JangkaR edisi 2

4
J ANGKA R 1 Gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong sepi di hari biasa GelaraN Diterbitkan Oleh Sekar Bumi Hong Kong Redaksi J ANGKA R Penanggungjawab: Presidium Sekar Bumi, Koordinator: Rubi Setiadinanti, Redaksi: Etik Juwita, Yukee Sekar, Anggie Camat, WD. Anan, Dokumentasi: Yukee Muchtar, Fotografer: Anan Telepon : (852) 95858513, 9769 2569 Alamat Redaksi : Wanchai, Hong Kong, Alamat Email: [email protected], [email protected] Terbit Setiap Bulan Layanan Hari Minggu Tak Maksimal J ANGKA R Media Alternatif Buruh Migran Indonesia Buletin Bulanan Vol. I No.2, April 2008 K ORAN SUARA dalam headline- nya dua minggu lalu memberi- takan tentang pelayanan KJRI Hong Kong yang buka pada hari Min- ggu, mulai April 2008.Informasi terse- but menyebar dengan cepat. Ada yang menyambutnya gembira, adapula yang pesimis. Bagi yang gembira mengungkap- kan sebuah langkah maju bagi KJRI Hong Kong. Tetapi, bagi yang pesimis, kebijakan buka Hari Minggu ini dilihat hanya upaya sementara untuk meredam gejolak tuntutan buruh migran Indone- sia (BMI) yang terus terjadi selama ini. Maraknya demonstrasi yang digelar sejumlah organisasi BMI di Hong Kong untuk menuntut perbaikan layanan KJRI, seperti kita lihat selama ini, tak pernah surut. Barangkali pesimisme ini beralasan jika melihat bahwa KJRI memang hanya memberikan pelayanan selama rentang waktu 3 jam pada hari Minggu, itupun hanya untuk pengambilan paspor dan pengaduan masalah. Sementara pem- buatan atau perpanjangan paspor di- lakukan pada hari-hari biasa. Kondisi ini membuat langkah KJRI buka pada hari Minggu masih dilihat sebagai upaya setengah hati KJRI dalam melakukan perlindungan bagi BMI. Padahal kita semua tahu bahwa mayoritas warga Indonesia yang ada di Hong Kong atau 90%-nya adalah BMI. Mestinya, KJRI sebagai perwakilan pemerintah RI di Hong Kong, memi- liki skala prioritas dalam perlindungan warganya, dalam hal ini prioritas terse- but adalah BMI. Kita berharap ada perbaikan men- dasar soal layanan hari Minggu ini. Baik soal penambahan jam pelayanan, juga penambahan bentuk layanan. (A-1) *** Website : http://sekarbumihk.multiply.com & http://sekarbumihk.blogspot.com T ERHITUNG mulai 6 April 2008, Konsulat Jender- al Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong buka pelayanan tiap Minggu, dari jam 12:00-15:00. Na- mun organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) menilai layanan ini tak maksimal. Sekretaris 1 Protokol dan Konsuler Sukmo Yu- wono ketika dihubungi JangkaR melalui telepon, Ju- mat (18/4) lalu, mengatakan bahwa rentang waktu pe- layanan selama tiga jam itu masih bersifat sementara. Layanan yang dibuka meliputi tiga hal yaitu pen- gaduan untuk kasus-kasus yang dialami BMI, keimi- grasian, dan kekonsuleran. “Untuk bidang keimigrasian, sampai saat ini baru melayani pengambilan paspor saja sedang kekonsuler- an meliputi hal-hal seperti pembuatan surat kuasa dan sebagainya,” ungapnya. Ia menambahkan bahwa pihaknya telah memberi- tahu kepada BMI dan organisasi di Hong Kong sehu- bungan dengan layanan baru KJRI tersebut meskipun dia tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana ben- tuk penyampaian itu. Namun Sumiati dari Koalisi Organisasi Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong (Kotkiho) mengatakan pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari KJRI mengenai dimulainya layanan baru KJRI terse- but. “Tidak ada pemberitahuan itu. Tidak ada faksimil atau pemberitahuan melalui surat yang diterima Kot- kiho mengenai hal ini. Kita hanya tahu lewat media,” ungkapnya. Mia juga menyampaikan kekecewaannya dan mengatakan pelayanan di hari Minggu yang dilakukan KJRI tidak maksimal. Ia mengaku menerima banyak pengaduan dari BMI tentang layanan yang hanya ber- langsung tiga jam itu. “Kawan-kawan yang liburnya siang dan rumahnya jauh masih mendapatkan kesuli- tan.” Mia juga menyampaikan kekhawatirannya bahwa apa yang dilakukan KJRI ini hanya bersifat anget-anget tahi ayam “Dulu pernah kok KJRI buka tiap Minggu, juga hanya berlangsung beberapa jam lalu hilang sama sekali. Pemerintah harusnya sadar, semakin banyak warga Indonesia di Hong Kong, semakin besar tuntu- tan pelayanan yang harus diberikan,” ungkapnya Hal senada diungkapkan Ketua Sekar Bumi, Anan. Dia mengatakan tak ada pemberitahuan resmi dari KJRI kepada tentang dimulainya layanan baru KJRI tersebut. Anan juga mengatakan jam buka KJRI yang han- ya tiga jam itu tidak cukup. Kecuali bila KJRI mampu menggunakan layanan itu secara maksimal. “Harus dipikirkan bagaimana caranya,” ujarnya. Karena, masih menurut Anan, ada keluhan dari rekan sesama BMI yang tinggal di Yuen Long dan ikut dalam antrean panjang di KJRI, disuruh pulang dan kembali lagi hari Minggu berikutnya dengan alasan jam buka KJRI sudah tutup. “Bagi teman-teman yang sering mendapat libur tidak masalah. Tapi bagi yang jarang libur terus bagaimana?,” ungkapnya. Minggu (14/4) lalu, Persatuan BMI Tolak Over- charging (Pilar), menggelar aksi di depan KJRI untuk menuntut perbaikan layanan, termasuk soal layanan hari Minggu yang hanya berlangsung setengah hari. Rencananya, aksi ini akan berlangsung setiap Minggu hingga tanggal 25 Mei, untuk mendesakkan perbaikan layanan KJRI. (B-1) *** Etik Juwita Memprioritaskan BMI

