jawaban soal pertemuan 9

34
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN A. Penerapan Prinsip 4 OECD dalam Peraturan Perundang- undangan Indonesia Prinsip-prinsip mengenai corporate governance yang diterbitkan oleh OECD telah menjadi acuan praktik pengelolaan bisnis oleh sebagian besar masyarakat internasional. OECD terdiri atas enam prinsip besar yang masing-masing prinsip tersebut diperjelas kembali dengan sub-sub prinsip. Masing-masing prinsip berkonsetrasi mengatur permasalahan yang berbeda-beda. Dalam prinsip empat, OECD berfokus pada “Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance” yang kemudian dirincikan dalam beberapa sub-prinsip. Stakeholders disini adalah pihak pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, karyawan, investor, kreditur, pemasok, dan lain-lain). Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan prinsip-prinsip OECD dalam menjalankan corporate governance-nya, sehingga sedikit banyak peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan stakeholders akan menerapkan prinsip 4 dari OECD. Berikut ini akan dijelaskan sub-prinsip dalam OECD prinsip 4 dan contoh penerapannya di peraturan perundang-undangan Indonesia. 1. Sub-Prinsip A - Hak Stakeholders yang dicakup dalam perundang-undangan atau perjanjian harus dihormati 1

description

peran pemangku kepentingan - GCG

Transcript of jawaban soal pertemuan 9

Page 1: jawaban soal pertemuan 9

PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

A. Penerapan Prinsip 4 OECD dalam Peraturan Perundang-undangan

Indonesia

Prinsip-prinsip mengenai corporate governance yang diterbitkan oleh

OECD telah menjadi acuan praktik pengelolaan bisnis oleh sebagian besar

masyarakat internasional. OECD terdiri atas enam prinsip besar yang masing-

masing prinsip tersebut diperjelas kembali dengan sub-sub prinsip. Masing-

masing prinsip berkonsetrasi mengatur permasalahan yang berbeda-beda. Dalam

prinsip empat, OECD berfokus pada “Peranan Stakeholders dalam Corporate

Governance” yang kemudian dirincikan dalam beberapa sub-prinsip.

Stakeholders disini adalah pihak pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah,

karyawan, investor, kreditur, pemasok, dan lain-lain).

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan prinsip-prinsip

OECD dalam menjalankan corporate governance-nya, sehingga sedikit banyak

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan stakeholders akan

menerapkan prinsip 4 dari OECD. Berikut ini akan dijelaskan sub-prinsip dalam

OECD prinsip 4 dan contoh penerapannya di peraturan perundang-undangan

Indonesia.

1. Sub-Prinsip A - Hak Stakeholders yang dicakup dalam perundang-

undangan atau perjanjian harus dihormati

Pada sub-prinsip ini memfokuskan pada hak-hak stakeholders yang diatur

dalam perundang-undangan selain hak dari pemegang saham. Penerapan dalam

sub-prinsip ini dapat dilihat pada:

Peraturan Perundangan-undangan

Terkait

Penjelasan Isi

(Perihal Undang-Undang)

Peraturan Bapepam LK No. IV.B.2

Dalam peraturan ini dijelaskan

mengenai pedoman kontrak Reksa

Dana berbentuk Kontrak Investasi

Kolektif, yang mana didalamnya

disebutkan pula Hak-Hak Investor

yang menjadi sorotan dalam Sub-

prinsip ini. Dimana Investor

1

Page 2: jawaban soal pertemuan 9

merupakan salah satu stakeholders.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

Undang-undang ini membahas

mengenai Perseroan Terbatas, dalam

Undang-Undang ini lebih

menekankan kepada pengelolaan

perseroan yang dilakukan oleh

manajemen perseroan dan

menekankan pada Hak-Hak

pemegang saham yang tidak dapat

secara langsung mengawasi kegiatan

perusahaan.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

Undang-undang ini membahas

mengenai Ketenagakerjaan, dimana

didalamnya dijelaskan pula mengenai

Hak-Hak tenaga kerja yang

merupakan salah satu dari

stakeholders.

Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

Undang-undang ini membahas

mengenai Kepailitan dan Penundaan

Pembayaran Kewajiban dimana

didalamnya disebutkan pula

mengenai Hak-Hak Kreditur, yang

merupakan bagian dari stakeholders.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Undang-undang ini membahas

mengenai Perlindungan Konsumen,

dimana didalamnya menyebutkan

Hak-Hak dan Kewajiban yang

dimiliki oleh seorang Konsumen

dan Pelaku usaha, dimana

konsumen merupakan stakeholders.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995

Undang-undang ini disebut juga

sebgai Undang-Undang Pasar Modal,

dimana didalamnya juga dijelaskan

mengenai Hak-Hak Regulator

dalam pasar modal Indonesia.

2

Page 3: jawaban soal pertemuan 9

Rincian Isi Undang-Undang diatas, terkait hak-hak stakeholders:

Peraturan Bapepam mengenai hak-hak investor

Hak-hak investor diatur didalam peraturan Bapepam LK No. IV.B.2, dimana

didalam peraturan tersebut di poin 6 disebutkan hak-hak dari unit penyertaan

(investor), hak-hak tersebut terdiri dari:

a. Mendapatkan bukti kepemilikan

b. Memperoleh laporan keuangan secara periodic

c. Memperoleh informasi mengenai nilai aktiva bersih reksa dana dalam harian

d. Menjual kembali dan mengalihkan sebagian atau seluruh unit penyertaan

e. Memperoleh laporan sebagaimana dimaksud dalam peraturan No. X.D.1

tentang Laporan Reksa Dana

f. Memperoleh bagian atas hasil likuidasi

Selain hak-hak dalam poin 6, di poin 7 juga dijelaskan dalam Kontrak Investasi

Kolektif dapat juga dimuat tentang hak pemegang Unit Penyertaan untuk

menerima pembagian hasil secara berkala.

UU No. 13 tahun 2003, menekankan pada hak-hak karyawan

Dalam undang-undang ini dijelaskan beberapa hak-hak yang dimiliki oleh

tenaga kerja, beberapa contoh hak yang dibahas dalam undang-undang ini

adalah:

Pasal 88 (Pengupahan)

1. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

2. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yan g layak

bagi kemanusiaan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemenrintah

menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh

3. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) meliputi:

a. Upah minimum

b. Upah kerja lembur

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

3

Page 4: jawaban soal pertemuan 9

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar

pekerjaannya

e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

f. Bentuk dan cara pembayaran upah

g. Denda dan potongan upah

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional

j. Upah untuk pembayaran pesangon

k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan

4. Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi

Pasal 99 (Kesejahteraan)

1. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja

2. Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

UU No. 37 Tahun 2004, menekankan pada hak-hak kreditur

Pasal 55

1. Setiap kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek,

atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya

seolah-olah tidak terjadi kepailitan

Pasal 56

1. Hak eksekusi kreditor sebagaimana dimaksud dlaam pasal 55 ayat (1) dan

pihak ketiga untuk menuntu hartanya yang berada dalam penguasaan debitor

pailit atau kurator, ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 hari

sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan

2. Pengangguhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap

tagihan kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak kreditor untuk

memperjuangkan utang

4

Page 5: jawaban soal pertemuan 9

Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UU No. 8 Tahun 1999)

Dalam undang-undang ini disebutkan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh

seorang konsumen, yaitu:

Pasal 4

Hak konsumen adalah:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya

9. Hak-hak yang diatur dalam kententuan perundang-undangan lainnya

2. Sub-Prinsip B – Kepentingan Stakeholders dilindungi undang-undang

Pada sub-prinsip ini dijelaskan bila stakeholders memiliki hak untuk

menuntut ganti rugi apabila hak yang dimilikinya dilanggar. Peraturan perundang-

undangan Indonesia yang mencerminkan penerapan sub-prinsip ini adalah:

5

Page 6: jawaban soal pertemuan 9

Peraturan Perundangan-undangan

Terkait

Penjelasan Isi

(Perihal Undang-Undang)

Peraturan Bapepam LK No. IX.A.7

Peraturan ini membahas tentang Tanggung

Jawab Manajer Penjatahan Dalam Rangka

Pemesanan Dan Penjatahan Efek Dalam

Penawaran Umum.

Peraturan Bapepam LK N0. IX.A.10

Peraturan ini membahas tentang Penawaran

Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

(Indonesian Depository Receipt).

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

Peraturan ini membahasa tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat yang isinya melindungi

keseimbangan antara kepentingan pelaku

usaha dan kepentingan umum. Dimana

didalamnya diatur mengenai kegiatan yang

dilarang, posisi dominan, komisi

pengawasan persaingan usaha, dan tata cara

penanganan perkar, sehingga stakeholders

dapat melihat apakan kegiatan usaha yang

dilakukan oleh suatu perusahaan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku atau tidak.

3. Sub-Prinsip C – peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan

seharusnya didukung untuk berkembang

Sub prinsip ini menjelaskan sumber daya manusia merupakan salah satu

aset perusahaan yang dapat menentukan kesuksesan dari suatu kegiatan bisnis

atau operasi yang dilakukan oleh perusahaan dan menentukan kinerja dari suatu

perushaan. Untuk mencapai kinerja yang baik, perusahaan harus mampu

mengoptimalkan kinerja dari para pegawainya, salah satunya mungkin dengan

pemberian remunerasi yang dapat dipertanggung jawabkan, seperti keikut sertaan

pegawai dalam kepemilikan saham perusahaan atau Employee Stock Option

Program (ESOP). Namun, secara jelas peraturan Bapepam yang dimiliki saat ini

belum mengatur mengenai hal tersebut, tetapi mengenai penawaran ESOP sudah

6

Page 7: jawaban soal pertemuan 9

ada peraturannya, yaitu Peraturan Bapepam LK No.IX.D.4 mengenai Penambahan

Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

4. Sub-Prinsip D – Jika Stakeholders berpartisipasi dalam corporate

governance seharusnya mereka akan memiliki akses atas informasi

yang relevan, cukup, dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan

teratur

Sub prinsip ini menjelaskan, bila stakeholders memiliki partisipasi dalam

proses corporate governance perusahaan, stakeholders akan memiliki informasi

yang relevan mengenai perusahaan. Semakin banyak kepentingan berbagai pihak

yang terwakili dalam penerapan GCG maka akan semakin baik pula penerapan

GCG. Oleh karena itu, peran serta stakeholders yang terdiri dari berbagai pihak

sangat diperlukan dalam praktik GCG. Disini stakeholders tidak hanya

mementingkan informasi ekonomi maupun keuangan dari perusahaan tetapi juga

melihat bagaimana aspek lingkungan dan sosial perusahaan.

Peraturan Perundangan-undangan

Terkait

Penjelasan Isi

(Perihal Undang-Undang)

Peraturan Bapepam LK No. VIII.G.2

Peraturan Bapepam ini mengatur mengenai

kewajiban dari perusahaan untuk

mengungkapkan informasi yang berkaitan

dengan kegiatan sosial perushaan dalam

laporan tahunan perusahaan. Namun,

peraturan ini kemudian mengalami

perubahan, perubahannya dicantumkan

didalam peraturan baru yaitu Pearaturan

Bapepam LK No. X.K.6.

Peraturan Bapepam LK No X.K.6

Dalam peraturan perubahan ini dijelaskan

bila Perusahaan wajib menyampaikan

laporan tahunan kepada Bapepam dan LK

paling lambat 4 bulan setelah tahun buku

berakhir. Laporan tahunan yang dimaksud

wajib memuat, ikhtisar data keuangan

penting, laporan Dewan Komisaris,

7

Page 8: jawaban soal pertemuan 9

Laporan Direksi, profil perusahaan, analisis

dan pembahasan manajemen, tata kelola

perusahaan, tanggung jawab sosial

perusahaan, laporan keuangan tahunan

yang telah diaudit, dan surat pernyataan

tanggung jawab Dewan Komisaris, dan

Direksi atas kebenaran isi laporan tahunan.

Kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh

perusahaan diatur didalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 mengenai

Perseroan Terbatas pada pasal 74 yang berisi:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dnegan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan

diatur dalam peraturan pemerintah

Laporan dari kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan ini harus ikut

disampaikan kepada Bapepam sesuai dengan peraturan yang disebutkan diatas.

5. Sub-Prinsip E – karyawan dan serikat karyawan bebas

mengkomunikasikan praktik ilegal kepada Dewan Komisaris

8

Page 9: jawaban soal pertemuan 9

Sub prinsip ini menjelasakan bila pegawai/karyawan tidak hanya terbatas

berperan dalam aktivitas operasional perusahaan saja, tetapi juga berperan untuk

turut mengawasi praktik GCG yang dijalankan didalam perusahaannya. Karyawan

berbeda dengan stakeholders lainnya, karena karyawan memiliki akses informasi

yang lebih langsung dan mendalam karena ikut serta dalam kegiatan perusahaan

sehingga dapat mengawasi praktik GCG perusahaan dengan baik. Namun untuk

dapat menjalani hak nya sebagai pengawas praktik GCG yang mungkin dijalankan

pula oleh petinggi perusahaan, perusahaan harus memberikan mekanisme yang

menjamin hak-hak karyawan dalam melaksanakan fungsi pengawasannya

tersebut.

Peraturan Perundangan-undangan

Terkait

Penjelasan Isi

(Perihal Undang-Undang)

Undang-Undang No.13 Tahun 2006

Undang-undang ini mengatur mengenai

perlindungan untuk saksi dan korban.

Peraturan ini diharapkan akan melindungi

hak-hak karyawan yang menjalankan

tugasnya dalam pengawasan praktik GCG

dan melakukan pelaporan atas tindakan

atau kemungkinan tindakan yang tidak

sesuai dengan peraturan.

Peraturan Bersama, Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia, Jaksa Agung,

Kepala Kepolisian Negara Republik

Indoensia, Komisi Pemberantasan

Korupsi, dan Ketua Lembaga

Perlindungan Saksi dan Korban

(M.HH-11.HM.03.02.th.2011, PER-

045/A/JA/12/2011, 1 Tahun 2011,

KEPB-02/01-55/12/2011, 4 Tahun

2011)

Dalam peraturan bersama ini dijelaskan

mengenai pelapor, saksi pelapo, saksi

pelaku, syarat-syarat memperoleh

perlindungan, bentuk perlindungan, dan

lain sebagainya yang berkaitan dengan

wishtle blower.

Rincian peraturan perundangan-undangan diatas:

UU No. 13 Tahun 2006

9

Page 10: jawaban soal pertemuan 9

Pasal 5 (Perlindungan Dan Hak Saksi dan Korban)

Seorang saksi dan korban berhak:

1. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta

bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian

yang akan, sedang, atau telah diberikannya

2. Ikut serta dalam proses memilih dan menentuka bentuk perlindungan dan

dukungan keamanan

3. Memberikan keterangan tanpa tekanan

4. Mendapat penerjemah

5. Bebas dari pertanyaan yang menjerat

6. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus

7. Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan

8. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan

9. Mendapatkan identitas baru

10. Mendapatkan tempat kediaman baru

11. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan

12. Mendapat nasihat hukum

13. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu

perlindunganberakhir

Selain UU No 13 Tahun 2006, hal mengenai perlakuan terhadap whistle

blower (pelapor tindak pidana) dan saksi diatur pula dalam Peraturan Bersama

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian

Negara Republik Indoensia, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Ketua

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban yang didalamnya dijelaskan

mengenai:

Pasal 1

- Pelapor adalah orang yang mengetahui dan memberikan laporan serta

informasi tentang terjadinya atau akan terjadinya suatu tindak pidana

tertentu kepada penegak hukum dan bukan merupakan bagian dari pelaku

kejahatan yang dilaporkan

10

Page 11: jawaban soal pertemuan 9

- Saksi Pelapor adalah orang yang melihat, mendengar, mengalami atau

terkait dengan tindak pidana dan melaporkan dugaan tentang terjadinya

suatu tindak pidana kepada pejabat yang berwenang untuk diusut sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

Pasal 3 (Syarat mendapatkan perlindungan bagi Pelapor dan Saksi Pelapor)

a. Adanya informasi penting yang diperlukan dalam mengungkap terjadinya

atau akan terjadinya suatu tindak pidana serius dan/atau terorganisir

b. Adanya ancaman yang nyata atau kekhawatiran akan adanya ancaman atau

tekanan, baik secara fisik maupun psikis terhadap Pelapor dan Saksi Pelapor

atau keluarganya apabila tindak pidana tersebut diungkap menurut keadaan

yang sebenarnya

c. Laporan tentang adanya ancaman atau tekanan tersebut disampaikan kepada

pejabat yang berwenang sesuai dengan tahap penanganannya dan dibuatkan

berita acara penerimaan laporan

Pasal 5 (Bentuk Perlindungan)

a. Pelapor dan saksi pelapor berhak untuk mendapatkan perlindungan secara

fisik, psikis, dan/atau perlindungan hukum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

b. Pelapor dan saksi pelapor tidak dapat dituntut secara hukum, baik pidana,

administrasi maupun perdata atas laporan atau keterangan yang

diberikannya dihadapan aparat penegak hukum sesuai dengan tingkat

tahapan penanganan perkaranya

6. Sub-Prinsip F – Kerangka corporate governance seharusnya dilengkapi

dengan kerangka hukum yang berkaitan dengan kesulitan keuangan

Pada sub-prinsip ini dijelaskan bila sebaiknya dalam kerangka corporate

governance dilengkapi dengan kerangka hukum yang berkaitan dengan kesulitan

keuangan yang efisien dan efektif dan penegakan hukum yang relatif atas hak

kreditur. Pada sub-prinsip ini dijelaskan bila suatu perusahaan mengalami

kesulitan keuangan, maka hak kreditur harus diutamakan dibandingkan dengan

11

Page 12: jawaban soal pertemuan 9

hak dari pemegang saham. Contoh penerapan sub-prinsip ini di peraturan

perundang-undangan Indonesia adalah:

Undang-undang Perseroan Terbatas (UU PT), Pasal 150

1. Kreditor yang melakukan penagihan kemudian ditolak oleh likuidator dapat

mengajukan gugatan ke pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lama 60

hari sejak tanggal penolakan

2. Kredior yang belum mengajukan tagihannya dapat mengajukan melalui

pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 tahun terhitung sejak pembubaran

perseroan diumumkan

3. Tagihan yang diajukan kreditor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat

dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang diperuntukkan

bagi pemegang saham

4. Dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang

saham dan terdapat tagihan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

pengadilan negeri memerintahkan likuidator untuk menarik kembali sisa

kekayaan hasil likuidasi yang telah dibagikan kepada pemegang saham

5. Pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) secara proporsional dengan jumlah yang

diterima terhadap jumlahtagihan

Selain dibahas dalam UU PT No. 40 Tahun 2007, hak-hak mengenai

kreditur juga dijelaskan dalam Undang-Undang No 37 Tahun 2004 mengenai

Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Kewajiban, dimana dalam peraturan

tersebut juga disebutkan bila hak kreditur diprioritaskan dibandingkan dengan hak

pemegang saham saat terjadi likuidasi maupun kepailitan.

B. Elemen-Elemen Utama dalam CSR

Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) masih menjadi perdebatan

dalam menemukan arti yang tepat agar dapat diterima oleh semua orang. Di dalam

Corporate Social Responsibility and Stakeholder Approach : a conceptual review,

penulis menggolongkan definisi CSR berdasarkan pandangan akademisi dan

12

Page 13: jawaban soal pertemuan 9

bisnis & perwakilan masyarakat. Salah satu definisi CSR menurut Baker yang

merupakan seorang akademisi adalah

“CSR is about how companies manage the business processes to produce an

overall positive impact on society”.

Sedangkan menurut Novo Nordisk yang berasal dari golongan bisnis,

definisi CSR adalah

“Social responsibility for Novo Nordisk is about caring for people. This

applies to our employees and the people whose healthcare needs we serve. It

also considers the impact of our business on the global society amd the local

comunnity. At such, social responsibility is more than a virtue –it is a

business imperative.”

Terdapat beberapa elemen utama di dalam CSR, yaitu :

1. CSR vs Philantrophy

Corporate philanthropy mengacu pada gagasan perusahaan untuk

memberikan kembali sejumlah kekayaan secara finansial kepada masyarakat

yang dihasilkan dari input yang diperoleh dari masyarakat. Perbedaan CSR

dan corporate philanthropy adalah phylantrophy atau amal tidak membuat

perusahaan mengembangkan strategi yang lebih luas untuk menilai dampak

yang terjadi secara komprehesif kepada masyarakat, dan juga tidak

membuat rancangan, aturan, dan dan alat untuk meningkatkan kinerja

terhadap masyarakat. Menurut Caroll (1991), CSR terdiri dari 4 tingkatan

yaitu ekonomi, legal, etika, dan phylantroph. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa phylantrophy merupakan salah satu komponen CSR dan

keberadaannya tidak lebih penting dibandingkan dengan ketiga elemen

lainnya.

2. A long term perspective (Perspektif Jangka Panjang)

Perspektif jangka panjang merupakan karakteristik pertama yang sempat

diungkapkan oleh Davis pada tahun 1970 dan Caroll 1999. Hal ini

menegaskan bahwa CSR merupakan bagian dari perspektif jangka panjang

atas keuntungan ekonomi yang tidak dapat diukur secara finansial tetapi

akan menyediakan aset yang berharga bagi profitabilitas perusahaan di masa

depan dan pada akhirnya akan menyebabkan perusahaan mendapatkan

13

Page 14: jawaban soal pertemuan 9

social power. Gagasan ini berlanjut kepada konsep sustainability, yakni

perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek tetapi

mengejar berbagai macam tujuan yang dikombinasikan untuk menjamin

kelangsungan bisnis dan kemakmuran di lingkungan yang selalu berubah.

3. Beyond the Law (di luar Hukum)

Karakteristik yang kedua dari CSR adalah CSR berada di luar persyaratan

ekonomi, teknis, dan persyaratan legal yang sempit. Menurut Johnson dan

Scholes (2002), CSR berkonsentrasi pada cara bagaimana sebuah organisasi

melebihi kewajiban minimum kepada para pemangku kepentingan melalui

peraturan dan corporate governance. Kepatuhan suatu perusahaan terhadap

hukum tidak mencerminkan apakah suatu perusahaan telah bertanggung

jawab dan menerapkan corporate social responsibility.

4. Accountability to stakeholders (Akuntabilitas kepada Pemangku

Kepentingan)

Karakteristik yang ketiga yang pernah diungkapkan oleh Frederick (1987);

Mitnick (1995); dan Jones (1999) adalah mengenai gagasan tentang bisnis

yang akuntabel untuk semua pemangku kepentingan yang yang dapat

diidentifikasi dan memiliki klaim baik secara legal ataupun ekspektasi

moral, dalam aktivitas bisnis yang mempengaruhi mereka.

5. Social contract (Kontrak Sosial)

Berdasarkan pendapat pemangku kepentingan, CSR sering diasosiasikan

dengan kontrak sosial dan izin untuk mengoperasikan bisnis. Izin untuk

mengoperasikan bisnis menggambarkan izin dari masyarakat untuk

perusahaan agar dapat melakukan kegiatan operasi perusahaan dengan

asumsi bahwa perusahaan tersebut akan bertindak secara adil dan

menunjukkan akuntabilitas atas tindakannya melebihi persyaratan legal

yang ada. Menurut Moir, pandangan kontrak sosial membuat perusahaan

bertindak secara bertanggung jawab karena hal tersebut merupakan

bagaimana cara yang diinginkan masyarakat dalam menjalankan kegiatan

operasi perusahaan bukan hanya sekedar untuk memenuhi kepentingan

komersil.

6. The Notion of Power (Gagasan atas Kekuasaan)

14

Page 15: jawaban soal pertemuan 9

Hal mengenai kekuasaan ini sedang menjadi perdebatan dalam CSR.

Pendukung gagasan ini mengatakan bahwa sumber dari tanggung jawab

perusahaan berasal dari kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut yang akan menyebabkan efek moral dalam masyarakat

secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini diungkapkan oleh L’tang

pada tahun 1995.

7. Legitimacy of business activity (Legitimasi Aktivitas Bisnis)

Legitimasi dianggap penting dalam dunia bisnis dan dianggap sebagai suatu

insentif untuk terlibat dalam tanggung jawab sosial mengindikasikan bahwa

masyarakat memberikan legitimasi dan kekuasaan untuk bisnis kepada

perusahaan. Dalam jangka panjang, perusahaan yang tidak menggunakan

kekuasaan sesuai dengan cara yang dianggap bertanggung jawab oleh

masyarakat akan kehilangan legitimasi tersebut.

8. A contextual process (Sebuah proses yang Kontekstual)

Dua karakteristik akhir dari CSR adalah pandangan bahwa CSR merupakan

sebuah proses dan bukan sebuah hasil (outcome). Hal ini diungkapkan oleh

Jones pada tahun 1980. Menurut L’Etang, CSR adalah sebuah proses yang

berlangsung secara terus-menerus yang memantau lingkungan dengan

hubungannya dan CSR bukan merupakan sebuah misi tetap yang

berhubungan dengan sebuah kelompok yang spesifik dengan prioritas yang

telah ditetapkan dengan statis.

Karakteristik selanjutnya dalam praktiknya CSR cenderung sangat

kontekstual. CSR sangat sensitif terhadap lingkungan, organisasi, dan kekhususan

individual.

Kesimpulannya, CSR dapat dilihat sebagi sebuah proses yang melibatkan

kelompok pemangku kepentingan, yang dalam praktiknya menjadi sangat

kontekstual dan diserahkan kepada lingkungan secara luas. CSR diterapkan dalam

perspektif jangka panjang dan mengacu kepada prinsip etika yang tidak perlu

diatur dalam hukum karena adanya kontrak sosial antara antara masyarakat

dengan kalangan bisnis. Keberadan kontrak sosial memungkinkan masyarakat

untuk mengambil kembali social power yang telah diberikan atas kewajiban yang

tidak terpenuhi.

15

Page 16: jawaban soal pertemuan 9

Di bawah ini merupakan kontribusi yang dilakukan oleh kelompok

akademisi dan kelompok bisnis dan masyarakat terhadap konsep CSR dalam

usaha untuk mencari pemicu utama dalam pengembangan dan ruang lingkup

CSR. Dari segi akademis, akademisi cenderung memandang CSR dari segi

kontrak sosial dibandingkan dengan sustainability begitu pula dari segi akademis

akan lebih memandang kepada sisi legitimasi dibandingkan dengan kekuasaan

bisnis yang dianggap penting oleh masyarakat sipil.

Gambar 1 The CSR Concept : Major Contribution

Sumber: Corporate social responsibility and stakeholder approach: a conceptual review

C. Stakeholder Theory dan CSR

Stakeholder theory sering disebut sebagai konsep yang berlawanan dengan

konsep shareholder, yang menyatakan bahwa hanya shareholder yang memiliki

klaim yang legal atas perusahaan. Menurut Emiliani (2001), model stakeholder

mengakui adanya klaim yang legal oleh pemegang saham perusahaan tetapi tidak

menyetujui bahwa hanya shareholder yang merupakan pihak istimewa dalam

memperoleh klaim tersebut. Stakeholder theory menerima profitabilitas sebagai

tujuan perusahaan tetapi lebih dengan tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan

16

Power

Voluntary

EnvironmentalSocialEconomic

Sustainability

Multi Stakeholders

CSR

Social Contract

Process

Beyond the Law

Legitimacy

Contextual

Business and civil society contribution

Academic Contributions

Page 17: jawaban soal pertemuan 9

model shareholder. Menurut model stakeholder, sebuah perusahaan atau

organisasi harus berusaha mencapai tujuannya berupa profitabilitas dengan

memuaskan pemangku kepentingan dengan cara yang adil.

Terdapat dua dimensi pendekatan stakeholder theory yakni instrumental

stakeholder theory dan normative stakeholder theory approach. Instrumental

stakeholder theory menganggap stakeholder management theory merupakan alat

untuk mencapai hasil yang diinginkan, terutama profitabilitas sedangkan

normative stakeholder theory lebih mengakui sisi klaim legitimasi etis dari para

pemangku kepentingan atas tujuan perusahaan sebagai hal yang utama.

Instrumental stakeholder theory cenderung mendapat kritik karena membenarkan

klaim para pemangku kepentingan dalam pembuatan strategi hanya karena alasan

ekonomi.

Stakeholder theory dan konsep CSR memiliki keterkaitan satu sama lain.

Konsep stakeholder tidak dibangun berdasarkan dengan konsep CSR, tetapi

literatur CSR sebagian dibangun atas literatur mengenai stakeholder dan begitu

juga sebaliknya. Berdasarkan Carol pada tahun 1991, konsep stakeholder

menyebabkan munculnya isu tanggung jawab sosial dengan menggambarkan

kelompok tertentu atau orang yang berbisnis, yang harus dipertimbangkan dalam

orientasi CSR.

Stakeholder theory diterapkan dalam CSR karena konsep CSR bertujuan

untuk menerangkan tentang isu tanggung jawab bisnis yang harus dipenuhi

sedangkan konsep pemangku kepentingan (stakeholder) menjelaskan tentang isu

bisnis siapa dan pihak yang harus diberikan tanggung jawab oleh pelaku bisnis.Di

dalam CSR yang dimiliki perusahaan biasanya disebutkan secara spesifik

mengenai tanggung jawab dan kewajiban yang harus dilakukan kepada

stakeholder contohnya perusahaan memiliki tanggung jawab, kewajiban, dan kode

etik atas hubungannya dengan pemasok, konsumen, dan lingkungan sekitar

perusahaan.

Konsep CSR juga berhubungan dengan harapan masyarakat mengenai

perilaku perusahaan, dalam hal ini menurut Wood dan Jones pada tahun 1995,

stakeholder memiliki tiga peran yaitu :

17

Page 18: jawaban soal pertemuan 9

Stakeholder merupakan sumber harapan untuk mengetahui apakah kinerja

perusahaan yang sebenarnya diinginkan dan tidak diinginkan. Dalam hal ini

stakeholder membantu mendefinisikan norma perilaku perusahaan.

Stakeholder mengalami efek dari perilaku perusahaan

Stakeholder membantu dalam mengevaluasi hasil dari perilaku perusahaan

apakah perusahaan telah memenuhi dan mempengaruhi masyarakat.

D. Hubungan Corporate Social Responsibility dan Corporate Governance

Perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya memiliki hubungan

dengan berbagai pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Oleh

karena itu, diperlukan suatu tata kelola perusahaan yang baik untuk dapat

mengakomodasi hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan

tersebut. FCGI (2001) mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai:

Seperangkat peraturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang

saham, manajer, kreditor, pemerintah, pekerja dan pemangku kepentingan

lainnya baik internal maupun eksternal yang berkaitan dengan hak dan

kewajiban mereka, atau sistem yang mengendalikan atau mengarahkan

perusahaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai tambah kepada para

pemangku kepentingan.

Para pemangku kepentingan yang dimaksud juga mencakup lingkungan

sosial dan masyarakat pada umumnya. Dalam konteks yang berkaitan dengan

hubungan kerja sama antara perusahaan dan para pemangku kepentingan ini,

konsep tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) dapat

digunakan untuk mencapai penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

Menurut UU Perseroan Terbatas No.40/2007 Pasal 1 butir 3, definisi

tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah:

Komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya.

CSR lebih lanjut dibahas dalam Bab V UU Perseroan Terbatas No.40/2007

Pasal 74 sebagai berikut:

18

Page 19: jawaban soal pertemuan 9

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

diatur dengan peraturan pemerintah.

Dalam penjelasan Pasal 74 ayat (1) disebutkan:

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam

adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan

sumber daya alam.

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan

sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan sumber daya alam tetapi kegiatan usahanya berdampak pada

fungsi kemampuan sumber daya alam.

Menurut Suciyati (2010) mengenai Pasal 74 ayat (3), sanksi yang dikenakan

bukan karena perusahaan tidak melaksanakan CSR menurut UU PT, melainkan

karena perusahaan mengabaikan CSR sehingga melanggar aturan-aturan yang

terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan dan akan dikenakan sanksi sesuai

dengan ketentuan peraturan yang dilanggar tersebut.

Pelaksanaan CSR diatur pula dalam UU Penanaman Modal No.25/2007,

sebagai berikut:

Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

19

Page 20: jawaban soal pertemuan 9

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha

penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 34

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha

perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya pernyataan yang tertuang dalam UU Perseroan Terbatas dan

UU Penanaman Modal mengenai CSR, menandakan bahwa saat ini pelaksanaan

CSR oleh perusahaan menjadi kewajiban yang berlandaskan hukum, di mana

sebelumnya CSR dilaksanakan atas dasar kesadaran perusahaan yang lebih

bersifat moral, meskipun sanksinya berasal dari peraturan perundang-undangan

terkait.

Dengan melaksanakan CSR secara benar artinya perusahaan telah

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dan berarti perusahaan telah

memenuhi prinsip dasar GCG, terutama prinsip responsibilitas. KNKG (2006)

menjelaskan prinsip dasar dari responsibilitas sebagai berikut:

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkugan sehingga

20

Page 21: jawaban soal pertemuan 9

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizenship.

Pedoman pokok pelaksanaan prinsip responsibilitas oleh perusahaan mencakup:

Prinsip kehati-hati oleh organ perusahaan dan memastikan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan

perusahaan.

Pembuatan perencanaan dan pelaksanaan CSR yang memadai dengan peduli

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

perusahaan.

Pelaksanaan CSR tidak hanya memberikan manfaat kepada masyarakat,

tetapi juga memberikan manfaat bagi perusahaan baik dalam jangka pendek,

jangka menengah, maupun jangka panjang, di antaranya sebagai berikut:

Masyarakat cenderung akan memilih produk dari perusahaan yang memiliki

citra positif sehingga dapat meningkatkan penjualan produk perusahaan.

Investor lebih ingin melakukan penanaman modal pada perusahaan yang

memiliki tanggung jawab, salah satu aspek tanggung jawab perusahaan

dapat dilihat dari pelaksanaan CSR-nya.

Para karyawan dapat melakukan interaksi secara lebih santai sehingga

membangkitkan suasana dinamis dan menciptakan keakraban serta

kekompakan di antara para karyawan sehingga mengurangi tingkat

perputaran karyawan.

Perusahaan dapat membangun jaringan strategis untuk kelancaran

pengembangan usaha di masa depan dengan berbagai pihak, termasuk

lembaga pemerintah baik nasional maupun internasional.

Pelaksanaan CSR merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah dari

penerapan GCG. Pelaksanaan CSR dengan baik, konsisten, dan secara terus-

menerus akan mengarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan bagi

perusahaan tidak hanya dalam aspek ekonomi (pencapaian profit), tetapi juga

memperhatikan aspek lingkungan dan sosial para pemangku kepentingan lainnya,

seperti karyawan, pemerintah, dan masyarakat luas (tidak hanya pemegang

saham) sehingga pada akhirnya perusahaan akan dapat menciptakan nilai tambah

bagi seluruh pemangku kepentingan.

21

Page 22: jawaban soal pertemuan 9

22