Jbptunikompp Gdl s1 2004 Asepsetian 287 Penganta A

download Jbptunikompp Gdl s1 2004 Asepsetian 287 Penganta A

of 53

Transcript of Jbptunikompp Gdl s1 2004 Asepsetian 287 Penganta A

BAB I

`BAB I

PENDAHULUANI.1.Latar Belakang

Pada umumnya Museum keramik hanya berfungsi untuk mengumpulkan, merawat, dan memamerkan hasil karya keramik. Untuk tujuan penelitian, pendidikan, dan hiburan. Museum keramik yang ada di Jakarta hanya berfungsi seperti museum umum lainnya. Museum Seni Rupa dan Keramik di Jakarta pada ruang pameran koleksi yang dipamerkan adalah lukisan, patung dan keramik. Keramik yang dipamerkan berasal dari daerah-daerah di Indonesia. Disamping keramik dalam negeri ada juga keramik asing yang ditemukan di Indonesia, fasilitas yang dimiliki oleh museum seni rupa dan keramik : Lobby, R. Pamer lukisan, R. Pamer keramik , R. Kantor, R. Monitor, R. Pertemuan, Gudang koleksi, Bag. Rumah tangga, Toilet, tidak memiliki ruang pamer temporer. Sistem display yang digunakan pada ruang pameran muaseum keramik yang ada di Jakarta adalah : lemari kaca ( Vitrin ), diletakan sendiri hanya menggunkan alas seperti karpet, kotak alas ( pedestal ).

Kawasan Jawa Barat terdapat daerah-daerah pengrajin keramik dan banyak ditemukan keramik-keramik peninggalan kebudayaan prasejarah, Hindu, Budha, Islam hingga Kolonial, sperti keramik Cina, Jepang, Eropa ( Belanda), Thailand, Vietnam, Myanmar. Pada hakikatnya benda cagar budaya khususnya keramik Jawa Barat merupakan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jati diri dan kepentingan nasional. Oleh karena itu perlu suatu wadah yang dapat menyimpan , merawat, memanfaatkan benda tersebut sehingga keberadaannya dapat terjamin ( aman ) dan dapat dinikmati oleh orang banyak.

Museum Keramik Jawa Barat dapat menjadi salah satu wadah bagi pemeliharaan benda cagar budaya, khususnya keramik antik yang tersebar di Jawa Barat baik keramik hasil pengrajin daerah Jawa Barat maupun keramik-keramik peninggalan

pada kebudayaan prasejarah. Keberadaan museum keramik di Jawa Barat ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam meningkatkan kesadaran kita akan keanekaragaman karya keramik Jawa Barat sebagai salah satu kekayaan propinsi Jawa Barat. Bandung dipilih sebagai alternatif lokasi museum keramik karena bandung selain sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat, juga berdekatan dengan pusat penelitian dan pendidikan seni keramik ( ITB ). Dengan adanya museum keramik akan memudahkan masyarakat untuk lebih mengenal salah satu budaya bangsa yang mungkin terlupakan padahal memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat dahulu. Pengadaan museum keramik ini dapat memperkenalkan seni keramik kepada masyarakat luas dan menyediakan fasilitas pendidikan pembuatan keramik dan juga sebagai sarana hiburan.

Sesuai dengan perencanaan dan perancangan museum keramik dimana lokasi museum keramik tersebut didirikan maka tema yang diterapkan dalam rancangan interior museum yaitu keramik di masa sekarang tema tersebut dilihat dari segi fungsi keramik di masa sekarang yang memiliki peralihan fungsi dan dilihat dari sifat bentuk keramik yang akan diaplikasikan kedalam ruang interior.

I.2.Rumusan Masalah

Untuk merancang interior museum dan untuk memudahkan para pengunjung mendapatkan informasi tentang benda koleksi keramik perlu memperhatikan hal hal yang menentukan kualitas museum :

1. Bagaimana memenuhi kebutuhan ruang museum sehingga tercapai tujuan museum yang berfungsi sebagai sarana pendidikan dan wisata.

2. Bagaimana menciptakan kenyamanan Interior museum, termasuk didalamnnya sistematika / urutan / sequence ( story line ) yang diterapkan dalam penyajian teknik.

3. Bagaimana membuat Sistem pendisplayan keramik yang jelas sehingga tercapai tujuan museum keramik sebagai sarana pendidikan dan hiburan.

4. Bagaimana membuat daya tarik tertentu pada ruang pameran untuk sedukitnya dalam waktu 5 tahun.

I.3.Batasan Maslah

Perencanaan dan perancangan interior ruang pamer museum keramik Jawa Barat mengikuti program-program museum pada umumnya yaitu ruang pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun. Setelah lima tahun ruang pameran terdapat perubahan-perubahan baik dalam perancanaan dan perancangan interior ruang pamer , perubahan tata letak benda koleksi, ataupun penggantian benda-benda koleksi yang dipamerkan sesuai dengan konsep yang direncanakan oleh bagian kurator museum.

Perencanaan dan perancangan interior ruang pamer museum keramik Jawa Barat untuk dalam jangka waktu 5 tahun meliputi perencaan dan perancangan :

a. Tata Letak Furniture

b. Sistem Pencahayaan

c. Sistem Pengkondisian udara

d. Story line / sqeunce ( Alur cerita )

e. Sistem Display

I.4Tujuan Perancangan

1. Merancang interior sebuah museum sebagai sarana untuk melestarikan dan memanfaatkan bukti material manusia dan lingkungannya, untuk ikut serta membina dan mengembangkan seni, ilmu, dan teknologi dalam rangka peningkatan penghayatan nilai nilai budaya dan kecerdasan kehidupan bangsa.

2. Menciptakan interior museum keramik yang dapat memberikan informasi dan ilmu tentang semua unsur yang berkaitan dengan benda koleksi yaitu keramik.

I.5.Sasaran Perancangan

Perancangan interior Museum Keramik mempunyai sasaran pemakai ruang yaitu :

Pegawai ( Pengelola )

Pengunjung Umum:

a. Siswa kursus

b. Siswa penelitian

c. Masyarakat umum

Sedangkan ruang ruang dari Museum Keramik yang menjadi objek perancangan antara lain :

Office

Lobby

R. Pameran Tetap

R. Pameran Temporer

R. Gifshop / Kafetaria

BAB II

TINJAUAN MUSEUM KERAMIK JAWA BARAT DI BANDUNG

2.1. Museum Keramik

2.1.1.Museum

Museum, adalah tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, menyimpan merawat, melestarikan, mengkaji, mengkomunikasikan bukti material hasil budaya manusia, alam, dan lingkungannya. ( Pedoman Klasifikasi Koleksi Museum Umum Negeri Propinsi, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Permuseuman, Jakarta, 1995 ).

Museum adalah tempat menyimpan benda-benda sejarah. W. J. s. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, P. N. Balai pustaka, Jakrta, 1996 ).

Museum adalah suatu lembaga yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat untuk mendapatkan, memelihara, memelihara, menambah pengetahuan dan peragaan untuk pembelajaran, pendidikan, penikmatan terhadap benda-benda yang merupakan

tanda-tanda dan bukti-bukti evolusi manuia. ( ICOM ( International Council Of Museum ) tahun 1974 di Kopenhogen ).

Museum, lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. ( Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan pemanfaatan benda cagar budaya di Museum pasal 1 ayat 1 ).

Museum Khusus, museum yang koleksi benda-bendanya terdiri dari kumpulan bukti material manusia/lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu, dan satu cabang teknologi. ( Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Proyek pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992/1993 ).

A. Fungsi dan Peranan Museum Keramik

Fungsi dan peranan museum adalah sebagai berikut :

1. Melestarikan dan memanfaatkan warisan dan budaya tentang keramik.

2. Mendokumentasikan, meneliti, mengimpormasikan, dan mengkomunikasikan seni keramik

3. Pusat peningkatan apresiasi budaya tentang keramik.

4. Media pembinaan pendidikan non formal mengenai sejarah alam, ilmu pengetahuan, dan budaya.

5. Memperkenalkan budaya nusantara dan antar bangsa.

6. Memberikan cermin perkembangan alam, sejarah perjuangan bangsa dan peradaban manusia.

7. Pusat Rekreasi

B. Bangunan Pokok dan Bangunan Penunjang Museum

Secara fungsional bangunan museum terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang antara lain :

Bangunan Pokok terdirir dari :

1. Pameran tetap

2. Pameran Temporer

3. Auditorium

4. Kantor Administrasi dan Perpustakaan dan Ruang Rapat

5. Laboratorium Konservasi

6. Studio Preparasi

7. Storage

Bangunan Penunjang terdiri dari :

1. Keamanan / Pos Jaga

2. Gift shop dan Kafetaria

3. Ticket Box dan Penitipan Barang

4. Lobby / Ruang Istirahat

5. Toilet

6. Tempat parkir, pertamanan, dan pagar

( Buku Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992/1993 ). C. Persyaratan Bangunan Museum

1. Syarat syarat Umum

a. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan menurut :

Fungsi dan aktifitasnya.

