Jaringan Angkutan Sungai

10
E - 1 | Pekerjaan Perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai Pembahasan pendekatan dan metodologi adalah mengenai alat analisis yang digunakan untuk mencapai maksud, tujuan dan sasaran Pekerjaan Perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai berdasarkan ruang lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan. Pembahasan dalam bab ini berkaitan dengan pendekatan yang digunakan untuk memahami permasalahan dan tahapan metode kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam KAK. Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah- langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Dalam Pekerjaan Pekerjaan Perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai perlu disusun langkah-langkah yang tersistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam proses penyusunan kajian ini tentunya disesuaikan dengan ruang lingkup dan output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja. Pada Bab ini akan diuraikan mengenai pola pikir, pendekatan, disain penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data, dan strategi pelaksanaan kegiatan yang akan digunakan untuk melaksanaan pekerjaan ini. BAB E. PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

description

Studi Jaringan angkutan Sungai dan penyeberangan

Transcript of Jaringan Angkutan Sungai

Page 1: Jaringan Angkutan Sungai

E - 1 | Pekerjaan Perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

Pembahasan pendekatan dan metodologi adalah mengenai alat analisis yang

digunakan untuk mencapai maksud, tujuan dan sasaran Pekerjaan Perencanaan

Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai berdasarkan ruang lingkup

pekerjaan yang telah ditetapkan. Pembahasan dalam bab ini berkaitan dengan

pendekatan yang digunakan untuk memahami permasalahan dan tahapan metode

kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang

ditetapkan dalam KAK.

Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-

langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri

Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji

kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak

kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode

yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Dalam Pekerjaan Pekerjaan

Perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai perlu disusun

langkah-langkah yang tersistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran

yang telah ditetapkan.

Metode yang digunakan dalam proses penyusunan kajian ini tentunya disesuaikan

dengan ruang lingkup dan output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan

Kerja. Pada Bab ini akan diuraikan mengenai pola pikir, pendekatan, disain

penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data, dan strategi pelaksanaan

kegiatan yang akan digunakan untuk melaksanaan pekerjaan ini.

BAB E.

PENDEKATAN, METODOLOGI

DAN PROGRAM KERJA

Page 2: Jaringan Angkutan Sungai

E - 2 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

E.1. Latar Belakang

Sektor transportasi sungai secara langsung dan tidak langsung sangat penting

dikembangkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di wilayah-wilayah

terbelakang. Saat ini transportasi merupakan bagian integral dari suatu fungsi

masyarakat. Transportasi menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya

hidup, keterjangkauan dari lokasi kegiatan produktif, penyediaan barang-barang

dan pelayanan untuk dikonsumsi.Subtitusi moda transportasi sungai menjadi jalan

raya seharusnya tidak serta merta mematikan pengembangan potensi

transportasi sungai, mengingat transportasi sungai di beberapa wilayah lain dapat

menjadi Aternatif yang lebih murah bagi masyarakat terutama dunia usaha. Oleh

sebab itu, survey potensi transportasi sungai merupakan hal yang penting untuk

dilakukan.

Transportasi memiliki kontribusi yang sangat vital dan berdimensi strategis bagi

pembangunan nasional, mengingat sifatnya sebagai penggerak dan pendorong

kegiatan pembangunan dan sebagai perekat kesenjangan antar wilayah. Posisi

strategik transportasi semakin dirasakan tatkala banyak sektor lain berkurang

perannya sebagai akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan, namun peran

transportasi ternyata menjadi titik sentral bagi bangkitnya sektor riil dalam

perekonomian nasional pasca krisis. Pulau-pulau yang besar secara historis

menjadi semacam sumber gravitasi ekonomi bagi pulau-pulau kecil di sekitarnya.

Bentang wilayah di dalam daratan pulau besar tersebut memunculkan berbagai

kota sebagai pusat-pusat kegiatan ekonomi yang dilayani oleh suatu jaringan

transportasi.

Untuk negara yang sekitar 2/3 wilayahnya didominasi oleh perairan, sudah

selayaknya Indonesia memberi perhatian yang lebih pada angkutan perairan.

Menurut Undang undang No 17 Tahun 2008 mengenai Pelayaran, angkutan di

perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang

dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Angkutan di perairan dapat terdiri

dari angkutan laut, angkutan sungai dan danau maupun angkutan penyeberangan.

Pengembangan jaringan angkutan perairan menjadi sangat mendesak sesuai

dengan perkembangan otonomi daerah yang ditandai dengan semangat

pemekaran wilayah yang disertai pesatnya pembangunan infrakstruktur wilayah

Page 3: Jaringan Angkutan Sungai

E - 3 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

terutama jalan raya. Beberapa daerah yang semula relatif terisolasi pun

diharapkan dapat dikembangkan dengan penyelenggaraan angkutan perairan.

Dengan adanya angkutan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan transportasi

antar daerah yang pada akhirnya dapat membantu tercapainya pengalokasian

sumber-sumber ekonomi secara merata sehingga akan menunjang pembangunan

dan perkembangan wilayah yang bersangkutan dan juga wilayah-wilayah

pengaruhnya (hinterland).

Provinsi Kalimantan Utara terbentuk sebagai Daerah Otonom Baru berdasarkan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 pada tanggal 25 Oktober 2012. Sebagai

Provinsi baru yang ke 34 di Indonesia secara resmi mulai aktif sejak tanggal 22

April 2012 seiring dengan dilantiknya Penjabat Gubernur Kalimantan Utara Bapak

Dr. H. Irianto Lambrie oleh Mendagri atas nama Presiden Republik Indonesia di

Jakarta. Kalimantan Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di

bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara

tetangga, yaitu Negara Bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.

Kalimatan Utara terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten yaitu, Kota Tarakan,

Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten

Tana Tidung. Kalimantan Utara memiliki luas 72.567.49 km dan jumlah penduduk

(tahun 2013) 738.163 jiwa selain itu wilayah ini dilalui oleh sungai-sungai yang

potensial untuk menghubungan jaringan transportasi baik internal maupun

eksternal. Dengan kondisi seperti ini, maka transportasi angkutan perairan

memiliki peranan yang sangat penting di dalam mendukung kegiatan transportasi

secara keseluruhan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan,

kegiatan angkutan perairan di dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap dan

teratur serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur. Dalam

hal ini, trayek adalah rute atau lintasan pelayanan angkutan dari satu pelabuhan

ke pelabuhan lainnya. Untuk penyusunan jaringan trayek tetap dan teratur

dilakukan bersama oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan asosiasi perusahaan

angkutan perairan nasional dengan memperhatikan masukan asosiasi pengguna

jasa angkutan perairan.

Page 4: Jaringan Angkutan Sungai

E - 4 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

Terkait dengan kebutuhan akan angkutan sungai yang handal dan maka perlu

dilakukan Study Penyusunan peta Jaringan angkutan Sungai. Beberapa

pertimbangan yang diambil diantaranya.

1. Permintaan transportasi merupakan jenis permintaan tidak langsung yang

berawal dari kebutuhan manusia terhadap berbagai jenis barang dan jasa.

Dengan demikian terdapat saling ketergantungan antara transportasi dengan

aktivitas terkait pertanian, perdagangan, dan perkembangan ekonomi wilayah.

2. Terlepas dari harapan dan keinginan dalam arahan tersebut, saat ini kenyataan

untuk mengembangkan transportasi sungai ini dihadapkan dengan minimnya

data mengenai potensi transportasi sungai. Kurangnya data tersebut

mengakibatkan kelemahan dalam perencanaan pengembangan transportasi

sungai maupun moda transportasi lainnya.

E.2 Landasan Hukum

a. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

b. UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran;

c. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup;

d. PP No.61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;

e. PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan;

f. Kepmen No. 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Perencanaan di Lingkungan

Departeman Perhubungan;

g. Kepmen No.73 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan

Danau;

h. Kepmen No. 53 tahun 2004 tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional;

i. Kepmen No. 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan

Penyeberangan

j. RPT0-Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Bidang Sumber Daya Air

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dilaksanakannya pekerjaan Penyusunan Jaringan Angkutan Perairan di

Provinsi Kalimantan Utara, adalah menganalisa potensi dan mengkaji

Page 5: Jaringan Angkutan Sungai

E - 5 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

Kemungkinan - kemungkinan pengembangan dan pembangunan angkutan

pengairan yang terintegrasi pada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara.

Adapun tujuan studi ini adalah menyusun pengembangan jaringan angkutan

perairan di Wilayah Provinsi Kalimantan Utara sebagai transportasi penghubung

intern dan antar pulau, khususnya jaringan transportasi yang terpisah oleh

perairan pada Provinsi Kalimantan Utara dan yang menghubungkan Wilayah

Provinsi Kalimantan Utara dengan Provinsi tetangga.

SASARAN

Penjabaran atas tujuan disimpulkan dalam beberapa misi atau sasaran kegiatan

studi, yaitu :

1. Terkumpulnya data dan informasi kondisi sarana, prasarana dan operasional

angkutan perairan yang meliputi kondisi fisik, data teknis, lokasi, status

operasional, fasilitas pokok, fasilitas penunjang, dan fasiitas pendukung serta

informasi pendukung lainnya saat ini.

2. Terpetakannya ketersediaan sarana, prasarana angkutan perairan dan

kebutuhan akan sarana, prasarana angkutan perairan .

3. Teridentifikasinya permasalahan dan kendala yang berkaitan dengan sarana,

prasarana dan operasional angkutan perairan.

