yakni kawan Tuan yang pulang tadi pagi, sudah
meninggal.” Dan bersamaan dengan ucapan itu mantri itu pun bergegas.
(Simatupang, 1982: 23)
7. “Oya, Tuan,” kata sang mantra yang masih tegak di hadapanku.
(Simatupang, 1982: 24)
46
8. “Mendiang kawan Tuan berpesan sebelum menghembuskan napas
terakhirnya, agar kepada Tuan di sini diantarkan sebuah surat kabar.”
(Simatupang, 1982: 24)
9. “Buat bayar utang,” katanya. Sang mantra lalu pergi.
(Simatupang, 1982: 24)
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya
10. “Mengapa Saudara tak jadi marah?” Tiba-tiba menggeledek suara si
kepala besar. Ia sudah tegak kembali dihadapanku. Surat tadi sudah
digulungnya jadi semacam pentung pemukul, tangan kirinya menolak
pinggangnya.
(Simatupang, 1982: 16)
11. “…….Mengapa saya mesti marah?” tukasku, bimbang, malu.
(Simatupang, 1982: 16)
12. “Meninggal?” Aku tak tahu apakah ucapan itu sungguh ada aku ucapkan.
Untuk sekian kalinya bumiku kiamat.
(Simatupang, 1982: 23)
Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Apa
13. “Apa jawab familinya?”
(Simatupang, 1982: 19)
14. “Apa katanya?” tanyaku, tanpa aku sendiri ingin bertanya.
(Simatupang, 1982: 23)
47
15. “Meninggal karena apa?” tanyaku lagi, dan sekaligus aku di dalam diriku
menertawakan diriku: seolah untuk mati dibutuhkan sesuatu sebab.
(Simatupang, 1982: 23)
16. “Buat apa?” Aku heran memuncak.
(Simatupang, 1982: 24)
Kalimat Tanya dengan Kata Tanya Mana
17. “Ke mana?” tanyaku.
(Simatupang, 1982: 19)
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah
18. “Bawa pulang!” teriakku.
(Simatupang, 1982: 21)
Kalimat Perintah Biasa
19. “Aneh, sungguh aneh!”
(Simatupang, 1982: 19)
Kalimat Perintah Suruhan
20. “Bawa pulang!” teriakku.
(Simatupang, 1982: 21)
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Berita dan Kalimat Berita
21. “Oya, Tuan. Sebelum dia pergi, ia masih sempat berkata dengan saya,
tadi, sebentar.”
48
(Simatupang, 1982: 23)
22. “Ayah kawan Tuan tadi, menyerahkan surat kabar ini pada saya.
Pesannya, agar saya serahkan kepada Tuan.”
(Simatupang, 1982: 24)
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Tanya
23. “Pukul setengah enam pagi?” tanyaku, kali ini dengan heran memuncak.
“Mengapa mesti pukul setengah enam?”
(Simatupang, 1982: 19)
24. “Tetapi, bagaimana bisa seorang pasien meninggalkan rumah sakit pula
setengah enam pagi? Kan kantor belum buka?” tukasku, dengan nada seolah
akulah pemimpin rumah sakit ini.
(Simatupang, 1982: 19)
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Tanya dan Kalimat Berita
25. “Bagaimana dengan bungkusan ini? Di dalamnya ada makanan.”
(Simatupang, 1982: 21)
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Perintah
26. “Kau mesti marah! Mesti marah!” teriaknya. Kali ini ia melompat-lompat,
akhirnya meniarap di atas ubin, sambil menangis tersedu-sedu.
(Simatupang, 1982: 16)
49
Tuturan Langsung Berupa Kalimat Perintah dan Kalimat Tanya
27. “Ayo, jawab. Mengapa Saudara tak jadi marah tadi?” Geledeknya
kembali setelah dilihatnya betapa sukar aku mengambil sesuatu sikap yang
layak bagiku terhadapnya pada saat itu.
(Simatupang, 1982: 16)
Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Berita
28. “Entah. Tetapi setiba dia di rumah, dia tiba-tiba demam panas. Ketika
dokter yang dipanggil datang, dia meninggal.”
(Simatupang, 1982: 23)
29. “Aku tidak ingin dikasihani, tahu? Tidak mau! Kau setan, iblis, algojo!”
teriaknya.
(Simatupang, 1982: 16)
Tuturan Langsung Berupa Dua Kalimat Berita dan Satu kalimat Perintah
30. “Aku tak ingin lihat Saudara. Tak ingin bicara dengan Saudara. Pergilah.”
pintaku terisak. “Pergiiii!”
(Simatupang, 1982: 21)
Tuturan Langsung Berupa Tiga Kalimat Tanya
31. “Surat kabar? Surat kabar apa? Surat kabar siapa?” tanyaku berturut-turut,
heran, bingung.
(Simatupang, 1982: 24)
50
Tuturan Langsung Berupa Empat Kalimat Berita
32. “Pulang ke rumahnya. Semalam, tiba-tiba ia minta agar familinya datang
mengambilnya pagi ini juga. Apabila ia tak diambil pulang hari ini juga, ia
mengancam akan bunuh diri. ‘Juga di rumah sakit jiwa masih banyak alas an
dan alat untuk bunuh diri!’ begitu dia mengancam.”
(Simatupang, 1982: 19)