Ketenangan dan keramaian

Keamanan

b. Pintu Masuk Utama ( main entrance ) adalah untuk pengunjung museum.

c. Pintu masuk khusus (service entrance) untuk lalu lintas koleksi, bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus.

d. Area Publik/umum terdiri dari :

Bangunan Utama (Pameran tetap dan Pameran Temporer )

Auditorium; keamanan/Pos Jaga; Gift Shop dan Kafetaria; Ticket Box dan penitipan Barang; Lobby/Ruang istirahat; Toilet; taman dan temapat parkir.

e. Area semi publik terdiri dari :

Bangunan Administrasi (termasuk perpustakaan dan ruang rapat)

f. Area Private terdiri dari :

Laboratorium Konservasi;

Studio Preparasi;

Storage dan ruang studi koleksi

2. Syarat - syarat Khusus

a. Bangunan Utama (Pameran Tetap dan Temporer) harus dapat :

Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.

Mudah dicapai baik dari luar maupun dari dalam ;

Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung museum;

Sistem keamanan yang baik, baik dari segi kontruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-bend secara alami (cuaca dan lain-lain) maupun kriminalitas dan pencurian.

b. Bangunan Auditorium harus :

Mudah dicapai oleh umum

Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, ceramah.

c. Bangunan Khusus tediri dari :

Laboratorium konservasi; Studio Preparasi; Storage dan studi koleksi harus :

Terletak pada daerah tenang ;

Mempunyai pintu masuk khusus ;

Memiliki sistem keamanan yang baik ( baik terhadap kerusakan, kebakaran, insek, dan kriminalitas ) yang menyangkut segi-segi kontruksi maupun spesifikasi ruang

d. Bangunan Adsministrasi harus :

Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun terhadap bangunan-bangunan lain.

Mempunyai pintu masuk khusus.

( Buku Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992/1993 )

Sebelum melaksanakan serta merencanakan pameran harus membuat suatu desain pameran yang didasarkan pada prinsip-prinsip umum untuk penataan. Prinsip-prinsip umum yang dipergunakan adalah :

a. Faktor cerita

Informasi yang diberikan oleh museum merupakan informasi dari semua aspek alam, manusia, termasuk semua unsur sosial budaya, teknologi, dan sejarahnya.

Museum merupakan cermin dari manusia dimana museum tersebut berada.

Sebagai tontonan yang mempunyai fungsi edukatif, museum harus menyajikan semua koleksi yang dipunyainya kepada masyarakat dengan penuh rasa tanggung jawab akan keberadaannya, dan harus objektif.

b. Faktor Koleksi

Cerita yang akan disajikan harus mempunyai konsepsi yang detail atau sistematika, hal ini dimaksudkan agar detail konsep ini menjelaskan dengan pasti semua koleksi yang diperlukan dalam menunjang jalannya cerita pameran.

Pengadaan koleksi baru harus dapat mendukung cerita yang akan disajikan.

c. Faktor sarana dan biaya

Untuk menyajikan cerita dimuseum kita memerlukan sarana dasar berupa bangunan lengkap dengan ruang pamerannya, vitrin, panil dengan tata lingkungan dan pertamanan yang menarik, maupun sarana penunjang lainnya seperti foto penunjang, labeling tata lampu, tata warna.

d. Faktor teknik dan metode penyajian

Dalam hal penataan dalam museum harus memenuhi standard tertentu dari teknik penyajian ini terutama yang meliputi :

e. Ukuran minimal dari vitrin ;

f. Tata cahaya;

g. Tata warna;

h. Tata Letak;

i. Tata pengamanan;

j. Tata suara;

k. Labeling

l. Foto-foto penunjang.

Metode yang dianggap baik sampai saat ini adalah metode yang berdasarkan motivasi pengunjung museum, metode ini hasil penelitian dari beberapa museum di Eropah. Motivasi pengunjung untuk melihat museum dapat diambil 3 kelompok yaitu :

a. Motivasi pengunjung untuk melihat keindahan dari benda-benda yang dipamerkan.

b. Motivasi pengunjung untuk menambah pengetahuannya setelah melihat benda-benda yang dipamerkan.

c. Motivasi pengunjung museum untuk melihat serta merasakan suatu suasana tertentu pada pameran museum.

Museum harus dapat memamerkan benda-bendanya untuk dapat memuaskan ketiga motivasi tadi dengan menciptakan metode-metode yang menarik, antara lain :

a. Metode penyajian Artistik, memamerkan benda-benda diutamakan yang mengandung unsur keindahan.

b. Metode penyajian Intelektual atau edukatif, benda-benda yang dipamerkan tidak hanya bendanya saja, tetapi dipamerkan juga semua segi yang bersangkutan dengan benda ini sendiri seperti urutan proses terjadinya benda tersebut sampai pada cara penggunaan dan fungsinya.

c. Metode panyajian Romantik atau evokatif, dimana benda yang dipamerkan harus disertai dengan memamerkan semua unsur lingkungan dimana benda-benda tersebut berada.

2.1.2.Keramik

Kata keramik berasal dari bahasa Inggris , Ceramic. Ditinjau secara histories, kata ini berasal dari kata Yunani, Keramos, nama anak lelaki dewi Ariadne dan Bachus, dianggap sebagai dewa pelindung barang pecah belah. Kata keramos sendiri memiliki arti sebagai barang pecah belah barang yang dibuat dari tanah liat bakar (Baked clay).

(Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Jawa Barat, 2001 ).

Keramik, adalah barang-barang tembikar, porselin dan sebagainya; tanah liat yang dibakar, dicampur dengan material lain. ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1975).

Art of making and decorating pottery yaitu seni dalam membuat keramik dan menghiasi barang-barang tembikar. (Oxford Learners Pocket Dictionary, 1995)

Keramik, semua benda-benda yang dibuat dari tanah liat yang terutama terdiri dari silikat-silikat. Sedangkan tembikar adalah semua barang dari tanah liat dibakar, mulai dari yang kasar, tidak mengkilap, dengan hiasan sederhana yang mengkilap dan besar, serta barang-barang batu seperti poirselen dan barang-barang halus. (Ensiklopedia Umum, Yayasan Kanisius, 1973 ).

A. Tinjauan Keramik Secara Fisik

Bahan keramik umumnya diambil dari tanah, walaupun jenisnya akan sangat bervariasi. Begitu pula dengan teknologi pembuatannya yang memiliki tahapan dan cara yang relatif berbeda. Setelah benda itu terbentuk, akan mempunyai guna dan fungsi yang berbeda pula tergantung pada kebutuhan sang pemakai.

1. Bahan

Dalam dunia keramik, sering ditemukan berbagai istilah yang mengacu pada pengertian tanah liat bakar, istilah tersebut berkaitan dengan bahan baku dan suhu pembakarannya. Beberapa istilah yang digunakan adalah sebagai berikut :

d. Terakota (tanah merah),

e. Pottery (wadah dari tanah liat bakar),

f. Earthernware (barang yang dibuat dari bahan tanah liat yang berasal dari bumi),

g. Porcelin (barang-barang yang dibuat dari tanah yang akan dilebur pada suhu yang sangat tinngi), dan

h. Stoneware ( barang yang terbuat dari batuan bumi).

Di Indonesia, ada kecenderungan menggunakan istilah sebgai berikut :

i. Keramik untuk barang-barang yang diglasir, terbuat dari bahan batuan (stoneware dan porselin ), bahan dasarnya adalah tanah liat bersifat silica (kaca) yang dapat berubah secara fisik karena tingkat pembakaran (sintering), suhu pembakarannya antara 1150 - 1300 C.

j. Tembikar adalah untuk barang-barang dari bahan earthernware atau pottery.

