Jangan sia siakan usia emas anak anda

3
Jangan Sia-siakan Usia Emas Anak Anda! Judul ini mungkin agak mengagetkan kita sebagai orang tua. Ya, jangan sia-siakan usia emas anak kita. Karena pendidikan terbesar yang akan masuk ke dalam sistem nilai dan keyakinan (belief system) anak justru berada pada usia emasnya. Kemampuan terbesar seorang anak didapat dari pengalaman yang ia dapatkan ketika di usia emas, yaitu antara 0 – 5 tahun. Tak jarang orang tua yang memperlakukan anaknya seadanya hanya dengan memberi makan dan penjagaan tanpa ada komunikasi maupun interaksi yang berarti antara orang tua dan anak. Bahkan sebagian orang tua yang sibuk malah menitipkan anaknya pada pengasuhan pembantu atau baby sitter. Ini adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Seorang anak di usia emasnya adalah masa dimana ia membutuhkan berbagai bentuk pengetahuan dan pengalaman yang positif. Melalui kasih sayang dan pemahaman yang baik, orang tua sebenarnya dapat memberikan berbagai bimbingan dan pendidikan kepada anaknya untuk bertumbuh kembang secara optimal. Pemahaman menumbuhkembangkan anak di usia emas sama sekali tidak mengandung unsur paksaan, dan sama sekali tidak menghilangkan masa-masa bermain anak karena pendidikan dan permainan anak berlangsung secara simultan. Karena itu ketakutan-ketakutan orang tua yang mengkhawatirkan bahwa anak belum waktunya belajar atau anak masih perlu bermain bukanlah alasan yang tepat. Justru ketika usia emas anak diisi dengan bermain sambil belajar bersama orang tuanya, anak tidak merasakan momen bosan atau merasa sendiri yang biasa dialami oleh anak. Anak justru merasakan kehadiran kasih sayang yang selalu mengisi waktu-waktunya dan berdasarkan studi, pendidikan anak usia dini justru memberikan keunggulan pada mentalitas serta kemampuan anak dalam berkembang di masa-masa selanjutnya yang menjadikannya bangga dan lebih dewasa ketika ia telah memasuki masa remaja dimana ia akan menghadapi tantangan kehidupan baru. Anak dalam usia balita (kurang dari 5 tahun) secara normal dapat melakukan aktivitas seperti menghafal, berbahasa, membaca, berhitung, dan berdoa. Ini bukanlah sesuatu yang luar biasa melainkan kemampuan umum anak ketika mendapatkan pendidikan yang tepat di usia emasnya. Banyak lompatan-lompatan (brain leaps) yang dialami anak ketika di usia emas. Karena itu jangan heran apabila ada orang tua yang berhasil

Transcript of Jangan sia siakan usia emas anak anda

Page 1: Jangan sia siakan usia emas anak anda

Jangan Sia-siakan Usia Emas Anak Anda!

Judul ini mungkin agak mengagetkan kita sebagai orang tua. Ya, jangan sia-siakan usia emas anak kita. Karena pendidikan terbesar yang akan masuk ke dalam sistem nilai dan keyakinan (belief system) anak justru berada pada usia emasnya. Kemampuan terbesar seorang anak didapat dari pengalaman yang ia dapatkan ketika di usia emas, yaitu antara 0 – 5 tahun.

Tak jarang orang tua yang memperlakukan anaknya seadanya hanya dengan memberi makan dan penjagaan tanpa ada komunikasi maupun interaksi yang berarti antara orang tua dan anak. Bahkan sebagian orang tua yang sibuk malah menitipkan anaknya pada pengasuhan pembantu atau baby sitter. Ini adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Seorang anak di usia emasnya adalah masa dimana ia membutuhkan berbagai bentuk pengetahuan dan pengalaman yang positif. Melalui kasih sayang dan pemahaman yang baik, orang tua sebenarnya dapat memberikan berbagai bimbingan dan pendidikan kepada anaknya untuk bertumbuh kembang secara optimal. Pemahaman menumbuhkembangkan anak di usia emas sama sekali tidak mengandung unsur paksaan, dan sama sekali tidak menghilangkan masa-masa bermain anak karena pendidikan dan permainan anak berlangsung secara simultan. Karena itu ketakutan-ketakutan orang tua yang mengkhawatirkan bahwa anak belum waktunya belajar atau anak masih perlu bermain bukanlah alasan yang tepat. Justru ketika usia emas anak diisi dengan bermain sambil belajar bersama orang tuanya, anak tidak merasakan momen bosan atau merasa sendiri yang biasa dialami oleh anak. Anak justru merasakan kehadiran kasih sayang yang selalu mengisi waktu-waktunya dan berdasarkan studi, pendidikan anak usia dini justru memberikan keunggulan pada mentalitas serta kemampuan anak dalam berkembang di masa-masa selanjutnya yang menjadikannya bangga dan lebih dewasa ketika ia telah memasuki masa remaja dimana ia akan menghadapi tantangan kehidupan baru.

Anak dalam usia balita (kurang dari 5 tahun) secara normal dapat melakukan aktivitas seperti menghafal, berbahasa, membaca, berhitung, dan berdoa. Ini bukanlah sesuatu yang luar biasa melainkan kemampuan umum anak ketika mendapatkan pendidikan yang tepat di usia emasnya. Banyak lompatan-lompatan (brain leaps) yang dialami anak ketika di usia emas. Karena itu jangan heran apabila ada orang tua yang berhasil mendidik anak balitanya untuk menghafal nama-nama negara beserta nama ibukotanya, menghafal 1 jus Al Qur’an, atau anak sudah pandai bercerita secara lugas seperti layaknya orang dewasa, bahkan sampai pada kemampuan balita dalam membaca koran dan berbicara dalam beberapa bahasa asing atau kemampuan balita dalam membantu mengobati berbagai penyakit akut orang dewasa seperti yang dibuktikan oleh pakar pendidikan Jepang tentang kekuatan otak kanan, Makoto Sichida. Semua itu bukanlah sesuatu yang supranatural, melainkan berkat ketepatan orang tuanya dalam melakukan parenting kepada anaknya sehingga anak menggemari aktivitas-aktivitas belajar dan latihan otak.

Perlu diingat bahwa balita belum mampu membedakan antara bermain dan belajar. Kalo ada seorang balita merasakan bahwa belajar itu berat, maka itu sudah pasti hasil sugesti dari orang tua atau lingkungan sekitarnya. Seorang balita dalam keseharian bermainnya adalah proses belajar baginya. Jadi yang terpenting adalah bagaimana kita menjadikan proses pembelajaran balita kita menyenangkan sehingga yang tertangkap oleh pikiran bawah sadarnya bahwa belajar itu sama saja dengan bermain. Pemisahan anggapan atau pengertian bermain dan belajar justru selalu datang dari orang tua atau

Page 2: Jangan sia siakan usia emas anak anda

lingkungan orang dewasa, dengan mengatakan bahwa seorang anak pada jam-jam tertentu waktunya belajar, jangan bermain terus, dan sebagainya. Padahal sesungguhnya pada pikiran anak, ia tidak menyadari apa itu bermain dan apa itu belajar. Ketika orang tua menanamkan perbedaan di antara keduanya, maka anak memahami dengan menangkap bahwa yang disebut bermain adalah aktivitas yang menyenangkan dan yang disebut belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan. Dengan memahami konteks berpikir anak ini, kita akan tahu bahwa sesungguhnya yang perlu dilakukan adalah mengajak anak bermain yang produktif dan menyenangkan, seperti bermain mengingat, bermain bongkar pasang, bermain tebak-tebakan, bermain membaca abjad, bermain menghitung, dan seterusnya yang sesungguhnya dalam pengertian kita sebagai orang dewasa adalah belajar. Perhatian dan kehadiran orang tua akan memberikan dukungan emosi kasih sayang yang ditangkap oleh anak sehingga anak senantiasa berada dalam mental yang positif dan menyukai setiap permainan produktif yang kita hadirkan.

Oleh: Junaidi AjnaMaster Teknik Biomedika, peneliti, praktisi, dan trainer pengembangan otak, inovator Quantum Resonance Consulting, konsultan pengembangan SDM

HP/WA: 0813 2069 3704BBM: 74347DE0Email: [email protected]: http://qrtraining.net