JARMIATI ADELIA

44
G 5 P 3 A 1 34 TAHUN HAMIL 11 MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DAN HIPERTENSI KRONIS Disusun oleh : ADELIA MERDIANA DEWI JARMIATI Pembimbing : dr. Wahdi Sdj, Sp.OG DR. dr. Anto S, Sp.OG (K) dr. Trestyawaty, Sp.OG SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

description

jarm

Transcript of JARMIATI ADELIA

G5P3A1 34 TAHUN HAMIL 11 MINGGU DENGAN ANEMIA DEFISIENSI

BESI DAN HIPERTENSI KRONIS

Disusun oleh :

ADELIA MERDIANA DEWI

JARMIATI

Pembimbing :

dr. Wahdi Sdj, Sp.OG

DR. dr. Anto S, Sp.OG (K)

dr. Trestyawaty, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD JENDRAL AHMAD YANI

METRO

OKTOBER 2014

BAB I

STATUS PASIEN

Tanggal masuk : 16 Oktober 2014

RM : 249487

Anamnesis

I. Identifikasi

Nama : Ny. E.S

Umur : 34 tahun

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Muara Gading mas Labuhan Meringai

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pekerjaan suami : Nelayan

II. Keluhan

Utama : Hamil muda dengan badan lemas

Tambahan : Badan semakin pucat, sering mengantuk, nyeri kepala, mual, nafsu

makan menurun.

III.Riwayat haid

Usia Menarche : ± 12 tahun

Siklus haid : 30 hari

Jumlah : 3 kali ganti pembalut

Lamanya : 4-5 hari

HPHT : 25 juli 2014

IV. Riwayat perkawinan

Pernikahan pertama dan sudah berlangsung ± 19 tahun

V. Riwayat kehamilan sekarang

Pasien datang dengan keluhan badan lemas sejak 5 hari SMRS. Lemas dirasakan semakin

hari semakin berat sehingga pada hari ke 5 pasien memutuskan untuk pergi ke RS. Kondisi lemas

tersebut membuat pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasanya. Selain itu pasien

juga mengeluh badan semakin pucat yang timbul bersamaan dengan keluhan lemas serta pasien

merasa sering mengantuk meskipun pada siang hari. Nyeri kepala dirasakan sejak 2 hari SMRS.

Nyeri dirasakan terutama pada bagian tengkuk dan hilang timbul. Nyeri kepala sudah sering

dialami pasien sejak ± 1 bulan yang lalu, namun hilang timbul. Mual (+), muntah disangkal,

penurunan nafsu makan (+). Riwayat tekanan darah tinggi 2 minggu SMRS ketika periksa ke

bidan. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil disangkal, riwayat tekanan darah tinggi pada

kehamilan sebelumnya juga disangkal. Pasien mengatakan terlambat haid sudah sejak ± 3 bulan

yang lalu, dan sudah pernah melakukan pemeriksaan/ tes kehamilan dan hasilnya (+). HPHT

menurut pasien adalah tanggal 25 juli 2014.

VI. Riwayat kehamilan – persalinan – nifas terdahulu

Kehamilan 1 : Abortus pada usia kehamilan 4 bulan.

Kehamilan 2 : Lahir anak laki-laki, spontan (normal), ditolong oleh bidan, BB lahir >3000 gr,

cukup bulan dan dalam keadaan sehat.

Kehamilan 3 : Lahir anak laki-laki, spontan (normal), ditolong oleh bidan, BB lahir > 3000 gr,

cukup bulan dan dalam keadaan sehat.

Kehamilan 4 : Lahir anak perempuan, spontan (normal), ditolong oleh bidan, BB lahir > 3000

gr, cukup bulan dan dalam keadaan sehat

Kehamilan 5 : Hamil saat ini.

VII. Riwayat penyakit terdahulu

(-)

VIII. Riwayat penyakit keluarga

(-)

IX. Riwayat kontrasepsi

Pasien mengaku memiliki riwayat KB suntik sejak memiliki anak pertama.