2. Teknologi Pembuatan

Teknologi pembuatan keramik dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

k. Penyiapan (preparation)

Dalam tahapan penyiapan dilakukan pembersihan kotoran0kotoran yang terkandung dalam tanah liat sebagai bahan utama. Adonan keramik terdiri dari dua macam, yakni adonan kasar dengan cara diremas (kneading) / membuat irisan-irisan dan adonan halus dengan cara mengapungkannya (floatation).

l. Pembentukan (forming)

Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam membentuk keramik adalah : teknik pijat, spiral, cincin, lempeng, cetak, roda putar, dan teknik tatap pelandas.

m. Penggarapan Permukaan (Surface Treatment)

Dalam tahap penggarapan pada permukaan keramik, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu : penghalusan permukaan dengan cara , seperti mengusap permukaan keramik mentah dengan tangan yang basah / menciprati permukaan keramik dengan air sambil diusapi secara perlahan, serta dengan cara menggosok atau mengupam (burnish) permukaan keramik dengan benda bulat yang keras bepermukaan halus dan pemberi hiasan dengan teknik yang digunakan adalah teknik tekan, gores, cukil, dan temple, lukis bisa dilakukan terhadap keramik yang belum dan sudah dibakar.

n. Pengeringan (Drying)

Pengeringan dilakukan untuk mengurangi noda air yang terdapat didalam kandungan adonan keramik, sebelum dipersiapkan untuk pembakaran. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara secara tidak langsung yaitu dengan mengangin-anginkan, sedangkan secara langsung yaitu dengan menjempur benda keramik mentah langsung terkena sinar matahari.

o. Pembakaran (Firing)

Baik tidaknya benda keramik yang dihasilkan sebagian besar tergantung pada pembakarannya. Keberhasilan suatu proses pembakaran antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : adonan keramik, bahan campuran keramik, bahan bakar, pengaturan suhu bakar, macam tungku, cara menyusun benda keramik didalamnya, dan operator pembakaran (manusia).

Secara umum dikenal dua cara pembakaran, yaitu : pembakaran dengan suhu rendah dilakukan ditempat terbuka, pembakaran dengan suhu tinggi menggunkan tungku pembakaran yang tertutup (klin).

3. Guna dan Fungsi

Bentuk keramik sangat berfariasi, begitu pila penggunaanya. Keramik banyak digunakan sebagai wadah, yaitu untuk menaruh atau menyimpan sesuatu. Dan keramik yang bukan wadah. Keramik yang digunakan bukan sebagai wadah seperti bantal, kursi, hiasan, angin,-angin, dan lain-lain.

2.1.3. Teori Perancangan Interior

Teori-teori yang dipakai sebagai landasan perancangan dikelompokan mejadi beberapa bagian dan diarahkan pada penyusunan program kebutuhan.

1. Ruang dan Dimensi Ruang

Ruang-ruang yang dibutuhkan bagi sebuah museum berdasarkan urutan bangunan adalah: 1. Ruang Penerima, 2. Ruang Pameran, 3. Ruang Pengelola, 4. Ruang Perawatan dan Pemeliharaan, 5. Ruang Komersial, 6. Toilet dan seterusnya, urutan-urutan ruang disesuaikan dengan fungsi dan aktivitas ditunjukan untuk pencapaian kenyamanan ( Data Arsitek jilid 2 hal. 137 )

a. Sirkulasi

Sirkulasi dari ruang ke ruang mengikuti urutan aktivitasnya, secara garis besar dapat digambarkan dalam diagram berikut :

( Pedoman Pendirian Museum, Hal 88)

Dasar pertimbangan penataan Furniture ( Lay out ) pada Museum Keramik, mengikuti aspek penataan pada umumnya yaitu fungsi dan estetika.

Fungsi :

- Pengelompokan fungsional furniture,

- Ukuran-ukuran dan jarak yang sesuai,

- Privasi Akustik dan pandangan yang tepat

- Fasilitas pencahayaan, elektrikal dan mekanikal yang mencukupi.

Estetika :

- Skala terhadap ruang,

- Pengelompokan Visual, kesatuan, dan variasi,

- Figure dan latar belakang yang jelas,

- Orientasi yang sesuai terhadap cahaya, pemandangan atau focus didalam ruang,

- Labeling dan pendisplayan yang jelas.

( Pedoman Pendirian Museum )

b. Furniture

Dalam merancang atau memilih fasilitas furniture harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain : antropometri, sifat bahan dan estetika. Pemilihan fasilitas perabot didasarkan pada prinsip fungsional, ekonomis, dan mudah dalam perawatan ( Suprapto, 1962 )

Dalam merancang furniture untuk memenuhi kegunaan dan kenyamanan, furniture harus di desain sesuai bentuk (antropometri), dimensi, jarak yang dibutuhkan dan sifat kegiatan.

c. Elemen Pembentuk Ruang

Lantai

Penggunaan lantai dapat memberi kesan tertentu terhadap ruang, misalnya warna merah memberi kesan panas, warna hijau memberi kesan sejuk. (Pamudji Suptandar, 1982)

Pembuatan perbedaan lantai baik material maupun warna dapat berfungsi sebagai pembatas semu dari ruang.

Lantai suatu ruangan harus fungsional maupun dekoratif, pemilihan pelapis lantai mempengaruhi program pembersihan dan perawatan. Finishing lantai harus sesuai dengan karakter dan kualitas dinding, furniture dan lain-lain. ( Pengantar Fisika Bangunan )

Dinding

Dinding berfungsi sebagai penutup atau pembatas ruang, dinding juga merupakan pelindung terhadap bunyi atau suara-suara yang mengganggu.

Persyaratan khusus dinding pada beberapa ruang :

Ruang pameran :dinding dapat meredam bunyi atau suara-suara yang mengganggu.

Ruang Perawatan :dinding harus mampu menahan panas dari luar masuk kedalam ruangan.

Bengkel Keramik :dinding harus mampu menahan panas keluar ruangan dan dapat meredam suara.

Plafon (Ceiling)

Dengan adanya perbedaan tinggi dan bentuk ceiling dapat menunjukan perbedaan visual atas zona-zona dan orang dapat merasakan adanya perbedaan aktivitas dalam ruang tersebut.

Dengan pemilihan warna terang keras ceiling memberi kesan tinggi dan ringan, sedangkan dengan warna gelap terasa pendek dan menekan. (Pamudji Suptandar, 1982)

d. Sistem Pengkondisian

Pencahayaan

Berdasarkan standar internasional, standar untuk intensitas cahaya yang disarankan pada keramik koleksi museum adalah lebih kecil dari 300 Lux (< 300 Lux)

Besarnya penerangan, warna, cahaya, dan refleksi yang dianjurkan untuk ruang pameran museum adalah sebagai berikut :

Besarnya penerangan yang dianjurkan LX : 250 Lux

Warna cahaya : putih netral ( 1 atau 2 ), Putih hangat ( 1 atau 2 )

( Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu Jilid I, Hal 18 )

Jenis Lampu Yang dianjurkan untuk museum dengan tinggi ruangan 3 m adalah :

- Pijar Standar, Pijar halogen

- TL ( standar, U, C}

- HQI < 250 w atau 250 w ( Metal Halide)

( Teknik pencahayaan dan Tata letak lampu, Hal. 42 )

Untuk perhitungan penentuan jumlah lampu yang dibutuhkan, menggunakan formula :

E x A x p

NA =----------------

Z x x B

N= Jumlah Lampu

A= Luas Ruangan (m) atau Bidang kerja ruangan (m)

P= faktor depresi atau faktor pemeliharaan (maintenance) biasanya 1,25

E= Tingkat Penerangan yang dikehendaki (lux)

B= Faktor utilisasi/efisiensi ruangan (%)

Z= Jumlah lampu perarmatur

= arus cahaya lampu (lm)

( Teknik Pencahayaan dan Tata letak lampu jilid I, hal 15 )

Penghawaan

Perhitungan pengguanaan Ac Split

Tipe Ac = - AW 1007 E 8.000 BT/jam, 620 watt

1 PK = 8.000 BT

setiap 1 m lantai ruangan dengan ketinggian plafon (ceiling) 3 4 m membutuhkan 550 BT.

Akustik

Permukaan lunak dan bersifat menyerap bunyi, sedangkan permukaan keras dan padat tidak dapat menyerap bunyi tetapi memantulkan bunyi.

Suasana

Untuk pencapaian suasana ruang dan kesan ruang dapat dicapai dengan cara pengolahan warna dan kombinasi dengan cahaya, garis dan tektur.4. Tempat

Tempat untuk menyimpan koleksi museum harus berdekatan dengan ruang perawatan dan pemeliharaan serta dapat menampung semua benda koleksi.

Ruang pameran berdekatan dengan ruang pengelolaan maupun ruang peneriamaan pengunjung. Untuk mencapai tujuan perancangan museum edukasi dan rekreasi maka museum ini dilengkapi dengan sarana dan fasilitas bagi siswa kursus, serta menyediakan ruang peragaan bagi pengunjung museum.

5. squence / story line

Agar pengunjung dapat melihat benda koleksi pada ruang pamer jelas dan terarah, maka pada ruang pamer urutan peletakan / urutan benda koleksi benda pamer berdasarkan pembabakan ( Kronologis Waktu ) kedatangan, Penemuan benda pamer maupun diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya ( style), fungsinya, maknanya, asalnya secara jistoris dan geografis, sehungga memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi tentang benda koleksi yang dipamerkan dengan jelas. Pada ruang pamer selain benda koleksi dapat dipamerkan semua segi yang bersangkutan dengan benda koleksi tersebut atau memamerkan semua unsur lingkungan dimana benda-benda tersebut berada.

6. Jenis fasilitas pamer

Untuk meletakan benda koleksi keramik pada ruang pamer fasilitas yang digunakan adalah :

- Bidang pamer untuk memamerkan foto-foto penunjang

- Pedestal ( peletakan ) untuk meletakan benda koleksi yang memiliki ukuran besar / memiliki ciri khusus.

- Vitrin ( wadah tertutup ) untuk benda keramik yang langka dan hampir punah ( tidak diproduksi lagi )

7. Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada ruang pameran adalah menggunakan sistem pencahayaan yang umum dan khusus. Pencahayaan umum digunakan pada area keraja ( pemeliharaan ) seangkan pencahayaan khusus digunakan untuk benda koleksi pada ruang pamer untuk memudahkan para pengunjung melihat benda koleksi lebih detail.

8. Keamanan

Sistem keamanan yang digunakan untuk ruang pamer ada dua jenis sistem keamanan yaitu :

pengamanan terhadap Vandalisme ( ulah manusia )

Pengamaman terhadap kebakaran

9. Penghawaan

Pengahwaan dalam ruang pameran menggunakan buatan dengan menggunakan penghawaan buatan pada setiap gedung sehingga udara segar pada siang hari dapat merata keseluruh ruangan sehingga pengujung akan terasa nyaman saat melihat benda koleksi.

1. Elemen Pembentuk Ruang

Pemilihan bahan finishing untuk dinding, lantai dan plafon (ceiling) tidak lepas dari kebutuhan kuailtas ruang.

Lantai

Lobby

Dipilih bahan finishing lantai yang refresentatif seperti marmer, granit atau batu alam lainnya.

Office pengelolaan

Bahan finishing lantai yang bersifat meredam suara seperti karpet dimaksudkan agar suara-suara yang dapat mengganggu ketenangan kerja dapat diredam.

Ruang perawatan dan pemeliharaan

Bahan finishing lantai dapat memeredam suara sehingga suara-suara bising tidak sampai terdengar keluar maupun kedalam ruang kerja bagian pengelolaan dan sekaligus dapat menyerap panas.

Ruang pameran

Bahan finishing lantai mudah dalam perawatan dan memberi kesan sederhana agar benda koleksi dapat terlihat secara jelas dan detail.

Ruang praktek / bengkel keramik

Bahan finishing lantai mudah dalam perawatan dan dapat mencegah panas agar tidak keluar ruang serta dapat menyerap suara.

Dinding

Dinding pada umumnya menggunakan dinding bata dengan penggunaan warna warna netral untuk memberi kesan luas. Namun ada beberapa finishing dinding yang dikhususkan sesuai dengan aktivitas dan fungsi dalam ruang antara lain :

Ruang Pameran

Dinding menggunakan dinding partisi dengan finishing gypsum board 12 mm.

Ruang Bengkel keramik

Finishing dinding menggunakan bahan peredam suara dan dapat menahan panas agar tidak dapat menyebabkan panas keruang lain.

Plafon (ceiling )

Finishing plafon (ceiling ) menggunakan bahan gypsum board dengan menggunakan rangka dengan jarak 60 x 60 cm tanpa memperlihatkan sambungan gypsum board . ketinggian plafon pada ruang adalah 3 m dengan penaikan / penurun plafon 15 cm.

2. Kondisi Ruang

a. Pencahayaan

Pencahayaan buatan yang digunakan menggunakan 2 jenis penerangan antara lain penerangan umum dan penerangan khusus dengan menggunakan sistem varco (Variable Condensator) sehingga penerangan dalam ruang dapat diatur untuk menciptakan suasana tertentu.

b. Penghawaan

Pengkondisian udara pada setiap ruang menggunakan AC Split untuk efisiensi penggunaan energi listrik. Tipe Ac yang digunakan AW 1007 dengan kekuatan 8.000 BT 1 jam 620 watt.

c. Akustik

Untuk akustik atau penanganan suara meliputi penanganan sound sistem dengan pemilihan bahan-bahan finishing peredam suara pada elemen interior terutama pada ruang pameran.

d. Suasana

Untuk pencapaian suasana ruang dan kesan ruang dilakukan dengan pengolahan elemen pembentuk ruang meliputi lantai, plafon, dinding dan bentuk serta pemilihan material pada display. Juga dengan pengolahan cahaya dalam ruang.

Lobby

Suasana dan kesan yang diinginkan : nyaman, luas, dan mewah.

Office

Suasana dan kesan ruang : tenang, dapat membangkitkan etos kerja.

Ruang pameran

Suasana dan kesan : tenang, membangkitkan imajinasi, sederhana.

Area komersial

Suasana dan kesan : bersih, tenang.

Area pendidikan

Suasana dan kesan : tenang, luas, memacu aktivitas.

2.1.4.Studi Banding

1. Museum Keramik dan Seni Rupa Jakarta

Koleksi yang dipamerkan di museum keramik dan seni rupa Jakarta adalah lukisan, patung, dan keramik-keramik yang ada di museum tersebut berasal dari daerah-daerah di Indonesia seperti Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Serang, Bekasi, Purwakarta, Plered, Banjarnegara, Kasongan, Klaten, Temanggung, Malang, Bali, Lombok, keramik antik dari jaman Pra sejarah dan keramik Majapahit. Selain keramik dalam negeri terdapat keramik asing diantaranya adalah keramik Eropa, Cina, Vietnam, Thailand, dan Timur Tengah.

Fasilitas yang dimiliki :

Lobby

R. Pamer Lukisan (13 ruang)

R. Pamer Keramik (10 ruang)

Kantor, R. Bag. Rumah Tangga

R. Monitor

G. Koleksi

Museum Keramik dan seni rupa Jakarta tidak memiliki ruang pamer temporer, pengelompokan ruang pamer adalah pola susunan dari ruang pamer ke ruang pamer dengan pengelompokan koleksi pamer (keramik) berdasarkan dari daerah asal keramik.

Pengkondisian udara dalam ruang menggunakan kipas angin, AC (Air Conditioning), Dan ventilasi Udara.

Sistem display yang digunakan untuk benda koleksi keramik pada museum ini adalah lemari kaca (vitrin), diletakan sendiri diatas karpet, Kotak Alas (pedestal).

2.2. Museum Keramik Jawa Barat

2.2.1 Deskripsi Proyek

Nama Proyek

: Museum Keramik Jawa Barat

Sifat Proyek

: Fiktif

Lokasi

: Bandung

Luas Lahan

: 8.232 m

Batas Wilayah

: Utara Pemukiman Penduduk

Selatan Jl. Bukit Dago Utara ( Tempat Parkir Gedung Taman Budaya )

Barat Pemukiman Penduduk

Timur Jl. Bukit Dago Utara (Tempat Parkir Dago Tea House)

Pemilik

: Pemerintah Kota Bandung

Status Wilayah: Museum Provinsi

Pemakai

: Pegawai Museum dan Umum

Museum keramik Jawa Barat merupakan lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, pemanfaatan keramik hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa pada umumnya, dan budaya Jawa Barat khususnya

2.2.2 Struktur Organisasi Museum Keramik Jawa Barat

a. Kepala Museum

Memimpin, mengkoordinator dan bertanggung jawag atas kelancaran dari seluruh kegiatan di museum.

b. Sub Bagian Tata Usaha

Melakukan urusan tata usaha, rumah tangga, registrasi koleksi, perpustakaan dan ketertiban/keamanan.

c. Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi

Mengumpulkan, meneliti dan mengelola semua jenis koleksi yang dimiliki oleh museum.

d. Kelompok Tenaga Preparasi/Konservasi

Melakukan konservasi, restorasi, dan refroduksi koleksi museum yang ada dan melaksanakan preparasi atau mempersiapkan pameran yang dilaksanakan didalam maupun diluar museum.

e. Kelompok Tenaga Fungsional Bimbingan/Edukatif

Melakukan bimbingan dengan metode dan sistem edukatif cultural untuk pengenalan koleksi dalam rangka menanamkan daya apresiasi dan penghayatan nilai warisan budaya dan ilmu pengetahuan serta melakukan publikasi tentang koleksi museum.

2.2.3 Jenis Koleksi

Jenis koleksi pada museum keramik Jawa Barat terdiri dari keramik asing yang ditemukan di Jawa Barat dan Keramik Khas daerah Jawa Barat, jenis koleksi tersebut terdiri dari :

1. Keramik Asing Yang ditemukan Di Jawa Barat adalah sebagai berikut :

a. Keamik Cina , terdiri dari beberapa masa antara lain :

- Keramik Dinasti Tang

- Keramik dinasti Sung (960 M 1279 M)

- Keramik Dinasti Yuan (1279 1268 M)

- Keramik Dinasti Ming (1369 1645)

- Keramik Dinasti Ching (1645 1912)Koleksi Keramik Cina berjumlah 379 keramik b. Keramik Myanmar/Burma, koleksi keramik bejumlah 5 keramik

c. Keramik Vietnam, koleksi keramik berjumlah 13 keramik

d. Keramik Thailand, koleksi keramik berjumlah 13 keramik

e. Keramik Jepang, koleksi keramik berjumlah 154 keramik

f. Keramik Eropa, koleksi keramik berjumlah 123 keramik.

Koleksi keramik asing yang ditemukan di Jawa Barat berjumlah 587 keramik.

3. Keramik khas daerah Jawa Barat adalah sebagai berikut :

Koleksi keramik Khas Jawa Barat terdiri dari daerah pengrajin keramik Jawa Barat yang terdiri dari :

a. Keramik Cirebon, terdiri dari daerah Arjawinangun dan Sitiwinangun.

b. Keramik Banten, teridiri dari daerah Ciruas dan Serang Banten.

c. Keramik Indramayu, terdiri dari daerah Lelean.

d. Keramik Garut, terdiri dari daerah Sadang Gentong dan babakan Pariuk.

e. Keramik Bandung, terdiri dari daerarah Sukasari.

f. Keramik Purwakarta, terdiri dari daerah Plered.

Selain koleksi keramik pada Museum Keramik pada ruang pameran dipamerkan cara pembuatan keramik tradisional pada umumnya dan memamerkan bahan dan peralatan pembuatan kramik tradisional, diantaranya :

1. Bahan-bahan pembuatan Keramik

a. Tanah

b. Pasir

c. Bahan Glasir

d. Cobal dan Heter Oxide

e. Nikel Oxide

f. TSG ( Transparan Glasir).

2. Peralatan pembuatan keramik

a. Perbot

b. Dalim

c. Babasan

d. Cawi

e. Emal

f. Serat

g. Cetakan

h. Pengorek

2.2.4 Program Aktivitas

A. Pengunjung

Urutan aktivitas berdasarkan Bagan diatas :

1. Masuk ruang penerima membeli karcis mencari informasi dan menunggu pemandu diruang lobby utama museum pada ruang lobby pengunjung dapat melihat gambaran keseluruhan tentang ruang pameran museum keramik pada ruang introduksi.

2. Sebelum Menuju ruang pameran tetap pengunjung dapat melihat :

a. .Pengunjung dapat melihat pemutaran film atau cara pembuatan keramik pada ruang seminar/ruang amphiteater, sehinnga pengunjung mendapatkan informasi tentang sejarah keberadaan keramik di Jawa Barat maupun mencoba sendiri untuk pembuatan keramik pada ruang amphiteater.

a. Untuk mencari data yang lebih sfesifik tentang keramik pengunjung dapat mencari referensi-referensi diruang perpustakaan maupun melalui bimbingan edukatif dan cultural.

b. Sebelum dan sesudah melihat pameran pengunjung dapat beristirahat dengan membeli makanan pada ruang kafe serta dapat memebeli cindera mata seperti tiruab dari benda-benda koleksi yang dipamerkan.

c. Untuk pengunjung yang mencari referensi dapat melihat ruang pameran museum keramik Jawa Barat.

3. Pengunjung setelah melihat pemutaran film dan mengikuti cara pembuatan keramik dapat melihat ruang pameran temporer yang terdiri dari benda koleksi dari sekolah-sekolah seni keramik dan pengrajin temporer di Jawa Barat.

4. Pengunjung melihat ruang pameran keramik asing dan diteruskan dengan melihat ruang pameran keramik khas Jawa Barat.

B. Siswa Kursus

Pulang

Aktivitas untuk Praktek

Untuk aktivitas siswa kursus

1. Siswa kursus melakukan registrasi untuk pendaftran kursus pembuatan keramik.

2. Siswa kursus mendapatkan materi pada kelas desain

3. Siswa kursus mendapatkan Praktek pada ruang paraktek/bengkel keramik yang telah disediakan .

4. Untuk praktek siswa hanya melaksanakan mulai dari pengolahan, pembentukan, pembakaran keramik, sedangkan bahan dasar seperti tanah liat dan bahan lainnya disedikan oleh pengelola museum keramik Jawa Barat.

C. Pengajar

Pulang

Untuk aktivitas pengajar

Sebelum masuk kelas pengajar memepersiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa kursus, mengajar siswa kursus tentang materi keramik.

D. Benda Koleksi

Untuk benda koleksi

Benda koleksi yang dibawa kemuseum keramik sebelum disimpan ke gudang koleksi dan dipamerkan melalui beberapa tahapan antara lain :

1. Benda koleksi yang masuk kemuseum keramik, dibongkar terlebih dahulu

2. Dicatata dan didata untuk diregistrasi tentang keberadaan asal benda koleksi.

3. Bila ada kerusakan benda tersebut akan diperbaiki, dan dirawat.

4. Setalah mengalami perbaikan dan perawatan benda tersebut diawetkan untuk mempertahankan keaslian benda tersebut.

5. Benda tersebut didokumentasikan baik berdasarkan tahun, tempat ditemukannya benda tersebut.

6. Benda disimpan pada gudang koleksi , dan siapkan untuk dipamerkan berdasarkan program yang

7. dibuat oleh bagiankurator. E. Pengelola

1. Bagian Administrasi dan Tata Usaha

Untuk pengelola

a. Pengelola maupun karyawan melakukan absensi.

b. Melakukan tugas masing-masing, pengelolaan museum, pengelolaan administrasi museum, dan pengelolaan tata usaha museum.

c. Istirahat melanjutkan kegiatan dan tugas masing-masing dan pulang.

2. Kelompok Tenaga Fungsional Koleksi

Kelompok tenaga fungsional kolaksi mengumpulkan koleksi dengan cara mengadakn penelitian tamtang benda koleksi dimasyarakat maupun dilingkungan hasil temuan maysarakat tenatng koleksi sebagian diserahkan dengan kesadaran masyarakat dan dengan cara meminta imbalan. Benda kolksi tersebut didata, diteliti dan observasi berdasarkan klasifikasinya, setelah dicatat dan diteliti benda koleksi tersebut diawasi dan disimpan di gudang koleksi .

3. Kelompok Tenaga Preparasi / Konservasi

Kelompok Tenaga Prevarasi / konservasi merawat, memperbaiki benda koeksi yang rusak, mempersiapkan objek untuk dipamerkan dan merencanakan teknik penyajian yang tepat bagi benda koleksi pada ruang pameran.

2.2.5 Program Ruang

Penyusunan program kebutuhan ruang berdasarkan fungsi dan aktivitas ruang .

Kelompok ruang terdiri dari tiga kelompok antara lain :

Ruang Penerima, ruang komersial

Ruang Pamer

Ruang Pengelolaan dan pemeliharaan

A. Kebtuhan Ruang

Dibawah ini kebutuhan ruang berdasarkan fungsi ruang adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Pamer

a. R. Pameran Temporer 138 m

b. .Pameran Tetap 728 m

R. Pameran Keramik Asing 364 m

R. Pameran Keramik Jawa Barat 364 m

3. Fungsi Penerima

a. Lobby : Hall / Penerima 40 m

b. R. informasi 12 m

c. R. Pembelian Tiket 10 m

d. R. Penitipan Barang 10 m

4. Fungsi eukasi

a. Perpustakaan 72 m

b. Studio Kelas 43 m

c. Bengkel 95 m

d. Amphiteater 138 m

e. Auditorium 138 m

5. Fungsi Perawatan dan Penyimpanan

a. R. Kurator 21 m

b. R. Preparator 22 m

c. Laboratorium 68 m

d. R. Registrasi 38 m

e. R. Fumigasi 41 m

f. R. Dokumentasi 16 m

g. G. Sementara 20 m

h. G. Koleksi 160 m

6. Fungsi Pengelolaan

a. R. Kepala Museum 22 m

b. R. Wakil Kepala 13 m

c. R. Sekretaris 8 m

d. R. Administrasi ( Tempat arsip, Bag. Keuangan ) 17 m

e. R. Rapat 45 m

f. R. Bagian Rumah Tangga 38 m

7. Fungsi komersial

a. Kafe 140 m

b. Toko souvenir 20 m

8. fungsi Penujang

a. K. Mandi / Toilet 14 m

b. Mushola 64 m

c. R. Mesin AC 64 m

d. Gudang 30 m

B. Fasilitas

Setelah ditentukan kebutuhan ruang pada ruang tersebut ditetapkan kebutuhan fasilitae, jumlah fasilitas yang disediakan mempertimbangkan antara antara kebutuhan dan daya tampung ruang adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Pamer