4. Tersusunnya suatu dokumen studi pengembangan jaringan angkutan perairan

di Propinsi Kalimantan Utara yang akan digunakan sebagai dasar

pengembangan dan pembangunan sarana, prasarana di bidang angkutan

perairan.

PENDEKATAN METODOLOGI

Berdasarkan KAK yang diberikan, konsultan menyimpulkan secara umum

titik berat pekerjaan dalam rangka Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

untuk Tahun Anggaran 2015 melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

Pendekatan Kebijakan.

Page 6: Jaringan Angkutan Sungai

E - 6 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

Studi Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai terkait dengan

rencana tata ruang wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang pada dasarnya

merupakan kebijakan yang dibuat. Oleh karena itu, dalam Studi Penyusunan Peta

Jaringan Angkutan Sungai haruslah melihat kebijakan-kebijakan yang berkaitan

dengan wilayah perencanaan. Kebijakan-kebijakan tersebut seperti kebijakan

kabupaten, propinsi dan kebijakan nasional.

Kebijakan yang paling dekat dengan kegiatan Studi Penyusunan Peta Jaringan

Angkutan Sungai adalah kebijakan Kabupaten yang terkait dengan RTRW

Provinsi Kalimantan Utara dan RTRW Kabupaten lokasi perencanaan. Penataan

Detail Tata Ruang Kecamatan harus mengacu pada Permen PU No 20 tahun

2011 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Pengaturan Zonasi.

Peraturan tersebut juga mengatur mengenai materi perencanaan, pemanfaatan

dan pengendalian pemanfaatan ruang, pengaruran zonasi untuk wilayan

perkotaan termasuk bangunan. Pengaturan ini dimaksudkan untuk mencegah

timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup, pemanfaatan sumber daya alam

secara optimal dan meningkatkan keseimbangan perkembangan antar kawasan

melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi, selaras dan seimbang serta

berkelanjutan dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian,

mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan meningkatkan daya dukung

lingkungan serta memperkuat integritas wilayah di lingkungan Kabupaten.

Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam negeri dilakukan oleh orang

perseorangan warga negara Indonesia atau badanusaha dengan menggunakan

kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal serta

diawaki oleh Awak Kapal Indonesia. Kegiatan angkutan sungai dan danau antara

Negara Republik Indonesia dan negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian

antara Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah

Angkutan sungai dan danau yang dilakukan antara dua Negara hanya dapat

dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan/ berbendera negara yang

secara terpadu dengan memperhatikan antarmoda satu kesatuan sistem

transportasi nasional.

Page 7: Jaringan Angkutan Sungai

E - 7 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan menggunakan

trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur.

Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan dilaut kecuali mendapat

izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal.

Untuk menunjang usaha pokok dapat dilakukan kegiatan angkutan sungai dan

danau untuk kepentingan sendiri.

agar dapat mewujudkan dengan baik semua sasaran yang direncanakan, suatu

pekerjaan perlu memiliki metodologi pelaksanaan yang terencana dengan baik.

secara garis besar, metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan

terbagi 4 (empat) tahap sebagai berikut :

kegiatan a : pekerjaan persiapan dan studi terdahulu, pengumpulan data

sekunder dan juga orientasi lapangan.

kegiatan b : pengumpulan data hidrologi dan klimatologi, survey hidrometri

(jika diperlukan), pengumpulan data sosial-ekonomi, pengukuran topografi/

pemetaan sekitar bangunan pengisian pantai , survey mekanika tanah dan

pengumpulan data lingkungan yang diperlukan.

kegiatan c : analisis data topografi, analisis mekanika tanah, analisis data

hidrologi dan klimatologi, analisis hidraulika, analisis kondisi sosial-ekonomi.

kegiatan d : desain rencana teknis masterplan penanganan abrasi pantai ,

perhitungan boq dan rab, gambar desain, pembuatan laporan-laporan

kegiatan a (persiapan)

pekerjaan persiapan

pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan

peralatan, persiapan pekerjaan lapangan dan pengumpulan data dan pembuatan

rencana kerja di lapangan.

1. penyelesaian administrasi

masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi

administrasi kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk

melaksanakan pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun

untuk berhubungan dengan pihak lain.

Page 8: Jaringan Angkutan Sungai

E - 8 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

2. mobilisasi personil dan peralatan

bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan

mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini.

kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi

untuk menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan ini agar

didapatkan hasil kerja yang maksimal.

