Jaringan ikat

download Jaringan ikat

of 6

description

jaringan ikat

Transcript of Jaringan ikat

Indeks khusus yang valid dan reiabel pada pasien dengan spondyloarthropatis antara lain HAQ-S, The Bath Ankylosing Spondylitis Functional Index (BASFI), dan the Daugados Functional Index (DFI). BASFI ditemukan lebih memberikan respon dibandingkan HAQ-S atau DFI terutama pada terapi fisik. Salah satu penilaian yang dibuat secara khusus untuk mengukur fungsi tangan pada pasien dengan Sc adalah tes the Hand Mobility in Scleroderma (HAMIS). Pengukuran ini didapatkan lebih reliabel pada populasi ini.Beberapa alat penilaian dikembangkan untuk menilai outcome dari pasin pediatrik dengan gangguan pada jaringan ikat. Pengukuran ini hanya terbatas pada kompleks yang terlbat pada anak, termasuk variabilitas pada pengembangan peran dan tugas serta perubahan pada pertumbuhan dan tingkah laku dari bayi menuju balita hingga ke remaja. CHAQ biasanya lebih sering dan termasuk aktivitas pada usia yang tepat. Indeks yang lebih komprehensif yaitu kuesioner kualitas hidup seperti penilaian nyeri, fungsi psikososial, dan hubungan sosial dengan keluarga, teman dan sekolah. The Juvenile Arthritis Functional Assessment Scale (JAFAS) terdiri dari 10 aktivitas sehari-hari yang dinilai oleh profesional kesehatan. Pada anak berusia lebih dari tujuh tahun, alat ukur ini lebih bergguna untuk membedakan anak dengan JRA dan anak dengan anak yang sehat. The Juvenile Arthritis Functional Assessment Scale (JAFAS) adalah versi lama yang dmodifikasi dari JAFAS yang dibuat sebagai laporan terhadap alat ukur untuk mewakili laporan dari orang tua atau dari anak yang mendaftarkan diri.

