Jamban Keluarga Atau Tempat Pembuangan Kotoran Adalah Suatu Bangunan Yang Dipergunakan Untuk...
-
Upload
riskaandriyani -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
Transcript of Jamban Keluarga Atau Tempat Pembuangan Kotoran Adalah Suatu Bangunan Yang Dipergunakan Untuk...
Jamban keluarga atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan
memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban keluarga adalah untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit dan kotoran
manusia ( Salimmadjid, 2009 ).
Menentukan letak pembuangan kotoran
Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita harus memperhatikan
ada atau tidaknya sumber-sumber air. Kita perlu mempertimbangkan jarak dari tempat
pembuangan kotoran ke sumber-sumber air terdekat. Pertimbangan jarak yang harus diambil
antara tempat pembuangan kotoran dan sumber air, kita harus memperhatikan bagaimana
keadaan tanah, kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan, dan
sebagainya. ( Mubarak, 2009 ).
Beberapa macam tempat pembuangan kotoran
Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya, dikenal bermacammacam tempat pembuangan
kotoran:
a. Jamban cemplung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada
masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakus macam ini, maka
kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat penampungan ( Mubarak, 2009 ).
b. Jamban plengsengan
Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti miring. Nama ini
digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan kotoran dihubungkan
oleh suatu saluran yang miring. Jadi, tempat jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas
tempat penampungan, tetapi agak jauh.
c. Jamban bor
Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan Bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang disebut “Bor Auger”
dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang yang dibuat harus jauh lebih dalam
dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada jamban cemplung dan kakus plengsengan,
karena diameter jamban bor jauh lebih kecil.
d. Angsatrine (Water Seal Latrine)
Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat yang
berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau.
Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air
yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.
e. Jamban di atas balong (Empang)
Membuat jamban di atas Balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara
pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di
daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil mengalihkan kebiasaan tersebut
kepada kebiasaan yang harapkan, dapatkah cara tersebut diteruskan dengan memberikan
persyaratan tertentu ( Mubarak, 2009 ), antara lain :
Air dari balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi
Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di air
Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong tersebut atau yang
sejajar dengan jarak 15 meter
Aman dalam pemakaiannya
Jamban septic tank
Jamban Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan kotoran
terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerobic.
Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak
saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat
atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di
dalam bak tersebut ( Mubarak, 2009 ). Suatu jamban disebut sehat untuk daerah
pedesaan apabila memenuhi
persyaratan persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingi jamban tersebut
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
3. Tidak mengotori air tanah dan di sekitarnya
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang
5. Tidak menimbulkan bau
6. Mudah digunakan dan dipelihara
7. Sederhana desaianya
8. Murah ( Notoatmodjo, 2003 ).
Agar persyaratan –persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan
antara lain :
1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas
dan hujan, sehingga binatang – binatang lain terlindung dari pandangan orang dan
sebagainya.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang
kuat dan sebaiknya.
3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya.
4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau sikat WC (
Notoatmodjo, 2003 ).
Dampak dari perilaku buang air besar ke sungai, kebun, sawah, kolam dan tempat-tempat
terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut jelas sangat merugikan konsidi kesehatan masyarakat,
karena timja di kenal sebagai media tempat hidupnya bakteri coli yang berpotensi menyebabkan
terjadinya penyakit diare muntaber, dan berbagai macam penyakit kulit lainnya.
Tinja adalah sumber pengembangan penyakit yang multi kompleks. Penyebaran penyakit
yang bersumber pada tinja dapat melalui berbagai cara, tinja dapat mengkontaminasi makanan,
minuman dan sayuran. Baik melalui tangan manusia sendiri atau vektor. Tinja yang bisa
mencemari air tanah yang menyebabkan penularan bibit penyakit. Penyakit-penyakit seperti
typus abdominalis, kolera, desentri, hepatitis dan berbagai jenis cacing, dapat disebarkan oleh
tinja ( Daryanto, 2004 )
Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja
tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai, dan lain-lain, maka bibit
penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh
manusia, dan berisiko menimbulakan penyakit pada seseorang dan bahkan bahkan menjadi
wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas sehingga, jamban merupakan sanitasi dasar
penting yang harus dimiliki setiap masayarakat ( Daryanto, 2004 ).
Pembuangan tinja yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan macam penyakit, hal
ini mulai dari tinja yang terinfeksi mencemari tanah atau air permukaan yang terkontaminasi
bibit penyakit yang berasal dari tinja diminum manusia, bisa juga tinja yang terinfeksi dihinggapi
kecoa atau lalat kemudian hinggap pada makanan atau tempat meletakkan makanan (piring,
sendok dan gelas) dan masih banyak orang yang mengambil air dikali untuk keperluan rumah
tangga, padahal sejumlah penyakit menyebar melalui tinja seperti typus abdominalis, cholera,
hepatitis , dan penyakitpenyakit karena cacing (Depkes, 2006). Maka dari itu tempat
pembuangan kotoran manusia (tinja) yang sehat sangat penting, dengan adanya ketentuan tiap
rumah wajib memiliki jamban. Berdasarkan hasil wawancara dari keluarga menunjukan masalah
kesahatan yaitu kebiasaan buang air besar tidak di jamban. Perilaku seperti tersebut jelas sangat
merugikan kondisi kesehatan masyarakat.
Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan, antara
lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih enak buang air besar di sungai, tinja
dapat untuk pakan ikan, dan lain-lain yang akhirnya dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan
sejak dulu, sejak anak-anak, sejak nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan
kesehatan. Alasan dan kebiasaan tersebut harus diluruskan dan dirubah karena akibat kebiasaan
yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat jelas-jelas akan memperbesar masalah
kesehatan. Di pihak lain bilamana masyarakat berperilaku higienis, dengan membuang air besar
pada tempat yang benar, sesuai dengan kaidah kesehatan, hal tersebut akan dapat mencegah dan
menurunkan kasus-kasus penyakit menular.