3. inventarisasi kebutuhan pemakai

inventarisasi kebutuhan pemakai sangat penting untuk dilakukan. hal ini

penting mengingat penjelasan pekerjaan sebelumnya belum dijelaskan

secara teknis dan bagaimana hasil (produk) yang mencerminkan keinginan

pengguna jasa dan kualitas pekerjaan yang harus dihasilkan oleh

konsultan.

pendefinisian ulang kebutuhan pemakai ini harus sudah diselesaikan

sebelum laporan pendahuluan dibuat. dengan demikian, laporan

pendahuluan yang dibuat oleh konsultan akan menjadi acuan konsultan

dan pemilik pekerjaan (pengguna jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

4. penyusunan rencana kerja

selain persiapan-persiapan yang dilakukan di kantor, dilakukan juga

persiapan di lapangan. untuk itu perlu disusun rencana kerja baik di

lapangan maupun di kantor yang meliputi penyiapan kantor dan pekerjaan

persiapan untuk survey-survey.

sedangkan pekerjaan persiapan untuk survey meliputi pembuatan

program kerja (jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil, pembuatan

peta kerja, penyiapan peralatan survey dan personil, penyiapan surat-surat

ijin/surat keterangan, dan pemeriksaan alat-alat survey.

pengumpulan data sekunder

pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menginventarisir data-

data yang sudah ada dari instansi dan pihak terkait dalam penelitian baik di kantor

pusat, propinsi, kabupaten maupun langsung di lapangan. instansi-instansi yang

mungkin akan dihubungi antara lain jawatan topografi, badan meteorologi dan

geofisika, dit-jend psda, dinas pemukiman wilayah dan lingkungan hidup, dinas

perikanan dan kelautan dan instansi sumber data yang lain.

Page 9: Jaringan Angkutan Sungai

E - 9 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

data sekunder lain yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan

perencanaan adalah data-data yang mendukung pekerjaan ini yaitu meliputi :

peta lokasi studi terbaru

peta-peta yang akan dikumpulkan adalah.

a. peta topografi rupa bumi dari bakosurtanal atau direktorat topografi.

b. peta bathimetri dari direktorat oceanografi atau dishidros.

c. peta tata guna lahan dari badan pertanahan nasional.

data meteorologi dan hidrometri

data meteorologi yang digunakan adalah hasil pengamatan dari stasiun yang

terdekat sehingga dianggap mewakili kondisi di lokasi perencanaan. data-data

yang diperlukan adalah:

a. data curah hujan periode jam-jaman, harian, bulanan dan tahunan dari

stasiun terdekat.

b. data iklim stasiun terdekat.

c. data debit pantai (jika ada).

d. data sedimentasi (jika ada).

data lingkungan penunjang

kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung akan membawa

dampak terhadap lingkungan. perubahan ini akan berpengaruh terhadap

kehidupan sekitarnya.

orientasi lapangan

orientasi lapangan ini bertujuan untuk melihat kondisi dan lokasi Sungai yang

mengalami abrasi selain itu juga untuk melihat kondisi sarana dan prasarana yang

telah ada dalam menangani abrasi yang telah terjadi, sehingga dapat diperkirakan

penganganan-penanganan yang akan dilaksanakan juga dampak yang akan

terjadi jika salah penanganan yang dilakukan

Aspek-aspek yang mempengaruhi trayek sungai

Aspek Sedimentasi

Tingkat sedimentasi sebagai hasil proses erosi di hulu sungai merupakan salah

satu hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan transportasi sungai. Saat

ini kondisi sedimentasi masih sangat tinggi sebagai hasil erosi sungai di wilayah

Page 10: Jaringan Angkutan Sungai

E - 10 | Pekerjaan perencanaan Study Penyusunan Peta Jaringan Angkutan Sungai

sekitar sekitar Kalimantan Utara. Pengerukan untuk mendapatkan kedalaman

yang cukup bagi pelayaran di pelabuhan memerlukan biaya yang cukup besar.

Pengerukan dapat dilakukan untuk dapat memenuhi kedalaman alur minimal pada

saat kondisi musim kemarau sehingga masih diperlukan Studi yang lebih detail

terkait hidrologi dan sedimentasi danau.

Aspek Kedalaman Air

Kedalaman sungai dan danau sangat berpengaruh pada perencanaan pelabuhan

sungai dan danau, terutama di sungai-sungai ataupun danau yang mengalami

pengaruh pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang kurang dari lima meter,

masih memungkinkan pembangunan pelabuhan terbuka. Bila pengaruh pasang

surut lebih dari lima meter, maka terpaksa dibuat dermaga bertingkat agar dapat

dimanfaatkan pada saat fluktuasi muka air tinggi, normal, maupun saat rendah.

Berdasarkan karakterisik fisik dan teknis kapal-kapal tersebut, maka kedalaman

minimal pelabuhan adalah sekitar 2,00 m. Inventarisasi fisik pelabuhan-pelabuhan

yang ada sepanjang koridor Wilayah Sungai menemukenali bahwa lokasi-lokasi

pelabuhan yang saat sekarang sudah beroperasi maupun diusulkan beroperasi,

memiliki kedalaman lebih dari 2,00 m dengan lebar sungai lebih dari 50,00 meter.