Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

57
RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KOMISI III DPR RI JAKARTA, 28 APRIL 2010

Transcript of Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

Page 1: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

RAPAT DENGAR PENDAPAT

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DAN

KOMISI III DPR RI

JAKARTA, 28 APRIL 2010

Page 2: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 1 -

PENJELASAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

ATAS PERTANYAAN

I. LEGISLASI

Page 3: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 2 -

1. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang langkah-langkah yang

telah dan/atau akan dilakukan untuk mengatasi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi KPK dari aspek peraturan perundang-undangan yang terkait dengan KPK sebagaimana dijelaskan dalam Rapat Dengar Pendapat tanggal 25 Januari 2010.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempunyai tugas pokok:

a. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi (TPK);

b. Melakukan supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK;

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK;

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, terdapat beberapa kendala dari aspek peraturan perundangan-perundangan:

a. Dengan berlakunya UU Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tipikor, maka Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada KPK harus menyesuaikan untuk melakukan persidangan di daerah. KPK sampai saat ini belum memiliki kantor perwakilan di daerah, sehingga belum memiliki fasilitas ruang kerja para JPU KPK pada saat melaksanakan tugas persidangan di daerah. Selain itu, jumlah JPU pada KPK sangatlah terbatas sehingga dapat diperkirakan tugas penuntutan akan mengalami hambatan;

b. UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, hanya mengenakan sanksi administrasi terhadap Penyelenggara Negara yang tidak melaporkan LHKPN sehingga pelaksanaan tugas KPK dalam menerima pelaporan dan pemeriksaan LHKPN menemukan hambatan tentang kepatuhan untuk melaporkan kekayaannya;

c. Dengan berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi, tercantum ketentuan yang memperbolehkan diberikannya insentif pemungutan pajak (upah pungut). Dalam pelaksanaan tugas pokok KPK untuk melakukan pencegahan TPK, ketentuan ini tanpa dibarengi Peraturan Pemerintah yang jelas, akan menimbulkan hambatan (perbedaan persepsi).

Untuk mengatasi kendala tersebut di atas, KPK telah melakukan langkah-langkah berikut:

a. Melakukan koordinasi dengan Kejaksaan untuk menggunakan ruang kerja seandainya ada JPU yang sedang melaksanakan sidang di wilayah hukum Kejaksaan setempat.

b. Mengusulkan revisi atau amandemen UU Nomor 28 Tahun 1999. Selain itu, mengusulkan UU tentang Gratifikasi.

c. Mendorong Kementerian Dalam Negeri untuk menyusun Peraturan Pemerintah tentang biaya pemungutan pajak daerah yang antara lain memuat pejabat yang dapat menerima upah pungut dan jenis pungutan yang diperbolehkan.

Page 4: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 3 -

PENJELASAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

ATAS PERTANYAAN

II. ANGGARAN

Page 5: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 4 -

1. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang alokasi dan realisasi

anggaran Tahun Anggaran 2010 pada setiap satuan kerja, pengadaan barang dan jasa yang telah dilaksanakan sampai dengan April 2010, rincian rencana penggunaan rencana penggunaan dana hibah luar negeri dan realisasinya hingga April 2010, dan rincian rencana penggunaan dana APBN Perubahan 2010

1.1. Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2010

Tahun Anggaran 2010, KPK memperoleh pagu anggaran (Rupiah Murni) sebesar Rp398.694.431.000,00. Realisasi anggaran s.d. 25 April 2010 adalah sebesar Rp62.402.437.765,00 atau 15,65% dari pagu, dengan rincian:

Unit (Kedeputian) Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %

Penindakan 24.260.000.000,00 2.220.448.303,00 9,15

Pencegahan 22.957.032.000,00 1.606.962.557,00 7,00

INDA 104.617.026.000,00 4.122.140.020,00 3,94

PIPM 6.949.375.000,00 114.754.846,00 *) 1,65

Setjen 239.910.998.000,00 54.338.132.039,00 22,65

Total 398.694.431.000,00 62.402.437.765,00 15,65

*) masih dalam proses pertanggungjawaban.

1.2. Pengadaan Barang/Jasa Tahun 2010 Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) per 15 April 2010 yang telah dilakukan KPK sebanyak 132 paket dengan nilai total Rp31.606.591.900,00. Dari hasil PBJ tersebut, diperoleh penghematan Rp2.223.507.147,00 (selisih antara harga perkiraan/HPS dan harga hasil lelang/tender), dengan rincian.

No Unit Kerja Jumlah Paket

Perkiraan Dana / HPS (Rp)

Hasil Pengadaan (Rp)

Penghematan (Rp)

% Penghematan

1 Pencegahan 12 4.114.757.993 3.912.781.813 201.976.180 4,91%

2 Penindakan 5 118.690.000 110.794.000 7.896.000 6,65%

3 INDA 34 8.456.449.992 7.484.510.072 971.939.920 11,49%

4 PIPM 3 19.971.710 18.899.100 1.072.610 5,37%

5 Setjen 78 18.896.722.205 17.856.099.768 1.040.622.437 5,51%

Jumlah 132 31.606.591.900 29.383.084.753 2.223.507.147 7,03%

1.3. Rencana Penggunaan Hibah 2010 Penjelasan dan rincian rencana penggunaan Hibah KPK Tahun 2010 telah disampaikan melalui Surat Sekjen KPK Nomor: B-850/50-52/04/2010 tanggal 16 April 2010 dan telah dilakukan pembahasan dengan Banggar dan Kapoksi Komisi III DPR sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada tanggal 12 dan 22 April 2010.

Page 6: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 5 -

Tahun 2010, KPK menerima Hibah sebesar Rp27,686 Miliar yang masih diblokir oleh DPR. Hibah tersebut berasal dari:

a. Uni Eropa senilai Rp11,743 Miliar; Project Strengthening of Rule of Law and Security in Indonesia, untuk support to fighting against corruption. Dasar perjanjian: Financing Agreement antara Pemerintah Indonesia dan Masyarakat Ekonomi Eropa tanggal 23 Juni 2008.

Hibah dari Uni Eropa untuk KPK (Support to fighting against corruption) digunakan untuk:

1. Bantuan teknis untuk menyusun kebijakan dan strategi KPK dalam melakukan koordinasi dan supervisi dengan lembaga penegak hukum lainnya;

2. Penyadaran anti korupsi melalui workshop, RAN-PK, termasuk reviu kepatuhan terhadap UNCAC dan tindak lanjutnya oleh Indonesia;

3. Pelatihan, workshop, dan pengetahuan teknis, teknik koordinasi, dan kerjasama operasional dengan lembaga penegak hukum lainnya;

4. Bantuan teknis dalam penyusunan sistem evaluasi dan pemantauan yang efektif atas RAN-PK dan Kormonev.

Rencana penggunaan Hibah Uni Eropa tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, Pelaksanaan Penguatan Kapasitas Koordinasi dan Supervisi dianggarkan US$318,737 ;

2. Persiapan, Pelaksanaan Training dan Pelatihan di Bidang Asset Tracing dan Keuangan dianggarkan US$247,137 ;

3. Persiapan, Pelaksanaan UNCAC Gap Analysis dan Strategy Kampanye KPK dianggarkan US$206,286 ;

4. Managemen Proyek dianggarkan US$532,618.

Total anggaran 2010 adalah US$1,304,778 atau Rp11.743.000.000,00 (dengan kurs 1 US$ = Rp9.000,00).

b. Kanada (CIDA) senilai Rp15,943 Miliar; Project Support to Indonesia`s Island of Integrity Program for Sulawesi. Dasar perjanjian: Memorandum of Understanding antara Pemerintah Indonesia dan Kanada tanggal 14 Mei 2009.

Tujuan pemberian hibah dari CIDA (Kanada) adalah: untuk menjamin bahwa konsep island of integrity dapat terus terpelihara pada pemerintah daerah yang sudah berinisiatif, dan supaya praktik-praktik tersebut mulai digunakan oleh pemerintah daerah lainnya di Sulawesi maupun di luar Sulawesi.

Rencana penggunaan Hibah Kanada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, Pelaksanaan Inception Work Plan dianggarkan US$422,500 ;

2. Persiapan, Pelaksanaan Training dan Pelatihan untuk Peningkatan Kapasitas di Daerah dianggarkan US$550,000 ;

3. Persiapan, Pelaksanaan Training dan Pelatihan untuk Peningkatan Kapasitas KPK dianggarakn US$50,000 ;

4. Managemen Proyek dianggarkan US$748,944.

Total anggaran 2010 adalah US$1,771,444 atau Rp15.943.000.000,00 (dengan kurs 1 US$ = Rp9.000,00).

Page 7: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 6 -

1.4. Rencana Penggunaan APBN-P Tahun 2010

APBN-P 2010 direncanakan untuk Belanja Pegawai. Penjelasan dan rincian rencana penggunaan APBN-P Tahun 2010 telah disampaikan melalui Surat Sekjen KPK Nomor: B-830/50-52/04/2010 tanggal 15 April 2010. Demikian pula pembahasannya, untuk rencana penggunaan APBN-P Tahun 2010 telah dilakukan pada tanggal 12 dan 22 April 2010.

Alokasi Belanja Pegawai KPK 2010 Sebelum APBN-P: a. Alokasi Belanja Pegawai (DIPA 2010) …………………...... Rp165,99 Miliar;

b. Kebutuhan Belanja Pegawai ………………………………… Rp219,46 Miliar;

c. Kekurangan Belanja Pegawai (b-a) ……….......................… Rp 53,47 Miliar.

Kenaikan Belanja Pegawai 2010 diperlukan untuk: a. Penambahan pegawai sebanyak 168 orang sebagaimana telah direncanakan

dalam Renstra;

b. Perubahan grade dan tingkat jabatan, tunjangan transport, THT, asuransi jiwa dan kesehatan, dan insentif kinerja.

Rencana Alokasi Belanja Pegawai Setelah Pengusulan APBN-P: Tambahan Belanja Pegawai sebesar Rp53,47 Miliar akan dialokasikan untuk:

a. Gaji ……………………………………………………………… Rp34,85 Miliar;

b. Tunjangan Transport …………………………….................... Rp 9,39 Miliar;

c. Tunjangan THT ……………………………........................... Rp 2,12 Miliar;

d. Asuransi Kesehatan dan Jiwa…………………..................… Rp 1,09 Miliar;

e. Insentif Kinerja …………………………………...................... Rp 5,95 Miliar.

Page 8: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 7 -

2. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang pelaksanaan prinsip

transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran KPK, antara lain masalah penggajian pegawai KPK, dan penjelasan KPK tentang penanganan atau tindak lanjut atas ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II BPK RI Tahun Anggaran 2009

2.1. Penggajian Pegawai KPK

Prinsip-prinsip dasar pemberian kompensasi Pegawai KPK dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK adalah: a. Merit system; b. Single Salary, c. Pajak penghasilan ditanggung oleh Pegawai; d. Biaya perjalanan at cost (tidak lumpsum); e. Tidak ada honor atau tambahan penghasilan lain; f. Tidak ada uang pensiun sebagaimana Pegawai Negeri lain.

Rujukan dalam sistem penggajian KPK adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Pemerintah nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia KPK.

Pasal 15: (1) Kompensasi diberikan kepada pegawai sebagai penghargaan atas

kontribusi positif dan/atau jasanya, meliputi :

a. gaji;

b. tunjangan; dan

c. insentif berdasarkan prestasi kerja tertentu

(2) Gaji pegawai Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kinerja sesuai kontribusi pegawai kepada Komisi.

(3) Gaji Pegawai Negeri yang dipekerjakan pada Komisi diperhitungkan dengan mengurangi besarnya gaji dan tunjangan dari instansi asal

(4) Pajak Penghasilan atas kompensasi ditanggung oleh masing-masing pegawai

(5) Besaran kompensasi pegawai Komisi ditetapkan melalui Peraturan Komisi

(6) Jumlah Pegawai dan kebutuhan belanja pegawai Komisi ditetapkan tidak melampau pagu belanja pegawai pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Komisi.

Penjelasan Pasal 15 ayat (1) butir b: Tunjangan pegawai Komisi meliputi tunjangan transportasi, tunjangan asuransi kesehatan dan jiwa serta tunjangan hari tua. Tunjangan transportasi dibayarkan secara langsung kepada pegawai sedangkan tunjangan asuransi kesehatan dan jiwa serta tunjangan hari tua dibayarkan kepada pihak ketiga sebagai pemberi jasa.

Page 9: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 8 -

Pasal 24: (1) Tim Penasihat Komisi diberi kompensasi sebagai penghargaan atas

kontribusi positif dan/atau jasanya yang meliputi :

a. gaji;

b. tunjangan; dan

c. insentif berdasarkan prestasi kerja tertentu.

(2) Pajak Penghasilan atas kompensasi yang diberikan ditanggung oleh masing-masing Tim Penasihat

Penjelasan Pasal 24 ayat (1) butir b: Tunjangan Tim Penasihat Komisi meliputi tunjangan transportasi, tunjangan asuransi kesehatan dan jiwa serta tunjangan hari tua. Tunjangan transportasi dibayarkan secara langsung kepada Tim Penasihat sedangkan tunjangan asuransi kesehatan dan jiwa serta tunjangan hari tua dibayarkan kepada pihak ketiga sebagai pemberi jasa.

2. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor PER 01/2008 tentang Sistem Penggajian bagi Penasihat dan Pegawai pada Komisi Pemberantasan Korupsi.

Pasal 3: Menjelaskan tentang Filosofi Kompensasi bagi pegawai dan penasihat dalam memberikan penghargaan/imbalan berdasarkan kepada prinsip 3 (tiga) P, yaitu:

a. Pay for Position berdasarkan bobot pekerjaan (job based) mencerminkan tingkat bobot tugas, tanggung jawab dan wewenang.

b. Pay for Person berdasarkan kompetensi (competency based) mencerminkan tingkat kompetensi yang meliputi perilaku dan kompetensi teknis pengetahuan dan ketrampilan.

c. Pay for Performance berdasarkan kinerja (performance based) mencerminkan tingkat prestasi kerja pegawai.

Pasal 5: Menjelaskan tentang Strategi Kompensasi yang meliputi :

a. Menggunakan azas internal equity dengan tujuan menjaga keseimbangan di internal Komisi melalui penerapan prinsip 3 (tiga) P di atas

b. Menggunakan azas external equity dengan tujuan menjaga keseimbangan dengan pihak eksternal agar mampu mempertahankan pegawainya yang unggul melalui membandingkan kompensasi atas pekerjaan sejenis terhadap kondisi eksternal.

c. Menggunakan azas kontribusi positif pegawai dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan motivasi dan kinerja pegawai melalui pemberian variable pay berupa tunjangan transportasi dan insentif kinerja.

d. Pengadministrasian kompensasi melalui perencanaan, pengendalian penggunaaan anggaran dan efektivitas anggaran. Dengan sistem kompensasi yang digunakan maka sistem pengadministrasiannya menjadi lebih sederhana, mudah dan cepat karena tidak terlalu banyak komponen kompensasinya, mengandalkan teknologi serta mengurangi transaksi

Page 10: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 9 -

langsung dengan pegawai melalui metoda transfer untuk seluruh proses pembayaran kompensasi sehingga diharapkan akurasi dapat lebih terjamin.

Penjabaran Pasal 3 dan Pasal 5: Gaji sebagai kompensasi dalam bentuk cash dan fixed pay dibayarkan secara bulanan berdasarkan Struktur Gaji Kotor yang ditetapkan oleh Pimpinan.

Struktur Gaji pegawai dan penasihat terdiri dari perpaduan butir 1 dan butir 2 yaitu (job based) dan butir 2 (competency based) yaitu tingkat jabatan dan tingkat kompetensi.

Tunjangan Transportasi sebagai kompensasi dalam bentuk cash dan merupakan variable pay yang dibayarkan secara bulanan berdasarkan Tabel Tunjangan Transportasi Kotor dan proporsional berdasarkan kontribusi positif pegawai dan penasihat yang didokumentasikan melalui isian Timesheet. Isian Timesheet merupakan pencatatan pelaksanaan tugas harian secara on-line.

Insentif Kinerja sebagai kompensasi dalam bentuk cash dan merupakan dan merupakan variable pay. Insentif Kinerja ditetapkan setiap akhir tahun berdasarkan capaian kinerja organisasi, unit kerja dan masing-masing pegawai dan penasihat yang besarannya berdasarkan prosentasi dari Gaji Kotor dan berdasarkan peringkat kinerja masing-masing pegawai atau penasihat.

Insentif Kinerja terdiri dari dua jenis yaitu Insentif Kinerja Tahunan yang dibayarkan setiap akhir tahun dan Insentif Kinerja Bulanan yang dibayarkan secara bulanan pada perode penilaian kinerja berikutnya. Insentif Kinerja Bulanan diberikan kepada pegawai dan penasihat setelah minimal satu tahun bekerja di KPK serta tidak carry over. Besarnya Insentif Kinerja dibayarkan secara proporsional berdasarkan peringkat kinerja masing-masing pegawai atau penasihat dan rentang waktu kontribusi pegawai atau penasihat sepanjang periode penilaian kinerja.

Tunjangan Asuransi Kesehatan dan Jiwa sebagai kompensasi dalam bentuk non cash dan merupakan salah satu jenis benefit yang diberikan kepada pegawai, penasihat dan/atau keluarga serta bersifat variable dan proporsional berdasarkan manfaat asuransi yang diberikan berupa rawat jalan, rawat inap, rawat gigi, serta pilihan manfaat berupa bantuan melahirkan, kaca mata dan asuransi jiwa (hanya untuk pegawai dan penasihat, tidak termasuk keluarga) berdasarkan rumpun jabatan dan jenis pekerjaan. Premi atas asuransi kesehatan dan jiwa dibayarkan oleh KPK kepada pihak pemberi jasa sebagaimana diatur dalam PP 63 Tahun 2005. Penetapan Pemberi Jasa ditentukan melalui tender yang mengacu kepada ketentuan PBJ.

Tunjangan Hari Tua (THT) sebagai kompensasi dalam bentuk cash dan merupakan salah satu jenis benefit yang diberikan kepada pegawai dan penasihat yang dibayarkan secara sekaligus kepada pegawai atau penasihat saat berhenti dari KPK dan telah diterbitkan Surat Keputusan Pemberhentian oleh Pimpinan KPK. Pegawai dan Penasihat KPK tidak menerima uang pensiun bulanan lagi setelahnya. Besaran Iuran bulanan THT diberikan berdasarkan prosentasi dari Gaji Kotor dan dibayarkan oleh KPK kepada pihak pemberi jasa sebagaimana diatur dalam PP 63 Tahun 2005. Penetapan Pemberi Jasa ditentukan melalui tender yang mengacu kepada ketentuan PBJ.

Page 11: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 10 -

Pajak Penghasilan Pegawai dan Penasihat KPK :

a. Pajak atas gaji, tunjangan transportasi, insentif kinerja dan tunjangan asuransi kesehatan dan jiwa dipotong secara bulanan.

b. Pajak atas THT dipotong saat dilaksanakan pencairan THT.

Pengadministrasian Kompensasi a. Penerbitan Slip carbonize untuk Gaji dan Transportasi, Insentif Kinerja

kepada pegawai dan penasihat. b. Penerbitan laporan tahunan, pemberitahuan pembayaran THT dan besaran

THT kepada pegawai atau penasihat. c. Pembayaran kompensasi melalui sistem transfer dan kepada pegawai diberi

kebebasan untuk menetapkan bank yang ditunjuk untuk transfer. d. Penggunaan aplikasi timesheet untuk dokumentasi kontribusi positif dan

produktivitas pegawai dan penasihat. e. Penerbitan laporan bulanan rekapitulasi kehadiran dan produktvitas pegawai

dan penasihat. f. Penggunaan aplikasi manajemen kinerja (KKO) untuk perencanaan,

monitoring, evaluasi dan penilaian kinerja. g. Penerbitan SPT Pph 21 untuk masing-masing pegawai dan penasihat.

Kepada Pegawai dan Penasihat KPK tidak diberikan : a. Uang lembur bagi Pegawai yang bekerja melebihi 8 jam/hari atau 40

jam/minggu; b. Gaji ke-13 bagi Pegawai; c. Tunjangan Hari Raya (THR); d. Uang Pesangon; e. Honor bagi yang mendapatkan tugas tambahan dan/atau tugas khusus (baik

di dalam KPK ataupun di luar KPK); f. Fasilitas kendaraan dinas yang dapat dibawa ke rumah atau digunakan oleh

anggota keluarga lainnya selain untuk kedinasan; g. Fasilitas bensin dan perawatan kendaraan bagi pejabat struktural eselon 1

dan eselon 2; h. Fasilitas perumahan atau tunjangan perumahan; i. Uang perjalanan dinas bukan merupakan bagian dari penghasilan

tambahan. Kepada pegawai diberikan uang saku sebesar Rp100.000,00 per hari untuk Perjadin Dalam Negeri dan US$20.00 untuk Perjadin Luar Negeri. Uang saku tersebut dapat dipergunakan untuk biaya komunikasi dan laundry. Selain uang saku tersebut, dibayarkan secara at cost.

3. Kode Etik bagi penasihat dan pegawai, yang mengatur antara lain:

a. Penasihat dan Pegawai KPK tidak diperkenankan menerima honor apapun terkait tugas tambahan atau tugas lainnya baik dari KPK ataupun dari pihak eksternal selain kompensasi yang telah ditetapkan;

b. Penasihat dan Pegawai KPK tidak diperkenankan menerima fasilitas antar jemput dan/atau fasilitas lainnya terkait tugas kedinasan dan/atau kegiatan pribadi yang dapat menimbulkan conflict of interest;

c. Penasihat dan Pegawai KPK tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan lainnya dalam rangka mencari atau menambah pengasilan lainnya sehingga dapat menggagu fokus dan waktunya dalam melaksanakan tugas di KPK dan mencegah timbulnya conflict of interest dari kegiatan memperoleh penghasilan lainnya tersebut.

Page 12: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 11 -

4. Peraturan lainnya terkait penghasilan Pegawai:

a. Penasihat dan Pegawai KPK wajib melaporkan gratifikasi kepada Direktorat Gratifikasi KPK sebagai upaya mencegah terjadinya conflict of interest.

b. Penasihat dan Pegawai KPK wajib melaporkan LHKPN, setelah diangkat menjadi Penasihat atau Pegawai KPK dan saat berhenti dari KPK.

Penjelasan tambahan tentang Implementasi 3P (Position, Person, Performance) dalam sistem kompensasi mengenai Job Based, Competency Based dan Performance Based yang digunakan di KPK sebagai berikut:

1. Job Based

KPK menggunakan tingkat jabatan dengan bobot kerja terendah Tingkat Jabatan 5 dan bobot kerja tertinggi adalah Tingkat Jabatan 22. Jenis pekerjaan dengan tingkat jabatan 1 s.d. 4 dikelola oleh pihak ketiga.

Penetapan Tingkat Jabatan ditentukan berdasarkan tiga aspek yaitu Bobot Pengetahuan (Know-How), Pemecahan Masalah (Problem Solving) dan Hasil Kerja (Accountability) dengan menggunakan metoda Hay Point System.

Rumpun Jabatan dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu Rumpun Jabatan Struktural (Tingkat Jabatan 14 s.d. Tingkat Jabatan 22), Rumpun Jabatan Fungsional (Tingkat Jabatan 8 s.d. Tingkat Jabatan 18) dan Rumpun Jabatan Adminsitrasi termasuk untuk jenis pekerjaan pendukung operasional dan teknis (Tingkat Jabatan 5 s.d. Tingkat Jabatan 12).

Klasifikasi Jabatan dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis yaitu Klasifikasi Jabatan Muda, Klasifikasi Jabatan Madya dan Klasifikasi Jabatan Utama.

Komposisi jumlah pegawai untuk Rumpun Jabatan Struktural dan Fungsional dibandingkan dengan Rumpun Jabatan Adminstrasi dan komposisi untuk area pekerjaan operasional dan area pekerjaan pendukung adalah 70 : 30. Tujuan dari pengaturan komposisi ini disesuaikan dengan karakteristik organisasi KPK yang mengedepankan struktur organisasi yang landai dan berbasis teknologi sehingga komposisi pekerjaan pendukung dan administrasi perlu dikendalikan dengan memanfaatkan bantuan teknologi dan mengurangi pekerjaan secara manual dan paperless.

2. Competency Based

KPK membagi tingkat kompetensi dimulai dari terendah Tingkat Dasar, Tingkat Pemula, Tingkat Menengah, Tingkat Lanjut dan tertinggi adalah Tingkat Ahli.

Pemeringkatan tingkat kompetensi didasarkan kepada kompetensi perilaku yang terdiri dari core competencies, primary competencies dan secondary competencies dan kompetensi teknis yang terdiri dari pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, dan peringkat kinerja.

Saat ini KPK masih dalam tahap capacity building sehingga pemetaan kompetensi serta rincian kompetensi terus dikembangkan agar menjadi lebih sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.

Komposisi pegawai KPK saat ini mayoritas berada di klasifikasi jabatan muda dan madya dan tingkat kompetensi menengah.

3. Performance Based Peringkat Kinerja dibagi ke dalam 5 (lima) peringkat kinerja yaitu A (Sangat Memuaskan, B (Memuaskan), C (Cukup Memuaskan), D (Kurang Memuaskan) dan E (Tidak Memuaskan).

Page 13: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 12 -

Penetapan Peringkat Kinerja ditetapkan berdasarkan :

a. Pencapaiana Kinerja (Bobot 50%) sebagai pencerminan prestasi pergawai dalam mencapai hasil kerja berdasarkan program prioritas yang disepakati antara atasan dan pegawai dengan menggunakan metoda Balance Scorecard yang terdiri dari penetapan KRA (Key Result Area), Key Performance Indicator (KPI) dan Objectives (O) atau disingkat KKO.

b. Evaluai Kompetensi Perilaku (Bobot 50%) sebagai pencerminan atas perilaku dan pelaksanaan kode etik serta kepatuhan pegawai dalam rangka menjaga integritas pegawai KPK sehingga bobot perilaku ditetapkan sebesar 50%, sama pentingnya dengan pencapaian prestasi kerja.

c. Menggunakan metoda Forced Rank, yaitu mengatur kuota untuk setiap peringkat kinerjanya yaitu untuk peringkat kinerja A maksimal sekitar 30% dan peringkat kinerja D dan E maksimal sekitar 10%. Tujuan dari pemeringkatan ini adalah untuk dapat membedakan pegawai dalam kaitannya promotability dan memilih diantara yang sama-sama berkinerja baik, siapa yang lebih baik.

2.2. Penanganan atau tindak lanjut atas ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II BPK RI Tahun Anggaran 2009 Sampai dengan tanggal 26 April 2010, KPK belum menerima ikhtisar HAPSEM II Tahun Anggaran 2009 dari BPK.

Page 14: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 13 -

PENJELASAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

ATAS PERTANYAAN

III. PENGAWASAN

Page 15: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 14 -

1. Terkait tindak lanjut kesimpulan RDP Komisi III DPR dengan KPK

tanggal 25 Januari 2010, Komisi III DPR meminta penjelasan tentang: 1.1. Perkembangan hasil monitoring terhadap penerimaan negara dan

pelaksanaan pengelolaan APBN dan APBD, khususnya pelaksanaan pembangunan yang menyerap anggaran terbanyak seperti pendidikan, infrastruktur, dan subsidi.

1.2. Upaya mengefektifkan mekanisme pengawasan internal dalam pelaksanaan tugas dan wewenang di bidang penindakan, mulai dari tahap penyelidikan hingga penuntutan, guna mencegah terjadinya pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang personil KPK.

1.3. Perkembangan pelaksanaan kajian dan monitoring terhadap UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi yang membolehkan diberikannya insentif pemungutan pajak (upah pungut) yang dapat menimbulkan tindak pidana korupsi.

1.1. Monitoring terhadap penerimaan negara dan pelaksanaan pengelolaan APBN

dan APBD KPK telah melakukan pencegahan korupsi melalui kegiatan penelitian, pengkajian maupun pengembangan pada sisi: 1. Penerimaan Negara

a. Sektor Perpajakan Kajian telah dilaksanakan pada tahun 2008 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Pajak.

b. Sektor Bea Cukai Kajian telah dilaksanakan pada tahun 2007 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

c. Sektor Keimigrasian Kajian telah dilaksanakan pada tahun 2006 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Imigrasi.

d. Sektor Pertanahan Kajian telah dilaksanakan pada tahun 2005 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Badan Pertanahan Nasional.

e. Sektor Kehutanan Kajian sedang dilaksanakan pada tahun 2010 di Kementerian Kehutanan.

2. Pengelolaan APBN KPK telah melakukan kajian terhadap pengelolaan APBN, di: a. Direktorat Jenderal Anggaran

Kajian telah dilaksanakan pada tahun 2008 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Anggaran.

Page 16: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 15 -

b. Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kajian telah dilaksanakan pada tahun 2008 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

3. Pelaksanaan Pembangunan yang Menyerap Anggaran Terbanyak a. Sektor Pendidikan

Kajian mengenai Dana Alokasi Khusus bidang pendidikan telah dilaksanakan pada tahun 2009 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

b. Sektor kesehatan KPK sedang melakukan monitoring atas pengadaan alat kesehatan

c. Sektor Infrastruktur c.1. Jalan Nasional

• Kajian tentang penyelenggaraan jalan nasional telah dilaksanakan pada tahun 2009 dan saat ini dilakukan pemantauan atas implementasi saran perbaikan dari KPK kepada Direktorat Jenderal Bina Marga.

• Monitoring pengadaan barang dan jasa pada penyelenggaraan jalan nasional

c.2. Kelistrikan Monitoring pengadaan alat kelistrikan.

1.2. Upaya mengefektifkan mekanisme pengawasan internal dalam bidang

Penindakan Sistem pengawasan di KPK dilaksanakan melalui pelembagaan kode etik, pengawasan masyarakat, pengawasan melekat dan pengawasan fungsional oleh Direktorat PI.

a. Pelembagaan kode etik dilakukan melalui internalisasi kode etik dalam setiap induksi pegawai KPK dan pelaksanaan Coaching, Mentoring, dan Counceling (CMC) setiap semester dan akhir tahun.

b. Pengawasan Masyarakat Pengawasan Masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh Masyarakat dalam arti luas sebagai stakeholder KPK. Masyarakat dapat berperan aktif dalam melakukan pengawasan dalam bentuk partisipasi berupa saran, kritik, dan harapan terhadap pencapaian kinerja KPK maupun pengaduan mengenai kinerja dan perilaku Pimpinan, pegawai dan unit kerja KPK, maupun informasi/rekomendasi perbaikan atas kinerja KPK.

Informasi pengawasan masyarakat melalui pengaduan masyarakat, berita media massa, permintaan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan, ataupun informasi dalam bentuk dan dari sumber lainnya. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam organisasi mapun dari dari pihak-pihak lain di luar organisasi.

c. Pengawasan Melekat Pengawasan melekat dilakukan dengan cara pembahasan perkara secara transparan, terus-menerus dalam setiap tingkatan kegiatan oleh Ka Satgas, Direktur, Deputi dan Pimpinan melalui gelar perkara (ekspose) yang dihadiri oleh Pimpinan KPK, Penyelidik, Penyidik, dan Jaksa.

Page 17: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 16 -

Pelaksanaan seluruh kegiatan Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan dilakukan perekaman audio visual.

Kewajiban Penyelidik dan Penyidik sebelum melakukan pemeriksaan untuk membacakan edaran Pimpinan KPK kepada yang diperiksa untuk tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu berupa uang, barang, maupun fasilitas kepada pegawai KPK atau siapapun yang mengaku dapat mengurus perkaranya di KPK.

d. Pengawasan Fungsional Pengawasan Fungsional antara lain:

• Dengan mewawancarai setiap orang yang dilakukan pemeriksaan di KPK dan sekaligus diberitahukan bahwa orang yang diperiksa untuk tidak melakukan upaya pengurusan perkaranya dengan cara pemberian sesuatu dalam bentuk apapun kepada Pimpinan, Penyelidik, Penyidik, dan Penuntut Umum serta pegawai di lingkungan KPK. Kepada yang diperiksa tersebut, Pengawas Internal memberikan nomor kontak petugas yang dapat dihubungi setiap saat apabila ada upaya pemerasan yang dilakukan terhadap yang bersangkutan oleh siapapun; terutama petugas KPK atau pihak yang mengatasnamakan KPK/petugas KPK.

• Tindak lanjut atas pengaduan masyarakat terhadap dugaan adanya praktik-praktik makelar kasus yang diduga terjadi dengan melakukan penelitian/ pemeriksaan baik secara terbuka maupun tertutup.

• Apabila diperoleh bukti yang cukup atas terjadinya penyimpangan sebagaimana yang diinformasikan/dilaporkan diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan jenis penyimpangannya.

1.3. Perkembangan pelaksanaan kajian dan monitoring terhadap UU Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Dasar Hukum: a. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah; b. Kepmendagri No. 35 Tahun 2002 tentang Alokasi Biaya Pemungutan Pajak

Daerah c. Kepmendagri No. 36 Tahun 2002 tentang Alokasi Biaya Pemungutan Bagian

Tim Pembina Pusat (Depdagri) d. Perda pada masing-masing Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota mengenai

Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah e. Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota pada masing-masing daerah mengenai

Alokasi Biaya Pemungutan Pajak Daerah

Langkah-langkah yang telah dilakukan: a. Melakukan pemeriksaan LHKPN terhadap sejumlah Kepala Daerah b. Meminta masukan kepada ahli keuangan daerah c. Meminta masukan kepada sejumlah instansi terkait Pajak Daerah, misalnya

Kementerian Keuangan d. Melakukan diskusi-diskusi dengan phak di Departemen Dalam Negeri yang

terkait dengan Pajak Daerah e. Memantau penyusunan peraturan oleh Depdagri.

Page 18: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 17 -

Dampak Upah Pungut: a. Menjadi sumber tambahan penghasilan bagi Kepala Daerah dan Pejabat

Daerah yang nilainya kurang memenuhi asas kepatutan, kewajaran, dan rasionalitas serta tidak sesuai dengan filosofi pemberian upah pungut;

b. Menjadi sumber pendanaan operasional atau dana taktis bagi Depdagri dan Kepala Daerah yang dikelola secara non budgeter.

Rekomendasi perbaikan: a. Mengubah ketentuan perundang-undang mengenai biaya pemungutan pajak

daerah sesuai dengan filosofi upah pungut dan kinerja kegiatan pemungutan;

b. Melarang penggunaan upah pungut untuk dana operasional atau dana taktis yang dikelola secara non budgeter;

c. Memperbaiki sistem renumerasi Kepala Daerah menjadi lebih wajar yang tidak memerlukan dan memperbolehkan tambahan penghasilan

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan: a. Pemberian Biaya Pemungutan Pajak Daerah berdasarkan kepada Peraturan

Pemerintah dan Kepmendagri yang kurang jelas sehingga pelaksanaannya mengalami bias dan terjadi perbedaan persepsi baik di tingkat pusat maupun daerah

b. Pada tanggal 18 Agustus 2009 DPR telah mensyahkan RUU tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, salah satu pasal mengatur mengenai insentif pemungutan yang belum diatur pada UU No 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah;

c. Sebagai tindak lanjut pembahasan dengan KPK, pada tanggal 5 Februari 2009 Depdagri mengeluarkan surat mengenai penundaan sementara pemberian biaya pemungutan pajak daerah TA 2009 kepada Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Penundaan dilakukan sampai perubahan kebijakan pada tataran UU, PP, dan Kepmendagri selesai dilakukan;

d. Penundaan sementara pemberian biaya pemungutan pajak daerah dikecualikan kepada aparat pelaksana dan penanggungjawab pemungutan pajak daerah

Usulan Tindak Lanjut: a. Mendorong percepatan penyusunan Peraturan Pemerintah dan Peraturan

lainnya mengenai insentif pemungutan terkait pengundangan RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

b. Memberi saran agar peraturan tersebut diatas jelas, tegas, dan tidak ada potensi multi tafsir.

c. Melarang pembentukan dana operasional atau dana taktis yang bersumber dari biaya pemungutan pajak daerah atau biaya-biaya non-APBN;

d. Melakukan kajian komprehensif mengenai sistem renumerasi bagi Kepala Daerah

Page 19: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 18 -

2. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang pelaksanaan tugas dan

wewenang KPK selama tahun 2010, terutama pelaksanaan tugas yang penting dan menonjol, di bidang: 2.1. Pencegahan tindak pidana korupsi; 2.2. Penindakan (Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan) TPK; 2.3. Untuk penindakan, harap diuraikan proses pengaduan, proses

penyelidikan hingga naik ke proses penyidikan, dan apa kriterianya suatu perkara naik ke tingkat penyidikan;

2.4. Monitoring terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara; 2.5. Koordinasi dan supervisi dengan dan/atau terhadap Kepolisian RI

dan Kejaksaan RI, disertai data dan perkembangan kasus-kasus korupsi yang disupervisi dan/atau diambil alih penanganannya oleh KPK;

2.6. Apakah pelaksanaan fungsi supervisi sudah optimal, apa dan bagaimana bentuk supervisinya, dan apa sanksinya bila Kepolisian RI atau Kejaksaan RI tidak mematuhi supervisi dimaksud;

2.7. Kriteria yang digunakan KPK dalam pengambilalihan penanganan suatu perkara dari Kepolisian RI atau Kejaksaan RI.

2.1. Pencegahan TPK

1. Penanganan LHKPN

Sebagai bagian dari upaya preventif dalam pemberantasan korupsi, KPK telah melakukan upaya-upaya untuk membangun integritas dan akuntabilitas Penyelenggara Negara (PN) melalui transparansi pelaporan kekayaan kepada publik dan pemeriksaan LHKPN yang efektif.

a. Peningkatan Transparansi Pelaporan Kekayaan PN kepada Publik

Kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan transparansi PN kepada publik, meliputi:

• Berbagai upaya peningkatan kepatuhan LHKPN (sampai dengan Maret 2010) yaitu Bimbingan teknis (bimtek) pengisian LHKPN sebanyak 20 kali kepada 1.027 PN dari berbagai instansi baik pusat maupun daerah dan 1 kali bimtek secara berkala yang diselenggarakan di kantor KPK. Bimtek ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman PN terhadap LHKPN dan meningkatkan akurasi data LHKPN.

• Pengumuman LHKPN ke dalam Tambahan Berita Negara (TBN) melalui PNRI: selama Januari s.d. Maret 2010 telah dilakukan pengumuman LHKPN sebanyak 3.471 PN.

• Siaran pers pengumuman LHKPN untuk mengumumkan sejumlah Pejabat dan Mantan Pejabat sebanyak 59 orang yang dilakukan di Jakarta dan Samarinda.

b. Efektivitas Pemeriksaan LHKPN

• Dalam rangka pemeriksaan LHKPN yang efektif, sampai dengan Maret 2010 telah dilakukan klarifikasi terhadap 123 PN dan pemeriksaan subtantif terhadap 3 PN.

Page 20: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 19 -

2. Penanganan Gratifikasi

a. Pelaporan Gratifikasi Sampai dengan 21 April 2010, laporan gratifikasi yang diterima sebanyak 92 laporan dan sebanyak 45 laporan sudah ditetapkan status gratifikasinya dengan SK Pimpinan KPK. Rincian dari penetapan status laporan gratifikasi adalah sebagai berikut :

• Laporan gratifikasi yang ditetapkan menjadi milik negara sebesar Rp319.120.399,00 dan barang senilai Rp38.534.000,00.

• Laporan gratifikasi yang ditetapkan menjadi milik penerima sebesar Rp6.101.051.200,00,- USD27,857.07, SGD468, AUD100, JPY200,000, EUR330, RM250, dan barang senilai Rp345.769.000,00.

b. Kegiatan Penunjang Pemahaman Gratifikasi

• Sosialisasi Dalam meningkatkan pemahaman PN terhadap pengertian dan pelaporan gratifikasi, KPK telah melakukan 10 kali sosialisasi sejak bulan Januari – Maret 2010 pada beberapa institusi berikut:

Kementerian/Departemen/LPND: Dep. Pertanian, Dep. ESDM, dan BKN.

Pemda: Pemda Cilegon. BUMN/D: PT. Pos Indonesia. Lainnya (Swasta, Lembaga Pendidikan, dll): KPK.

RIN GKASAN P ELAP O RAN KEKAYAAN P EN YELEN GGARA N EGARA N ASIO N ALSt a t u s La p o r a n : 0 9 Ap r i l 2 0 1 0

BIDANG

Jumlah % Jumlah % Jumlah %EKSEKUTIF 84,964 65,818 77.47 8,083 9.51 57,735 67.95

LEGISLATIF 16,056 15,850 98.72 572 3.56 15,278 95.15

YUDIKATIF 9,950 8,861 89.06 1,050 10.55 7,811 78.50

BUMN/BUMD 9,710 5,421 55.83 1,108 11.41 4,313 44.42

T O T A L 120,680 95,950 79.51 10,813 8.96 85,137 70.55

* ) Jum lah W aj ib LHKPN ak an ber fluk t uasi t ergant ung pada k eak t iv an pelaporan dar i inst ansi St at us PN : Sem ua, UU: Sem ua

JUMLAH WAJIB

LAPOR *

JUMLAH YANG TELAH MELAPORKAN KEKAYAAN

JUMLAH DALAM PROSES PENGOLAHAN

JUMLAH YANG TELAH DIUMUMKAN DALAM BERITA

NEGARA

Page 21: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 20 -

Rekap Laporan Gratifikasi Berdasarkan Provinsi dan Bidang Per 21 April 2010

Menurut Provinsi

No Provinsi 2010

1 N A D 1

2 Sumatera Utara 3

3 Riau -

4 Kepulauan Riau -

5 Sumatera Barat -

6 Sumatera Selatan -

7 Kepulauan Bangka Belitung -

8 Jambi 2

9 Bengkulu 1

10 Lampung 1

11 Jawa Barat 5

12 Banten 1

13 Kalimantan Selatan 1

14 Kalimantan Tengah -

15 Kalimantan Barat 1

16 Kalimantan Timur -

17 DKI Jakarta 60

18 D.I. Yogyakarta -

19 Jawa Tengah 12

20 Jawa Timur -

21 Sulawesi Utara 1

22 Sulawesi Selatan -

23 Sulawesi Tengah -

24 Sulawesi Tenggara -

25 Gorontalo -

26 Papua 1

27 Bali 2

28 Nusa Tenggara Barat -

29 Nusa Tenggara Timur -

30 Maluku Utara -

31 Maluku -

32 Irian Jaya Barat -

33 Sulawesi Barat -

J U M L A H 92

Page 22: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 21 -

Menurut Bidang:

No Bidang Instansi 2010

1 Konstitutif

MPR -

2 Legislatif

DPR 13

DPRD 6

DPD -

3 Eksekutif

Kepresidenan 1

Kementerian

Kementerian koordinator

Departemen 27

Kementerian negara -

Setingkat kementerian 8

LPND 7

Lembaga ekstra struktural -

4 Yudikatif 1

5 Inspektif (BPK) -

6 Lembaga independen 17

7 BUMN / BUMD 4

8 Pemprov 5

9 Pemkab 2

10 Pemkot 1

92

Perlu didorong untuk meningkatkan pelaporan gratifikasi yang diterima oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara.

3. Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat

Sampai dengan awal April 2010, KPK telah melaksanakan kegiatan dalam rangka menunjang Program Pembangunan Zona Integritas.

Zona Integritas adalah wilayah yang ada disebuah Daerah, Instansi Pemerintah di pusat/daerah, Swasta, Lembaga Pendidikan dan Organisasi Masyarakat yang dikembangkan sebagai wujud penerapan usaha-usaha nyata dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi dengan peningkatan kualitas sistem kelembagaan dan sumber daya manusia dalam rangka penguatan komitmen antikorupsi. Zona Integritas terdiri dari 3 pilar pemberantasan korupsi yang pondasinya dibangun melalui pendekatan Pendidikan Antikorupsi, Perbaikan Layanan Publik dan pembentukan komunitas antikorupsi.

Zona Integritas merupakan wilayah terkecil dari Island of Integrity yang menandai adanya niat dan wujud nyata perubahan. Program ini merupakan tindaklanjut program Koordinasi dan supervisi bidang Pencegahan dan menyesuaikan dengan program Studi Integritas dan Survey Persepsi Nasional yang dikembangkan oleh KPK.

Page 23: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 22 -

Zona Integritas adalah status atau pengakuan terhadap keberhasilan Provinsi/kota/kabupaten, Kementerian dan Lembaga, Instansi Pusat dan Daerah serta Sektor Swasta yang telah berhasil melakukan implementasi pencegahan korupsi dengan baik.

Implementasi pencegahan korupsi yang baik tersebut dicapai dengan memenuhi kriteri-kriteria khusus yang dipersyaratkan untuk dapat disebut sebagai Zona Integritas.

Untuk tahap awal, Khusus untuk Zona Integritas Kota/Kabupaten terdiri dari 3 unsur utama, yaitu :

a. Adanya sekolah (SD, SMP, SMA) dan Kampus yang memenuhi kriteria, yang dalam hal ini disebut sebagai Zona Integritas Sekolah;

b. Adanya minimum 3 Unit Layanan Unggulan Kota/Kabupaten yang memenuhi kriteria;

c. Adanya Komunitas yang berpartisipasi dalam mendorong pencapaian Zona Anti Korupsi di Layanan Publik dan Zona Integritas sekolah di masing-masing Kota/Kabupaten.

Target Pencapaian Pembangunan Zona Integritas tahun 2010 meliputi 10 Kota yang terdiri dari :

a. Medan b. Palembang c. Jakarta d. Bandung e. Semarang f. Yogyakarta g. Surabaya h. Samarinda i. Makassar j. Gorontalo Untuk menunjang tercapainya target, telah dilaksanakan berbagai kegiatan penunjang yang pada dasarnya mengacu kepada tugas pokok dan fungsi KPK melalui program Pendidikan, Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi.

Selama Januari s.d. Maret 2010, telah dilaksanakan pula berbagai kegiatan di 38 Kota/Kabupaten di Seluruh Indonesia dengan 7 kegiatan utama antara lain :

a. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi implementasi Pendidikan Antikorupsi di Kabupaten/Kota hasil TOT Guru 2009;

b. Mendukung kegiatan Pendidikan dan Pelatihan dalam Program Diklatpim dan Prajab di berbagai Diklat Kedinasan antara lain pada Kemeterian Keuangan, Kementerian Kesehatan, PT. PLN (Persero) dan Kementerian Pertanian melalui materi Percepatan Pemberantasan Korupsi;

c. Melaksanakan Focus Group Discussion dalam rangka pengembangan komunitas antikorupsi di masyarakat dan pembentukan Pusat Kajian Antikorupsi di Perguruan Tinggi;

d. Melaksanakan persiapan implementasi Zona Integritas di 10 Kota sasaran 2010 dan Kota/Kabupaten yang berinisiatif menerapkan secara mandiri;

Page 24: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 23 -

e. Melaksanakan dan meningkatkan kualitas Pendidikan Antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan melalui program PAK SD, SMP, SMA dan TOT Mahasiswa dan Guru;

f. Pembinaan jaringan kerja mahasiswa, masyarakat dan profesional melalui program Kampanye dan Sosialisasi;

g. Membangun Konsep Pusat Keunggulan Pendidikan Antikorupsi yang akan menjadi Pusat Pembelajaran Pemberantasan Korupsi di Indonesia.

Sampai dengan triwulan pertama 2010 seluruh program Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat telah menyentuh langsung sasaran utama sebanyak lebih kurang 10.000 orang.

Bersama dengan Kementerian Pendidikan Nasional, KPK akan melaksanakan uji coba implementasi Modul Pendidikan Antikorupsi di 10 Provinsi, setelah pada tahun 2009 diujicobakan di 8 Provinsi dan berjalan dengan baik serta menghasilkan beberapa rekomendasi yang akan ditindaklanjuti bersama.

2.2. Penindakan (Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan) TPK

Penyelidikan

Kegiatan penyelidikan dilaksanakan terhadap 15 (lima belas) kasus.

Penyidikan

Kegiatan penyidikan dilaksanakan sebanyak 34 (tigapuluh empat) perkara, yang terdiri dari perkara sisa tahun 2009 sebanyak 22 (duapuluh dua) perkara dan perkara tahun 2010 sebanyak 12 (dua belas) perkara, yaitu :

Bulan Januari 1. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati

Pelalawan) Dkk, melakukan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 sd 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan kepada sejumlah perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara atas nama tersangka Ir. SYUHADA TASMAN, MM (Mantan Kadishut Prop. Riau).

2. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati Pelalawan) Dkk, melakukan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 sd 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan kepada sejumlah perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara atas nama tersangka H ASRAL RACHMAN, SH (Mantan Kadishut Prop. Riau).

3. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati Pelalawan) Dkk, melakukan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 sd 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan kepada sejumlah perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara atas nama tersangka Drs H BURHANUDDIN HUSIN, MM (Mantan Kadishut Prop. Riau).

4. Perkara TPK sehubungan dengan permintaan dan penerimaan sejumlah dana terkait dengan proses permohonan alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang

Page 25: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 24 -

Sumatera Selatan atas nama tersangka AZWAR CHESPUTRA, HILMAN INDRA dan FACHRI ANDI LELUASA (Anggota DPR RI).

5. Perkara TPK dalam penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan atau pihak lain yang terjadi antara tahun 2003 – 2005 atas nama tersangka UCE KARNA SUGANDA (Mantan Direktur Operasi Bank Jabar) dan ABAS SUHARI SOMANTRI (Mantan Direktur Pemasaran).

6. Perkara TPK terkait penerbitan ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman tahun 2001 - 2003 di wilayah kabupaten Siak kepada sejumlah perusahaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara dan atau menerima hadiah berkaitan dengan kekayaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atas nama tersangka ARWIN AS (Bupati Siak) dkk.

7. Perkara TPK dalam penerimaan/pemberian travellers cheqeu (TC) oleh anggota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 atas nama tersangka DUDHIE MAKMUN MUROD dkk (Anggota DPR RI).

8. Perkara TPK dalam penerimaan/pemberian travellers cheqeu (TC) oleh anggota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 atas nama tersangka ENDIN A.J SOEFIHARA dkk (Anggota DPR RI).

9. Perkara TPK dalam penerimaan/pemberian travellers cheqeu (TC) oleh anggota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 atas nama tersangka UDJU DJUHAERI dkk (Anggota DPR RI).

10. Perkara TPK dalam penerimaan/pemberian travellers cheqeu (TC) oleh anggota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 atas nama tersangka HAMKA YANDHU dkk (Anggota DPR RI).

11. Perkara TPK pemberian sejumlah uang kepada anggota Komisi IV DPR RI dan pejabat Departemen Kehutanan RI terkait dengan Proses Pengajuan Anggaran Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Departemen Kehutanan tahun 2007 – 2008 atas nama tersangka ANGGORO WIDJOJO dkk (Swasta).

12. TPK dalam pengelolaan APBD pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta TA 2006-2007 atas nama tersangka JORNAL EFFENDI SIAHAAN (Kepala Biro Hukum Setda DKI Jakarta).

13. TPK dalam pengadaan peralatan kesehatan untuk rumah sakit rujukan penanganan Flu Burung dari DIPA APBN-P Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat TA 2006 atas nama tersangka SOETEDJO YUWONO (Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat).

14. TPK dalam Pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu untuk Bagian Anggaran 69 pada Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan RI pada tahun 2006 dan 2007 atas nama tersangka WADJOJO SISWANTO (Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Dephut RI).

15. TPK dalam Pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu untuk Bagian Anggaran

Page 26: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 25 -

69 pada Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan RI pada tahun 2006 dan atas nama tersangka PUTRONEFO A PRAYUGO (Swasta).

16. TPK orang yang secara bersama-sama atau turut serta terkait perbuatan Madiono dkk dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen Kesehatan RI TA 2007 atas nama tersangka EDI SURANTO (Direktur Bina Kesehatan Komunitas Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI).

17. TPK orang yang secara bersama- sama atau turut serta terkait perbuatan Madiono dkk dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen Kesehatan RI TA 2007 atas nama tersangka BUDIARTO MALIANG (Swasta).

18. TPK dalam pengadaan Mobil Pemadam kebakaran Merek Morita Tahun Anggaran 2004 dan 2005 di Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atas nama tersangka ISMETH ABDULLAH (Ketua Otorita Batam).

19. TPK dalam pengadaan Jasa Angkutan KRL Hibah Ex. Jepang Tahun 2006 – 2007 yang atas nama tersangka SOEMINO EKO SAPUTRO (Direktur Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan RI).

20. TPK dalam pengadaan tanah untuk pasar pada Pemerintah Kabupaten Brebes TA 2003 atas nama tersangka INDRA KUSUMA dkk (Bupati Brebes).

21. TPK penerimaan hadiah oleh pemeriksa pajak Bank Jabar pada tahun 2004 sebagai imbalan atas pengurangan jumlah pajak kurang bayar Bank Jabar tahun buku 2002 atas nama tersangka EDDI SETIADI (Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Bandung Satu).

22. TPK sebagaimana orang yang bersama-sama atau turut serta Washington Mampe Parulian Simanjuntak dalam TPK berupa penerimaan dana taktis pada kegiatan proyek pembangunan jaringan distribusi gas (Pemjadig) yang menggunakan APBN tahun anggaran 2003 atas nama tersangka DJOKO PRAMONO (Direktur Keuangan PT PGN Persero).

23. Perkara TPK terkait perbuatan melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja mencegah atau merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dan atau perbuatan melakukan percobaan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pimpinan KPK dan atau pegawai KPK, pembantuan atau pemufakatan jahat untuk melakukan TPK atas nama tersangka ANGGODO WIDJOJO dkk (Swasta).

24. Perkara TPK dalam pengadaan mesin jahit dan sapi impor pada bagian proyek pengentasan fakir miskin Departemen Sosial pada tahun 2004 dan 2006 yang menggunakan Anggaran APBN atas nama tersangka BACHTIAR CHAMSYAH (Menteri Sosial RI).

25. Perkara TPK pada proyek pembangunan jalan Palembang – Tanjung Api-api Sumatera Selatan TA 2005-2008 atas nama tersangka DHARNA DACHLAN (Kepala Dinas PU Bina Marga) dkk.

Bulan Februari

26. Perkara TPK penyalahgunaan dana APBD dan OTSUS Pemda Kabupaten Boven Digoel Prop. Papua TA 2006-2007 atas nama tersangka YUSAK YALUWO (Bupati

Page 27: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 26 -

Kab Boven Digoel).

27. Perkara TPK dalam pengadaan sarung yang dananya berasal dari pengelolaan rekening pemerintah pada Departemen Sosial pada tahun 2006-2008 atas nama tersangka BACHTIAR CHAMSYAH (Menteri Sosial RI).

28. Perkara TPK sebagai orang yang bersama-sama atau turut serta dalam perkara TPK pada pengadaan mesin jahit pada bagian proyek pengentasan fakir miskin Depsos Tahun 2004 dan 2006 yang dilakukan oleh tersangka Bachtiar Chamsyah (Menteri Sosial RI periode 2004-2009) atas nama tersangka MUSFAR AZIZ (Swasta).

29. Perkara TPK sebagai orang yang bersama-sama atau turut serta dalam perkara TPK pada pengadaan sarung yang dananya berasal dari pengelolaan rekening pemerintah pada Depsos Tahun 2006-2008 yang dilakukan oleh tersangka Bachtiar Chamsyah (Menteri Sosial RI periode 2004-2009) atas nama tersangka CEP RUHYAT (Swasta).

30. Perkara TPK dalam pengadaan Roll Out Customer Information System – Rencana Induk Sistem Informasi (CIS – RISI) pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yang diduga dilakukan oleh tersangka EDDIE WIDIONO SUWONDHO dkk (Direktur Utama PT PLN (Persero)).

31. Perkara TPK sebagai orang yang bersama-sama atau turut serta dalam perkara TPK pada pengadaan sapi impor di bagian proyek pengentasan fakir miskin Depsos Tahun 2004 dan 2006 yang dilakukan tersangka Bachtiar Chamsyah (Menteri Sosial Republik Indonesia periode 2004-2009) atas nama tersangka IKEN B.R NASUTION (Swasta).

Bulan Maret

32. Perkara TPK yaitu setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi karena jabatan atau kedudukannnya wilayah Lampung Periode 11 Maret 2004 – 8 Februari 2008 atas nama tersangka BUDI HARSONO dkk (General Manager PP PLN (Persero)).

33. Perkara TPK terkait dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim atau pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya atau karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya atas nama tersangka ADNER SIRAT SH (Pengacara).

34. Perkara TPK terkait dengan Hakim atau Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima hadiah, pemberian atau janji atas nama tersangka IBRAHIM SH (Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara) dkk.

Page 28: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 27 -

Penuntutan Kegiatan penuntutan dilaksanakan sebagai berikut :

Bulan Januari Tingkat Pengadilan Negeri a. Proses Persidangan

1. Perkara TPK atas nama terdakwa JULES FITZGERALD WARIKAR sehubungan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi pasar sentral Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006 - 2008 Kab. Supiori

2. Perkara TPK atas nama terdakwa SURYADI SENTOSA sehubungan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi pasar sentral Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006 - 2008 Kab. Supiori

3. Perkara TPK atas nama terdakwa UMAR SJARIFUDDIN sehubungan dengan penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan atau pihak lain yang terjadi pada tahun 2003 – 2005

4. Perkara TPK atas nama terdakwa ACHMAD SUJUDI sehubungan dengan penggunaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI pada Tahun Anggaran 2003 dari Dana Anggaran Belanja Tambahan (ABT)

5. Perkara TPK atas nama terdakwa GUNAWAN PRANOTO dan RINALDI YUSUF sehubungan dengan penggunaan Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Ditjen Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI

6. Perkara TPK atas nama terdakwa Dr. MADIONO, MPH sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Alat Rontgen Portable untuk Pelayanan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, dan Pulau-pulau Kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Dep. Kesehatan RI

7. Perkara TPK atas nama terdakwa WASHINGTON MAMPE PARULIAN SIMANJUTAK berupa penyelenggara negara menerima atau memberikan sesuatu, hadiah atau janji, dikarenakan atau dengan menyalahgunakan atau dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang berhubungan atau melekat dengan jabatannya pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) periode tahun 2001 sd 2006

8. Perkara TPK atas nama terdakwa R. SALEH ABDUL MALIK, ACHMAD FATHONY ZAKARIA dan ARTHUR PELUPESSY yaitu orang yang bersama-sama atau turut serta pada perkara TPK dalam pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Customer Management System) berbasis teknologi Informasi pada PT PLN (Persero) distribusi Jawa Timur Tahun 2004 – 2008

9. Perkara TPK atas nama terdakwa UCE KARNA SUGANDA dan ABAS SUHARI SOMANTRI dalam penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan atau pihak lain yang terjadi antara tahun 2003 – 2005

b. Putusan PN 1) Putusan PN Berkekuatan Hukum Tetap

1. Perkara TPK atas nama terdakwa OENTARTO SINDUNG MAWARDI sehubungan dengan penerbitan Radiogram dalam pengadaan mobil

Page 29: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 28 -

pemadam kebakaran dengan menggunakan pompa merk Tohatsu type V 80 ASM dan pembebasab Bea Masuk/pajak mobil pemadam kebakaran merk Morita di beberapa Pemprov/Pemkab/Pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD tahun 2000 sd 2005

2. Perkara TPK atas nama terdakwa MUZNI TAMBUSAI sehubungan dengan pengelolaan dana/aset Eks. Yayasan Tabungan Pensiun Pekerja Pemborong Minyak dan Gas Bumi/YDTP-MIGAS

3. Perkara TPK atas nama terdakwa DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN PARLINDUNGAN MALAU sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen Perhubungan Laut Dep. Perhubungan

4. Perkara TPK atas nama terdakwa ABDUL HAMID RIZAL dan DAENG RUSNADI sehubungan dengan enggunaan APBD Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2004 yang tidak sesuai dengan peruntukkannya dan pengeluaran kas tidak sesuai dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang lengkap dan sah

2) Banding

1. Perkara TPK atas nama terdakwa SAMUEL HENGKY DAUD, MBA. Als HENGKY SAMUEL DAUD sehubungan dengan pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompan merk Tohatsu type V 80 ASM dan merk Morita di berbagai Pemprov./Pemkab./Pemkot yang dananya bersumber dari APBD Tahun 2002 – 2005

2. Perkara TPK atas nama terdakwa HARIADI SADONO sehubungan dengan Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistim Manajemen Pelanggan (Customer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Tahun 2004 - 2008

Tingkat Pengadilan Tinggi a. Proses Banding

Nihil

b. Putus PT 1) Putusan PT Berkekuatan Hukum Tetap

Nihil

2) Kasasi

Nihil

Tingkat Mahkamah Agung a. Proses Kasasi

1. Perkara TPK atas nama terdakwa TRIJONO sehubungan dengan TPK penyelenggara negara menerima sesuatu, hadiah atau janji yang terjadi pada Strategic Business Unit (SBU) II wilayah Jawa bagian Timur PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk (Kasasi).

2. Perkara TPK atas nama terdakwa BAGINDO QUIRINO sehubungan dengan penerimaan uang oleh Auditor BPK- RI terkait Pemeriksaan BPK-RI terhadap Penggunaan DPKK dan Dana Pembinaan Penempatan Penyelenggaraan TKI (DP3TKI) T.A. 2004 pada Ditjen PPTKDN/Binapendagri Depnakertrans pada periode Juli-Agustus 2005 dan dalam Pemeriksaan BPK-RI pada Proyek Pengembangan Sistem Pelatihan dan Pemagangan TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN Depnakertrans periode Oktober - Nopember 2005 (Kasasi).

Page 30: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 29 -

3. Perkara TPK atas nama terdakwa SYAHRIAL OESMAN sehubungan dengan perbuatan turut serta terhadap pemberian sejumlah dana kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara terkait dengan proses permohonan alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang Sumatera Selatan (Kasasi).

b. Putusan MA Berkekuatan Hukum Tetap

1. Perkara TPK atas nama terdakwa MOHAMAD IQBAL sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan;

2. Perkara TPK atas nama terdakwa AULIA T POHAN, BUN BUNAN E.J HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HUSEIN SOMANTRI sehubungan dengan TPK dalam penggunaan dana Bank Indonesia yang dikelola oleh Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk kepentingan Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme penganggaran dan pertanggungjawaban;

3. Perkara TPK atas nama terdakwa ERRY FUAD sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan;

4. Perkara TPK atas nama terdakwa MULYONO SUBROTO sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan;

5. Perkara TPK atas nama terdakwa JIMMY RIMBA ROGI sehubungan dengan TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Kota Manado TA 2006;

6. Perkara TPK atas nama terdakwa ISMUNARSO sehubungan dengan TPK penyalahgunaan APBD Kabupaten Situbondo TA 2005-2007;

Bulan Februari Tingkat Pengadilan Negeri a. Proses Persidangan

1. Perkara TPK atas nama terdakwa UDJU DJUHAERI sehubungan dengan penerimaan / pemberian Travelers Cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999 - 2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004

2. Perkara TPK atas nama terdakwa H. DUDHIE MAKMUN MUROD, MBA sehubungan dengan penerimaan/pemberian Travelers Cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999 - 2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004

3. Perkara TPK atas nama terdakwa ENDIN AKHMAD JALALUDIN SOEFIHARA sehubungan dengan penerimaan/pemberian Travelers Cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999 - 2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004

4. Perkara TPK atas nama terdakwa HAMKA YANDHU YR sehubungan dengan penerimaan/pemberian Travelers Cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999 - 2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang

Page 31: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 30 -

bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004

b. Putusan PN 1) Putusan PN Berkekuatan Hukum Tetap

Perkara TPK atas nama terdakwa DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN PARLINDUNGAN MALAU sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen Perhubungan Laut Dep. Perhubungan

2) Banding

Perkara TPK atas nama terdakwa SAMUEL HENGKY DAUD, MBA. Als HENGKY SAMUEL DAUD sehubungan dengan pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompan merk Tohatsu type V 80 ASM dan merk Morita di berbagai Pemprov./Pemkab./Pemkot yang dananya bersumber dari APBD Tahun 2002 – 2005

Tingkat Pengadilan Tinggi a. Proses Banding

Perkara TPK atas nama terdakwa SAMUEL HENGKY DAUD, MBA. Als HENGKY SAMUEL DAUD sehubungan dengan pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompan merk Tohatsu type V 80 ASM dan merk Morita di berbagai Pemprov./Pemkab./Pemkot yang dananya bersumber dari APBD Tahun 2002 – 2005

b. Putusan PT 1) Putusan PT Berkekuatan Hukum Tetap

Nihil

2) Kasasi

Nihil

Tingkat Mahkamah Agung a. Proses Kasasi

Nihil

b. Putusan MA Berkekuatan Hukum Tetap 1. Perkara TPK atas nama terdakwa ERRY FUAD sehubungan dengan TPK

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan

2. Perkara TPK atas nama terdakwa MOHAMAD IQBAL sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan

Bulan Maret Tingkat Pengadilan Negeri a. Proses Persidangan

1. Perkara TPK atas nama terdakwa EDDI SETIADI sehubungan dengan penerimaan hadiah oleh Pemeriksa Pajak Bank Jabar pada tahun 2004 sebagai imbalan atas pengurangan jumlah pajak kurang bayar Bank Jabar tahun buku 2002

Page 32: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 31 -

2. Perkara TPK atas nama terdakwa Drs. DJOKO PRAMONO sebagai orang yang bersama-sama atau turut serta menerima dana taktis dari Rekanan Pelaksana Proyek Pembangunan Jaringan Distribusi Gas pada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. yang menggunakan dana APBN Tahun Anggaran 2003

3. Perkara TPK atas nama terdakwa BUDIARTO MALIANG sehubungan dengan secara bersama-sama atau turut serta dalam pelaksanaan pengadaan alat roentgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekretariat Jenderal Dep. Kesehatan RI tahun anggaran 2007

4. Perkara TPK atas nama terdakwa ISMETH ABDULLAH sehubungan dengan pelaksanaan pengadaan mobil pemadam kebakaran merk Morita pada tahun anggaran 2004 - 2005 di Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam

b. Putusan PN 1) Putusan PN Berkekuatan Hukum Tetap

Perkara TPK atas nama terdakwa ABDUL HAMID RIZAL dan DAENG RUSNADI sehubungan dengan penggunaan APBD Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2004 yang tidak sesuai dengan peruntukkannya dan pengeluaran kas tidak sesuai dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang lengkap dan sah

2) Upaya Hukum Banding

Perkara TPK atas nama terdakwa HARIADI SADONO sehubungan dengan Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistim Manajemen Pelanggan (Customer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT. PLN (persero) Distribusi Jawa Timur Tahun 2004 – 2008

Tingkat Pengadilan Tinggi a. Proses Banding

Perkara TPK atas nama terdakwa HARIADI SADONO sehubungan dengan Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistim Manajemen Pelanggan (Customer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT. PLN (persero) Distribusi Jawa Timur Tahun 2004 – 2008

b. Putusan PT 1) Putusan PT Berkekuatan Hukum Tetap

Nihil

2) Kasasi

Nihil

Tingkat Mahkamah Agung a. Proses Kasasi

Nihil

b. Putusan Berkekuatan Hukum Tetap MA 1. Perkara TPK atas nama terdakwa ISMUNARSO sehubungan dengan TPK

penyalahgunaan APBD Kabupaten Situbondo TA 2005-2007

2. Perkara TPK atas nama terdakwa JIMMY RIMBA ROGI sehubungan dengan TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Kota Manado TA 2006

Page 33: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 32 -

3. Perkara TPK atas nama terdakwa AULIA T. POHAN, BUN BUNAN E.J HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HUSEIN SOMANTRI sehubungan dengan TPK dalam penggunaan dana Bank Indonesia yang dikelola oleh Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk kepentingan Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme penganggaran dan pertanggungjawaban

Eksekusi

Pelaksanaan putusan (eksekusi) tahun 2010 dilaksanakan sebanyak 5 (lima) perkara sebagai berikut :

Bulan Januari

1. Perkara atas nama terpidana DAVID KURNIAWAN WIRANATA sehubungan dengan TPK penyimpangan dan rekayasa pada kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sektor perikanan tangkap pasca gempa dan gelombang tsunami, pada Satuan Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan anggaran APBN-P tahun 2006;

Putusan tingkat MA : Pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun, denda sebesar Rp250.000.000,- subsidair 6 (enam) bulan kurungan, uang pengganti sebesar Rp1.120.000.000,- subsidair 3 (tiga) tahun penjara. Biaya perkara Rp 10.000,-

2. Perkara TPK atas nama terpidana AGUS SAFIIN PANE sehubungan dengan TPK berupa penerimaan sejumlah uang terkait dengan proses impor barang yang masuk atau diperiksa oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) jalur hijau pada kantor pelayanan utama (KPU) Bea dan Cukai Tanjung Priok; Putusan tingkat PT : Pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp200.000.000,- subsidair 4 (empat) bulan penjara, biaya perkara Rp2.500,-.

3. Perkara TPK atas nama terpidana MUZNI TAMBUSAI sehubungan dengan pengelolaan dana/aset Eks. Yayasan Tabungan Pensiun Pekerja Pemborong Minyak dan Gas Bumi/YDTP-MIGAS Putusan tingkat PN : Pidana penjara selama 3 (dua) tahun, denda sebesar Rp150.000.000,- subsidair 6 (enam) bulan penjara, uang pengganti Rp1.202.000.000,- subsidair 3 (tiga) tahun, biaya perkara Rp10.000,-.

Bulan Februari 4. Perkara TPK atas nama terdakwa DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN

PARLINDUNGAN MALAU sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen Perhubungan Laut Dep. Perhubungan Putusan tingkat PN : Terpidana I : Pidana penjara selama 3 (dua) tahun, denda sebesar Rp 100.000.000,- subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti Rp155.000.000,-, biaya perkara Rp10.000,-; Terpidana II : Pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp100.000.000,- subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti Rp2.500.000,- biaya perkara Rp 10.000,-.

Page 34: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 33 -

Bulan Maret 5. Perkara TPK atas nama terdakwa OENTARTO SINDUNG MAWARDI sehubungan

dengan penerbitan Radiogram dalam pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompa merk Tohatsu type V 80 ASM dan pembebasab Bea Masuk/pajak mobil pemadam kebakaran merk Morita di beberapa Pemprov / Pemkab / Pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD tahun 2000 s/d 2005; Putusan Tingkat PN : Pidana penjara selama 3 (tiga) tahun, denda sebesar Rp100.000.000,- subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti sebesar Rp25.000.000,- subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp10.000,-.

Page 35: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 34 -

2.3. Proses pengaduan, penyelidikan hingga naik ke Penyidikan; Kriteria suatu perkara naik ke tingkat penyidikan

Penanganan di Direktorat Pengaduan Masyarakat: a. Penerimaan Pengaduan: registrasi dan pencatatan pengaduan masyarakat;

b. Verifikasi: pemilahan antara pengaduan berindikasi TPK dengan yang bukan;

c. Penelaahan: (a) pemilahan pengaduan TPK yang merupakan wewenang KPK atau bukan (Pasal 11 UU 30 Tahun 2002); (b) pengaduan TPK sudah ditangani oleh Aparat Penegak Hukum lainnya.

d. Pengumpulan bahan dan keterangan dari pelapor.

Penanganan di Direktorat Penyelidikan:

Page 36: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 35 -

Suatu perkara dapat ditingkatkan ke tahap penyidikan setelah melalui proses penyelidikan. Penyelidikan, berdasarkan Pasal 1 angka 5 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini. Selain itu, berdasarkan Pasal 44 ayat (1) dan (2) UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, suatu perkara dapat ditingkatkan ke tingkat penyidikan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Ditemukannya bukti permulaan yang cukup adanya TPK; 2. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah ditemukan

sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti, termasuk dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik.

Karena KPK tidak berwenang mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan dan Penuntutan, maka dalam pelaksanaan penyelidikan KPK harus benar-benar meyakini bahwa bukti permulaan yang cukup berupa 2 (dua) alat bukti telah diperoleh dengan nyata dan benar, dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis, serta menemukan siapa tersangkanya.

Page 37: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 36 -

2.4. Monitoring terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara

1. Penelitian

a. Survey Integritas

Survei integritas dilakukan setiap tahun untuk mengukur integritas penyedia layanan publik. Survei ini bertujuan untuk memetakan tingkat integritas unit layanan yang disurvei, menyampaikan tingkat integritas tersebut kepada masyarakat luas serta unit layanan untuk melakukan upaya perbaikan.

Pada tahun ini 2010 unit layanan yang menjadi sampel adalah sebagai berikut: unit layanan instansi pusat terdiri dari 42 unit layanan pada 21 instansi pemerintah pusat, unit layanan instansi vertikal terdiri dari 14 unit layanan pada 7 instansi vertikal, dan unit layanan pemerintah kota terdiri dari 3 unit layanan yang terletak di 22 ibukota propinsi. Saat ini sedang dilakukan tender dan dalam tahap seleksi.

b. Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK)

Program penilaian insiatif anti korupsi (PIAK) merupakan salah satu alat untuk menilai, mendorong dan mengupayakan munculnya inisiatif instansi dalam melakukan upaya nyata pemberantasan korupsi dan peningkatan kualitas layanannya.

Berbeda dengan survei integritas yang menilai pengalaman integritas dan potensi integritas dari pengguna jasa, program penilaian inisiatif anti korupsi bertujuan untuk memberikan gambaran keseluruhan tentang inisiatif dan komitmen dari tiap instansi terhadap upaya pemberantasan korupsi dan mendorong instansi agar bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan korupsi di instansinya. Penilaiaan insiatif anti korupsi merupakan penilaian komprehensif yang mengkombinasikan penilaian kuantitatif dan kualitatif secara terukur yang dilakukan dengan metode self assessment.

PIAK telah dilakukan pada 2009 sebagai pilot project di dua kementerian. Tahun ini PIAK akan kembali diselenggarakan dengan melibatkan 26 instansi, yang terdiri dari 17 Kementerian, 1 Lembaga, dan 8 Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaannya, KPK bekerjasama dengan Inspektorat Jenderal/Inspektorat Utama/Inspektorat Daerah.

Pada triwulan I 2010, KPK telah melakukan: • Sosialisasi telah dilakukan kepada Inspektorat pada tanggal 17 Maret

2010; • Monitoring dan asistensi pelakasanaan PIAK 2010 di 26 instansi.

c. Survey Persepsi Masyarakat (SPM)

Secara umum, survey ini dilakukan untuk mengetahui gambaran persepsi dan pengetahuan masyarakat terhadap korupsi dan KPK, mengetahui pencapaian KPK di mata masyarakat serta mendapatkan kritik serta masukan langsung dari masyarakat.

Tujuan pelaksanaan Survei Persepsi Masyarakat terhadap Korupsi dan KPK tahun 2010 adalah :

• Mendapatkan gambaran mengenai pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap korupsi, perilaku korupsi, dan bahaya korupsi.

• Mengetahui penilaian dan kepuasan masyarakat terhadap kinerja KPK.

• Mengetahui harapan masyarakat terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia

Page 38: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 37 -

Saat ini kerangka acuan kegiatan telah selesai dibuat dan kuesioner sedang dalam proses penyelesaian.

2. Kajian Sistem

a. Perijinan Kehutanan

Kajian ini dilakukan untuk menemukan titik potensi korupsi pada mekanisme perijinan kehutanan. Kerangkan acuan kerja telah diselesaikan. Pengumpulan data awal dilaksanakan antara lain ke CIFOR, Kementerian Kehutanan, Greenomics, BPK, Direktorat Jenderal Minerba, Ditjen Planologi Kehutanan. Sedangkan kajian lapangan telah dilakukan di Direktorat Penggunaan Kawasan Hutan.

b. Pengelolaan Ibadah Haji

Kajian ini adalah kelanjutan dari kajian pengelolaan ibadah haji tahun lalu. Mengingat proses haji berlangsung hingga akhir tahun, maka finalisasi laporan diselesaikan tahun ini. Target penyelesaian kajian ini pada akhir April 2010.

3. Kajian Kebijakan

a. Corruption Impact Assessment (CIA) Departemen Kehutanan

CIA adalah instrumen untuk menganalisis draft-draft aturan untuk menemukan titik-titik potensi korupsi dan conflict of interest yang mungkin terdapat di dalamnya. Output dari CIA ini adalah saran perbaikan klausul dalam drat aturan sehingga diharapkan aturan tersebut nantinya tidak menimbulkan peluang terjadinya tindak pidana korupsi. Pada tahun ini, CIA akan dilakukan pada draft-draft aturan yang terkait dengan perijinan pada Departemen Kehutanan. Pada kuartal 1 telah dilakukan pertemuan dengan Direktorat penggunaan kawasan hutan dan analisis draft beberapa aturan di lingkungan Kementerian Kehutanan.

b. Kajian Gratifikasi

Kajian Kebijakan Gratifikasi dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas dan kepastian hukum dari proses pelaporan dan penatapan status gratifikasi KPK. Kajian ini dilakukan dengan melakukan observasi pada Direktorat Gratifikasi KPK dan ditargetkan selesai pada bulan Juni 2010. Pendekatan analisis dalam kajian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan mengandalkan Focus Group Discussion, In Depth Interview dan Penyebaran kuesioner untuk menggali data primer disamping kajian literatur yang dilakukan untuk melengkapi data tersebut. Serangkaian tahapan kegiatan dikembangkan untuk menyelesaikan kajian ini. Tahapan tersebuat meliputi :

Perencanaan yang terdiri dari sub kegiatan Penyusunan TOR Kajian, presentasi TOR, Koordinasi dengan Direktorat/Biro Lain dan Pencarian Narasumber,

Tahapan Pencarian data yang terdiri dari sub kegiatan observasi/file review, diskusi, in Depth interview, dan pencarian data sekunder

Tahap Analisis dan Penyusunan Laporan terdiri dari pengolahan data, penyusunan LHKS, presentasi ke Direktur, dan Penyusnan LHKA

Tahapan terakhir berupa diseminanasi dan penggandaan laporan. Saat ini pekerjaan berada pada penyelesaian kegiatan tahapan kedua dengan tingkat persentase penyelesaian 50% dari keseluruhan kegiatan.

Page 39: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 38 -

4. Tindak lanjut dan Pemantauan

a. Sistem Penempatan dan Pemulangan TKI di BNP2TKI

Sebagai kelanjutan atas kegiatan pengkajian sistem penempatan TKI, KPK telah meminta Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) untuk menyusun action plan atas rekomendasi perbaikan sistem yang disampaikan KPK. BNP2TKI telah menyampaikan action plan sesuai arahan KPK dan menyerahkan laporan progres implementasinya untuk posisi Pebruari 2009 pada Maret 2009. Pada tahun ini, pematauan terhadap implementasi saran perbaikan dilanjutkan kembali.

b. Direktorat Jenderal Pajak

Sebagai tindak lanjut atas rekomendasi Hasil Kajian KPK terhadap Sistem Pelayanan Perpajakan yang telah dipaparkan kepada Menteri Keuangan dan Dirjen Pajak pada tanggal 28 Agustus 2008, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah mengirimkan tanggapan dan action plan kepada KPK pada Januari 2009. Pemantauan kemudian dilakukan mulai tahun 2009 dan berlanjut tahun ini. Pemantauan tindak lanjut pengembangan kajian sistem perpajakan telah meminta tanggapan dari pihak DJP terkait rekomendasi KPK yang masih berstatus open (7 item) dan sudah mendapatkan tanggapan sebagai dasar pemantauan ke lapangan pada tahun 2010. serta menyusun draft surat rekomendasi terkait adanya kasus markus pajak kepada Menkeu.

c. Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan

Laporan Hasil Kajian Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan telah terselesaikan. Selanjutnya KPK meminta hasil kajian ini ditindaklanjuti oleh berbagai pihak terkait terutama Depdiknas dan Depkeu sebagai upaya memperbaiki sistem penyaluran dan pelaksanaan DAK bidang pendidikan di tahun yang akan datang. Tindak lanjut atas rekomendasi KPK oleh berbagai pihak, khususnya Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Inspektorat Jenderal Depdiknas, berbentuk rencana tindak yang dilaporkan kemajuan pelaksanaannya secara berkala ke KPK.

Pada tahun 2009 telah dilakukan pengkajian mengenai Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan. Sebagai tindak lanjutnya, pada tahun ini dilakukan pemantauan atas implementasi dari saran perbaikan yang diberikan. Pada pemantauan kajian sistem DAK Bidang pendidikan sejauh ini telah dilakukan verifikasi action plan Kemendiknas pada februari 2010. kemudian berdasarkan hasil verifikasi dari 9 rekomendasi terdapat 3 rekomndasi yang telah dilaksanakan dan berstatus Closed I dan sisa rekomendasi yang status open di pantau pada tahap selanjutnya di tahun 2010 ini.

d. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Pemantauan implementasi atas saran perbaikan pada sistem pertanahan di Badan Pertanahan Nasional dilakukan sebagai tindak lanjut dari kajian yang dilakukan pada 2008. Pada kuartal 1 telah dilakukan koordinasi dengan Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian.

e. Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)

Kegiatan ini merupakan langkah tindak lanjut kajian terhadap pengelolaan APBN pada Direktorat jenderal Anggaran. Pemantauan difokuskan pada perbaikan sistem penganggaran di DJA agar lebih transparan dan mengurangi titik-titik lemah yang berpotensi koruptif, dimana KPK mengobservasi keadaan lapangan sesuai dengan action plan yang dibuat oleh DJA terkait rekomendasi. Pada Kuartal 1 telah dilakukan pertemuan

Page 40: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 39 -

dengan Sekertaris Jenderal DJA dan Kasubbag Ortala untuk membahasa progress action plan.

f. DAU (Dana Abadi Umat) Pemantauan terhadap Pengelolaan Dana Abadi Umat dilakukan sebagai langkah tindak lanjut terhadap kajian atas pengelolaan DAU tahun lalu. KPK telah memberikan saran dan perbaikan untuk ditindaklanjuti oleh pihak kementerian Agama, sehingga tahun ini perlu pemantauan atas pelaksanaannnya. Beberapa tahapan yang telah dilakukan pada kuartal 1 adalah: Menerima Tanggapan Ditjen PHU terhadap rekomendasi hasil kajian

kebijakan Dana Abadi Umat, yang diberikan KPK kepada Depag (9 Februari 2010)

Meminta action plan terhadap rekomendasi KPK (Memberikan format time plan pelaksanaan rekomendasi) (12 Maret 2010)

Menerima laporan progress action plan pelaksanaan rekomendasi (23 Maret 2010)

Melakukan analisa terhadap action plan pelaksanaan rekomendasi.

g. Pengelolaan Jalan Nasional (PJN)

Dalam upaya untuk mencegah tindak pidana korupsi dan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan jalan nasional, KPK telah melakukan kajian terhadap sistem penyelenggaraan jalan nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) – Departemen Pekerjaan Umum (Dep. PU) pada Bulan April 2008 – Juli 2009. Terhadap hasil kajian tersebut, DJBM telah membuat action plan terhadap saran perbaikan yang diberikan oleh KPK. Pada tahun ini dilakukan pematauan atas pelaksanaan action plan tersebut. Pada kuartal 1 telah dilakukan beberapa rapat koordinasi dengan pihak DJBM untuk memantau progress pelaksanaan action plan tersebut.

h. SIN (Single Identification Number) / NIK

Selain konsep yang dikembangkan oleh Depardagri untuk mewujudkan NIK tunggal, besarnya anggaran yang diperlukan untuk membangun identitas tunggal (NIK tunggal) menjadi perhatian utama KPK. Saat ini KPK telah menyurati Mendagri untuk memberikan rekomendasi yang intinya antara lain perlu diperbaikinya grand design yang telah disusun dan mutlak diperlukan biometrik dalam pembersihan database kependudukan untuk menghasilkan NIK tunggal. Direncanakan KPK akan berkoordinasi dengan Wapres/UKP4 untuk membantu implementasi SIN yang dilakukan oleh Ditjen Adminduk Depdagri.

i. Pemantauan Sistem Layanan di Lembaga Pemasyarakatan

Observasi terhadap sistem layanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) merupakan tindak lanjut terhadap hasil Survei Integritas yang menunjukkan masih rendahnya skor integritasi di lapas. Hasil survei integritas selama dua tahun berturut-turut (2007 dan 2008), menunjukkan pelayanan yang diberikan oleh lapas masih rendah bahkan menurun dari 4,33 (2007) menjadi 2,99 (2008).

Hasil observasi menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan pada aspek kelembagaan, tata laksana, sumber daya manusia, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi. Action plan (rencana perbaikan) telah dibuat oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan juga Kanwil Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta.

Pada triwulan I 2010 KPK telah melakukan :

Page 41: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 40 -

a. Paparan Laporan Hasil Observasi Layanan di Lembaga Pemasyarakatan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Inspektorat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM, dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta pada tanggal 17 Februari 2010;

b. Rapat koordinasi dalam penyusunan action plan (rencana perbaikan) dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta;

c. Action plan (rencana perbaikan) dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta telah diterima pada akhir Maret 2010.

KPK akan melakukan pemantauan terhadap implementasi action plan tersebut secara periodik dan insidentil dan direncanakan dimulai pada bulan April-November 2010.

j. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Alat Kesehatan

PBJ Alkes merupakan kegiatan yang amat rentan korupsi, untuk itu pada tahun ini dilakukan pemantauan atas pelaksanaannya. Pada kuartal 1 telah dilakukan pengumpulan data PBJ Alkes dari Depkes sejumlah 55% dari total nilai pengadaan B/J tahun 2010 untuk kemudian dibuat dalam suatu database. Sisa data yang belum didapat akan terus dikoordinasikan dengan pihak Kemenkes.

k. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Trafo PT. PLN

Pemantauan dilakukan atas kegiatan PBJ trafo di PLN mengingat jumlah dan kerentanannya terhadap korupsi yang sangat besar. Kegiatan yang telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan pihak PLN pusat, mengumpulkan data terkait pengadaan, diskusi teknis, serta audiensi antara jajaran Direksi PLN dan Pimpinan KPK.

l. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Jalan Nasional

Menindaklanjuti salah satu temuan Hasil Kajian Sistem PJN oleh Dit. Litbang KPK pada Tahun 2009: yaitu belum optimalnya pengawasan penanganan jalan nasional, maka salah satu item action plan yang akan dilaksanakan oleh DJBM adalah meningkatkan sistem pengawasan penanganan jalan nasional terkait PBJ di Direktorat Jenderal Bina Marga. Untuk mewujudkannya maka akan diselenggarakan workshop yang akan diadakan oleh KPK pada akhir bulan April 2010, untuk memperoleh format monitoring penyelenggaraan jalan nasional yang efektif dan dapat mencegah terjadinya kerugian keuangan negara serta untuk menegaskan kembali komitmen dari pihak Kementrian Pekerjaan Umum untuk membangun suatu sistem monitoring penyelenggaraan jalan nasional yang efektif dan dapat mencegah terjadinga kerugian keuangan negara. Selain pelaksanaan workshop, kegiatan pemantauan atas pelaksanaan action plan lainnya juga masih terus dilakukan.

5. Koordinasi dan Pengembangan

a. Observasi terhadap Sistem Layanan di Kementerian Komunikasi dan Informasi

Merupakan tindak lanjut terhadap hasil survey integritas yang menepatkan Kementerian Komunikasi dan Informasi pada peringkat 36 dari 39 instansi pusat dengan skor integritas 6,05. Observasi akan dilakukan di beberapa daerah untuk mengidentifikasi permasalaha-permasalahan dalam layanan sertifikasi operator radio dan izin jasa penyelenggaraan telekomunikasi.

Page 42: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 41 -

Pada triwulan I 2010, KPK telah melakukan : • Paparan hasil Survei Integritas 2009 kepada jajaran Kementerian

Komunikasi dan Informasi; • Rapat koordinasi dengan Tim Kementerian Kominfo; • Pengumpulan data awal.

b. Observasi terhadap Sistem Layanan Keimigrasian

Merupakan tindak lanjut terhadap hasil survei integritas 2009 yang menunjukkan masih rendahnya skor integritas layanan keimigrasi, yaitu 5,34. KPK akan melakukan observasi lapangan di beberapa kantor imigrasi, tempat pemeriksaan imigrasi di beberapa daerah. Pada triwulan I Tahun 2010, KPK telah melakukan: • Paparan tentang hasil survey integritas 2009 kepada jajaran Kementerian

Hukum dan HAM; • Rapat koordinasi dengan Tim Supervisi Layanan Keimigrasian, Direktorat

Jenderal Imigrasi; • Observasi lapangan di Kantor Imigrasi Klas I Khusus Jakarta Barat.

c. Kementerian Komunikasi dan Informatika

Survei Integritas Sektor Publik setiap tahun telah memotret integritas layanan publik pada instansi pusat maupun Pemerintah Daerah. Sebagai tindak lanjut hasil Survei Integritas tahun 2009, Direktorat Litbang KPK lebih jauh melakukan observasi terkait layanan publik pada instansi dengan nilai integritas rendah. Terkait dengan hal ini, salah satu unit layanan yang menjadi fokus KPK adalah layanan publik di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika. Observasi dilakukan dengan tujuan dapat memberikan saran perbaikan terhadap layanan publik kepada masyarakat.

d. Direktorat Jenderal Imigrasi

Survei Integritas Sektor Publik setiap tahun telah memotret integritas layanan publik pada instansi pusat maupun Pemerintah Daerah. Sebagai tindak lanjut hasil Survei Integritas tahun 2009, Direktorat Litbang KPK lebih jauh melakukan observasi terkait layanan publik pada instansi dengan nilai integritas rendah. Terkait dengan hal ini, salah satu unit layanan yang menjadi fokus KPK adalah layanan keimigrasian di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Observasi dilakukan dengan tujuan dapat memberikan saran perbaikan terhadap layanan publik kepada masyarakat.

e. Kementerian Perindustrian (Kemenperin)

Hasil Survey Integritas 2009 menunjukkan bahwa layanan publik pada Kemenperin menempati posisi terendah. Untuk merespon hal ini, maka KPK melakukan koordinasi pada pihak Kemenperin untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan integritas layanan publik di lingkungan Kemenperin. Selama kuartal 1 tahun 2010, telah KPK telah melakukan:

Rapat koordinasi dengan tim reformasi birokrasi Kemenperin

Memberi masukan atas pakta integritas, kode etik, dan beberapa peraturan menteri perindustrian terkait integritas layanan publik

Melakukan observasi pada layanan terpadu dan unit layanan pengadaan tingkat pusat

Menganalisis rencana tindak yang telah dibuat oleh tim Kemenperin

Selanjutnya akan dilakukan observasi untuk memantau implementasi rencana tindak tersebut.

Page 43: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 42 -

f. Reformasi Birokrasi

Untuk meningkatkan pencapaian kinerja yang sesuai telah dilakukan pertemuan dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan mengarah pada Reformasi Birokrasi mengenai tindak lanjut program tersebut dan dapat diperoleh informasi bahwa akan dibentuk suatu Komite Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional yang dipimpin oleh Wakil Presiden. KPK disebutkan akan menjadi bagian dari Tim Independen dalam Komite tersebut, namun kejelasannya masih perlu diklarifikasi. Beberapa masalah utama antara lain adalah belum adanya grand design reformasi birokrasi nasional serta implementasi reformasi birokrasi nasional yang masih jauh dari ideal.

g. Monitoring dan Evaluasi Good Governance

Dalam pengembangan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik saat uini telah melakukan monitoring dan evaluasi ke beberapa lokasi yaitu terdiri dari 3 Kabupaten dan Kota salah satunya Kabupaten Jembrana, Kota Denpasar dan Kota Jogjakarta. Dalam kegiatan ini memantau progres tatakelola pemerintahan yang baik yang telah dilakukan di Kabupaten dan Kota berdasarkan hasil pemantauan sebelumnya pada taun 2006-2007 dan telah melihat inovasi yang dikembangkan oleh daerah untuk menjadi daerah acuan bagi daerah lainnya. Dalam laporan hasil pemantauan yang berisi hasil pemantauan dan rekomendasi telah disusun untuk kemudian disampaikan ke daerah yang telah dikunjungi sebagai bahan evaluasi dan perbaikan.

6. Supervisi Layanan Publik SebagaI upaya pencegahan korupsi di berbagai pelayanan publik, KPK telah melakukan supervisi peningkatan pelayanan publik sejak tahun 2009, di kota: a. Kota Bandung b. DKI Jakarta c. Medan d. Semarang e. Surabaya

serta ditambah lagi 4 kota pada tahun 2010:

f. Makasar g. Manado h. Palembang i. Samarinda

Adapun jenis layanan publik yang disupervisi adalah: a. Kantor Pertanahan b. Dinas Perhubungan c. Samsat d. Kantor Imigrasi e. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil f. Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi g. Kantor Pelayanan Terpadu h. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya i. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Proses supervisi pelayanan publik sejak tahun 2010 melibatkan Ombudsman RI.

Page 44: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 43 -

2.5. Koordinasi dan supervisi dengan dan/atau terhadap Kepolisian RI dan Kejaksaan RI, disertai data dan perkembangan kasus-kasus korupsi yang disupervisi dan/atau diambil alih penanganannya oleh KPK;

Koordinasi dan Supervisi terhadap penanganan perkara TPK yang dilaksanakan oleh Kepolisian dan Kejaksaan periode Januari sd Maret 2010, adalah : 1. Penerimaan SPDP dari Kepolisian dan Kejaksaan sebanyak 358 SPDP, terdiri

dari 76 SPDP dari Kepolisian dan 282 SPDP dari Kejaksaan.

INSTANSI Jan Feb Mar TOTAL

Kepolisian 20 8 48 76

Kejaksaan 65 105 112 282

Jumlah 85 113 159 358

2. Permintaan SPDP dan perkembangan penyidikan kepada Kepolisian dan Kejaksaan sebanyak 23 permintaan, terdiri dari 11 permintaan kepada Kepolisian dan 12 permintaan kepada Kejaksaan yaitu :

INSTANSI Jan Feb Mar TOTAL

Kepolisian - 8 3 11

Kejaksaan - 8 4 12

Jumlah - 16 7 23

3. Jawaban permintaan SPDP dan perkembangan penyidikan dari Kepolisian dan Kejaksaan sebanyak 39 jawaban, terdiri dari 13 jawaban dari Kepolisian dan 26 jawaban dari Kejaksaan yaitu :

INSTANSI Jan Feb Mar TOTAL

Kepolisian 9 2 2 13

Kejaksaan 6 15 5 26

Jumlah 15 17 7 39

4. Pelimpahan penanganan perkara TPK kepada Kepolisian dan Kejaksaan sebanyak 22 perkara TPK, terdiri dari pelimpahan 8 perkara TPK kepada Kepolisian dan pelimpahan 14 perkara TPK kepada Kejaksaan.

INSTANSI Jan Feb Mar TOTAL

Kepolisian - 5 3 8

Kejaksaan - 10 4 14

Jumlah - 15 7 22

5. Pelaksanaan Supervisi Perkara TPK Langsung (on the spot) sebanyak 3 perkara, terdiri dari 2 perkara TPK dengan Kepolisian dan 1 perkara TPK dengan Kejaksaan.

Page 45: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 44 -

INSTANSI Jan Feb Mar TOTAL

Kepolisian 1 1 - 2

Kejaksaan - - 1 1

Jumlah 1 1 1 3

6. Pengambilalihan Perkara

Perkara TPK dalam penyalahgunaan dana pengelolaan kas daerah APBD Kab. Langkat – Sumatera Utara TA 2000-2007 an. Tersangka SYAMSUL ARIFIN (Gubernur Sumatera Utara) diambilalih dari Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

2.6. Apakah pelaksanaan fungsi supervisi sudah optimal, apa dan bagaimana bentuk supervisinya, dan apa sanksinya bila kepolisian RI atau Kejaksaan RI tidak mematuhi supervisi dimaksud. Pelaksanaan kegiatan koordinasi dan supervisi dilaksanakan dalam bentuk : a. Penerimaan SPDP dari Kejaksaan dan Kepolisian; b. Permintaan SPDP dan perkembangan penyidikan terhadap perkara yang

dilaporkan masyarakat kepada KPK, yang penanganannya dilaksanakan oleh Kejaksaan atau Kepolisian;

c. Pelimpahan penanganan perkara TPK kepada Kejaksaan atau Kepolisian terhadap perkara yang dilaporkan masyarakat kepada KPK, dimana perkara tersebut tidak memenuhi ketentuan Pasal 11 UU No. 30 Tahun 2002;

d. Pelaksanaan supervisi langsung (on the spot) terhadap pelaksanaan penyidikan di Kejaksaan dan Kepolisian;

e. Pengambilalihan perkara. Pelaksanaan supervisi yang selama ini dilaksanakan adalah dengan mengikutsertakan instansi terkait (Bareskrim, Kejagung RI, BPKP, Ahli) dan melakukan ekspose/gelar perkara di wilayah. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, tidak mengatur sanksi yang dapat dikenakan kepada Kepolisian dan Kejaksaan atas ketidakpatuhan hasil supervisi.

2.7. Kriteria yang digunakan KPK dalam pengambilalihan suatu perkara dari Kepolisian RI atau Kejaksaan RI Kriteria yang digunakan oleh KPK dalam melakukan pengambilalihan suatu perkara adalah berdasarkan ketentuan Pasal 9 UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, yaitu: a. Laporan masyarakat tentang suatu tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti; b. Proses penanganan TPK berlarut-larut/tertunda tanpa alasan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan; c. Penanganan TPK ditujukan untuk melindungi pelaku TPK yg sesungguhnya; d. Penanganan TPK mengandung unsur korupsi; e. Hambatan penanganan TPK karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif

atau legislatif; f. Keadaan lain yang menurut pertimbangan Kepolisian atau Kejaksaan,

penanganan TPK sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 46: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 45 -

3. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang prioritas dalam

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi pada tahun 2010, yaitu penjelasan tentang: 3.1. Apa saja prioritas dalam pencegahan dan pemberantasan tindak

pidana korupsi, dan apa alasan penentuan prioritas tersebut; 3.2. Apakah penanganan kasus-kasus korupsi yang merugikan

keuangan negara dalam jumlah besar termasuk dalam prioritas tersebut;

3.3. Kasus-kasus tindak pidana korupsi apa saja yang telah masuk daftar prioritas;

3.4. Apa target dan prioritas dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi pada tahun 2010, dan apa tolok ukur keberhasilan pencapaian target tersebut.

Berdasarkan hasil Rapat Kerja internal KPK tahun 2010, telah ditetapkan:

1. Strategy Map KPK Tahun 2010

S.1

Niat Kesempatan PerbuatanS.2

S.3 S.4

I.1 I.4 I.5 I.6 I.9 I.10

I.11

I.8

I.3

I.2 I.7 I.12

I.13

I.14 I.15 I.16 I.17 I.18 I.19

STRATEGY MAP KPK 2010

Stak

ehol

der

Inte

rnal

Pro

cess

Korsup Penindakan

Terwujudnya Perilaku Anti Korupsi dan Dukungan Masyarakat terhadap

Pemberantasan korupsi

Tercegahnya Kesempatan untuk

Korupsi

Pendidikan Anti Korupsi

Penindakan yang Kuat dan Pro

Aktif

Pelaporan Gratifikasi

Berkurangnya Korupsi di Indonesia

Penyelamatan Keuangan dan Aset Negara/

Daerah

Pemeriksaan DUMAS

Korsup Pencegahan

Pelaporkan LHKPN

Penuntutan

Penyidikan

Penyelidikan

Pengkajian Sistem

Administrasi di Lembaga Negara

Penyediaan Data dan Informasi

Pembangunan & Pembinaan

Jejaring

Percepatan reformasi

sektor publik

Infrastruktur Teknologi Informasi

Dukungan Hukum

Pencitraan Organisasi

Integritas Organisasi

Manajemen Sumber Daya

Dalam Strategy Map tersebut, ditetapkan sasaran strategis yang akan dicapai pada perspektif Stakeholder, yakni:

Page 47: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 46 -

1. Berkurangnya korupsi di Indonesia; 2. Terwujudnya Perilaku Anti Korupsi dan Dukungan Masyarakat terhadap

Pemberantasan Korupsi; 3. Tercegahnya Kesempatan untuk Korupsi; 4. Penindakan yang Kuat dan Pro Aktif.

2. Kebijakan Operasional di Bidang Penindakan dan Pencegahan

(1) Bidang Penindakan

1. Optimalisasi kualitas dan keberhasilan pelaksanaan tugas penyelidikan, penyidikan, penuntutan, serta koordinasi dan supervisi.

2. Sinergi kegiatan dengan pihak eksternal KPK, antara lain dengan Kepolisian, Kejaksaan, BPK, BPKP, PPATK, Ditjen Pajak, dan Bank Indonesia.

3. Antisipasi terbentuknya pengadilan TIPIKOR di daerah.

4. Optimalisasi kerja sama dengan Direktorat Pengawasan Internal dalam pengawasan dan eksaminasi kasus/perkara.

5. Peningkatan kegiatan pelacakan dan pengembalian aset.

6. Penyusunan dan diseminasi cetak biru penanganan kasus/perkara tindak pidana korupsi dalam rangka mekanisme penggerak (trigger mechanism).

(2) Bidang Pencegahan

1. Optimalisasi kualitas dan keberhasilan pelaksanaan tugas pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN, gratifikasi, penelitian dan pengembangan, serta pendidikan dan pelayanan masyarakat.

2. Optimalisasi kualitas dan keberhasilan pelaksanaan tugas monitoring reformasi birokrasi dan supervisi layanan publik.

3. Peningkatan fungsi pencegahan terhadap penyimpangan yang berpotensi menimbulkan TPK.

4. Prioritas kajian diarahkan pada sistem administrasi negara yang krusial, aktual yang berpotensi menimbulkan TPK.

5. Pembentukan Satuan Tugas di Kedeputian Pencegahan.

6. LHKPN:

a. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan tentang LHKPN.

b. Upaya mendorong penyelenggaraan pelaporan kekayaan Pegawai Negeri diluar Penyelenggara Negara dilakukan oleh instansi yang bersangkutan.

c. Optimalisasi pemeriksaan LHKPN yang didasarkan kepada upaya pencegahan dan penindakan.

d. Optimalisasi pengumuman dan publikasi LHKPN, baik di pusat maupun di daerah.

7. Gratifikasi:

a. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan tentang gratifikasi.

b. Optimalisasi pelaporan gratifikasi dengan tetap berpedoman pada self assesment.

8. Litbang:

a. Evaluasi pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi hasil kajian.

Page 48: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 47 -

b. Perluasan implementasi Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK).

c. Peningkatan pelaksanaan survei Integritas Sektor Publik.

d. Pengkajian sistem perijinan di sektor kehutanan.

9. Dikyanmas:

a. Koordinasi dengan instansi terkait dengan penyebarluasan modul di setiap jenjang pendidikan.

b. Sosialisasi lebih diarahkan kepada Pegawai Negeri dan Penyelenggara Negara.

c. Pembangunan Zona Integritas dan Anti Corruption Learning Center (ACLC).

d. Pendidikan anti korupsi difokuskan pada pendidikan dan pelatihan kedinasan Pegawai Negeri dan sektor swasta melalui Focus Group Discussion (FGD).

e. Pelaksanaan kampanye untuk mempertahankan semangat anti korupsi di masyarakat secara proporsional.

3. Sasaran dan Target Bidang Penindakan dan Pencegahan

(1) Bidang Penindakan

1. Prioritas penanganan kasus-kasus:

a. Bidang pelayanan publik, yang mencakup: Pertanahan, Pelayanan Perbendaharaan Negara, Pendidikan Nasional, Agama, Kesehatan, Kependudukan, dan BKPM;

b. Bidang penegakan hukum;

c. Bidang penerimaan keuangan negara, yang mencakup Penerimaan Pajak dan Pinjaman Luar Negeri;

d. Bidang pengelolaan sumber daya alam, yang mencakup Sektor Pertambangan, ESDM dan Kehutanan;

e. Bidang infrastruktur, yang mencakup: Sektor Pembangunan Jalan, Perhubungan dan Telekomunikasi, dan PLN (Kelistrikan);

f. Pendidikan dan kesehatan;

g. Jasa Keuangan, yang mencakup: Perbankan dan Pasar Modal /Lembaga Keuangan;

h. Mafia hukum, yang mencakup Penanganan kasus-kasus penyuapan pada aparat penegak hukum;

i. Penggunaan Anggaran (APBN dan APBD);

2. Penuntasan penanganan kasus-kasus yang belum selesai.

Target:

Target penyelesaian penanganan TPK:

1. Penyelidikan 28 kasus solid;

2. Penyidikan 55 perkara;

3. Penuntutan 45 berkas perkara;

4. Supervisi terhadap 12 kasus yang ditangani aparat penegak hukum lainnya.

Page 49: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 48 -

(2) Bidang Pencegahan

1. Area pencegahan difokuskan pada area perkara yang telah dilakukan penindakannya pada tahun-tahun sebelumnya.

2. Penertiban aset K/L, BUMN/D, dan aset K/L yang dikelola yayasan.

3. Penyelesaian penanganan fee bank.

4. Penyelamatan kekayaan negara di bidang migas.

5. Penuntasan kajian biaya pemungutan pajak daerah.

6. Penertiban fasilitas umum dan fasilitas sosial.

7. Koordinasi dan supervisi layanan publik.

Target

1. Penyelamatan BMN

2. Pengembalian keuangan negara serta penyempurnaan sistem

3. Pengembalian kekayaan negara dan perbaikan sistem.

4. Rekomendasi dan pemantauan tindak lanjut

2.1. Gratifikasi

1. Kepatuhan pegawai negeri dan penyelenggara negara untuk melaporkan penerimaan gratifikasi.

2. Ketentuan gratifikasi internal.

3. Rekomendasi hasil pemeriksaan gratifikasi ke bidang pencegahan dan penindakan.

Target

1. Meningkatnya jumlah laporan gratifikasi.

2. Implementasi program pengendalian gratifikasi di instansi/lembaga.

3. Terbentuknya peraturan internal tentang penetapan status kepemilikan gratifikasi.

4. Penyampaian rekomendasi hasil pemeriksaan gratifikasi kepada Deputi Penindakan dan/atau Pencegahan.

2.2. LHKPN

1. Kepatuhan Pelaporan LHKPN melalui beberapa kegiatan:

a. Koordinasi perumusan Peraturan Pemerintah dengan Biro Hukum mengenai pelaporan LHKPN

b. Penyusunan format baru Formulir LHKPN.

2. Rekomendasi hasil pemeriksaan LHKPN ke bidang pencegahan dan penindakan.

Target

1. Finalisasi revisi formulir LHKPN, perubahan bisnis proses, dan sarana pendukung lainnya.

2. Penyampaian rekomendasi hasil pemeriksaan LHKPN kepada Deputi Penindakan dan/atau Pencegahan.

Page 50: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 49 -

2.3. Dikyanmas

1. Mendorong Terbentuknya Zona Integritas di kementerian/lembaga/ instansi pusat dan daerah.

2. Menumbuhkan budaya anti korupsi di masyarakat.

Target

1. Terbentuknya Zona Anti Korupsi di Unit Pelayanan Publik.

2. Terimplementasinya Modul pendidikan Anti Korupsi di setiap jenjang dan bidang pendidikan.

3. Terbangunnya Komunitas Anti Korupsi. 4. Pembentukan Anti Corruption Learning Center (ACLC).

2.4. Litbang

1. Perbaikan sistem administrasi di K/L.

2. Mengukur tingkat kualitas pelayanan publik dan inisiatif anti-korupsi di K/L dan daerah.

3. Mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi di K/L dan daerah.

Target

1. Terselesaikannya kajian sistem secara komprehensif di bidang layanan publik dan kajian kebijakan.

2. Terlaksananya tindak lanjut hasil kajian sistem dan pengembangan.

3. Terwujudnya perubahan layanan publik di kabupaten/kota.

4. Terlaksananya survei integritas 2010 pada ibukota provinsi, instansi vertikal, dan instansi pusat.

5. Rekomendasi implementasi NIK oleh Ditjen Adminduk – Depdagri.

6. Terlaksananya survey persepsi masyarakat terhadap pemberantasan korupsi.

7. Terlaksananya penilaian inisiatif anti korupsi pada instansi pusat dan daerah.

4. Tolok Ukur Keberhasilan di Bidang Penindakan dan Pencegahan.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Target Kinerja KPK Tahun 2010, tolok ukur keberhasilan di Bidang Penindakan dan Pencegahan adalah sebagai berikut:

Page 51: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 50 -

No. Sasaran Strategis Key Performance Indicator (KPI) Target Deskripsi PIC

1 IPK Indonesia 3.0 Skor IPK diperoleh dari Survey TII Seluruh2 IIN (Pusat dan Daerah) 6.7 Skor IIN diperoleh dari Survey Integritas Seluruh

3 Peningkatan pemahaman Masyarakat terhadap Bahaya Korupsi 10% Skor diperoleh dari Survey Persepsi Masyarakat

terhadap bahaya korupsi Pencegahan

4 Peningkatan Jumlah Jaringan Anti Korupsi 10% Jumlah jaringan anti korupsi yang berhasil

dibangun (Instansi, LSM, Komunitas)Pencegahan

dan INDA

5 Rata-rata Indeks PIAK 6,0Indeks PIAK merupakan skor yang diperoleh dari penilaian inisiatif anti korupsi di instansi yg menjadi target

Pencegahan

6 IIN (Pusat dan Daerah) 6.7 Skor IIN diperoleh dari Survey Integritas Seluruh

7 % Keberhasilan Penuntutan di Pengadilan 90% Putusan Hakim yang menyatakan terdakwa

bersalah

8 % Peningkatan Keberhasilan perkara yang disupervisi 10% Keberhasilan tindak lanjut penanganan perkara

yang disupervisi

I.1 Pendidikan Anti Korupsi 9 Jumlah implementasi zona integritas di KL/instansi pusat dan daerah 10 Implementasi zona integritas di KL/instansi pusat

dan daerah Pencegahan

10 Jumlah Pengumuman LHKPN di BN/TBN 21.000 Jumlah LHKPN yang diumumkan

11 Tingkat pemenuhan rekomendasi hasil pemeriksaan LHKPN 50%

Persentase rekomendasi atas hasil pemeriksaan LHKPN yang ditindaklanjuti (Dumas/Penindakan/Pencegahan)

1.3 Pelaporan Gratifikasi 12 SK penetapan gratifikasi disampaikan tepat waktu 100%

% Jumlah SK Penetapan Gratifikasi yang disampaikan ke penerima gratifikasi dalam waktu 7 hari kerja setelah ditetapkan

Pencegahan

1.4 Pembangunan dan Pembinaan Jejaring 13 Tingkat Kepuasan Layanan Kerja sama

Antar Lembaga (Indeks) 70 Skor yang diperoleh dari Survey terhadap internal KPK dan Partner Kerjasama INDA

14 % Unit layanan dengan Indeks Integritas rendah yang menyusun action plan 100% Persentase dengan Indeks Integritas rendah

yang menyusun action plan

15% Action plan yang diimplementasikan oleh unit layanan dengan indeks integritas yang rendah

30% Action plan yang diimplementasikan oleh unit layanan dengan indeks integritas yang rendah

I.6 Penyelamatan Keuangan dan Aset Negara/ Daerah 16 Jumlah penyelamatan keuangan dan

Asset negara/Daerah 500 M Nilai penyelamatan keuangan dan asset negara /daerah melalui kegiatan pencegahan Pencegahan

I.7 Korsup Pencegahan 17% Peningkatan skor IIN pada instansi yang dilaksanakan Koordinasi dan supervisi

20% Peningkatan kualitas layanan publik yang disupervisi dan berkurangnya korupsi Pencegahan

I.8 Kajian Sistem Administrasi di Lembaga Negara dan K/L 18 % Rekomendasi hasil kajian yang

diimplementasikan oleh instansi 55%

Prosentase pelaksanaan implementasi rekomendasi yang disampaikan kepada instansi pemerintah dan berkurangnya korupsi di instansi yang bersangkutan

Pencegahan

19 Jumlah perkara yang dilakukan supervisi 12Perkara yang disupervisi KPK berdasarkan Sprin-Dik yang dikeluarkan oleh Kepolisian dan Kejaksaan

20 % kepatuhan penyampaian SPDP dari Kepolisian dan Kejaksaan 60%

Jumlah penerimaan SPDP dibandingkan dengan SprinDik yang diterbitkan Kepolisian dan Kejaksaan

21 Jumlah perkara yang dlimpahkan dan disidangkan di PN 45 Perkara yang dlimpahkan dan disidangkan di PN

22 % Pengembalian kerugian negara dari Pelaksanaan Eksekusi 60%

Pengembalian kerugian negara dari Pelaksanaan Eksekusi Denda, Uang Pengganti serta perampasan Barang Sitaan

I.11 Penyidikan 23 Jumlah perkara yang diselesaikan 45 Perkara yang dinyatakan lengkap dan dilimpahkan ke Penuntutan (P21) Penindakan

I.12 Penyelidikan 24 Jumlah kasus yang solid 28 Kasus yang dilanjutkan ke tahap Penyidikan Penindakan

I.13 Pemeriksaan dumas 25 Jumlah kasus potensial dari Dumas yang dapat ditindaklanjuti 56 Kasus yang dilimpahkan dari Dit. Dumas ke Dit.

Penyelidikan PIPM

S.1 Berkurangnya Korupsi di Indonesia

TARGET KINERJA KPK TAHUN 2010

Perpektif Stakeholder (Pemangku Kepentingan)

1.2

Percepatan reformasi sektor publikI.5

S.2

Terwujudnya Perilaku Anti Korupsi dan Dukungan Masyarakat terhadap Pemberantasan Korupsi

S.4 Penindakan yang Kuat dan Pro Aktif

Pelaporan LHKPN

S.3 Tercegahnya Kesempatan untuk Korupsi

Penindakan

Penindakan

Pencegahan

Pencegahan

Penindakan

Perpektif Internal Process (Proses Internal)

I.9 Korsup Penindakan

I.10 Penuntutan

Page 52: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 51 -

4. Terkait adanya putusan Praperadilan yang membatalkan Surat

Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP) atas perkara Bibit S. Rianto dan Chandra M. Hamzah sehingga kedua Pimpinan KPK itu kembali berstatus Tersangka, Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang: 4.1. Sikap atau tanggapan KPK atas status hukum Bibit dan Chandra; 4.2. Bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja pelaksanaan tugas

Pimpinan KPK yang didasarkan pada prinsip kolektif kolegial; 4.3. Apakah menimbulkan hambatan atau kendala dalam pelaksanaan

tugas Pimpinan KPK, dan bila ada apa solusinya. Sebelumnya perlu kami jelaskan bahwa dengan diterimanya permohonan praperadilan yang diajukan oleh Anggodo Widjojo, tidak secara serta merta Bibit dan Chandra menjadi Tersangka kembali, karena sepengetahuan kami pihak Termohon (Kejaksaan) mengajukan upaya hukum yaitu Banding.

4.1. Sikap atau tanggapan KPK atas status hukum Bibit dan Chandra

KPK menganggap bahwa perkara yang disangkakan kepada Bibit dan Chandra adalah perkara yang tidak pernah terjadi.

4.2. Pengaruhnya terhadap kinerja pelaksanaan tugas Pimpinan KPK yang didasarkan pada prinsip kolektif kolegial

KPK bekerja berdasarkan atas sistem yang telah dibangun berdasarkan penguatan kapasitas kelembagaan. Seluruh jajaran KPK bekerja secara profesional sesuai dengan bidang tugasnya. Pimpinan KPK berfungsi mengkoordinasikan dan mengendalikan pencapaian kinerja yang optimal.

4.3. Apakah menimbulkan hambatan atau kendala dalam pelaksanaan tugas Pimpinan KPK, dan bila ada apa solusinya.

Apabila status hukum Bibit dan Chandra masih dipermasalahkan, maka akan menimbulkan hambatan.

Solusi mengenai hal ini, bukan merupakan kewenangan KPK.

Page 53: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 52 -

5. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang perkembangan

penanganan kasus-kasus tindak pidana korupsi, terutama kasus-kasus yang menonjol dan menarik perhatian publik atau menyangkut jumlah kerugian negara yang besar antara lain: 5.1. Kasus Bank Century, bagaimana perkembangan penanganan

kasus ini, hasil gelar perkara kasus ini, siapa saja yang telah diperiksa dan apa status hukumnya;

5.2. Kasus dana BLBI yang pernah ditangani Kejaksaan Agung di bawah supervisi KPK, dan kini sedang dilakukan penyelidikan oleh KPK;

5.3. Kasus dugaan suap (traveller’s cheque) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Gultom;

5.4. Kasus dugaan suap sebesar US$8 Juta pada dua mantan pejabata migas oleh Innospec LTD terkait impor bahan tetraethyl lead (TEL) untuk bensin bertimbal;

5.5. Kasus dugaan suap hakim PTUN Jakarta; siapa saja yang telah diperiksa dan apa status hukumnya;

5.6. Kasus dugaan korupsi di daerah-daerah, antara lain kasus Bupati Boven Digul Papua, dikaitkan adanya dugaan unsur persaingan politik menjelang pemilihan kepala daerah;

5.7. Kasus-kasus menonjol selain yang ditanyakan di atas.

5.1. Kasus Bank Century

Kasus dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam penanganan Bank Century dan penggunaan dana LPS terkait dengan upaya penyehatan Bank Century pada saat ini sedang dalam tahap penyelidikan. Kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan adalah : a. Permintaan keterangan dan klarifikasi terhadap 90 orang yang diduga

mengetahui sendiri atau mengalami sendiri atau mendengar sendiri peristiwa-peristiwa yang tertuang didalam temuan-temuan BPK. Pihak-pihak yang dimintakan keterangan sebagai berikut: - Pihak BI sebanyak 28 orang; - Pihak BC sebanyak 37 orang; - Pihak LPS sebanyak 10 orang; - Pihak Depkeu sebanyak 2 orang; - Lainnya sebanyak 13 orang.

b. Telah diperoleh dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan peristiwa-peristiwa dimaksud.

Kesimpulan Sementara Hasil Penyelidikan adalah : a. Bahwa 9 temuan audit investigasi BPK tidak semua berindikasi TPK; b. Bahwa temuan audit investigasi BPK yang berindikasi TPK sedang dalam

proses penyelidikan.

Page 54: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 53 -

5.2. Kasus BLBI yang pernah ditangani Kejaksaan Agung di bawah supervisi

KPK. Pelaksanaan koordinasi dan supervisi atas penanganan penanganan kasus BLBI adalah berdasarkan Surat Perintah Tugas Nomor: Sprin.Gas-106/01/X/2008 Tanggal 31 Oktober 2008 guna melakukan koordinasi dan supervisi dengan/terhadap Kejaksaan Agung RI atas penanganan kasus BLBI oleh Kejaksaan Agung. Berdasarkan hasil koordinasi dan supervisi, Kejaksaan Agung menangani kasus BLBI yang terbagi ke dalam 4 kelompok, yaitu:

1. Dilimpahkan ke Pengadilan;

2. Dihentikan karena telah memperoleh SKL;

3. Dihentikan karena unsur tindak pidana korupsi tidak ditemukan;

4. Diserahkan kepada Menteri Keuangan RI untuk tindaklanjutnya secara Out of Court Settlement.

Tindak lanjut koordinasi dan supervisi tersebut, KPK memonitor pelaksanaan Out of Court Settlement oleh Kementerian Keuangan.

5.3. Kasus dugaan suap (travellers checque) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia

Penanganan perkara dugaan suap (traveller’s cheque) dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia sampai saat ini masih dilaksanakan dengan:

• 4 (empat) terdakwa masing-masing atas nama UJ, HY, ES, dan DMM dalam tahap persidangan.

• Berkas perkara atas nama DY, RS, dan S sehubungan yang bersangkutan pada saat terjadinya peristiwa TPK berstatus TNI aktif dilimpahkan kepada Panglima TNI dengan surat KPK Nomor: R-866/01-20/03/2010 tanggal 11 Maret 2010

• KPK sedang melakukan evaluasi terhadap perkara lainnya yang terkait dengan perkara atas nama UJ, HY, ES, dan DMM yang sedang dalam proses persidangan.

5.4. Kasus dugaan suap sebesar US$ 8 juta pada dua mantan pejabat migas oleh Innospec LTD terkait impor bahan tetraethyl lead (TEL) untuk bensin bertimbal

Kasus dugaan penyuapan kepada pejabat Pertamina dan atau Ditjen Migas oleh Innospec Limited – Inggris terkait kebijakan penggunaan dan pengadaan tetra ethyl lead (TEL) dalam tahap penyelidikan, pelaksanaannya berkoordinasi dengan Serious Fraud Office (SFO) Inggris.

Page 55: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 54 -

5.5. Kasus dugaan suap hakim PTUN Jakarta; siapa saja yang telah diperiksa dan apa status hukumnya;

Perkara TPK an. tersangka ADNER SIRAIT SH (Pengacara) dan an. tersangka IBRAHIM SH (Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara) dkk pada saat ini sedang dalam proses penyidikan dan dalam tahap pengembangan perkara yang tidak menutup kemungkinan adanya tersangka lainnya.

Dalam proses penyidikan telah dilakukan pemeriksaan terhadap 19 orang (termasuk tersangka).

5.6. Kasus dugaan korupsi di daerah-daerah, antara lain kasus Bupati Boven Digul Papua, dikaitkan adanya dugaan unsur persaingan politik menjelang pemilihan kepala daerah

Penyidikan perkara TPK pengelolaan dana APBD dan OTSUS Kab. Boven Digoel tahun 2005 s.d. 2007 an. tersangka YUSAK YALUWO (Bupati Boven Digoel) tidak ada kaitannya dengan unsur persaingan politik menjelang pemilihan kepala daerah. Perkara ini didasarkan atas temuan BPK dan informasi lainnya bulan Oktober tahun 2008 yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan penyelidikan. Berdasarkan hasil penyelidikan, kasus ini ditingkatkan ke tahap penyidikan pada Februari 2010.

5.7. Kasus-kasus Menonjol Lain

a. Perkara TPK dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban kas daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat periode 2000-2007 A.n. tersangka SYAMSUL ARIFIN (Gubernur Sumatera Utara).

b. Perkara TPK pada pengadaan jasa pengangkutan KRL eks Jepang yang terjadi pada tahun 2006 dan tahun 2007 A.n. tersangka SOEMINO EKO SAPUTRA,dkk (Dirjen Perkeretaapian pada Direktorat Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan)

Masih dalam proses penyidikan, direncanakan Tim Penyidik akan berangkat ke Jepang untuk mengambil keterangan saksi-saksi di Jepang termasuk koordinasi dengan Kepolisian Jepang.

c. Perkara TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati Pelalawan) Dkk, melakukan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 sd 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan an. tersangka ASRAL RACHMAN (Mantan Kadishut Prop. Riau) pada saat ini sedang dalam tahap koordinasi dengan JPU untuk pelimpahan tahap II (tersangka dan barang bukti). Sedangkan 2 perkara lain an. tersangka SYUHADA TASMAN dan BURHANUDDIN HUSIN sedang dalam tahap penyidikan.

d. Perkara A.n. Tersangka BACHTIAR CHAMSYAH (Menteri Sosial RI) Perkara TPK dalam pengadaan mesin jahit dan sapi impor pada bagian

proyek pengentasan fakir miskin Departemen Sosial pada tahun 2004 dan 2006 yang menggunakan Anggaran APBN;

Perkara TPK dalam pengadaan sarung yang dananya berasal dari pengelolaan rekening pemerintah pada Departemen Sosial pada tahun 2006-2008.

Page 56: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 55 -

6. Komisi III DPR meminta penjelasan KPK tentang tindak lanjut terhadap

laporan-laporan pengaduan masyarakat yang diterima Komisi III DPR dan telah disampaikan KPK dalam Rapat Kerja tanggal 25 Januari 2010, dan penjelasan tersebut agar diberikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan bagaimana perkembangan kasus tersebut.

Tindak lanjut terhadap laporan-laporan pengaduan masyarakat yang diterima Komisi III DPR dapat dilihat pada tabel berikut:

No No dan tgl Surat Pelapor Disposisi DPR No. Agenda

DPR Pengaduan Keterangan/Tindak Lanjut Pengaduan

1 94/B.6/DPK MPI/LKT/XI/2009, 4 November 2010

206/Kom III/MP I/2009;

-- Permohoanan KPK untuk menindaklanjuti pengaduan sebelumnya tentang dugaan TPK di Kab. Langlkat sesuai hasil pemriksaan BPK atas kebocoran kas Pemkab Langkat Rp. 102.787.739.067

Pengaduan sejenis pernah diterima, dan saat ini sudah dalam tahap penyidikan. Kepada pelapor telah diinformsaikan tindak lanjut KPK.

2 086/B.6/DPK-MPI/LKT/X/2009; 21 Oktober 2009

70/Kom III/MP I/2009;

-- Permohonan agar memproses pengaduan BPK-RI tentang kerugian kas negara/daerah Kab. Langkat sebesar Rp 102,7 miliar

s.d.a

3 086/B.6/DPK-MPI/LKT/X/2009; 21 Oktober 2009

Bagian TU DPR RI (tanpa

nomor)

132/Ketua/DPR-

RI/X/2009

Permohonan agar memproses pengaduan BPK-RI tentang kerugian kas negara/daerah Kab. Langkat sebesar Rp 102,7 miliar

s.d.a

4 105/Komid SBY/LKT/X/2009, 26 Oktober 2009

-- -- Permohonan memproses pengaduan BPK RI tentang Kerugian Kas Negara/Daerah Kab. Langkat Sumatera Utara sebesar Rp 102,7 miliar.

s.d.a

5 30/GM/XI/2009, 25 November 2009

-- -- Laporan tentang dugaan tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan kewenangan dari Bupati dan Sekretaris Daerah Kab.Kepulauan Talaud atas Mark-up harga bahan bakar minyak (BBM)

Berdasarkan penelaahan belum ada indikasi TPK. Fakta kejadian lebih cenderung kepada kebijakan Pemda setempat dalam mengeluarkan SK tentang penetapan harga BBM yg sesungguhnya berlaku secara nasional. Pengaduan sementara masih diarsipkan.

6 01/YKPC/Nov-2009, 2 November 2009

82/Kom III/MP I/2009

-- Permintaan hasil tindak lanjut atas penanganan kasus dugaan penyalahgunaan keuangan negara oleh Pertamina dalam penyelamatan PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri

Dalam proses penyelidikan.

7 031/BPP/AM-X/2009, 15 Oktober 2009

41/Kom III/MP I/2009

91/Ketua/DPR-RI/X/2009

Permohonan pemeriksaan terhadap Dirjen Bea dan Cukai atas dugaan pelanggaran kewenangan dalam penetapan nilai pajak sepihak

Berdasarkan penelaahan belum ditemukan adanya indikasi TPK, lebih kepada masalah kepabeanan. Pengaduan akan menjadi bahan kajian pencegahan TPK.

8 Surat tanpa nomor dan tanggal

119/Kom III/I//MP I/2009

116/Ketua/DPR-

RI/X/2009

Surat ditujukan ke Jaksa Agung RI atas dugaan penjualan aset negara situ atap Tangerang Selatan

Berdasarkan penelaahan, belum ditemukan indikasi TPK, sementara pengaduan diarsipkan.

Page 57: Jawaban RDP Komisi III-KPK 28 April 2010

- 56 -

9 140/MIP-MI/XI/2009, 4 November 2009

125/Kom III/MP I/2009

186/Ketu/DPR-RI/X/2009

Surat ditujukan ke Tim Independen Pencari Fakta dan Proses Hukum, tentang Penyalahgunaan kewenangan oleh KPK dalam penanganan perkara Mohammad Iqbal dalam hal penyadapan

Penanganan kasus di KPPU sebelum perkara yang menyangkut M. Iqbal dengan Billy Sindoro terungkap, terdapat perkara lain yang sedang dilakukan penyelidikan.

10 B.004/XI/2009/SPJ, 7 November 2009

152/Kom III/MP I/2009

-- Surat ditujukan ke Ketua Komisi III DPR RI atas laporan tentang dugaan penerimaan gratifikasi oleh Mantan Kasal H.Slamet Soebijanto Laksamana TNI Angkatan Laut(Purn)

Berdasarkan penelaahan belum ditemukan indikasi TPK, sementara pengaduan diarsipkan. Pengaduan lebih merupakan kasus perdata, dan dana yang diterima oleh pejabat AL dimasukkan ke kas Dinas (AL).

-----oooOooo-----