description

Buletin terbitan organisasi buruh migran Indonesia di Hong Kong, Sekar Bumi, terbit tiap bulan.

Transcript of JangkaR edisi 2

Page 1: JangkaR edisi 2

JANGKAR• 1

Gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong sepi di hari biasa

GelaraN

Diterbitkan Oleh Sekar Bumi Hong Kong

Redaksi JANGKAR

Penanggungjawab: Presidium Sekar Bumi, Koordinator: Rubi Setiadinanti, Redaksi: Etik

Juwita, Yukee Sekar, Anggie Camat, WD. Anan, Dokumentasi: Yukee Muchtar, Fotografer: Anan

Telepon : (852) 95858513, 9769 2569

Alamat Redaksi : Wanchai, Hong Kong, Alamat Email: [email protected],

[email protected]

Terbit Setiap Bulan

Layanan Hari Minggu Tak Maksimal

JANGKAR Media Alternatif Buruh Migran Indonesia Buletin Bulanan Vol. I No.2, April 2008

KORAN SUARA dalam headline-nya dua minggu lalu memberi-takan tentang pelayanan KJRI

Hong Kong yang buka pada hari Min-ggu, mulai April 2008.Informasi terse-but menyebar dengan cepat. Ada yang menyambutnya gembira, adapula yang pesimis.

Bagi yang gembira mengungkap-kan sebuah langkah maju bagi KJRI Hong Kong. Tetapi, bagi yang pesimis, kebijakan buka Hari Minggu ini dilihat hanya upaya sementara untuk meredam gejolak tuntutan buruh migran Indone-sia (BMI) yang terus terjadi selama ini. Maraknya demonstrasi yang digelar sejumlah organisasi BMI di Hong Kong untuk menuntut perbaikan layanan KJRI, seperti kita lihat selama ini, tak pernah surut.

Barangkali pesimisme ini beralasan jika melihat bahwa KJRI memang hanya memberikan pelayanan selama rentang waktu 3 jam pada hari Minggu, itupun hanya untuk pengambilan paspor dan pengaduan masalah. Sementara pem-buatan atau perpanjangan paspor di-lakukan pada hari-hari biasa.

Kondisi ini membuat langkah KJRI buka pada hari Minggu masih dilihat sebagai upaya setengah hati KJRI dalam melakukan perlindungan bagi BMI.

Padahal kita semua tahu bahwa mayoritas warga Indonesia yang ada di Hong Kong atau 90%-nya adalah BMI. Mestinya, KJRI sebagai perwakilan pemerintah RI di Hong Kong, memi-liki skala prioritas dalam perlindungan warganya, dalam hal ini prioritas terse-but adalah BMI.

Kita berharap ada perbaikan men-dasar soal layanan hari Minggu ini. Baik soal penambahan jam pelayanan, juga penambahan bentuk layanan. (A-1) ***

Website : http://sekarbumihk.multiply.com & http://sekarbumihk.blogspot.com

TERHITUNG mulai 6 April 2008, Konsulat Jender-al Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong buka pelayanan tiap Minggu, dari jam 12:00-15:00. Na-

mun organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) menilai layanan ini tak maksimal.

Sekretaris 1 Protokol dan Konsuler Sukmo Yu-wono ketika dihubungi JangkaR melalui telepon, Ju-mat (18/4) lalu, mengatakan bahwa rentang waktu pe-layanan selama tiga jam itu masih bersifat sementara.

Layanan yang dibuka meliputi tiga hal yaitu pen-gaduan untuk kasus-kasus yang dialami BMI, keimi-grasian, dan kekonsuleran.

“Untuk bidang keimigrasian, sampai saat ini baru melayani pengambilan paspor saja sedang kekonsuler-an meliputi hal-hal seperti pembuatan surat kuasa dan sebagainya,” ungapnya.

Ia menambahkan bahwa pihaknya telah memberi-tahu kepada BMI dan organisasi di Hong Kong sehu-bungan dengan layanan baru KJRI tersebut meskipun dia tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana ben-tuk penyampaian itu.

Namun Sumiati dari Koalisi Organisasi Tenaga Kerja Indonesia di Hong Kong (Kotkiho) mengatakan pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari KJRI mengenai dimulainya layanan baru KJRI terse-but.

“Tidak ada pemberitahuan itu. Tidak ada faksimil atau pemberitahuan melalui surat yang diterima Kot-kiho mengenai hal ini. Kita hanya tahu lewat media,” ungkapnya.

Mia juga menyampaikan kekecewaannya dan mengatakan pelayanan di hari Minggu yang dilakukan

KJRI tidak maksimal. Ia mengaku menerima banyak pengaduan dari BMI tentang layanan yang hanya ber-langsung tiga jam itu. “Kawan-kawan yang liburnya siang dan rumahnya jauh masih mendapatkan kesuli-tan.”

Mia juga menyampaikan kekhawatirannya bahwa apa yang dilakukan KJRI ini hanya bersifat anget-anget tahi ayam “Dulu pernah kok KJRI buka tiap Minggu, juga hanya berlangsung beberapa jam lalu hilang sama sekali. Pemerintah harusnya sadar, semakin banyak warga Indonesia di Hong Kong, semakin besar tuntu-tan pelayanan yang harus diberikan,” ungkapnya

Hal senada diungkapkan Ketua Sekar Bumi, Anan. Dia mengatakan tak ada pemberitahuan resmi dari KJRI kepada tentang dimulainya layanan baru KJRI tersebut.

Anan juga mengatakan jam buka KJRI yang han-ya tiga jam itu tidak cukup. Kecuali bila KJRI mampu menggunakan layanan itu secara maksimal. “Harus dipikirkan bagaimana caranya,” ujarnya.

Karena, masih menurut Anan, ada keluhan dari rekan sesama BMI yang tinggal di Yuen Long dan ikut dalam antrean panjang di KJRI, disuruh pulang dan kembali lagi hari Minggu berikutnya dengan alasan jam buka KJRI sudah tutup. “Bagi teman-teman yang sering mendapat libur tidak masalah. Tapi bagi yang jarang libur terus bagaimana?,” ungkapnya.

Minggu (14/4) lalu, Persatuan BMI Tolak Over-charging (Pilar), menggelar aksi di depan KJRI untuk menuntut perbaikan layanan, termasuk soal layanan hari Minggu yang hanya berlangsung setengah hari. Rencananya, aksi ini akan berlangsung setiap Minggu hingga tanggal 25 Mei, untuk mendesakkan perbaikan layanan KJRI. (B-1) ***

Etik Juwita

Memprioritaskan BMI

Page 2: JangkaR edisi 2

2 •JANGKAR

P a n g g u n G

Hari Kartini yang jatuh pada 21 April banyak diperingati. Sekar Bumi Hong

Kong punya cara tersendiri dalam

memperingatinya, dengan audisi baca cer-

pen, puisi, cerita lucu (cercu) dari hasil-hasil

karya pembelajaran mereka selama ini.

K r o n i K

Selain adu karya dan bakat, Sekar Bumi juga menggelar acara having

fun. Acara tersebut meliputi lomba adu ketangkasan mem-bawa kelereng yang

ditaruh di atas sendok.

Siapa bilang mengena-kan jilbab mengurangi

kebebasan aktivitas. Lihatlah peserta lomba

ini, dapat berlari ken-cang penuh semangat.Begitulah acara lomba

bertajuk ‘rok dan berlari’

Anda terbiasa merias diri atau orang lain?

Buktikan pada lomba yang satu ini. Merias

dengan ‘instinct’ Boleh dibilang begitu.Karena lomba ini me-

rias dengan ditutup matanya. Beginilah

hasilnya, peserta pasangan perias dan

hasil riasannya.

Bidang musik dan

suara rutin menggelar latihan. Karya-karya

puisi yang telah di-aransensemen men-

jadi lagu memiliki kekuatan dalam alunan

musikalisasi puisi. Tema lainnya tentang-

budaya pembebasan menjadi inspirasi

perjuangan seni kami

Bidang teater terus melakukan latihan

guna mengejar target pementasan yang su-dah di ambang batas. Latihan teknik, olah vokal, blocking juga

telah diberikan dalam orientasi pengenalan

seni panggung & teater

yang membuat acara semakin semarak.

“Wah aku senang bisa ikut lomba. Meskipun ndredeg, tapi bangga juga. Setidak-tidaknya hasil karyaku bisa diketahui teman-teman yang lain. Aku nggak begitu berharap bisa menang tapi yang penting aku sudah ikut berpartipasi dan meramaikan acara. Namun jika menang ya

… alham-dulillah,” ungkap Rida, salah satu peserta lomba baca puisi, kepada JANG-KAR.

Senada dengan Rida, Ri-erie yang dihubungi terpisah mengatakan, “Untuk pertama masih grogi. Tapi seneng sudah ikut berpartisipasi.”

Ketika ditanya bagaimana perasaannya apabila bisa menjadi pemenang, Rierie menjawab, “Aku ikut nggak berharap menjadi pemenang. Tapi seandainya aku benar-benar jadi pemenang rasanya kok aneh saja. Apa benar aku dan karyaku sudah layak menang?”

Menurut rencana, peme-nang lomba dari ketiga kat-egori; puisi, cerpen dan cerita lucu (cercu) akan diumumkan Minggu (20/4) ini di markas Sekar Bumi di Wanchai untuk memilih empat karya dan em-pat orang kategori pembacaan terbaik. ***

MEMPERINGATI Hari Kartini yang jatuh pada tang-

gal 21 April, Sekar Bumi menggelar lomba baca puisi, cerpen, dan cerita lucu pada Jumat (4/4) lalu bertempat di tepi pantai Causeway Bay dan dilanjutkan Minggu (6/4) di Wanchai.

Lomba yang diselenggara-kan oleh bidang sastra Sekar Bumi itu mengam-bil tema, “Baca dan Karya”.

Lom-ba itu selain untuk mem-perin-gati Hari Kartini juga sebagai ajang untuk mengasah ke-mampuan serta kreativitas da-lam bidang tulis menulis. Baik pemenang dalam bentuk karya maupun dalam bentuk baca, rencananya akan tampil pada acara launching Sekar Bumi di bulan Mei mendatang.

Meskipun acara internal, lomba berlangsung cukup me-riah. Antusiasme para peserta dapat dilihat dari banyaknya para peserta yang mendaftar. Para peserta bukan hanya berasal dari bidang sastra saja, tapi juga bidang seni lain yang ada di Sekar Bumi, yakni bi-dang tari (tradisional, modern dan hiphop), bidang teater, dan juga bidang musik.

Di sela-sela lomba, disel-ingi berbagai macam tari-tari-an serta musik dan juga vokal,

Sekar Bumi Gelar LombaBaca Puisi dan Cerpen

Rubi Setiadinanti

Page 3: JangkaR edisi 2

JANGKAR• 3

P e r s p e k t i F

H o r i z o N

Bukan Sekadar Tuntutan Tahunan*) Rie Rie

PER-NAH-KAH

Anda berada di bundaran HI atau di de-pan gedung DPR atau di depan Istana

Negara ataupun daerah-daerah kantong lainnya yang menjadi simbol negara pada tanggal 1 Mei? Kalau jawabnya belum, cobalah lihat melalui layar TV Anda. Menakjubkan bukan?

Hanya di satu tanggal yaitu tanggal 1 Mei sepertinya buruh mendadak menjadi sosok terkenal, bahkan boleh dibil-ang melebihi terkenalnya artis nasional kita. Kemenderitaannya mendadak menjadi sorotan dan kajian terlaris sehari.

Sepertinya apa yang dika-takan oleh John Lennon dalam lagunya yang berjudul Power of People menjadi kenyataan.

Oh, when your man is working for nothing You better give ‘em what they really own

We got to put you down When we come into town

Banjir manusia meneriak-kan tuntutan-tuntutan. Menuntut kesejahteraan, menghentikan penghisapan, menuntaskan pen-indasan. Walau pemimpin negeri tak pernah hadir, ribuan buruh tetap berada di jalan dikawal ketat oleh bapak-bapak berserag-am coklat dan juga pagar kawat berduri. Ya memang, menuntut itu tidak mudah, tapi kalau tidak menuntut kapan ada perubahan?

Sayangnya, perubahan itu hanya terjadi disaat tuntutan masih panas-panasnya. Begitu tuntutan sudah berkurang kadar kepanasannya menjadi hangat atau suam-suam kuku saja, maka kembali lagi pada awal mua-salnya. Dan kita harus memulai lagi, menuntut lagi. Demikian seterusnya.

Bukankah yang demikian itu sama halnya dengan me-refresh sebuah halaman yang kita kun-jungi di website? Sama, tidak ada bedanya.

Kalau begitu kesan yang didapat dari 1 Mei atau yang juga dikenal sebagai Mayday, adalah kegiatan tuntut menuntut itu seperti seremonial saja, sep-erti kegiatan perulangan tahunan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang dalam hal ini adalah buruh

kepada pemerintahan yang hampir beku untuk menerima tuntutan.

Rupanya pemerintahan yang katanya bersifat demokratis itu ternyata belum demokratis sepenuhnya. Kesadaran pemerin-tah untuk melindungi buruh belum sepenuhnya dijalankan, seperti halnya masih menyumpal sehingga perlu desakan yang kuat untuk mendorong keluar sumpalan tersebut.

Penyampaian tuntutan, da-lam bentuk demonstrasi jalanan, merupakan salah satu sarana untuk mengeluarkan sumpal tersebut. Tapi tentunya tuntutan yang disampaikan mesti didasar-kan pada kepentingan bersama dan bukan demi kepentingan golongan ataupun pribadi semata. Tuntutan yang bukan hanya bersifat sebatas untuk me-menuhi kebutuhan perut semata seperti tuntutan kenaikan gaji/kesejahteraan saja tetapi juga lebih kedalaman pada pembena-han kepemerintahan.

Itulah sebabnya pengor-ganisasian di dalam buruh itu sekarang sedemikian pentingnya. Sehingga buruh tidak sekadar bersuara sendiri, menuntut send-iri, tapi bersama-sama bersuara,

bersama-sama menuntut. Karena kalau seorang buruh bersuara sendiri suaranya akan sangat kecil, hampir tak terdengar atau tidak didengarkan.

