Jakarta Sagu

download Jakarta Sagu

of 7

description

m;l,m;lm

Transcript of Jakarta Sagu

JAKARTA - Mentri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa batal, Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, Sabtu (3/5/2014) kemarin membuka kemegahan Festival Pangan Sagu Nusantara yang dipelopori Pemkab Kepulauan Meranti dan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di parkiran Senayan, Jakarta Pusat.

Pembukaan ditandai dengan pemotongan tumpeng sagu oleh Wamentan, Rusman Heriawan, Wakil Gubnur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, Bupati Kepulauan Meranti, Provinsi Riau Irwan Nasir, dan Ketua APKASI, Mercy Luvina Deswanty serta Bupati Sorong Selatan, Papua Barat, Otto Ihalauw.

Wamentan, Rusman Heriawan mengatakan, perkebunan sagu di Indonesia tercatat sebagai satu-satunya yang tertinggi di dunia. Dari sekitar total 2,5 juta hektare lahan sagu yang ada di dunia, sebanyak 1,25 juta hektare dan itu ada di Kepulauan Meranti (Riau), Papua, Aceh, Sulawesi, Maluku, Sumbar dan Sumut.

Namun, pemanfaatan sagu di Indonesia masih sangat minim dari yang seharusnya. dengan produksi sagu di Indonesia mencapai 400 ribu ton, dan itu baru delapan persen dari total yang bisa digarap disejumlah daerah penghasil sagu tersebut.

Hal ini sangat disayangkan, sebanyak 92 persen lahan sagu Indonesia itu belum digarap atau ditelantarkan. Padahal menurut Rusman, Jumlah perkebunan sagu yang banya di Negri ini merupakan potensi luar biasa untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada beras.

Dari pantau Riauterkini.com, dari sejumlah stand pameran sagu Daerah, Kabupaten Kepulauan Meranti menampilkan pengolahan sagu terbaik di Indonesia dengan beragam hasil produk produk olahan sagu, seperti kue-kue kering, cendol hingga brownies dan sebagaianya.

Untuk diketahui, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penobatan duta-duta sagu nasional, Istri Bupati Kepulauan Meranti, Nirwana Sari dinobatkan sebagai Duta Sagu Kepulauan Meranti, Melly Manuhutu Duta Sagu Nasional, Iyet Bustami Duta Sagu Provinsi Riau dan Edo Kondologit Duta Sagu Papua.***(fan)

erusahaan minyak dan gas bumi (migas) EMP Malacca Strait SA (EMP MSSA) menggagas diversifikasi pangan olahan sagu di Kepulauan Meranti sejak tahun 2006. Hal itu dilakukan setelah mempertimbangkan besarnya sumber daya sagu di wilayah tersebut.

Demikian disampaikan Chief Operations Officer (COO) Energi Mega Persada (EMP) sekaligus General Manager (GM) EMP MSSA, Bagus C. Kartika, dalam Talk Show bertajuk "Diversifikasi Pangan Sagu untuk Ketahanan Pangan Nasional". Acara tersebut merupakan bagian dari Festival Pangan Sagu Nusantara , di Plaza Selatan Senayan, Jakarta, Sabtu hingga Minggu (3-4/5).

Bagus mengatakan, meski potensi sagu di masyarakat melimpah, namun masyarakat umumnya malu mengkonsumsi sagu. Sehingga, sagu ditinggalkan karena dianggap sebagai sumber penghasilan yang tidak tetap karena sempitnya pasar.

"Dengan ini, kami berupaya bagaimana agar sagu menjadi sumber kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti," kata Bagus.

Untuk itu, lanjut Bagus, EMP melakukan program klaster industri pangan olahan sagu. Di antaranya bertujuan meningkatkan produktivitas dan efisiensi, memfasilitasi terjadinya komersialisasi dan merangsang munculnya inovasi.

Bagus melanjutkan, sejumlah inovasi pangan olahan sagu yang dicoba dimunculkan oleh EMP MSSA, di antaranya mendorong munculnya para pelaku usaha lokal di bidang pangan olahan sagu. Pihaknya yakin, melalui inisiasi tersebut cita-cita untuk mensejahterakan masyarakat dapat terwujud.

"Kami juga telah menginisiasi munculnya program pembiayaan lokal di masyarakat melalui Koperasi Jasa Keuangan Syariah Mandiri sebagai penunjang finansial bagi masyarakat untuk membangun usahanya," tutur Bagus.