a. R. Pameran Temporer

- Sesuai Kebutuhan Benda koleksi yang akan dipamerkan

b. R. Pameran Tetap

c. Vitrin 68 unit

d. Pedestal 15 unit

e. R. Diorama 5 unit

f. Display R introduksi 16 unit

2. Fungsi Peneerima

a. R. Lobby / hall penerima

- Display Introduksi 1 unit

- Kursi Tamu 5 unit

- Meja tamu 2 unit

- Side table 2 unit

b. R. Informasi

- Meja Informasi 1 unit

- Kursi 2 unit

c. R. Pembelian Tiket

- Tempat penjualan Tiket 1 unit

- Kursi 2 unit

d. R. Penitipan Barang

- Meja konter 1 unit

- Kursi 1 unit

- Lemari penitipan 3 unit

3. Fungsi Edukasi

a. Perpustakaan

- Meja Pengawas 2 unit

- Kursi 1 unit

- Meja Baca 7 unit

- Kursi baca 14 unit

- Rak Penitipan 2 unit

- Rak Buku 7 unit

- Rak Buku Gudang 4 unit

b. Studio Kelas desain

- Meja 12 unit

- Rak Peralatan 2 unit

c. Bengkel ( Ruang Praktek )

- Tempat tanah liat 4 unit

- Lemari 8 unit

- Meja pengolahan 2 unit

- Meja pelarikan 6 unit

- Rak keramik 2 unit

- Tempat pembakaran 3 unti

d. Auditorium & Amphiteater

- Kursi 25 unit

- Panggung serba guna

4. Fungsi Perawatan Dan penyimpanan

a. R. Kurator

- Meja Kepala Kurator 1 unit

- Kursi 1 unit

- Meja Kerja 1 unit

- Kursi 4 unit

- Lemari 1 unit

b. R. Preparator

- Meja kepala 1 unit

- Kursi 1 unit

- Meja kerja 1 unit

- Kursi 5 unit

- Lemari 1 unit

c. Laboratorium

- Meja Kepala 1 unit

- Kursi 1 unit

- Meja Kuratorial 3 unit

- Kursi 3 unit

- Meja Kerja 2 unit

- Kursi 6 unit

d. R. Registrasi

- Meja Kepala 1 unit

- Kursi 1 Unit

- Meja staf 3 unit

- Kursi 3 unit

- Meja registrasi 4 unit

- Kursi 4 unit

e. R. Fumigasi

- Lemari keramik 5 unit

- Lemari Peralatan 2 unit

f. R. Dokumentasi

- Meja 2 unit

- Kursi 2 unit

- Lemari 2 unit

g. G. Sementara

- Lemari Keramik 5 unit

h. Gudang. Koleksi

- Lemari koleksi 15 unit

5. Fungsi Pengelolaan

a. R. Kepala Museum

- Meja Kerja 1 unit

- Meja telpon 1 unit

- Kursi 1 unit

- Lemari 2 unit

- Kursi Sofa 2 seater 1 unit

- Kursi tamu 3 seater 1 unit

- Meja tamu 1 unit

b. R. Wakil kepala

- Meja Kerja 1 unit

- Kursi 1 unit

- Kursi tamu 2 unit

- Lemari 3 unit

c. R. Sekretaris

- Meja kerja 1 unit

- Kursi 1 Unit

- Kursi tamu 2 unit

- File kabinet 2

d. R. Bag. Administrasi

- Meja Kabag 3 unit

- Kursi kabag 3 unit

- Kursi tamu 6 unit

- Meja Staf 7 unit

- Kursi Staf 7 unit

- File Kabinet 7 unit

e. R. Bag. Rumah Tangga

- Meja Kabag 1 unit

- Kursi 1 unit

- Kursi tamu 2 unit

- Lemari 1 unit

- Meja Staf 3 unit

- Kursi staf 3 unit

6. Fungsi Komersial

a. Kafe

- Meja Saji 1 unit

- Meja Persiapan 2 unit

- Meja kafe (5 Orang) 6 unit

- Meja kafe (2 orang) 12 unit

- Kursi kafe 54 unit

b. Toko Souvenir

- Display konter 2 unit

- Rak pajang 3 unit

- Kursi 2 unit

BAB III

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

RUANG PAMERAN KERAMIK JAWA BARAT

3.1 Analisa Konsep Bentuk Arsitektur

Selasar sunaryo Art Space

Merupakan lembaga swasta yang menjalankan fungsi mewadahi proses kegiatan, dan karya seniman sunaryo. Galeri seni rupa ini bertempat di Jl. Bukit Dago Timur 100, Bandung.

Mengambil konsep selasar yang memberikan arti tersendiri pada konsep aktivitas di galeri tersebut, pada dasarnya konsep yang dianut tidak murni konsep museum seni dan bukan juga murni konsep galeri seni. Konsep bangunan sendiri adalah tranformasi kuda lumping sebagai suatu kesenian tradisional ( dirangkum dari data teknis petugas dan kurator setempat. Fungsi dan fasilitas pada Selasar Sunaryo Art Space adalah sebagai berikut :

a. R. Pamer tetap dan temporer

b. R. Khusus Audio dan Video

c. R. Pengelola

d. R. Penyimpanan

e. Kafe

f. Mushola

g. Amphiteater

h. Art Shop

Bangunan ini untuk setiap masa didesain dengan bentuk dasar kotak solid yang ditranformasi seolah mengalami rotasi. Bentuk ini dicapai menggunakan dinding miring yang juga berfungsi sebagai pembentuk proporsi masa bangunan. Pada bangunan ini penggunaan dinding-dinding miring pada masa dasar kotak solid membantu memasukan cahaya kedalam bangunan dengan cara yang menimbulkan estetika. Cahaya tidak akan masuk secara langsung melainkan melalui celah-celah pada pertemuan bidang dinding.

Pada bangunan museum ini terdapat 3 masa bangunan yaitu banguanan penerima, banguanan gallery, dan bangunan pengelola. Setiap bangunan memiliki jumlah lantai yang berbeda. Bangunan penerima memiliki 2 lantai, banguanan galeri 3 lantai, bangunan pengelola memiliki lantai semi basement lantai 1. bangunan berbentuk asimetris, memiliki atap datar, banyak permainan gari-garis horizontal. Setiap masa didesain dengan bentuk dasar kotak solid yang ditranformasi seolah mengalami rotasi. Bangunan ini dicapai dengan penggunaan dinding miring yang juga berfungsi sebagai pembentuk proporsi masa bangunan.

Pengolahan fasade menyatu terlebih pada konsep pendekatan fungsi, objek dan tematis. selain itu gubahan masa dan tata letak juga akan mempengaruhi, dengan demikian muncul bukaan kecil pada tempat yang tidak umum untuk mewadahi aspek tematis, dan terdapat juga bukaan besar yang akan menggabungkan anatar ruang termasuk termasuk ruang dalam, ruang luar. Fasade tersebut dibiarkan diam membisu untuk menimbulkan suasana kontemplasi bagi para pengunjung museum. Beberapa bukaan pada bidang-bidang diolah untuk mendukung

tercapainya fasade bangunan kontemporer. Fasade juga menjadi permainan aspek tematis cahaya.

(Dikutip dari laporan perencanaan TA Museum Impresionisme Di Bandung, Departemen Arsitek Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITB).

Museum keramik Jawa Barat merupakan fasilitas untuk pemeliharaan, pemanfaatan dan perawatan benda cagar budaya dengan tujuan memberikan fasilitas edukasi dan rekreasi. Arah desain yang akan diterapkan pada interior ruang museum keramik adalah interior ruang yang memberikan kenyamanan, ketenangan, keamanan kepada pengunjung dan menciptakan suasana/atmosfir yang dapat memberikan informasi tentang karakteristik keramik tersebut.

3.2.Tema Dan Gaya

a. Tema

Tema yang akan diterapkan pada ruang pameran keramik Jawa Barat adalah keramik di masa sekarang . Keramik yang dilihat dari segi fungsi di masa sekarang, pada masa datangnya pengaruh asing keramik oleh masyarakat sering digunakan sebagai peralatan untuk melengkapi upacara adat tradisional , pada masa sekarang , ketika pelaksanaan upacara adat tradisional telah melonggar dibeberapa tempat , terdapat perubahan penggunaan fungsi fungsi benda keramik tersebut. Dimana keramik sering digunakan sebagai hiasan untuk melengkapi dekorasi rumah mewah maupun fasilitas publik. Dari pada digunakan sebagai sesuai dengan fungsi praktisnya maupun fungsi ritualnya seperti pada masa sebelumnya. Selain peralihan fungsi keramik dimasa sekarang pembuatan keramik menggunakan teknologi pembuatan baik dalam pembentukan maupun dalam pemberian hiasan (glasir) yang lebih banyak menggunakan bahan kimia untuk bahan campurannya. Penerapan oranamen pada keramik masa sekarang lebih menonjolkan ornamen yang terbentuk oleh warna dengan permukaan rata tanta ada ornamen yang timbul seperti relief.

b. Gaya

Gaya yang akan diterapkan untuk mendukung agar karakteristik benda koleksi keramik dapat dinikmati sepenuhnya oleh pengunjung secara detail dan jelas. Tuntutan fungsi ruang serta karakteristik keramik menjadi alasan untuk memilih gaya kontemporer yang memiliki arti mutakhir serta bersifat praktis, efisien, dan fungsional yaitu dirancang untuk memenuhi suatau kebutuhan tertentu. Anti ornamen yang didukung konsepsi kejujuran material, penghematan, konsistensi logika, keterusterangan, dan kesederhanaan. Dengan mengacu pada gaya kontemporer rancangan interior secara keseluruhan merupakan terjemahan sifat atau karakteristik dari gaya tersebut antara lain :

pengungkapan sifat sederhana ini diwujudkan dalam penggunaan warna dan bentuk dalam suatu ruang . warna netral yang bertektur dipadukan dengan warna gelap. Tidak ada unsur ornamen namun bentuk ruang mengikuti karakteristik bentuk keramik antara lain bentuk dinamis yang diaplikasikan pada display maupun pada elemen pembentuk ruang dengan bentuk lengkung.

3.3. Konsep DisplayBerdasarkan pada faktor teknik penyajian dan metode penyajian museum diatas, metode yang digunakan pada ruang pamer museum keramik Jawa Barat mengikuti metode yang berdasarkan motivasi pengunjung , antara lain :

a. Memamerkan Benda koleksi keramik

b. Memberikan keterangan-keterangan mendetail baik sejarah, maupun asal benda koleksi tersebut.

c. Memberikan suasana tentang pembuatan keramik secara umum dengan adanaya diorama pembuatan keramik tradisional pada ruang pameran.

Sedangkan metode yang dapat mendukung ketiga metode motivasi berdasarkan pengunjung diatas adalah :

a. Memamerkan Keramik yang memiliki ciri khas setiap daerah

b. Memamerkan bahan dan peralatan pembuatan keramik

c. Memamerkan proses pembuatan keramik dan peralatannya.

Untuk dapat memamerkan semua metode diatas teknik penyajiannya menggunakan pendisplayan sebagai berikut :

a. Vtrin, untuk keramik yang memiliki ciri khas dan keramik langka.

b. Pedestal ( Kotak Alas)

c. Foto yang menjelaskan tentang keramik

d. Keterangan tentang asal keramik maupun tentang sejarah benda koleksi itu sendiri

e. Diorama untuk menjelaskan proses pembuatan dan memamerkan peralatannya.

3.4 Konsep Warna

Untuk memamerkan karakteristik benda koleksi yatu keramik yang memiliki aneka ragam bentuk dan warna, dalam pemilihan warna harus memilih warna yang dapat memantulkan warna-warna benda koleksi, maka untuk pemilihan warna yang akan diterapkan pada ruang pameran keramik Jawa Barat terdiri dari :

a. Warna netral yaitu putih untuk menonjolkan karakteristik keramik sehingga pengunjung dapat melihat keramik dengan detail. Warna putih memiliki karakter positif, merangsang, cemerlang, ringan, lembut, halus, dan kuat. Warna putih diterapkan pada elemen pembentuk ruang maupun pada finishing furniture benda koleksi.

b. Warna aksen menggunakan warna tua yaitu warna coklat tua yang memiliki sifat hangat, istirahat. Warna coklat dipilih sebagai pembatas ruang semu yang dikombinasikan pada furniture maupun pada bagian atas dan bawah kolom, untuk memisahkan antara ruang dalam dan ruang luar warna coklat diterapkan pada finishing lantai. Warna coklat tersebut diaplikasikan pada ruang dengan menggunakan material kayu dan bahan finishing melamik salak brown.

c. Untuk lantai ruang dalam memilih lantai yang memiliki kesan warna ringan, warna yang dipilih untuk lanatai warna abu-abu yang memiliki tekstur visual.

3.5 Konsep Bentuk

Elemen-elemen yang menyatu membentuk ruang, baik lantai dinding, ceiling dirancang bukan hanya sebagai pembatas atau pelingkup ruang secara fisik, tetapi untuk menciptakan suasana dan memberikan ciri tersendiri. Bentuk ruang pamer terutama dinding menggunakan bentuk lentur atau lengkung, bentuk tersebut diambil dari bentuk karakteristik benda koleksi yaitu keramik yang memiliki bentuk karakteristik lentur, dinamis dan fleksibel. Untuk ruang yang terbuang akibat pencapaian bentuk lengkung diguanakan sebagai ruang maintenance (pemeliharaan) sehingga ruang yang terbuang dapat diminimalkan.

Untuk furniture lebih dominan mengikuti dari bentuk karakteristik keramik untuk memberikan kesan kesatuan bentuk antara elemen pembentuk ruang dengan furniture. Furniture memiliki bentuk sederhana ditujukan untuk menampilkan karakteristik benda koleksi pada ruang pameran yaitu keramik. Tidak hanya pada dinding dan furniture bentuk lengkung tersebut diterapkan pada sebagian elemen pembentuk ruang yang lain seperti lantai dan ceiling

3.6 Konsep Material

Material yang digunakan untuk mendukung tercapainya bentuk ruang yang dinamis, lentur dan fleksibel, selain untuk menciptakan kesan ruang material juga harus mampu menyerap suara, tahan terhadap getaran dinamis maupun statis, material yang digunakan pada ruang pamer adalah sebagai berikut :

Dinding : menggunakan Dinding partisi dengan menggunakan material gypsum board 12 mm dan multipleks 9 mm yang dilapis dengan plywood 3 mm, dengan menggunakan rangka sistemmodul 60 x 60 cm.

Lantai : menggunakan material yang memiliki unsur seperti benda koleksi keramik , dengan penggunaan material teraso dan sebagai pembatas ruang semu memilih lantai dengan material kayu parquete jati untuk memberi kesan hangat serta mudah dalam perawatan, dan pemeliharaan.

Ceiling : menggunakan material yang ringan, material yang digunakan gypsum board 9mm dengan kombinasi penaikan dan penurunan katinggian ceiling. Pada ceiling tidak diperlihatkan sambungan gysum sehingga tidak terlalu banyak garis.

Furniture : mengunakan material yang mudah dalam perawatan dan pemeliharaan, material yang digunakan adalah material multipleks 12 mm yang dilapis dengan plywood 3 mm.

Untuk pemilihan material yang digunakan untuk elemen pembentuk ruang dan furniture berdasarkan pada criteria fungsional antara lain material yang dapat menyerap suara dan cahaya, mudah dalam pemeliharaan, tahan lama, mudah dalam pemasnagan.

3.7 Konsep Furniture

Furniture sebagai fasilitas untuk memamerkan benda koleksi dirancang berdasarkan pada kebutuhan ruang benda koleksi, dan disesuaikan dengan tujuan ruang pamer. Furniture untuk penempatan benda koleksi desertai dengan tempat keterangan untuk menginformasikan tentang benda koleksi keramik. Furniture dikelompokan berdasarkan sifat benda koleksi yaitu : benda koleksi langka menggunakan furniture yang bertutup kaca, benda koleksi yang dapat dilihat secara keseluruhan menggunakan furniture yang bergerak berputar. Perancangan furniture berdasarkan pada ukuran, proporsi dan volume benda koleksi yang dipamerkan, untuk memperoleh manfaat dan kenyamanan.

Furniture pada ruang pameran dipasang secara built in untuk meminimalkan adanya celah pada setiap elemen furniture.

3.8 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi pada ruang pamer menggunakan sirkulasi sistem sirkulasi linier yaitu masuk ruang pameran dan keluar ruang pameran ada pada area yang sama, pada bagian ruang lobby.

Untuk sirkulasi didalam ruang pameran atau storyline yang diguanakan berdasarkan pada kronologis waktu dan dikelompokan menurut daerah asal keramik itu sendiri, secara detail dibawah ini dijelaskan story line pada ruang pameran dan pada setiap daerah.

a. Story line secara garis besar dimulai dari ruang introduksi untuk memberikan gambaran benda koleksi yang dipamerkan, koleksi keramik Cirebon, Koleksi keramik Banten, koleksi keramik Indramayu, koleksi keramik Garut, koleksi keramik Bandung, Koleksi Keramik Plered Purwakarta, memamerkan proses urutan pembuatan keramik serta terakhir memamerkan bahan dan peralatan pembuatan keramik.