We (seperti dalam lagu Pow-er of People-nya John Lennon), yaitu kita/buruh. Dan hanya oleh kita, golongan buruh/pekerja yang bersatu(buruh bersatu) sebagai satu kelas/serikat yang sadar. Dan sebaiknya juga kalau serikat buruh ini dipimpin oleh dan dari kelasnya sendiri, karena hanya pemimpin oleh dan dari kelasnya sendirilah yang lebih mengetahui dan mengerti keingi-nan sebenarnya dari para buruh.

Sebaiknya, kalau menuntut ini bukan hanya dilakukan setiap tanggal 1 Mei saja, dan bukan sekadar tuntutan tahunan akan tetapi lebih dimaknai menuntut setiap adanya kejanggalan atau ketidakberesan yang terjadi.

Dengan demikian akan terja-lin pola saling mengoreksi antara pemerintah sebagai penyeleng-gara negara dengan masyarakat-nya. Sehingga kita dapat membi-na sebuah masyarakat sekaligus pemerintahan demokrasi yang benar-benar bebas, adil dan sek-sama dengan SEGERA! Selamat Hari buruh sedunia! ****) Penulis adalah anggota Sekar Bumi bidang Sastra dan Jurnalistik. Saat ini bekerja sebagi buruh migran Indonesia, Hong Kong

Perempuan dan PoligamiYukee Muchtar *)

TR U D Y dan Mira b e r t e n g -

kar hebat sema-laman. Trudy memina izin berpoligami dari istrinya. Ia ingin menikahi Retno, rekan bisnisnya.

Mira merasa terhina dan terhianati dengan perlakuan Trudy, sementara materi dan keluarga harmonis dengan dua orang putra tidak mampu membuat Trudy setia.

Untuk menceraikan Mira rasanya sangat berat mengingat anak-anak masih membutuhannya, sementara untuk me-lupakan Retno adalah hal yang sangat menyakitkan.

Poligami adalah solusi yang hadir dalam benak Trudy dan halal agar dia tak kehilangan orang-orang yang dicin-tainya, bukankah Islam memperboleh-kannya.

Poligami dalam Islam

Dalam Islam, masalah poligami telah gamblang dijelaskan dan diatur sesuai dengan tatacara pergaulan antara suami dan istri.

Apakah poligami itu dapat digolong-kan sunnah Rasul? Ya, jika kita lihat bah-wa segala perilaku dan perkataan Nabi adalah sunnah.

Tapi lebih lanjut kita mesti mengeta-hui bahwa ada pengkhususan dari Allah untuk Nabi perihal poligami tersebut.

QS 33:50 dimulai dengan seruan : Wahai Nabi, selengkapnya : “Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba saha-ya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perem-puan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perem-puan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai peng-khususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajib-kan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempi-tan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Ayat ini sangat jelas menjelaskan po-ligami adalah benar Nabi melakukan-nya, tapi tidak untuk ditiru umatnya.

Poligami yang dilakukan Muhammad

memiliki misi yang istimewa. John L. Es-posito, Professor Religion and Director of Center for International Studies at the College of the holly cross, mengatakan bahwa hampir keseluruhan perkawinan Muhammad mempunyai misi sosial dan politik.

Salah seorang non-muslim lainnya, Caesar E. Farah menulis bahwa perkaw-inan Nabi Muhammad SAW lebih kar-ena alasan politis dan alasan menye-lamatkan para janda yang suaminya meninggal dalam perang membela Islam. Sehingga jika melihat lagi ke seja-rah, maka dapatlah diketahui apa alasan sebenarnya perkawinan Muhammad.

Poligami yang dilakukan Muhammad adalah media untuk menyelesaikan per-soalan sosial saat itu, ketika lembaga so-sial yang ada belum cukup kukuh untuk memberikan solusi.

Anehnya, bagi kalangan yang propo-ligami, sejumlah ayat dipelintir menjadi “hak penuh” laki-laki untuk berpoliga-mi. Dalih mereka, perbuatan itu untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

Di masa sekarang ini poligami sudah tak relevan lagi. Semakin seseorang itu beriman harusnya semakin dia setia dan bertanggung jawab serta mampu men-gendalikan nafsu, dan semakin mengerti makna dari kandungan Al-Quran seba-gai dasar hukum kan? ****) Penulis adalah buruh migran Indonesia, saat ini aktif di Sekar Bumi sebagai wakil koordi bidang Sastra dan Jurnalistik

QS. 4:3 tertulis” Dan jika kamu ta-kut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bila kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil) maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kau miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak ber-buat aniaya”.

Dari ayat tersebut di atas telah tertera dengan jelas aturan berpoligami, tidak boleh sembarangan melakukannya. Kasus yang terjadi pada saat ini adalah legimitasi perzinahan dan perseling-kuhan. “… Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil maka kawinilah seorang saja,… “ Berlaku adil di sini adalah perlakuan yang adil dalam me-nafkahi istri seperti pakaian, tempat ting-gal, giliran dan hal-hal lain yang bersifat lahiriyah, punya satu saja susah untuk adil. Islam tidak serta merta memper-bolehkan poligami dengan adanya ayat tersebut, dan yang berpoligami itu lebih berisiko dalam status keberimanannya serta Allah lebih menyarankan seorang saja .

Sunnahkah Poligami?

Page 4: JangkaR edisi 2

4 •JANGKAR

Balada Sundari P u i s iB u r i t a N

Sekar Bumi

Duwit…Kowe kok tansah mobat mabit.

Tak lempit, tak gepit, tak cepit, tak slempitne nyepit…

Kok ya sik nggatelne silit.Wong atase gur duwit….

Isa gawe sirahku golong komit.Sambatku keceret arit….

Waduh…waduh…waduhhh… Amit….., amit…!

Duwit…Rupamu ora sepiro’o…

Tapi jenengmu mbilaheniNgidap-idapi

Bethek e ndonya isa mbok kuasaiManungsa isa lali marang sejatine diri

Padahal kowe ora mareki.

We…Ladalah….duwit… duwit.Kowe kok tansah mbalelo…

Tak uber nganti tekan negarane tangga…Tak rewangi kelara-lara, rekasa, sara, kelunta-

lunta…Mung bethek e gur nguber sing jenenge sira.

Wooo…titenana…We bakalan tak japit, tak cupit, tak indit, tak

kempit, tak kendit jentat jentit.Nganti boyokku rasa kecetit…Eeee...kok yo sik iso mlecittt!

Awas…. lek sampi kecekel deneng tanganku kowe nduk

Bakal tak caruk, tak saruk, tak ceduk, tak keduk tak klumpukne nyepuk mak puk.

Banjur tak templekne bathuk.Waduh…waduh…waduh…nduk…nduk.

Kabeh uwong nyawang aku bakal manthuk-manthuk tunduk.

Arepe dapuk raja ya entuk…Dapuk menteri ya entuk….

Setan radoyan demit ra ndulit..Ora enek sing ra doyan jenenge duwit.

Lha……….Sing ora godhak golek duwit.

Nyedat nyedit kepentut sambat amit-amitGaweane gur lungguh cangkruk ngetekruk..

Sinambi ngising sak tekruk,Karo mbengok...jiancooooooooooooooookkkk!!!

***

AKU berjalan tergesa menuju ge-dung Konsulat Jendral Republik In-donesia, ketika jarum jam sebentar

lagi menunjuk ke arah angka dua. Menurut koran yang aku baca kemarin, KJRI mulai bulan April buka pada hari Minggu, mulai pukul 12:00 siang sampai pukul 03:00 sore.

Udara sedikit panas, kuseka keringat yang membasahi keningku. Di dalam tas terdapat paspor, foto, formulir, serta kwitansi pembayaran untuk perpanjang paspor.

“Semuanya telah lengkap, formulir juga telah aku isi, tinggal menyerahkan saja dan beres,”pikirku. Jarum jam tepat menunjuk ke arah angka dua ketika aku sampai di depan pintu ger-bang KJRI. Namun alamak… tutup? Pekikku dalam hati. Hatiku benar-benar dongkol. “Sudah berpanas-panas datang, eh… malah tutup lagi,”gerutuku. Dan dengan perasaan mangkel aku segera melangkah pergi meninggalkan gedung KJRI.

Di perempatan dekat Warung Malang, aku bertemu den-gan dua sahabatku, Sarmila dan Komsatun. Dengan wajah penasaran, mereka mene-gurku.

“Ada apa Sundari, wajah kamu kok kusut seperti kecoak ngesot?,” ledek Sarmi-la. Dengan serta merta Komsatun segera mencubit lengan Sarmila dengan keras.

“Auw…,” jerit Sarmila. Aku tersen-tak kaget. Meski masih dijalari perasaan dongkol, aku mencoba tersenyum melihat ulah dua sahabatku yang tak pernah akur itu. Lalu dengan diliputi rasa mangkel aku menceritakan kejadianku barusan.

“Kalian bisa membayangkan nggak, bagaimana perasaanku? Sudah berpanas-panas datang, eh… malah tutup lagi. Sementara pasporku tinggal satu bulan lagi habis. Sedangkan kalian tahu sendiri kan? Aku ngak bisa keluar selain hari Minggu. Nenek yang aku jaga lumpuh, sedangkan mau minta tolong agen pasti dikenai biaya 200 dollar, sementara kalau minta tolong

toko sebelah dimintai ongkos 160 dollar, itu belum termasuk ongkos foto. Uang segitu kok dikasihkan orang. Buat makan atau beli kartu telefon, enak. Bisa kenyang dan bisa nggedebus di telfon,” ungkapku berapi-api.

Dengan mimik wajah serius Komsatun menimpali, “Hoalah begitu to... lha iyo, ka-lau belum siap mbokyao jangan digembar-gemborkan di koran.”

Sementara Sarmila dengan wajah tanpa dosa menjawab, “Kasihan temen-temen

yang lain, sudah berpanas-panas datang, eh…ternyata malah tutup, ngenes tenan.”

Aku hanya bisa senyam senyum sendiri melihat ulah dua sahabatku yang tiba tiba akur. Namun tiba tiba Kom-satun nyeletuk, “Bagaimana kalau kita menggalang massa untuk demo di depan KJRI?”

“Iya, atau kita buat tulisan di koran tentang kejadian ini?,” Sarmila tak mau keting-galan.

Sementara aku hanya membisu sebelum akhirnya aku melihat sosok yang seper-tinya bisa menolongku.

“Eh mbak, tolong muatin berita di koran ya.., teman saya ini tadi datang ke KJRI mau ngurus paspor. Tapi

ternyata KJRI-nya sudah tutup,”cerocos Sarmila sambil menunjuk ke arahku setelah kukasih tahu kalau perem-puan itu adalah wartawan JangkaR.

Mbak itu lalu memandangku. “Benar kamu tadi ke KJRI, tapi KJRI tutup?”tanyanya. “Benar mbak..,” sela Komsatun. Dan aku masih diam membisu.

“Lha, kamu sudah lihat pintu samping belum? Setahuku yang dibuka cuma pintu samping,” ungkapnya.

Sambil menunduk, aku menjawab, “Belum.” Jawabanku langsung membuat wajah Sarmila dan Komsatun melongo bengong dengan muka merah, hijau, kun-ing layaknya lampu stopan.

“Tapi sepertinya hari Minggu cuma bisa ambil paspor,” ujar mbak itu lagi sam-bil berlalu.

“Lahhhh…,” ujar Komsatun dan Sarmila bebarengan. Aku sendiri langsung lemas, mengulang warna lampu stopan, tapi kali ini hanya warna kuning. Duh…KJRI. ***

Senimu bukan sekadar seni permainan

Elok dilihat membuat mata terpana bahkan memuja

Kiprahmu lembut namun penuh perlawanan

Ambisimu luhur tuk menegakkan keadilanRagamu kokoh bak batu karang di lautan

yang tak tergoyahkan

Biar gejolak iri, dengki menerpa menyerangmu

Ujian kau anggap tantangan bagi tubuhmuMelawan lewat seni itu semboyanmu

Ilmu padi dan iman itu tuntunan hidupmu

Hongkong, 15 Maret 2008

Tarini Sorrita

DuwitAnggie Camat

Batal Ngurus PasporRubi Setiadinanti