Dalam melakukan program ini, kata Bagus, EMP MSSA menggandeng masyarakat dan stakeholders yang lain dalam wadah kelompok kerja (Pokja) Merbau. Melalui pokja ini, seluruh program kemasyarakatan dilaksanakan atas prakarsa dan untuk kepentingan masyarakat di sekitar wilayah operasi. (SITA/RUD/RBP)

stival Pangan Sagu Nusantara 2014Posted by Info Jadwal Event 12 0 53 Festival Pangan Sagu Nusantara 2014 JakartaTanggal : 3 4 Mei 2014Tempat : Parkir Selatan, Gelora Senayan, Jakarta

Mau icip-icip panganan sagu? Ayodatang ke Plaza Selatan, Kompleks Olahraga Senayan (Samping Golf Driving Range Senayan) pada tanggal 3 mei dan 4 mei 2014. Akan ada banyak kuliner dari bahan panganan sagu dengan berbagai citarasa dan adonan yang semuanya terbuat dari bahan sagu, sudah kebayang bukan bagaimana sensasinya, makanya catat tanggalnya dan tunggu hebohnya di awal bulan mei nanti.Info dan kontak :Jany Asha : 0813 1030 1965*dipublikasikan oleh @InfoJadwalEvent

Kategori Event & Promo : Festival, Jakarta, Mei Event & Promo Serupa : acara kuliner jakarta, Festival Pangan Sagu Nusantara 2014, jadwal acara jakarta, jadwal acara senayan, MeiDaftar event, jadwal acara & kegiatan lainnya : Tidak Pantas Masyarakat Indonesia Kelaparan! *Dari Festival Pangan Sagu Nusantara 2014

