erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari...

10

Transcript of erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari...

Page 1: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti
Page 2: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti
Page 3: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti
Page 4: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

20

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

Konstrutivistik Dalam Pembelajaran Seni Gamelan Berbasis Garap Musik

Kreatif

Jarmani Dosen Fakultas Bahasa dan Sains Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Abstrak

Pembelajaran seni gamelan di sekolah-sekolah merupakan bentuk proses aktif yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun pengetahuan. pembelajaran seni

gamelan di sekolah mempunyai kecenderungan yang kaku dan kurang dikenal oleh siswa

sehingga hal ini membuat siswa menjadi jenuh karena tidak diimbangi dengan musik-musik pasar industri yang populer di dunia mereka. Dengan asumsi diatas maka sangat

memungkinkan dan efektif apabila diciptakannya sebuah pengembangan materi ajar seni

gamelan berbasis garap musik kreatif untuk mengakomodasi kebutuhan peserta didik untuk proses pengembangan diri dalam kemandirian berkreasi sehingga sangat

mandorong siswa untuk berjiwa mengkonstruksi pemikiran kreatif.

Kata kunci : pengembangan, gamelan, konstruktivistik

Pendahuluan Gamelan Jawa merupakan seperangkat

instrumen sebagai pernyataan musikal yang

sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang

berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga

berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak (Waridi, 2002: 2). Kata Jawa karawitan

khususnya dipakai untuk mengacu kepada

musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis yang garapannya

menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam

bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan

campuran yang indah didengar. Dengan adanya pengaruh globalisasi, secara

langsung maupun tidak langsung keberlanjutan

sebuah kesenian terpengaruh.Apalagi manusia sebagai pemegang peranan utama yang turut

ikut serta dalam menentukan mengubah kesenian yang berkembang pada lingkungan

budaya tersebut.Manusia menentukan mana

yang harus diubah dan mana yang masih harus terus dilestarikan sebagai aset budaya dan

identitas suatu bangsa.Begitu juga dengan

kesenian Jawa yang pada dewasa ini mengalami perubahan yang signifikan terpengaruh arus

globalisasi.Gamelan Jawa khususnya yang juga mengalami perubahan.Pandangan hidup Jawa

yang diungkapkan dalam musik gamelannya

adalah keselarasan kehidupan jasmani dan

rohani, keselarasan dalam berbicara dan

bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi

antar sesama.Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan

seimbang bunyi kenong, saron kendang dan

gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Perkembangan Gamelan Jawa di

tengah arus global sangat menghawatirkan. Keengganan kaum muda dan anak-anak untuk

mengenal, menghargai apalagi menekuni seni gamelan tidak hanya karena adanya pilihan seni

industri yang tampil glamour, praktis, dan

ekonomis, melainkan juga karena kurangnya kepedulian terutama masyarakat seni karawitan

Jawa.Terlihat pada para pemain gamelan Jawa

yang kebanyakan bapak-bapak dan kakek-kakek.Padahal banyak anak muda yang dapat

meneruskan kebudayaan gamelan tersebut. Namun sekarang ini justru anak muda tidak

mau mempelajarinya.Mereka lebih senang

bermain alat musik modern dan bergaya seperti orang Barat. Sungguh disayangkan apabila

kebudayaan gamelan kita akan punah dan

diambil alih oleh negara asing seperti halnya fenomena seni reog yang telah diklaim negara

Malaysia. Fenomena lain yang dapat kita lihat di tempat wisata Jogjakarta banyak turis atau

wisatawan dari daerah lain yang ingin

mempelajari gamelan Jawa. Sedangkan anak-

Page 5: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

21

Jarmani, Konstrutivistik Dalam Pembelajaran Seni Gamelan Berbasis Garap Musik Kreatif

anak muda yang tinggal di Jawa sama sekali tidak menyukai gamelan. Tidak menutup

kemungkinan asset budaya Indonesia akan

punah. Hal ini bisa diatasi salah satunya adalah melalui pembelajaran seni di Pendidikan

formal. Badan Standart Nasional Pendidikan

(2006:1) mengemukakan bahwa pendidikan

seni budaya dan ketrampilan diberikan di sekolah karena mempunyai keunikan,

kebermaknaan dan kebermanfaatan terhadap

perkembangan peserta didik yang terletak pada pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan

bereskprsi/berkreasi dan berapresiasi dengan pendekatan,belajar dengan seni,belajar melalui

seni dan belajar tentang seni. Oleh karena itu

tidak hanya materi teori saja yang diberikan tetapi bersifat materi praktek juga didapat

perserta didik.

Mata pelajaran seni gamelan yang banyak menampung minat dan bakat peserta didik

sangat memerlukan media ekspresi dalam pembelajarannya. Oleh karena itu perlu

pembelajaran tambahan sebagai sarana dalam

menampung kegiatan di luar jam pelajaran. Untuk itulah perlunya pembelajaran ekstra-

kurikuler sebagai sarana dalam mewadahi minat dan bakat perserta didik.Dengan demikian

peserta didik dapat menembah ilmu yang tentu

sangat bermanfaat bagi dirinya. Untuk mewujudkan pengembangkan dan

pelestarian seni tradisional gamelan bukanlah

pekerjaan yang mudah, perlu peran serta berbagai pihak,seperti: pelaku seni karawitan

Jawa, lembaga produksi dan publikasi seni, pemerintah,maupun masyarakat luas. Pelaku

seni karawitan dapat berperan secara aktif,

kreatif, dan produktif dalam memciptakan lelagon baru dengan tema, komposisi musikal,

dan kemasan aktual.Hasil kreasi para seniman

lalu diproduksi dan dipulikasikan secara luas oleh lembaga berkompeten agar masyarakat

dapat mengapresiasinya.Pemerintah dapat memberikan kebijakan dan kesempatan luas

yang memungkinkan seni gamelan dapat lestari

dan berkembang. Salah satu cara yang diyakini besar pengaruhnya antara lain seni

gamelandikenalkan kepada anak-anak melalui

pendidikan formal. Kegiatan ekstrakurikuler juga sebagai

pengayaan materi dalam menambah pengetahuan di sekolah. Aqip dan Romanto

(2007:114) mengemukakan landasan filosofis pembelajaran pengayaan adalah cara untuk

melihat pengetahuan/informasi yang

dipelajarinya sedalam pemahaman yang diinginkan dalam pembelajaran. Ekstrakurikuler

yang menjadi pembelajaran tambahan sangat membantu dalam memperkaya ilmu bagi

peserta didik. Namun berdasarkan pengamatan

awal peneliti para guru ekstrakurikuler di sekolah di Surabaya belum tergugah

semangatnya untuk membuat kreasi musikal

seni gamelan aktual yang dapat diterima di kalangan kaum muda dan anak-anak. Mereka

masih saja asyik memaksakan seni gamelanproduk lama dengan tema, isi teks, dan

garap musikal yang kadang telah tidak aktual,

sulit dicerna, dan disajikan oleh anak-anak sebagai materi ajar.

Seni Gamelan dan Musik Kreatif Gamelan merupakan musik yang terkonsep

secara ansambel yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong.Istilah

gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya,

yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata

Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti

akhiran an yang menjadikannya kata benda.

Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Bali, dan lombok di

Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan

bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gonglebih

dianggap sinonim dengan gamelan. Popularitasnya telah merambah berbagai benua

dan telah memunculkan paduan musik baru

jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan,

hingga menghasilkan pemusik gamelan

ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun

Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah

anda bisa menikmati versi aslinya. Gamelan

yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang

berbeda dengan Gamelan Bali ataupun

Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan

Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi

Page 6: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

22

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang

diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan

kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak

memunculkan ekspresi yang meledak-ledak

serta mewujudkan toleransi antar sesama (Waridi, 2006 :21). Wujud nyata dalam

musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang,

paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap

penutup irama.Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan.Perkembangan

musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan

kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya

alat musik dari logam.Perkembangan

selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang,

dan tarian.Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan

dilengkapi dengan suara para sinden.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik

serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling

bambu. Komponen utama yang menyusun alat-

alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi

tersendiri dalam pagelaran musik gamelan,

misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi

keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.Gamelan Jawa

adalah musik dengan nada pentatonis.Satu

permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog.Slendro

memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D

E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7

[C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.Komposisi musik gamelan

diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri

dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam

unit yang terdiri dari 4 nada.

Fenomena dalam penggarapan seni gamelan yang marak terjadi saat ini adalalah bentuk

konsep musik kreatik. Konsep musik kreatif yang didahulukan adalah kata musik, menurut

Sadre dalam (Waridi, 2006:12) apresiasinya pada musikalitas karya yang dikaji dari unsur-

unsur musik yang sebagian telah dijabarkan

diatas. Dari situ akan tampak karya yang punya musikalitas tinggi, tingkat kerumitan dan

citarasanya. Sedangkan dari unsur kreatif menjadi pendukung karya yang disajikan, disini

seorang composer wajib menjunjung tinggi

originalitas.Menyajikan sebuah repertoar karya yang benar-benar fres.Dari sesuatu yang tidak

mungkin, bagaimana caranya agar bisa menjadi

mungkin. Konsekuensi sesuatu yang baru biasanya tidak akan mudah diterima begitu saja,

justru tantangannya disitu. Kita buka cakrawala pemikiran seluas-luasnya, namun bukan hanya

sekedar wacana.Berani untuk membuat karya

musik yang berbeda dengan musikalitas yang tinggi.

Musik adalah gambaran kehidupan manusia

yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan

perasaaannya. Setiap cetusan hati nurani atau daya cipta manusia dalam bentuk suara adalah

suatu penjelmaan dari buah pikiran manusia

yang dinyatakan dalam suatu bentuk yang bernama musik.Musik selalu mengandung

keindahan dan merupakan hasil daya cipta yang bersumber pada ketinggian budi dari daya cipta

yang bersumber pada ketinggian budi dari jiwa

yang mengeluarkan musik itu sehingga musik selalu dijadikan tolak ukur dari tinggi

rendahnya nilai-nilai dan karakter suatu bangsa.

Konstruktivistik dalam Pembelajaran Seni

Gamelan Untuk memperoleh pemahaman yang

bermakna unsur musik harus diberikan melalui

pengalaman langsung, nyata, dan bermakna bagi anak dalam kehidupan sehari-hari sehingga

menuntut keaktifan anak dalam bentuk “Belajar

musik melalui pengalaman musik”. Pembendaharaan unsur musik akan tertanam

dalam diri anak setelah anak belajar musik melalui pengalaman musik. Dari

pembendaharaan unsur musik yang banyak

akan anak menciptakan pola-pola irama, melodi baru mulai dari tingkat sederhana secara kreatif

diperlukan pengetahuan dasar, pengetahuan

akan mendorong timbulnya penghargaan atau tumbuhnya rasa suka atau tidak suka

(apresiasi). Ketika anak menyukai ia akan secara langsung terlibat dalam pengembangan

Page 7: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

23

Jarmani, Konstrutivistik Dalam Pembelajaran Seni Gamelan Berbasis Garap Musik Kreatif

keterampilan, dan keterampilan akan menumbuhkan kemauan untuk berimprovisasi

dan akhirnya munculah kreatifitas estetis anak.

Berbagai kegiatan pengalaman musik untuk pembelajaran musik antara lain :

1. Mendengarkan musik 2. Bernyanyi

3. Bermain musik

4. Bergerak mengikuti musik 5. Membaca musik

6. Kreatifitas anak

Konstruktivistik dalam pembelajaran seni gamelan menyatakan bahwa siswa dalam

mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.

Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut

konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan Taylor,1993; Atwel, Bleicher &

Cooper, 1998).

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan

dalam dunia sebenarnya.

2. Menggalakkan soal/idea murid dan menggunakannya sebagai panduan

merancang pengajaran. 3. Menyokong pembelajaran secara

koperatif dengan mengambil sikap dan

pembawaan murid. 4. Mengambil kajian bagaimana murid belajar

sesuatu ide.

5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.

6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.

7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu

proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.

8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui

kajian dan eksperimen.

Didalam pembelajaran konstruktivis seni gamelan, siswa membangun pemahaman

sendiri sesuai dengan prinsip pembelajarannya.

Dengan demikian, guru tidak mengajar dengan cara tradisional. Guru seharusnya membengun

situasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat

terlibat secara aktif dengan materi pembelajaran melalui pengolahan materi-materi dan interaksi

sosial.Pada penelitian pengembangan ini

pelaksanaan teori konstruktivis digunakan sebagai acuhan dalam pembelaran kreatif

Kreativitas dapat diartikan dengan daya

atau kemampuan untuk mencipta, dari pengertian ini mempunyai arti yang lebih

mendetail yaitu : menanggapi masalah, ide atau materi, mudah menyesuaikan diri terhadap

situas, memilki keaslian, mampu berpikir secara

integral (Alisyahbana, 1983). Tingkat kreatifitas anak usia SMP dalam berolah seni secara wajar

dan spontan. Dalam pendidikan seni, anak

diarahkan untuk cenderung pada berpikir konvergen (beberapa jawaban dari satu

masalah).Anak mempunyaiu keinginan untuk menunjukkan ide dan eksperimennya.

Keuntungan kreatifitas bagi siswa antara lain :

1. Belajar menghargai diri sendiri 2. Belajar berpikir konvergen

3. Mengembangkan kemampuan berpikir

4. Mengembangkan kepribadian 5. Mengembangkan keterampilan

Keuntungan kreatifitas bagi guru antara lain : 1. Meningkatkan dan mengembangkan

pembelajarannya

2. Belajar mengorganisasikan keterampilan spesifik dari anak

3. Meningkatkan hubungan lebih akrab dengan anak

4. Tidak menjumpai banyak problem pada

tingkah laku anak Dalam hubungannya dengan kepentingan

pemahaman pengembangan materi sebagai alat

pendidikan seni, lebih lanjut diperlukan pemahaman tentang konsep kreasi secara

khusus.Secara harafiah atau khusus dari sisi kebahasaan, kreasi dapat dimengerti sebagai

hasil dari sebuah kreativitas.Kreativitas

dianggap oleh sebagian besar orang sebagai kemampuan untuk menemukan dan

menghasilkan sebuah gagasan baru. Dengan

kata dasar kreatif orang mengartikan kreatifitas sebagai berikut : (1) Kemampuan menciptakan

(create), (2) Baru dan orisinil, serta (3) mempunyai manfaat. Kreativitas juga

didefinisikan sebagi proses menghasilkan

sesuatu yang tidak berkembang secara ilmiah atau tidak dibuat dengan cara yang biasa

(Pranata, 2011 :8-11)

Menurut Pranata, secara konseptual kreativitas dapat didevinisikan menurut tiga

kategori, yaitu menurut cara berfikir, proses berpikir, serta produk yang dihasilkan.Pertama,

Page 8: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

24

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

cara berpikir yaitu dapat diidentifikasikan dari beberapa ciri yang menandai aktifitas berpikir

kreatif. Kedua, Proses berpikir kreatif, yaitu

dapat diidentifikasikan dari tahapan-tahapan sampai pada penemuan ide kreatif yang

diharapkan.Ketiga, produk kreatif dapat diidentifikasikan dari beberapa kriteria

penilaian. Namun alat pengukur yang sering

dipakai seseorang di dalam menemukan kreatifitas seseorang adalah nilai dari gagasan

kreatif orang tersebut (Pranata, 2013:3-7)

Munculnya pemikiran kreatif di dalam diri seseorang mennut pranata adalah sebagai suatu

proses pemikiran yang mengarahkan pemikiran tidak tau menjadi tahu bagaimana meraih

tujuannya, serta tahu bgaimana meraih tujuan

tersebut dengan cara optimal dari beberapa pilihan cara yang diketahui. Jadi dapat

dikatakan bahwa pemikiran kreatif adalah

proses pemikiran untuk pemecahan suatau masalah dan pengambilan keputusan. Melalui

pemikiran kreatif yang dihasilkan, muncul pula yang dinamakan inovasi. Inovasi dalam hal ini

dimaksudkan sebagi proses implementasi dan

inkalkulasi yang mengubah potensi kebaruan dan kegunaan yang ada dalm solusi menjadi

nyata dan bisa diterima penuh oleh sistem yang ada.

Proses yang dilukiskan oleh Graham Wallas

dalm Pranata (2011: 4-5), dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu tingkat kreativitas, psikodelik

dan iluminatif. Tingkat kreativitas ditandai

oleh pemikiran yang divergen dan baru secara intuitif atau peemuan pemikiran baru yang

hidup di masyarakat itu.Sedangkan psikodelik yaitu perluasan pemikiran dan perasaan,

ditandai oleh berkembangnya kesadaran untuk

menjangkau pandangan dari luar kebiasaan diri sendiri dan menerima serta menghargai ide atau

respon yang berbeda tersebut sebagai sesuatu

yang orisinil. Kreatifitas telah menggerakan manusia

sejak ia mungkin mengadakan pemecahan masalah dengan kecerdasan. Semula kreatifitas

ini menjadi adat istiadat dan tradisi, tapi

kemudian setiap kali perombakan struktur-struktur baku oleh kreatifitas manusia pula.

Tepat sekali bahwa kreatiitas pada dasarnya

adalah kemampuan restrukturasi evolusi fisik manusia dilanjutkan oleh evolusi kulturalnya

dan restrukturasi semakin mendapat peluang.Restruktusasi ini dilangsungkan dalam

suatu suasana ketegangan, ialah ketegangan penghayatan semula chaotis tetapi kemudian

ditundukan sambil mengendapkan bentuk-

bentuk, suatu tahapan baru.Penghayatan Chaotis ini mendahului kreativitas dan untuk

terjun dalam penghayatan chaotis ini diperlukan keberanian kreatif.Suatu syarat untuk kreatifitas

ini ialah peluang keberanian tadi yang

merupakan semacam kebebasan.Pada pembelajaran ini anak dipacu untuk kreatif

dengan metode pembelajaran menyenangkan

sehingga sifat kontruktivis membuat anak menjadi berani untuk menuangkan ide materi

yang nanrinya dikembangkan dan dikemas oleh guru.

Produk materi dalam membentuk Madiri KonstrukstivitikSiswa di SMP IPIEMS

Surabaya Produk pengembangan materi yang bersifat

garap musik kreatif adalah lagu-lagu yang

dibawakan tidak hanya bersifat tradisi tetapi masakini yang menjadi favorit anak-anak

sekarang juga gending-gending tradisi yang di

garap dalam bentuk musik-musik kreatif.Berikut skema pengembangan produk :

Garap ini didapat dari ide-ide siswa yang

merupakan hasil pengambilan dari habitus siswa dalam kesehariannya menyukai musik

tertentu yang berbeda dari masingimasing

individu.Salah satunya adalah lagu tradisi Lir-ilir yang dikembangkan menjadi sebuah

komposisi gamelan yang bisa banyak dijumpai

genre-genre musik seperti keroncong, regge,

Page 9: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

25

Jarmani, Konstrutivistik Dalam Pembelajaran Seni Gamelan Berbasis Garap Musik Kreatif

dan pola-pola perkusi kreatif. Berikut contoh bagian kecil model notasi produk seni gamelan

berbasis musik kreatif :

Notasi balungan :

SMP IPIEMS Surabaya, adalah salah satu sekolah menengah adalah sekolah yang

dijadikan lokasi oleh peneliti dalam mengembangkan materi ajar seni gamelan

berbasis garap musik kreatif karena selain

peneliti sebagai guru seni gamelan di sekolah tersebut, SMP ini juga merupakan salah satu

sekolah menengah pertama yang mempunyai

gamelan dan alat-alat instrumen musik yang lengkap sehingga peneliti akan bisa lebih

maksimal dalam mengembangkan materi ajar agar pembelajaran seni gamelan yang dilakukan

di sekolah-sekolah yang bertujuan untuk

melatih siswa untuk selalu berkreatifitas dan membangun mandiri creativepreuneru

mengajak siswa untuk konser pertunjukan.Berikut proses yang dilakukan

siswa SMP IPIEMS dan pentas yang dihadiri

artis budi do re mi :

Gambar 1 : siswa SMP IPIEMS dalam berlatih

seni gamelan berbasis garap musik kreatif

Gambar 2 : Ucapan selamat Artis Budi Do Re mi pada perform siswa

Simpulan Pembelajaran gamelan bukanlah pembelajaran

yang kaku yang hanya menggunakan materi-

materi yang terbatas dan membuat peserta didik menjadi kurang berminat.Jika pembalajaran

seni gamelan tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif maka

pembalajaran tersebut menentang hakikat

pembelajaran. Peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran sangat diperlukan karena

ia menjadi subjek utama dalam proses

pembelajaran.Dengan produk yang dihasilkan dari pemikiran siswa sendiri yang kemudian

dikomposisikan dalam bentuk baru oleh guru menjadi sebuah pemahaman yaitu siswa akan

tumbuh dan mempunyai jiwa yang mandiri

konstruktivistik, mampu berpikir kreatif dan paham dengan gejala industri kreatif yang

terjadi perjalanan masing-masing siswa.

Daftar Pustaka Alisyahbana,S.Takdir.1983. Kreativitas. Jakarta:

Dian Rakyat

Amri, S dan Ahmadi.K.L 2010.Konstruksi

Pengembangan Pembelajaran. Jakarta:

Pestasi Pustaka

Fernandus, Pieter. 2003. Alat Musik Jawa Kuno.

Yokyakarta: Yayasan Mahardika

Hastanto, Sri.2009. Konsep Pathet Dalam

Karawitan Jawa.Pascasarjana, ISI Press

Surakarta

Pranata,M. 2011. Spektrum Kreativitas, Malang.

Universitas Negeri Malang

Purwadi. 2006. Kamus Jawa-

Indonesia.Yokyakarta: Bima Media

Purwadi. 2006. Seni Karawitan Jawa.Yokyakarta:

Hanan Pustaka Jokjakarta

Soedarso. 2006. Trilogi Seni. ISI Yokyakarta

Supanggah.R. 1995.Etnomusikologi. Yayasan

Bentang Budaya

Page 10: erepository.uwks.ac.iderepository.uwks.ac.id/244/1/JURNAL JARMANI_FBS.pdf · Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti

26

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

INOVASI, Volume XVIII, Nomor 1, Januari 2016

Supanggah.R. 2009. Bothekan Karawitan II. STSI

Press

Thiagarajan,S,Semmel, D. S dan Semmel I,M.

1974. Instructional Development For

Training Teacher of Esceptional

Children, University of Minnesota

Trianto, 2009.Mendesain Model Pembelajaran

Inovatif-Progresif, Prestasi Pustaka :

Jakarta

Tim Redaksi.2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Waridi. 2005. Menimbang Pendekatan

Pengkajian dan Penciptaan Musik

Nusantara.Surakarta: STSI