JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

74
JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI

description

JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI. Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO & RETNO DEWI. Komunikasi. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Page 1: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONALKASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Oleh: DAVID RIZAR NUGROHO

& RETNO DEWI

Page 2: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Komunikasi

1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang- orang lainnya (khalayak).Hovland, Janis & Kelley, 1953

Page 3: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Komunikasi

2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka- angka dan lain-lain.Berelson dan Stainer, 1964

Page 4: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Komunikasi

3. Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.Ruesch, 1957

4. Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang

dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.Weaver, 1949

Page 5: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Komunikasi Informal

1. Suatu komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan prinsip - prinsip dan

struktur organisasi .

Page 6: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Komunikasi Informal

2. Komunikasi Informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi

Page 7: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Komunikasi Informal

3. Komunikasi Non Formal adalah proses komunikasi yang berada di antara yang formal atau resmi dengan yang tidak resmi

atau informal . Komunikasi jenis ini

biasanya berupa komunikasi yang

berhubungan dengan hubungan pribadi

Page 8: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi adalah saluran yang

digunakan untuk meneruskan pesan dari

satu orang ke orang lain. Jaringan ini

dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama,

kelompok kecil sesuai dengan

sumberdaya yang dimilikinya akan

mengembangkan pola komunikasi yang

menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi.

Page 9: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi ini kemudian

merupakan sistim komunikasi umum yang

akan digunakan oleh kelompok dalam

mengirimkan pesan dari satu orang

keorang lainnya. Kedua, jaringan

komunikasi ini bisa dipandang sebagai

struktur yang diformalkan yang diciptakan

oleh organisasi sebagai sarana

komunikasi organisasi.

Page 10: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Jaringan Komunikasi

Sajogyo (1996) mengistilahkan jaringan komunikasi informal ini sebagai jaringan komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa .

Page 11: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Jaringan Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan pengertian jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi tertentu

Page 12: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Menurut DeVito (1997), ada lima struktur jaringan komunikasi kelompok, yang juga akan relevan di dalam menganalisis model jaringan komunikasi di lingkaran klik

Page 13: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

1. Struktur Lingkaran

Page 14: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Dalam struktur lingkaran, sebuah organisasi tidak memiliki pemimpin, semua anggota posisinya sama, mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok.Model jaringan komunikasi lingkaran ini, pada semua anggota bisa terjadi interaksi pada setiap tiga tingkatan hirarkinya tetapi tanpa ada kelanjutannya pada tingkat yang lebih tinggi, dan hanya terbatas pada setiap level, pada intinya setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.

Page 15: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

2. Struktur Roda

Page 16: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Dalam struktur roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Struktur ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan masing-masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut adalah peimpin. Orang (pemimpin) ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota.

Page 17: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya.Penyelesaian masalah dalam stuktur roda .bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.

Page 18: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

3. Struktur Y

Page 19: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Struktur Y relative kurang tersentralasasi dibanding karakteristik individu dan perilaku komunikasi dalam struktur roda. Tetapi lebih tersentralasasi dibanding dengan pola lainnya. Jaringan Y memasukkan dua orag sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pda batas luar suatu pengelompokan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat disentralisasi atau dipusatkan.

Page 20: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja. Dalam struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua aggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan menerima pesan dari dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas hanya dengan satu orang saja.

Page 21: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

4. Struktur Rantai

Page 22: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Dalam struktur rantai dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.System komunikasi dalam struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja.

Page 23: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Keadaan terpusat juga terjadi disini. Orang yang berada ditengah lebih berperan sebagai pemimpin dari pada mereka yang berada diposisi lain. Dalam struktur ini, Sejumlah saluran terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi degan orang-orang tertentu saja.

Page 24: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

5.Struktur Seluruh Jaringan

Page 25: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Struktur ini juga hampir sama dengan struktur limgkaran. Dalam arti semua amggota adalah sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.

Pada jaringan pinwheel seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi sengan setiap orang lainnya. Jaringan pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur komunikasi yang desentralisasi.

Page 26: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Struktur Jaringan Komunikasi

Jaringan terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat.

Page 27: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

Analisis jaringan komunikasi merupakan salah satu pendekatan dari penelitian yang mempelajari perilaku manusia

berdasarkan pendekatan model komunikasi konvergens.

Page 28: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

Hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi, yaitu:

1.Mengidentifikasi klik dalam suatu sistem;

2. Mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan misalnya sebagai liaisons, bridges, dan isolated;

3.Mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi seperti keterhubungan Klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik, dan lain sebagainya.

Page 29: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

Yang dimaksud dengan klik adalah bagian dari sistem (sub sistem) dimana anggota-anggotanya relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid 1981).

Page 30: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

Ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu:

1.Setiap klik minimal harus terdiri dari 3 anggota;

2.Setiap anggota klik minimal harus mempunyai derajat keterhubungan 50% dari hubungan-hubungannya di dalam klik;

3.Seluruh anggota klik baik secara langsung maupun tidak langsung harus saling berhubungan melalui suatu ranlai hubungan dyadic yang berlangsung secara kontinyu dan menyeluruh di dalam klik (Rogers dan Kincaid 1981).

Page 31: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan KomunikasiKnoke dan Kuklinski dalam Setyanto 1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial, yakni:

1. Dalam analisis jaringan harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang ada di dalamnya tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisipasi dalam sistem sosial itu. Sifat hubungan yang terdapat pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan mungkin dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan dari masing-masing individu. Di dalam analisis jaringan, langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja.

2. Di dalam Jaringan perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur dalam sistem I. Sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteraturan pola hubungan dari suatu keadaan kongkrit.

Page 32: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

Knoke dan Kuklinski dalam Setyanto 1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial, yakni:

1.Dalam analisis jaringan harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang ada di dalamnya tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisipasi dalam sistem sosial itu.

Page 33: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

Sifat hubungan yang terdapat pada

individu juga akan terdapat pada individu

lain yang terlibat dan mungkin dapat

mempengaruhi terhadap persepsi,

kepercayaan dan tindakan dari masing-

masing individu. Di dalam analisis

jaringan, langkah-langkah ini tidak hanya

berhenti pada penjumlahan dari tingkah

laku sosial saja.

Page 34: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Analisi Jaringan Komunikasi

2. Di dalam Jaringan perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur dalam sistem I. Sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteraturan pola hubungan dari suatu keadaan kongkrit.

Page 35: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Pengairan Subak di Bali

Subak adalah sistem teknologi irigasi tradisional yang berkeadilan bersandar pada kearifan lokal dengan pendekatan socio-cultural. Subak merupakan organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali

Page 36: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Pengairan Subak di Bali

Kajian mengenai sistem irigasi subak adalah cerminan konsep Tri Hita Karana (THK) yang pada hakikatnya terdiri dari Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan. Parhyangan ditunjukkan adanya pemujaan terhadap pura pada wilayah subak. Pawongan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur sistem irigasi subak, dan palemahan yang ditandai dengan kepemilikan lahan atau wilayah di setiap subak. Ketiga hal ini memiliki hubungan yang bersifat timbal balik.

Page 37: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Pengairan Subak di Bali

Perwujudan konsep THK dalam operasional sistem irigasi subak antara lain :

1.Subsistem budaya yang dicerminkan dengan pola pikir pengelolaan air irigasi yang dilandasi dengan keharmonisan dan kebersamaan. Contoh: Menyelenggarakan upacara mendak toya, membuat Pura bangunan suci (Bedugul) di lahan yang tersisa pada lokasi bangunan-bagi.

Page 38: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Pengairan Subak di Bali

2. Subsistem sosial yang dicerminkan dengan adanya organisasi subak yang disesuaikan dengan kepentingan petani, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dan konflik yang terjadi di dalam subak dapat dihindari agar tercipta keharmonisan.Contoh: Pembuatan awig- awig (peraturan) agar dapat dipatuhi oleh semua anggota dan pengurus subak, adanya rapat yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama.

Page 39: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Pengairan Subak di Bali

3. Subsistem artefak/kebendaan yang dicerminkan dengan ketersediaan sarana jaringan irigasi yang sesuai dengan kebutuhan subak, pendistribusian air secara adil, dan proses peminjaman air. Sehingga, konflik-konflik dapat dicegah. Contoh: Pembagian air menggunakan sistem tektek, sistem suplesi dan drainasi yang terpisah dalam satu kompleks sawah yang dikenal dengan “one inlet and one outlet system”, dan adanya pemberian tambahan air seandainya terjadi suplai air yang kurang di lahan petani.

Page 40: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Kelembagaan Subak di Bali

Subak merupakan perkembangan dari beberapa tempek yang memiliki luas areal yang besar serta sulit untuk dikooordinasikan dan subak memiliki otonomi ke dalam dan ke luar. Tempek merupakan suatu komplek persawahan yang mendapat air irigasi dari satu sumber tertentu.

Page 41: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Kelembagaan Subak di Bali

Setiap tempek hanya memiliki otonomi ke dalam. Subak-subak yang memperoleh air dapat bergabung menjadi subakgede. Subak gede pun bisa berkembang menjadi subak yang lebih besar, yaitu subak agung. Subak agung yang ada di Bali terdapat di Subakagung Yeh Ho di Kabupaten Tabanan dan Subakagung Gangga Luhur di Kabupaten Buleleng.

Page 42: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Aspek Organisasi Subak di Bali

Organisasi subak berbentuk tim kerja yang berorientasi pada kecapaian tujuan yang diinginkan dalam organisasi subak. Berkaitan dengan cara sistem subak mengatur penyediaan air, maka pada suatu subak di daerah tertentu menunjuk seorang petilik (pengawas air) yang bertugas mengawasi pendistribusian dan alokasi air di kawasan tersebut secara rutin

Page 43: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Aspek Organisasi Subak di Bali

Di dalam subak, peranan pengurus (pekaseh) subak menentukan keberhasilan subak yang dipimpinnya tersebut. Sebab ia yang mengatur air irigasi pada saat kondisi air yang kritis, menetapkan hari baik untuk menanam tanaman tertentu, merencanakan upacara tertentu. Pada dasarnya, pengurus subak memimpin dan mengendalikan subak sesuai dengan prinsip-prinsip THK.

Page 44: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

Sistem subak sebagai lembaga adat yang otonum tetap dapat mengatur dirinya sendiri tanpa menimbulkan konflik, karena tetap mengusahakan adanya harmoni dengan lingkungan sekitar. Adapun artefak yang dimanfaatkan oleh sistem subak di Bali untuk membantu kelancaran pendistribusian air ialah sebagai berikut:

Page 45: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

1. Bendung (empelan), yang memiliki fungsi sebagai lokasi tempat masuknya air yang akan menuju areal subak. Lokasi bendung pada dasarnya ditempatkan pada kawasan tikungan sungai, pada kawasan sungai yang lokasinya paling dekat dengan hamparan sawah petani yang bersangkutan.

Page 46: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

1. Sementara itu, pada setiap lokasi bangunan bendung dibangun sebuah pura yang disebut Pura Empelan, yang dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan upacara mendak toya/ magpag toya. Dan

penanggungjawab bendung adalah klian subak bersama-sama dengan seluruh

anggota subak.

Page 47: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

2. Trowongan (aungan), memiliki fungsi sebagai tempat mengalirnya air irigasi menuju ke saluran tersier. Trowongan akan dibangun oleh petani jika mereka gagal memanfaatkan saluran irigasi yang terbuka. Dalam proses pembuatan trowongan para ahli bangunan (undagi) akan berusaha memilih lintasan trowongan pada lahan yang terdiri dari batu, batu pada, atau tanah yang cukup

Page 48: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

2. keras untuk menyangga tanah yang ada di atas bangunan. Adapun penanggungjawab bendung adalah kelian subakbersama-sama dengan seluruh anggota subak

3. Saluran irigasi (telabah), memiliki fungsi sebagai tempat mengalirnya air irigasi yang akan menuju ke petak sawah petani. Dan penaggungjawabnya adalah kelian tempekbersama-sama petani yang berkepentingan dengan saluran yang bersangkutan.

4. Bangunan bagi (tembuku) pada sistem subak dibangun dengan konsep proporsional dari bangunan-bagi hulu hingga hilir. Unit ukuran yang digunakan adalah tektek. Tektek merupakan sistem bagi habis antara jumlah air yang masuk ke subak yang bersangkutan dengan jumlah areal sawah yang ada di subak bersangkutan. Sistem tektek di Bali telah mengalami modifikasi (ini terjadi di Subak Sungsang) menjadi sistem sentimeter. Namun, pelaksanaannya tetap dalam konsep proporsional. Bangunan-bagi pada jaringan tersier dibuat tidak permanen agar dapat memudahkan dalam proses pinjam air irigasi.

Page 49: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

2. keras untuk menyangga tanah yang ada di atas bangunan. Adapun

penanggungjawab bendung adalah kelian subakbersama-sama dengan seluruh anggota subak

3. Saluran irigasi (telabah), memiliki fungsi sebagai tempat mengalirnya air irigasi yang akan menuju ke petak sawah

petani. Dan penaggungjawabnya adalah kelian tempekbersama-sama petani

Page 50: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

3. yang berkepentingan dengan saluran yang bersangkutan.

4. Bangunan bagi (tembuku) pada sistem subak dibangun dengan konsep

proporsional dari bangunan-bagi hulu hingga hilir. Unit ukuran yang digunakan adalah tektek. Tektek merupakan sistem bagi habis antara jumlah air yang masuk ke subak yang bersangkutan dengan jumlah areal sawah yang ada di .

Page 51: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Distribusi Air Dalam Sistem Subak

4. Subak bersangkutan. Sistem tektek di Bali telah mengalami modifikasi

(ini terjadi di Subak Sungsang) menjadi sistem sentimeter. Namun,

pelaksanaannya tetap dalam konsep proporsional. Bangunan-bagi pada jaringan tersier dibuat tidak permanen agar dapat memudahkan dalam proses pinjam air irigasi.

Page 52: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Sistem Subak menerapkan kesadaran dan kegotong royongan yang sangat tinggi. Mereka sangat takut dengan awig-awig (peraturan), sebagai bentuk hukum tertulis yang memuat seperangkat kaidah bertingkah laku dalam masyarakat petani. Pelanggar awig-awig akan dikenai sanksi tegas dan nyata..

Page 53: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Awig-awig mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (tata kahyangan). Juga mengatur hubungan antarmanusia (tata pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (tata palemahan). Karena itu jarang orang yang berani melanggarnya.

Page 54: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Di Bali, Subak memiliki organisasi dengan ketuanya yang disebut Pekaseh. Pekaseh ini melakukan komunikasi dengan para petani, peternak, juga pengelola kegiatan yang terkait dengan pengelolaan air. Mereka punya forum musyawarah yang disebut Sangkep.

Page 55: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Di forum ini Pekaseh memimpin musyawarah, membuat perencanaan dan melaksanakan pengairan baik untuk sawah, kolam ikan, termasuk air bersih dengan sangat adil. Perencanaan matang disiapkan bagaimana nantinya sebuah lahan akan diberi air, seberapa banyak, seberapa lama, dan bagaimana mereka bekerja semua terencana

Page 56: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Karena Subak membangun komunikasi melaui organisasi konsep De Vito mejadi releven untuk menganalisis kasus ini. DeVito lebih menekankan pada struktur jaringan komunikasi yang terjadi dalam kelompok atau organisasi.

Page 57: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Menurut DeVito (1997), ada lima struktur jaringan komunikasi kelompok, yang juga akan relevan di dalam menganalisis model jaringan komunikasi di lingkaran klik. Kelima struktur tersebut adalah struktur lingkaran, struktur roda, struktur Y, struktur rantai dan struktur semua saluran.

Page 58: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Sistem subak memiliki struktur organisasi maka struktur jaringan komunikasi yang relevan digunakan adalah struktur roda (wheel networking)

Page 59: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Dalam struktur roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu posisinya dipusat. Struktur ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan masing-masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang tersebut adalah peimpin. Orang (pemimpin) ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota.

Page 60: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam stuktur roda .bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah yang sederhana saja.

Page 61: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Dalam system jaringan komunikasi tradisional Subak, Pekaseh sebagai pemimpin kelompok berperan sebagai sentrum. Di dalam subak. peranan pekaseh subak menentukan keberhasilan subak yang dipimpinnya tersebut. Sebab ia yang mengatur air irigasi pada saat kondisi air yang kritis, menetapkan hari baik untuk menanam tanaman tertentu, merencanakan upacara tertentu. Pekaseh mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh untuk mempengaruhi anggotanya.

Page 62: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Pekaseh dipilih oleh anggota subak berdasarkan derajat ketokohannya dan kemampuannya sebagai pemuka pendapat (opinion leader). Ketua subak (pekaseh) bertugas untuk mengkoordinasikan tugas-tugas ke luar dan ke dalam yang dibantu oleh sekretaris dan bendahara. Sedangkan kelian tempek (sub-subak) bertugas untuk mengkoordinasikan tugas-tugas ke dalam (ke wilayah masing-masing subak), dan tidak memiliki kewenangan berhubungan ke luar

Page 63: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Sementara peranan sedahan hanya berfungsi dalam pemungutan pajak (Pajak Bumi dan Bangunan), sedangkan sedahan-agung kini bergabung dengan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota, namun saat ini organisasi subak banyak berhubungan dengan Dinas Pekerjaan Umum berkaitan dengan pembangunan fisik di subak yang bersangkutan

Page 64: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Sementara peranan sedahan hanya berfungsi dalam pemungutan pajak (Pajak Bumi dan Bangunan), sedangkan sedahan-agung kini bergabung dengan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota, namun saat ini organisasi subak banyak berhubungan dengan Dinas Pekerjaan Umum berkaitan dengan pembangunan fisik di subak yang bersangkutan

Page 65: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Istilah opinion leader menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an. Sebelumnya, dalam literatur komunikasi sering digunakan kata-kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leader. Kata opinion leader kemudian lebih lekat pada kondisi masyarakat di pedesaan

Page 66: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Opinion leader adalah orang yang mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan. Seorang opinion leader mempunyai karakteristik yang membedakan dirinya dengan orang lain. Beberapa karakteristik yang dimaksud adalah : lebih tinggi status soaial-ekonominya, lebih inovatif dalam menerima dan mengadopsi ide baru, lebih tinggi pengenalan medianya (media exposure), kemampian empatinya lebih besar, partisipasi sosial lebih besar

Page 67: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Tak bisa dipungkiri bahwa opinion leader menjadi salah satu unsur yang sangat mempengaruhi proses komunikasi, khususnya di pedesaan. Hal ini karena Desa merupakan tempat hidup masyarakat tradisional yang masih memiliki cara hidup, cara berperilaku dan cara berinteraksi yang bersifat tardisional pula

Page 68: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Pola hidup yang saling membantu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma-norma kebersamaan adalah cerminan hidup yang selalu dipegang teguh oleh masyarakat pedesaan. Berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat sangat ditentukan oleh peran opinion leader ini dan itu nyata adanya dalam sistem jaringan komunikasi tradisional Subak di Bali.

Page 69: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

Beberapa ciri opinion leader beserta proses komunikasi yang dijalankan adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal mempunyai struktur jaringan yang telah tertentu (umpamanya, kerabat, keluarga besar, suku, dan sebagainya) yang sangat kuat, karena ikatan yang telah lama ada, kebiasaan-kebiasaan setempat yang telah lama tertanam, dan setiap struktur ini mempunyai pemuka-pemuka pendapatnya.

Page 70: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

2. Komunikasi di dalam masyarakat Indonesia ditandai oleh ciri-ciri sistem komunikasi feodal. Ada garis hirarki yang ketat sebagai bawaan dari sisten tradisional; pemuka-pemuka pendapat sudah tertentu dan mempunyai pengaruh yang jelas sementara arus komunikasi cenderung berjalan satu arah.

3. Pemuka-pemuka pendapat ini dianggap telah dikenali dan dapat diketahui dengan mudah dari fungsi mereka masing-masing

Page 71: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

3. dalam pranata-pranata informal yang telah berakar dalam masyarakat.

4. Pemuka-pemuka pendapat tidak hanya mereka yang memegang fungsi dalam pranata informal masyarakat tetapi juga pemimpin formal, termasuk yang menempati kedudukan karena ditunjuk dari luar.

Page 72: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Sistem Jaringan Komunikasi Subak

5. Pemuka pendapat di Indonesia dianggap bersifat polimorfik, yaitu serba tahu atau tempat menanyakan segalah rupa hal.

Adanya asumsi ini terlihat dari kecenderungan untuk menyalurkan segala macam informasi kepada para pemika yang sama.

Page 73: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Penutup

Kehadiran revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin. Hal itu mengganggu tata kelola sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode ini pada awalnya menghasilkan hasil yang melimpah, tetapi kemudian timbul berbagai masalah seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air.

Page 74: JARINGAN KOMUNIKASI TRADISIONAL KASUS SISTEM PENGAIRAN TRADISIONAL SUBAK DI PROPINSI BALI

Penutup

Akhirnya petani kembali pada sistem pengairan sawah secara tradisional. Pada tahun 2012 ini UNESCO, mengakui Subak (Bali Cultur Landscape), sebagai Situs Warisan Dunia,pada sidang pertama yang berlangsung di Saint Petersburg, Rusia.