James Anderson Lola - STT Setia

12
OTORITAS ALKITAB BERDASARKAN PERSOALAN MARKUS 16:9-20 DALAM METODE KRITIK TEKSTUAL James Anderson Lola Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta ABSTRAK Di dalam sejarah, studi terhadap kitab Markus baru mendapatkan perhatian yang lebih banyak pada abad XIX, sejak para sarjana dengan metode kritiknya mulai mendekati Alkitab. Seiring dengan perkembangan metode kritik ini, kita diperhadapkan dengan berbagai persoalan dan masalah yang ada berkaitan dengan kitab Markus ini. Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan metode kritik ini adalah persoalan kritik tekstual, terutama berkaitan dengan kedua belas ayat terakhir dari Injil Markus atau biasa yang disebut dengan penutup Markus. Persoalan ini dianggap salah satu persoalan yang besar karena sampai saat ini, tidak ada satu pun pandangan yang dapat secara utuh menjelaskan mengenai persoalan ini. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu (1) perbedaan-perbedaan yang ditemukan dalam salinan-salinan naskah karena ada salinan-salinan mayoritas yang memuat bagian ini, tetapi ada juga salinan yang dianggap layak dipercaya karena tua dan mendekat naskah asli yang tidak memuat bagian ini, juga adanya kutipan-kutipan atau alusi dari bapakbapak Gereja yang juga terpecah dalam dua kubu yaitu menyertakan bagian ini dan yang tidak menyertakannya juga. (2) Perbedaan-perbedaan yang ditemukan dalam bagian penutup ini, yaitu adanya perbedaan struktur, gaya bahasa dan pemilihan kata yang sama sekali berbeda dari keseluruhan struktur dan gaya bahasa serta pemilihan kata dari keseluruhan Injil Markus. Faktor-faktor ini secara tidak langsung memberikan kesulitan untuk menentukan keaslian dari bagian ini, berbagai solusi telah diberikan mengenai kehadiran bagian ini, ada yang secara tegas menolak bagian ini sebagai milik dari Markus, ada yang juga menerima bagian ini sebagai asli dari Markus. Kedua pandangan ini, pada akhirnya memberikan sebuah implikasi sederhana mengenai Alkitab, apakah Alkitab masih layak dipercaya dan juga apakah Alkitab juga masih berotoritas, jika ditemukan persoalan-persoalan sepeni ini. Sikap skeptic mulai dikembangkan dan berujung kepada penyangkalan akan keaslian dan kehandalan Alkitab sebagai kitab suci. Penulis dalam riset ini coba memberikan usulan mengenai bagian ini sebagai bagian yang memang merupakan tambahan terhadap kitab Markus berdasarkan kepada berbagai penelitian yang kompeherensif terhadap salinan-salinan naskah, alusi bapak-bapak Gereja dan juga struktur internal kitab Markus sendiri, sekaligus juga untuk memberikan argumentasi

Transcript of James Anderson Lola - STT Setia

Page 1: James Anderson Lola - STT Setia

OTORITAS ALKITAB

BERDASARKAN PERSOALAN MARKUS 16:9-20

DALAM METODE KRITIK TEKSTUAL

James Anderson Lola

Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

ABSTRAK

Di dalam sejarah, studi terhadap kitab Markus baru mendapatkan perhatian yang lebih

banyak pada abad XIX, sejak para sarjana dengan metode kritiknya mulai mendekati Alkitab.

Seiring dengan perkembangan metode kritik ini, kita diperhadapkan dengan berbagai

persoalan dan masalah yang ada berkaitan dengan kitab Markus ini.

Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan metode kritik ini adalah persoalan

kritik tekstual, terutama berkaitan dengan kedua belas ayat terakhir dari Injil Markus atau biasa

yang disebut dengan penutup Markus. Persoalan ini dianggap salah satu persoalan yang besar

karena sampai saat ini, tidak ada satu pun pandangan yang dapat secara utuh menjelaskan

mengenai persoalan ini.

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu (1) perbedaan-perbedaan yang

ditemukan dalam salinan-salinan naskah karena ada salinan-salinan mayoritas yang memuat

bagian ini, tetapi ada juga salinan yang dianggap layak dipercaya karena tua dan mendekat

naskah asli yang tidak memuat bagian ini, juga adanya kutipan-kutipan atau alusi dari

bapakbapak Gereja yang juga terpecah dalam dua kubu yaitu menyertakan bagian ini dan yang

tidak menyertakannya juga. (2) Perbedaan-perbedaan yang ditemukan dalam bagian penutup

ini, yaitu adanya perbedaan struktur, gaya bahasa dan pemilihan kata yang sama sekali

berbeda dari keseluruhan struktur dan gaya bahasa serta pemilihan kata dari keseluruhan Injil

Markus.

Faktor-faktor ini secara tidak langsung memberikan kesulitan untuk menentukan keaslian

dari bagian ini, berbagai solusi telah diberikan mengenai kehadiran bagian ini, ada yang secara

tegas menolak bagian ini sebagai milik dari Markus, ada yang juga menerima bagian ini sebagai

asli dari Markus.

Kedua pandangan ini, pada akhirnya memberikan sebuah implikasi sederhana mengenai

Alkitab, apakah Alkitab masih layak dipercaya dan juga apakah Alkitab juga masih berotoritas,

jika ditemukan persoalan-persoalan sepeni ini. Sikap skeptic mulai dikembangkan dan

berujung kepada penyangkalan akan keaslian dan kehandalan Alkitab sebagai kitab suci.

Penulis dalam riset ini coba memberikan usulan mengenai bagian ini sebagai bagian yang

memang merupakan tambahan terhadap kitab Markus berdasarkan kepada berbagai penelitian

yang kompeherensif terhadap salinan-salinan naskah, alusi bapak-bapak Gereja dan juga

struktur internal kitab Markus sendiri, sekaligus juga untuk memberikan argumentasi

Page 2: James Anderson Lola - STT Setia

mengenai otoritas dari bagian ini dan juga otoritas dan kehandalan alkitab, bahwa bagian ini

sekalipun adalah tambahan memang memiliki otoritas sebagai bagian dari kitab suci.

Dalam hal ini, usulan yang penulis berikan masih tetap merupakan sebuah kemungkinan

(probabilitas), sehingga penulis tetap menyarankan untuk terus melakukan penelitian, riset,

dan terus mengembangkan metode untuk meneliti Alkitab dari berbagai perspektif.

Page 3: James Anderson Lola - STT Setia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

LEMBARAN PENGESAHAN LEMBAGA PENDIDIKAN .......................................... ii

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ..................................................... iii

LEMBARAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI TESIS ................................................ iv

LEMBARAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN PENGUJI TESIS ........... v

ABSTRAK ........................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Balakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12

E. Hipotesis .................................................................................................. 13

F. Metode Penelitian .................................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14

BAB II MARKUS 16:9-20 DALAM SEJARAH STUDI KRITIK ............................... 15

A. Latar Diskusi Kritik Teks ........................................................................ 15

1. Proses Transmisi Teks Perjanjian Barui ........................................... 21

2. Manuscript Perjanjian Baru Mula-mula .......................................... 38

3. Kesaksian Bapak Gereja .................................................................... 49

4. Kesimpulan ........................................................................................ 50

B. Metodologi Kritik Tekstual ..................................................................... 52

C. Sejarah Kritik Tekstual terhadap Kitab Markus .................................... 62

BAB III BERAGAM SOLUSI TERHADAP MARKUS 16:9-20 .................................. 75

A. Kritik Tekstual terhadap Markus 16:9-20 .............................................. 75

B. Diversitas Akhir Markus ......................................................................... 86

1. Penolakan terhadap Akhiran Markus ............................................. 86

2. Penerimaan akan Akhiran Markus .................................................. 96

3. Persoalan dengan Akhiran Markus ἐφοβοῦντο γάρ ..................... 108

4. Kesimpulan dan Komentar Evaluatif .............................................. 112

C. Sebuah Usulan terhadap Penutup Markus ........................................... 117

1. Markan Priority ................................................................................. 120

2. Lost Ending Theory ........................................................................... 125

D. Kesimpulan .............................................................................................. 130

BAB IV IMPLIKASI BAGI PENGAJARAN GEREJA MASA KINI .......................... 135

A. Kehandalan dan Otoritas Alkitab .......................................................... 135

Page 4: James Anderson Lola - STT Setia

B. Dwi Natur Alkitab ................................................................................... 147

C. Alkitab Sumber Kebenaran ..................................................................... 150

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 153

A. Kesimpulan .............................................................................................. 153

B. Saran ......................................................................................................... 157

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 159

BIODATA .......................................................................................................................... 169

Page 5: James Anderson Lola - STT Setia

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas secara berturut-turut: Latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode dan prosedur

penelitian, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Injil Markus merupakan Injil yang paling dilupakan dalam sejaxah Gereja selama tujuh

belas abad,1 sejak abad II masehi hingga pada abad XIX, pada masa ini, eksistensi Injil Markus

seakan hilang oleh popularitas Injil Matius. Bapak-bapak Gereja sangat sedikit sekali mengutip

dari Injil Markus ketimbang dari Injil Matius. Alasan yang melatarbelakangi pemikiran seperti

ini, mungkin secara jelas dapat dilihat dalam pandangan Agustinus bahwa Injil Markus hanya

merupakan semacam ringkasan dari Injil Matius, seperti yang dikutip oleh Stein

Mark follows him (Matthew) closely, and looks like his attendant and epitomizer. For in

his narrative he gives nothing in concert with John apart from the others; by himself

separately, he has little to record; in conjuction with Luke, as distinguished from the rest,

he has still less; but in concord with Mathhew, he has a very large number of passages.

Much, too, he narrates in word almost numerically and identically the same as those used

by Matthew, where the agreement is either with that evangelist alone, or with him in

connection with the rest (De consensus evangelistarum).2

Hal ini terlihat juga dari bagaimana perbandingan penulisan tafsiran terhadap kitab-kitab

Injil, Gereja terus memberi perhatian lebih terhadap Injil Matius ketimbang Injil Markus. Mulai

dari tahun 650 hingga tahun 1000, terdapat tiga belas tafsiran yang cukup tebal mengenai Injil

Matius dan hanya empat buku tafsiran mengenai Injil Markus.3

Ketidakpopuleran Injil Markus ini, dirangkum dengan baik oleh Brenda Deen Schildgen

dalam bukunya yang be1judul Power and Prejudice: The Reception of the Gospel of Marla (l)

Kita tidak mempunyai tafsiran tentang Markus (meskipun Jerome meninggalkan 10 khotbah

1Roberth. H Stein, Mark, (Grand Rapids MI: Baker Akademik, 2008) hlm 15, bud. B.D. Schildgen, Power and

Prejudice: The Reception of the Gospel of Mark (Detroit: Wayne State University Press, 1999), 35-42, yang menulis

pada bab pertama dari bukunya mengenai sikap terhadap Injil Markus dalam sejarah dengan sebuah tema “Ada tapi

[dianggap] tidak ada” (present but absent) 2Ibid, hlm 16, bnd. E. Massaux, The Influence of the Gospel of Saint Matthew on Christian Literature before

Saint Irenaeus, trans. NJ. Belval & S. Hecht; ed. AJ. Bellinzoni (New Gospel Studies 5; Macon: Mercer, 1993);

Schildgen, Power and Prejudice: The Reception of the Gospel of Mark, 35-42; William L. Lane, “From Historian to

Theologian: Milestones in Markan Scholarship,” in Review & Expositor 75.4 (Fall 1978), 601; Donald Guthrie,

Pengantar Perjanjian Ban: Volume I, telj. Hendry Ongkowidjojo (Surabaya: Momentum, 2010), 43. 3Lih. Robert H. Lightfoot, The Gospel Message of St. Mark (Oxford: Clarendon Press, 1950), 1-14; S. P. Kealy,

Mark's Gospel: A History of Its Interpretation (New York: Paulist Press, 1982). 757; Schildgen, Power and Prejudice: The

Reception of the Gospel of Mark, 43-11.

Page 6: James Anderson Lola - STT Setia

tentang Markus) sebelum Victor dari Antiokhia pada abad V yang menyusun dan

menggabungkan tulisan-tulisan dari tafsiran Origenes, Titus dari Bostra, Theodore dari

Mopsuestia, Chrysostom dan Cyril dari Alexandria. (2) Dari Biblia Patristica, hingga Clement

dari Alexandria dan Tertulianus ada sekitar 1.400 ditambah kutipan/alusi kepada Markus

dibandingkan 2000 tentang Yohanes, 3300 Lukas dan 3900 Matius. Pada abad III, ada sekitar 250

alusi tentang Markus dibandingkan dengan 3600 untuk Matius, 1000 untuk Lukas dan 1600

untuk Yohanes. Referensi Origen terhadap Markus sekitar 650 kali, dibandingkan Matius yang

hampir 8000, Yohanes 5000 kali dan Lukas 3000 kali . Dalam khotbah yang masih ada,

Agustinus memiliki 250 referensi Matius, 170 Yohanes, 150 Lukas dan 15 Markus.4

Dengan begitu sedikitnya tulisan-tulisan pada abad mula-mula, memperlihatkan bahwa

Injil Markus merupakan Injil yang dianggap inferior pada abad permulaan bagi Bapak Gereja

mula-mula. Injil Markus dianggap lemah karena Injil Markus melewatkan beberapa catatan

penting mengenai doktrinal dan apologetika mengenai Kristus, seperti melewatkan kisah

tentang kelahiran Yesus Kristus, hanya sedikit mencatat ucapan-ucapan Yesus dibandingkan

ketiga Injil lainnya, kurangnya berita tentang kebangkitan Yesus sehingga dianggap lemah

dalam ha] retoris dan doktrinal.5

Namun pada abad XIX keadaan menjadi berubah, dipelopori oleh gerakan higher

criticism,6 yang menerapkan pengawasan logika secara ketat terhadap kitabkitab Injil. Pada

masa ini dari kalangan para saxjana kritik sumber (source criticism), muncul hipotesis Markan

Priority yang menantang Mathean Priority yang dianut Agustinus.7 Para penafsir dalam hal ini

mempercayai bahwa Markus mengandung 90 persen bahan dari apa yang ada di Matius, dan

sekita: 40 persen dari apa yang ada di Lukas. Matius dan Lukas biasanya mengikuti urutan

peristiwa dalam kitab Markus, dan mereka lebih sering mengikuti apa yang tertulis di dalam

4B.D. Schildgen, Power and Prejudice: The Reception of the Gospel of Mark (Detroit: Wayne State

University Press, 1999), 39-41 5Jacob Van Bruggen, Markus lnjil Menurut Pelrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hlm 1

mengatakan bahwa orang yang membaca ketiga [njil yang lain itu tidak akan mencmukan informasi baru

dalam Markus... Markus adalah anak tiri ilmu tafsir, paling-paling tafsiran Markus digunakan hanya

untuk mendapatkan detail pelengkap. 6Higher Criticism menurut Kamus Merriam Webster adalah sebuah studi mengenai Alkitab,

tentang penulisan Alkitab untuk menemnukan latar belakang historis dan tujuan serta arti dari penulis.

Gerakan ini sendiri dimulai di Jennan oleh beberapa saxja dari Tubingen. 7D.A. Carson, Douglas J. Moo, & Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids,

Michigan: Zondervan, 1992), 19-38; bnd. penjelasan W. D Davies and Dale C Allison, A Critical and

Exegetical Commentary on the Gospel according to Saint Matthew. International Critical Commentary. 3 Vols.

Vol.1: Introduction and Commentary on Matthew l-Vll (Edinburgh: T & T Clark, 1988) hlm 73-74 yang

menjelaskan bahwa Matias merupakan abbreviation dari Markus; Craig S. Keener, A Commentary on the

Gospel of Matthew (Grand Rapids MI: Eerdmans Publishing, 1999) hlm 8; Donald A. Hagner And Stephen

E. Young, Method In Matthew edited By Allan Powel (Edinburgh: Cambridge University Press, 2009) hlm

20-21; W. R. Farmer, The synoptic Problem: A Critical Analysis (Dillsboro:WestemNonhCarolina Press, 1976)

and “The Two-Gospcl Hypothesis: The Statement of the Hypothesis,” in The lnterrelalions of the Gospels,

ed. D. L. Dungan, BETL 95 (Leuven: Leuven University Press, 1990), 125-56.

Page 7: James Anderson Lola - STT Setia

Markus ketika mereka membahas sesuatu yang sama. Matius dan Lukas juga sering mengulang

kata-kata Markus, dan mereka kadang-kadang menafsirkan beberapa pemyataan Markus.8

Juga dari kalangan kritik bentuk, para satjana melakukan studi terhadap Injil Markus

untuk meneliti tradisi di belakang penulisan Injil, baik itu tradisi lisan maupun tradisi tulisan,

serta bagaimana para penulis tersebut merangkai serpihanserpihan tradisi tersebut menjadi

sebuah kitab.9 Penelitian berdasarkan kritik bentuk ini, telah membawa Injil Markus menjadi

pusat perhatian dalam penelitian akan kehidupan Yesus. William Wrede dalam ulasannya

mengenai Injil Markus menyatakan bahwa pada kenyataannya Injil Markus ditulis bukan

untuk menyajikan bukti sejarah tentang Yesus, melainkan memiliki tendensi teologis, dan lebih

bersifat dogmatis.10

Dalam bidang kritik tekstual (textual criticism),11 Injil Markus mendapatkan perhatian

yang cukup besar, terutama berkaitan dengan awal Injil dan akhir Injilnya. Pada permulaan

Injilnya, kata “Anak Allah” [viofi 980f)], dihilangkan dalam beberapa naskah awal yang penting

(Tulisan tangan asli dari teks codex Aleph Sinaiticus dan teks Q, dan beberapa minuscules),

untuk bagian awal Markus ini, para sarjana mengambil kesimpulan sederhana bahwa bisa saja

kata-kata pada permulaan Injil ini memang telah hilang sejak dari teks aslinya, namun juga

dapat ditemukan di sebagian besar naskah awal yang signifikan (the uncials A, B, D, L, W),

serta dalam periode naskah-naskah kemudian, dan juga frasa ini cocok dengan Kristologi

Markus.12

Persoalan kedua dalam kritik teks adalah apa yang menjadi topik dari riset penelitian

karya tulis ini, yaitu akhir dari Markus (ending of Mark) pasal 16:8b-20 yang mengacu kepada

peristiwa kebangkitan. Bagian ini menjadi bagian yang paling sering diperdebatkan dalam

karya-karya monografls abad XIX dan juga abad XX. Bagian akhir dari Injil kedua ini (Markus)

dapat dikatakan sebagai “the greatest of all literary mysteries,”13 and “the gravest textual

problem in the NT.”14

Penulis menyetujui bahwa bagian terakhir dari Injil Markus ini merupakan sebuah karya

yang menjadi misteri terbesar, bahkan dapat dikatakan sebagai teks yang sangat sulit karena

8Lih. Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids MI: Ecrdmans

Publishing, 1999) hlm 8 9Lih. M. Dibelius, From Tradition to Gospel, trans. B.L. Woolf (New York: Charles

Scribner’s Sons, 1934); sebuah pengantar yang baik untuk mengenal studi kritik bentuk: E.V.

McKnight, What is Form Criticism? (Philadelphia: Fortress Press, 1969); Darrell L. Bock, “Form

Ciriticism,” in Interpreting the New T estament: Essays on Methods and Issues, 106.127. 10William Wrede, The Messianic Secret, trans. J.C.G. Grieg (London, Cambridge: James Clarke,

l971), hlm 31 11Mengenai kritik tekstual, lih. Michael W. Holmes, “Textual Criticism," in Interpreting the New

Testament: Essays on Methods and Issues, 46-73. 12D.A. Carson, Douglas J. Moo, & Leon Morris, An Introduction to the New Testament (Grand Rapids,

Michigan: Zondervan, 1992) hlm bnd Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume I hlm 72-73 13D. E. Nineham, The Gospel of St. Mark (Pelican Gospel Commentaries; Baltimore: Penguin,

1963), 439. 14James R. Edwards, The Gospel according to Mark (Pillar New Testament Commentary; Grand

Rapids: Eerdmans, 2002), 497.

Page 8: James Anderson Lola - STT Setia

teks ini melahirkan setidaknya tiga persoalan besar yaitu, pada (l) shorter ending (ay.8b) yang

dianggap mempakan tambahan belakangan dan bukan tulisan Markus, dalam hal ini, Markus

mengakhiri Injilnya hanya pada ayat 8 (2) sisipan pada ayat 14 dalam beberapa terjemahan dan

(3) longer edition (ay.9-20) yang juga dianggap merupakan tambahan belakangan dan bukan

tulisan Markus.15

Pertanyaan yang hadir pada persoalan ini adalah apakah Markus 16:8b-20 mempakan

bagian yang asli dari karya Markus dalam Injilnya, ataukah justru ditambahkan kemudian,

sehingga yang sebenarnya adalah Injil Markus berakhir pada ayat 8 bagian (a) semata, yaitu

pada kata efobounto gar (εφοβουντο γαρ).

Banyak argumentasi diberikan, terutama berkaitan dengan variasi naskah-naskah kuno

dan juga argumen kepada gaya Markus 16:9-20 yang berbeda dari keseluruhannya,16 begitu

juga dengan mayoritas terjemaham Alkitab yang menyangsikan keaslian dari Markus 16:8b-20

ini.

Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia

TB-LAI meletakkan, spasi yang cukup jauh antara markus 16:8a dan Markus 16:8b

maupun markus 16:9-20, bahkan dalam beberapa versi terjemahan LAI, bagian ini diberi

tanda kurung tegak sebagai suatu pertanda akan teks-teks yang tidak terdapat dalam

naskah-naskah yang dinilai paling baik atau kuno dicantumkan dalam tanda kurung

tegak, misalnya dalam Matius 6:13. Nas-nas lain seperti Markus 16:9-20 dan Yohanes 7:53-

8:11 juga diberi tanda kurung tegak.

New International Version (NIV)

NIV memberikan footnote/catatan kaki sebagai berikut: “The two most reliable early

manuscripts do not have Mark 16:9-20.”

American Standart Version

ASV memberikan footnote/catatan kaki sebagai berikut: “The two oldest Greek manuscripts,

and some other authorities, omit from ver. 9 to the end. Some other authorities have a different

ending to the Gospel.”

Good News Bible

GNB (Good News Bible) meletakkan Markus 16:9-20 di dalam tanda kurung tegak, dan

memberikan headnote/catatan kepada di atas ayat 9 yang berbunyi: “AN OLD ENDING

15Jika dildasiflkasikan kepada naskah-naskah Alkitab akan terlihat bahwa persoalan Markus l6 ini

tidak hanya 3 melainkan 5 persoalan utama berkaitan dengan teks Markus 16, karena ada naskahnaskah

Alkitab yang (l) ada teks yang memuat Mark 16:1-8a, tetapi tidak memuat Mark 16:8b dan Mark 16:9-20.

(2) memuat Mark 1621-83 dan Mark 16:8b, tetapi tidak memuat Mark 169-20. (3) memuat Mark 16: 1-83

dan Mark 16:9-20, tetapi tidak memuat Mark 16:8b. (4) memuat Mark 16:1-8a, Mark 16:8b, dan Mark 169-

20. (5) memuat Mark 16:1-8a, tidak memuat Mark 16:81), lalu memuat Mark 16:9-20, tetapi disertai

penambahan setelah Mark 16:14. 16Untuk lebih rincinya lih. J. K. Elliott, “The Text and Language of the Endings to Mark’s Gospel,” TZ 27

(1971) 255-262.

Page 9: James Anderson Lola - STT Setia

TO THE GOSPEL” (Suatu akhiran yang kuno bagi Injil ini). Juga GNB memberikan

catatan kaki yang berbunyi: “Some manuscripts and ancient translations do not have this

ending to the Gospel (vers 9-20).” Setelah itu GNB memberikan ayat 8b dalam tanda kurung

tegak (tetapi diberi penomoran ayat 9 dan ayat 10), dan lalu memberikan catatan kaki

tentang bagian ini dengan kata-kata sebagai berikut: “Some manuscripts anda ancient

translations have this shorter ending to the Gospel in addition to the longer ending (verse 9-20)”

Revised Standart Version (RSV)

RSV memberikan footnote/catatan kaki yang agak panjang yang berbunyi sebagai berikut:

“Some of the most ancient authorities bring the book to a close at the end of verse 8. One authority

concludes the book by adding after verse 8 the following: But they reported briefly to Peter and

those with him all that they had been told. A nd after this, Jesus himselfsent out by means of them.

from east to west, the saered and imperishable proclamation of eternal salvation. ()ther authorities

include the preceding passage and continue with verses 9-20. In most authorities verses 9-20 follow

immediately after verse 8; a few authorities insert additional material after verse 14.”

The New Scoffield Study Bible

The New Scoffield Study Bible memberikan keterangan sebagai berikut: “Verses 9-20 are

not found in the two most ancient manuscripts, the Sinaiticus and Vaticanus; others have them

with partial omissions and variations. But the passage is quoted by Irenaeus and Hippolytus in the

second and third century.”

New Geneva Study Bible

New Geneva Study Bible memberikan keterangan sebagai berikut: “Scholars differ

regarding whether these verses were originally part of this Gospel. Some important early Greek

manuscripts lack these verses, other manuscripts have vv 9-20 (known as the ‘longer Ending ’),

and still others have a ‘Shorter Ending’ (roughly one verse long). A few manuscripts have both the

‘Shorter Ending’ and the ‘Longer Ending’. Because of these differences, some scholars believe that

vv 9-20 were added later and not written by Mark. On the other hand, the verses are cited by

writers from the late second century and are found in the overwhelming majority of existing Greek

manuscripts of the Gospel of Mark. For other scholars, these facts establish the authenticity of the

passage.”

Dalam varian, naskah-naskah kuno, perikop ini (Markus 16:9-20) tidak ada dalam naskah

naskah tertua yaitu pada naskah yang dianggap lebih baik yaitu codex Sinaiticus (א); dan Codex

Vaticanus (B) serta pada beberapa terjemahan (a.l. terjemahan Armenia),17 dan lebih lagi bahwa

17Codex Sinaiticus merupakan manuskrip Yunani tertua yang diketahui memuat keseluruhan

Perjanjian Batu. Fakta bahwa manuskrip tersebut tidak memuat Markan Appendix menunjukan

bahwa bagian tersebut baru disusupkan oleh para penyalin pada sekitar abad ke-4. Bagian tersebut

Page 10: James Anderson Lola - STT Setia

Clemens, Origenes, Jerome dan Eusebius serta Hieronymus dalam tulisan-tulisan mereka sama

sekali tidak menyinggung keberadaaan the longer edition ini.18

Juga bahwa ada perbedaan vocabulary yang sangat menonjol dalam Markus 16:9-20 ini

dengan keseluruhan teks Markus. Menurut Walter W. Wessel dalam tafsiran Injil Markusnya

yang diedit oleh Frank E. Gaebelein: The Expositor’s Bible Commentary; dalam Nestle IAIand

Greek Text ada 101 perbedaan kata dalam ayat 9 20 (167 total jumlahnya), setelah kata -kata

yang tidak penting seperti definite article. connectives dan lain-lain diabaikan, ada 75

perbedaan kata penting, yaitu 15 kata tidak nampak dalam Markus dan 11 yang lain digunakan

berbeda dengan kata kata yang biasa digunakan oleh Markus.19 Oleh sebab itu mereka

menyimpulkan bahwa sulit untuk percaya jika Markus 16:9-20 adalah tulisan Markus.20

Kesulitan yang ketiga adalah bahwa perbedaan model penulisan antara ayat 920

dibandingkan dengan seluruh Injil Markus. Banyak yang mencatat transisi canggung antara

16:8 dan 16:9. Subjek tindakan dalam ayat 8 adalah perempuan, tetapi kemudian ada

pergeseran agak tiba-tiba dalam ayat 9 yang menunjukkan Yesus sebagai subjek, ini

terekspresikan dari kata kexja utama. Dalam ayat 9, Maria Magdalena diidentiflkasi dengan

kalimat deskriptif, hampir seolah-olah dia sedang diperkenalkan untuk pertama kalinya,

meskipun dia jelas berpartisipasi dalam narasi sebelumnya ( 15:47 , 16:01 ), sedangkan para

wanita lain yang dengan Maria Magdalena misterius menghilang dari pelukisan kisah ini.

Selain itu. penempatan kebangkitan Yesus dalam ayat 9 pada waktu awal (prbi) di hari

pertama minggu itu tampaknya tidak biasa setelah ayat 2, yang bercerita tentang wanita yang

menemukan kubur yang kosong sangat awal (lian préi) pada hari pertama dalam minggu itu.

Kata-kata awal ayat 9, anastas de yang diterjemahkan "sekarang setelah Yesus bangkit,"

terutama ketika digunakan bersama dengan proton "pertama," melayani lebih baik sebagai

awal dari sebuah narasi tentang serangkaian penampakan Yesus setelah kebangkitan selain

sebagai kelanjutan dari Markus 16:1-8

juga tidak terdapat pada beberapa manuskrip tertua lain sepcrti Codex Vaticanus (pertengahan

abad ke-4), Codex Bobiensis (abad keempat sampai kelima) dan sekitar 100 naskah terjemahan Armenia,

Afrika Gan Koptik. Beberapa naskah yang lebih muda dari Codex Sinaiticus diketahui

memasukan bagian tersebut walaupun dengan berbagai variasi, tetapi kebanyakan penulis naskah

tersebut menempatkan bagian ini dalam catatan kaki atau margin yang memisahkannya dari teks asli

Injil Markus bnd. penjelasan Metzger, bahwa akhir dari Markus pada 16:8 ditemukan dalam

"Syriac naskah Sinaitic, sekitar seratus naskah Armenia, Georgia dan dua naskah tertua"

(Tekstual Commentary 102). Untuk infomasi lebih lanjut tentang naskah Armenia yang

menghilangkan Markus 1619-20 dan argumen yang mendukung pendapat bahwa Markus 16:9-

20 adalah bukan bagian dari versi Armenia asli, Lih. E. C Colwell, "Markus 16:9-20 di Armenia

versi, "JBL 56 (1937) 369-386. 18Metzger, Textual Commentary 103. The quotations by Eusebius in Quaestiones ad Marinum

and by Jerome from his Epistola 120 are most easily accessible in W. R. Partner, The Last Twelve

Verses of Mark (SNTSMS 25; London: Cambridge University Press, 1974) 4, 23. bnd. D.A. Carson,

Douglas J . Moo, & Leon Morris, An Introduction to the New Testament. 19Eddy Peter Purwamo, Alkitab telah Dipalsukan (Tangerang, STT Philadelphia, 2005) hlm 22 20Lih. Elliott, “Text and Language” 258-262.

Page 11: James Anderson Lola - STT Setia

Akan tetapi tidak semata-mata hanya terdapat argumentasi mengenai ketidak aslian

bagian ini saja, karena pada kenyataannya ada juga para satjana yang mengakui keaslian dari

teks ini dengan mengacu kepada beberapa hal lain, misalnya melihat kepada mayoritas

manuskrip pada masa kemudian yang mencatat pasal 16 secara penuh, serta tulisan dari

Erasmus yang mempublikasikan bagian ini sebagai bagian yang asli dari milik Markus.21

Juga ada kejanggalan bahwa akhir dari Injil Markus ditutup dengan pemyataan

efobountu gar (εφοβουντο γαρ). Guthrie menulis “akan terasa aneh jika Injil kabar baik

berakhir dengan catatan tentang ketakutan,”22 sehingga memberikan sebuah kesimpulan

sederhana bahwa ada akhir dari Markus yang lebih panjang dan memungkinkan bahwa bagian

ini merupakan bagian asli dari kitab Markus.

Hal ini dipertegas dalam beberapa pandangan seperti yang dinyatakan oleh Bruce

Metzger “The traditional ending of Mark...is present in the vast number of witnesses, ”23 dan

juga apa yang diutarakan oleh Michael Holmes, yang memberikan rujukan bahwa bagian akhir

ini ditemukan dalam 95°o tulisan Yunani,24 serta apa yang ditulis oleh Kurt and Barbara Alland

yang menyatakan bahwa longer edition ini ditemukan pada 99% manuscript Yunani serta

tradisi-tradis belakangan

It is true that the longer ending of Mark 16:9-20 is found in 99 percent of the Greek

manuscripts as well as the rest of the tradition, enjoying over a period of centuries practically an

official ecclesiastical sanction as a genuine part of the gospel of Mark 25

Begitu juga dengan kesaksian Eusebius yang mengenal bagian Markus 16:920,26 semakin

membuat banyak teolog berada dalam persimpangan antara menerima atau menolak keaslian

bagian ini (Penulis akan membahas perdebatan ini lebih panjang dalam bab selanjutnya).

Perdebatan yang telah hadir sepanjang tujuh belas abad ini, terus membawa kesulitan

pada persoalan teks Alkitab. Implikasi dari penerimaan akan ketidakaslian maupun keaslian

longer edition ini pada akhirnya akan membawa pemahaman kepada salah satu doktrin utama

kekristenan, mengenai Alkitab sebagai otoritas tertinggi dan sebagai penyataan diri Allah

secara verbal kepada manusia.

Iman Kristen mengakui bahwa Alkitab merupakan dasar dari semua pengajaran

mengenai Allah, manusia dan keseluruhan realitas, namun berkaitan dengan persoalan ini,

pusat pengajaran kekristenan seakan-akan diserang pada pusat (inti), karena jikalau Alkitab

tidak lagi murni, maka semua pengajaran Iman Kristen dapat dipertanyakan keasliannya.

21Robert H. Stein, The Ending of Mark dalam Bulletin for Biblical Research 18.1 (Louisville:

The Southern Baptist Theological Seminary, 2008) hlm 79 22Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 1 (Surabaya: Momentum, 2012) hlm 71

bnd. Jakob Van Bruggen, Markus Injil Menurut Petrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia 23Metzger, A Textual Commentary, 124 24Michael W. Holmes, “The Many Endings of the Gospel of Mark,” B Rev 17/4 (2001): 19 25Kurt Aland and Barbara Aland, The Text ofthe New Testament: An Introduction to the

Critical Editions and to the Theory and Practice of Modern Textual Criticism (trans. Erroll F.

Rhodes;2nd ed.; Grand Rapids: Eerdmans, 1989), 292. 26Jacob Van Bruggen, Markus Injil Menurut Petrus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) hlm 651

Page 12: James Anderson Lola - STT Setia

Otoritas Alkitab digugat berkaitan dengan pengakuan Iman Kristen bahwa . Alkitab

adalah Firman Allah yang tidak dapat salah (innerancy dan infalibility), Firman yang tidak

berubah, namun pada kenyataannya memiliki teks-teks yang bennasalah bahkan dapat

dikategorikan sebagai teks-teks tambahan dalam Alkitab.

Alkitab telah dipalsukan, demikianlah pemyataan dari golongan liberal yang terus

mendekati Alkitab dengan pendekatan rasionalis, dan juga berdasarkan kepada pencarian akan

Yesus sejarah semakin mempertegas penolakan akan keaslian Alkitab. Salah satu kritik yang

keras terhadap Alkitab adalah dilontarkan oleh Bultman dengan teori demitologisasinya bagi

Bultman Alkitab lebih berisi kesaksian akan Yesus sebagai Yesus iman (mitos) dan bukan

berdasarkan fakta sejarah, sehingga apa yang tertulis di dalam Alkitab bukanlah sebuah

kesaksian sejarah melainkan hanyalah mitos dan cerita-cerita yang berkembang pada masa

itu.27

Masihkah Alkitab merupakan Firman Allah yang dapat dipercaya? Dalam konteks

Indonesia yang bersentuhan dengan Islam sebagai agama yang juga memiliki kitab suci dan

diterima sebagai Firman Allah yang turun daIi surga sehingga semua teks-teks Al-Quran

adalah benar dan tidak memiliki persoalan dalam hal keaslian teks yang dapat dipercaya dalam

klaim keagaamaan mereka, Alkitab dipertanyakan sebagai Firman Allah, bahkan lebih lagi,

dianggap bahwa Alkitab telah dipalsukan.

Pertanyaan-pertanyaan ini menghadirkan perdebatan-perdebatan yang berkaitan dengan

inti iman Kristen, oleh karena itu, penulis dalam karya tulis ini, akan memperlihatkan

bagaimana perdebatan berkaitan dengan “ending of Mark” ini dan juga kesimpulan mengenai

keaslian “ending of Mark” ini dalam kaitan dengan otoritas Alkitab yang dipertanyakan pada

masa kini.

27Lih. John E. Wilson, Introduction to Modern Theology (Louisville: Westminster John Knox

Press, 2007) hlm 202-204