Jangan Menyerah Atas Kefakiran

5
Jangan Menyerah Atas Kefakiran Andi Dermawan Ada banyak jalan rizqi di dunia ini, kenapa harus bersedih? Bingung menggapai rizqi yang sebetulnya hanya pelu dijemput. Ingatlah bahwa tidak ada yang Allah ciptakan di dunia ini yang tanpa manfaat, inna kulli syai’in muhimmah. Lalu kenapa begitu bingung untuk mencari rizqi yang jelas telah Allah siapkan, sebagaimana seorang bayi dilahirkan ke dunia pun turut beserta rizqinya. Artinya memang rizqi ini satu paket, baik dengan takdir dan rencana indah Tuhan. Allah berjanji akan mencukupkan rizqi seorang bayi, maka tidaklah perlu orang tua khawatir. Maka seiring bertambahnya kebutuhan, apalagi bagi seorang yang telah menikah dan memiliki anak, maka sudah tentu rizqi tersebut dititipkan melalauinya. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa masih banyak orang di dunia ini yang terkekang dalam keadaan kemiskinan dan kesusahan atas rizqi? Apakah Allah menutup jalan rizqi tersebut? menjauhkannya atau menahannya? Tidak sedikit orang yang sejak lahir hingga matinya dalam keadan fakir, igtu berarti Allah tidak menahan-nahan rizqi tersebut. tidak sedikit pula orang yang masih bisa makan walau begitu mustahil adanya rizqi untuk sekedar makan, tapi buktinya masih bisa hidup. Dan tidak sedikit pula orang-orang yang dengan keterbatassan rizqi dan secara logika tidak mungkin sanggup untuk mengumpulkan uang untuk membangun rumah, membeli pakaian dan berbagai kebutuhan lain, namun ternyata tercapai dan terpenuhi segalanya. Ternyata permasalahannya adalah pada keterbatasan manusia itu sendiri yang membatasi atas rahmat Allah. Manusia itu sendiri yang membatasi diri atas kemampuan dan ke-pantas-an untuk menggapai rizqi melimpah. Karena dalam menggapai rizqi ada beberapa kunci sederhana, ini semua berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil sharing pengalaman atas kejaiban rizqi bersama orang-orang terdekat, antara lain; pengembangan potensi diri, kemampuan dan keterbukaan akal fikiran untuk melihat pintu-pintu rizqi, perilaku membuka pintu rizqi dan ikhtiar melipatgandakan rizqi secara kualitas dan kuantitas. Pengembangan potensi diri Sesungguhnya manusia adalah makhluk paling sempurna. Dengan adanya anugerah akal, maka segala kemampuan makhluk lain ciptaan Tuhan dapat dilakukan oleh manusia. Seperti burung yang dapat terbang, maka tidak sulit bagi manusia untuk terbang. Kekuatan kuda untuk berlari, manusia sanggup melakukan perjalanan jauh dengan kecepatan yang tidak kalah dengan kuda. Kemampuan berkomunikasi jarah jauh layaknya jin, ternyata manusiapun mampu bahkan saat ini tidak hanya suara yang mampu didengar namun juga wajah pembicara di seberang sana dapat manusia lihat. Sungguh luar biasa akal manusia ini.

Transcript of Jangan Menyerah Atas Kefakiran

Page 1: Jangan Menyerah Atas Kefakiran

Jangan Menyerah Atas Kefakiran

Andi Dermawan

Ada banyak jalan rizqi di dunia ini, kenapa harus bersedih? Bingung menggapai rizqi yang sebetulnya hanya pelu dijemput. Ingatlah bahwa tidak ada yang Allah ciptakan di dunia ini yang tanpa manfaat, inna kulli syai’in muhimmah. Lalu kenapa begitu bingung untuk mencari rizqi yang jelas telah Allah siapkan, sebagaimana seorang bayi dilahirkan ke dunia pun turut beserta rizqinya. Artinya memang rizqi ini satu paket, baik dengan takdir dan rencana indah Tuhan.

Allah berjanji akan mencukupkan rizqi seorang bayi, maka tidaklah perlu orang tua khawatir. Maka seiring bertambahnya kebutuhan, apalagi bagi seorang yang telah menikah dan memiliki anak, maka sudah tentu rizqi tersebut dititipkan melalauinya.

Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa masih banyak orang di dunia ini yang terkekang dalam keadaan kemiskinan dan kesusahan atas rizqi? Apakah Allah menutup jalan rizqi tersebut? menjauhkannya atau menahannya? Tidak sedikit orang yang sejak lahir hingga matinya dalam keadan fakir, igtu berarti Allah tidak menahan-nahan rizqi tersebut. tidak sedikit pula orang yang masih bisa makan walau begitu mustahil adanya rizqi untuk sekedar makan, tapi buktinya masih bisa hidup. Dan tidak sedikit pula orang-orang yang dengan keterbatassan rizqi dan secara logika tidak mungkin sanggup untuk mengumpulkan uang untuk membangun rumah, membeli pakaian dan berbagai kebutuhan lain, namun ternyata tercapai dan terpenuhi segalanya.

Ternyata permasalahannya adalah pada keterbatasan manusia itu sendiri yang membatasi atas rahmat Allah. Manusia itu sendiri yang membatasi diri atas kemampuan dan ke-pantas-an untuk menggapai rizqi melimpah.

Karena dalam menggapai rizqi ada beberapa kunci sederhana, ini semua berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil sharing pengalaman atas kejaiban rizqi bersama orang-orang terdekat, antara lain; pengembangan potensi diri, kemampuan dan keterbukaan akal fikiran untuk melihat pintu-pintu rizqi, perilaku membuka pintu rizqi dan ikhtiar melipatgandakan rizqi secara kualitas dan kuantitas.

Pengembangan potensi diri

Sesungguhnya manusia adalah makhluk paling sempurna. Dengan adanya anugerah akal, maka segala kemampuan makhluk lain ciptaan Tuhan dapat dilakukan oleh manusia. Seperti burung yang dapat terbang, maka tidak sulit bagi manusia untuk terbang. Kekuatan kuda untuk berlari, manusia sanggup melakukan perjalanan jauh dengan kecepatan yang tidak kalah dengan kuda. Kemampuan berkomunikasi jarah jauh layaknya jin, ternyata manusiapun mampu bahkan saat ini tidak hanya suara yang mampu didengar namun juga wajah pembicara di seberang sana dapat manusia lihat. Sungguh luar biasa akal manusia ini.

Lalu dengan kemampuan luar biasa itu, sehingga Allah memberikan kuasanya kepada manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini kenapa justru ada sebagian manusia yang menyerah dengan nasib atas kemalangan berupa kemiskinan? Pasrah dan menyerah kalah, hingga terpatri dalam hati bahwa hidupku ditakdirkan dalam kemiskinan, maka tugasku adalah menjadi sabar atass ujian ini.

Padahal sebenarnya, ada banyak potensi seseorang yang padam dan hilang seiring fikiran-fikiran negatif atas kelemahan diri ini. semestinya, dalam diri setiap manusia diberikan hati tempatnya iman bersemayam. Iman inilah yang akan terus menjadi bara motivasi bagi setiap insan untukm terus berusaha mencapai tujuan pernciptaan, yaitu beribadah kepada Allah SWT.

Ibadah yang dimaksud diantaranya adalah dari sisi sosial dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan jasmani dengan makanan, pakaian pelindung dan tempat tinggal untul berteduh dan beristirahat. Islam melarang umatnya untuk menyiksa diri, apakah itu dengan berpuassa berhari-hari lamanya, atau berjemur di panas terik matahari, bahkan Islam mewajibkan ummatnya untuk menutupi aurat yang tujuannya tidak lain adalah untuk melindungi dari berbegai pengaruh ketika aurat tersebut tidak tertutup.

Guna mencukupi kebutuhan jasmani ini, disamping kebutuhan rohani dengan ibadah yang didalamnya tidak lepas dari keharusan untuk memenuhi syarat yang bersinggungan pula dengan ekonomi, seperti pakaian

Page 2: Jangan Menyerah Atas Kefakiran

ibadah, zakat maupun shadaqah termasuk haji yang membutuhkan bekal finansial. Maka jelas Islam memerintahkan ummatnya tidak hanya memikirkan akhirat namunjuga berusaha untuk mencukupi kebutuhan duniawi dengan ikhtiar menjemput rizqi tersebut.

Seringkali kefairan itu terjadi karena padamnya potensi dir yang bermula dari hilangnya motivasi dan keyakinan. Motivasi dan keyakinan ini bersumber tidak lain dari iman. Semakin beriman seseorang sudah pasti akan semakin kuat motivasi dan keyakinannya akan janji kecukupan rizqi dari Allah. Maka yang perlu dibenahid dalam upaya memperbaiki kehidupan ekonomi adalah urusan hati ini. perkuat iman tumbuh menjadi keyakinan dan muncullah motivasi.

Pada dasarnya Allah mensyaratkan kecukupan rizqi hanya dalam 4 hal; niat, ikhtiar, istiqamah dan tawakal. Dengan niat yang tumbuh semata-mata untuk beribadah kepada-Nya dalam setiap pekerjaan yang dilakukan, maka akan mengetuk pintu rizqi terbuka dengan keberkahan di dalamnya. Dengan ikhtiar jelas adalah upaya menjemput rizqi dari pintu yang telah diketuk tersebut, layaknya seorang yang lapar sedang duduk di teras rumah dengan penuh lapar padahal makanan telah dihidangkan di dalam rumah tepatnya meja makan, dia hanya perlu melangkah dan mengambilnya, namun karena tidak ada ikhtiar maka laparnya tidak akan hilang dan makanan tidak mungkin menghampirinya, kecuali jika ada yang mengambilkan. Begitulah mengapa ikhtar diperlukan, karenanya Rasulullah memerintahkan ummatnya untuk bertebaran dimuka bummi setelah berdoa kepada Allah untuk menggapai rizqi yang telah dissiapkan untuknya. Istiqamah adalah usaha lain agar rizzqi dari-Nya semakin bertambah. Karena fadilah istiqamah adalah untuk melipatgandakan karunia. Jika ibadah yang istiqamah akan dilipatgandakan pahala oleh-Nya, maka untuk pekerjaan yang iatiqamah akan dilipatkan rizqinya. Tidak ragu lagi, seorang pedagang contohnya, antara dia yang bari sehari dua hari tentu akan berbedda hasil jualannya dengan dia yang telah menekuni berpuluh-puluh tahun. Seorang karyawan senior tentu berbeda gajinya dengan seorang karyawan baru. Itulah istimewanya istiqamah. Dan syarat terakhir adalah tawakal. Karena hanya dengan tawakal inilah kita akan mampu bersyukur. Dan dengan syukur yang tibul, maka tidak ada balasan lain selain Allah akan meningkatkan karunianya.

Kemampuan dan keterbukaan akal fikiran melihat pintu rizqi

Dalam suasana hati yang hampa, stress dan berbagai himpitan masalah tentu mengganggu keterbukaan fikiran kita. Tidak menjadikan otak ini berfikir untuk menyelesaikannya dan mencarikan jalan keluar, justru yang terjadi seringkali terhambat karena yang terfikirkan adalah beban-bena masalah berikut akibat-akibat lanjutan, disamping penambah stress adalah ketakutan-ketakutan yang muncul dari bisikan syetan.

Padahal setiap orang diciptakan dengan karunianya, bakat dan berbagai potensi yang berbeda. Ada banyak orang barangkali yang kesulitan untuk menemukan kemampuan diri, membuka fikiran mencari sumber-sumber atau peluang rizqi, karena yang tertanam dalam fikiranya hanyalah masalah yang membelit sedang jalan keluar yang terfikirkan terbatas pada tindakan-tindakan biasa dan monoton. Padahal jika kita menginginkan hasil yang luar biasa, maka lakukanlah usaha-usaha yang luar biasa juga, tidak biasa dengan sekedar yang biasa.

Di luar sana ada begitu banyak peluang yang menjadi pintu rizqi halal dan barokah. Kita sering melihat bahwa saat ini begitu banyak usaha-usaha baru yang bermunculan. Seperti contoh jual beli pulsa. Awal tahun 2000-an barangkali masih jarang outlet-outlet pulsa di pinggir jalan. Pelanggan masih harus membelinya di gerai-gerai resmi yang ada. Karena saat itu memang pelanggan masih begitu sedikit. Dibandingkan dengan saat ini, HP seolah menjadi kebutuhan wajib dan menjadikan usaha outlet pulsa turut subur berkembang. Berkembangnya usaha outlet pulsa tidak lain karena pelaku usaha tersebut terbuka fikirannya, yakin dengan kemampuannya dan tentu dengan akal terbuka, sehingga tidak mundur sebelum melangkah maupun menjadi pesimistiss dengan usaha yang akan dijalani. Bukalah fikiran, tangkap berbagai peluang. Jangan hanya memikirkan usaha-usaha yang lumrah, karena jelas ada banyak pesaing dan mereka jauh lebih istiqamah yang artinya porsinya akan lebih besar untuk mereka. Maka lihatlah pintu-pintu rizqi Allah ada diantara jalan yang tidak disangka-sangka. Pada awalnya aneh, namun selanjutnya menjadi biasa bahkan begitu penting. Mmisalnya usaha isi ulang air minum. Pada awalnya jelas sesuatu yang aneh, karena pada saat itu masyarakat umumnya memasak air sendiri untuk minum, tapi sekarang malah seperti keharusan bahwa untuk air minum adalah isi ulang atau air kemasan. Begitu pula coba bayangkan usaha teh botol pada awal berdirinya. Sungguh aneh, minuman teh dijual dalam botol. Padahal yang namanya teh manis menjadi minuman harian yang biasa diminum oleh bapak-

Page 3: Jangan Menyerah Atas Kefakiran

bapak baik pagi maupun malam, tapi lihatlah saat ini, teh botol muncul menjadi pelopor minuman teh kemasan yang begitu besar dan diikuti banyak kompetitor baru.

Perilaku membuka pintu rizqi

Ini bergantung pada personal masing-masing. Ada begitu banyak amalan yang katanya menjadi kunci mendatangkan rizqi. Seperti bangun di pagi hari, mulai bekerja sepagi mungkin, membaca surat al-waqi’ah di sore/maghrib, bershadaqah, dan lain sebagainya. Ada juga yang menyatakan bahwa rizqi tertutup atau terhambat bagi mereka yang ahli maksiat, banyak dosa, durhaka, pezinah dan sebagainya.

Harus kita percaya karena diantaranya adalah hadits Rasulullah SAW. Namun mari kita abaikan masyarakat muslim pada umumnya. Lihatlah mereka yang non muslim di barat bahkan atheis seperti negara-negara komunis. Tidak sedikit yang mampu menjadi orang kaya bahkan masuk jajaran terkaya di dunia. Rata-rata penduduknya-pun terbilang memiliki rata-rata pendapatan jauh lebih tinggi dari negara muslim seperti Indonesia. Padahal jelas-jelas mereka musyrik dan fasik yang merupakan diantara dosa besar, jauh lebih besar daripada maksiat.

Lalu perilaku seperti apa selain beberapa perilaku yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasul? Lihatlah mereka bangsa-bangsa barat baik kristen maupun yahudi. Lihat pula mereka bangsa komunis seperti Tiongkok, Rusia, Vietnam maupun Kore Utara. Bagaimana tingkat kedisiplinannya? Bagaimana keseriusannya dalam bekerja? Bagaimana mereka mampu istiqamah dalam melakukan pekerjaannya? Bagaimana mereka mampu secara total ketika meneliti suatu masalah? Dan bagaimana mereka dapat memposisikan sedemikian pentingnya pendidikan.

Maka dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, bekerjalah segiat mungkin seolah kamu akan hidup selamanya; dan beribadahlah sebaik mungkin seolah kamu akan mati besok. Rasulullah SAW juga bersabda bahwa Allah mencintai hamba-Nya lemah, tapi Allah lebih mencintai hamba-Nya yang kuat. Maka dengan perilaku yang tepat, kita pasti akan mampu menjadi kuat dan lebih dicintai Allah SWT.

Ikhtiar melipatgandakan rizqi

Ada banyak cara yang diajarkan dalam Islam. Diantaranya bersyukur dan bershadaqah. Menjadikan manfaat atas harta kita itupun mendatangkan keberkahan atas harta. Zakat atas harta dan segala jenis zakat yang diwajibkan, itupun diantara yang perlu dilakukan. Namun yang menjadi titik tolak tindakan logis atas cara melipatgandakan rizqi dapat kita rumuskan sebagai investasi. Bayangkan ketika kita memiliki uang dan ada orang yang butuh pinjaman, maka semestinya dengan penuh keikhlasan jika kita mampu haruslah membantunya. Ini adalah investasi, karena suatu saat dia pasti akan membayar dan pada saat yang sama harta tersebut akan bertambah dengan hadirnya rizqi yang baru. Jika memiliki mobil dan ada tetangga yang membutuhkan, maka jelas ini adalah investasi, kelak jika kita butuh bantuan pasti tetangga tersebut akan sukarela membantu kita tanpa mengharapkan imbalan, suatu bentuk investasi besar. begitu pula inevstasi dalam bentuk shadaqah. Perhatikanlah jika kotak jariah masjid dibuka dan dihitung, digabungkan dengan kas yang ada, maka jelas dana tersebut digunakan untuk membayar listrik, transport penceramah ketika ada acara tabligh, memperbaiki bangunan agar tetap kokoh, untuk petugas kebersihan dan sebagainya. Bayangkan ketikak listrik masjid tidak terbayar dan dicabut, maka tidak ada lagi adzan terdengar, air wudlu pun kembali menggunakan gentong air atau bak dengan mengisinya melalui sumur timba. Ketika masjid kotor dan menjadi sumber penyakit akhirnya jamaah yang shalat tertular penyakit dan harus berobat. Dengan bangunan yang tidak terurus hingga ada jamaah yang kerobohan atap maka harus dirawat di Rumah Sakit. Itulah, sesungguhnya shadaqah yang kita berikan merupakan investasi dan tanpa disangka Allah melipatgandaka atas rizqi-Nya kepada kita.

Fenomena kefakiran dan kegelisahan akan kemiskinan adalah momok menakutkan bagi seluruh bangsa ini. begitu menakutkannya hingga menghapus keyakinan. Lalu muncul tindakan-tindakan salah kaprah seperti mencuri, korupsi, suap dan sebagainya. Tindakan tersebut terjadi karena begitu takutnya mereka para pelaku akan kemiskinan. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan dia dan keluarganya. Berbagai ketakutan atas kehidupan esok, hingga menyiapkan bekal untuk pensiun. Sungguh begitu jauh dari kata bahagia dan menikmati hidup bagi golongan orang-orang ini. ketakutannya menjerumuskannya. Ketakutannya mengikis

Page 4: Jangan Menyerah Atas Kefakiran

habis iman di dada. Ketakutan yang akhirnya mencabut segala keberkahan atas harta yang dimilikinya, sehingga tidak menjadikannya kebaikan justru harta yang menimbulkan begitu banyak maslaah.

Sebagaimana janji Allah atas kecukupan rizqi, maka sebetulnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mengatur pengelolaan keuangan ini. jangan sampai ebsar pasak daripada tiang. Maka sesuaikanlah pengeluaran dengan pemasukan. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kategorikan kebutuhan prioritas dan mendesak. Disiplinkan diri dalam mengelola keuangan. Dengan pengelolaan yang baik adalah salah satu cara kita bersyukur atas nikmat-Nya, maka tidak perlu takut kekurangan dan sengsara karena dengan bersyukur itulah jalan kita untuk menggapai rizqi yang lebih berkah secara kualitas dan lebih besar secara kuantitas. Wallahua’lam bisshawab semoga kita termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur