JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL...

25
JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA LARANGAN TAMBANG INKONVENSIONAL (Studi Pada Masyarakat Penambang Timah Kampung Boyan Desa Batu Berdaun Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga) NASKAH PUBLIKASI Oleh MAS AGUS MUAMMAR GHAZALIE NANIK RAHMAWATI MARISA ELSERA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL...

Page 1: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA

LARANGAN TAMBANG INKONVENSIONAL

(Studi Pada Masyarakat Penambang Timah Kampung Boyan Desa Batu

Berdaun Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

MAS AGUS MUAMMAR GHAZALIE

NANIK RAHMAWATI

MARISA ELSERA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang

disebut dibawah ini :

Nama : MAS AGUS MUAMMAR GHAZALIE

NIM : 100569201135

Jurusan/ Prodi : Sosiologi

Alamat : Jl. Sultan Sulaiman No. 24 Kampung Bulang

Nomor Telp : 081275811103

Email : -

Judul Naskah : JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH

TRADISIONAL PASCA LARANGAN TAMBANG

INKONVENSIONAL (Studi Pada Masyarakat

Penambang Timah Kampung Boyan Desa Batu

Berdaun Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga)

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan

untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 13 Juli 2017

Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I

NANIK RAHMAWATI, M.Si

NIDN. 1013048002

Dosen Pembimbing II

MARISA ELSERA, S.Sos, M.Si

NIP. 198710192014042001

Page 3: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA LARANGAN

TAMBANG INKONVENSIONAL

(Studi Pada Masyarakat Penambang Timah Kampung Boyan Desa Batu Berdaun

Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga)

MAS AGUS MUAMMAR GHAZALIE

NANIK RAHMAWATI

MARISA ELSERA

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tambang tradisional sejatinya merupakan kegiatan yang legal serta dilindungi oleh

pemerintah ketika alur proses pengurusan tambang tersebut sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Imbas dari tambang tradisional yang ilegal tentunya akan berpengaruh kepada kegiatan

pertambangan tersebut dan berpotensi berada dijalur hukum ketika tetap menjalankannya. Adanya

larangan tambang Inkonvensional membuat masyarakat penambang timah ini berhenti melakukan

aktifitas penambangan membuat keinginan untuk memperbaiki kehidupan dirasa sulit akibat dari

tidak tersedianya lapangan pekerjaan lain dan ditambah lagi memiliki tingkat pendidikan yang

rendah serta kurangnya skill membuat para penambang merasa kesulitan untuk mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik.

Sulitnya melakukan kegiatan penambangan akibat dari tidak adanya legalitas membuat

masyarakat penambang menerapkan berbagai strategi guna menghadapi dan bertahan ditengah

meningkatnya kebutuhan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Corner dalam Kusnadi (2000:7-8)

mengatakan bahwa adanya strategi-strategi adaptasi yang biasanya dilakukan dan dikembangkan

oleh masyarakat untuk menjaga kelangsungan hidup.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana Jaringan Sosial yang terjadi pada

masyarakat penambang timah tradisional untuk bertahan dan memenuhi kebutuhan hidup pasca

adanya larangan kegiatan tambang Inkonvensional. Penelitian ini termasuk penelitian dengan

pendekatan kualitatif dan jenis deskriftif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan

metode dengan teknik analisis deskriftif.

Adapun temuan dalam penelitian ini terdapat berbagai strategi serta jaringan sosial yang

dilakukan penambang timah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Strategi yang diterapkan oleh

penambang timah dalam menghadapi kemiskinan yaitu berupa peranan anggota keluarga untuk

menambah penghasilan dengan memanfaatkan peranan istri untuk turut bekerja mencari

penghasilan lebih untuk keluarga selain menjadi ibu rumah tangga, dan jaringan sosial yang

berfungsi untuk tetap menjaga kelangsungan hidup dari tekanan-tekanan ekonomi, serta adanya

kombinasi pekerjaan yang bisa turut menambah jumlah penghasilan.

Kata Kunci : Strategi Bertahan Hidup, Jaringan Sosial

Page 4: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

ABSTRACT

Traditional mining is a legal activity and protected by the government when the flow of the

process of mining is in accordance with the established. The impact of illegal traditional mines

will certainly affect the mining activities and potentially lies in the law while still running it. The

existence of an unconventional mining prohibition made the tin mining community stop doing

mining activities to make the desire to improve life is difficult due to the unavailability of other

jobs and added to having low level of education and lack of skill to make the miners feel difficult to

get a better job.

The difficulty of mining activities resulting from the absence of legality makes the mining

community apply various strategies to face and survive amid increasing needs of life. As expressed

by Corner in Kusnadi (2000: 7-8) said that there are adaptation strategies that are usually carried

out and developed by the community to maintain survival.

The purpose of this research is to know how Social Network happened to traditional tin

mining community to survive and fulfill the necessity of life after the existence of prohibition of

Inkonvensional mining activity. This research includes research with qualitative approach and

descriptive type, data collection is done by using observation method, interview and

documentation, then the data obtained is analyzed by method with descriptive analysis technique.

The findings in this study there are various strategies and social networks carried out tin

miners to meet the needs of life. The strategy adopted by tin miners in the face of poverty is in the

form of the role of family members to supplement their income by utilizing the role of wives to

work to earn more income for families besides being housewives, and social networks that serve to

keep the survival of economic pressures, as well as a combination of work that can help increase

the amount of income.

Keywords: Survive, Social Network

Page 5: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

1

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang sangat

kaya akan sumber daya alam, namun

kekayaan sumber daya alam yang dimiliki

oleh Indonesia belum menjamin

kesejahteraan bagi seluruh warga Negara

Indonesia. Masih banyak juga warga Negara

Indonesia yang hidup didalam kemiskinan.

Kemiskinan itu terjadi bukan hanya karena

eksploitasi tetapi juga dikarenakan kultur

atau budaya masyarakat yang tidak terbuka

terhadap perubahan-perubahan sosial yang

terjadi.

Kemiskinan, kesenjangan sosial, konflik,

dan bencana alam yang terjadi di Indonesia

juga membuat Negara Indonesia menjadi

penghambat untuk lebih cepat berkembang

dan maju. Disamping itu faktor penentu

berkembang dan majunya suatu Negara

dapat dilihat dari tingkat penghidupan dan

kebutuhan hidup masyarakatnya.

Tingkat kehidupan dan kebutuhan

masyarakat Indonesia juga dapat dilihat dari

ketergantungan kehidupan masyarakat akan

kebutuhan sehari-hari. Bagi daerah-daerah

tertentu tingkat kehidupan/ kebutuhan

hidupnya bersumber dari alam dan bumi.

Salah satu dari banyak nya sumber daya

alam yang sangat melimpah dinegeri

Indonesia ini adalah kekayaan mineral

buminya. Dimana Salah satu hasil tambang

yang mampu bersaing sejak bertahun-tahun

dahulu adalah timah. Indonesia merupakan

produsen biji timah terbesar kedua di dunia,

dengan jumlah produksi pada tahun 2013

sebanyak 64 ribu ton, dimana produksi

timah yang ada di Indonesia sekitar 68,5

persen dihasilkan dari Industri Smelter

nasional yang berpusat di Provinsi Bangka

Belitung, dan Industri Smelter swasta yang

tersebar di beberapa Wilayah di Indonesia.

Ada sekitar empat puluh perusahaan industri

smelter nasional di Bngka Belitung, yang

mana 95 persen dari total produksi timah di

Perusahaan Smelter ini diajukan untuk di

daerah yang pernah menjadi salah satu raja

di percaturan timah Indonesia adalah Pulau

Singkep, atau lebih dikenal dengan sebutan

Dabo Singkep.

Pulau Singkep adalah salah satu basis

produksi terbesar timah yang di kelola oleh

PT.Timah Tbk selain yang berada di Pulau

Bangka, Pulau Belitung, dan Pulau Kundur.

Penambangan timah di Pulau Singkep

berlangsung sejak tahun 1812 hingga tahun

1992 yang dikelola oleh berbagai

perusahaan pengelola. Jauh sebelum

PT.Timah Tbk masuk untuk mengelola

timah di Pulau Singkep, pada masa

pemerintahan kesultanan Riau-Lingga

diadakannya konsensi terhadap perusahaan

asal Belanda yaitu Singkep Tin

Maatschaappij (Sitem) sebagai pengelola

pertambangan timah di Pulau Singkep.

Kemudian pada masa pemerintahan orde

baru, seluruh aset Sitem dinasionalisasi oleh

pemerintah pusat yang kemudian di kelola

oleh PN.Timah, yang kemudian berganti

nama menjadi PT.Timah Tbk.

(http://regional.kompas.com)

Daerah operasionalnya didarat dalam

bentuk galian tambang dan tambang lepas

pantai. Bekas galian tambang timah inilah

yang sampai saat ini digunakan oleh

Page 6: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

2

masyarakat sebagai salah satu mata

pencaharian mereka. Dimana pada bekas

tambang ini masih banyak ditemukannya

biji-biji timah yang memiliki nilai jual.

Tingginya harga jual biji timah menjadi

alasan banyaknya masyarakat yang

menjadikan timah sebagai mata pencaharian

mereka.

Harga jual biji (pasir) timah ini berada

dikisaran 65 ribu hingga 120 ribu rupiah per

Kilogram, tergantung dari kualitas biji timah

yang didapatkan. Akan tetapi Sangat

disayangkan bahwa kemudian biji timah

yang didapatkan para penambang ini dibeli

oleh penampung (pengepul) dengan harga

yang rendah, dimana harga yang di tetapkan

oleh penampung untuk biji timah kualitas

rendah dikisaran 60 ribu rupiah. Untuk biji

timah dengan kualitas tinggi, penampung

(pengepul) menghargai di harga 85 ribu

rupiah.

Sayangnya kegiatan penambang timah

tradisional di Dabo Singkep ini khususnya di

Kampung Boyan, hampir seluruhnya dapat

dikatakan ilegal, karena tidak disertai

dengan izin dari dinas terkait. Hal ini

mengacu pada Undang-undang No.11 Tahun

1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan, yang tertuang dalam Pasal

11, ayat 1, 2 dan 3 tentang pertambangan

rakyat.

Dalam Undang-undang No.11 Tahun

1967 Tentang Ketentuan Pokok

Pertambangan Pasal 11 ayat 1, 2, dan 3

dijelaskan bahwa :

1. Pertambangan Rakyat bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada rakyat

setempat dalam mengusahakan bahan

galian untuk turut serta membangun

Negara dibidang pertambangan dengan

bimbingan pemerintah.

2. Pertambangan Rakyat hanya dapat

dilakukan oleh rakyat setempat yang

memegang kuasa pertambangan (Izin)

Pertambangan Rakyat.

3. Ketentuan-ketentuan mengenai

Pertambangan Rakyat dan cara serta

syarat-syarat untuk memperoleh Kuasa

Pertambangan (Izin) Pertambangan

Rakyat diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

Hal terebut bukan tidak mendasar,

karena melihat susahnya akses dan perhatian

pemerintah yang sangat minim untuk

mendapatkan izin menjadikan kegiatan ini

terus menerus dilakukan warga, meski

mereka mengetahui segala konsekuensinya.

Sementra dilain sisi kurangnya lapangan

pekerjaan dan semakin tingginnya biaya

hidup menjadikan masyarakat penambang

tradisional ini cenderung bertahan untuk

terus melakukan kegiatan ini, apalagi cara

dan pengolahannya cukup mudah (bisa

hanya menggunakan sekop/ cangkul dan

dulang yang terbuat dari kayu).

Kampung Boyan merupakan salah satu

daerah yang banyak dijadikan sebagai area

pertambangan timah tradisional dan

inkonvensional. Banyaknya bekas tambang

merupakan salah satu faktor utama

berlangsungnya kegiatan pertambangan ini,

ada sekitar 60 orang warga Kampung Boyan

baik laki-laki maupun perempuan yang

menggantungkan hidupnya pada

Page 7: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

3

pertambangan timah tradisional maupun

inkonvensional.

Nama Kampung Boyan sendiri menurut

warga dan kepala dusun setempat, di ambil

dari Suku Bawean yang dahulunya bertani

dan menetap didaerah tersebut. Dimana pada

kesehariannya masyarakat yang tinggal

berdampingan dengan masyarakat suku

Bawean ini sangat menghormati segala

bentuk kegiatan dan gaya hidup masyarakat

suku Bawean, sebab selain dikenal dengan

gaya hidup yang khas dan membaur dengan

keramah tamahan serta kekompakannya,

masyarakat suku Bawean ini juga sangat

terkenal pandai bercocok tanam dan

membangun pondok (rumah) yang unik di

sekitar kebun mereka. Sehingga pada tahun

1960an ketika masyarakat suku Bawean ini

berpindah, masyarakat kemudian memberi

nama Kampung Boyan sebagai pedoman

dalam menyebutkan tempat tersebut.

Kegiatan penambangan di Kampung

Boyan dapat dikatakan sangat menjamur,

bahkan bukan hanya masyarakat setempat

saja namun masyarakat dari daerah luar

seringkali melakukan kegiatan ini. Tahun

2015 banyak terungkap kasus jual beli hasil

tambang timah tradisional ilegal yang berada

di Pulau Singkep, yang imbasnya adanya

larangan penambangan timah

inkonvensional atau illegal sehingga

membuat para pelaku tambang tradisional

ilegal akan berada dijalur hukum jika masih

tetap menjalankan kegiatan

pertambangannya.

Dampak lain yang diakibatkan dari

adanya kasus tersebut adalah susahnya

melakukan aktifitas pertambangan timah.

Meski tidak sepenuhnya, namun susahnya

melakukan aktifitas pertambangan timah di

seluruh Pulau Singkep baik itu kegiatan

pertambangan maupun penjualan hasil

tambang jelas dirasakan oleh masyarakat

penambang timah tradisional. Selain itu

keberadaan penampung (pengepul) timah

juga sudah mulai berkurang akibat dari

adanya kasus tersebut, hal itu wajar terjadi

karena selama ini para penampung

(pengepul) timah selalu menjual hasil

tambang ke pihak ketiga baik kedalam

negeri maupun keluar negeri seperti

Malaysia dan Singapura, sehingga ketika

kasus ini terjadi banyak pengepul yang

berhenti melakukan kegiatan penampungan

hasil timah, sehingga masyarakat yang

masih melakukan kegiatan pertambangan

akan kesulitan untuk menjual hasil tambang

mereka.

Larangan tambang inkonvensional bagi

penambang timah tentunya secara langsung

berdampak kepada berkurangnya

penghasilan pendapatan mereka, hal ini

tentunya sangat mendasar karena ketika

sebelum adanya larangan tersebut banyak

penambang yang mendapatkan pendapatan

yang terbilang cukup tinggi sehingga akan

sangat mampu untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga. Tingginya penghasilan para

penambang tidak lepas dari keberanian para

penampung hasil tambang timah ilegal

tersebut yang berani mengambil harga cukup

tinggi yakni sekitar Rp.95.000 – Rp.100.000

untuk 1 Kg pasir timah, dan ketika adanya

larangan tersebut membuat para penampung

Page 8: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

4

timah hanya berani mengambil harga antara

Rp.80.000 – Rp.90.000 per kilogramnya.

Di tengah tingginya akan kebutuhan

hidup tentunya para penambang dan

keluarga penambang timah sangat kesulitan

menghadapi tekanan tersebut. Tentunya

berbagai bentuk pekerjaan dan strategi

dilakukan guna memenuhi berbagai jenis

kebutuhan baik itu kebutuhan primer dan

sekunder. Keadaan ini tentunya membuat

para penambang timah dan keluarga

penambang timah yang berada di Kampung

Boyan berjuang keras mencari jalan keluar

untuk mencukupi kehidupan hidup.

Tinggi nya biaya hidup, kurangnya

lapangan pekerjaan, hingga larangan

pertambangan serta kenyataan bahwa

kedepannya jumlah cadangan timah yang

pasti semakin menipis ini membuat

masyarakat menempuh barbagai cara agar

dapat bertahan hidup ditengah himpitan

ekonomi. Semangat dan etos kerja yang

yang tinggi menjadi andalan masarakat

untuk tetap bertahan hidup.

Berangkat dari permasalahan yang telah

diuraikan tersebut, dimana untuk mengatasi

permasalahan kebutuhan hidup terutama

permasalahan ekonomi ini memerlukan

strategi agar dapat bertahan hidup ditengah

berbagai bentuk permasalahan yang

dihadapai oleh penambang timah dan

keluarga. Hal inilah yang membuat peneliti

tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

bagaimana “JARINGAN SOSIAL

MASYARAKAT PENAMBANG TIMAH

TRADISIONAL PASCA LARANGAN

TAMBANG INKONVENSIONAL” pada

masyarakat Kampung Boyan Desa Batu

Berdaun, Kecamatan Singkep, Kabupaten

Lingga.

Merujuk pada latar belakang yang telah

diuraikan diatas, adapun perumusan masalah

yang akan ditelaah lebih lanjut dalam

penelitian ini adalah :

Bagaimana Jaringan Sosial Penambang

Timah Tradisional dalam upaya bertahan

hidup keluarga di Kampung Boyan Desa

Batu Berdaun Kecamatan Singkep

Kabupaten Lingga.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut,

adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan meihat bagaimana Jaringan

Sosial Penambang Timah Tradisional dan

keluarga dalam upaya mempertahankan

penghidupan pasca Larangan Penambangan

Timah Inkonvensional dan dalam upaya me

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kegunaan bagi dunia akademisi, diantaranya:

a. Sebagai acuan untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut khususnya yang

berkaitan dengan semangat hidup,etos

kerja,dan Jaringan sosial pada

masyarakat, khususnya pada masyarakat

menengah kebawah.

b. Memperkaya khasanah pengetahuan bagi

disiplin ilmu Sosiologi yang

berkaitan dengan penambang

Tradisional, serta Jaringan Sosial

penambang tradisional menuhi

kebutuhan hidup.

B. LANDASAN TEORI

Karakteristik Tambang Tradisional

Page 9: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

5

Tambang tradisional atau dalam istilah

pertambangan disebut juga tambang rakyat,

adalah suatu usaha pertambangan yang

dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-

kecilan atau secara gotong royong dengan

alat-alat sederhana untuk pencaharian

sendiri. Dalam pasal 20 dan Pasal 66 sampai

dengan Pasal 73 Undang-undang Nomor 4

tahun 2009 tentang Mineral mengakomodasi

kepentingan tambang rakyat karena selain

memecahkan persoalan yang selama ini

terjadi, di lain pihak merupakan bukti

konkrit pengakuan terhadap eksistensi

keberadaan tambang rakyat, yang apabila di

lakukan pembinaan dengan baik, merupakan

salah satu potensi ekonomi lokal yang dapat

menggerakkan perekonomian di daerah

tersebut.

Konsep kegiatan tambang timah

tradisonal atau tambang timah rakyat pada

umumnya bergantung pada jumlah pasir

timah yang didapat dan kandungan biji

timah yang terdapat didalam pasir tersebut.

Semakin banyak pasir timah yang didapat

oleh penambang rakyat atau penambang

tradisonal, maka akan semakin besar pula

hasil yang didapat. Sementara untuk

penetuan kandungan timah yang terdapat

didalam pasir timah tersebut biasanya

dilakukan oleh orang yang mengerti dan

pernah bekerja pada perusahaan timah.

Kegiatan tambang timah rakyat atau

tambang tradisonal terjadi akibat dari

banyaknya areal bekas tambang yang

ditinggalkan oleh perusahaan tambang

sehingga mendorong masyarakat sekitar

areal pertambangan untuk melakukan

kegiatan pertambangan. Seiring berjalannya

waktu, kegiatan pertambangan timah yang

pada awalnya dilakukan diarea bekas lokasi

tambang perusahaan menyebar hingga

ketempat yang seharusnya tidak boleh

dilakukan kegiatan pertambangan seperti

hutan lindung, hingga pantai. (Iskandar:

2005)

Iskandar Zulkarnaen dalam bukunya

Konflik Di kawasan Pertambangan Timah di

Bangka Belitung disebutkan juga bahwa

kegiatan pertambangan rakyat pada awalnya

dilakukan oleh para penambang timah

dengan teknik sederhana dan peralatan

sederhana. Kegiatan penambangan timah

yang dilakukan oleh rakyat mayoritas

dilakukan tanpa izin resmi, sehingga gejala

penambangan timah rakyat ini timbul ketika

masyarakat belum melakukan atau belum

mampu menerapkan peraturan perundang-

undangan.

Penambangan timah rakyat ini menemui

permasalahan ketika dalam usaha ini

melibatkan pihak-pihak luar, yaitu pemodal

besar (yang biasanya disebut cukong),

terorganisasi cukup baik, dan menggunakan

teknologi yang cukup modern, yang pada

umumnya kegiatan ini tidak mengindahkan

dampak lingkungan yang terjadi akibat dari

kegiatan tambang dengan teknologi tersebut.

Jaringan Sosial

Jaringan sosial memiliki konsep yang

menunjukkan suatu hubungan sosial yang

diikat oleh adanya kepercayaan, dan

kepercayaan itu dipertahankan oleh norma-

norma yang ada. Pada dasarnya jaringan

sosial terbentuk karena adanya rasa saling

Page 10: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

6

tahu dan saling membantu dalam

melaksanankan ataupun dalam mengatasi

sesuatu. Dalam pelaksanaan jaringan sosial,

peran hubungan yang dilakukan oleh

individu dan antar individu sangat

diperlukan. Karenanya jaringan sosial

membutuhkan hubungan yang baik antar

individu agar proses berlangsungnya

jaringan tersebut berjalan dengna baik.

Setiap individu memiliki kemampuan yang

berbeda dalam melaksanakan hubungan

sosial yang dilakukannya.

Hal ini disebabkan bahwa hubungan

sosial yang dilakukan oleh individu tidak

hanya melibatkan satu atau dua individu

saja, melainkan banyak individu.

Keterhubungan individu-individu tersebut

akan membentuk suatu jaringan sosial yang

sekaligus merefleksikan terjadinya

pengelompokan sosial dalam kehidupan

masyarakat (Kusnadi, 2000:11-12).

Teori jaringan termasuk bagian dasarnya

kapital sosial, terdiri dari tiga dimensi utama

yakni kepercayaan (trust), norma dan

jaringan (network). Berdasarkan sifatnya

kapital sosial dapat bersifat mengikat

(bonding), menyambung (bridging), dan

bisa pula bersifat mengait (linking). Dimana

dalam teori jaringan sosial juga menilai

bahwa setiap aktor baik individu ataupun

kelompok memiliki akses yang berbeda

terhadap sumber daya, baik itu sumber daya

kekayaan, kekuasaan maupun informasi.

Jaringan sosial juga merupakan suatu

jaringan yang bertipe khusus, dimana ikatan

yang menghubungkan satu titik ke titik lain

dalam jaringan adalah hubungan sosial.

Hubungan sosial bisa dipandang sebagai

sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah

jalur atau saluran yang menghubungkan

antara satu orang (titik) dengan orang-orang

lain dimana melalui jalur atau saluran

tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya

barang, jasa, dan informasi. Hubungan sosial

antara dua orang mencerminkan adanya

pengharapan peran dari masing-masing

lawan interaksinya.

Secara utilitas jaringan sosial menjadi

penting di dalam masyarakat karena di dunia

ini bisa dikatakan tidak ada manusia yang

tidak menjadi bagian dari jaringan-jaringan

hubungan sosial. Walaupun begitu manusia

tidak selalu menggunakan semua hubungan

sosial yang dimilikinya dalam mencapai

tujuan-tujuannya, tetapi disesuaikan dengan

ruang dan waktu atau konteks sosialnya.

Strategi Bertahan Hidup

Konsep strategi didefinisikan sebagai

serangkaian cara tertentu yang

berkesinambungan untuk mencapai tujuan

tertentu (Nurrahman, 2009). Secara umum

strategi dapat diartikan sebagai suatu garis

besar haluan dalam bertindak untuk

mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Secara harfiah pengertian strategi adalah

berbagai kombinasi dari aktivitas dan

pilihan-pilihan yang harus dilakukan orang

agar supaya dapat mencapai kebutuhan dan

tujuan kehidupannya. Konsep strategi ini

merupakan bagian dari pilihan rasional,

dimana dalam teori tersebut dikatakan

bahwa setiap pilihan yang dibuat individu,

termasuk pemilihan suatu strategi dibuat

berdasarkan perimbangan rasional dengan

Page 11: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

7

mempertimbangkan untung rugi yang akan

diperoleh.

Menurut Sitorus 1999 dalam Ihromi

(2004:241) strategi ekonomi di pedesaan

dalam menghadapi kondisi kemiskinan

mencakup upaya-upaya alokasi sumber

daya, khususnya tenaga kerja di dua sektor

sekaligus, yaitu sektor-sektor produksi dan

non produksi. Upaya di sector produksi

menunjuk pada ragam kegiatan para anggota

rumah tangga di bidang ekonomi produksi.

Sedangkan upaya di sector non produksi

menunjuk pada keterlibatan para anggota

rumah tangga di beragam lembaga

kesejahteraan sosial dalam masyarakat.

Menurut Kusnadi (2000), Strategi Dalam

Menghadapi Kemiskinan dapat dilakukan

melalui:

1. Peranan Anggota Keluarga (istri dan

anak).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan dasar

kehidupan, isu substansial yang selalu

dihadapi oleh keluarga atau rumah tangga

adalah bagaimana individu-individu yang

ada didalamnya harus berusaha maksimal

dan bekerja sama untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga sehingga

kelangsungan hidupnya terpelihara. Setiap

anggota rumah tangga bisa memasuki

beragam pekerjaan yang dapat diakses

sehingga memperoleh penghasilan yang

berfungsi untuk menjaga kelangsungan

hidup bersama. Kegiatan-kegiatan ekonomi

yang dilakukan oleh salah satu anggota

rumah tangga (istri dan anak) merupakan

salah satu dari strategi adaptasi yang harus

ditempuh untuk menjaga kelangsungan

hidup mereka.

2. Diversifikasi Pekerjaan

Strategi adaptasi lain yang digunakan

oleh penambang timah untuk menghadapi

ketidakpastian penghasilan adalah

mengkombinasikan pekerjaan. Kegiatan

menambang selalu di kombinasikan dengan

pekerjaan lain dan dilakukan secara

bergantian.

3. Jaringan Sosial

Melalui jaringan sosial, individu-

individu rumah tangga akan lebih efektif dan

efisien untuk mencapai atau memperoleh

akses terhadap sumberdaya yang tersedia di

lingkungannya. Jaringan sosial itu berfungsi

sebagai salah satu strategi adaptasi dalam

konteks mengatasi kesulitan ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dengan kata lain, fungsi jaringan sosial

ditempatkan dalam konteks khusus, yakni

upaya memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi

rumah tangga penambang timah yang akses

pendapatannya tidak pasti dan keterbatasan

sumber daya sosial-ekonomi yang tersedia.

Secara umum, bagi rumah tangga para

penambang yang pendapatan setiap harinya

bergantung sepenuhnya pada penghasilan

menambang, jaringan sosial berfungsi sangat

strategis dalam menjaga kelangsungan

kehidupan mereka.

Lebih lanjut dapat didefinisikan jaringan

sosial merupakan sebagai rangkaian

hubungan yang khas di antara sejumlah

orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri

dari hubungan ini sebagai keseluruhan yang

digunakan untuk menginterpretasikan

Page 12: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

8

tingkah laku sosial dari individu-individu

yang terlibat (Damsar, 2011:159). Ataupun

menurut Suparlan yang mengemukakan

bahwa jaringan sosial merupakan proses

pengelompokan yang terdiri atas sejumlah

orang yang masing-masing memiliki

identitas tersendiri dan dihubungkan melalui

hubungan sosial yang ada.

Menurut Corner (1988:187-189) dalam

Kusnadi (2000:8), bahwa di kalangan

penduduk miskin terdapat beberapa pola

strategi adaptasi yang dikembangkan untuk

menjaga kelangsungan hidup, yaitu:

1. Melakukan beraneka ragam pekerjaan

untuk memperoleh penghasilan.

2. Jika kegiatan-kegiatan tersebut masih

kurang memadai, penduduk miskin akan

berpaling kepada sistem penunjang yang ada

di lingkungannya. Sistem ikatan

kekerabatan, ketetanggaan, dan pengaturan

tukar-menukar secara timbal balik

merupakan sumberdaya yang sangat

berharga bagi penduduk miskin dalam

menghadapi penghasilan dan peluang yang

semakin menurun.

3. Bekerja lebih banyak meskipun lebih

sedikit masukan. Strategi yang bersifat

ekonomis ini ditempuh untuk mengurangi

tingkat kebutuhan konsumsi sehari-hari.

Penelitian Terkait Kegiatan Tambang

Tradisional Dan Jaringan Sosial

Penambangan ilegal memang sering kali

menjadi pilihan masyarakat dalam upaya

mendapatkan penghidupan yang lebih baik

atau hanya sekedar untuk memperoleh

pekerjaan yang dirasa mampu dilakukan di

tengah keterbatasan pendidikan dan

pengetahuan. Indonesia merupakan negeri

yang cukup melimpah Sumber Daya

Alamnya, terlebih sumber daya mineralnya

seperti tembaga, emas, timah dan lain

sebagainya yang sangat melimpah dinegeri

ini. Disamping itu juga, pertambangan ilegal

hampir bisa ditemui diseluruh pelosok

negeri.

Melimpahnya sumber daya mineral dan

kegiatan pertambangan ilegal memang tidak

dapat dipisahkan. Sebagian masyarakat yang

tinggal didaerah yang memiliki jumlah

kekayaan mineral yang banyak akan

cenderung untuk melakukan kegiatan

pertambangan ilegal tersebut.

Kecenderungan masyarakat melakukan

kegiatan penambangan ilegal ini mendorong

berbagai pihak untuk melakukan studi

tentang hal tersebut, diantaranya sebagai

berikut :

Pertama, Studi yang dilakukan oleh

Surisman (Model Kebijakan Pengolahan

Pertambangan Emas Tradisional di Desa

Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten

Wonogiri). Dalam penelitian ini dijelaskan

bahwa untuk menata pertambangan emas

tradisional yang sudah ada maka perlu

dibuat model kebijakan kedepan yaitu

dengan cara membentuk kelompok

penambang. Kelompok-kelompok ini

nantinya bisa mengajukan Izin

Pertambangan Rakyat (IPR) sehingga

keberadaannya menjadi legal, disamping itu

juga nantinya baik pengolahan maupun

produksinya bisa disentralkan untuk

mengurangi limbah yang dihasilkan.

Pemerintah memberikan solusi mengenai

Page 13: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

9

bahan untuk memisahkan emas dengan

tambang lain, yang dulunya menggunakan

merkuri dengan zat lain yang ramah

terhadap lingkungan.

Kedua, Studi yang dilakukan oleh Siti

Khotijah (Strategi Bertahan Hidup

Penambang Belerang di Desa Taman Sari

Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi).

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa

hampir keseluruhan dari Informan penelitian

memilih menggunakan hubungan atau relasi

sosial sebagai cara bertahan. Relasi sosial

yang dijadikan tujuan utama adalah saudara,

teman, tetangga, baru kemudian memilih

koperasi. Untuk strategi alternatif lain,

masyarakat lebih memilih menjadi buruh,

sementara untuk kebutuhan pendidikan

masyarakat cenderung memilih berdagang

sebagai upaya bertahan hidup.

Ketiga, Studi yang dilakukan oleh Dian

Endent Nur Fitriana (Kehidupan Sosial

Ekonomi Masyarakat Penambang Emas

Tradisional di Kabupaten Wonogiri). Dalam

penelitian ini dijelaskan juga mengenai

Relasi Sosial dan Strategi Bertahan

Masarakat, dimana Relasi Sosial dalam

masyarakat Kabupaten Wonogiri masih

melekat ciri-ciri masyarakt pedesaannya.

Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan

kemasyarakatan dan tingginya sifat gotong

royong. Sementara untuk strategi bertahan

masyarakat penambang nya, yakni dengan

mengikuti atau bergabung dalam paguyuban

tambang yang dibentuk oleh masyarakat.

C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Kualitatif,

artinya data yang dikumpulkan bukan

berupa angka, melainkan berupa data yang

berasal dari naskah wawancara serta catatan

dilapangan. Menurut Sugiyono (2009:8),

penelitian kualitatif adalah penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

yang alamiah.

Tipe yang digunakan dalam penelitian

ini berupa Deskriptif, artinya penelitian yang

dilakukan untuk mendapatkan gambaran

terperinci tentang Strategi survive eks

Penambang Timah Tradisional dalam upaya

melangsungkan kehidupan sehari-hari di

kampung Boyan, desa Batu Berdaun, baik

itu melalui peran serta keluarga, jaringan

sosial, maupun diversifikasi pekerjaannya.

Mely G.Tan (Silalahi, 2010:28)

menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat

deskriptif bertujuan menggambarkan secara

tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala,

atau kelompok tertentu antara suatu gejala

dengan gejala lainnya dalam masyarakat.

Penelitian deskriftif ini bermaksud untuk

memperoleh informasi tentang status suatu

fenomena. Artinya peneliti hanya ingin

melukiskan atau menggambarkan suatu

variabel apa adanya pada situasi tertentu

secara mendalam. (Rawambaku, 2015)

Lokasi penelitian ini bertempat di

Kampung Boyan, Desa Batu Berdaun,

Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga. Hal

ini didasari karena banyaknya kegiatan

Tambang Inkonvensional (TI) baik secara

tradisional maupun dengan menggunakan

mesin. Pertimbangan lainnya adalah bahwa

belum adanya penelitian tentang strategi

Page 14: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

10

betahan hidup penambang tradisional di

Kampung Boyan.

Dalam penelitian kualitatif tidak

mengenal populasi dan sampel. Adapun

teknik penentuan informan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu sampel yang dipilih secara

sengaja oleh peneliti, karena sampel ini

dianggap memiliki karakteristik tertentu

yang dapat mendukung dan memperkaya

data penelitian.

Adapun informan dalam penelitian ini

adalah informan yang telah memilliki

karakteristik yang telah dipertimbangkan

oleh peneliti, antara lain :

a. Penambang Timah Tradisional yang

masih aktif dan telah menjalani kegiatan

menambang timah sekurang-kurangnya 2

tahun.

b. Penambang Timah Tradisional yang

masih aktif dan memiliki anak dalam

status bersekolah.

c. Penambang Timah Tradisional yang

masih aktif dibantu oleh anggota

keluarganya menambang timah.

d. Penambang timah yang memiliki

diversifikasi pekerjaan (pekerjaan lain).

Untuk mengetahui dan menganalisa

segala tindakan yang dilakukan oleh

penambang timah tradisional di kampung

Boyan, maka diperlukan sumber data yang

dapat dipercaya. Dalam penelitian ini akan

dibedakan menjadi dua sumber data, yaitu

sumber data Primer dan sekunder.

Data Primer

Data primer ialah berupa kata-kata dan

tindakan dari obyek yang diamati atau

diwawancarai. Dalam penelitian ini data

primer diperoleh dari hasil wawancara,

percakapan dan pengamatan yang dilakukan

peneliti kepada penambang timah tradisional

di kampung Boyan. Adapun data primer

yang akan dicari adalah :

a. Bagaimana strategi bertahan hidup

(survive) penambang timah tradisional

beserta keluarga di kampung Boyan,

desa batu Berdaun setelah adanya

larangan penggalian tambang

inkonvensional dari pihak berwajib.

b. Bagaimana Diversifikasi yang dilakukan

oleh penambang timah tradisional dalam

upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari

setelah adanya larangan tambang

inkonvensional.

c. Bagaimana hubungan sosial yang terjadi

pada masyarakat penambang timah

tradisional dalam upaya memenuhi

kebutuhan sehari-hari setelah adanya

larangan tambang inkonvensional.

d. Bagaimana Peran Keluarga penambang

timah tradisional dalam upaya memenuhi

kebutuhan sehari-hari setelah adanya

larangan tambang inkonvensional.

Data Sekunder

Data sekunder atau data tambahan adalah

data yang diperoleh dari media lain seperti

data statistik, dokumen tertulis, media cetak

atau elektronik hingga foto baik dari Desa

atau sumber lainnya.

Berikut ini adalah teknik pengumpulan

data yang akan peneliti gunakan dalam

penelitian ini :

a. Observasi

Page 15: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

11

Dimana peneliti melakukan pengamatan

langsung di lokasi untuk mendapatkan data

yang diperlukan, dan secara langsung

mengadakan penelitian terhadap sasaran

atau obyek masalah agar dapat mengetahui

gambaran kenyataan yang ada dengan

berdasarkan ada petunjuk perencanaan yang

telah disusun secara sistematis.

(Rawambaku:2015)

Adapun observasi yang akan dilakukan

adalah melihat dan mengamati aktivitas

Tambang Inkonvensional (TI) pada

penambangan timah tradisional yang

dilakukan masyarakat di Kampung Boyan,

Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep,

Kabupaten Lingga.

b. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:194),

Pengertian wawancara sebagai berikut:

Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti akan

melaksanakan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.

Wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena

peneliti menggunakan pedoman wawancara

yang disusun secara sistematis dan lengkap

untuk mengumpulkan data yang dicari.

Adapun Informan yang akan diwawancara

adalah individu sebagai pelaku Tambang

Inkonvensional (TI) pada penambagan timah

tradisional yang dilakukan masyarakat di

Kampung Boyan, Desa Batu Berdaun,

Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan penting

yang memuat tentang pengumpulan data

yang bisa berbentuk tulisan atau gambar

seperti melalui media seperti artikel, data

dari internet, laporan, dan foto.

Adapun dokumentasi yang menjadi

acuan dalam penelitian ini adalah segala

data seperti foto kegiatan tambang, artikel,

dan lainnya yang berkaitan dengan aktivitas

Tambang Inkonvensional (TI) pada

penambagan timah tradisional yang

dilakukan masyarakat di Kampung Boyan,

Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep,

Kabupaten Lingga.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono

(2012:246) mengemukakan bahwa “aktifitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas sehingga

datanya sudah jenuh”.

Langkah-langkah analisis data menurut

Miles dan Huberman adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan

data di lokasi penelitian dengan melakukan

observasi, wawancara, dan dokumentasi

dengan menentukan strategi pengumpulan

data yang dipandang tepat dan untuk

menentukan fokus serta pendalaman data

pada proses pengumpulan data berikutnya.

2. Reduksi Data

Merangkum data atau disebut juga Reduksi

data, yaitu sebagai proses seleksi,

pemfokusan, pengabstrakan, transformasi

Page 16: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

12

data kasar yang ada di lapangan langsung,

dan diteruskan pada waktu pengumpulan

data, dengan demikian reduksi data dimulai

sejak peneliti memfokuskan wilayah

penelitian.

Untuk menghindari kerumitan dalam

menganalisis data maka reduksi data sangat

diperlukan, sebab dengan mereduksi data

akan mempermudah peneliti dalam

membuat pola dan tema, memilah hal yang

dianggap penting serta merangkum data,

sehingga mempermudah dalam melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan juga

dapat memberikan gambaran penelitian yang

lebih jelas.

3. Penyajian Data

Yaitu rangkaia informasi yang peneliti

lakukan yang dimuat dalam bentuk narasi

yang memungkinkan kesimpulan penelitian

dapat dilakukan. Penyajian data haruslah

mengacu dan berfokus pada perumusan

masalah yang akan diteliti, sehingga pada

akhirnya dapat memberikan jawaban atas

permasalahan yang diteliti.

4. Penarikan kesimpulan

Dalam pengumpulan data, peneliti harus

mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang

diteliti langsung di lapangan dengan

menyusun pola-pola pengarahan,

pernyataan-pernyataan dan sebab akibat.

Kesimpulan perlu diverifikasi agar hasil dari

penelitian dapat dipertahankan.

D. PEMBAHASAN

Aktifitas Umum Dan Karakteristik

Penambang

Aktifitas harian yang dilakukan oleh

masyarakat penambang timah tradisional

untuk menambang pada dasarnya dilakukan

setiap hari mulai pagi hari, kebiasaan para

penambang biasanya melihat kondisi pasang

surut air laut, serta kondisi keadaan cuaca

disekitar lokasi menambang. Sedangkan

kegiatan menambang timah yang berada di

pantai atau laut yakni pada saat air laut

sedikit surut, meski tidak tertutup

kemungkinan kegiatan tersebut dilakukan

dalam kondisi air pasang. Mereka

melakukan aktifitas menambang di tempat-

tempat tertentu yang mereka pilih atau di

tempat yang diperkirakan terdapat

kandungan mineral timah, seperti di areal

sekitar bekas lokasi tambang, atau di laut.

Pada umumnya penambang timah di laut

cenderung lebih melihat situasi cuaca. Hal

ini disebabkan karena kegiatan menmbang

timah dilaut sangat tergantung dari keadaan

air laut. Pada musim angin kencang, para

penambang setidaknya banyak

menghabiskan kegiatan menambang timah

di daratan, dikarenakan pada kondisi angin

kencang air laut cenderung keruh sehingga

sangat mengganggu kegiatan menambang.

Pasang surut air laut juga menjadi

prioritas masyarakat penambang timah

dilaut. Sebagian masyarakat yang tidak

memiliki kemampuan menyelam atau alat

yang memadai, akan melakukan kegiatan

menambang timah di sekitar pesisir pantai.

Sementara untuk kegiatan menambang

timah yang dilakukan didaratan, masyarakat

penambang ini terbagi kedalam dua

kelompok, yakni kelompok penambang

Page 17: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

13

timah tradisional dan kelompok penambang

timah semi modern. Perbedaan kedua

kelompok ini hanya terletak pada

penggunaan sistem kerjanya saja,

penambang timah tradisional menggunakan

sumberdaya manusia sebagai motor pencari

timah, sedangkan penambang semi modern

menggunakan mesin pompa dan hisap

sebagai pengumpul timah.

Penambang timah tradisional sangat

bergantung pada keberadaan kolong (danau)

bekas penambangan timah, hal ini

dikarenakan tersedianya air yang cukup

untuk melakukan proses pendulangan pasir

timah, oleh karena itu para penambang

timah tradisional ini sangat bergantung

dengan ketersediaan air di sekitar kolong

tersebut.

Selain itu bagi penambang timah yang

menambang dilokasi yang bukan pada

kolong (danau) bekas penambangan timah,

saat musim hujan merupakan momen yang

sangat ditunggu, sebab mereka tidak perlu

membawa air atau mencari air untuk

mendulang pasir timah tersebut. Kegiatan

menambang timah tradisonal dengan

menggunakan dulang ini, hasil yang didapat

cenderung tidak banyak, dan umumnya

banyak dilakukan oleh perempuan.

Sedangkan bagi penambang timah Semi

Modern, kegiatan menambang timah dapat

dilakukan pada lokasi yang sebelumnya

sudah di”Bor” atau digali untuk mencari

keberadaan timah dilokasi yang dipilih.

Kegiatan menambang yang dilakukan

dengan menggunakan mesin ini setidaknya

tidak terlalu bergantung dengan ketersediaan

air sebagai pencuci pasir timah, karenaa

mereka dapat membuka sumber air

tersendiri dengan menggunakan mesin

tersebut, meski pada umumnya kegiatan

menambang jenis ini selalu mencari lokasi

yang tidak terlalu jauh dari sumber air

sehingga mereka dapat menyalurkan air

ketempat mereka dengan menggunakan

mesin pompa. Kegiatan penambangan jenis

ini tentunya hasil yang didapat sangat jauh

berbeda dengan sistem dulang tradisonal,

sehingga jumlah hasil tambang per harinya

tergolong banyak.

Kegiatan menambang timah yang

tergolong semi modern ini termasuk

kedalam salah satu jenis kegiatan Tambang

Inkonvensional (TI).

Sebagaimana dijelaskan oleh Iskandar

Zulkarnaen (2005), yang dimaksud

Tambang Inkonvensional (TI) adalah

kegiatan masyarakat yang dilakukan dalam

rangka mensejahterakan kehidupan mereka

dengan menggunakan peralatan sederhana

maupun mesin dan dengan cara yang mirip

dilakukan oleh Perusahaan Timah. Kegiatan

ini dapat dilakukan oleh perseorangan atau

atau kelompok atau bekerja dengan pemilik

modal dan bekerja sama dengan pemilik

tanah. Tambang Inkonvensional ini jelas

tidak dikenal dalam undang-undang No.11

Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pertambangan.

Hanya saja perbedaan kegiatan

penambangan semi modern yang dilakukan

oleh masyarakat Kampung Boyan ini

dilakukan di areal lahan milik sendiri, dan

mesin yang digunakan juga tergolong masih

Page 18: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

14

dalam kategori kecil sehingga tidak adanya

larangan dari pihak berwajib. Jenis mesin

yang digunakan biasanya dibuat dari mesin

perahu atau biasa disebut mesin robin yang

sudah dimodifikasi sedikit yang tentunya

sangat jauh berbeda dengan mesin dengan

golongan besar.

Jaringan Sosial Masyarakat Penambang

Timah Tradisional

Bekerja sebagai penambang timah

bukanlah sesuatu yang semestinya

diinginkan oleh para penambang timah yang

berada di Kampung Boyan, keinginan untuk

mendapatkan pekerjaan yang memiliki hasil

yang tinggi jelas merupakan impian setiap

masyarakat. Keinginan untuk mendapatkan

pekerjaan yang layak juga pastinya ada pada

setiap diri masyarakat, tak terkecuali

masyarakat penambang timah di Kampung

Boyan.

Damsar dalam menyebutkan bahwa

Jaringan Sosial merupakan hubungan-

hubungan yang tercipta antar banyak

individu dalam suatu kelompok ataupun

antar suatu kelompok dengan kelompok

lainnya. Dimana hubungan yang terjadi bisa

dalam bentuk yang formal maupun bentuk

informal.

Dalam upaya bertahan hidup ditengah

kebutuhan akan ekonomi yang semakin

tinggi, tentunya diperlukan berbagai macam

strategi bertahan hidup yang mana di

dalamnya terdapat berbagai bentuk

hubungan maupun Jaringan sosial. Adapun

jaringan sosial yang terjadi dalam

masyarakat penambang timah tradsional di

Kampung Boyan dapat dikelompokkan

menjadi Jaringan Sosial yang bersifat formal

dan jaringan sosial yang bersifat informal.

Adapun bentuk jaringan sosial yang bersifat

Formal yaitu meliputi peran anggota

keluarga dan jaringan sosial yang bersifat

informal meliputi Diversifikasi pekerjaan

baik penambang maupun keluarga

penambang timah.

Jaringan Sosial Formal (Peran Anggota

Keluarga)

Jaringan sosial formal meliputi peran

anggota keluarga para penambang timah

tradisional dalam upaya membantu kepala

keluarga dalam proses bertahan hidup, peran

anggota keluarga meliputi seluruh anggota

keluarga baik Istri maupu anak yang ikut

berperan aktif dalam upaya bertahan hidup.

Ditengah kondisi akan kekurangan skill

dan rendahnya tingkat pendidikan, tidak

semata-mata menghilangkan hasrat para

penambang timah tradisional untuk

bermimpi mendapatkan pekerjaan yang

layak guna menaikkan tingkat kehidupan

ekonomi mereka.

Besar atau kecilnya pendapatan

penambang timah memang sangat

bergantung dari hasil timah yang didapat.

Hasil dari bekerja menjadi seorang

penambang timah tradisonal tentunya tidak

bisa diprediksi oleh para penambang timah

itu sendiri. Pemasukan yang diterima oleh

seorang penambang tergantung dari kualitas

pasir timah yang didapat, atau yang biasa

disebut oleh penambang timah “ose”.

Penentuan “ose” atau kualitas pasir

timah yang didapat dilakukan oleh

penampung timah dengan menggunakan alat

Page 19: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

15

khusus, namun bagi penambang timah

tradisional, mereka memiliki cara tersendiri

untuk melihat kualitas pasir timah yang

diperoleh, salah satunya melalui warna pasir

timah yang mereka yakini semakin hitam,

maka kualitas timah akan tinggi. Selain itu

timah yang diperoleh dari mendulang atau

menambang dilaut juga diyakini memiliki

nilai “ose” yang tinggi dibandingkan timah

yang di peroleh di darat.

Didasari oleh ketidakpastian hasil yang

diperoleh maka sudah semestinya para

penambang timah ini memikirkan upaya-

upaya khusus dalam hal memenuhi

kebutuhan hidup, sehingga dalam upaya

tersebut terdapat strategi-strategi dalam

mengatasi kebutuhan hidup rumah tangga

penambang.

Upaya pemenuhan kebutuhan dalam

rumah tangga pada umumnya merupakan

hak dan tanggung jawab seorang kepala

keluarga. Baik itu sebagai seorang suami

maupun sebagai seorang yang memiliki

peran ganda seperti seorang ibu yang

menyandang status janda. Dalam upaya

pemenuhan kebutuhan hidup pada keluarga

penambang timah tersebut tentunya terdapat

kesulitan yang dihadapi, seperti penghasilan

yang tidak menentu hingga, kesulitan

mencari penampung (pengepul), hingga

adanya larangan penggalian tambang yang

tentunya berimbas pada usaha pemenuhan

kebutuhan hidup.

Melihat hal tersebut tentunya sebagai

anggota keluarga penambang berusaha

mengoptimalkan peran tenaga kerja anggota

keluarga dalam berusaha mengatasi

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup,

yang salah satunya dapat dilihat dari peran

istri penambang timah yang membantu

dalam bekerja yang tentunya turut

membantu perekonomian keluarga yang

secara tidak langsung penghasilan dari

keluarga bisa sedikit bertambah dan paling

tidak sedikit mengurangi beban suami untuk

mencari nafkah.

Selain peran istri, peranan anak untuk

turut membantu bekerja menambah

penghasilan keluarga cenderung tidak semua

tampak karena pada rata-ratanya anak-anak

para penambang timah ini masih banyak

dalam tingkatan anak-anak sehingga tidak

memungkinkan mereka untuk membantu

bekerja mencari penghasilan lebih bagi

keluarga. Walaupun ada beberapa anak

penambang timah yang telah cukup besar,

bantuan yang mereka berikan hanya seputar

membantu orang tua mereka pada saat-saat

tertentu, dan terbatas pada sebagian kegiatan

penambangan, seperti mengumpulkan pasir

timah, sedangkan proses mendulang

dilakukan oleh orang tua mereka. Seperti

yang diungkapkan oleh salah satu informan

penelitian yang dalam kegiatan menambang

timah tidak selalu melibatkan anaknya

karena masih dalam usia sekolah.

Bagi rumah tangga penambang timah,

besar kecilnya pemasukan yang diperoleh

dari hasil bantuan istri bukanlah menjadi

suatu acuan dalam hal pemenuhan

kebutuhan. Artinya dalam rumah tangga

para penambang seberapapun hasil yang

didapatkan tetap menjadi tambahan yang

sangat penting dalam kehidupan mereka.

Page 20: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

16

Perolehan pemasukan yang diperoleh

memang tidak memberikan kontribusi yang

signifikan, tetapi setidaknya dapat

membantu meringankan beban penghidupan

mereka sehari-hari.

Oleh sebab itu, Narwoko dan Suyanto

(2006:235) menyebutkan bahwa keluarga

sebagai fungsi ekonomi atau unit produksi

yang berarti urusan-urusan pokok untuk

mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan

oleh keluarga sebagai unit produksi yang

sering kali mengadakan pembagian kerja

diantara anggota-anggotanya. Jadi keluarga

bertindak sebagai unit yang terkoordinir

dalam produksi ekonomi, sehingga baik

sebagian ataupun semua anggota keluarga

terlibat di dalam pekerjaan lain atau pada

pekerjaan yang sama.

Jaringan Sosial Informal (Diversifikasi

Pekerjaan)

Permasalahan pemenuhan hidup

masyarakat apalagi terkait pemenuhan

sektor ekonomi tentunya menjadi perhatian

banyak pihak. Diversifikasi pekerjaan tentu

saja erat hubungannya dengan kehidupan

umum pada penambang timah karena

tentunya merupakan salah satu strategi yang

dilakukan oleh penambang dalam memenuhi

kehidupan hidup.

Dapat diketahui pendapatan umumnya

para penambang yang bisa dikatakan tidak

menentu tentunya membuat mereka berpikir

keras untuk berusaha menambah

penghasilan untuk kebutuhan hidup sehari-

hari yang harus terus dipenuhi, etos kerja

merupakan salah satu hal yang

mempengaruhi penambang untuk mampu

mengkombinasikan pekerjaan dengan

pekerjaan pokoknya yakni sebagai seorang

penambang karena etos kerja tentunya

berpengaruh pada kerja keras penambang

timah sebagai pencari nafkah utama

keluarga yang tentunya harus mampu

memberikan pemasukan ekonomi yang

cukup bagi keluarga sekaligus untuk mampu

mengatasi kebutuhan hidup, dan hal

tersebutlah yang tentunya mendasari

beberapa penambang timah yang melakukan

beragam pekerjaan selain sebagai seorang

pencari timah.

Oleh sebab itulah para penambang timah

tradisional yang berada Kampung Boyan ini

melakukan berbagai jenis pekerjaan, mulai

dari bekerja sebagai kuli bangunan, mencari

atau mengumpulkan batu, memotong karet,

memotong nibung (sejenis pohon pinang,

namun berduri),berkebun, hingga mencari

kayu di hutan pun mereka lakukan sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan hidup.

Dengan ketidakpastian akan jumlah

pendapatan dan kenyataan bahwa kegiatan

menambang tidak dapat mereka lakukan

setiap hari akibat dari kondisi cuaca hingga

kondisi fisik, pada dasarnya para

penambang telah menyadari akan

pentingnya pekerjaan lain selain

menambang, terlepas dari besar atau

kecilnya jumlah pendapatan yang diterima

oleh mereka, namun setidaknya melakukan

pekerjaan lain atau pekerjaan tambahan

merupakan sesuatu yang sangat mungkin

dilakukan guna melangsungkan proses

bertahan hidup.

Page 21: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

17

Menurut Corner (1988:187-189) dalam

Kusnadi (2000:8), bahwa di kalangan

penduduk miskin terdapat beberapa pola

strategi adaptasi yang dikembangkan untuk

menjaga kelangsungan hidup, yaitu:

1. Melakukan beraneka ragam pekerjaan

untuk memperoleh penghasilan.

2. Jika kegiatan-kegiatan tersebut masih

kurang memadai, penduduk miskin akan

berpaling kepada sistem penunjang yang

ada di lingkungannya. Sistem ikatan

kekerabatan, ketetanggaan, dan

pengaturan tukar-menukar secara timbal

balik merupakan sumberdaya yang

sangat berharga bagi penduduk miskin

dalam menghadapi penghasilan dan

peluang yang semakin menurun.

3. Bekerja lebih banyak meskipun lebih

sedikit masukan. Strategi yang bersifat

ekonomis ini ditempuh untuk

mengurangi tingkat kebutuhan konsumsi

sehari-hari.

Hubungan Sosial Masyarakat Penambang

Timah Tradisional

Dalam menjalani kehidupan sebagai

makhluk sosial, tentunya para penambang

timah sangat membutuhkan orang lain

sebagai dasar manusia sebagai makhluk

hidup yang pasti akan saling membutuhkan

antara satu dengan yang lainnya dan sebagai

salah satu upaya menunjukkan keberadaan

mereka ditengah kelompok manusia lainnya.

Hubungan sosial yang dilakukan

penambang timah merupakan salah satu

upaya untuk mempertahankan

keberadaannya. Setiap individu penambang

memiliki kemampuan yang berbeda-beda

dalam hal kuantitas dan kualitas, juga

intensitas hubungan sosial yang

dilakukannya dengan individu lain.

Hubungan antar individu penambang

tersebut akan membentuk jaringan sosial

yang berfungsi pada setiap penambang

umumnya.

Hubungan sosial mengacu pada

hubungan yang di bangun oleh penambang

dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi

tekanan-tekanan hidup, baik itu hubungan

sesama penambang timah maupun hubungan

kepada individu lainnya. Pentingnya

hubungan baik dan cara pendekatan

pencegahan konflik terhadap sesama

penambang maupun terhadap individu lain

sangat dirasakan oleh para penambang timah

tradisonal.

Dari beberapa model penerapan strategi

bertahan yang diterapkan oleh masyarakat

penambang timah tersebut, dapat dilihat

bahwa penerapan strategi untuk memenuhi

kebutuhan hidup dan tekanan-tekanan

ekonomi yang dilakukan oleh penambang

terkadang mengalami efek positif dan

negatif bagi penambang itu sendiri.

Efek positifnya penambang timah bisa

sedikit terbantu ketika sulitnya

perekonomian mereka pada masa-masa

tertentu, mereka masih bisa terbantu oleh

adanya jaringan-jaringan sosial yang mereka

jalin baik itu dengan kerabat maupun sesama

penambang timah lainnya, tetapi efek

negatifnya hubungan sosial yang mereka

jalin seperti bergabung kedapal arisan,

membuat mereka harus menunggu kepada

hasil yang bisa dikatakan belum pasti setiap

Page 22: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

18

bulannya, meskipun pada akhirnya akan

mendapatkan giliran.

Hal negatif lainnya ialah tidak

bergabungnya penambang maupun keluarga

penambang dalam program peningkatan

produktifitas yang dilakukan oleh

pemerintah seperti Kelompok Tani,

Kelompok Nelayan tentunya juga akan

berdampak pada pola hubungan sosial yang

mana paling tidak jaringan-jaringan sosial

yang ada sedikit membantu pada saat-saat

tertentu untuk tetap bertahan mengatasi

kemiskinan di tengah kesulitan hidup yang

dihadapi.

Sebagaimana yang dapat terlihat dalam

Kusnadi (2000) bahwa jaringan sosial yang

terjadi pada masyarakat selain melibatkan

ikatan kekerabatan untuk mengatasi

tekanan-tekanan ekonomi juga melibatkan

pemilik modal yang menjalin jaringan sosial

berdasar jaringan kepentingan yang

merupakan langkah yang penting untuk

menjaga kelangsungan kegiatannya karena

pola patron-klien merupakan institusi

jaminan ekonomi.

Pada dasarnya inti dari masalah

kemiskinan sebenarnya terletak pada apa

yang disebut deprivation trap atau perangkap

kemiskinan sebagaimana yang dikemukakan

oleh Chambers (1987). Salah satu unsur dari

perangkap kemiskinan yang terus

membayangi kehidupan tersebut yakni

kerentanan dan juga ketidakberdayaan, yang

tentunya sangat melekat pada kehidupan

masyarakat miskin umumnya.

Ketidakmampuan dan ketidakberdayaan

masyarakat penambang timah secara

ekonomi akibat penghasilan yang minim,

pendidikan yang rendah serta terbatasnya

keahlian mereka untuk mencari peluang

pekerjaan yang layak membuat kebanyakan

mereka hanya bisa pasrah menghadapi

sulitnya mencukupi kebutuhan hidup yang

dihadapinya, selain itu bukan tidak mungkin

kerentanan para penambang timah akibat

sering tidak mampunya memperoleh

pendapatan yang cukup bagi keluarga

sehingga pada masa-masa tertentu mereka

terpaksa harus berhutang.

Keterbatasan dalam memperoleh

penghasilan dan kurangnya skill serta

pendidikan yang dimiliki masyarakat

penambang timah ini menjadikan mereka

sulit untuk bersaing dan keluar dari himpitan

kebutuhan hidup yang semakin meningkat.

Oleh karena itu, setiap anggota keluarga

penambang timah secara sadar melakukan

strategi-strategi guna memperoleh kebutuan

hidup yang semakin baik, baik itu melalui

peran anggota keluarga yag meliputi istri

dan anak, adanya jaringan sosial yang

mereka jalin dalam kehidupan

bermasyarakat, hingga pembagian atau

penambahan kerja bagi anggota keluarga

tertentu yang tentunya akan berimbas pada

tingkatan penghasilan mereka baik secara

materil maupun non materil.

Sebagaimana diungkapkan oleh weber

daalam Ritzer (2011), adanya tindakan

rasional tujuan dimana suatu tindakan yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh

pengharapan-pengharapan mengenai

perilaku objek didalam lingkungan, dimana

pengharapan-pengharapan itu digunakan

Page 23: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

19

sebagai alat untuk mencapai tujuan yang

dikejar dan diperhitungkan secara rasional

(weber, 1921/1968: 24).

Dengan adanya 3 (Tiga) strategi yang

dilakukan oleh penambang timah tradisional

di Kampung Boyan tersebut merupakan

salah satu cara yang dapat mereka lakukan

untuk mengatasi kesulitan hidup yang terus

membayangi kehidupan keluarga mereka.

Meskipun pada kenyataannya tetap saja

masyarakat penambang timah tersebut tetap

tidak mampu untuk keluar dari deprivation

trap (perangkap kemiskinan) yang terus

mengikuti kehidupan para pekerja

penambang timah tradisional.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

dianalisa bahwa masyarkat penambang

timah tradisional di Kampung Boyan telah

melakukan apa yang disebut dengan jaringan

sosial dalam usaha memenuhi kebutuhan

hidup hingga memperbaiki kualitas ekonomi

mereka. Berbagai bentuk strategi dan

adaptasi telah dilakukan oleh keluarga

masyarakat penambang timah tradisional

untuk mencapai tujuan tersebut, dimana

hasil tersebut dapat dirangkum sebagai

berikut :

1. Peran anggota keluarga, yakni istri para

penambang timah secara sadar

mempunyai inisiatif untuk mencari

pekerjaan lain guna membantu suami

dalam upaya menambah penghasilan

seperti membuat kue, membuat makanan

olahan, hingga bekerja sebagai buruh

upah harian. Sementara peran dari anak-

anak penambang timah tidak terlalu

berpengaruh, meski tetap ada anak yang

membantu namun secara garis besar

anak-anak para penambang timah masih

berada dalam usia belajar sehingga tidak

terlibat secara langsung.

2. Hubungan sosial yang terjadi antara

penambang timah tradisional secara

umumnya terjali sangat baik bahkan

cenderung terikat sebagai satu kesatuan

dan kesamaan nasib sehingga hubungan

sosial dan jaringan sosial yang terjadi

bukan hanya terjalin antara sesama

penambang dan penampung timah saja,

melainkan kepada semua golongan yang

tentunya terdapat hubungan timbal balik

seperti saudara,kerabat hingga

masyarakat lainnya.

3. Adanya kombinasi pekerjaan atau

pekerjaan lain yang dilakukan oleh

masyarakat penambang timah tradisional

seperti berkebun, mengumpulkan batu,

melaut, hingga menjadi buruh bangunan.

Hal ini tentunya merupakan langkah-

langkah untuk memenuhi kebutuhan dan

memperbaiki tingkat ekonomi keluarga.

Sementara adanya etos dan semangat

untuk selalu memperoleh pendapatan

yang baik menjadi pelecut semangat para

penambang timah tradisional agar tidak

berputar pada deprivation trap

(perangkap kemiskinan).

4. Kurangnya perhatian masyarakat

penambang timah akan program

pemberdayaan masyarakat seperti

Kelompok Tani, Kelompok Nelayan dan

Kelompok Usaha menjadikan

Page 24: JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · JARINGAN SOSIAL PENAMBANG TIMAH TRADISIONAL PASCA ... penghasilan

20

masyarakat penambang timah

kekurangan produktifitas dari segi

ekonomi, sebab dengan keikutsertaan

mereka tentunya juga akan berdampak

pada peningkatan segi ekonomi secara

tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Damsar, 2011. Pengantar Sosiologi

Ekonomi (edisi revisi). Jakarta: Kencana

Ihromi, T.O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi

Keluarga.Yayasan Obor Indonesia;

Jakarta.

Kusnadi, 2000. Strategi adaptasi dan

Jaringan Sosial. Humaniora Utama

Press; Bandung.

Narwako, J. Dwi dan Bagong Suyanto.

2006. Sosiologi Teks Pengantar &

Terapan, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi: Dari

Klasik Sampai Perkembangan Terakhir

Post Modern, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Rawambaku, Hendrik. 2015. Metodelogi

Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. BPK

Gunung Mulia

Satria, Arif. 2002. Pengantar Sosiologi

Masyarakat Pesisir. PT Pustaka

Cidesindo; Jakarta.

Silalahi, Ulber, (2010), Metode Penelitian

Sosial. Bandung, PT. Refika Aditama

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Bandung

: CV.Alfabeta.

Silalahi, Ulber. 2010, Metode Penelitian

Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Zulkarnain, Iskandar. 2005, Konflik di

Kawasan Pertambangan Timah di

Bangka Belitung. Jakarta : LIPI PRESS

Referensi Lain :

_______, Analisis Dampak Kebijakan

Ekspor Timah Terhadap Kinerja Timah

Indonesia. Pusat Kebijakan Perdagangan

Luar Negeri, Kementerian Perdagangan

Indonesia. 2014

________, Laporan Profil Desa Batu

Berdaun Kecamatan Singkep Kabupaten

Lingga Tahun 2015

Undang-undang No.11 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan

Referensi Skripsi :

Hariansyah, Reki. Strategi Rumah Tangga

Nelayan Dalam Mengatasi Kemiskinan:

Studi Nelayan Miskin Di Desa Lubuk

Kecamatan Kundur Kabupaten

Karimun., Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Maritim

Raja Ali Haji, Tanjungpinang. 2013.

Sumarsih, Nining. Strategi Survive Buruh

Bangunan: Studi Kasus Buruh Bangunan

di Masyarakat Pegunungan Prambanan

Dusun Mlakan Desa Sambirejo

Kecamatan Prambanan Kabupaten

Sleman Yogyakarta, Skripi. Fakultas

Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta. 2009

Referensi Internet :

www.think-energy.org