Jbptitbpp Gdl Maryamdewi 27674 7 2007ta 6

19
BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS VI.1 Ketentuan Pelaksanaan VI.1.1 Bangunan Sementara Bangunan sementara adalah bangunan direksi, bangunan kerja, gudang bahan-bahan, dan lain-lain. Bangunan sementara dibuat di lokasi proyek. Besar kecilnya ukuran bangunan sementara disesuaikan dengan kebutuhan. Bangunan direksi dan bangunan kerja harus dilengkapi dengan 2 (dua) buah meja tulis, 2 (dua) buah kursi, ruangan untuk buang air dan cuci tangan, perlengkapan dan penyediaan obat-obatan (P3K), peti untuk menyimpan barang, lemari, dan lain-lain yang kira-kira diperlukan. Semua bangunan sementara harus dibongkar setelah pekerjaan selesai, dan bekas bongkarannya menjadi milik pemberi tugas. VI.1.2. Ketentuan Penyelidikan Bahan/Alat Semua ketentuan bahan yang harus disediakan oleh pemborong harus memenuhi Standar Normalisasi Indonesia, dan Standar Pemeriksaan Umum Bahan-bahan (PUBB), sedangkan untuk beton berlaku Peraturan Umum Beton Bertulang Indonesia (PBBI). Pemborong diwajibkan mengirim contoh-contoh bahan yang diberikan kepada pemberi tugas, bahan yang kualitasnya diragukan akan dikirim ke kantor Penyelidikan Bahan-Bahan Bangunan atas biaya pemborong. Apabila ternyata terdapat bahan-bahan yang dinyatakan tidak baik oleh pemberi tugas dilapangan pekerjaan, maka pemborong harus segera mengangkut bahan-bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari. Pemborong wajib menyediakan barang-barang antara lain : Concrete mixture VI-1

description

Jbptitbpp Gdl Maryamdewi 27674 7 2007ta 6

Transcript of Jbptitbpp Gdl Maryamdewi 27674 7 2007ta 6

BAB VI

SPESIFIKASI TEKNIS

VI.1 Ketentuan Pelaksanaan

VI.1.1 Bangunan Sementara

Bangunan sementara adalah bangunan direksi, bangunan kerja, gudang bahan-bahan,

dan lain-lain. Bangunan sementara dibuat di lokasi proyek. Besar kecilnya ukuran

bangunan sementara disesuaikan dengan kebutuhan. Bangunan direksi dan bangunan

kerja harus dilengkapi dengan 2 (dua) buah meja tulis, 2 (dua) buah kursi, ruangan

untuk buang air dan cuci tangan, perlengkapan dan penyediaan obat-obatan (P3K),

peti untuk menyimpan barang, lemari, dan lain-lain yang kira-kira diperlukan. Semua

bangunan sementara harus dibongkar setelah pekerjaan selesai, dan bekas

bongkarannya menjadi milik pemberi tugas.

VI.1.2. Ketentuan Penyelidikan Bahan/Alat

Semua ketentuan bahan yang harus disediakan oleh pemborong harus memenuhi

Standar Normalisasi Indonesia, dan Standar Pemeriksaan Umum Bahan-bahan

(PUBB), sedangkan untuk beton berlaku Peraturan Umum Beton Bertulang Indonesia

(PBBI).

Pemborong diwajibkan mengirim contoh-contoh bahan yang diberikan kepada

pemberi tugas, bahan yang kualitasnya diragukan akan dikirim ke kantor

Penyelidikan Bahan-Bahan Bangunan atas biaya pemborong.

Apabila ternyata terdapat bahan-bahan yang dinyatakan tidak baik oleh pemberi tugas

dilapangan pekerjaan, maka pemborong harus segera mengangkut bahan-bahan

tersebut keluar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.

Pemborong wajib menyediakan barang-barang antara lain :

• Concrete mixture

VI-1

• Concrete internal

• Concrete external vibrator

• Vibrator

• Pompa air

• Water pass, dan lain-lain.

VI.1.3. Gambar-Gambar

Gambar-gambar kerja untuk seluruh pekerjaan harus selalu ada di lapangan setiap

waktu. Gambar-gambar kerja harus dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan

menunjukkan perubahan-perubahan terakhir.

VI.1.4 Rencana kerja

Sebelum dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan pemborong harus membuat rencana

kerja yang disetujui direksi dan diajukan selambat-lambatnya satu minggu setelah

pelulusan pekerjaan. Dalam rencana kerja harus dilampirkan Network Planning,

daftar staf ahli di lapangan, dan daftar peralatan.

VI.1.5 Peraturan Terkait

Tata cara pelaksanaan dan lain-lain yang berhubungan dengan peraturan

pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia selama pelaksanaan kontrak

ini harus betul-betul ditaati. Peraturan-peraturan tersebut adalah :

• Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan NI-3 (PUBB)

1965, NI-3 1963, PUBB 1969.

• Peraturan-peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)

• Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI 18/1969)

• Peraturan Perburuhan Indonesia (tentang penggunaan tenaga harian,

mingguan, bulanan, dan borongan)

• Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI 5 1961)

VI-2

• Peraturan Perusahaan Listrik Negara tentang instalasi listrik dan tenaga

(POL.L-NI 6)

• Peraturan Perusahaan Air Minum Negara.

VI.2. Spesifikasi Teknis Material

VI.2.1 Umum

Seluruh material yang ditawarkan pemborong harus memenuhi persyaratan teknis

baik kualitas maupun ukurannya. Untuk material bekas pabrik yang ditawarkan

pemborong, harus ada data-data pokok yang dilampiri dengan brosurnya. Bagi

kontraktor yang memenangkan pelelangan harus menunjukkan contoh setiap material

yang ditawarkan untuk mendapatkan persetujuan direksi.

VI.2.2 Semen Portland

Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat dalam standar NIS.

Semen dapat diterima berdasarkan hasil penyelidikan selama 7 hari, disertai riwayat

kualitas dari penghasil semen selama 12 bulan terakhir.

Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan semen pada tempat-tempat

yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• semen senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain

yang merusak.

• lantai gudang harus kuat dan minimal berjarak 30 cm dari atas tanah.

• gudang harus cukup untuk memuat semen dalam jumlah besar sehingga

tidak menimbulkan kemacetan dalam penerimaan atau pengeluaran

semen.

• semen dalam sak-sak tidak boleh ditumpuk lebih dari 2 m.

VI-3

VI.2.3. Agregat Kasar, Pasir, dan Batu

Segala cara yang dilaksanakan pemborong untuk pengangkutan, pembongkaran,

pengerjaan dan penimbunan agregat kasar, pasir, dan batu harus mendapat

persetujuan direksi.

Tempat penimbunan harus dibersihkan, diatur sedemikian rupa sehingga pasir atau

agregat kasar tersebut tidak berceceran, dan tidak terkena kotoran lain pada waktu

hujan atau kena air rembesan.

Pemborong atas biaya sendiri harus mengolah kembali pasir atau agregat kasar yang

kotor atau tercecer karena penimbunan yang tidak sempurna. Tinggi timbunan

maksimum adalah 1,23 m dan tidak boleh dipindahkan tempatnya kecuali atas

instruksi direksi.

a. Pasir

Semua pasir yang diperlukan harus diperoleh pemborong dari sumber yang disetujui

direksi. Pemborong menanggung semua masalah dan biaya yang dibutuhkan untuk

memperoleh pasir tersebut.

Pemborong harus memberikan contoh pasir yang akan dipakai dalam jumlah yang

cukup sebelum pemakaian. Pasir harus bersih dan terbebas dari gumpalan-gumpalan

tanah, alkalis, bahan-bahan yang mengandung organik, dan kotoran-kotoran lainnya

yang dapat merusak.

Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan antara 2 sampai 32, atau sesuai

dengan PBI 1972, atau sesuai dengan ketentuan seperti tersaji dalam Tabel VI.1.

VI-4

Tabel VI.1. Kehalusan Pasir Beton

No % Satuan Timbangan Saringan Tertinggal di Saringan

4 0-15 8 6-15 16 10-25 30 10-30 50 10-30 100 12-30 PAN 3-7

(Peraturan Beton Indonesia, 1972)

Apabila presentase yang tertinggal di saringan no 16 adalah 20%, maka batas

maksimum untuk yang tertinggal di saringan no 8 dapat naik sampai 20%. Pasir

pasang harus memenuhi gradasi seperti yang terdapat pada Tabel VI.2.

Tabel VI.2. Kehalusan Pasir Pasangan

No Saringan % Timbangan Melalui Saringan 8 100

100 15 (maksimum) (Peraturan Beton Indonesia, 1972)

b. Agregat Kasar

Agregat kasar yang diperoleh pemborong harus berasal dari sumber yang disetujui

oleh direksi. Pemborong harus menanggung semua permasalahan dan biaya yang

diperlukan untuk memperoleh agregat kasar tersebut. Agregat kasar harus bersih dan

bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau panjang-panjang, bahan

alkalis, atau organis dan substansi lain yang merusak. Berat substansi yang merusak

tidak boleh lebih dari 3 %.

Agregat kasar harus terdegradasi baik dengan ukuran 5–50 mm. Modulus kehalusan

butir harus berada antara 6,0–7,5 atau memenuhi standar PBI-1971. Agregat kasar

VI-5

yang tidak memenuhi ketentuan tersebut harus disaring kembali atas biaya

pemborong.

c. Batu

Batu yang digunakan adalah batu kali atau batu pecah dari gunung atau batu-batu

besar yang bermutu granit, kwasit, dan trap yang mempunyai berat jenis minimum

2,40 gr/cm3 dan kekuatan tekan tidak kurang dari 40 kg/cm2, keras, kekar, bersih,

penuh, bebas pori-pori, dan bebas cacat belah-belah.

VI.2.4. Air

Air yang digunakan untuk pengadukan beton atau pembuatan spesi harus

menggunakan air tawar yang bersih dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

• tidak mengandung minyak dan bagian-bagian terapung/melayang

• harus netral atau sedikit alkalis

• kadar sulfat maksimum adalah 0,5 % atau 5 gr/l, kadar klor maksimum

adalah 1,5 % atau 15 gr/l

• banyaknya KMnO4 maksimum yang dipakai untuk mengoreksi air kotor

organik didalam air adalah 1000 mg/l.

Apabila contoh air tidak dapat dilakukan, maka dalam hal keragu-raguan mengenai

air harus dilakukan percobaan perbandingan antara kekuatan tekanan mortal semen-

pasir dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai apabila

kekuatan tekanan mortal dengan pemakaian air tersebut pada umur 7 dan 28 hari

paling sedikit adalah 90 % kekuatan mortal dengan memakai air suling pada umur

yang sama.

VI.2.5. Baja Tulangan

Baja tulangan harus dari baja yang lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 dan

tegangan maksimum 5000 kg/cm2. Bahan-bahan tersebut dalam segala hal harus

memenuhi ketentuan PBI-1971 atau Jepang kelas 5.R.24 atau 4.24.

VI-6

Baja tulangan harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh

disimpan di tempat terbuka dalam waktu lama.

VI.2.6. Baja Struktur Profil

Penyediaan bahan harus lengkap dengan peralatannya dan disesuaikan dengan mutu

kelas I. Mutu baja profil, pelat-pelat simpul, baut, mur, dan paku keling harus

memenuhi persyaratan minimal yang mempunyai kekuatan normal 3700 kg/cm2.

Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan baja harus diperoleh dari

suplier yang disetujui oleh pemberi tugas. Pasangan-pasangan yang tepat, bentuk,

tebal ukuran, berat, dan detail-detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus

disediakan. Bahan baja kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas harus sesuai

dengan PUBB-56.

Baut dan paku keling yang digunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran

yang sesuai dengan yang tercantum pada gambar. Kekuatan baut atau paku keling

minimal harus sama dengan kekuatan baja profil dan pelat simpul. Pemasangan baut

dan paku keling harus benar-benar kokoh.

VI.2.7 Standar Pipa

Jenis-jenis pipa yang dipergunakan dalam pengerjaan ini adalah pipa dari jenis

Ductile Cast Iron Pipe (DCIP). Pipa galvanis yang didatangkan dari suplier harus

dalam keadaan utuh/baru dan semua dalam keadaan terlindung, dan sesuai dengan

kelas yang disyaratkan dan memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

• pipa besi yang dimaksud disini adalah lengkap dengan soket dan

perlengkapan-perlengkapan sambungan

• penyambungan dilakukan dengan mengikuti ketentuan pabrik

• minimum hidrostatic test pressure harus mencapai 10 atm

• pipa yang digunakan harus dari jenis kelas 1

• pipa yang ditawarkan harus baru dan dijamin keutuhannya.

VI-7

VI.2.8 Perlengkapan Pipa

Perlengkapan pipa yang dimaksud adalah perlengkapan yang sesuai untuk macam

pipa yang digunakan. Sambungan dilakukan dengan union socket. Minimum

hidrostatic test pressure yang harus dicapai sesuai dengan yang berlaku untuk

pipanya.

VI.2.9 Gate Valve

Gate valve yang digunakan adalah Round Flange Valve dengan Direct Drive Non

Rising Stem. Kriteria lain yang harus dipenuhi:

• minimun leakage pressure adalah 8 atm

• spendel terbuat dari brause

VI.3 Persyaratan Teknis Pekerjaan Sipil/Konstruksi

Ruang lingkup pekerjaan sipil meliputi: pekerjaan persiapan, pekerjaan pematangan

tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan bata dan plesteran, pekerjaan

kayu, pekerjaan atap, pekerjaan kaca, serta pekerjaan sarana jalan.

VI.3.1 Perkerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan awal dari kegiatan pembangunan. Lokasi tempat

pembangunan harus dibersihkan dari hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran

kerja, misalnya: pohon, akar-akar tanaman, dan semak-semak di lokasi tersebut. Pada

tahap ini juga dibuat sarana penunjang lain seperti pembuatan kantor kontraktor dan

konsultan, pemasangan genset, dan lain-lain.

VI.3.2 Pekerjaan Pematangan Tanah

Pada tahap pekerjaan ini dilakukan persiapan lokasi pembangunan IPAL agar

mencapai elevasi yang telah direncanakan dalam gambar rencana penempatan unit-

unit pengolahan.

VI-8

Pekerjaan tanah tersebut meliputi:

a. pekerjaan pengukuran dan pematokan

b. pekerjaan pembersihan lokasi

c. pekerjaan penggalian

d. pekerjaan pengurugan.

Pekerjaan penggalian tanah dilakukan sesuai dengan pematokan yang telah

dilakukan. Klasifikasi jenis galian menurut tingkat kesulitannya untuk menentukan

pembiayaan adalah sebagai berikut:

• galian tanah biasa

• galian tanah keras/cadas merupakan tanah berbatu, umumnya untuk

menggali tanah ini digunakan bor atau dengan bahan peledak atau alat

khusus lainnya.

Galian tanah yang selalu berair akan menimbulkan masalah air tanah setelah

mencapai kedalaman gali lebih dari 0,2 dari permukaan air konstan. Bila perlu saat

dilakukan penggalian, galian harus diberi penguat dan dibuat agak miring sehingga

tidak terjadi longsor yang dapat mengganggu bangunan yang telah dibuat dan

menjaga para pekerja untuk bekerja dengan aman.

Daerah penggalian harus mempunyai saluran pembuangan air yang baik dan bebas

dari genangan air atau dapat juga digunakan pompa air, karena seluruh pekerjaan

sedapat mungkin dikerjakan dalam keadaan kering. Galian harus dibuat dengan lebar

berlebih untuk memasukkan unit-unit penyangga, penguat galian, peralatan

pembangunan sipil dan harus cukup untuk meletakkan dan menyambungkan pipa

dengan baik.

Harus dilakukan persiapan-persiapan tersendiri untuk menampung sementara bahan

galian, yang diperlukan untuk pengurugan kembali. Bahan galian yang tidak dapat

digunakan sebagai bahan urugan atau keperluan lain, diangkut dari lapangan untuk

dibuang ke tempat pembuangan akhir yang telah disepakati.

VI-9

a. Pekerjaan Pengurugan

Pengurugan harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasinya serta

disebutkan dalam “Pekerjaan Tanah”. Pengurugan harus memenuhi ketentuan-

ketentuan bahwa tanah yang digunakan bukan termasuk tanah lempung asli (kadar

clay <20%).

Pengurugan dilakukan secara berlapis dengan tebal lapisan 20 cm, kemudian

dipadatkan dengan menggunakan alat berat. Bahan urugan harus bebas dari akar-

akaran, bahan organik, sampah, dan batuan yang lebih besar dari 10 cm.

b. Bahan urugan:

• Bahan dari galian tanah

Pengurugan dapat menggunakan bahan galian, meliputi bahan-bahan yang

menggandung lempung, pasir, kerikil, atau bahan lain yang bebas dari

kotoran.

• Bahan dari pasir dan kerikil

Semua pasir yang digunakan dalam pengurugan harus berasal dari pasir alam,

dengan butiran dari halus sampai kasar, bebas dari kotoran, debu, atau bahan-

bahan lain yang tidak sesuai. Lempung yang terdapat pada pasir tidak boleh

lebih dari 10% berat keseluruhan. Pada pekerjaan sipil pembangunan unit-unit

pengolahan maupun pekerjaan pengurugan di bawaah pipa harus diberi dasar

pasir setebal 10 cm, dasar pasir ini dipadatkan dengan pemadat dan dibasahi

serta harus memiliki permukaan yang rata, urugan pasir ini harus disebar

merata ke seluruh lokasi pengurugan.

VI.3.3 Pekerjaan Pondasi

a. Konstruksi pondasi dibuat berdasarkan gambar hasil perhitungan sipil.

b. Galian tanah atau pemancangan untuk pondasi harus sampai pada tanah asli

dengan daya dukung tertentu. Jika daya dukung tanah kurang, maka dilakukan

perbaikan tanah sesuai dengan ketentuan yang ada.

VI-10

c. Jika tanah mengandung lumpur atau humus yang cukup dalam, maka tanah

tersebut harus dibuang atau dikupas dan diadakan perbaikan struktur tanah.

d. Pondasi yang akan dipasang adalah pondasi batu kali dengan memakai bahan

material:

batu kapur setebal 25-30 cm, dipadatkan

• pasir urug untuk alas pondasi dengan ketebalan 5-10 cm dan dipadatkan

• adukan campuran 1 pc : 2 ps : 3 krl.

VI.3.4 Pekerjaan Beton

a. Kualitas beton yang digunakan adalah K-225 untuk lantai dan dinding unit-unit

pengolahan, dan beton 1 : 3 : 5 untuk lantai kerja.

b. Persyaratan bahan dan pelaksanaan pekerjaan pondasi harus sesuai dengan

gambar rencana dan spesifikasi teknis untuk pekerjaan sipil. Secara umum

spesifikasi bahan-bahan konstruksi dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

• Semen.

Semua semen yang digunakan adalah jenis semen portland biasa dengan

mutu terbaik. Semen harus disimpan dengan baik untuk mencegah

kelembaban atau pencemaran oleh bahan-bahan lain.

• Pasir dan Kerikil/batu pecah.

Pasir dan kerikil/batu pecahan harus diangkut, ditangani, dan ditimbun

sedemikian rupa sehingga yang berukuran nominal terpisah dari yang

berukuran lain dan tidak bercampur dengan benda-benda lain. Kerikil dan

batu pecahan harus keras, tahan lama, bersih, serta bebas dari bahan

organik yang mengganggu konstuksi beton, lapisan yang menempel dan

dari debu.

• Beton

Perbandingan campuran beton harus 1 : 2 : 3 kecuali ada ketentuan lain,

untuk mendapatkan mutu beton yang baik perbandingan kerikil dan

pecahan batu yang harus digunakan harus diubah-ubah (dapat dipadatkan

dengan baik tanpa penggunaan terlalu banyak air).

VI-11

c. Untuk pencampuran semen harus digunakan air bersih, tidak berwarna, tidak

mengandung bahan organik, minyak, asam, alkali, atau campuran lain yang dapat

merusak beton atau dapat mempengaruhi daya lekat semen.

d. Pengadukan beton dilakukan dengan mesin pengaduk sampai susunan warna dan

kekentalannya harus sama.

e. Sebelum dilakukan pengecoran bekisting harus dipasang dengan kokoh sesuai

dengan bentukannya.

• Bekisting dibuat dari kayu bermutu baik dengan ketebalan minimal 2,5

cm.

• Dipasang sekokoh mungkin, kaku, dan kuat menahan getaran alat

pemadat.

f. Beton harus dicor dan dipadatkan tidak kurang dari 30 menit setelah dicampur dan

dibiarkan dalam keadaan basah dan terlindung dari sinar matahari selama minimal

7 hari.

g. Cetakan dan penyempurnaan

Cetakan untuk cor beton harus dibuat rapi dan diperkuat secukupnya sesuai

dengan gambar rencana. Semua sambungan-sambungan harus rapat untuk

menjamin agar tidak terdapat kebocoran yang menyebabkan beton menjadi basah

pada cetakannya. Cetakan tidak boleh dibongkar selama 24 jam setelah

pengecoran.

h. Permukaan beton yang horizontal dan yang terlihat harus diratakan sampai halus

dengan sendok baja setelah pengerasan pertama terjadi.

i. Pekerjaan beton meliputi:

• pekerjaan struktur, pondasi, kolom, sloof, balok, pelat lantai, pelat atap,

bak air.

• pekerjaan beton tumbuk, dudukan piapa, pompa, mesin.

j. Campuran

Macam campuran (adukan) menggunakan agregat kasar dan halus untuk tiap 50

kg semen portland dan ukuran nominal, ditunjukkan pada Tabel VI.3.

VI-12

Tabel VI.3. Jenis Beton dan Spesifikasinya

Agregat Agregat Ukuran Jenis Beton Campuran Halus

(m3) Kasar (m3)

Nominal (mm)

B1 1 : 1,5 : 2,5 0.06 0.10 10 B2 1: 2: 3 0.08 0.12 20 B3 1 : 2,5 : 5 0.10 0.20 38 B4 1: 3: 6 0.12 0.24 38 B5 1: 2: 3 0.06 0.12 30

(Peraturan Beton Indonesia, 1972)

Penjelasan pemakaian jenis beton adalah sebagai berikut:

• B1 = beton yang memerlukan kekedapan air, pelat-pelat atap, reservoir, balok

yang bersangkutan dengan atap dan reservoir.

• B2 = semua beton bertulang, kolom, sloof, balok-balok, pondasi diluar

ketentuan pada B1

• B3 = jalan setapak sekitar bangunan

• B4 = semua beton bertulang kecuali jenis B2

VI.3.5 Pekerjaan Bata dan Plesteran.

• Bata yang digunakan adalah bata merah berukuran 6 cm x 12 cm x 24 cm,

bersudut runcing, rata dan keras.

• Siar-siar dibuat rapi setebal 1 cm dan dikorek sedalam 0.5 cm. Siar-siar

vertikal tidak boleh bertemu dalam satu garis lurus.

• Perbandingan adukan untuk plesteran dinding pasangan bata adalah 1 kp : 1

pc : 2 ps . Sedangkan untuk plesteran beton digunakan campuran 1 pc : 2 ps.

VI.3.6 Pekerjaan Kayu, Atap, Kaca dan Cat

• Semua kusen pintu dan jendela terbuat dari kayu kamper yang kering,

sedangkan untuk kuda-kuda atap dan langit-langit dari kayu borneo.

• Semua pekerjaan kayu harus diketam halus dan digosok dengan kertas pasir

sebelum dicat.

VI-13

• Atap ditutup dengan genteng, sedangkan nok ditutup dengan genteng

bubungan.

• Kaca untuk jendela, ventilasi, digunakan kaca 3 mm.

VI.4 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal meliputi pemasangan pipa, pompa, aerator,dan

instalasi listrik.

VI.4.1 Pemasangan Pipa

• Pengukuran dilakukan dengan arah memanjang searah pekerjaan pipa.

Penentuan ketinggian dan sudut-sudut dilakukan dengan bantuan water pass

dan theodolit.

• Pematokan dilakukan sesuai dengan hasil pengukuran di atas dengan

mencantumkan nomor patok dan jarak, elevasi permukaan tanah, elevasi dasar

tanah yang harus digali, elevasi peletakan pipa, elevasi permukaan tanah atau

jalan setelah dilakukan pekerjaan pengurugan.

• Pipa harus dipasang lurus pada kedalaman yang tepat sesuai dengan gambar

rencana. Dasar parit harus dibentuk sedemikian rupa agar memberi

penopangan keliling yang merata dan kuat bagi bagian bawah dari setiap pipa.

• Pengukuran galian parit pada pekerjaan pemasangan pipa harus dilaksanakan

dengan “ukuran lari” yaitu sesuai dengan jalur pemasangan pipa dan

permukaan pipa.

• Penggalian parit harus dilaksanakan dengan tepat dan cepat, penimbunan

galian dan perataan permukaan harus dimulai dan diselesaikan bila pipa

terpasang dan tersambung dan telah diuji secara hidrolis. Jika dasar galian

ternyata tidak stabil atau mengandung bahan-bahan yang tidak stabil, seperti

debu, sampah, dan sebagainya maka harus dilakukan penggalian dan

menyingkirkan bahan-bahan tidak stabil tersebut.

• Apabila dalam galian parit terdapat pasangan batu, bongkahan-bongkahan,

atau rintangan lain, maka rintangan tersebut harus digali sampai 20 cm di

VI-14

bawah dasar parit serta disetiap sisi pipa dan perlengkapannya, kemudian

mengisinya kembali dengan pasir dan memadatkannya sampai ketinggian

yang diperlukan.

• Lebar galian harus dibuat lebih agar dapat memasukan penyangga, penguat

galian, peralatan, meletakan pipa, dan menyambungkannya dengan baik

• Urugan dibawah pipa

• Galian harus dibuat sampai kedalaman yang ditentukan untuk membuat dasar

pipa yang rata dan seragam, parit-parit galian harus diberi dasar pasir setebal

10 cm lebih dahulu, atau sesuai gambar rencana sebelum pipa dipasang

didalamnya. Dasar pasir ini harus dipadatkan dengan pemadat dan dibasahi

serta harus mempunyai permukaan yang rata. Setiap dasar pasir pada ujung

pipa harus 5 cm lebih rendah agar pipa terjamin kedudukannya pada

keseluruhan panjangnya dan bukan ditahan oleh sambungan-sambungannya.

Setelah pipa dipasang di dalam parit kemudian ditimbun dengan pasir dan

kerikil halus mulai dari dasar sampai atas pipa. Bahan urugan harus tersebar

merata.

• Penimbunan kembali ini dilakukan lapisan demi lapisan, kemudian

dipadatkan sekeliling dan di atas pipa dengan cara yang tidak merusak pipa.

Dari kedalaman 10 cm di atas pipa hingga ke permukaan, galian harus

ditimbun dengan tangan atau metode mekanis yang disetujui dan dipadatkan

dengan alat pemadat, untuk mencegah menurunnya permukaan setelah selesai

pekerjaan penimbunan.

• Pipa tidak boleh diturunkan kedalam parit sebelum parit mempunyai

kedalaman yang telah ditentukan. Panjang parit yang harus digali harus

disesuaikan dengan pipa dan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana.

VI-15

VI.4.2 Pompa

Pompa yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

• Pompa air limbah

Tipe pompa : Grundfos end-suction centrifugal pumps NK-

32-125-1

Kapasitas pompa : dapat dilihat pada Lampiran C

Head pompa : dapat dilihat pada Lampiran C

Putaran : 1450 rpm

Temperatur air : -10oC s.d 160oC

Daya pompa : 0,37 Kw

Material : Cast iron

Berat pompa : 34 kg

Jumlah : 2 unit

• Pompa pembubuh larutan alkalinitas

Tipe pompa : DME 8-10, Grundfos Dosing Pump

Kapasitas pompa : 2,5-7,5 L/jam

Tekanan maksimum : dapat dilihat pada Lampiran C

Power supply (V,Hz) : 1x100-240 V, 50-60 Hz

Akurasi : ± 1%

Jumlah : 2 unit

• Pompa pembubuh larutan urea

Tipe pompa : DMS 2π, Grundfos Dosing Pump

Kapasitas pompa : 0-2,5 L/jam

Tekanan maksimum : dapat dilihat pada Lampiran C

Power supply (V,Hz) : 1x230/50 V, 1x120/60 Hz

Akurasi : ± 1%

Jumlah : 2 unit

VI-16

• Pompa pembubuh larutan asam fosfat

Tipe pompa : DMS 2π, Grundfos Dosing Pump

Kapasitas pompa : 0-2,5 L/jam

Tekanan maksimum : dapat dilihat pada Lampiran C

Power supply (V,Hz) : 1x230/50 V, 1x120/60 Hz

Akurasi : ± 1%

Jumlah : 2 unit

Pemasangan pompa transfer air limbah dilakukan dengan ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

• pompa dan motor harus diletakkan datar dengan bantuan water pass

• pondasi tempat meletakkan pompa harus mampu menyerap getaran pompa

dan penggeraknya dan mampu menahannya. Berat pondasi sekurang-

kurangnya 3 kali berat pompa (dan motornya)

• pompa yang dikopel langsung dengan motor dipasang pada satu landasan.

Apabila digunakan transmisi sabuk dapat digunakan landasan terpisah dengan

ketentuan jarak tertentu

• ambang pada bagian inlet maupun outlet terbuat dari baja untuk mencegah

aliran balik dan agar tidak mudah rusak

• bearing pada bagian inlet maupun outlet diberi minyak pelumas agar pompa

dapat berputar dengan lancar. System pelumasan dilakukan secara otomatis.

Kedua bearing dirancang agar kedap air untuk menghindari kerusakan yang

dapat terjadi akibat lumpur yang dialirkan

• baut dan mur yang digunakan untuk menyatukan pompa dengan peletakan

harus cukup kuat agar getaran yang ditimbulkan dapat diperkecil.

Pompa dan motor penggerak harus diletakkan pada pondasi sedemikian rupa

sehingga poros kedua mesin tersebut terletak sesumbu. Jika diperlukan dapat

memakai ganjal-ganjal berbentuk baji dari baja. Tiap pasang baji terdiri atas baji atas

dan baji bawah.

VI-17

VI.4.3 Aerator

Aerator yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

• Aerator Tangki Ekualisasi

Tipe : Surface aerator, SFA-02

Kapasitas : 5 m3/menit

Oksigen transfer rate : 3 kg O2/jam

Diameter mixing area : 5 m

Kedalamam mixing area : 2 – 3 m

Daya : 2 HP

Jumlah : 1 unit

• Surface Aerator Sequencing Batch Activated Sludge

Tipe : Surface aerator, SFA-07

Kapasitas : 11 m3/menit

Oksigen transfer rate : 9,6 kg O2/jam

Diameter mixing area : 16 m

Kedalamam mixing area : 5-6 m

Daya : 7,5 HP

Jumlah : 1 unit

Pemasangan aerator dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

• aerator dipasang pada posisi dan elevasi yang sesuai dengan gambar

rencana

• aerator diikatkan pada kawat baja dengan diberi baut dan mur yang cukup

kuat sehingga getaran yang ditimbulkannya dapat diperkecil dan posisinya

tetap.

• kabel listrik yang digunakan oleh motor aerator dilapisi oleh bahan isolasi

kedap air.

VI-18

VI.4.4 Decanter

Decanter yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Tipe : 11800-DH

Kapasitas maksimum : 1,4 m3/menit

Dimensi (Panjang x Lebar x Tinggi) : 34”x60”x20”

Berat : 160 lbs

Ukuran port outlet : 4”

Material : Stainless steel

VI.4.5 Media Pertumbuhan Bakteri Anaerob

Media pertumbuhan bakteri yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Tipe : Pall Rings

Ukuran : 50 mm (2 inci)

Material : Polypropylene

Persen pori : 94,9%

Luas permukaan spesifik : 100 m2 / m3

Berat jenis : 45,3 kg/m3

VI-19