Pemilihan urutan diatas berdasarkan pada kronologis waktu kedatangan keramik asing di Jawa Barat, keramik asing tersebut pertama datang di daerah pesisir pantai Cirebon pada suatu kerajaan, daerah banten, daerah indramayu dan selanjutnya menyebar kedaerah bagian dalam Jawa Barat seperti Bandung, Garut, Plered (Purwakarta). Untuk urutan benda koleksi keramik pertama memamerkan keramik Jawa Barat yang memiliki pengaruh ragam hias dan bnetuk keramik asing dan keramik Tradisional Jawa Barat yang dimulai dari masa sejarah awal, masa kerajaan, masa kesultanan Cirebon dan Banten hingga keramik modern yang dibuat oleh pengrajin temporer.

b. Story line pada setiap daerah asal keramik berdasarkan pada kronologis waktu antara lain, sebagai berikut :

c. Ruang pameran Keramik Cirebon : dimulai dengan memamerkan keramik yang memiliki pengaruh dari bentuk dan ragam hias keramik asing berdasrkan kronologis waktu / tahun keramik, keramik tradisional yang terbagi atas : keramik pada masa sejarah awal, masa kerajaan, masa kesultanan Cirebon dan banten hingga keramik pada masa sekarang (modern ).

d. Keramik Banten dan Indaramayu memiliki urutan story line yang sama dengan ruang pameran keramik Cirebon.

e. Ruang pamer keramik Garut, Bandung, dan Keramik Plered story line yang digunakan memamerkan keramik tradisional yang dimulai dengan memamerkan keramik pada masa sejarah awal, masa kerajaan, masa kesultanan Cirebon dan Banten, Keramik masa sekarang ( modern ), tetapi pada ruang pamer keramik plered dipamerkan keramik yang memiliki ciri khas tersendiri.

f. Untuk memamerkan unsur-unsur yang berkaitan dengan keramik dimulai dengan memamerkan urutan proses pembuatan keramik pada diorama dengan dilengkapi oleh foto-foto penunjang menjelaskan proses/cara pembuatan keramik mulai dari pengolahan hingga kepembakaran, dan memamerkan terakhir memamerkan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan keramik.

Untuk sirkulasi ruang pada ruang pameran sebagian dibentuk oleh penataan bentuk furniture.

3.9 Konsep Utilitas

a. Pencahayaan

Pencahayaan pada ruang pamer museum keramik Jawa Barat terdiri dari pencahayaan yang sifatnya umum (general Ligthing ) dan pencahayaan yang sifatnya pencahayaan khusus.

Untuk pencahayaan yang sifatnya general menggunakan pencahayaan menyebar dengan menggunakan fluorescence. Untuk benda koleski yang dipamerkan menggunakan pencahayaan khusus, pencahayaan khusus yang diguanakan adalah sebagai berikut :

a. Recessed incan Down light, digunakan untuk pencahayaan benda koleksi yang tidak tertutup kaca yang diletakan pada pedestal , serta benda koleksi yang dipamerkan pada display kolom.

b. Recessed Wallwasher, digunakan untuk pencahayaan benda koleksi dalam vitrin, sehingga cahaya tidak dapat dipntulkan olek kaca vitrin yang akan mengakibatkan silau mata.

Untuk pencahayaan yang sifatnya general menggunakan recessed Fluorenscent : 2 x 18 watt, menggunakan reflektor warna putih. Penggunaan reflector ini untuk menghinadri batas kesialauan dan energi yang terbuang relatif sedikit.

Untuk pencahayaan khusus :

Recessed Incan Down Light

Untuk down light menggunakan jenis lampu hallogen 20 watt dengan diameter armatur 10 cm , alumunium reflektor

Recessed Wallwasher

Hallogen 20 watt, alumunium reflector warm light dengan diameter armatur 15 cm.

Recessed Fluorescent 2 x 18 watt menggunakan reflektor warna putih natural.

c. Penghawaan

Penghawaan menggunakan AC Split ( Perlantai ) dengan distribusi udara segar merata keseluruh ruangan.untuk itu dalam ruang ditempatkan AC pada beberapa sisi dindingnya tergantung keluasan ruang.

Dengan menggunakan AC Split, temperatur dapat diatur sesuai kebutuhan dan dapat dimatikan sewaktu-waktu dari dalam ruangan. Kondisi udara yang paling nyaman adalah :

a. Temperatur 18 C 20 C ( 65 F 68 F )

b. Tingkat perubahan udara 25 m /jam

c., Relatif kelembaban udara 40% - 60%

d. Pengamanan

1. Pengamanan yang ditujukan untuk bahaya akibat ulah manusia dilakukan dengan pencurian dilakukan dengan cara :

Sistem perlindungan dalam ( interior protection system )

Dengan peralatannya adalah :

Sensor pemberitahuan bila kaca pecah ( glass breaking cencor )

Kamera pemantau ( Photoelectronic eyes )

Untuk display pedestal keamanan menggunakan perbedaan material lantai, menggunkan lantai terasso yang kasar.

2. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan adalah :

Alat pendeteksi panas ( thermal detector )

Alat pendeteksi asap ( smoke detector )

Jenis-jenis alat kebakaran :

Sistem penyemprotan ( sprinkler system )

Tabung pemadam api ( portable fire extingusher )

3. Akibat lingkungan mikro klimatologi

Berdasarkan standar internasional, standar untuk tinggi rendahnya suhu, kelembaban udara relatif, dan intensitas cahaya yang disarankan pada keramik koleksi museum adalah sebagai berikut :

Suhu

: 24 0.5 C

Kelembaban udara relatif : 50 5 %

Intensitas cahaya : < 300 luxDaftar Pustaka

Adhyatman, Sumarah, Tempayan Di Indonesia, Himpunan Keramik Indonesia, Pangeran Djajakarta, Jakarta, 1977.

Adhyatman, Sumarah, Antique Ceramik Found in Indonesia ( 2 nd Edition), The Ceramik Society Of Indonesia, Jakarta, 1990.

Catalogue Creation Comfort Lighting, PT. Kreasi Mustika, Tanggerang.

Ching, Francis DK, Interior Design Illustrated, penerbit Erlangga, Jakarta, 1996.

Neufert, Ernst, Fasilitas Museum, Data Arsitek Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.

Pameran Dari Tanah Liat Sampai Ke Wadah, Museum Negeri Jawa Barat, Bandung, 1983.

Panero Julius, Zelnik Martin, Human Dimension & Interior Space, London, 1979

Pedoman pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992.

Reznikop. S. C, Interior Graphic And Design Standards, Newyork 1986

Selintas Keramik Di Jawa Barat ( Koleksi Museum Sri Baduga ), Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Jawa Barat, Bandung, 2001.

Soekono, IGN, Pengamanan Museum (Museum Security), Proyek Pembinaan Permuseuman Jakrta, Direktorat Permuseuman, Jakarta, 1996.

Darmasetiawan, Christin, Teknik pencahayaan Dan Tata Letak Lampu jilid 1, PT. Mediakreasi Lokanusa Industri, Jakarta, 1991.

Masuk Gedung

Membeli Karcis

Titip Barang

Mencari Informasi

Menunggu Pemandu

Melihat Pameran Temporer

Melihat Pameran Tetap

Keluar Gedung

Melihat Cara Pembuatan Keramik

Melihat film

Diskusi Seminar

Perfustakaan

Kafe

Membeli makanan / Minuman

Toko Souvenir

Membeli

Cindera Mata

Registrasi

Belajar

Menyiapkan Materi

Mengajar

Dibongkar

Dikemas

Dimuat

Dicatat

Didata

Diperbaiki

Dirawat

Didokumentasikan

Simpan

Dipanerkan

Diawetkan

Absensi

Tugas

Masing-masing

Aktivitas

Sehari-hari

Istirahat

Pulang

Pengeringan

Pembakran

Praktek

Kepala Museum

Mengaduk Tanah Pemebntukan

Pengolahan

Persiapan Tanah Liat

Dekorasi

Memakai Lapisan

Sub bagian

Tata Usaha

Kelompok

Tenaga Fungsional

Koleksi

Kelompok

Tenaga Fungsional

Preparasi/Konservasi

Kelompok

Tenaga Fungsional

Bimbingan/Edukatif

Mendata

Meneliti

Mengawasi Keluar masuknya Koleksi

Mengumpulkan

Koleksi

Merawat, memperbaiki benda koleksi

Mempersiapkan Objek untuk dipamerkan

R. Perawatan

R. Pameran

Perkantoran & Administrasi

Auditorium

R. Penerima

Merencanakan Teknik Penyajian

PAGE 1