X. Riwayat imunisasi selama hamil

Tidak pernah mendapat suntikan imunisasi selama kehamilan, tidak pernah mendapatkan tablet

besi selama hamil.

Pemeriksaan Fisik

I. Status Present

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 180/110 mmhg

Nadi : 84 x/m

Pernafasan : 16 x/menit

Suhu : 37,3ºC

II. Status Generalis

Kulit : Chloasma gravidarum (+)

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera anikterik

Gigi / mulut : Karies (-)

Thoraks : Mammae membesar dan tegang, hiperpigmentasi areolla (+)

Jantung : Bunyi jantung I-II, regular, murmur (-), gallop (-), HR 84 x/mnt

Paru : sonor, vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Inspeksi : Perut tampak rata

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Cairan bebas (-), nyeri ketuk (-)

Auskultasi : Bising usus +

Extremitas : Edema (-)

III.Status Ginekologis

a. Pemeriksaan luar

Rambut pubis (+) tanner 5, vulva tidak ada kelainan, perineum normal, introitus vaginam

normal, orifisium uretra normal, TFU belum dapat dinilai, nyeri tekan (-).

b. Pemeriksaan Dalam

Tidak ada indikasi

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Tanggal 16 Oktober 2014 :

- Hb : 5,2 g/dl

- Ht : 419,6 %

- Leukosit : 5.200/mm3

- Trombosit : 274.000/mm3

- SGOT : 28 U/L

- SGPT : 24 U/L

- Ureum : 63 mg/dl

- Creatinin :1,58 mg/dl

- Tes kehamilan : (+)

Tanggal 17 Oktober 2014

- Asam urat : 6,72 mg/dl

URIN LENGKAP

- Warna : kuning jernih

- Ph : 7

- Berat jenis : 1015

- Darah samar : +1

- Bilirubin : negative

- Urobilinogen : 1

- Keton : negative

- Protein : (-)

- Eritrosit : 10

21 oktober 2014

- Leukosit : 7.500 /ul

- Eritrosit : 4.17 juta/ul

- Hb : 11.9 g/dl

- Ht : 35,8%

Diagnosis awal

G5P3A1 34 tahun Hamil 11 Minggu Dengan Anemia Defisiensi Besi dan Hipertensi Kronis

Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Penatalaksanaan

1. Perbaiki keadaan umum

2. IVFD RL xxgtt/m

3. Transfusi PRC 960 cc

4. Nifedipine 3x 10 mg

5. Fe 3x1 tab

BAB II

FOLLOW UP

Tanggal 18 Agustus 2014 20 Agustus 2014

Keluhan :

Keadaan Umum

Kesadaran

Vital Sign

TD

Nadi

Respirasi

Suhu

Pem. fisik

Konjungtiva

BAK

Bising usus

Flatus

Badan lemas, nyeri kepala, mual.

Tampak sakit sedang

Compos mentis

160/100 mmHg

92 x/menit

20 x/menit

Anemis (+)

(+)

(+)

(+)

Nyeri kepala telah berkurang,

lemas (+), mual (-).

Tampak sakit sedang

Compos mentis

180/100 mmHg

100 x/menit

20 x/menit

Anemis (+)

(+)

(+)

(+)

Diagnosis

G5P3A1 34 tahun Hamil 11

Minggu Dengan Anemia Defisiensi

Besi dan Hipertensi Kronis

G5P3A1 34 tahun Hamil 11

Minggu Dengan Anemia Defisiensi

Besi dan Hipertensi Kronis

Therapi IVFD 1 RL : 1 NaCI 0,9% xxgtt/m

Amlodipin 2x10 mg

Ranitidin 3x1 amp

Fe 3x 1 tab

Vit C 2x1 amp

B complex 2x1

IVFD 1 RL : 1 NaCI 0,9% xxgtt/m

Amlodipin 2x10 mg

Ranitidin 3x1 amp

Fe 3x 1 tab

Vit C 2x1 amp

B complex 2x1

Rencana Transfusi PRC

Tanggal 21 Agustus 2014 22 Agustus 2014

Keluhan :

Keadaan Umum

Kesadaran

Vital Sign

TD

Nadi

Respirasi

Suhu

Pem. fisik

Konjungtiva

BAK

Bising usus

Flatus

Badan lemas, nyeri kepala, mual,

muntah 2x, badan terasa panas

dingin.