EVALUASI, DIAGNOSIS, DAN PROGNOSISInformasi dari segala aspek mengenai pemeriksaan yang terdiri dari riwayat pasien, review sistem, dan tes serta pengukuran yang diinterpretasikan oeh dokter untuk memperoleh diagnois. Pasien dikategorikan secara khusus dengan 4D yaitu, gangguan pergerakan sendi, ROM yang terkat dengan gangguan jaringan ikat, yang dijelaskan secara rinci pada Guide to Physical Therapist Practice, secara khusus memiliki penurunan pergerakan ROM, otot yang tegang, atau lemah, nyeri, bengkak, instabilitas sendi dan kekurangan lain dalam menjalankan tugas yang membutuhkan peralatan adaptif. Menurut Panduan, 80% pasien dalam pola praktek ini disukai dapat diharapkan untuk menunjukkan mobilitas optimal bersama, kinerja otot, dan ROM dan berfungsi dalam pekerjaan rumah, masyarakat, dan lingkungan selama 2 minggu sampai 6 bulan intervensi terapi fisik, dengan 3-36 kunjungan. Sejumlah faktor, termasuk aksesibilitas dan ketersediaan sumber daya, kepatuhan terhadap intervensi, usia, kronisitas dan keparahan kondisi, komorbiditas, tingkat kerusakan, penurunan kemandirian fungsional, lingkungan hidup, status kesehatan secara keseluruhan, psikologis dan faktor sosial ekonomi dan jumlah dukungan sosial, mungkin memerlukan episode baru dari perawatan atau dapat memodifikasi frekuensi kunjungan atau durasi episode perawatan. INTERVENSIIntervensi terhadap gangguan jaringan ikat akan sangan efektif jika dilakukan pendekatan secara multidiplin termasuk edukasi terhadap pasien mengenai manajemen diri dan intervensi kognitif digunakan sebagai intervensi medik dan fisik. Hubungan antara dokter dan pasien juga perlu, karena keberhasilan tergantung pada partisipasi berkelanjutan dan sesuai dengan program latihan di rumah dan apresiasi terhadap prinsip-prinsip manajemen nyeri istirahat, bergabung perlindungan, penggunaan peralatan adaptif untuk ambulasi dan ADL, konservasi energi, dan splinting.Bagian ini pertama membahas pendekatan umum untuk pengelolaan keterbatasan fungsional terkait dengan disfungsi jaringan ikat dan arthritis inflamasi, termasuk RA, PA, RS, SLE, arthropathies Kristal dan Sc, dengan mengacu pada variasi tertentu penyakit. Manajemen terapi fisik dari spondyloarthropathies, polymyositis / dermatomiositis, polymyalgia rheumatica, dan JRA dibahas kemudian karena perbedaan dalam pendekatan pengobatan untuk kondisi ini.REMATOID ARTHRITIS DAN KONDISI INFLAMASI LAINPemeriksaan dan evaluasi memberikan dasar untuk intervensi individualistis dan tujuan terapi pada pasien dengan disfungsi inflamasi jaringan ikat. Intervensi rehabilitasi untuk mengurangi rasa sakit: peningkatan dan mempertahankan mobilitas sendi, kekuatan otot, dan kebugaran kardiovaskular; menghemat energi dan mengurangi kelelahan; dan mengoptimalkan fungsi harus dimulai awal sebelum deformitas sendi ireversibel terjadi. Intervensi digunakan untuk mencapai tujuan ini termasuk pasien dan Edukasi, sisanya (perlindungan sendi, konservasi energi, dan splinting), agen fisik, dan latihan terapi.Edukasi pasien. Edukasi pasien adalah bagian integral untuk mempromosikan manajemen diri pada arthritis inflamatori . Guidline ACR untuk pengobatan rheumatoid arthritis meliputi Edukasi pasien sebagai lini pertama pengobatan. Edukasi untuk pasien dengan arthritis harus menumbuhkan perilaku manajemen diri untuk membantu pasien mencapai atau mempertahankan status kesehatan atau kualitas hidup yang optimal. Edukasi pasien yang paling efektif adalah ketika membantu pasien menggabungkan perubahan perilaku ke dalam gaya hidup mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui metode interaktif yang membangun kepercayaan diri dan meningkatkan keterampilan seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, pemantauan diri, dan komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dalam kelompok atau secara individu. Sebuah meta-analisis dari uji klinis pada efek dari Edukasi pasien pada pasien dengan arthritis menemukan bahwa intervensi Edukasi yang termasuk teknik perilaku memberikan perubahan besar dalam hal nyeri, kecacatan fungsional, dan sendi dari intervensi yang mengandalkan secara eksklusif pada transmisi informasi. Intervensi perilaku kognitif juga dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan mempromosikan kebebasan pasien.Informasi tentang edukasi juga dapat meningkatkan outcome dari arthritis. Program Edukasi arthritis dengan bukti yang paling substansial yang mendukung adalah efektivitas adalah Arthritis Self-Management Program (ASMP) yang dikembangkan di Stanford University.. Sebuah studi selama 4 tahun menunjukkan bahwa partisipasi dalam program ini menunjukkan 20% penurunan nyeri, 43% penurunan dalam kunjungan dokter dan diperkirakan mengurangi $ 648 per tahun per pasien dengan RA. Selain itu, Scholten dkk dalam sebuah penelitian pada 68 pasien dengan RA menunjakkan bahwa partisipasi dalam program Edukasi pasien multidisiplin yang meliputi patogenesis penyakit, terapi obat, olahraga, penggunaan perangkat bersama perlindungan, perspektif ortopedi, konseling psikologis, diet, dan informasi tentang belum terbukti obat mengakibatkan hasil klinis yang lebih baik.Program Edukasi pasien juga telah ditunjukkan untuk meningkatkan kemampuan dirasakan untuk mengontrol berbagai aspek arthritis dan untuk mempromosikan manajemen diri pada SLE mengalami penurunan kelelahan dan depresi dan meningkatkan keterampilan coping dan self-efficacy. Dalam program Edukasi pasien untuk anak-anak dengan JRA dan orang tua mereka, diri orang tua yang melaporkan kompetensi pada petugas kesehatan, olahraga, nyeri, dan isu-isu dukungan sosial ditingkatkan secara signifikan, sedangkan pada anak-anak menunjukkan perbaikan yang minimal.Istirahat dan Proteksi Sendi.Istirahat adalah komponen penting pada manajemen arthritis dan termasuk juga general dan spesifik joint rest. Manajemen dari arthritis inflamatori membutuhkan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Rekomendasi yang diberikan merupakan bagian dari program edukasi pasien dan tehnik spesifik yang ditinjau ulang secara tepat oleh professional kesehatan dan dipraktikkan oleh pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien.Rekomendasi untuk general tes selama fase aktif dari arthritis inflamatori adalah 8-10 jam untuk tidur di malam hari dan 30-60 menit untuk tidur di siang hari. Instruksi dalam teknik konservasi energi dapat membantu pasien dengan bolak balik dan diselingin dengan istirahat, untuk menghindari kelelahan yang berlebihan. Mengistirahatkan sendi secara spesifik direkomendasikan untuk sendi yang mengalami inflamasi akitf untuk menghindari cedera akibat aktivitas, menyediakan waktu untuk sendi beristirahat, meningkatkan fungsi dan aktivitas meskipun terjadi bengkak dan nyeri pada sendi. Istirahat pada sendi secara spesifik terdiri dari modifikasi aktivitas, menggunakan alat bantu,proteksi atau suppotif splinting. Beberapa alat bantu dapat meningkatkan dan meningkatkan ketidaktergantungan pasien dengan disfungsi jaringan ikat. Gambar 6-12 menunjukkan cara menggunakan dressing stick, reacher, dan long handled shoe horn. Alat bantu ini dapat menunjukkan perbedaan antara ketidaktergantungan dan ketergantungan dengan orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Alat bantu yang bermacam-macam (gambar 6-12) seperti yang dijelaskan pada chapter 33, dapat digunakan sebagai bantuan ambulasi. Alat tersebut akan sulit digunakan pada pasien dengan penyakit sistemik dan keterlibatan beberapa tempat seperti tangan. Platform crutch atau walker dapat membantu untuk mengurangi beban tumpuan pada ekstremitas bawah dan membagi beban tumpuan pada area yang lebih besar dari ekstremitas atas. Jika platform walker digunakan, harus memiliki roda karena akan sangat berat dan sulit untuk diangkat.Review sistematik dari literature membuktikan efektivitas dari instruksi proteksi sendi dan tehnik konversi energy, pengenalan alat bantu, dan ketentuan splint untuk meningkatkan fungsi pada pasien dengan RA. Secara khusus, 95% subjek penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas sehari-hari setelah mengikuti latihan proteksi sendi untuk wanita selama 3 minggu. Terkadang perubahan sederhanan dalam lingkungan fisik seperti mengganti kepala kera dengan tuas, dapat meningkatkan ketidaktergantungan terhadap tugas rumah tangga.Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa splinting dapat mengurangi nyeri pada pasien dengan rematoid arthritis, data dari Cochrane memberikan kesimpulan efektivitas dari splint pergerangan tangan dalam menurunkan nyeri atau meningkatkan fungsi pada pasien RA. Bukti menunjukkan bahwa mengistirahatkan tangan dan splint pergelangan tangan tidak berpengaruh pada ROM atau nyeri, meskipun pasien hanya menggunakan resting splint.Agen Fisik. Modalitas elektroterapi dan termoterapi digunakan pada pasien dengan arthritis untuk mengurangi nyeri dan inflamasi, mengurangi kekakuan, dan meningkatkan mobilisasi. Beberapa penelitian menyarankan untuk menggunakan termoterapi, low laser therapy, dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada pasien dengan atritis. Pada tinjauan pada literatur mengenai intervensi fisik pada arthritis untuk manajemen nyeri, Minor dan Sanford menemukan bahwa agen fisik lebih efektif ketika diberikan bersama latihan fisik. Terapi Panas. Terapi panas berperan sebagai anakgetik, relaksasi, mengurangi spasme otot, dan meningkatkan fleksibilitas otot dan struktur periartikuler. Terapi panas adalah terapi yang paling sering digunakan sebagai agen fisik pada arthritis oleh professional kesehatan dan pasien. Metode yang digunakan yaitu memberikan panas yang superficial, air hangat, dan bak paraffin. Terdapat beberapa penelitian yang melihat pengaruh dari terapi panas superficial pada manajemen arthritis. Sebagian besar studi melaporkan penggunaan paraffin saja atau penggunaan paraffin disertai latihan fisik pada pasien RA. Sebuah studi menunjukkan penggunaan paraffin saja dapat mengurangi nyeri jangka pendek. Namun manfaat fungsional hanya didapatkan ketika paraffin digunakan bersamaan dengan latihan fisik. Ultrasound salah satu terapi panas yang dalam, tidak menunjukkan perubahan dalam nyeri atau peningkatan pergerakan pasien arthritis. Hanya satu sistematik review yang menemukan efektivtas dari ultrasound pada terapi RA. penelitian menunjukkan perbedaan yang berarti antara kelompok yang diteliti dan control dalam mengurangi jumlah nyeri dan bengkak pada sendi; meskipun penggunaan ultrasound dan latihan fisik tidak memberikan efek.Fase perjalanan penyakit harus dipertimbangkan ketika memilih terapi termal pada arthritis inflamatori. Pada fase akut, terapi panas dapat menimbulkan eksaserbasi. Terapi panas dapat meningkatkan kerusakan pada sendi melalui peningkatan kolagen sehingga terjadi percepatan kerusakan kolagen.Terapi Dingin. Terapi dingin biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri, inflamasi, dan spasme otot pada pasien dengan arthritis. Terapi dingin dapat digunakan dengan kompres dingin, massage es, dan mencelupkan ke dalam air dingin. Penelitian pada pasien dengan RA genue diberikan kompres dingin tiga kali perhari selama satu bulan menurunkan nyeri, meningkatkan mobilitas, meningkatkan jam tidur, dan menurunkan penggunaan analgesic.Terapi Panas dan Dingin. Tidak ada bukti bahwa panas atau dingin mengubah proses imunologi pada arthritis inflamasi; Namun keduanya muncul untuk membantu mengurangi rasa sakit yang terkait dengan kejang otot, fibrosis, dan trauma jaringan yang terkait dengan stres biomekanik. Dalam tinjauan literatur, tidak ada efek panas atau es dibandingkan kontrol pada ukuran objektif dari aktivitas penyakit (jumlah sendi, asupan obat-obatan, dan mobilitas) di RA. Sebuah tinjauan sistematis tentang penggunaan paket es atau paket panas di RA juga mengungkapkan tidak berpengaruh pada langkah-langkah aktivitas penyakit, rasa sakit, asupan obat, ROM, kekuatan pegangan, atau fungsi tangan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, baik panas dan dingin telah terbukti meningkatkan fungsi dan mengurangi rasa sakit saat digunakan bersama dengan program latihan. Aplikasi topikal. Meskipun iontophosesis dan phonophoresis yang umum digunakan dalam praktek klinis untuk memberikan agen anti inflamasi pada pasien dengan kondisi peradangan, ini belum terbukti oleh penelitian untuk mengurangi gejala atau meningkatkan fungsi pada pasien dengan arthritis inflamasi kronis.Elektroterapi. Penelitian tentang penggunaan TENS untuk arthritis inflamasi berfokus pada RA pergelangan tangan. Sebuah tinjauan sistematis ditemukan bahwa TENS dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi tangan tanpa efek samping pada pasien dengan RA.Low Level Laser Therapy. Meta analisis pada Low Level Laser Therapi (LLLT) menunjukkan bahwa LLLT menurunkan nyeri dan kekakuan pada pagi hari dan meningkatkan ROM dibandingan dengan intervensi menggunakan pasebo pada pasien dengan RA.Latihan Fisik. Disfungsi jaringan ikat mengakibatkan rasa sakit, kekakuan, dan kelelahan, dengan penurunan bersamaan dalam fungsi, karena penurunan ROM, kekuatan otot, dan kapasitas aerobik. Imobilisasi sendi juga dapat menyebabkan melemahnya tulang rawan dan struktur periarticular, sedangkan gerak sendi biasa dan intermiten bantalan berat badan yang terjadi dengan banyak bentuk olahraga dapat meningkatkan kesehatan sendi. Meskipun keyakinan sebelumnya bahwa olahraga dapat membahayakan individu dengan arthritis, penelitian saat ini telah menemukan bahwa berbagai bentuk latihan dengan aman dapat membantu pasien dengan penyakit rematik. Orang dengan arthritis umumnya dapat mengikuti rekomendasi untuk kesehatan dan kebugaran diterapkan pada populasi yang sehat seperti yang digambarkan dalam tabel 6-4, sementara mengikuti umum dan sendi rekomendasi spesifik untuk mondar-mandir dan sisanya. Sebuah meta-analisis menemukan bahwa terapi air, bersepeda stasioner, dan latihan beban yang aman untuk pasien dengan RA dan meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, daya tahan, fungsi, kebugaran kardiovaskular mereka, dan kesehatan umum tanpa meningkatkan gejala sendi.Tabel 6-4Recommendations for Health and fitness in the Apparently Healthy Population

Physical Activity for General HealthMode : whole body, repetitive activitiesFrequency : on most days of the weekIntensity : moderate; 55%-70% age-predicted maximal heart rate; RPE 12-13/2-4Duration : 30 minutes accumulation (3-10 minute bout)

Exercise Training for Cardiovascular FitnessMode : rhythmic, aerobic exerciseFrequency : 3-5 days/weekIntensity : 70%-85% age-predicted maximal heart rate; RPE 14-16/4-7Duration : 20-30 minutes continuous

Exercise Training for Muscular Fitness (Strength and Endurance)Mode : dynamic, resistance exercise for major muscle groupsFrequency : 2-3 days/week on alternate daysVolume : 8-10 exercises; resistance adequate to induce fatigue after 8-12 repetitions, or 10-15 reps if over 50-60 years of age or frail

Exercise for Musculoskeletal FlexibilityMode : Gentle stretching; static or PNF techniqueFrequency : 2-3 days/week minimumDuration : hold position for 10-30 seconds for static; 6 second contraction followed by 10-30 second assisted stretch for PNFRepetitions : 3-4 repetitions for each strech

Data from ACSM Guidelines for Exercise Testing and Prescription, ed 6, Philadelphia, 2000, Lippincott Williams Wilkins.RPE, Rate of perceived exertion; PNF, Proprioceptive neuromuscular facilitation.RPE scale 6-20 scale/0-10 scale.