Erisman Yahya 03 May 2014 | 17:32Saya termangu mendengar pidato Wakil Menteri Pertanian RI Dr Rusman Heriawan saat membuka acara Festival Pangan Sagu Nusantara 2014, di Parkir Selatan Gelora Senayan, Jakarta, Sabtu (3/5). Bagaimana tidak, ternyata perkebunan sagu di dunia ini terluas ada di Indonesia. Ada sekitar 2 jutaan hektar perkebunan sawit di dunia, 1,25 juta hektar ternyata ada di Indonesia. Terluas di Papua, selebihnya ada di Riau, Sumbar, Sumut, Aceh, Sulawesi hingga Maluku.Lebih jauh Wamentan menjelaskan, sebenarnya pada tahun 1950-an, hanya sekitar 53 persen penduduk Indonesia yang menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Selebihnya, ada yang makan sagu, jagung maupun ubi-ubian. Tapi kini, 90 persen lebih penduduk Indonesia telah menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok, sehingga kita sangat tergantung dengan komoditi yang bernama BERAS. Bahkan saking tergantungnya, kita terpaksa impor dari negara lain seperti Thailand ataupun Vietnam. Dulu, masyarakat kita sangat menghargai kearifan lokal, ungkap Rusman seakan menyiratkan nada kekecewaan dengan kondisi saat ini.Dan karena ketergantungan itu pula, tidak jarang kita sering mendengar berita tentang kasus kelaparan yang menimpa rakyat Indonesia. Sungguh, sebenarnya ini suatu ironi di tengah kekayaan alam Indonesia yang berlimpah-ruah.Apa sebenarnya yang salah selama ini? Tentu saja, antara lain karena selama ini kita terlalu berorientasi kepada beras. Pemerintah tidak berusaha dengan maksimal memperkenalkan bahan makanan pokok lain selain beras kepada masyarakatnya. 250 juta lebih penduduk Indonesia setiap hari disumpal dengan beras. Padahal sekali lagi, Indonesia punya komoditi lain selain beras yang juga tidak kalah berkualitas untuk dijadikan sebagai bahan makanan pokok. Ya, antara lain, sagu, jagung ataupun ubi-ubian.Mungkin ini antara lain yang menjadi alasan, kenapa Festival Pangan Sagu Nusantara 2014 ini digelar. Masyarakat Indonesia perlu diperkenalkan dengan komoditi lain selain beras sebagai bahan makanan pokok. Ternyata sagu, sesuai penelitian yang dilakukan BPPT, kandungan karbohidratnya lebih tinggi dan kadar gulanya lebih rendah dibandingkan beras. Sagu juga bisa disuguhkan menjadi berbagai macam kuliner, mulai dari brownies, sempolet, cendol, tepung sagu, mie sagu, hingga menjadi perekat dan bahan dasar bioetanol. Tentu saja masih bisa dikembangkan menjadi berbagai produk asal kita mau mengembangkannya, seperti untuk kosmetik dan obat-obatan.Selama ini, mungkin kemauan itu yang kurang. Apalagi, pemerintah juga mungkin tidak mendukung. Alhasil, sagu hanya menjadi komoditi yang kadang seolah terbuang begitu saja. Tenggelam oleh hebatnya komoditi bernama BERAS.Menyimak fenomena ini, saya jadi teringat cerita seorang teman. Konon kabarnya dulu, yang berusaha keras agar penduduk Indonesia itu mengonsumsi beras adalah penjajah Belanda. Belanda tahu, kalau penduduk Indonesia suka mengonsumsi beras, maka mereka akan jadi pemalas. Sebab, habis makan biasanya suka mengantuk, lalu tidur. Orang Belanda tentu suka orang Indonesia tidak produktif agar selamanya bisa dijajah..!Benar atau tidak cerita di atas, yang pasti kini mayoritas kita sangat tergantung dengan beras. Padahal masih banyak komoditi lain seperti sagu yang bisa dijadikan bahan makanan pokok. Bahkan lebih berkualitas. Bahkan lagi, menanam sagu jauh lebih mudah dari pada padi. Tinggal bagaimana mengolahnya agar enak di lidah masyarakat Indonesia. Andai saja sejak dulu kita tidak tergantung begitu dahsyatnya dengan beras, tapi punya alternatif lain seperti sagu, jagung dan ubi-ubian, tentu kita tidak pernah akan mendengar, ada kasus kelaparan merebak di masyarakat IndonesiaUntuk Festival Pangan Sagu Nusantara 2014 (Sabtu-Minggu, 3-4 Mei) ini, saya angkat jempol kepada Bupati Kepulauan Meranti Bapak Irwan, MSi atas ide cerdasnya dan dukungan dari Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) yang diketuai Bupati Kutai Timur Ir. Isran Noor. Tentu juga apresiasi kepada Wakil Gubernur Riau H Arsyadjuliandi Rachman, MBA dan Wamentan Dr Rusman Heriawan atas dukungannya. Mudah-mudahan festival ini membuka mata masyarakat Indonesia tentang betapa hebat dan berlimpah-ruahnya kekayaan alam Indonesia sebagai anugerah dari Tuhan YME. Amin.Dibaca : 64 kali Kembali Mencicipi Aneka Makanan Sagu di Senayan Sagu bisa dibuat menjadi aneka jenis panganan lain seperti brownies. Desy Afrianti, Alfin Tofler Sabtu, 3 Mei 2014, 15:42 WIB Roti Sagu Raja Ampat (VIVAlife/Maya Sofia) Roti Sagu Raja Ampat (VIVAlife/Maya Sofia) VIVAnews - Sagu selalu diidentikkan dengan makanan khas dari Indonesia Timur, seperti papeda. Namun tahukah Anda jika sagu bisa dibuat menjadi aneka jenis panganan lain, seperti brownies hingga beras.

Coba Anda kunjungi Festival Pangan Sagu Nusantara di Parkir Selatan Senayan. Pekan yang diadakan hari ini dan besok itu menyajikan berbagai macam panganan yang terbuat dari sagu.

Salah satu contohnya adalah penemuan beras buatan dari bahan campuran sagu, ubi, dan singkong dari peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB). Sekretaris Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB Iskandar Lubis kepada VIVAnews, Sabtu 3 Mei 2014, mengungkapkan beras buatannya ini baik untuk dikonsumsi sebagai pengganti nasi.

"Kualitasnya setara dengan nasi, karbohidratnya pun setara dengan nasi," kata Iskandar.

Ia menambahkan, beras buatan ini bahkan lebih baik daripada nasi karena cocok untuk penderita diabetes. Harganya sekitar Rp22 ribu per kilogram. Harga ini, menurut Iskandar, tidak jauh berbeda dengan beras pandan wangi.

Lain dengan IPB, beda pula Kabupaten Sorong Selatan. Di booth mereka, para ibu-ibu PKK menjajakan berbagai macam kue yang ternyata dibuat dari sagu.

Adri, salah satu anggota PKK Sorong Selatan, menyebut penganan yang mereka jual, antara lain nastar keju, kepala kacang, kue jahe, nastar selai nanas, kembang goyang, cookies rambutan cupcakes, black forest, hingga puding.