Tampak sakit sedang

Compos mentis

180/100 mmHg

84 x/menit

16 x/menit

38,2ºC

Anemis (-/-)

(+)

(+)

(+)

Nyeri pada jahitan, pusing

Tampak sakit sedang

Compos mentis

160/100 mmHg

76 x/menit

16 x/menit

37,4ºC

Anemis (-/-)

(+)

(+)

(+)

Diagnosis

G5P3A1 34 tahun Hamil 11

Minggu Dengan Anemia Defisiensi

Besi dan Hipertensi Kronis

G5P3A1 34 tahun Hamil 11

Minggu Dengan Anemia Defisiensi

Besi dan Hipertensi Kronis

Therapi IVFD 1RL : NaCl 0,9% gtt xx/mnt

Nifedipine 3x10 mg

Fe 3x1 tab

Ranitidine 2x1 amp

PCT 3x 500 mg

IVFD 1RL : NaCl 0,9% gtt xx/mnt

Nifedipine 3x10 mg

Fe 3x1 tab

Ranitidine 2x1 amp

PCT 3x 500 mg

Rencana Transfuse PRC Rawat jalan

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANEMIA PADA KEHAMILAN

1. Definisi

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang dari 12 gr/dl untuk

wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita hamil. Anemia pada

kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan darah merah dan

menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III kadar

Hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari

10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi dan

defisiensi asam folat. Di Indonesia anemia pada kehamilan umumnya anemia

defisiensi besi, yaitu anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,

sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritroposis tidak mencukupi.

2. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan

sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara.

Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan

maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit

menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang

meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron.

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg

untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah

membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32

minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang

selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan

berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat

besi. Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang

mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh

mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami

gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan

oleh tubuh .

Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi

yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan

cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah

terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi.

Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing

berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama

disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan

besi yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari

jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu

penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi

didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut

dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah

mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat

disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang

atau tidak ada sama sekali.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Kehamilan

Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai ketiga dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

- Status gizi ibu pada saat hamil mempengaruhi berat badan janin dalam

kandungan, apabila status gizi buruk, baik sebelum kehamilan dan selama

kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), disamping itu

akan mengakibatkan terhambatnya otak janin, anemia pada bayi baru lahir. Bayi

baru lahir akan mudah terkena infeksi. Asupan gizi sangat menentukan kesehatan

ibu dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan

meningkat sebesar 15 % dibandingkan.

- Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama hamil, Ibu

hamil yang berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan zat besi lebih untuk

keperluan kebutuhan pertumbuhan diri sendiri dan juga untuk janinnya. Oleh

karena itu, hamil di usia 20 tahun dengan asupan gizi yang tidak adekuat memiliki

resiko anemia defisiensi besi sebesar 58%.

- Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamilan yaitu kehamilan yang

berulang atau jumlah partus yang banyak lebih meningkat kejadian anemia akibat

banyaknya darah yang keluar selama proses persalinan, angka kejadian pada

kehamilan makin tinggi dengan semakin tingginya paritas. Peningkatan anemia

pada ibu hamil dengan paritas ≥ 5 sebesar 36,23%.

- Jarak antara kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun) mempunyai resiko

untuk menderita anemia menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi

keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau

lebih karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum

cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Maka

semakin pendek jarak kehamilan resiko terjadi anemia makin meningkat.

Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah tingkat

pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat

mempengaruhi kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan

kelompok pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari

kelompok pekerjaan suami (pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini

mencakup kemampuan dalam hal membeli dan memenuhi makanan bergizi dan

suplemen tambahan yang dibutuhkan pada saat hamil.

4. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan

Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi

antara lain: pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena

penyakit infeksi. Resiko meninggal dalam proses persalinan 3,6 kali lebih besar

dibanding ibu hamil yang tidak anemia. Pada saat proses persalinan, masalah yang

timbul adalah persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah

persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

Anemia pada ibu hamil juga mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat yang

ditimbulkan seperti keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan

berat badan rendah (BBLR). Menurut beberapa penelitian dijelaskan bahwa bayi yang

dilahirkan dari ibu yang kadar Hb rendah menunjukkan rata-rata lahir dengan

kelahiran prematur, berat badan dan nilai APGAR yang rendah dibandingkan dengan

bayi yang lahir dengan ibu yang memiliki tingkat Hb yang tinggi.

5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan

Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan karena kekurangan

zat besi sangat bervariasi walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda

gejala seperti letih, sering mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada

lidah, kulit pucat, konjungtiva, bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual dan

muntah.

Hemoglobin adalah parameter yang dingunakan secara luas untuk menetapkan

prevalensi anemia. Anemia pada ibu hamil berdasarkan pemeriksaan dan pengawasan

Hb dengan Sahli dapat digolongkan berdasarkan berat ringannya terbagi menjadi :

anemia berat jika Hb 7gr %, anemia sedang jika kadar Hb antara 7 sampai 8 gr % dan

bila anemia ringan jika kadar Hb antara 9 sampai 10 gr %.

6. Penatalaksanaan Anemia Pada Kehamilan

Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk memenuhi

kebutuhan fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila cadangan besi ibu

tidak mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan serta asupan gizi yang

tidak adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu mengalami anemia

defesiensi besi. Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia dengan tujuan

untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan besi.

Terapi yang dilakukan yaitu:

- Diet kaya zat besi dan Nutrisi yang adekuat

- Pemberian zat besi oral (Ferrous sulfonat, glukonat dan fumarat)

- Pemberian zat besi par-enteral

B. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan

darah ≥140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali

selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah

diastolik ≥ 15 mmHg .

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu

atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan

hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.

b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai

dengan proteinuria.

c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai dengan koma.

d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi kronik di sertai

tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada

kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan

pascapersalin, kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.

Faktor Risiko hipertensi kehamilan :

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut :

a. Primigravida, primipaternitas

b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,

hidrops fetalis, dan bayi besar.

c. Umur yang ekstrim.

d. Riwayat keluarga pernah preeklamsia atau eklamsia.

e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

f. Obesitas.

Patofisiologi

Penyebab hipertensidalam kehamian hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak

teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak

adasatu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.teori-teori yang sekarang banyak

dianut adalah :

1. Teori kelinan vaskularisasi plasenta

2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel.

3. Teori intoleransi imunologik antara iu dan janin.

4. Teori adaptasi kardiovaskular genetik.

5. Teori defisiensi gizi.

6. Teori inflamasi.

Kelainan vaskularisasi placenta

Pada kehamilan normal, rahim dan placenta medapat aliran darah dari cabang-cabang

arteri uterina dan arteria ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus mioetrium

berupa arteri arkuata dan arteri arkuata member cabang arteria radialis. Arteria radialis

menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis member cabang arteria

spiralis.

Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis,

yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteria

spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan

matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan

dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberikan dampak

penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah

pada daerah utero placenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi

jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.

Proses ini dinamakan proses “remodeling arteri spiralis”.

Pada hipertensi pada kehamilan, tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot

arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap

kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi

dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi dan terjadi

kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplacenta menurun dan

terjadilah hipoksia dan iskemia placenta.

Teori iskemia placenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel.

Iskemia placenta dan pembentikan radikal bebas

Placenta yang mengalami hipoksia dan iskemia akan menghasilkan

oksidan/radikal bebas. Radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau

atom/molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah satu

oksidan penting yang dihasilkan adalah radikal hdroksin yang sangat toksis,

khususnya terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil

akan merusak membrane sel yang mengandung banyak akan asam lemak, tidak

jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membrane

sel juga akan merusak nucleus dan protein sel endotel.

Disfungsi sel endotel

Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka akan terjadi

kerusakan sel endotel yang kerusakanya dimulai dari membrane sel endotel.

Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel,

bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel dan mengakibatkan disfungsi sel

endotel maka akan terjadi gangguan metabolism prostaglandin, agregasi sel-sel

trombosit pada endotel yang rusak, peningkatan permeabilitas kapiler,

peningkatan produksi bahan vasopresor, dan peningkatan factor koagulasi.

Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

Dugaan bahwa faktor imunologik berpera terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan

terbukti dengan beberapa fakta berikut:

Primigravida memiliki risiko lebih besar terjadi hipertensi dalam kehamilan jika

dibandingkan dengan multigravida

Ibu multipara yang kemuudian menikah lagi memiliki risiko lebih besar terjadinya

hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan kehamilan dengan suami

sebelumnya

Seks oral memiliki risiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

Teori adaptasi kardiovaskular

Pada kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor. Hal

ini terjadi akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh

darah. Prostaglandin ini di kemudian hari ternate adalah prostasiklin.

Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan

vasokonstriktor dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan

vasopresor. Artinya, data refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang

hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.

Teori genetik

Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih

menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan dibandingkan dengan genotype janin.

Teori defisiensi gizi

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa defisiensi gizi berperan dalam terjadinya

hipertensi dalam kehamilan.

Teori stimulus influenza

Lepasnya debfris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama

terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, plasenta juga melepaskan debris

trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrosis trofoblas, akibat reaksi stress

oksidatif.

Bahan –bahan tersebut merupakan zat asing yang kemudian merangsag timbulnya proses

inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas ini masih dalam batas wajar,

sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas wajar. Berbeda dengan proses

apoptosis pada preeklamsia, dimana terjadi peningkatan stress oksidatif sehingga

produksi debris apoptosis dan nekrotik juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas

plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif

akan sangat meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban inflamasi dalam darah ibu

menjadi jauh lebih besar. Respon inflamasi ini akan mengaktivasi sel-sel endotel dan sel-

sel makrofag/granulosit yang lebih besar pula segingga terjadi reaksi inflamasi sistemik

yang menimbulkan preeclampsia pada ibu.

Hipertensi kronik pada kehamilan

Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang didapatkan sebelum timbulnya

kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya hipertensi sebelum kehamilan, maka hipertesi

kronik didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan darah

diastolik ≥ 90 mmHg sebelum kehamilan 20 minggu.

Etiologi Hipertensi Kronik :

Hipertensi kronik dapat disebabkan primer : 90% dan sekunder : 10 %, berhubungan

dengan penyakit ginjal vaskular kolagen, endokrin, dan pembulu darah.

Diagnosis hipertensi kronik pada kehamilan

Diagnosis hipertensi kronik ialah bila didapatkan hipertensi yang timbul sebelum

kehamilan, atau timbul hipertensi <20 minggu umur kehamilan.

Factor predisposisi hipertensi kronik :

Umur ibu relatif tua diatas 35 tahun.

Tekanan darah sangat tinggi.

Umumnya multipara.

Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal dan diabetes mellitus.

Obesitas.

Penggunaan obat antihipertensi sebelum kehamilan.

Hipertensi yang menetap pascapersalinan.

Dampak hipertensi kronik pada kehamilan :

Dampak pada ibu

Bila perempuan hamil mendapat monoterapi untuk hipertensinya, dan hipertensi dapat

terkendali, maka hipertensi kronik tidak berpengaruh buruk pada kehamilan, meski tetap

mempunyai risiko terjadinya solusio plasenta, ataupun superimposed preeklamsia.

Hipertensi kronik yang diperberat oleh kehamilan akan memberi tanda :

a). Kenaikan mendadak tekanan darah, yang ahirnya disusul proteinuria

b). Tekanan darah sistolik > 200mmHg diastolik > 130mmHg, dengan akibat segera

terjadinya oliguria dan gangguan ginjal.

Penyulit hipertensi kronik pada kehamilan ialah:

a). Solusio plasenta : risiko terjadinya solusio plasenta 2-3 kali pada hipertensi kronik

b). Superimposed preeklamsia.

Dampak pada janin

Pertumbuhan janin terhambat atau fetal growth restriction, intra uterine growth

restriction : IUGR. Insidens fetal growth restriction berbanding langsung dengan derajat

hipertensi yang disebabkan menurunnya perfusi uteroplasenta, sehingga menimbulkan

insufisiensi plasenta. Dampak lain pada janin ialah peningkatan persalinan preterm.

Pengelolaan pada Kehamilan

Tujuan pengelolan hipertensi kronik dalam kehamilan adalah meminimalkan atau

mencegah dampak buruk pada ibu ataupun janin akibat hipertensinya sendiri ataupun

akibat obat-obat antihipertensi. Secara umum ini berarti mencegah terjadinya hipertensi

yang ringan menjadi lebih berat (pregnancy aggravated hypertension), yang dapat

dicapai dengan cara farmakologik atau perubahan pola hidup : diet, merokok, alcohol,

dan substance abuse.

Terapi hipertensi kronik berat hanya mempertimbangkan keselamatan ibu, tanpa

memandang status kehamilan. Hal ini untuk menghidari terjadinya infark miokard, serta

disfungsi jantung dan ginjal.

Antihipertensi diberikan :

Sedini mungkin pada batas tekanan darah dianggap hipertensi,yaitu pada stage 1

hipertensi tekanan darah sistolik ≥140mmHg, tekanan diastolik ≥90mmHg.

Bila terjadi disfungsi end organ.

Obat Antihipertensi

Jenis antihipertensi yang digunakan pada hipertensi kronik, ialah :

α-Metildopa :

suatu α2 - reseptor agonis ( dosis awal 500mg 3X per hari, maksimal 3 gram per

hari.

Calcium-channel-blockers

Nifedipin : dosis bervariasi antara 30 – 90 mg per hari

Diuretik thiazide

Tidak diberikan karena akan mengganggu volume plasma sehingga mengganggu

aliran darah utero-plasenta.

BAB IV

ANALISIS KASUS

I. Status pasien

Seorang ibu usia 34 tahun dengan G5P3A1 hamil 11 minggu datang dengan badan lemas

yang makin berat sejak 5 hari SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri kepala dan badan

semakin pucat serta mual yang hilang timbul. Pasien mengaku sudah terlambat haid ±sejak

3 bulan yang lalu dan sudah pernah cek kehamilan dengan hasil (+).

II. Permasalahan

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang sudah sesuai ?

2. Apakah diagnosa sudah tepat?

3. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?

4. Apa faktor penyebab,atau predisposisi ?

5. Bagaiman prognosis kehamilan selanjutnya ?

III. Analisa Kasus

1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang sudah sesuai dan

lengkap ?

Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan sudah bisa mengarahkan kepada terjadinya anemia dan

hipertensi kronik pada kehamilan. Pada anamnesa ditemukan adanya tanda-tanda khas

dari anemia defisiensi besi pada kehamilan yakni letih, sering mengantuk, lemah badan,

nyeri kepala, kulit pucat, konjungtiva pucat, bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu

makan,dan mual. Pasien juga mengatakan belum pernah mengkonsumsi tablet Fe selama

kehamilan. Selain itu pasien juga mengeluh memiliki riwayat hipertensi yang baru

diketahuinya kurang lebih 2 minggu yang lalu pada saat periksa ke bidan serta saat ini

mengaku nyeri kepala terutama pada bagian tengkuk.

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg untuk

mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400

mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan

zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan

demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil

pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi. Gangguan pencernaan dan absorbs

zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun

cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat

tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa

diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh .

Pemeriksaan fisik dan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan sudah bisa mengarah kepada anemia defisinsi besi yakni

pemeriksaan konjungtiva anemis, lidah pucat, telapak tangan pucat serta pemeriksaan

Hemoglobin sebagai pemeriksaan penunjang untuk menentukan kadar Hb sehingga dapat

menentkan terapi yang akan diberikan.

