jatuh dengan lansia

download jatuh dengan lansia

of 22

Transcript of jatuh dengan lansia

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    1/22

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    A.

    1.

    Kejadian Jatuh Pada Lanjut Usia

    Pengertian

    Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi

    mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak

    terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

    kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2004).

    Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang

    sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak

    termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang.

    Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang jenis dan

    konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar

    mengalami jatuh (Stanley, 2006).

    2.

    a.

    Faktor Resiko

    Faktor instrinsik

    Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan

    mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain

    dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2006). Faktor

    intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya

    menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah,

    kekakuan sendi,sinkopeyaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

    yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala

    lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing

    (Lumbantobing, 2004).

    b.Faktor ekstrinsik

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    2/22

    Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan

    sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang

    licin, tersandung benda-benda (Nugroho, 2000). Faktor-faktor

    ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung

    meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat

    berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,

    tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang

    diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2004).

    3.Penyebab Jatuh Dari Lingkungan Rumah

    Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah

    penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin

    dan basah, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan

    alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak

    di bawah. (Darmojo, 2004). Menurut Friedman, 1998 adalah kondisi

    interior rumah meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi

    oleh perabot , kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai daneksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk,

    tempat obat-obatan tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke

    rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar

    dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di

    pagari secara memadai.

    4.Akibat Jatuh

    Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik

    dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh

    adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat

    jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta

    kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera

    fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat

    memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    3/22

    diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh

    (Stanley, 2006).

    5.Komplikasi

    Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004),

    komplikasi-komplikasi jatuh adalah :

    a.

    b.

    c.

    Perlukaan (injury)

    Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang

    terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya

    arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,

    humerus, lengan bawah, tungkai atas.

    Disabilitas

    Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan

    dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu

    kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

    Mati

    6.Pencegahan

    Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2004), ada 3

    usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu :

    a.Identifikasi faktor resiko

    Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk

    mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan

    assessmentkeadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit

    sistemik yang sering menyebabkan jatuh.

    Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat

    menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup

    tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari

    benda-benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    4/22

    sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti,

    peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga

    tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi

    dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu

    yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi

    pegangan di dinding.

    b.Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

    Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan

    badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila

    goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka

    diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya

    berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak

    dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki

    dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas

    bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu

    harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.

    Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita

    lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut

    usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat

    dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor

    situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan

    kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui

    batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi

    fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang

    sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

    7.Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap

    kasus karena perbedaan faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    5/22

    jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut penangananya menjadi

    lebih mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab

    jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi

    kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat,

    rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut usia itu.

    Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh

    ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat

    bantu gerak.

    Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan

    penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan

    ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sering terjadi

    kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita

    mengalami jatuh. Padahal terapi ini diperlukan secara terus-menerus

    sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.

    Terapi untuk penderita dengan penurunangaitdan keseimbangan

    difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang mendasarinya.

    Penderita dimasukkan dalam progamgait trainingdan pemberian alat

    bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis.

    Penderita dengandizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit

    kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang

    menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretic dan

    antidepresan. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki

    lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti tersebut di

    pencegahan jatuh (Darmojo, 2004).

    B.

    1.

    Konsep Menua

    Pengertian Menua

    Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

    perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti

    dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

    terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo,

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    6/22

    2004). Menurut organisasai kesehatan dunia (WHO), yang termasuk lanjut

    usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Undang-

    undang No.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang dinyatakan sebagai orang

    jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun,

    tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

    keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain

    (Mubarak, 2006).

    2. Teori-Teori Proses Menua

    Menurut Stanley (2006), teori-teori proses menua terdiri dari :

    a.Teori Biologis

    1)TeoriGenetic Clock

    Menurut teori ini menua telah terprogam secara genetik

    untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti

    sel nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi

    tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan

    replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita

    itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai

    kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir (Darmojo, 2004).

    2)TeoriWear and Tear

    Teoriwear and tear(dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa

    akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis

    DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Radikal bebas

    dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

    mengakibatkan oksidasi O2bahan-bahan organik seperti karbohidrat

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    7/22

    dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan

    regenerasi (Maryam, 2008).

    3)Riwayat lingkungan

    Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan

    (misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan

    infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.

    Walaupun faktor-fraktor ini diketahui dapat mempercepat proses

    penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak

    sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.

    4)Teori Imunitas

    Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam

    sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang

    bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing

    mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk

    menderita penyakit. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem

    imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.

    5)Teori Neuroendokrin

    Penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam

    sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi

    yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam

    kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.

    Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara

    universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk

    menerima, memproses dan bereaksi terhadap perintah (Stanley,

    2006). Seluruh reflek volunter menjadi lebih lambat sehingga

    kemampuan lanjut usia untuk berespon terhadap stimulus akan

    berkurang.

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    8/22

    b.Teori Psikososiologis

    Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap

    dan perilaku yang menyertai peningkatan usia. Teori psikososiologis

    terdiri dari:

    1.Teori Kepribadian

    Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan

    psikologis Separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan

    dengan memiliki tujuanya sendiri, yaitu untuk mengembangkan

    kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan

    dirinya sendiri.

    2.Teori tugas perkembangan

    Hasil penelitian Erickson tugas perkembangan adalah

    aktifitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada

    tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yangsukses. Tugas utama lanjut usia adalah mampu melihat kehidupan

    seseorang sebagai kehidupan yang harus dijalani dengan integritas.

    3.Teoridisengagement

    Teori disengagement (teori pemutusan hubungan)

    menggambarkan proses penarikan diri ini dapat diprediksi,

    sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat

    dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lanjut usia dikatakan akan

    bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab

    telah diambil oleh generasi yang lebih muda.

    4.Teori aktivitas

    Penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan

    pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    9/22

    perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan untuk turut

    berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang

    yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan

    yang penting bagi lanjut usia.

    5.Teori kontinuitas

    Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori

    perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori

    sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian

    pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar

    mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua.

    Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu

    sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi

    bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap

    perubahan akibat menua. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak

    berubah walaupun usianya telah lanjut.

    3. Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia

    Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan

    kejadian jatuh diantaranya adalah perubahan sistem musculoskeletal,

    sistem persyarafan dan sistem sensoris (Lueckenotte, 2000).

    a.Perubahan Muskuloskeletal

    Menurut Lueckenotte (1997), tulang-tulang pada sistem skelet

    (rangka) membentuk fungsi penunjang, pelindung, gerakan tubuh dan

    penyimpanan mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan

    bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter. Persendian

    diklasifikasikan secara struktural dan fungsional. Klasifikasi struktural

    didasarkan pada ikatan materi tulang dan apakah ada rongga persendia.

    Klasifikasi fungsional didasarkan pada jumlah gerakan yang

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    10/22

    dimungkinkan pada persendian. Bila artikulasis di antara tambahan

    tulang, sendi menahan tulang dan memungkinkan gerakan.

    Penurunan progesif pada massa tulang total terjadi sesuai proses

    penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi

    ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang. Efek

    penurunan tulang adalah makin lemahnya tulang: vertebra lebih lunak

    dan dapat terteka, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

    terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

    Serat otot rangka berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagen

    menggantikan otot, mempengaruhi pencapaian suplai oksigendan

    nutrisi. Massa, tonus dan kekuatan otot semunya menurun: otot lebih

    menonjol dari ekstremitas yang menjadi kecil dan lemah, dan tangan

    kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis pada tendon dan

    otot mengakibatkan perlambatan respon selama tes reflex tendon.

    Menurut Pujiastuti (2003), perubahan muskuloskeletal antara lainpada jaringan penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.

    1. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

    Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

    tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami

    perubahan menjadi tidak teratur dan penurunan hubungan pada

    jaringan kolagen, merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas

    pada jaringan tubuh. Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya

    karena penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan

    elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

    mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya.

    Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya

    fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa

    nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,

    kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    11/22

    hambatan dalam melekukan aktivitas sehari-hari.upaya fisioterapi

    untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk

    menjaga mobilitas.

    2.

    3.

    Kartilago

    Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

    mengalami granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi rata.

    Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

    degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progesif. proteoglikan

    yang merupakan komponen dasar matrik kartilago.berkurang atau

    hilang secara bertahap. Sehingga jaringan fibril pada kolagen

    kehilangan kekuatanya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami

    fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat seperti

    pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif

    tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi sebagai permukaan sendi

    yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian

    menjadi rentan terhadap gesekan.

    Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu

    berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami

    peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya

    aktivitas sehari-hari.. untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat

    diberikan teknik perlindungan sendi.

    Tulang

    Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah

    bagian dari penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis

    trabekula tranversal terabsorbsi kembali, sehingga akibat perubahan

    itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan tulang kompakta menjadi

    tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen

    sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan

    kalsium di usus, peningkatan haversi sehingga tulang keropos.

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    12/22

    Berikutnya jaringan tulang secara keseluruhan menyebabkan

    kekuatan dan kekakuan tulang menurun.

    Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan

    osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,

    deformitas, fraktur. Latihan fisik dapat diberikan sebagai cara untuk

    mencegah osteoporosis.

    4. Otot

    Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.

    Menurunnya jumlah dan ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan

    penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek

    negatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunya jumlah

    serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi

    tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan

    30% massa otot, meningkatnya jaringan lemak, degenerasi miofibril.

    Dampak dari perubahan otot tersebut adalah menurunya

    kekuatan, menurunnya fleksibilitas, meningkatnya waktu reaksi dan

    menurunnya kemampuan fungsional otot. Untuk mencegah

    perubahan lebih lanjut dapat diberikan latihan untuk

    mempertahankan mobilitas.

    5. Sendi

    Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,

    ligamen dan fasia mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago

    dan jaringan periartikular mengalami penurunan daya lentur dan

    elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, kalsifikasi pada kartilago dan

    kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi

    penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas keseharian

    lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain memberikan

    teknik perlindungan sendi dalam beraktivitas.

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    13/22

    b.Perubahan Sistem Persarafan

    Sistem neurologis , terutama otak adalah suatu faktor utama dalam

    penuaan. Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh, tetapi

    neuron-neuron tersebut tidak dapat mengalami regenerasi. Perubahan

    struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri. Walaupun

    bagian lain dari sistem saraf pusat juga terpengaruh. Perubahan ukuran

    otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel

    otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi

    oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan

    penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan.

    Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan

    penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan yang diketahui

    pada usia 80 tahun. Secara fungsional terdapat suatu perlambatan reflek

    tendon, terdapat kecenderungan ke arah tremor dan langkah yang

    pendek-pendek atau gaya berjalan dengan langkah kaki melebar disertai

    dengan berkurangnya gerakan yang sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih

    lambat, dengan penurunan atau hilangnya hentakan pergelangan kaki

    dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena

    pengurangan dendrite dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat

    konduksi ( Stanley, 2006)

    Menurut Pujiastuti (2003), lanjut usia mengalami penurunan

    koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

    Penuaan menyebabkan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik

    pada susunan SSP . hal ini terjadi karena SSP pada lanjut usia

    mengalami perubahan. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan

    dengan berkurangnya kandungan protein dan lemah pada otak sehingga

    otak menjadi lebih ringan. Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak

    mengalami kematian, sedang yang hidup banyak mengalami perubahan.

    Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi antar sel mengalami

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    14/22

    perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya

    hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga gerakan menjadi

    lamban. Akson dalam medula spinalis menurun 37%. Perubahan

    tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi, keseimbangan,

    kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi. Hal itu dapat

    dicegah dengan latihan koordinasi dan keseimbangan.

    Menurut Stanley (2006), manifestasi klinis yang berhubungan

    dengan defisit neurologis pada klien lanjut usia dapat dipandang dari

    berbagai perspektif: fisik, fungsional, kognisi dan komunikasi.

    1)Fisik

    Dampak dari penuaan pada SPSS sukar untuk ditentukan,

    karena hubungan fungsi sistem ini dengan sistem tubuh yang lain.

    Dengan gangguan perfusi dan gangguan aliran darah serebral, lanjut

    usia berisiko lebih besar untuk mengalami kerusakan serebral. Dan

    metabolism yang sudah diketahui. Dengan penurunan kecepatan

    konduksi saraf, reflek yang lebih lambat, dan respon yang tertunda

    untuk berbagai stimulus yang dialami maka terdapat pengurangan

    sensasi kinestetik.

    2)Fungsi

    Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan

    dengan penurunan mobilitas pada lanjut usia, yang disebabkan oleh

    penurunan kekuatan, rentang gerak dan kelenturan. Penurunan

    pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi-sendi,

    kesenjangan dan penurunan tonus otot. Atrofi dan penurunan jumlah

    serabut otot dengan jaringan fibrosa secara berangsur-angsur

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    15/22

    menggantikan jaringan otot. Dengan penurunan massa otot, kekuatan

    dan pergerakan secara keseluruhan, lamjut usia memperlihatkan

    kelemahan secara umum dihubungkan dengan degenerasi system

    ekstrapiramidal. Kekejangan dapat diakibatkan oleh cedera motor

    neuron di dalam SSP. Kejang yang berat dapat mengakibatkan

    berkurangnya fleksibilitas, postur tubuh dan mobilitas fungsional,

    juga nyeri sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi.

    Tendon dapat mengalami sklerosis dan penyusutan, yang

    menyebabkan penurunan hentakan tendon. Deficit mobilitas

    fungsional dan pergerakan membuat lanjut usia menjadi sangat

    rentan untuk mengalami gangguan integritas kulit dan jatuh.

    c.Perubahan Sensoris

    Banyak lanjut usia memiliki masalah sensoris yang berhubungan

    dengan perubahan normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan

    permasalahn yang dihasilkan merupakan faktor yang turut berperan

    paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah

    ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang

    kehidupan.

    Defisit sensoris perubahan penglihatan merupakan bagian dari

    penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia

    lanjut. Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS.

    Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam

    proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan

    akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna serta

    kekeruhan lensa mata.

    Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya

    presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif di mulai pada dekade ke

    empat kehidupan, ketika seseorang memiliki masalah dalam membaca

    huruf-huruf yang kecil. Kerusakan akomodasi mata terjadi karena otot-

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    16/22

    otot siliaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan lensa mengalami

    sklerosis dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk

    memusatkan data (penglihatan jarak dekat).

    Ukuran pupil menurun karena sfingter pupil mengalami sklerosis.

    Miosis pupil dapat mempersempit lapang pandang dan mempengaruhi

    penglihatan perifer pada tingkat tertentu. Perubahan warna misalnya

    menguning dan meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari

    waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak menimbulkan

    tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan dan aktivitassetiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat selaput di atas

    mata adalah gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam

    mengfokuskan penglihatan dan membaca.. selain itu lanjut usia harus

    didorong untuk menggunakan lampu yang terang dan tidak

    menyilaukan. Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan

    lanjut usia sering mengedipkan mata terhadap cahaya terang atau ketika

    berada di luar pada siang hari yang cerah.

    Lanjut usia memerlukan penggunaan cahaya pada malam hari di

    dalam rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian

    penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika

    meninggalkan suatu lingkungan yang memiliki pencahayaan baik ke

    suatu lingkungan yang pencahayaan redup. Lanjut usia harus diajarkan

    untuk menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada pegangan

    tangga dan menggunakan cat yang terang pada bagian tepi anak tangga.

    (Stanley, 2006)

    Menurut Pujiastuti (2003), perubahan penglihatan pada lanjut

    usia erat kaitanya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitasnya dan

    kaku, otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman

    penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang.

    Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    17/22

    digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut. Perubahan penglihatan

    pada lanjut usia antara lain penglihatan menurun, akomodasi lensa

    menurun, iris mengalami arkus senilities, koroid memperlihatkan atrofi

    di sekitar discus, lensa dibutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat

    warna, konjungtiva menipis dan terlihat kekuningan, air mata menurun

    infeksi dan iritasi meningkat, pupil ukuranya berbeda, kornea terdapat

    arkus senilis.

    Kehilangan pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis.

    Penyebab tidak diketahui tetapi berbagi factor yang telah diteliti adalah

    nutrisi, faktor genetika, suara gaduh, hipertensi, stress emosional.

    Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga

    dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbikusis.

    Penurunan pendengaran sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam

    dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendengaran,

    batang otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan

    konduksi tidak diketahui, tetapi masih berkaitan dengan perubahan pada

    tulang di dal;am telinga tengah, dalam bagian koklear atau di dalam

    tulang mastoid.

    Dalam presbikusis, suara konsonan derngan nada tinggi

    merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi

    secara bertahap.. karena perubahan berlangsung lambat, lanjut usia

    mungkin tidak segera mencari bantuan yang dalam hal ini sangat

    penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat

    diidentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin besar kemungkinan

    untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umunya

    berkangsung secara bertahap.

    Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia

    adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan

    ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengannada frekuensi tinggi

    seperti beberapa konsonan misalnya f, s, sk,sh dan l. Perubahan-

    perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    18/22

    C.

    1.

    2.

    Lingkungan Fisik Rumah

    Pengertian

    Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial

    yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan

    hidup. Definisi yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh

    tempat terjadinya interaksi misalnya rumah (Potter, 2005).

    Rumah adalah tempat dimana segala sesuatu tidak asing dan

    tidak berubah, dimana orang menjaga perasaan memiliki otonomi dan

    kontrol sedangkan Lingkungan fisik rumah adalah tempat-tempat yang

    spesifik dimana individi-individu dan keluarga-keluarga terlibat dalam

    aktivitas-aktivitas yang spesifik dan peran-peran mikrosistem atau

    penyusunan perilaku. Dalam bahasa sistem, mikrosistem merujuk pada

    sistem-sistem yang berinteraksi. Terdapat konteks fisik dekat dan

    pertemuan tatap muka antara anggota keluarga dan yang lainnya

    berlangsung (Friedman, 1998).

    Kriteria rumah sehat dan aman untuk lanjut usia

    Menurut Kandzani (1981), yang dikutip oleh Friedman (1998),

    salah satu bidang kajian yang paling berharga, yang berhubungan dengan

    rumah adalah pengkajian terhadap kondisi keamanan dan bahaya-bahaya

    potensial dan aktual, baik di dalam maupun di luar rumah. Khususnya

    yang ada di dalam rumah, kecelakaan merupakan satu ancaman utama

    terhadap status kesehatan keluarga. Setiap anggota keluarga terbuka

    terhadap ancaman kecelakaan yang berhubungan dengan tahap

    perkembangannya. Meningkatnya kesadaran keluarga akan masalah-

    masalah kecelakaan utama, dimana hal ini memberikan informasi faktual,

    dan cara-cara keluarga memperbaiki tingkat-tingkat keamanan yang sehat

    adalah tujuan bagi perawat.

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    19/22

    Menurut Budiman (2006), kriteria rumah sehat dan aman adalah

    harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya. Menurut Miller (1995),

    Pedoman untuk penilaian keamanan lingkungan untuk lanjut usia adalah:

    1) Penerangan

    Pencahayaan yang memadai tetapi tidak silau, tombol cahaya mudah

    dijangkau, terdapat pencahayaan di tempat-tempat yang sesuai.

    2) Bahaya

    Terdapat karpet atau penutup lantai berbahaya lainnya, tepi karpettidak dilem dan ditempelkan ke lantai, ada hambatan lain di jalur

    tempat lalu.

    3) Mebel

    Tinggi kursi mudah dijangkau, meja stabil dan ketinggian sesuai,

    perabot rumah tangga ditempatkan jauh dari daerah berjalan

    4) Tangga

    Pencahayaan cukup, terdapat lampu di bagian atas dan bawah tangga,

    terpasang pegangan tangan di kedua sisi tangga, terdapat warna untuk

    menandai tepi tangga, terutama bagian atas dan bawah tangga.

    5) Kamar mandi

    Tinggi dari kursi toilet sesuai, terdapat pegangan di daerah kamar

    mandi dan mudah dicapai bila diperlukan, permukaan lantai pancuran

    di kamar mandi tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak

    bisa licin, pembuangan air baik sehingga mencegah lantai licin

    setelah dipakai

    6) Kamar tidur

    Ketinggian tempat tidur sesuai, tempat tidur yang terdapat roda

    terkunci dengan aman, pencahayaan cukup di jalur antara kamar tidur

    dan kamar mandi terutama pada malam hari,

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    20/22

    7) Dapur

    Tempat penyimpanan yang digunakan mudah untuk dijangkau, lantaiterbuat dari bahan yang tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat

    dibersihkan untuk mencegah terpeleset, tempat penyimpanan dapat

    dijangkau dengan mudah, tersedia tempat pijakan yang stabil untuk

    mencapai barang yang letaknya tinggi.

    8) Keseluruhan keselamatan

    Bagaimana orang mendapatkan benda yang sulit untuk dijangkau,

    Apakah pintu cukup lebar untuk menampung alat-alat bantu, Apakah

    telepon diakses, khususnya untuk panggilan darurat.

    Menurut Darmojo, 2004 lingkungan rumah yang aman untuk

    lanjut usia adalah lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah.

    Lingkungan di dalam rumah meliputi kamar mandi yaitu terdapat

    pegangan di daerah kamar mandi dan mudah dicapai bila diperlukan,

    permukaan lantai pancuran di kamar mandi tidak licin, belakang

    kesed berlapis karet yang tidak bisa licin, pembuangan air baik

    sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai. Kamar tidur yaitu

    kesed tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset atau

    tergelincir, terdapat meja di samping tempat tidur untuk meletakkan

    kacamata atau barang lain. Dapur yaitu lantai terbuat dari bahan yang

    tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah

    terpeleset, tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah,

    tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang

    letaknya tinggi. Ruang tamu yaitu kesed-kesed tidak terletak di atas

    karpet, perabotan diletakkan sedemikian rupa sehingga jalan lalu

    lebar, tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lanjut usia

    untuk duduk atau bangkit kursi. Tangga yaitu terdapat ril pegangan

    yang kuat dikedua sisi anak tangga, lantai anak tangga tidak licin,

    barang-barang tidak diletakkan di lantai anak tangga anak, anak

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    21/22

    tangga terbawah dan teratas diwarnai dengan warna terang untuk

    menandai awal dan akhir tangga.

    Lingkungan di luar rumah meliputi pintu masuk depan dan

    belakang dalam keadaan baik, jalan lalu bebas dari lumpur atau air di

    musim hujan, sehingga mencegah terpeleset, anak tangga/ril

    pegangan harus terpasang kuat.

    D.Kerangka Teori

    Faktor Instrinsik :

    Perubahan kondisi fisik

    Penurunan visus penglihatan dan pendengaran Kejadian Jatuh

    Keseimbangan dan gaya berjalan

    Perubahan neuromuskuler

    Faktor Ekstrinsik :

    Obat-obatan yang diminum

    Alat-alat bantu berjalan

    Situasional

    Lingkungan fisik rumah yang membahayakan :

    Di dalam rumah

    Di luar rumah

    Skema 2.1.

    Kerangka Teori

    (Sumber : Modifikasi Lueckenotte, 2000 dan Darmojo, 2004)

    E. Kerangka Konsep

    Variabel bebas

    Kondisi lingkungan fisik rumah

    Variabel terikat

    Kejadian jatuh

    Skema 2.2 Kerangka Konsep

  • 8/12/2019 jatuh dengan lansia

    22/22

    F. Variabel Penelitian

    Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu :

    G.

    1.

    2.

    Variabel independent ( variabel bebas )

    Variabel independen ini merupakan variabel yang nilainya

    menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya diamati dan diukur

    untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kondisi lingkungan fisik rumah.

    Variabel Dependen

    Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

    dependen dalam penelitian ini adalah kejadian jatuh pada lanjut usia.

    Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah maka hipotesis yang dapat

    dikemukakan adalah ada hubungan antara kondisi lingkungan fisik rumahdengan kejadian jatuh pada lanjut usia.