JAMBU METE ( Anacardium occidentale L.) DENGAN VARIASI .../Formulas... · perpustakaan.uns.ac.id...
-
Upload
duongkhuong -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of JAMBU METE ( Anacardium occidentale L.) DENGAN VARIASI .../Formulas... · perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
FORMULASI DAN UJI DAYA ANTIBAKTERI SALEP EKSTRAK DAUN
JAMBU METE ( Anacardium occidentale L.) DENGAN VARIASI TIPE
BASIS
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
O l e h :
DESNARIA ISNAINI
M 3509016
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
FORMULASI DAN UJI DAYA ANTIBAKTERI SALEP EKSTRAK DAUN
JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) DENGAN VARIASI TIPE
BASIS
Oleh:
DESNARIA ISNAINI
M3509016
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji
pada tanggal 31 Juli 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta, 31 Juli 2012
Pembimbing
Nestri Handayani, M.Si., Apt
NIP 19701112 200501 2 001
Penguji I
Anang Kuncoro R. S., S.Si., Apt.
NIP. 19760909 200312 1 002
Penguji II
Heru Sasongko, S. Farm.,Apt.
Mengesahkan
Dekan FMIPA UNS
Prof. Ir. Ari Handono Ramelan., M.Sc.(Hons), Ph.D
NIP. 19610223 198601 1 001
Ketua Program D3 Farmasi
Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt
NIP. 19780319 200501 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul
“FORMULASI DAN UJI DAYA ANTIBAKTERI SALEP EKSTRAK DAUN
JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) DENGAN VARIASI TIPE BASIS”
adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta, 31 Juli 2012
Desnaria Isnaini
M3509016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
FORMULASI DAN UJI DAYA ANTIBAKTERI SALEP EKSTRAK DAUN
JAMBU METE ( Anacardium occidentale L.) DENGAN VARIASI TIPE
BASIS
DESNARIA ISNAINI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Jambu mete ( Anacardium occidentale L) dikenal masyarakat dengan
banyak manfaat, mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Berdasarkan
penelitian terdahulu, diketahui bahwa ekstrak metanol daun jambu mete memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada dosis 32 mg/ml.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan basis
salep ektrak daun jambu mete terhadap sifat fisik dan kimia salep serta
mengetahui tipe basis salep yang mempunyai zona hambat paling besar pada uji
antibakteri terhadap bakteri S. aureus. Basis salep yang digunakan adalah basis
salep hidrokarbon, serap dan larut air.
Pembuatan ekstrak daun jambu mete dilakukan dengan metode soxletasi
menggunakan pelarut metanol. Hasil rendemen ekstrak yang didapatkan pada
proses ekstraksi adalah 26,43%. Ekstrak yang didapatkan kemudian dibuat salep
dengan variasi tipe basis dan diuji sifat fisik dan kimianya meliputi uji
homogenitas, organoleptis, viskositas, kelengketan, daya sebar, pH dan uji iritasi
serta uji daya antibakteri terhadap S. aureus dengan menggunakan metode difusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pada uji sifat fisik dan kimia antara masing-masing formula salep. Uji daya
antibakteri salep menghasilkan zona hambat sebesar 4.480mm pada FI, 3.387mm
pada FII, dan 6.970mm pada FIII sehingga disimpulkan FIII memiliki daya
antibakteri paling kuat.
Kata kunci : Anacardium occidentale L., antibakteri, basis salep, sifat fisik dan
kimia
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
FORMULATION AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF
EXTRACT LEAF CASHEW ( Anacardium occidentale L.) OINTMENTS
WITH VARIATIONS OF THE BASE TYPE
DESNARIA ISNAINI
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Cashew (Anacardium occidentale L.) is known with many benefits,
starting from the roots, stems, leaves and fruit. Based on previous research, it is
known that methanol extract of cashew leaves have antibacterial activity against
Staphylococcus aureus bacteria at a dose of 32mg/ml. The purpose of this study
was to determine the effect of differences in leaf extract cashew ointment base
against physical and chemical properties, as well as to knew which the type of
ointment base has the greatest inhibitory zone on the antibacterial test against
Staphylococcus aureus bacteria. Ointment base used is a hydrocarbon, absorptive,
and water soluble ointment base.
Manufacture of cashew leaf extracts used the soxlet extraction method
with methanol solvent. The results yield a condensed extract obtained in the
process of extraction is 26,43%. After that is formulation the ointment by
variation the type of ointments base and tested the physical and chemical
properties of an ointment that includes a test of homogeneity, organoleptic, the
viscosity, adhesiveness, dispersive power, pH and irritation test and antibacterial
test against S. aureus by used a diffusion method.
The results showed that there were significant differences in test results
between the physical and chemical properties of each formula ointment. The
results antibacterial test yield the zone of inhibition is 4.480mm by FI, 3.387mm
by FII, and 6.970 by FIII, it can be concluded that FIII had strongest antibacterial
activity.
Keywords : Anacardium occidentale L, antibacterial, ointment base, the physical
and chemical properties
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al Insyirah :
5-6)
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena
mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka
lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk
menunggu inspirasi. (Ernest Newman)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk :
Abi dan umi tercinta, Udo Riza, Adek Afif
dan Dek Tiara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “FORMULASI DAN UJI DAYA
ANTIBAKTERI SALEP EKSTRAK DAUN JAMBU METE (Anacardium
occidentale L.) DENGAN VARIASI TIPE BASIS” dengan baik.
Penyusunan laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin
terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan
baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Nestri Handayani, M.Si., Apt, selaku pembimbing tugas akhir atas segala
ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan,
pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.
4. Estu Retnaningtyas N.,S.PT, M.Si., selaku pembimbing akademik atas segala
ketulusan dalam memberikan saran dan motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak
memberikan ilmu dan pelajaran berharga.
6. Ayahanda dan ibunda serta kakak dan adik-adik tercinta yang selalu
memberikan doa, dukungan, motivasi dan kasih sayangnya.
7. Sahabat dan Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya
selama masa-masa kuliah.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
dalam Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya
Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................
INTISARI............................................................................................................
ABSTRACT..........................................................................................................
HALAMAN MOTTO.........................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Perumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................
A. Tinjauan Pustaka...................................................................................
1. Daun Jambu Mete............................................................................
2. Ekstraksi...........................................................................................
Halaman
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xiv
xv
xvi
1
1
2
3
3
4
4
4
6
6
….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
3. Metode Ekstraksi..............................................................................
4. Sokhletasi.........................................................................................
5. Cairan Penyari..................................................................................
6. Staphylococcus aureus.....................................................................
7. Salep.….......................................………………………..………...
8. Basis salep........................................................................................
9. Antibakteri dan Uji Antibakteri.......................................................
B. Kerangka Pemikiran.…........................………………….…………....
C. Hipotesis.......................................................................……..………..
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................
A. Metode Penelitian.….............……………………………..…………
B. Tempat Waktu Penelitian.……....…………………………..………...
C. Alat dan Bahan.………………..................………………….………..
1. Alat yang digunakan........................................................................
2. Bahan yang digunakan.....................................................................
D. Prosedur Penelitian.............................…………………….………….
1. Formula Salep..................................................................................
2. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Mete….……….......................…
3. Pembuatan Salep Ekstrak Daun Jambu mete….……..……………
4. Pemeriksaan Kestabilan Salep................……………..…….……..
a. Uji Organoleptis.........................................………….…………
b. Uji Homogenitas...……………………….................…………..
c. Uji Daya Sebar Salep.............…………...………..…………….
7
7
7
8
9
10
14
15
16
17
17
17
17
17
18
18
18
19
20
21
21
21
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
d. Uji Daya Lekat Salep..…………………………..…......……….
e. Uji Viskositas..............................................................................
f. Pemeriksaan pH...........................................................................
g. Uji Iritasi......................................................................................
h. Uji Aktivitas Antibakteri.............................................................
E. Analisa Hasil ..………………………..…................................………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
A. Determinasi Tanaman……………...................................................…
B. Ekstraksi Daun Jambu Mete...............…………..................………....
C. Hasil Uji Sifat Fisik Ekstrak.................................................................
1. Uji Organoleptis………...................................................................
2. Uji Daya Lekat..………………………….......................................
D. Hasil Uji Sifat Fisik dan Kimia Salep……….......................................
1. Homogenitas Salep.....................................………….…………….
2. Uji Organoleptis.......……………………….................…………...
3. Uji pH..................….....….............…………………..…………….
4. Uji Viskositas.............….........………………………..…......…….
5. Uji Daya Lekat.................................................................................
6. Uji Daya Sebar.................................................................................
7. Uji Iritasi.........................................................................................
E. Hasil Uji Daya Antibakteri Salep.........................................................
F. Hasil Analisa Statistik Salep.................................................................
1. Analisa Statistik Uji pH...................................................................
22
22
23
23
24
25
26
26
26
26
26
27
27
27
28
28
30
31
33
34
35
36
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
2. Analisa Statistik Uji Viskositas........................................................
3. Analisa Statistik Uji Daya Lekat Salep............................................
4. Analisa Statistik Uji Daya Sebar Salep............................................
5. Analisa Statistik Uji Daya Antibakteri.............................................
BAB V. PENUTUP.............................................................................................
A. Kesimpulan..............................………………………..………….......
B. Saran.........................................…………..….…….............................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN........................................................................................................
37
37
37
38
39
39
39
40
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daun Jambu Mete ( Anacardium occidentale L.).............................
Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus.........................................................
Gambar 3. Hasil Uji pH Salep Selama 4 Minggu...............................................
Gambar 4. Hasil Uji Viskositas Selama 4 Minggu.............................................
Gambar 5. Hasil Uji Daya Lekat Selama 4 Minggu...........................................
Gambar 6. Hasil Uji Daya Sebar Selama 4 Minggu...........................................
Gambar 7. Hasil Uji Daya Antibakteri Salep......................................................
Halaman
4
8
29
30
32
33
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tabel Formula..................................................................................
Tabel II. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak daun Jambu Mete...........................
Tabel III. Homogenitas salep selama empat minggu....……………………...
Tabel IV. Hasil Uji Organoleptis Salep............................................................
Tabel V. Hasil Pengamatan Uji Iritasi............................................................
Halaman
18
27
27
28
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman...........................................................
Lampiran 2. Perhitungan Randemen Ekstrak......................................................
Lampiran 3. Diagram Alir Cara Kerja................................................................
Lampiran 4. Gambar Salep Ekstrak Daun Jambu Mete......................................
Lampiran 5. Gambar Zona Hambat Salep...........................................................
Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Iritasi.................................................................
Lampiran 7. Hasil Uji Homogenitas Salep.........................................................
Lampiran 8. Hasil Uji Organoleptis Salep..........................................................
Lampiran 9. Hasil Uji pH....................................................................................
Lampiran 10. Hasil Uji Viskositas Salep............................................................
Lampiran 11. Hasil Uji Daya Lekat Salep..........................................................
Lampiran 12. Hasil Uji Daya Sebar Salep..........................................................
Lampiran 13. Hasil Pengamatan Uji Iritasi.........................................................
Lampiran 14. Hasil Uji Antibakteri Salep...........................................................
Lampiran 15. Analisa Statistik Uji pH................................................................
Lampiran 16. Analisa Statistik Uji Viskositas....................................................
Lampiran 17. Analisa Statistik Uji Daya Lekat..................................................
Lampiran 18. Analisa Statistik Uji Daya Sebar..................................................
Lampiran 19. Analisa Statistik Uji Daya Antibakteri.........................................
Halaman
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
59
62
65
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang tidak
pernah dapat diatasi secara tuntas dan masih menjadi penyakit utama penyebab
kematian di dunia termasuk Indonesia (Priyanto, 2009). Penyakit ini dapat
disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, dan
jamur (Jawetz et al., 2005).
Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia salah satunya
adalah Staphylococcus aureus (S. aureus) yang tergolong dalam bakteri gram
positif. Bakteri S. aureus dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel
rambut, kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endokarditis,
pneumonia, pyelonephritis, dan osteomyelitis (Entjang, 2003).
Pengobatan infeksi dengan obat-obatan dari zat kimia tidak selalu efektif,
misalnya pengobatan infeksi dengan menggunakan antibiotik. Beberapa antibiotik
tidak lagi efektif untuk terapi infeksi karena terjadinya resistensi kuman, selain itu
juga dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, diperlukan suatu
terobosan baru untuk mengatasi masalah infeksi tanpa antibiotik.
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dibidang
kesehatan, terutama tanaman berkhasiat obat yang dapat digunakan sebagai
pengobatan tradisional. Salah satu contohnya adalah jambu mete ( Anacardium
occidentale L).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Berdasarkan penelitian yang dilakuan Ayepola dan Ishola, 2009, diketahui
bahwa daun jambu mete memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun jambu mete
mempunyai daya hambat 16mm dengan dosis 32mg/ml. Berdasarkan penelitian
adanya aktivitas tersebut maka daun jambu mete dapat digunakan sebagai
alternatif pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri S. aureus. Sediaan yang
akan digunakan dalam penelitian untuk mengatasi infeksi oleh bakteri S. aureus
adalah sediaan topikal.
Salep ekstrak daun jambu mete diharapkan dapat digunakan masyarakat
sebagai alternatif pengobatan untuk mengatasi infeksi dengan terapi lokal. Karena
itu pemilihan basis salep yang tepat perlu diperhatikan untuk mengetahui basis
salep yang cocok dan aman digunakan sebagai basis untuk ekstrak daun jambu
mete dan memiliki daya hambat paling besar terhadap bakteri S. aureus.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu:
1. Apakah perbedaan tipe basis berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia salep
ekstrak daun jambu mete ?
2. Bagaimana kemampuan daya antibakteri dari ketiga formula salep ekstrak
daun jambu mete terhadap bakteri Staphylococcus aureus ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui pengaruh perbedaan tipe basis terhadap sifat fisik dan kimia
salep ekstrak daun jambu mete.
2. Mengetahui kemampuan daya antibakteri ketiga formula salep ekstrak
daun jambu mete terhadap bakteri Staphylococcus aureus ?
D. Manfaat Penelitiaan
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Salep dari ekstrak daun jambu mete sebagai antibakteri yang memenuhi syarat
uji sifat fisik dan kimia.
2. Meningkatkan daya guna daun jambu mete dalam bentuk sediaan farmasi
sehingga meningkatkan nilai ekonominya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Daun Jambu Mete
Gambar 1. Daun Jambu Mete ( Anacardium occidentale L. )
Klasifikasi Jambu mete ( Anacardium occidentale L. )
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Anacardium
Spesies : Anacardium occidentale L.( Duke,2001)
Jambu mete, Anacardium occidentale L. (Keluarga Anacardiaceae), adalah
pohon multiguna dari daerah tropis. yang mencapai ketinggian sekitar 15m.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Mereka tumbuh di tanah yang relatif kering di alam tetapi dalam budidaya tumbuh
baik di hutan hujan tropis. Daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat
telur) sungsang sampai bundar telur sungsang-jorong dengan tepian berlekuk-
lekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas bulat telur terbalik, kebanyakan
dengan pangkal runcing dan ujung membulat, melekuk ke dalam, helaian daun
tunggal,warna hijau kekuningan sampai hijau tua kecoklatan, panjang 4 cm
sampai 22 cm, lebar 2 cm sampai 15 cm, ujung daun membundar (rotundatus)
seperti pada ujung yang tumpul tapi tidak terbentuk sudut sama sekali hingga
ujung daun merupakan suatu busur, tumpul dengan lekukan kecil di tengah,
pangkal daun runcing (acutus) yakni jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang
sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun
membentuk suatu sudut lancip (kurang dari 90º), pinggir daun rata (truncatus),
panjang tangkai daun sampai 3 cm, tulang daun menyirip (penninervis)
mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan dari tangkai daun, permukaan atas dan bawah daun licin (laevis),tidak
berambut. Daun sederhana, bergantian, tebal dan kaku, panjang 6-24 cm, lebar 4-
15 cm, hijau mengkilap (Sampath,2009).
Menurut Duke (2001), kulit kayu dan daun A. occidentale digunakan untuk
pengobatan; minyak biji atau getah digunakan untuk aplikasi industri dalam
industri plastik dan kadar fenol digunakan sebagai resin; kacang memiliki daya
tarik internasional dan nilai pasar sebagai sumber makanan, terutama dalam
industri minuman (Agedah dkk,2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Ekstrak dari daun dan kulit batang Anacardium occidentale disaring untuk
phytochemically dan mengetahui keberadaan metabolit sekunder untuk aktivitas in
vitro antibakteri. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya alkaloid dan
tanin (Mustapha dan Hafsat,2007). Ekstrak metanol daun dan ekstrak metanol
kulit batang diuji terhadap Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Bacillus subtilis, Salmonella typhi, Candida albicans dan Escherichia coli dengan
metode pengenceran agar. Ekstrak metanol daun memiliki aktivitas yang lebih
tinggi dari ekstrak air. Ekstrak daun menunjukkan aktivitas lebih besar dari
ekstrak kulit batang (Ayepola dan Ishola, 2009).
2. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk( Anonim,
1979).
Ekstraksi yaitu penarikan zat yang diinginkan dari bahan obat dengan
menggunakan pelarut yang dipilih disesuaikan dengan zat yang akan dilarutkan.
Bahan mentah obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu
diproses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan, karena tiap bahan
mentah obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Proses
ekstraksi adalah dengan mengumpulkan zat aktif dari bahan mentah obat dan
mengeluarkannya dari bahan-bahan sampingan yang tidak diperlukan(Ansel, 1989
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Metode ekstraksi
Ada beberapa metode yang dipakai untuk ekstraksi yaitu metode maserasi,
perkolasi, dan soxhletasi untuk mengekstraksi atau penyari bahan. Metode
ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat,
daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam
memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat
(Ansel,1989).
4. Sokletasi
Tekhnik ekstraksi ini dilakukan dengan menggunakan alat sokhlet ( soxhlet
extractor) dan merupakan metode ektraksi panas, Penggunaan alat ini dapat
mengekstrak secara kontinu sehingga dapat menghemat pelarut yang digunakan
dan dapat melarutkan senyawa yang lebih banyak. Cara kerja alat ini yaitu dengan
menggunakan pelarut, lalu uap pelarut yang naik kebagian atas sokhlet yang akan
didinginkan oleh pendingin sehingga pelarut akan mengembun kembali dan
mengalir kebawah membasahi baan. Setelah pelarut mencapai ketinggian tertentu,
maka pelarut yang telah mengandung zat terlarut( senyawa-senyawa kimia dari
bahan) akan turun kembali kelabu awal. Proses ini berlangsung secara terus
menerus sehingga bahan akan terendam secara kontinu.
5. Cairan penyari
Sistem pelarut yang digunakan harus dipilih berdasarkan kemampuannya
dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin
bagi unsur yang tidak diinginkan. Pemilihan cairan penyari harus
mempertimbangkan banyak faktor lain : murah dan mudah diperoleh, stabil secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,
selektif, tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan.
Pelarut yangdigunakan sebagai cairan penyari antara lain : air, eter atau campuran
etanol-air ( Anonim, 1979).
6. Staphylococcus aureus
Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus
Menurut breed(1957), kedudukan bakteri Staphylococcus aureus adalah
sebagai berikut :
Divisio : Protophyta
Classis : Schzomycetes
Ordo : Eubakteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat,
diameter 0,5-1,5 µ, dan tersusun dalam kelompok tidak teratur. Dinding selnya
mengandung dua komponen utama yaitu peptidoglikan dan asam telkoat. Bakteri
ini mengalami metabolisme aerob dan anaerob. Staphylococcus biasanya peka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
terhadap antibiotik beta-laktam dan makrolida. Bakteri ini ditemukan terutama
pada kulit, kelenjar kulit, dan selaput lendir ( Bonang dan Koeswardono,1982)
Infeksi oleh Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
Setiap jaringan tubuh dapat terinfeksi dan menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses (Warsa,
1994).
Bakteri ini masuk ke tubuh dapat melalui folikel rambut, muara kelenjar
keringat dan luka-luka kecil. Staphylococcus mempunyai sifat menghemolisa sel
darah merah, menghasilkan koagulasi dan membentuk pigmen. Infeksi yang
ditimbulkan bakteri ini dapat meluas kejaringan sekitarnya melalui kelenjar limfe
dan darah ( Suryono, 1995).
7. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir ( Anonim, 1995). Menurut ansel (1989),
secara farmasetik, salep adalah sediaan setengah padat yang obatnya terdapat
dalam dasar salep yang berbentuk setengah padat, baik yang bersifat hidrofil
maupun hidrofob.
Salep pada umumnya berlaku untuk terapi lokal dan diharapkan dapat
berpenetrasi kedalam lapisan kulit paling atas untuk memberikan efek
penyembuhan. Salep tidak boleh berbau tengik dan harus mudah dioleskan
sebagai obat luar ( Anief,1987).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
8. Basis
Pemilihan basis salep tergantung pada khasiat yang diinginkan, sifat bahan
yang dicampurkan, stabilitas dan ketahanan sediaan serta beberapa hal harus
menggunakan basis salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang
diinginkan, sebagai contoh obat yang cepar terhidrolisis, lebih stabil dalam basis
salep hidrokarbon daripada basis salep yang mengandung air ( Anonim, 1995).
Basis salep harus mempunyai sifat-sifat, antara lain secara terapi netral dan
tidak toksik, secara fisiologis tidak meragukan atau dapat dicernakan, tidak ada
mikroorganisme, stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi, serta pengaruhnya
terhadap obat harus diketahui ( Voigt,1994).
Menurut Ansel (1989) basis salep dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Basis salep hidrokarbon.
Basis salep ini dikenal sebagai basis salep berlemak antara lain vaselin,
minyak mineral dan parafin. Basis salep hidrokarbon dipakai terutama untuk efek
emolien (Voigt, 1994). Sebagai bahan asing untuk tubuh, basis ini dapat
menimbulkan rangsangan pada kulit yang sensitif, sehingga pemakaiannya pada
penyakit kulit akut dihindari. Lapisan tipis bahan hidrokarbon yang terbentuk
tidak permeable dan tidak menutupi kulit serta menyebabkan terjadinya
penyumbatan pori-pori. Sebagai basis lipofil pemakaiannya pada rambut kurang
begitu cocok. Kerugian yang paling besar adalah tidak adanya pelepasan bahan
obat atau hanya sedikit. Basis hidrokarbon baik jika digunakan untuk salep
pelindung, sebagai sistem pembawa bahan obat dan sebagai basis untuk sistem
yang mengandung emulgator serta berdaya serap tinggi terhadap air( Ansel,1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Basis salep hidrokarbon yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1) Vaselinum Album ( Vaselin putih)
Vaselin putih adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang
telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian: massa
lunak, lengket, bening, putih. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air
dan dalam etanol (95%) P. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan(Anonim, 1979)
2) Paraffinum Liquidum (Parafin Cair)
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari
minyak mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol
atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpi. Pemerian: cairan
kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, ampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan: praktis tidak larut
dalam air dan etanol (95%) P (Anonim,1979).
b. Basis salep absorbsi
Basis salep ini dapat dibagi dalam dua kelompok, pertama basis salep yang
dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan air ( Anonim, 1995). Basis salep ini bermanfaat sebagai
emolien dan dalam farmasi digunakan untuk pencampuran fase air kedalam fase
minyak ( Ansel,1989 ). Basis salep absorpsi dapat sebagai lapisan penutup dan
melunakkan kulit. Basis ini dapat menjadi alergi, mudah menjadi tengik dan
baunya kurang menyenangkan. Basis salep absorbsi juga tidak mudah dihilangkan
dari kulit dengan pencucian air( Ansel,1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Basis serap(adsorpsi) yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1) Lanolin
a) 75% Adeps Lanae (Lemak bulu domba)
Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan,
diperoleh dari bulu domba Ovis aries L. mengandung air tidak lebih
dari 0,25%. Pemerian: zat serupa lemak, liat, lekat; kuning muda atau
kuning pucat, agak tembus cahaya, bau lemah dan khas. Kelarutan
praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
(Anonim, 1979).
b) 25% Aqua Destilata (Air suling)
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa(Anonim, 1979).
2) Unguentum simplex
a) 30% Cera Flava (Malam kuning)
Malam kuning adalah malam yang diperoleh dari sarang Apis
mellifera L atau spesies Apis lainnya. Mengandung lebih kurang 70%
ester terutama miristil palmitat. Disamping itu mengandung juga asam
bebas, hidrokarbon, ester kolesterol dan zat warna. Pemerian : Zat
padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak rapuh jika
dingin, menjadi elastik jika angat (Anonim, 1979).
b) 70% Oleum sesami (Minyak wijen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Minyak wijen adalah minyak lemak yang diperoleh dengan
pemerasan biji Sesamun indicum L. Pemerian: cairan, kuning pucat, bau
lemah, rasa tawar(Anonim, 1979).
d. Basis salep larut dalam air
Basis salep ini dibuat dari campuran polietilen glikol dengan bobot molekul
tinggi dan polietilen glikol dengan bobot molekul rendah ( Lachman et al, 1994)
Basis larut air mudah dibersihkan, karena hanya mengandung komponen yang
larut dalam air. Basis ini sangat mudah melunak dengan penambahan air,
sehingga lebih cocok dicampurkan dengan bahan padat ( Ansel, 1989 ).
Keuntungan dari basis salep tipe ini antara lain tidak merangsang kulit berambut.
Basis salep larut air mempunyai daya hisap osmotik yang tinggi dan dapat
menyebabkan iritasi pada jaringan yang trauma ( Voigt,1994 ).
1) PEG 400
Pemerian cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak
berwarna, bau khas lemah, agak higroskopis. Kelarutan: larut dalam air,
dalam etanol (95%), dalam aseton P, praktis tidak larut dalam eter p.
2) PEG 4000
Pemerian serbuk licin putih, potongan putih kuning gading, praktis
tidak berbau: tidak beras. Kelarutan: Mudah larut dalam etanol (95%) p dan
dalam kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P.
9. Antibakteri dan Uji Antibakteri
Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri khususnya bakteri yang
merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada bakteri yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menghambat pertumbuan bakteri dan ada yang bersifat membunuh bakteri. Kadar
minimal yang diperlukan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan
bakteri masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KBM).
Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat menjadi bakterisida bila kadar
antibakterinya melebihi KHM ( Setyabudi dan Gani, 1995).
a. Uji Aktivitas Antibakteri Secara In vitro
Aktivitas antibakteri diukur in vitro untuk menentukan potensi zat
antibakteri dalam larutan, konsentrasi dalam cairan tubuh dan jaringan, dan
kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi aktivitas antibakteri in vitro, yang berikut harus diperhatikan
karena secara nyata mempengaruhi hasil-hasil tes yaitu pH lingkungan,
komponen-komponen pembenihan, stabilitas obat, besarnya inokulum, masa
pengeraman dan aktivitas metabolik mikroorganisme ( Jawetz et al, 2005)
b. Difusi
Metode difusi digunakan untuk menentukan apakah suatu bakteri uji bersifat
peka, resisten atau intermediet terhadap suatu agen antibakteri. Agen antibakteri
yang diujikan akan berdifusi melalui media agar ( Murray et al, 1995). Pada
metode ini dikenal beberapa cara, yaitu cara Kirby bauer (disk diffusion), cara
sumuran, dan cara pour plate.
Dalam pembacaan hasil pengukuran daya antibakteri dengan metode difusi
dikenal dua macam zona, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a. Zona radikal adalah suatu daera disekitar disk dimana sama sekali tidak
ditemukan pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri tersebut diukur
dengan mengukur diameter dari zona radikal tersebut.
b. Zona irradikal adalah suatu daerah disekitar disk dimana pertumbuhan
bakteri dihambat oleh antibakteri tetapi tidak dimatikan dan dalam zona
ini akan terlihat pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan
daerah diluar pengaruh antibakteri tersebut ( Jawetz et al, 2001).
B. Kerangka Pemikiran
Infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan
parasit. Untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri dibutuhkan suatu
antibakteri. Daun jambu mete telah terbukti menghambat bakteri Staphylococcus
aureus dan dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengobati infeksi pada kulit.
Berdasarkan penelitian tersebut dilakukan pengembangan terhadap ekstrak
metanol daun jambu mete yang memiliki aktivitas antibakteri menjadi sediaan
topikal. Untuk memudahkan penggunaan ekstrak daun jambu mete sebagai
alternatif dalam pengobatan infeksi maka diperlukan suatu sediaan yang dapat
memudahkan penggunaan ekstrak daun jambu mete secara topikal. Sediaan salep
merupakan salah satu sediaan yang cocok untuk mengatasi infeksi secara topikal.
Dibuat salep dengan tipe variasi basis salep yang berbeda. Dengan
memvariasikan tipe basis diharapkan akan didapatkan tipe basis salep yang cocok
dan dapat membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia salep ekstrak daun jambu
mete sehingga dapat memenuhi standar persyaratan salep yang baik. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mengetahui daya antibakteri dari ketiga tipe basis salep dilakukan uji daya
antibakteri sehingga dapat diketahui basis salep yang mempunyai zona hambat
paling besar terhadap bakteri S. aureus. Variasi tipe basis akan memberikan
perbedaan pada hasil uji daya antibakteri, hal ini disebabkan FI dan FII
merupakan basis yang tidak larut air karena mengandung bahan minyak dan
lemak, sedangkan basis pada FIII merupakan basis yang larut air. Sedangkan
media yang digunakan pada uji daya antibakteri merupakan media NA (Nutrient
Agar) yang menggunakan pelarut air sehingga dimungkinkan FIII memberikan
zona hambat paling besar karena lebih mudah mendistribusikan zat aktif ke media
uji.
C. Hipotesis
1. Perbedaan tipe basis pada salep ekstrak daun jambu mete diduga
mempengaruhi sifat fisik dan kimia salep.
2. Terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil uji daya antibakteri ketiga
formula salep ekstrak daun jambu mete terhadap bakteri Staphylococcus
aureus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium
untuk memperoleh data hasil. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap
pertama pembuatan salep ekstrak daun jambu mete (Anacardium occidentale L.)
dengan basis salep hidrokarbon, tahap kedua adalah pembuatan salep ekstrak daun
jambu mete (Anacardium occidentale L.) dengan basis salep serap, dan tahap
ketiga pembuatan salep ekstrak daun jambu mete (Anacardium occidentale L.)
dengan basis salep larut air. Selanjutnya dilakukan uji sifat fisik dan kimia salep
yang meliputi Uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH, Uji viskositas, uji
kelengketan, uji iritasi, dan uji daya sebar. Selain itu juga dilakukan uji antibakteri
terhadap ketiga formula salep ekstrak daun jambu mete dengan menggunakan
metode difusi dengan media NA ( Nutrient Agar).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Mei 2012 – Juli 2012 di
Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah Soxhlet, Evaporator, Tabung reaksi (pyrex), gelas
ukur 10ml (pyrex) , Beaker glass 250ml (Pyrex), Oven, cawan porselen,
waterbath, mortir dan stemper, viskometer Rion VT-04, timbangan digital, kaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
arloji, alat uji daya sebar, anak timbang, pH meter(Cyberscan pH 110), cawan
petri, tabung reaksi, autoklaf, gelas ukur, erlenmeyer, inkubator, dan alat
pendukung lain.
2. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah daun jambu mete yang diperoleh dari Natar
(Lampung Selatan), aquadest, metanol, vaseline album, parafin liq, adeps lanae,
cera flava, minyak wijen, PEG 400, PEG 4000, biakan bakteri S. aureus, Nipagin,
media Nutrient Agar, Nutrient Broth.
D. Prosedur Penelitian
1. Formula Salep
Formula salep ekstrak daun jambu mete ( Anacardium occidentale L.)
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel I. Tabel Formula No. Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
1. Ekstrak daun jambu mete 3,2 gram 3,2 gram 3,2 gram
2. Vaselin Album 86,98 gram - -
3. Parafin Liq. 9,67 gram - -
4. Adeps lanae - 36,25 gram -
5. Aquadest - 12,08 gram -
6. Cera Flava - 14,49 gram -
7. Minyak wijen - 33,83 gram -
8. PEG 400 - - 57,99 gram
9. PEG 4000 - - 38,66 gram
10. Nipagin 0,15 0,15 0,15
Jumlah 100 gram 100 gram 100gram
Keterangan :
Formula 1 : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis salep hidrokarbon
Formula 2 : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis salep serap
Formula 3 : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis salep larut air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Pembuatan ekstrak daun jambu mete
Daun jambu mete yang telah dikeringkan dengan sinar matahari tak
langsung( ditutup kain hitam) diekstraksi dengan menggunakan metode
sokhletasi. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi adalah metanol.
Setelah disokhletasi selanjutnya ekstrak daun jambu mete yang didapatkan,
dikeringkan dengan menggunakan rotaryevaporator hingga didapatkan ekstrak
kental daun jambu mete.
a) Perhitungan Rendemen Ekstrak
Perhitungan randemen ekstrak daun jambu mete :
Berat serbuk daun jambu mete = a gram
Berat ekstrak daun jambu mete = b gram
% Kadar ekstrak daun jambu mete = b x 100 %
a
b) Standarisasi ekstrak
Standarisasi ekstrak daun jambu mete meliputi:
(1) Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan cara
mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa ekstrak.
(2) Uji daya lekat
Object glass ditandai seluas 2,5 cm x 2,5 cm, kemudian dicari
titik tengahnya. Kurang lebih 0,5 g ekstrak diletakkan ditengah luasan
tersebut, ditutup dengan object glass lain kemudian diberi beban 500 g
selam 5 menit. Kedua objek glass yang telah melekat satu sama lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dipasang pada alat uji dengan beban 80 g. Waktu yang diperoleh
dicatat sampai terpisahnya kedua object glass tersebut (Anonim,
2000).
3. Pembuatan salep ekstrak daun jambu mete
(1) Formula 1 ( Basis salep hidrokarbon )
Vaselin album ditambahkan dengan parafin liquid yang sebelumnya
ditambahkan nipagin dan diaduk hingga nipagin larut, kemudian
dipanaskan diwaterbath. Campuran tersebut diaduk di mortir hangat hingga
campuran homogen dan terbentuk konsistensi salep, ditunggu hingga
campuran dingin kemudian ditambahkan ekstrak daun jambu mete dan
diaduk hingga keseluruhan bahan homogen. Setelah itu dimasukkan
kedalam pot salep. Salep dilakukan uji sifat fisik dan kimia tiap minggu
selama empat minggu.
(2) Formula 2 ( Basis Serap)
Pembuatan lanolin dengan mencampurkan 75 bagian adeps lanae
dengan ditambahkan air 25 bagian yang sebelumnya digunakan untuk
melarutkan nipagin dan diaduk hingga homogen. Pembuatan unguentum
simplex dibuat dengan mencampurkan cera flava 30 bagian dengan minyak
wijen 70 bagian kemudian dilebur diatas waterbath. Unguentum simplex
yang telah dibuat dicampurkan dengan lanolin didalam mortir dan diaduk
sampai homogen hingga terbentuk massa salep. Setelah dingin,
ditambahkan ekstrak daun jambu mete dan diaduk hingga semua campuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
homogen. Salep dimasukkan kedalam pot salep dan dilakukan uji sifat fisik
dan kimia salep tiap minggu selama empat minggu.
(3) Formula 3 ( Basis larut air )
PEG 400 dan PEG 4000 dilelehkan diatas waterbath ditambahkan
nipagin diaduk hingga larut, setelah leleh dan tercampur homogen
campuran PEG dimasukkan dalam mortir hangat diaduk hingga mortir
dingin dan terbentuk massa salep. Ditambahkan ekstrak daun jambu mete
dan diaduk hingga homogen, kemudian dimasukkan kedalam pot salep.
Salep dilakukan uji sifat fisik dan kimia yang dilakukan tiap minggu selama
empat minggu
4. Pemeriksaan kestabilan sediaan salep
Sediaan salep diamati secara organoleptis untuk mengetahui homogenitas,
warna dan bau setiap minggu selama empat minggu pada suhu kamar.
(1) Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan cara mendiskripsikan
bentuk, warna, bau, dan bentuk salep. Uji organoleptis dilakukan setiap
minggu selama empat minggu ( Anonim, 1979).
(2) Uji homogenitas
Sediaan salep diuji homogenitasnya dengan mengoleskan salep
pada sekeping kaca ataupun bahan transparan yang cocok. Diamati
sediaan salep menunjukkan susunan yang homogen. Cara diaatas diulangi
3 kali ( Anonim, 1974).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(3) Uji daya sebar salep
Sediaan salep ditimbang 0,5 gram dan diletakkan ditengah alat
(kaca bulat ). Kemudian ditimbang kaca yang lain, setelah itu diletakkan
diatas massa salep dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian diukur
berapa diameter salep yang menyebar ( dengan mengambil panjang
diameter dari beberapa sisi ). Ditambahkan 5 gram beban tambahan,
diamkan selama 1 menit dan dicatat diameter salep yang menyebar
seperti sebelumnya. Diteruskan dengan penambahan beban tiap kali 5
gram hingga salep tidak menyebar dan dicatat diameter salep. Uji ini
diulang masing-masing 3 kali untuk salep yang diperiksa ( Voight, 1994).
(4) Uji daya lekat salep
0,5 gram salep diletakkan diatas gelas objek. Diletakkan, gelas
objek lain diatas salep tersebut Kemudian ditekan dengan beban 500
gram selama 5 menit. Kemudian dilepaskan beban seberat 80 gram dan
dicatat waktunya hingga kedua gelas objek terlepas. Dilakukan tes untuk
formula salep masing-masing 3 kali percobaan ( Anonim, 2000).
(5) Uji viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskotester.
Viskotester dipasang pada klemnya dengan arah horizontal atau tegak
lurus dengan arah klem. Rotor kemudian dipasang viskotester dengan
menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam. Mangkuk diisi sampel
salep yang akan diuji, rotor ditempatkan tepat berada ditengah-tengah
yang berisi salep, kemudian alat dihidupkan dan ketika rotor mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berputar jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju
kekanan kemudian setelah stabil, viskositas dibaca pada skala dari rotor
yang digunakan. Cara diaatas diulangi 3 x percobaan tiap formula (Martin
et all, 1993).
(6) Pemeriksaan pH
Sebanyak 0,5 gram sediaan salep dilarutkan dalam 10 ml akuades.
Diukur nilai pH-nya menggunakan pH meter sampai menunjukkan nilai
pH yang konstan. Pemeriksaan pH dilakukan setiap minggu selama empat
minggu pada suhu kamar ( Anonim, 2004).
(7) Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan mengoleskan salep kekulit tangan
sukarelawan. Dibiarkan selama 12 jam. Pengujian keamanan sediaan
salep yang dibuat dilakukan terhadap 20 orang sukarelawan dengan uji
tempel terbuka( patch test ), yakni : sejumlah sediaan uji dioleskan pada
punggung tangan kanan sukarelawan dan dibiarkan terbuka selama 12
jam. Punggung tangan kiri diolesi basis salep. Selanjutnya perubahan
warna yang terjadi pada punggung tangan kanan masing-masing
sukarelawan diamati. Jika tidak terjadi reaksi ( tidak merah dan tidak
bengkak ) diberi tanda (-), jika terjadi reaksi (kulit memerah) diberi
tanda(+), selanjutnya jika terjadi pembengkakan diberi tanda (++). Pada
punggung tangan dilihat apakah tampak adanya iritasi ( kemerahan) pada
kulit yang dioleskan salep tersebut dibandingkan dengan kontrol yaitu
punggung tangan kiri( Susanti, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(8) Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun jambu mete
I. Pembuatan suspensi bakteri S. Aureus
Media NB ( Nutrient Broth) sebanyak 0,4 gram didihkan
kedalam 50 ml air. Setelah itu NB dan alat-alat gelas yang akan
digunakan distrelisasi dengan autoklaf. Setelah disterilisasi ditunggu
hingga media NB dingin. Setelah media dingin, dimasukkan satu ose
bakteri biakan kedalam media NB sebanyak 20 ml. Agar
pertumbuhan bakteri merata suspensi bakteri difortex terlebih dahulu
selama 24 jam. Suspensi bakteri pada media distandarisasi dan
diamati absorbansinya hingga 0.5 pada panjang gelombang 580nm.
II. Pembuatan media agar (NA)
Nutrient Agar ( NA) ditimbang sebanyak 2 gram kemudian
dilarutkan dalam 100 ml air aquades, dipanaskan, distirer diatas
hotplate sampai mendidih sehingga terbentuk larutan agar yang
berwarna kuning bening. NA yang telah dididihkan, cawan petri
yang telah dibungkus kertas dan alat-alat yang akan digunakan
dalam uji antibakteri disterilisasi pada suhu 1210
C selama 15 menit.
Setelah itu 20 ml NA steril dan 100µl suspensi bakteri dituang
dalam cawan petri dan diputar membentuk angka delapan agar media
dan bakteri tercampur rata, ditunggu hingga padat. Untuk uji
antibakteri, bakteri yang telah ditumbuhkan dicetak dengan bor
gabus ukuran diameter 6 mm, dibuat sebanyak 3 sumuran. Kemudian
dimasukkan ketiga formula salep daun jambu mete kedalam masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
masing sumuran. Cawan kemudian diinkubasi didalam incubator
dengan suhu 370C selama 18-24 jam. Kemudian dilakukan
pengamatan zona hambat sampel terhadap pertumbuhan bakteri uji
dilakukan dengan mengukur diameter zona bening disekitar sumuran
yang merupakan diameter zona penghambat (Ayepola dan Ishola,
2009)
E. Analisa Hasil
Penelitian yang berjudul “Formulasi dan Uji Daya Antibakteri Salep
Ekstrak Daun Jambu Mete ( Anacardium occidentale L.) Dengan Variasi Tipe
Basis Salep” menggunakan dua jenis analisa data, yaitu :
a) Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter
dari Farmakope Indonesia dan pustaka lain.
b) Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Untuk
data yang terdistribusi normal dianalisis menggunakan oneway
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji t-LSD
(Least Significant Difference) jika terdapat perbedaan yang bermakna
antar variable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) dilakukan di
Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil dari
determinasi menunjukkan bahwa bahan yang digunakan merupakan daun jambu
mete (Anacardium occidentale L.) Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran
1.
B. Ekstraksi Daun Jambu Mete
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode Sokletasi dengan pelarut
metanol. Sebanyak 60 gram serbuk kering daun jambu mete diekstraksi dengan
menggunakan metanol 500 ml. Hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dengan
menggunakan rotaryevaporator dan didapatkan sebanyak 15,86 g ekstrak kental
daun jambu mete. Perhitungan rendemen hasil ekstrak yang didapatkan yaitu
26,43%. Perhitungan rendemen ekstrak daun jambu mete dapat dilihat pada
lampiran 2.
C. Hasil Uji Sifat Fisik Ekstrak
1. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis ekstrak daun jambu mete meliputi uji warna, rasa
dan bau. Hasil uji organoleptis ekstrak dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Hasil uji organoleptis ekstrak daun jambu mete No. Uji Hasil Uji
1 Warna Hijau kehitaman
2 Bau Khas daun jambu mete
3 Rasa Pahit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Uji daya lekat ekstrak
Pengujian daya lekat ekstrak dilakukan untuk mengetahui kemampuan
ekstrak pada saat menempel dikulit bersama dengan basis salep. Hasil uji daya
lekat rata-rata 3 x percobaan pada ekstrak daun jambu mete adalah 4.477±0.674
(menit).
D. Hasil Uji Sifat Fisik Dan Kimia Salep
1. Homogenitas salep
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas dari ketiga formula
salep ekstrak daun jambu mete. Hasil uji homogenitas dari ketiga formula salep
dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Homogenitas salep ekstrak daun jambu mete selama 4 minggu No. Formula Hasil Uji
1 Formula I Homogen
2 Formula II Homogen
3 Formula III Homogen
Keterangan :
Formula I : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis hidrokarbon
Formula II : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis serap
Formula III: Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis larut air
Hasil pengujian menunjukkan masing-masing formula salep menunjukkan
hasil salep yang homogen. Homogenitas ketiga formula dilihat selama masa
penyimpanan empat minggu dan dilakukan pengujian setiap minggunya. Hasil
pengujian homogenitas ketiga formula telah sesuai dengan persyaratan pada
Famakope Indonesia tahun 1979 yaitu apabila salep dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukkan susunan yang homogen
dilihat dengan tidak adanya partikel yang bergerombol dan salep menyebar secara
merata. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan tipe basis tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mempengaruhi homogenitas salep ekstrak daun jambu mete. Hasil pengamatan uji
homogenitas salep selama empat minggu dapat dilihat pada lampiran 7.
2. Uji organoleptis salep
Pengujian organoleptis salep ekstrak daun jambu mete meliputi uji
warna,bau dan bentuk salep. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada Tabel IV.
Tabel IV. Hasil uji organoleptis salep ekstrak daun jambu mete selama 4 minggu Uji Formula I Formula II Formula III
Warna Hijau muda Hijau kekuningan Hijau tua
Bau Khas daun jambu mete Khas daun jambu mete Khas daun jambu mete
Bentuk Konsistensi lunak Konsistensi Lunak Konsistensi kental
Keterangan :
Formula I : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis hidrokarbon
Formula II : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis serap
Formula III : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis larut air
Hasil pengujian menunjukkan adanya kestabilan warna, bau dan bentuk
salep selama masa penyimpanan empat minggu pengujian. Dari hasil didapatkan,
sediaan salep dengan basis hidrokarbon, basis serap dan larut air memiliki
kestabilan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan selama empat
minggu ketiga formula tidak mengalami perubahan warna, bau serta bentuk salep.
Dari pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan tipe basis
salep yang digunakan pada formula salep ekstrak daun jambu mete tidak
berpengaruh terhadap hasil uji organoleptis salep. Hasil pengamatan uji
organoleptis selama empat minggu dapat dilihat pada lampiran 8.
3. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengetahui apakah pH salep yang akan digunakan
telah sesuai dengan pH kulit yaitu berada pada rentang pH 5,5 – 7 ( Troy et all,
2005) sehingga tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Hasil uji pH pada salep
ekstrak daun jambu mete dapat dilihat pada Gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 3. Hasil uji pH salep selama 4 minggu
Keterangan :
Formula I : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis hidrokarbon
Formula II : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis serap
Formula III : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis larut air
Dari Gambar 3 dapat terlihat bahwa hasil pengamatan pH setiap formula
sediaan salep mengalami perubahan selama masa penyimpanan empat minggu.
Hal ini disebabkan karena perbedaan suhu dan kondisi penyimpanan pada waktu
pengamatan. Akan tetapi nilai pH pada ketiga formula telah memenuhi syarat pH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
yang ditentukan yaitu berada pada rentang pH 5,5 – 7 sehingga dapat diambil
kesimpulan ketiga formula salep ekstrak daun jambu mete memenuhi nilai pH
yang aman untuk pemakaian dikulit dan tidak menimbulkan iritasi. Hasil uji pH
selama empat minggu dapat dilihat pada lampiran 9.
4. Uji viskositas salep
Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Semakin
besar viskositas maka akan semakin besar tahanan dari suatu senyawa obat untuk
berdifusi keluar dari basisnya, sehingga pelepasan obat dari basisnya menjadi
lambat dan sebaliknya.. Hasil pengamatan viskositas ketiga formula selama 4
minggu pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil uji viskositas salep selam 4 minggu
Hasil pengujian menunjukkan bahwa formula III mempunyai viskositas
yang paling besar dibandingkan dengan Formula I dan II. Urutan viskositas dari
yang paling besar adalah Formula III>Formula I>Formula II. Selain itu dapat
dilihat nilai viskositas salep masing-masing formula mengalami penurunan setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
minggunya, hal ini dapat disebabkan suhu dan kondisi yang berbeda pada saat
penyimpanan dan pengujian. Viskositas berhubungan erat dengan daya sebar atau
kemampuan menyebar salep pada saat pemakaian dikulit. Semakin besar
viskositas suatu salep maka kemampuan menyebar salep semakin kecil. Salep
yang memiliki viskositas yang rendah akan mempermudah dalam pemakaian serta
pengambilan dari wadah karena konsistensi salep lebih lunak.
Pada basis salep serap memiliki nilai viskositas paling kecil, hal ini
disebabkan karena basis yang digunakan adalah campuran lanolin dengan
unguentum simplex yang memiliki konsistensi yang lebih lunak dibandingkan
formula dengan basis hidrokarbon maupun basis larut air. Sedangkan hasil
viskositas pada basis salep larut air memiliki nilai paling besar dikarenakan
kombinasi PEG 4000 dan PEG 400 memiliki konsistensi yang besar sehingga
membentuk massa yang lebih keras. Dari analisa pengujian data hasil penelitian
dapat diambil kesimpulan yaitu perbedaan tipe basis salep yang digunakan dalam
pembuatan salep ekstrak daun jambu mete mempengaruhi nilai uji viskositas.
Hasil uji viskositas selama empat minggu dapat dilihat pada lampiran 10.
5. Uji daya lekat salep
Pengujian daya lekat salep dilakukan untuk mengetahui kemampuan salep
pada saat menempel pada permukaan kulit. Semakin besar daya lekat salep maka
absorpsi zat aktif obat akan semakin besar. Hal ini dikarenakan ikatan atau
interaksi salep dengan kulit akan semakin lama, sehingga basis salep akan
melepaskan zat aktif obat lebih optimal. Pengamatan uji daya lekat salep ekstrak
daun jambu mete selama empat minggu dapat dilihat pada Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 5. Hasil uji daya lekat selama 4 minggu
Keterangan :
Formula I : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis hidrokarbon
Formula II : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis serap
Formula III : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis larut air
Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat hasil daya lekat masing-masing formula
mengalami perubahan setiap minggunya. Hal ini dapat disebabkan perbedaan
suhu dan kondisi selama masa penyimpanan. Urutan hasil uji daya lekat formula
dari yang paling besar adalah Formula III>Formula II>Formula I. Formula III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memiliki daya lekat paling besar dibandingkan dengan Formula I dan Formula II.
Penambahan PEG 4000 pada formula III meyebabkan semakin besar daya lekat
salep, karena konsistensi PEG 4000 yang menyebabkan salep lebih padat. Hasil
uji daya lekat salep selama empat minggu dapat dilihat pada lampiran 11.
6. Uji daya sebar salep
Uji daya sebar salep digunakan untuk mengetahui kemampuan
menyebarnya salep pada permukaan kulit yang akan diobati. Sediaan salep
diharapkan dapat menyebar dengan mudah ditempat pemberian tanpa
menggunakan tekanan yang berarti. Hasil pengamatan daya sebar salep ekstrak
daun jambu mete selama empat minggu dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil uji daya sebar salep selama 4 minggu
Hasil pengamatan uji daya sebar menunjukkan diameter paling besar
terdapat pada formula II, dan formula III memiliki diameter sebar paling kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Hal ini berkaitan dengan hasil uji viskositas salep. Semakin rendah viskositas
salep maka daya sebarnya akan semakin besar, sehingga kontak antara zat aktif
dengan kulit juga akan semakin luas dan absorpsi obat kekulit akan semakin
cepat.
Dari hasil pengujian didapatkan perbedaan yang signifikan pada formula III
dengan formula lainnya, hal ini disebabkan karena campuran basis PEG 400 dan
PEG 4000 membentuk konsistensi salep yang agak keras, sehingga kemampuan
menyebar salep lebih kecil dibandingkan formula lainnya. Hasil uji daya sebar
salep selama empat minggu dapat dilihat pada lampiran 12.
7. Uji iritasi
Hasil pengamatan uji iritasi yang telah dilakukan pada 20 sukarelawan dapat
dilihat pada Tabel V.
Tabel V. Hasil pengamatan uji iritasi No. Formula Hasil uji
1 Formula I -
2 Formula II -
3 Formula III -
Keterangan :
Formula I : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis hidrokarbon
Formula II : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis serap
Formula III : Salep ekstrak daun jambu mete dengan basis larut air
Dari 20 sukarelawan yang dioleskan ketiga formula salep ekstrak daun jambu
mete didapatkan hasil negatif atau tidak didapatkan adanya iritasi, warna merah
pada kulit maupun pembengkakan pada tempat dioleskannya salep. Sehingga
dapat disimpulkan ketiga formula salep ekstrak daun jambu mete aman untuk
digunakan pada kulit untuk membantu mengobati infeksi ataupun sebagai
antibakteri. Hasil uji iritasi terhadap 20 sukarelawan dapat dilihat pada lampiran
13.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
E. Hasil Uji Daya Antibakteri Salep
Uji daya antibakteri salep dilakukan untuk mengetahui besarnya zona
hambat dari masing-masing formula salep, sehingga dapat diketahui formula yang
memiliki zona hambat terbesar pada bakteri S. aureus. Hasil pengamatan uji daya
antibakteri salep ekstrak daun jambu mete dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 7. Hasil Uji Daya Antibakteri Salep
Dari hasil pengujian daya antibakteri salep didapatkan zona hambat paling
besar terdapat pada Formula III. Hal ini disebabkan karena basis yang digunakan
pada formula III adalah basis larut air sehingga lebih mudah untuk
mendistribusikan zat aktif pada media uji yaitu NA( Nutrient Agar). Sedangkan
Formula II menghasilkan zona hambat paling kecil dikarenakan basis yang
digunakan adalah basis yang mengandung bahan minyak dan lemak sehingga
lebih sukar mendistribusikan zat aktif. Hasil uji daya antibakteri salep dapat
dilihat pada lampiran 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
F. Hasil Analisa Statistik Salep
Hasil pengamatan analisa statistik setiap pengujian di uji dengan
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov untuk mengetahui apakah data
terdistribusi secara normal. Hasil uji pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan
nilai signifikan setiap pengujian mempunyai nilai signifikan lebih besar dari 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Selanjutnya
dilakukan pengujian Oneway ANOVA untuk mengetahui adanya pengaruh
perbedaan tipe basis terhadap hasil pengujian sifat fisik dan kimia salep. Hasil
perhitungan didapatkan nilai F hitung lebih besar dari F tabel, Hal tersebut
menunjukkan adanya pengaruh perbedaan tipe basis terhadap nilai uji sifat fisik
dan kimia salep. Untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan antara masing-masing
variabel dilakukan uji Post Hoc Test. Pada pengamatan terdapat tanda bintang(*)
pada hasil, hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada masing-
masing formula.
1. Analisa Statistik Uji pH Salep
Hasil analisa statistik uji pH menunjukkan data masing-masing
formula terdistribusi normal. Berdasarkan uji Oneway ANOVA didapatkan
nilai F hitung(5.699) lebih besar dari F tabel (4.26) sehingga dapat
disimpulkan adanya pengaruh perbedaan tipe basis pada uji pH salep.
Perbedaan yang bermakna terdapat pada Formula III. Hasil analisa statistik
uji pH dapat dilihat pada lampiran 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2. Analisa Statistik Uji Viskositas Salep
Hasil analisa statistik uji viskositas menunjukkan data masing-masing
formula terdistribusi normal. Berdasarkan uji Oneway ANOVA didapatkan
nilai F hitung(103.926) lebih besar dari F tabel (4.26) sehingga dapat
disimpulkan adanya pengaruh perbedaan tipe basis pada uji viskositas
salep. Perbedaan yang bermakna terdapat pada Formula III. Hasil analisa
statistik uji viskositas dapat dilihat pada lampiran 16.
3. Analisa Statistik Uji Daya Lekat Salep
Hasil analisa statistik uji daya lekat menunjukkan data masing-masing
formula terdistribusi normal. Berdasarkan uji Oneway ANOVA didapatkan
nilai F hitung (224.371) lebih besar dari F tabel (4.26) sehingga dapat
disimpulkan adanya pengaruh perbedaan tipe basis pada uji daya lekat
salep. Perbedaan yang bermakna terdapat pada Formula III. Hasil analisa
statistik uji viskositas dapat dilihat pada lampiran 17.
4. Analisa Statistik Uji Daya Sebar Salep
Hasil analisa statistik uji daya sebar menunjukkan data masing-masing
formula terdistribusi normal. Berdasarkan uji Oneway ANOVA didapatkan
nilai F hitung (8.905) lebih besar dari F tabel (4.26) sehingga dapat
disimpulkan adanya pengaruh perbedaan tipe basis terhadap uji daya sebar
salep. Perbedaan yang bermakna terdapat pada Formula III. Hasil analisa
statistik uji viskositas dapat dilihat pada lampiran 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
5. Analisa Statistik Uji Daya Antibakteri
Hasil analisa statistik uji daya antibakteri menunjukkan data masing-
masing formula terdistribusi normal. Berdasarkan uji Oneway ANOVA
didapatkan nilai F hitung (11.196) lebih besar dari F tabel (6.14) sehingga
dapat disimpulkan adanya pengaruh perbedaan tipe basis terhadap uji
daya antibakteri salep. Perbedaan yang bermakna terdapat pada Formula
III. Hasil analisa statistik uji daya antibakteri dapat dilihat pada lampiran
19.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perbedaan tipe basis pada formulasi salep ekstrak daun jambu mete
(Anacardium occidentale L.) memberikan perbedaan yang signifikan
terutama pada Formula III ( Basis larut air) terhadap uji sifat fisik dan kimia
salep.
2. Formula dengan menggunakan basis larut air memiliki daya hambat yang
paling besar terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan formula
dengan menggunakan basis serap memiliki daya hambat yang paling kecil
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
B. Saran
Dari Kesimpulan diatas penulis menyarankan diperlukan adanya
formulasi lebih lanjut untuk mengoptimalkan fungsi salep sebagai antibakteri
dan juga penggunaannya yang disukai masyarakat.