Untuk pemeriksaan hipertensi pada kehamilan selain dilakukan observasi tanda-tanda

vital ibu terutama tekanan darah, juga perlu dilakukan pemeriksaan urin terutama untuk

mendeteksi proteinuria. Pada pasien ini proteinuria (-).

2. Apakah diagnosa sudah tepat?

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang cukup, maka

diagnosa awal yang ditegakkan sudah tepat, karena pada pasien ini terdapat gejala-gejala

yang mendukung diagnosis Anemia Defisiensi Zat Besi yaitu badan lemas, kulit pucat,

konjungtiva anemis, nyeri kepala, penurunan nafsu makan dan pasien mengaku selama

kehamilan tidak mengkonsumsi tablet zat besi. Serta dalam pemeriksaan penunjang kadar

hemoglobin mengalami penurunan yaitu sebesar 6,7 gram/dL.

Sementara pada diagnosis Hipertensi Kronik juga sudah tepat, karena pada pasien ini

hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu yaitu usia kehamilan 11 minggu

serta hipertensi tidak pernah di alami sebelumnya termasuk pada saat kehamilan sebelumnya

serta proteinuria negatif. Sehingga pada pasien ini tepat di diagnosis G5P3A1 34 tahun

Hamil 11 Minggu Dengan Anemia Defisiensi Besi dan Hipertensi Kronis.

3. Apakah penatalaksanaan/tindakan sudah tepat?

Penatalaksanakan awal yang dilakukan pada awal sudah tepat yaitu dengan perbaikkan

keadaan umum pasien karena pasien datang dalam kondisi lemah dan anemia maka yang

harus dilakukan adalah menstabilkan KU dengan infus dan transfusi darah. Setelah itu

pemberian tablet Fe juga perlu dilakukan untuk menjaga aadangan zat besi dalam tubuh.

Pemberian antihipertensi untuk pasien ini juga sudah sesuai karena tekanan darah pasien

sudah lebih dari 140/190 mmHg.

4. Apa faktor penyebab,atau predisposisi ?

Faktor yang menyebabkan Anemia Defisiensi Zat Besi pada pasien ini adalah :

- Terjadinya penurunan nafsu makan selama kehamilan.

- Faktor umur ibu hamil

- Multiparitas .

- Sosioekonomi

Faktor risiko hipertensi pada kehamilan dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai

berikut :

Primigravida, primipaternitas

Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes

mellitus, hidrops fetalis, dan bayi besar.

Umur yang ekstrim.

Riwayat keluarga pernah preeklamsia atau eklamsia.

Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.

Obesitas.

Pada pasien ini tidak ditemukan salah satu faktor risiko diatas, namun salah satu ciri-

ciri dari hipertensi kronik terjadi pada multipara, pada pasien ini merupakan

kehamilan ke 5.

5. Bagaimana prognosis kehamilannya ?

Bila perempuan hamil mendapat monoterapi untuk hipertensinya, dan hipertensi dapat

terkendali, maka hipertensi kronik tidak berpengaruh buruk pada kehamilan, sehingga

masih memberikan prognosis pada kehamilannya baik, meskipun beberapa risiko masih

dapat terjadi seperti superimposed preeklampsia.

Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu

maupun janin antara lain pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal,

menghambat pertumbuhan janin, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan

berat badan rendah (BBLR). Namun jika masalah anemia tersebut ditangani secara dini

dapat memperbaiki prognosis kehamilan. Semakin lama anemia diatasi maka semakin

buruk prognosis yang akan terjadi dan kemungkinan komplikasi diatas lebih besar terjadi.

Kesimpulan: Prognosis dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. 2005. Obstetri wiiliam. Edisi XVIII. Jakarta:

EGC

2. Ganong, W. F. 2002. Fisiologi kedokteran, terjemahan andrianto, P., Jakarta: EGC

3. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina pustaka sarwono prawirohardjo

4. Rukiah, A. 2010. Asuhan kebidanan. Jakarta: TIM

5. Sastrawinata S, Martaadisosoebrata D, Wirakusumah F. 2005. Obstetri patologi ilmu

kesehatan reproduksi edisi 2. Jakarta: EGC

6. Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC