IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

download IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

of 101

Transcript of IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    1/101

    PEMBUATAN MESIN PENGUPAS KULIT DALAM

    BIJI MELINJO 

    PROYEK AKHIR  

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program D-3

    Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unjani

    Oleh :

    IWAN TIRTA PERKASA NIM : 2101121008

    JURUSAN TEKNIK MESIN D-3

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

    2016

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    2/101

    ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Proyek Akhir

    PEMBUATAN MESIN PENGUPAS KULIT DALAM

    BIJI MELINJO 

    Oleh :

    IWAN TIRTA PERKASA NIM : 2101121008

    Diterima Oleh :

    Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

    Universitas Jenderal Achmad Yani

    Cimahi, 7 April 2016

    Menyetujui :

    Dosen Pembimbing

    Syahminan HMN., ST, MT.,

    NID. 412162759

    Mengetahui :

    Ketua Jurusan Teknik Mesin

    Fak. Teknik-UNJANI

    Wirawan Piseno., ST., MT.

    NID. 412142964

    Ketua Program D-III Teknik Mesin

    Fak. Teknik-UNJANI

    Bambang Santosa., Drs., ST., MT.

    NID. 412104155

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    3/101

    iii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK  

    Sebagai mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani, yang bertanda tangan

    dibawah ini saya :

     Nama : Iwan Tirta Perkasa

     NIM : 2101121008

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

    kepada Universitas Jenderal Achmad Yani, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif(Non-Exclusive Royalty-Free Rihgt) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

    Pembuatan Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo. 

    Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Jenderal

    Achmad Yani berhak menyimpan, mengalih-mediakan/ format, mengelolanya

    dalam bentuk pangkalan data (Database), mendistribusikannya, dan

    menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan

    akademik tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan saya

    sebagai penulis/pencipta.

    Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihakUniversitas Jenderal Achmad Yani, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul

    atas pelanggaran Hak Cipta dalam Karya Ilmiah saya ini.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di : Cimahi/Bandung

    Pada Tanggal : 7 April 2016

    Yang menyatakan

    Iwan Tirta Perkasa

     NIM : 2101121008

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    4/101

    iv

    LEMBAR PERSEMBAHAN 

    Puji syukur kehadirat Alloh SWT, serta sholawat dan salam kita haturkan

    kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Atas tersusunnya laporan

     proyek akhir ini saya persembahkan kepada :

     Ayah dan ibunda tercinta yang telah melimpahkan bimbingan, doa dan

    segala dukungan baik material maupun spiritual.

      Rekan – Rekan HMM Unjani Cimahi

     

    Rekan – Rekan Mahasiswa Teknik Mesin Unjani Cimahi Angkatan 2012

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    5/101

    v

    ABSTRAK

    Melinjo merupakan salah satu tanaman perkebunan yang cukup banyakterdapat di pulau jawa. Seluruh bagian utama tanaman melinjo dapat kita

    manfaatkan, terutama biji melinjo yang dapat diolah menjadi emping melinjo.

    Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, emping juga merupakan komoditi yang

    cukup besar, Biji melinjo selain dimakan dapat juga diolah sebagai cemilan yang

     berupa emping. Emping merupakan makanan cemilan yang sangat disukai seluruh

    kalangan masyarakat karena emping memiliki rasa yang guri. Oleh karena itu biji

    melinjo ini perlu dikupas kulit dalamnya terlebih dahulu dengan menggunakan

    mesin pengupas kulit dalam biji melinjo, Mesin pengupas kulit dalam biji melinjo

    ini terdiri dari beberapa komponen utama yang memiliki fungsi dan cara kerja

    masing-masing. Bagian itu adalah Corong, Rumah keong, Balok spindel, poros,Elemen pengupas, Sabuk penggerak, Motor listrik, pully dan Corong pengeluaran.

    Komponen utama seperti Rangka, Poros dan Elemen pengupas itu dibuat

    melalui beberapa tahapan seperti, pemilihan bahan penentuan alat dan mesin,

     pengukuran bahan, pemotongan bahan, proses pengelasan, proses gurdi, proses

    gerinda, pembubutan facing, pembubutan center drill, pembubutan rata,

     pembubutan ulir, yang kemudian akan diukur kesesuaian ukuran komponen

    tersebut dengan ukuran gambar kerja yang dibuat.

    Pembuatan rangka memerlukan waktu 4 jam; (2) Pembuatan poros

    memerlukan waktu 27 menit 37 detik; dan (3) Pembuatan elemen pengupasmemerlukan waktu 24 menit 40 detik.

    Kata Kunci : Rangka, Poros dan Elemen pengupas, Waktu yang dibutuhkan

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    6/101

    vi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

    rachmat dan karuniannya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan

    Tugas Akhir ini.

    Sholawat serta salam semoga di curahkan limpahkan kepada baginda alam

     Nabi Besar Muhammad SAW kepada para sahabatnya dan keluarganya serta

    umatnya yang selalu istiqamah sampai akhir zaman. Adapun tujuan dalam

     penulisan Proyek Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik untuk

    melengkapi kurikulum dalam mencapai gelar Ahli Madya (A.Md) di Program

    Diploma 3 Teknik Mesin di jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

    Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Cimahi.

    Sebagai rasa hormat, maka penulis mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan bantuan

    serta dorongan dalam penyusunan Proyek Akhir ini di antaranya, kepada yang

    terhormat:

    1. 

    Kedua orang tua tercinta yang mana tiada hentinya mendoakan, membimbing

    dan mendukung dengan penuh kasih sayang dalam menjalani hidup.

    2. 

    Bapak Syahminan HMN., ST., MT. sebagai pembimbing Proyek Akhir di

    Universitas Jenderal Achmad yani. Yang telah membimbing dan memberikan

     pengarahan selama pelaksanaan penulisan dan penyusunan Proyek Akhir.

    3.  Bapak Bambang Santosa, Drs., ST., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik

    Mesin D3 Universitas Jenderal Achmad Yani.

    4. 

    Bapak Wirawan Piseno, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

    Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) - Cimahi.

    5.  Terima kasih juga untuk seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Mesin

    Universitas Jendral Achmad Yani.

    6. 

    Rekan-rekan seperjuangan penulis. Dan nama perihal yang tidak bisa

    disebutkan satu persatu tapi kalian memberikan kontribusi banyak dalam

     penyelesaian Proyek Akhir ini.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    7/101

    vii

    7. 

    Rekan-rekan anggota HMM Unjani Cimahi dan Kobam yang selalu

    memberikan semangat dan inspirasi kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

    Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan saran yang

    membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan

     penulisan selanjutnya.

    Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dalam penulisan Proyek

    Akhir ini dan penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang

    membangun dari pembaca.

    Semoga Proyek Akhir ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan

    wacana bagi rekan-rekan mahasiswa.

    Cimahi, 7 April 2016

    IWAN TIRTA PERKASA

     NIM. 2101121008

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    8/101

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

    LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… ii

    PERNYATAAN KASLIAN KARYA TULIS……………………………….. iii

    LEMBAR PERSEMBAHAN………………………………………………..... iv

    ABSTRAK …………………………………………………………………… v

    KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vi

    DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii

    DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...... xii

    DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv

    DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... xv

    DAFTAR SIMBOL……………………………………………………………. xvi

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang…………………………………………………………...... 1

    1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………...... 2

    1.3. Batasan Masalah…………………………………………………………… 2

    1.4. Tujuan……………………………………………………………………… 2

    1.5. Manfaat…………………………………………………………………...... 3

    1.6. Metodologi Pembuatan…………………………………………………...... 3

    1.7. Sistematika Penulisan……………………………………………………… 4

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    9/101

    ix

    BAB 2

    LANDASAN TEORI 

    2.1. Pengertian Melinjo………………………………………………………… 5

    2.2. Manfaat Melinjo………………………………………………………........ 6

    2.3. Mesin Melinjo……………………………………………………………… 6

    2.4. Komponen-komponen Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo……….. 7

    2.5. Fungsi Komponen-komponen……………………………………………... 7

    2.6. Klasifikasi Proses Pemesinan……………………………………………… 8

    2.6.1. Elemen Dasar Proses Pemesinan………………………………......... 10

    2.7. Proses Gergaji……………………………………………………………… 10

    2.8. Proses Bubut……………………………………………………………….. 11

    2.8.1. Elemen Dasar Proses Bubut………………………………………… 14

    2.8.2. Material Pahat……………………………………………………….. 15

    2.9. Proses Gurdi……………………………………………………………….. 18

    2.9.1. Elemen Dasar Proses Gurdi…………………………………………. 19

    2.9.2. Perkakas Mesin Gurdi………………………………………………. 21

    2.9.3. Pahat Gurdi………………………………………………………….. 23

    2.9.4. Pahat Gurdi Spiral………………………………………………....... 24

    2.9.5. Pemakanan Penggurdian……………………………………………. 25

    2.10. Pengertian Mesin Gerinda……………………………………………….. 25

    2.10.1. Pengertian Menggrinda……………………………………………. 26

    2.10.2. Fungsi Utama Mesin Gerinda……………………………………… 26

    2.10.3. Kelebihan dan Kekurangan Mesin Gerinda………………….......... 26

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    10/101

    x

    2.10.4. Batu Gerinda……………………………………………………….. 27

    2.10.5. Jenis-jenis Mesin Gerinda…………………………………………. 27

    2.11. Alat Ukur…………………………………………………………………. 29

    2.11.1. Jangka Sorong…………………………………………………....... 29

    2.11.2. Mistar Baja………………………………………………………… 30

    2.11.3. Mikrometer………………………………………………………… 31

    2.11.4. Rugo Test………………………………………………………….. 31

    2.12. Pengertian Pengelasan…………………………………………………..... 32

    2.12.1. Klasifikasi Proses Las…………………………………………........ 32

    2.12.2. Las SMAW………………………………………………………… 33

    2.12.3. Elektroda……………………………………………………............ 35

    2.12.4. Standar Kawat Las Listrik…………………………………………. 36

    2.12.5. Elektroda Baja Lunak…………………………………………........ 38

    BAB 3

    TAHAP PROSES PEMBUATAN

    3.1. Diagram Alir……………………………………………………………..... 39

    3.2. Gambar Teknik…………………………………………………………...... 40

    3.2.1. Elemen Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo………………… 41

    3.3. Alat dan Mesin Yang Digunakan………………………………………….. 42

    3.4. Pemilihan Bahan…………………………………………………………... 43

    3.5. Proses Pembuatan Rangka, Poros dan Elemen Pengupas…………………. 44

    3.5.1. Proses Pembuatan Rangka…………………………………………... 44

    3.5.2. Proses Pembuatan Poros dan Elemen Pengupas……………………. 45

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    11/101

    xi

    3.6. Proses Perakitan……………………………………………………………. 45

    3.7. Analisa Waktu…………………………………………………………… 45

    BAB 4

    DATA DAN PEMBAHASAN 

    4.1. Langkah Kerja Proses Pembuatan Rangka……………………………..….. 46

    4.2. Langkah Kerja Proses Pembuatan Poros………………………………… 58

    4.3. Langkah Kerja Proses Pembuatan Elemen Pengupas……………………… 68

    4.4. Data dan Waktu Proses Pembuatan…………………………....................... 76

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN 

    5.1. Kesimpulan................................................................................................... 80

    5.2. Saran............................................................................................................. 81

    DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 82

    LAMPIRAN…………………………………………………………………… 83

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    12/101

    xii

    DAFTAR GAMBAR  

    Halaman

    Gambar 2.1 Biji Melinjo……………………………………………………….. 5

    Gambar 2.2 Mesin Gergaji……………………………………………………... 11

    Gambar 2.3 Proses bubut rata, bubut permukaan, dan bubut tirus……………..  11

    Gambar 2.4 Gambar skematis Mesin Bubut dan nama bagian – bagiannya....... 12

    Gambar 2.5 Parameter proses bubut………………………………………........ 14

    Gambar 2.6 Geometri pahat bubut HSS……………………………………...... 16

    Gambar 2.7 Cara pemasangan pahat bubut…………………………………..... 17

    Gambar 2.8. Tempat pahat…………………………………………………….. 17

    Gambar 2.9 Proses Gurdi (drilling)…………………………………………..... 18

    Gambar 2.10 Proses Gurdi…………………………………………................... 19

    Gambar 2.11 Perkakas Mesin Gurdi…………………………………………… 22

    Gambar 2.12 Pahat Gurdi…………………………………………………........ 23

    Gambar 2.13 Pahat Gurdi Spiral………………………………………….......... 24

    Gambar 2.14 Contoh Mesin Gerinda…………………………………………... 25

    Gambar 2.15 Batu Gerinda……………………………………………….......... 27

    Gambar 2.16 Gerinda Tangan…………………………………………….......... 27

    Gambar 2.17 Mesin Gerinda Duduk………………………………………........ 28

    Gambar 2.18 Mesin Gerinda Potong………………………………………....... 28

    Gambar 2.19 Sensor jangka sorong………………………………………......... 29

    Gambar 2.20 Cara membaca skala jangka sorong……………………………... 30

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    13/101

    xiii

    Gambar 2.21 Mistar Baja…………………………………………………......... 30

    Gambar 2.22 rugo test ……………………………………………………......... 31

    Gambar 2.23 Proses Pengelasan SMAW…………………………………......... 34

    Gambar 2.24 Standar kode elektroda menurut AWS………………………….. 36

    Gambar 3.1 Diagram Alir (flow chart)…………………………………………. 39

    Gambar 3.2 Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo……………………….. 40

    Gambar 3.3 Rangka Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo……………..... 41

    Gambar 3.4 Poros………………………………………………………………. 41

    Gambar 3.5 Elemen Pengupas………………………………………………….. 42

    Gambar 4.1 Rangka Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo………………. 46

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    14/101

    xiv

    DAFTAR TABEL 

    Halaman

    Tabel 2.1 Klasifikasi proses permesinan……………………………………….. 9

    Tabel 2.2 Jenis Pahat HSS…………………………………………………........ 16

    Tabel 2.3 Harga kecepatan pahat gurdi dari bahan HSS………………….......... 24

    Tabel 2.4 Besarnya pemakanan berdasarkan diameter mata bor……………….. 25

    Tabel 2.5 Klasifikasi proses pengelasan……………………………………… 33

    Tabel 2.6 Kekuatan tarik elektroda menurut AWS…………………………….. 37

    Tabel 2.7 Jenis selaput dan pemakaian arus……………………………………. 37

    Tabel 4.1 Proses Pembuatan Rangka…………………………………………… 47

    Tabel 4.2 Proses Pembuatan Poros…………………………….......................... 59

    Tabel 4.3 Proses Pembuatan Elemen Pengupas……………………………… 69

    Tabel 4.4 Data Waktu Proses Pembuatan Rangka……………………………... 77

    Tabel 4.5 Data Waktu Proses Pembuatan Poros………………………………... 78

    Tabel 4.6 Data Waktu Proses Pembuatan Elemen Pengupas………………… 79

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    15/101

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN 

    Halaman

    Lampiran 1 Tabel Kecepatan Potong Material…………………………........... 84

    Lampiran 2 Tabel Kecepatan Pemakanan…………………………………….. 84

    Lampiran 3 Tabel Komposisi Baja Karbon Rendah Tipe ST37………............. 85

    Lampiran 4 Tabel Analisa Kimia Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik........ 85

    Lampiran 5 Tabel Kecepatan Mesin Bubut………………………………........ 85

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    16/101

    xvi

    DAFTAR SIMBOL

    Simbol Keterangan Satuan

     D  Diameter mm

    d   Diameter rata-rata mm

    d o  Diameter awal mm

    d m  Diameter akhir mm

     K r   Sudut potong utamao 

    v  Kecepatan potong m/min

    v f   Kecepatan makan mm/min

    a  Kedalaman potong mm

    t c  Waktu pemotongan min

     Z   Kecepatan penghasilan geram cm3/min

    n  Putaran poros utama(spindel) rpm

     f   Gerak makan mm/rpm

    l t   Panjan pemesinan mm

     fz   Gerak makan per mata potong mm/rpm

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    17/101

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Melinjo merupakan salah satu tanaman perkebunan yang cukup banyak

    terdapat di pulau jawa. Seluruh bagian utama tanaman melinjo dapat kita

    manfaatkan, terutama biji melinjo yang dapat diolah menjadi emping melinjo.

    Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, emping juga merupakan komoditi yang

    cukup besar.

    Melinjo merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai banyakmanfaat, karena hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan

    rumah tangga dan industri. Salah satunya dari melinjo yang dapat dimanfaatkan

    adalah biji melinjo. Biji melinjo tersebut apabila diolah dapat memiliki harga jual

    yang tinggi dan dalam pemasarannya hasil produk biji melinjo sangat mudah. Biji

    melinjo selain dimakan dapat juga diolah sebagai cemilan yang berupa emping.

    Emping merupakan makanan cemilan yang sangat disukai seluruh kalangan

    masyarakat karena emping memiliki rasa yang guri.

    Berdasarkan hasil survei dilapangan, mesin yang ada di industri kripik

    melinjo saat ini hanya terdapat mesin pengupas biji melinjo dengan menggunakan

     penggerak motor listrik dan motor bensin. Untuk pemipihannya masihmenggunakan metode manual, yaitu dengan cara memukulkan palu besi pada biji

    melinjo yang sudah dikupas hingga berbentuk pipih. Alas yang digunakan adalah

     balok kayu jati. Sehingga butuh beberapa tahapan untuk memproses pengupasan

    dan pemipihan biji melinjo tersebut.

     Namun upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut masih belum dapat

    mencapai titik maksimun dalam aplikasinya. Atas dasar pemikiran tersebut, maka

     pembuatan Mesin pengupas kulit dalam biji melinjo ini mulai dikembangkan.

    Pembuatan mesin pengupas kulit dalam biji melinjo ini terbagi dua tahap

     pembuatan yaitu :

    1. 

    Perancangan mesin pengupas kulit dalam biji melinjo oleh :

    Andri Nurlutvi NIM : 2101121032

    2.  Produksi : Pembuatan mesin pengupas kulit dalam biji melinjo oleh :

    Iwan Tirta Perkasa NIM : 2101121008

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    18/101

    2

    1.2. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang diatas maka, dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1. 

    Mesin apa saja yang digunakan dalam pembuatan rangka, poros dan

    elemen pengupas pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo ?

    2. 

    Bagaimana proses pembuatan rangka, poros dan elemen pengupas pada

    mesin pengupas kulit dalam biji melinjo ?

    3. 

    Berapakah waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan rangka, poros

    dan elemen pengupas pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo ?

    1.3.  Batasan Masalah

    Mengingat luasnya masalah untuk pembuatan elemen mesin pengupas

    kulit dalam biji melinjo ini, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas

    yaitu :

    1. 

    Elemen yang dibuat yaitu rangka, poros dan elemen pengupas pada mesin

     pengupas kulit dalam biji melinjo.

    2. 

    Mesin yang digunakan dalam pembuatan rangka, poros dan elemen

     pengupas yaitu mesin bubut, mesin gergaji, mesin gurdi, mesin gerinda

    dan mesin las.

    1.4.  Tujuan

    Sesuai dengan rumusan masalah yang dihadapi, maka tujuan dari

     pembuatan poros, elemen pengupas, dan rangka pada mesin pengupas kulit dalam

     biji melinjo ini adalah sebagai berikut :

    1. 

    Mengetahui alat dan mesin yang digunakan pada pembuatan rangka, poros

    dan elemen pengupas pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    2. 

    Mengetahui langkah-langkah proses pemesinan untuk pembuatan rangka,

     poros dan elemen pengupas pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    3. 

    Mengetahui berapa waktu yang digunakan untuk pembutan rangka, poros

    dan elemen pengupas pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    19/101

    3

    1.5.  Manfaat

    Manfaat yang di peroleh dari mesin produksi ini yaitu :

    1. 

    Untuk menambah alat instrument laboratorium jurusan Teknik Mesin

    Universitas Jenderal Achmad Yani, yang mampu meningkatkan kualitas

     belajar mengajar baik para dosen maupun mahasiswa.

    2. 

    Diharapkan dapat diaplikasikan oleh industri kecil skala rumahan atau

    skala kecil.

    1.6.  Metodelogi Pembuatan

    Untuk dapat membuat sebuah Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo,

    maka analisa pembuatan tersebut menggunakan langkah-langkah, yaitu :

    a) 

    Observasi : yaitu suatu metode dalam memperoleh data

    dengan mengadakan pengamatan langsung

    terhadap keadaan yang sebenarnya

    dilapangan.

     b)  Interview : yaitu suatu metode yang digunakan dalam

    mendapatkan data dengan jalan

    mengajukan pertanyaan secara langsung.

    c) 

    Dokumentasi : yaitu suatu metode yang dalam

    memperoleh data dengan cara

    mendokumentasikan dengan cara melihat

    dan memotret secara langsung terhadap

    keadaan yang sebenarnya dalam lapangan.

    d)  Penelitian kepustakaan : yaitu metode yang digunakan dalam

    mendapatkan data dengan jalan studi

    literature di perpustakaan serta dengan

    membaca sumber-sumber informasi

    lainnya yang berhubungan dengan

     pembahasan sehingga dengan penelitian

    kepustakaan ini diperoleh secara teori yang

    mengenai permasalahan yang dibahas.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    20/101

    4

    1.7.  Sistematika Penulisan

    Sistematika yang dipakai dalam penulisan laporan ini adalah sebagai

     berikut :

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Berisi tentang Latar Belakang, Rumus Masalah, Batasan Masalah, Tujuan,

    Manfaat, Metodologi Pembuatan, Sistematika Penulisan.

    BAB 2 LANDASAN TEORI

    Tentang berisi teori – teori proses pembuatan rangka, poros dan elemen pengupas

     pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    BAB 3 TAHAPAN PROSES PEMBUATAN

    Berisi tentang diagram alir proses pembuatan rangka, poros, dan elemen pengupas

     pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

    Berisi tentang tahap-tahap proses pemesinan, data perhitungan, pembuatan

    rangka, poros dan elemen pengupas pada mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

    Berisi tentang kesimpulan berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya serta

    saran-saran yang diharapkan dapat memberikan pengembangan dalam

     penyempurnaan tugas akhir ini dimasa mendatang.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    21/101

    5

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian melinjo

    Melinjo (Gnetum gneomon Linn) bisa dilihat digambar 2.1 merupakan

    suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymospermae), bijinya tidak terbungkus

    daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan

    sebagai bahan bangunan. Daunanya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul.

    Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk

    tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yangterbungkus oleh kulit ari yang berdaging.

    Tanaman melinjo dapat tumbuh mencapai 100 tahun lebih setiap panen

    raya mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 – 100 kg, bila tidak dipangkas

     bisa mencapai ketinggian 25 m dari permukaan tanah. Tanaman melinjo dapat

    diperbanyak dengan cara generative (biji) atau vegetative (cangkokan, okulasi,

     penyambungan dan stek).

    Gambar 2.1 Biji Melinjo

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    22/101

    6

    2.2. Manfaat Melinjo

    Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Kayunya dapat dipakai

    sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Daun mudanya (disebut

    sebagai so dalam bahsa jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalkan pada

    sayur asem). Bunga (jantan maupu betina) dan bijinya yang masih kecil – kecil

    (pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo

     juga menjadi bahan baku emping. Kulitnya bisa dijadikan abon kulit melinjo.

    Penelitian yang sudah dilakukan pada melinjo menunjukkan bahwa

    melinjo menghasilkan senyawa antioksida. Aktivitas antioksida ini diperoleh dari

    konsentrasi protein tinggi, 9 – 10 pesen dalam tiap biji melinjo. Protein utamanya

     berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif untuk menghabiskan radikal bebas

    yang menjadi penyebab berbagai macam penyakit.

    2.3. Mesin Melinjo

    Mesin pengupas kulit dalam biji melinjo ini merupakan modifikasi dari

    mesin giling tepung, yaitu dengan mengganti bagian pemukul dan membuang

     bagian saringan yang terdapat didalam mesin tersebut.

    Mesin ini digerakan dengan menggunakan transmisi sabuk – pully dengan

    mesin penggerakan menggunakan motor. Kemudian pada bagian bawah sistem

     pengupas yang digerakan dengan menggunakan transmisi sabuk – pully yang

    terhubung dengan pully pada bagian pengupas antara kulit dalam melinjonya

    secara proses pengupasan. Lalu kulit melinjo yang telah terkupas akan turun ke

     bawah. 

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    23/101

    7

    2.4. Komponen – komponen Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo

      Poros

     

    Poros pengupas

      Poros spindel

      Pully

      Sabuk

      Motor

      Rangka

     

    Pully motor

    2.5. Fungsi Dari Komponen – komponen Mesin Pengupas Kulit Dalam

    Biji Melinjo

      Fungsi Poros

    Untuk meneruskan tenaga bersama – sama dengan putaran/elemen mesin

    yang berbentuk batang dan umumnya berpenampang lingkaran berfungsi untuk

    memindahkan putaran.

      Fungsi Poros Pengupas

    Dilakukan dengan gerak rotasi rol yang akan membawa sekaligus

    menekan biji – biji melinjo, sehingga terjadi proses pengupasan dan terakhir

     pemisahan kulit dalam biji melinjo.

      Fungsi Poros Spindel

    Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek, misalnya

     pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.

    Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur. Poros spindle

    dapat digunakan secara efektif apabila deformasi yang terjadi pada poros tersebut

    kecil.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    24/101

    8

      Fungsi Rangka Mesin

    Rangka mesin adalah bagian yang berfungsi sebagai penopang berat mesin

    serta beban keseluruhan dari sebuah mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    2.6. Klasifikasi Proses Pemesinan 

    Klasifikasi proses permesinan dibagi menjadi tiga yaitu menurut jenis

    gerakan relatif pahat/perkakas potong terhadap benda kerja, jenis mesin perkakas

    yang digunakan, dan pembentukan permukaan (Rochim, 1993).

    Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan geram

    dan sementara itu permukaan benda kerja secara bertahap akan terbentuk menjadi

    komponen yang dikehendaki. Pahat tersebut dipasang pada suatu jenis mesin

     perkakas dan dapat merupakan salah satu dari berbagai jenis pahat/perkakas

     potong disesuaikan dengan cara pemotongan dan bentuk akhir dari produk.

    Berdasarkan jumlah mata potong dapat diklasifikasikan dua jenis pahat yaitu

    pahat bermata potong tunggal  ( single point cutting tools) dan pahat bermata

    potong jamak  (multiple points cutting tools).

    Gerak relatif pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua

    macam komponen gerakan yaitu gerak potong  (cutting movement ) dan gerak

    makan  ( feeding movement ). Menurut jenis kombinasi dari gerak potong dan

    gerak makan maka proses permesinan dikelompokkan menjadi tujuh macam

     proses yang berlainan seperti pada Tabel 2.1.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    25/101

    9

    Tabel 2.1 Klasifikasi proses permesinan menurut gerakan relatif pahat/perkakas potong

    terhadap benda kerja (Taufiq Rochim, 1993).

    Selain ditinjau dari segi gerakan dan segi mesin yang digunakan proses

     permesinan dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terbentuknya permukaan

    ( surface generation). Dalam hal ini proses tersebut dikelompokkan dalam dua

    garis besar proses yaitu :

    a. 

    Pembentukan permukaan silindrik atau konis, dan

     b. 

    Pembentukan permukaan rata/lurus dengan atau tanpa putaran benda kerja.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    26/101

    10

    2.6.1. Elemen Dasar Proses Pemesinan

    Berdasarkan gambar teknik, dimana dinyatakan spesifikasi geometrik

    suatu produk komponen mesin, salah satu atau beberapa jenis proses pemesinan

    yang telah disinggung diatas harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan proses

    yang digunakan untuk membuatnya. Bagi suatu tingkatan proses, ukuran obyektif

    harus ditentukan dan pahat harus membuang sebagian material benda kerja

    sampai ukuran objektif tersebut dicapai. Hal ini dapat dilaksanakan dengan

    menentukan penampang geram (sebelum terpotong). Selain itu, setelah berbagai

    aspek teknologi ditinjau, kecepatan pembuangan geram dapat dipiih supaya waktu

     pemotongan setiap perencanaan proses pemesinan. Untuk itu perlu dipahami lima

    elemen dasar proses pemesinan yaitu :

    1. 

    Kecepatan potong (cutting speed ) ; v (m/min) , 

    2. 

    Kecepatan makan ( feeding speed ) ;  (mm/min) , 

    3. 

    Kedalaman potong (depth of cut ) ; a (mm) , 

    4.  Waktu pemotongan (cutting time) ;  (min) , 

    5.  Kecepatan pembuangan geram (rate of metal removal ) ; Z (cm³/min).

    Elemen proses permesinan tersebut (v, v , a, t , dan Z) dihitung

     berdasarkan dimensi benda kerja/pahat serta besaran dari mesin perkakas. Untuk

     proses bubut terdapat dua sudut pahat yang penting yaitu sudut potong utama

    ( principal cutting edge angle) dan sudut geram (rake angle). Kedua sudut tersebut

     berpengaruh pada gaya pemotongan.

    2.7. Proses Gergaji

    Mesin gergaji adalah mesin yang digunakan untuk memotong benda kerja

    dengan menggunakan motor listrik sebagai penggerak utamanya. Mesin gergaji

    ini digunakan untuk memotong bahan dalam proses pembuatan poros, poros

     pengupas dan poros spindel pada alat/mesin pengupas kulit dalam biji melinjo.

    Hal ini dikarenakan kemungkinan benda kerja yang akan di kerjakan pada mesin

     bubut masih terlalu panjang, sehingga akan lebih efisien jika dipotong dengan

    mesin gergaji terlebih dahulu. Pada waktu pemotongan benda kerja dicekam

    dengan kuat, hal ini dilakukan supaya pada waktu proses pemotongan, benda kerja

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    27/101

    11

    tidak goyang atau lepas. Jangan lupa memberi cairan pendingin agar pisau gergaji

    tidak cepat aus karena gesekan yang ditimbulkan pisau gergaji dengan benda

    kerja.

    Gambar 2.2 Mesin Gergaji

    2.8. Proses Bubut

    Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian

    mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut.

    Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar

     benda silindris atau bubut rata :

     

    Dengan benda kerja yang berputar  Dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting

    tool)

      Dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak

    tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja (lihat

    Gambar 2.3 no. 1)

    Gambar 2.3 Proses bubut rata, bubut permukaan, dan bubut tirus 

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    28/101

    Proses bubut pe

     bubut yang identik deng

    lurus terhadap sumbu b

    no. 3) sebenarnya ident

    membentuk sudut terte

     bubut kontur, dilakuka

    menghasilkan bentuk ya

    Walaupun prose

    tunggal, tetapi proses b

     juga, karena pada dasar

     pengaturannya (seting)

    mesin bubut dan bagian

    Gambar 2.4 Gamba

    1. 

     Bed (meja mesin

    Meja mesin ber

    diam dan merupalas ini bermac

    sisinya mempun

    mukaan/surface turning ( Gambar 2.3 no.2 ) ad

    an proses bubut rata ,tetapi arah gerakan pemak

    enda kerja. Proses bubut tirus/taper turning (

    ik dengan proses bubut rata di atas, hanya jala

    ntu terhadap sumbu benda kerja. Demikian j

    n dengan cara memvariasi kedalaman poton

    ng diinginkan.

    s bubut secara khusus menggunakan pahat ber

    ubut bermata potong jamak tetap termasuk pr

    nya setiap pahat bekerja sendiri-sendiri. Selain

     pahatnya tetap dilakukan satu persatu. Gamba

     bagiannya dijelaskan pada Gambar 2.4.

    r skematis Mesin Bubut dan nama bagian – bag

      )

    fungsi sebagai dudukan kepala lepas, eretan,

    akan tumpuan gaya pemakan waktu pembubutm-macam ada yang datar dan ada pula yang

    ai ketinggian tertentu.

    12

    alah proses

    anan tegak

    ambar 2.3

    nya pahat

    ga proses

    sehingga

    ata potong

    oses bubut

    itu proses

    r skematis

    iannya

     penyangga

    an. Bentuksalah satu

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    29/101

    13

    2. 

     Headstock

    a.  Spindel Speed Selector

    Fungsinya untuk mengatur kecepatan spindel.

    b. 

    Chuck

    Pemegang dan pemutar benda kerja.

    c. 

     Feed Selector

    Fungsinya untuk mengatur kecepatan potong.

    3. 

     Apron (saddle) 

    Adalah tempat bagian – bagian lain diatasnya seperti coumpound rest  dan

    lain-lain.

    a. 

    Tool Post

    Fungsinya untuk menjepit atau memegang pahat.

    b. 

    Coumpound restng

    Fungsinya sebagai tempat meletakan.

    c.  Cross slide

    Fungsinya untuk mengadakan gerakan pemakanan melintang.

    d. 

     Longitudinal & transverse feed control

    Fungsinya untuk mengatur pemakan memanjang atau melintang.

    4. 

    Tailstock  (kepala lepas)

    Digunakan untuk dudukan center putar sebagai pendukung benda kerja

     pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus dan cekam bor sebagai

    menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas mesin, porosnya

     berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk dijepit.

    5.   Lead screw

    Digunakan untuk membawa eretan pada waktu kerja otomatis atau

     pekerjaan pembubutan lainya.

    6. 

     Feed rod (poros pembawa)

    Poros yang selalu berputar untuk mendukung jalanya eretan.

    7. 

    Carriage (eretan)

    Fungsinya untuk memberi pemakanan yang besarnya dapat diatur oleh

    operator yang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    30/101

    14

    roda pemutarnya. Eretan dapat bergerak melintang, memanjang, dan

    keatas.

    8. 

    Ways (rel)

    Digunakan untuk berjalan alat-alat pembuatan ketika dilakukan proses

     pembubutan.

    9. 

    Coolant supply (kran pendingin)

    Digunakan untuk menyalurkan pendingin ke benda kerja yang sedang

    dibubut yang bertujuan untuk mendinginkan pahat pada waktu penyayatan

    sehingga dapat menjaga pahat tetap tajam, dan hasil bubutanya halus.

    10. 

    Gear level

    Fungsinya untuk mengatur kecepatan pengerjaan pembubutan.

    11. 

    Tool post

    Fungsinya untuk meletakkan mata pahat.

    2.8.1. Elemen dasar proses bubut

    Elemen dasar proses bubut dapat dihitung dengan menggunakan rumus-

    rumus dan Gambar 2.5 berikut :

    Gambar 2.5 Parameter proses bubut (Taufiq Rochim, 2007: 12)

    Keterangan :

    Benda kerja :

    d o  = diameter mula ; mm

    d m = diameter akhir; mm

    l t   = panjang pemotongan; mm

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    31/101

    15

    Pahat :

     Kr  = sudut potong utamao 

    Mesin Bubut :

    a = kedalaman potong, mm

     f   = gerak makan; mm/putaran

    n = putaran poros utama; putaran/menit

    1)  Kecepatan potong : 

    =..

     ; m/menit

    d  = diameter rata-rata benda kerja (do + dm) / 2 ; mm

    n = putaran poros utama ; put/menit

    π  = 3,14

    2)  Kecepatan makan 

    =   . n; mm/menit

    3)  Waktu pemotongan

     = ℓ / ; menit

    4) 

    Kecepatan penghasilan geram

    Z = A.v ; cm³/menit

    Dimana, A =  . ɑ ; mm²

    Jadi,

     Z =  . ɑ . v ; cm³/menit

    (Taufiq Rochim, 2007: 13) 

    2.8.2. Material pahat

    Material pahat dari baja karbon (baja dengan kandungan karbon 1,05%)

     pada saat ini sudah jarang digunakan untuk proses pemesinan, karena bahan ini

    tidak tahan panas (melunak pada suhu 300- 500 F). Baja karbon ini sekarang

    hanya digunakan untuk kikir, bilah gergaji, dan pahat tangan.

    Material pahat dari HSS (High Speed Steel) dapat dipilih jenis M atau T.

    Jenis M berarti pahat HSS yang mengandung unsur Molibdenum, dan jenis T

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    32/101

    16

     berarti pahat HSS yang mengandung unsur Tungsten. Beberapa jenis HSS dapat

    dilihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Jenis Pahat HSS

    Pahat dari HSS biasanya dipilih jika pada proses pemesinan sering terjadi beban kejut, atau proses pemesinan yang sering dilakukan interupsi (terputus –

     putus). Hal tersebut misalnya membubut benda segi empat menjadi silinder,

    membubut bahan benda kerja hasil proses penuangan, membubut eksentris (proses

     pengasarannya).

    a.  Geometri Pahat Bubut

    Geometri/bentuk pahat bubut terutama tergantung pada material benda

    kerja dan material pahat. Terminology standar ditunjukkan pada gambar 2.7 untuk

     pahat bubut bermata potong tunggal, sudut pahat yang paling pokok adalah sudut

     beram (rake angle), sudut bebas (clearance angle), dan sudut sisi potong (cutting

    edge angle). Sudut – sudut pahat HSS dibentuk dengan cara diasah menggunakan

    mesin gerinda pahat (tool grinder machine).

    Gambar 2.6 Geometri pahat bubut HSS (Pahat diasah dengan mesin

    gerinda pahat)

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    33/101

    17

    Pemasangan pahat dilakukan dengan cara menjepit pahat pada rumah

     pahat (tool post ). Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak terlalu panjang,

    supaya tidak terjadi getaran pada pahat ketika proses pemotongan dilakukan.

    Posisi ujung pahat harus pada sumbu kerja mesin bubut, atau pada sumbu benda

    kerja yang dikerjakan. Posisiujung pahat yang terlalu rendah tidak direkomendasi,

    karena menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses pemotongan tidak efektif

    (lihat Gambar 2.8)

    Gambar 2.7 Cara pemasangan pahat bubut : (1) Posisi ujung pahat pada sumbu

     benda kerja, (2) panjang pahat diusahakan sependek mungkin.

    Pahat bubut bisa dipasang pada tempat pahat tunggal, atau pada tempat

     pahat yang berisi empat buah pahat (Quick change indexing square turret ).

    Apabila pengerjaan pembubutan hanya memerlukan satu macam pahat lebih baik

    digunakan tempat pahat tunggal. Apabila pahat yang digunakan dalam proses

     pemesinan lebih dari satu, misalnya pahat rata, pahat alur, pahat ulir, maka

    sebaiknya digunakan tempat pahat yang bisa dipasang sampai empat pahat.

    Pengaturannya sekaligus sebelum proses pembubutan, sehingga proses

     penggantian pahat bisa dilakukan dengan cepat (quick change).

    Gambar 2.8. Tempat pahat (tool post ) :

    (a) 

    untuk pahat tunggal, (b) untuk empat pahat

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    34/101

    18

    2.9. Proses Gurdi 

    Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

     proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau  workshop  proses ini

    dinamakan proses bor, walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat. Proses gurdi

    dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata

     bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring ) adalah proses meluaskan /

    memperbesar lubang yang bisa dilakukan dengan batang bor (boring bar ) yang

    tidak hanya dilakukan pada Mesin Gurdi, tetapi bisa dengan Mesin Bubut, Mesin

    Frais, atau Mesin Bor. Gambar 2.9 berikut menunjukkan proses gurdi.

    Gambar 2.9 Proses Gurdi (drilling)

    Proses gurdi digunakan untuk pembuatan lubang silindris. Pembuatan

    lubang dengan bor spiral di dalam benda kerja yang pejal merupakan suatu proses

     pengikisan dengan daya penyerpihan yang besar. Jika terhadap benda kerja itu

    dituntut kepresisian yang tinggi (ketepatan ukuran atau mutu permukaan) pada

    dinding lubang, maka diperlukan pengerjaan lanjutan dengan pembenam atau

     penggerek. Pada proses gurdi, beram (chips) harus keluar melalui alur helix pahat

    gurdi ke luar lubang. Ujung pahat menempel pada benda kerja yang terpotong,

    sehingga proses pendinginan menjadi relatif sulit. Proses pendinginan biasanya

    dilakukan dengan menyiram benda kerja yang dilubangi dengan cairan pendingin,

    disemprot dengan cairan pendingin, atau cairan pendingin dimasukkan melalui

    lubang di tengah pahat gurdi.

    Karakteristik proses gurdi agak berbeda dengan proses pemesinan yang lain,

    yaitu:

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    35/101

    19

      Beram harus keluar dari lubang yang dibuat.

      Beram yang keluar dapat menyebabkan masalah ketikaukurannya besar

    dan atau kontinyu.

      Proses pembuatan lubang bisa sulit jika membuat lubang yang dalam.

      Untuk pembuatan lubang dalam pada benda kerja yang besar, cairan

     pendingin dimasukkan ke permukaan potong melalui tengah mata bor.

    2.9.1. Elemen Dasar Proses Gurdi (Drilling)

    Proses gurdi adalah pelubangan pada benda kerja. Pahat gurdi mempunyai

    dua mata potong dan melakukan gerak potong karena diputar oleh poros utama

    mesin gurdi. Gerak pemakanan dapat dipilih sbila mesin gurdi mempunyai sistim

    gerak pemakanan dengan tenaga motor. Untuk jenis gurdi yang kecil (mesin gurdi

     bangku), gerak pemakanan tidak dapat dipastikan karena tergantung pada

    kekuatan tangan untuk menekan lengan poros utama.

    Proses gurdi dapat juga dilakukan pada mesin bubut dengan benda kerja di

     putar oleh pencekam poros utama dan gerak pemakanan dilakukan oleh pahat

    gurdi yang dipasang pada dudukan pahat (tool post) atau gerak (tail stock)

    Prosos pelebaran lubang atau memperbesar pada benda kerjayang

    disebut boring dengan menggunakan mesin koter(boring machine), sedangkan

     proses memperbesar lubang dedan tujuan mengaluskan disebut reaming.

    Elemen dasar proses gurdi dapat dihitung dengan menggunakan rumus dengan

    memperhatikan gambar berikut:

    Gambar 2.10 Proses Gurdi (drilling ) (Taufiq Rochim, 2007).

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    36/101

    20

    Benda kerja ; ℓ  = panjang pemotongan benda kerja ; mm,

    Pahat ; d   = diameter gurdi ; mm,

      = sudut potong utama ; °,

    = ½ sudut ujung ( point angle ) ,

    Mesin gurdi ; n  = putaran spindel (poros utama) ; (r)/min,

      = kecepatan makan ; mm/min.

    Elemen proses gudi adalah,

    1. 

    Kecepatan potong  dalam m/menit

    = ..

     

    =

     

    Dimana : d   = diameter rata – rata pahat gurdi ; mm

    = diameter pahat gurdi ; mm

      = diameter di ujung pahat gurdi ; mm

    n  = putaran poros utama (spindel) ; rpm atau putaran/menit

    2.  Kecepatan pemakanan  dalam mm/menit

     =  . Z . n ; mm/menit

    Dimana :   = gerak pemakan ; mm/putaran/mata potong

    z = jumlah mata potong ; buah pahat gurdi z

    3. 

    Kedalaman potong a dalam mm

    =

      ; mm

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    37/101

    21

    4. 

    Waktu pemotongan  dalam menit

    = .

    ; mm

    = + + ; mm

    =( )/

    Dimana : i = banyaknya pemotongan ; kali

    = panjang pemotongan total ; mm

     = panjang pengawalan ; mm

     = panjang pemotongan ; mm

    = panjang pengakhiran ; mm

    5. 

    Kecepatan penghasilan geram Z dalam /menit

     Z   =. ²

      ; cm³/min

    2.9.2. Perkakas Mesin Gurdi

    Perkakas Mesin Gurdi sebagai kelengkapan Mesin Gurdi di antaranya

    ragum, klem set, landasan (blok paralel), pencekam mata bor, sarung pengurang,

     pasak pembuka, boring head , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11, dan

     pahat gurdi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    38/101

    22

    Gambar 2.11 Perkakas Mesin Gurdi (Widarto, 2008).

    Keterangan :

    a. 

    Ragum

     b.  Klem set

    c.  Landasan (block parallel)

    d. 

    Pencekam alat gurdi

    e. 

    Cekam pahat gurdi pengencangan dengan tagan dan kunci

    f. 

    Sarung pengurang

    g.  Pasak pembuka

    h. 

    boring head  

      Ragum 

    Ragum untuk Mesin Gurdi digunakan untuk mencekam benda kerja pada

    saat akan di gurdi.

      Klem set

    Klem set digunakan untuk mencekam benda kerja yang tidak

    mungkindicekam dengan ragum.

      Landasan (blok paralel)

    Digunakan sebagai landasan pada penggurdian lubang tembus,

    untukmencegah ragum atau meja mesin turut terbor.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    39/101

      Pencekam paha

    Digunakan unt

    Pencekam pahat

     pencekam tiga ra

      Sarung gurdi (

    Sarung gurdi di

    konis.

      Pasak pembuk 

    Digunakan untu

    ataumelepas pah

     

    Boring head

    Digunakan untu

    tidak tembus.

    2.9.3. Pahat gurdi

    Pahat gurdi me

     pahat gurdi spiral, pah

    dalam (deep hole drill ) ,

    Ga

    t gurdi

    k mencekam pahat gurdi yang berbentu

    gurdi ada dua macam, yaitu pencekam dua

    hang.

    rill socket, drill sleeve)

    gunakan untuk mencekam pahat gurdi yang

    k melepas sarung pengurang dari spindel p

    at gurdi dari sarung pengurang.

    k memperbesar lubang baik yang tembus m

    upakan alat potong pada Mesin Gurdi, yang

    t gurdi pemotong lurus, pahat gurdi untuk lu

     pahat gurdi skop ( spade drill ), dan pahat gurdi s

     bar 2.12 Pahat Gurdi (Widarto, 2008). 

    23

    silindris.

    ahang dan

     bertangkai

    ahat gurdi

    aupunyang

    erdiri dari

     bang yang

    telite.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    40/101

    24

    2.9.4.  Pahat gurdi spiral

    Digunakan untuk pembuatan lubang yang diameternya sama

    dengandiameter pahat gurdi. Disebut pahat gurdi spiral karena pahat gurdi ini

    mempunyai alur potong melingkar yang berbentuk spiral sepanjang badan. Pahat

    gurdi spiral mempunyai dua bagian utama yaitu mata potong dan sudut pemotong.

    Pahat gurdi spiral dibuat dari bahan baja karbon, baja campuran, baja kecepatan

    tinggi dan karbida. Bentuk badan pahat gurdi ini tidak silindris tetapi berbentuk

    tirus dari ujung sampai batas tangkai dengan kenaikan 0,05 mm setiap kenaikan

     panjang 100 mm. Pahat gurdi spiral terdapat dua macam bentuk tangkai, yaitu

    tangkai berbentuk silindris dan tangkai yang berbentuk tirus. Alur spiral

    mempunyai sudut tatal dan dapat mempercepat keluarnya bram selama

     penggurdian. Mata potong terdiri dari dua buah bibir pemotong. Tebal pahat gurdi

    merupakan tulang/punggung yang berbentuk spiral, bagian ini terdapat di kedua

    alur pemotong. Sisi pemotong terdapat sepanjang alur pemotong dan ini dapat

    menentukan ukuran pahat gurdi.

    Gambar 2.13 Pahat Gurdi Spiral

    Tabel 2.3 Harga kecepatan pahat gurdi dari bahan HSS (Widarto, 2008). 

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    41/101

    25

    2.9.5.  Pemakanan Penggurdian

    Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong pahat gurdike dalam

    lobang/benda kerja dalam satu kali putaran pahat gurdi. Besarnya pemakanan

    dalam penggurdian dipilih berdasarkan jarak pergeseran pahat gurdi dalam satu

     putaran, sesuai dengan yang diinginkan. Pemakanan juga tergantung pada bahan

    yang akan di gurdi, kualitas lubang yang dibuat, kekuatan mesin yang ditentukan

     berdasarkan diameter pahat gurdi.

    Tabel 2.4 Besarnya pemakanan berdasarkan diameter mata bor (Widarto, 2008). 

    Diameter pahat gurdi (mm) Besarnya pemakanan dalam satu

    kali putaran (mm)

    -3 0.025-0.050

    3-6 0.050-0.100

    6-12 0.100-0.175

    12-25 0.175-0.375

    25-dan

    Seterrusnya

    0.375-0.675

    2.10. Pengertian Mesin Gerinda

    Mesin gerinda adalah suatu alat yang ekonomis untuk menghasilkan

     permukaan yang halus dan dapat mencapai ketelitian yang tinggi. Mesin gerinda

    merupakan salah satu jenis mesin perkakas dengan mata potong jamak, dimana

    mata potongnya berjumlah sangat banyak yang digunakan untuk

    mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja mesin

    gerinda adalah berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga terjadi

     pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan.

    Gambar 2.14 Contoh Mesin Gerinda

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    42/101

    26

    2.10.1. Pengertian Menggrinda 

    Proses pemotongan logam dengan pembentukan geram yang banyak

    digunakan pemotongan logam didapatkan dengan jalan menggesekan perkakas

    gerinda (asah) yang berputar terhadap permukaan benda kerja. Proses pemotongan

    hampir sama dengan proses pemotongan pada proses mengefrais. Perkakas

    gerinda umumnya berbentuk slinder, cekam atau cup.

    2.10.2. Fungsi Utama Mesin Gerinda

    1. Memotong benda kerja yang ketebalannya yang tidak relative tebal.

    2. Menghaluskan dan meratakan permukaan benda kerja.

    3. Sebagai proses jadi akhir (finishing) pada benda kerja.

    4. Mengasah alat potong agar tajam.

    5. Menghilangkan sisi tajam pada benda kerja.

    6. Membentuk suatu profil pada benda kerja (baik itu elips, siku, dan lain-

    lain)

    2.10.3. Kelebihan dan Kekurangan Mesin Gerinda

      Kelebihan

    1. 

    Dapat mengerjakan benda kerja yang telah dikeraskan

    2. 

    Dapat menghasilkan permukaan yang sangat halus sehingga N6.

    3. 

    Dapat mengerjakan benda kerja dengan tuntutan ukuran yang sangat

     presisi.

      Kekurangan

    1. 

    Skala pemakaman (depth of cut ) harus kecil.

    2. 

    Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan cukup lama.

    3.  Biaya yang diperlukan untuk pengerjaan cukup mahal.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    43/101

    27

    2.10.4. Batu Gerinda

    Gambar 2.15 Batu Gerinda

    Batu gerinda banyak digunakan dibengkel – bengkel pengerjaan logam.

    Batu gerinda sebetulnya juga menyayat seperti penyayatan pada pisau milling,

    hanya penyayatannya sangat halus, dan tatalnya tidak terlihat seperti milling.

    Tatal hasil penggerindaan ini sangat kecil seperti debu.

    2.10.5. Jenis – jenis Mesin Gerinda

    Terdapat beberapa macam jenis mesin gerinda, yaitu :

      Mesin Gerinda Tangan

    Mesin gerinda tangan merupakan pakan mesin gerinda yang digunakan

    untuk memutarkan roda gerinda. Roda gerinda yang digunakan pada mesin

    gerinda tangdan adalah sebuah piringan gerinda tipis. Mesin gerinda tangan dapat

    digunakan untuk mengikis permukaan benda kerja (menggrinda) maupun

    memotong benda kerja.vgerinda tangan biasanya digunakan untuk menghaluskan

     permukaan benda kerja seteleh proses pengelasan, terutama pada benda kerja yang

     berukuran besar.

    Gambar 2.16 Gerinda Tangan

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    44/101

    28

      Mesin Gerinda Duduk  

    Serupa dengan mesin gerinda tangan, hanya saja posisi mesin gerinda

    dipasangkan pada dudukan. Untuk melakukan penggrindaan, benda kerja

    didekatkan dan ditempelkan ke roda gerinda yang berputar hingga permukaan

     benda kerja terkikis oleh roda gerinda. Roda gerinda yang digunakan pada mesin

    gerinda duduk berukuran lebih tebal dibandingan roda gerinda pada mesin gerinda

    tangan. Mesin gerinda duduk banyak digunakan mengasah pahat, mengikis benda

    kerja maupun menghaluskan permukaan benda kerja setelah proses pengelasan.

    Gambar 2.17 Mesin Gerinda Duduk

      Mesin Gerinda Potong 

    Mesin gerinda potong (drop saw) merupakan mesin gerinda yang

    digunakan untuk memotong benda kerja dari bahan plat ataupun pipa. Roda

    gerinda yang digunakan adalah piringan gerinda tipis yang diputarkan dengan

    kecepatan tinggi. Mesin gerinda potong dapat memotong benda kerja plat ataupun

     pipa dari bahan baja dengan cepat.

    Gambar 2.18 Mesin Gerinda Potong

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    45/101

    29

    2.11. Alat Ukur 

    Mengukur adalah proses membandingkan ukuran (dimensi) yang tidak

    diketahui terhadap standar ukuran tertentu. Alat ukur yangbaik merupakan kunci

    dari proses produksi massal. Tanpa alat ukur, elemen mesin tidak dapat dibuat

    cukup akurat untuk menjadi mampu tukar (interchangeable). Pada waktu merakit,

    elemen yang dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat ukur

    merupakan alat penting dalam proses pemesinan dari awal pembuatan sampai

    dengan kontrol kualitas di akhir produksi. (Widarto, 2008: 83)

    2.11.1. 

    Jangka Sorong 

    Jangka sorong adalah alat ukur yang sering digunakan di bengkel mesin.

    Jangka sorong berfungsi sebagai alat ukur yang biasa dipakai operator mesin yang

    dapat mengukur panjang sampai dengan 200 mm, ketelitian 0,05 mm. Gambar

    2.24 berikut adalah gambar jangka sorong yang dapat mengukur panjang dengan

    rahangnya, kedalaman dengan ekornya, lebar celah dengan sensor bagian atas.

    Jangka sorong tersebut memiliki skala ukur (vernier scale) dengan cara

     pembacaan tertentu. Ada juga jangka sorong yang dilengkapi jam ukur, atau

    dilengkapi penunjuk ukuran digital. Pengukuran menggunakan jangka sorong

    dilakukan dengan cara menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan

    diukur. Beberapa macam jangka sorong dengan skala penunjuk pembacaan dapat

    dilihat pada Gambar 2.24. (Widarto, 2008: 83)

    Gambar 2.19 Sensor jangka sorong yang dapat digunakan untuk

    mengukur berbagai posisi

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    46/101

    30

    Jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara pembacaan

    ukurannya secara singkat adalah sebagai berikut :

     

    Baca angka mm pada skala utama (pada Gambar 2.25. di bawah :

    9mm).

      Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis skala

    utamayang segaris lurus dengan skala nonius (Gambar 2.25. di bawah

    :0,15).

      Sehingga ukuran yang dimaksud 9,15.

    Gambar 2.20 Cara membaca skala jangka sorong ketelitian 0,05 mm

    (Widarto,2008:85)

    2.11.2. Mistar Baja

    Mistar baja adalah alat ukur yang terbuat dari baja tahan karat. Permukaan

    dan bagian sisinya rata dan halus, di atasnya terdapat guratan – guratan ukuran,

    ada yang dalam satuan inchi, sentimeter dan ada pula yang gabungan inchi dan

    sentimeter/milimeter.

    Fungsi lain dari penggunaan mistar baja antara lain:

    mengukur lebar

    -  mengukur tebal

    memeriksa kerataan suatu permukaan benda kerja

    Di samping itu mistar baja ( steelrule) dapat dipergunakan untuk mengukur

    dan menentukan batas – batas ukuran juga biasa dipergunakan sebagal

     pertolongan menarik garis pada waktu menggambar pada permukaan benda

     pekerjaan, Setiap menarik. garis hanya dilakukan satu kali.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    47/101

    31

    Gambar 2.21 Mistar Baja

    2.11.3. Micrometer

    Micrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda

    dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian sampai 0.01 mm. Berdasarkan penggunaannya micrometer dibedakan menjadi:

    1.  Micrometer luar

    2. 

    Micrometer dalam

    3. 

    Micrometer kedalaman

    2.11.4. Rugo test

    Rugo test adalah alat ukur kekasaran permukaan. Cara penggunaanya

    adalah dengan cara membandingkan kekasaran permukaan benda kerja dengan

    kekasaran permukaan yang ada pada rugo test.

    Gambar 2.22 rugo test

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    48/101

    32

    2.12.  Pengertian Pengelasan

    Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang

    didasarkan pada prinsip – prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian

     bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat

    menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis.

     Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro

     bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari

     bahan yang dilas.

    2.12.1. Klasifikasi Proses Las

    Mengelas secara umum adalah suatu cara menyambung logam dengan

    menggunakan panas, tenaga panas pada proses pengelasan diperlukan untuk

    memanaskan bahan lasan

    sampai cair/leleh sehingga bahan las tersambung dengan atau tanpa kawat las

    sehingga bahan pengisi, karena pada kondisi pengelasan tertentu tidak

    memerlukan bahan pengisi pada proses pengelasan.

    Pada proses las patri bahan las tidak dipanaskan sampai cair/leleh tetapi

     panas diperlukan hanya untuk mencairkan/melelehkan bahan tambah, pada las

    tempa bahan las dipanaskan pada dapur tempa sampai pijar kemudian bahan

    diberikan sampai tersambung, pelapisan juga termasuk proses pengelasan dimana

     bahan pelapis dapat berupa kawat atau serbuk las.

    Banyak cara pengelasan dilakukan untuk menyambung logam, karena

     banyaknya jenis proses pengelasan banyak pula cara pengklasifikasian tersebut

    dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu pengklasifikasian cara pengelasan

     berdasarkan cara kerja dan pengklasifikasian cara pengelasan berdasarkan sumber

     panas yang digunakan dalam proses pengelasan. Pada cara pengklasifikasian

     berdasarkan cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelas utama, yaitu pengelasan cair,

     pengelasan tekan, dan pamatrian.

    1. 

    Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana bahan dasar yang

    disambung dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur

    listrik atau api gas yang terbakar.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    49/101

    33

    2. 

    Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana bahan yang disambung

    dipanaskan sampai pijar kemudian ditekan menjadi satu.

    3. 

    Pamatrian adalah cara pengelasan dimana logam diikat dan disatukan

    dengan yang menggunakan bahan paduan logam yang mempunyai titik

    cair rendah, dalam pamatrian logam yang disambung turut mencair.

    (sumber : Hasan iskandar, hal :5)

    Tabel 2.5 Klasifikasi proses pengelasan, (sumber : Hasan iskandar, hal :6)

    Tabel 2.5 menunjukan berbagai macam proses pengelasan yang utama

    ditinjau dari kelompok pengelasan cair, pengelasan tekan, dan pamatrian,

    disamping itu juga dilihat dari jenis sumber panas yang digunakan.

    2.12.2. Las SMAW (Shielded Metal Arch Welding) 

    Proses pengelasan SMAW (Shielded metal Arch welding) yang umumnya

    disebut las listrik adalah proses pengelasan merupakan panas untuk mencairkan

    material dasar dan elektroda. Panas tersebut ditimbulkan oleh lompatan ion listrik

    yang terjadi pada katoda dan anoda (ujung elektroda dan  permukaan plat yang

    akan dilas). Panas yang timbul dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    50/101

    34

    mencapai 4000°  sampai 4500° Celcius, sumber tegangan yang digunakan ada 2

    macam yaitu Listrik AC (Arus bolak – balik) dan Listrik DC (Arus searah). Proses

    terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material

    dasar sehingga terjadi hubungan pendek dan saat hubungan pendek tersebut

    tukang las (welder ) harus menarik elektroda sehingga terbentuk busur listrik yaitu

    lompatan ion yang menimbulkan panas yang akan mencairkan elektroda dan

    material dasar yang akan menyatu membentuk logam landasan (weld metal ).

    Gambar 2.23 Proses Pengelasan SMAW

     

    Peralatan Las SMAW (Shielded metal Arch welding).

    Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW adalah

     peralatan yang paling sederhana dibandingkan dengan proses pengelasan listrik

    yang lainnya. Adapun perlengkapan las SMAW adalah :

    1. 

    Transformator DC/AC

    2. 

    Elektroda

    3. 

    Kabel massa

    4.  Kabel elektroda

    5. 

    Connectors

    6. 

    Palu cipping

    7. 

    Sikat kawat

    8.  Alat perlindungam diri yang sesuai

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    51/101

    35

    Sebagaian besar logam akan berkarat (korosi) ketika bersentuhan udara

    atau uap air, sebagai contoh adalah logam besi mempunyai karat, dan alumunium

    mempunyai lapisan putih dipermukaannya. Pemanasan dapat mempercepat proses

    korosi tersebut. Jika karat, kotoran, atau material lain ikut tercampur kedalam

    cairan logam lasan dapat memyebabkan kekroposan deposit logam lasan yang

    terbentuk sehingga menyebabkan cacat pada sambungan las.

    2.12.3. Elektroda 

    Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang digunakan untuk

    melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan

    menimbulkan busur nyala. Banyak orang yang berfikir bahwa kawat las hanya

    memiliki satu jenis saja. Apapun barang yang dilas, maka jenis las dan bentuk

    kawatnya pun hsnys itu – itu saja. Padahal sebenarnya, terdapat banyak sekali

     jenis kawat las yang bisa dipanggil elektroda dipasaran. Suatu jenis elektroda ini

    dipakai khusus untuk suatu pekerjaan pengelasan. Elektroda atau kawat las ini

    menentukan seberapa besar arus listrik yang pas untuk suatu pengerjaan

     pengelasan. Elektroda sendiri memiliki berbagai kode sepesifikasi yang dapat kita

    lihat pada kardus pembungkus kawat las. Kebanyakan pengelas biasa nya

    menggunakan insting, pengalaman, dan kebiasaan dalam menentukan kawat las

    dan besarnya arus listrik, namun kita dapat mengenal beberapa kode yang tertulis

    dalam bungkus elektroda atau kawat las, khususnya yang memiliki tipe SMAW.

    Kebanyakan masyarakat awam yang tidak memiliki pengetahuan yang

    mendalam mengenai dunia pengelasan berpikir bahwa hanya ada satu kawat las

    saja. Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya ada berbagai jenis kawat

    las yang dipergunakan untuk melakukan pengelasan untuk jenis matrial yang

     berbeda. Perbedaan yang ada diantara berbagai jenis kawat las listrik atau yang

    sering juga disebut elektroda ini terletak pada berbagai hal termasuk juga besaran

    arus listrik yang akan dipergunakan dalam proses pengelasan. Matrial yang

     berbeda membutuhkan besaran arus listrik yang berbeda pula untuk memberikan

    hasil las yang paling pas, sesuai dengan kebutuhan yang ada.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    52/101

    36

    2.12.4. Standar Kawat Las Listrik

    Ada standar tertentun yang digunakan oleh para pelaku industri pengelasan

    untuk bisa menentukan elektroda yang akan dipakai dan besaran arus listrik yang

    diperlukan. Standar yang umum dipakai adalah standar yang ditentukan oleh

    AWS (American Welding Society), yang merupakan badan pengelasan resmi di

    Amerika Serikat. Standar yang ditetapkan oleh badan ini mengeluarkan standar

    yang dinyatakan dengan tanda E XXXX yang berarti :

    Gambar 2.24 Standar kode elektroda menurut AWS (sumber : Hasan iskandar,

    Hal :35)

    a) 

    E menunjuk pada keterangan kawat las listrik alias elektroda.

     b)  XX (dua angka pertama) menunjuk pada kekuatan tarikan dari kawat las

    yang dinyatakan dalam satuan kilo pund square inch atau Ksi. Satuan ini

     juga sering dinyatakan dalam 1 N/mm2.

    c) 

    X (angka ketiga) menunjuk pada posisi pengelasan yang bisa dilakukan

    dengan elektroda tersebut. Angka 1 menunjukkan penggunaan pada semua

     posisi, angka 2 menunjukan bahwa kawat las tersebut dapat dipakai pada

     posisi datar dan bawah tangan dan angka 3 menunjukkan bahwa kawat las

    tersebut hanya dapat dipakai pada posisi plat saja.d)  X (angka ke empat) menunjuk pada jenis pelapisan dan arus yang

    dipergunakan pada elektroda tersebut.

    Sepesifikasi tersebut berlaku untuk penggunaan pengelasan pada Mild

    Steel sementara untuk spesifikasi atau standar untuk proses pengelasan yang lain

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    53/101

    37

    seperti untuk Low Alloy Steel dan juga untuk Stainless Steel memiliki berbagai

    kode tambahan lagi dibelakang kode standar yang telah disebutkan diatas.

    Tabel 2.6 Kekuatan tarik elektroda menurut AWS (sumber : Hasan iskandar, hal

    :35)

    Kekuatan tarik Klasifikasi

    Ib/inchi2  kg/mm

    E 60xx 60.000,- 42

    E 70xx 70.000,- 49

    E 80xx 80.000,- 56

    E 90xx 90.000,- 63

    E 100xx 100.000,- 70

    E 110xx 110.000,- 77

    E 120xx 120.000,- 84

    Tabel 2.7 Jenis selaput dan pemakaian arus (sumber : Hasan iskandar, hal : 36)

    Angka Keempat Jenis Selaput Pemakaian Arus

    0 Selulosa – Natrium DC +

    1 Selulosa – Kalium AC, DC +

    2 Rutil – Natrium AC, DC -

    3 Rutil – Kalium AC, DC + atau -

    4 Rutil – Serbuk besi AC, DC + atau -

    5 Natrium – Hydrogen rendah AC, DC +

    6 Kalium – Hydrogen rendah AC, DC +

    7 Serbuk besi – Oksida besi AC, DC + atau -

    8 Serbuk besi – Hydrogen rendah AC, DC +

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    54/101

    38

    2.12.5. Elektroda Baja Lunak

    Dimana macam – macam jenis elektroda baja lunak perbedaan hanyalah

     pada jenis selaputnya. Sedangkan kawat intinya sama.

      E 6012 dan E 6013.

    Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat menghasilkan

     penembusan sedang, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi

     pengelasan tegak arah bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada amper

    yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih banyak

    kalium memudah kan pemakaian pada voltase mesin y ang rendah. Elektroda

    dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk plat tipis.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    55/101

    39

    BAB 3

    TAHAP PROSES PEMBUATAN

    3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Rangka, Poros dan Elemen

    Pengupas Pada Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo.

    Gambar 3.1 Diagram Alir (flow chart)

    Mulai 

    Gambar teknik

    Penentuan Mesin :

    1. 

    Mesin Bubut

    2.  Mesin Gurdi

    3. 

    Mesin Gerinda

    4.  Mesin Las

     penentuan Pahat :

    1.  Pahat Bubut

    2. 

    Pahat Gurdi

    Pemilihan bahan

    Proses pembuatan

    Proses Bubut Proses Gurdi Proses Gerinda Proses Las

    Proses perakitan

    Analisa waktu

    Selesai

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    56/101

    40

    3.2. Gambar Teknik  

    Gambar adalah suatu metode yang digunakan seseorang untuk

    menyampaikan maksud gambar dalam proses komunikasi, penyampaian informasi

    agar tujuannya dapat sampai benar dan dipahami. Dalam dunia industri

     penyampaian seperti diatas dikenal dalam bahasa gambar teknik yang artinya cara

    atau metode penggambaran untuk menyampaikan informasi dalam proses

     produksi, kerja mesin, kerja manusia sampai produk akhir. Dalam hal bahasa, kita

    kenal adanya aturan-aturan berbahasa yang disebut tata bahasa. Maka dalam

    gambar teknik pun terdapat aturan-aturan mengambar yang disebut standard

    gambar.

    Gambar 3.2 Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo

    2

    1

    3

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    57/101

    41

    Keterangan :

    1. 

    Rangka

    2.  Poros Ulir

    3.  Elemen Pengupas

    3.2.1. Elemen Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo Yang Dibuat :

    Gambar 3.3 Rangka Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo

    Gambar 3.4 Poros

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    58/101

    42

    Gambar 3.5 Elemen Pengupas

    3.3. Alat dan Mesin Yang Digunakan

    Persiapan alat dan mesin merupakan penunjang dalam proses pembuatan

    elemen – elemen Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo. Alat dan mesin yang

    digunakan adalah sebagai berikut :

    A. Alat yang digunakan :

    1. 

    Gergaji

    2.  Kikir

    3.  Jangka Sorong

    4.  Amplas

    5.  Sarung Tangan

    6.  Kacamata Las

    7.  Tang Penjepit

    8.  Ragum

    9.  Sikat Baja

    10. Palu

    11. Mistar Baja

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    59/101

    43

    12. 

    Penggores

    13. 

    Wearpack

    B. Mesin yang digunakan : 

    1. Mesin Gergaji

    2. 

    Mesin Bubut

    3. 

    Mesin Gerinda

    4. 

    Mesin las listrik SMAW

    C. Pahat yang digunakan

    1. Pahat HSS

    2. Pahat Gurdi Spiral

    3.4. Pemilihan Bahan

    Pemilihan bahan merupakan hal penting sebelum melakukan proses

     pembuatan elemen-elemen Pembuatan Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo,

     bahan yang digunakan yaitu menggunakan bahan St 37.

    Adapun proses dalam pemilihan bahan sebagai tolak ukur pembuatan

    Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo sebagai berikut :

    1.  Kekuatan Tinggi.

    Bahan baja meskipun dari jenis yang paling rendah St 37 kekuatannya,

    tetapi memiliki perbandingan per volume lebih tinggi apabila dibandingkan

    dengan bahan-bahan lainnya yang umum dipakai.

    Hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja bisa

    mempunyai beban mati yang lebih rendah untuk bentang yang panjang, sehinggamemberikan kelebihan ruang dan volume yang dapat dimanfaatkan akibat

    langsingnya profil-profil yang dipakai.

    2.  Kemudahan Pemasangan.

    Semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa dipersiapkan dibengkel/di

    Lab Produksi UNJANI Cimahi sehingga satu-satunya kegiatan yang dilakukan

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    60/101

    44

    dilapangan ialah kegiatan pemasangan bagian-bagian konstruksi yang telah

    disiapkan.

    3.5. Proses Pembuatan Rangka, Poros dan Elemen Pengupas

    3.5.1. Proses Pembuatan Rangka

    a. Pemotongan

    Pemotongan adalah salah satu cara mengurangi panjang dan lebar pada

    suatu benda yang akan diproduksi. 

    Oleh karena itu pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji

    mesin. Bahan dipasaran kebanyakan yang belum dipotong, tetapi penulis bisa

    memesan sesuai yang diinginkan, oleh karena itu penulis mendapatkan bahanyang sudah diperkecil sesuai yang diinginkan penulis.

    b. Pengeboran 

    Pengeboran dalah suatu proses pelubangan dengan beberapa diameter

    yang diinginkan, tetapi pengeboran disini telah ditentukan oleh penulis. Mata bor

    yang digunakan adalah mata bor spiral merupakan alat potong pada mesin gurdi

    yang digunakan untuk pembuatan lubang yang diameternya sama dengan diameter

    mata bor.

    c. Pengelasan 

    Proses pengelasan ini dilakukan untuk menyambungkan 2 buah logam

    dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi atau tanpa

    tekanan dan menghasilkan sambungan kontinyu.

    d. Proses penyelesaian permukaan 

    Proses pembuatan Rangka pada Mesin pengupas kulit dalam biji melinjo

    terdapat penyelesaian permukaan yaitu dengan menggunakan kikir, amplas halus,

    dan mesin gerinda, yang dapat dilakukan dengan mesin maupun manual. Proses

    ini sebagai proses finishing  untuk mendapatkan permukaan yang halus dan rata.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    61/101

    45

    3.5.2. Proses Pembuatan Poros dan Elemen Pengupas 

    a. Pemotongan 

    Pemotongan adalah salah satu cara mengurangi panjang dan lebar pada

    suatu benda yang akan diproduksi. 

    Oleh karena itu pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji

    mesin. Bahan dipasaran kebanyakan yang belum dipotong, tetapi penulis bisa

    memesan sesuai yang diinginkan, oleh karena itu penulis mendapatkan bahan

    yang sudah diperkecil sesuai yang diinginkan penulis.

    b. Pembubutan

    Proses pembubutan ini digunakan untuk penhalusan permukaan benda

    kerja, membuat proses serta mengurangi panjang/diameter dari bahan menjadi

    ukuran yang di harapkan, alat yang dipakai pahat HSS untuk menghauskan sisi

     benda klerja dan panjang yang sesuai ukuran. Hal yang perlu diperhatikan

    sebelum pembubutan yaitu kesentralan, panjang benda kerja yang dicekam,

     panjang benda kerja yang dibubut dan dikekencangkan penjepitnya.

    c. Proses penyelesaian permukaan

    Proses pembubutan poros pada mesin peniris minyak terdapat proses

     penyelesaian permukaan yaitu menggunakan kikir, amplas halus, dan mesin

    gerinda yang dapat dilakukan dengan mesin maupun manual. Proses ini sebagai

     proses finising  untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus dan rata.

    3.6. Proses Perakitan 

    Setelah elemen-elemen Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo selesai

    dibuat kemudian masuk pada tahap perakitan yaitu dimana elemen-elemen dirakit

    menjadi sebuah komponen yaitu Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo.

    3.7. 

    Analisa Waktu

    Penentuan lamanya waktu proses penggerjaan agar bisa ditentukannya

     berapa lama waktu yang dicapai dalam proses pembuatan benda kerja.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    62/101

    46

    BAB 4

    DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1. Langkah Kerja Proses Pembuatan Rangka Pada Mesin Pengupas

    Kulit Dalam Biji Melinjo

    Gambar 4.1. Rangka Mesin Pengupas Kulit Dalam Biji Melinjo

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    63/101

    47

    Tabel 4.1 Proses Pembuatan Rangka

    No. Jenis pekerjaan dan

    gambar

    Alat dan mesin yang digunakan Langkah kerja Keterangan

    1.

    700

    1.  Mistar Baja

    2.  Siku

    3. 

    Penggores

    Tandai benda kerja sepanjang

    700 mm, sebanyak 2 buah.

    600 mm, sebanyak 2 buah.

    500 mm, sebanyak 2 buah.300 mm, sebanyak 8 buah.

    200 mm, sebanyak 4 buah.

    2.

    700

    1.  Mesin Gerigaji

    2. 

    Sarung Tangan

    Potong benda kerja pada bagian

    yang telah ditandai sebelumnya.

    700

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    64/101

    48

    3. Rangka Bawah 1.  Mesin Las SMAW (shield metal

    arc welding) 

    2.  Elektroda Jenis AWS E6013diameter 3,2 mm

    Ampere 130 AC(arus bolak-balik)Tegangan 20-40 volt.

    3.  Sikat Kawat4.

     

    Palu

    5. 

    Tang Penjepit

    6.  Mistar Siku

    7.  Sarung Tangan Las

    8.  Kacamata las9.

     

    Wearpack

    1. 

    Cari permukaan yang rata

    dan letakan plat siku L

    40X40X4 St37 pada permukaan rata tersebut.

    2. 

    Kemudian pada sisi siku Lyang akan di las diatur

    dengan menggunakanmistar siku hingga

    mendapatkan sudut 900.

    3.  Selanjutnya las titik pada

    kedua siku L yang akan

    disambung.4.

     

    Lalu ukur kembali

    mengunakan mistar siku

    apakah sudut sudah 900,

    apabila sudut kurang atau

    lebih dari 900 pukul siku L

    menggunakan palu secara

     perlahan hingga

    mendapatkan sudut sampaiukuran 900.

    4. 1.  Mesin Las SMAW(shield

    metal arc welding) 

    2. 

    Elektroda Jenis AWS E6013

    diameter 3,2mm

    Amper 130AC (arus bolak-

    1.  Cari permukaan yang rata

    dan letakan plat siku L

    40X40X4 St37 pada

     permukaan rata tersebut.

    2. 

    Kemudian pada sisi siku L

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    65/101

    49

     balik) Tegangan 20-40 volt

    3. 

    Sikat Kawat

    4. 

    Palu

    5. 

    Tang Penjepit

    6.  Mistar Siku

    7.  Sarung Tangan Las

    8.  Kacamata las

    9. 

    Wearpack

    yang akan di las diatur

    dengan menggunakan

    mistar siku hingga

    mendapatkan sudut 900.

    3.  Selanjutnya las catat pada

    kedua siku L yang akan

    disambung.

    4. 

    Lalu ukur kembali

    mengunakan mistar siku

    apakah sudut sudah 900,

    apabila sudut kurang atau

    lebih dari 900 pukul siku L

    menggunakan palu secara

     perlahan hingga

    mendapatkan sudut sampai

    ukuran 900 

    5. 1.  Mesin Las SMAW(shield metal

    arc welding) 

    2. 

    Elektroda AWS E6013 diameter

    1.  Cari permukaan yang rata

    dan letakan plat siku L

    40X40X4 St37 pada

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    66/101

    50

    3,2 mm.Ampere 130 AC(arus

     bolak-balik) Tegangan 20-40 volt

    3. 

    Sikat Kawat

    4. 

    Palu

    5.  Tang Penjepit

    6.  Mistar Siku

    7.  Sarung Tangan Las

    8. 

    Kacamata las

    9.  Wearpack

     permukaan rata tersebut.

    2. 

    Kemudian pada kedua sisi

    yang akan di las diatur

    dengan menggunakan mistar

    siku hingga mendapatkan

    sudut 900.

    3.  Selanjutnya las titik (las

     pengunci) pada siku L yang

    akan disambung.

    4. 

    Lalu ukur kembali

    mengunakan mistar siku

    apakah sudut sudah 900,

    apabila sudut kurang atau

    lebih dari 900

     pukul siku L

    menggunakan palu secara

     perlahan hingga

    mendapatkan sudut sampai

    ukuran 900..

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    67/101

    51

    6. 1.  Mesin Las SMAW(shield metal

    arc welding) 

    2. 

    Elektroda AWS E6013 diameter

    3,2mm. Ampere 130 AC (arus

     bolak-balik) Tegangan 20-40 volt.

    3.  Sikat Kawat

    4.  Palu

    5. 

    Tang Penjepit

    6.  Mistar Siku

    7. 

    Sarung Tangan Las

    8. 

    Kacamata Las

    9.  Wearpack

    1.  Letakan rangka bawah yang

    sudah di las pada permukaan

    yang rata dan beri jarak pada

    kedua rangka sejauh 70 mm.

    2.  Kemudian tumpangkan

    rangka bawah yang telah di

    las dengan P = 300 mm.

    3. 

    Atur terlebih dahulu sisi yang

    akan di las

    4. 

    Selanjutnya las titik (las

     pengunci) pada keempat sisi

    yang akan disambung.

    5.  Setelah pengecekan lalu las

    semua yang telah di las

    titik(las pengunci).

    7. Pengelasan kaki kiri dan

    kanan

    1. 

    Mesin Las SMAW(shield metal

    arc welding) 

    2. 

    Elektroda AWS E6013 diameter

    3,2 mm, Ampere 130AC (arus

    1. 

    Letakan rangka bawah yang

    sudah di las pada permukaan

    yang rata dan beri jarak pada

    kedua rangka sejauh 300mm.

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    68/101

    52

     bolak-balik) Tegangan 20-40 volt

    3. 

    Sikat Kawat

    4. 

    Palu

    5. 

    Tang Penjepit

    6.  Mistar Siku

    7.  Sarung Tangan Las

    8.  Kacamata Las

    9. 

    Wearpack

    2.  Kemudian tumpangkan

    rangka bawah yang telah di

    las dengan kaki rangka

    sebelah kanan 2 buah dengan

    P = 200 mm.

    3.  Atur terlebih dahulu sisi yang

    akan di las

    4. 

    Selanjutnya las titik (las

     pengunci) pada kedua sisi

    yang akan disambung.

    5. 

    Setelah pengecekan lalu las

    semua yang telah di las

    titik(las pengunci).

    8. 1. 

    Mesin Las SMAW(shield metal

    arc welding) 

    2. 

    Elektroda AWS E6013 diameter

    3,2 mm, Ampere 130 AC (arus

     bolak-balik) Tegangan 20-40 volt

    3. 

    Sikat Kawat

    1. 

    Letakan rangka bawah yang

    sudah di las pada permukaan

    yang rata dan beri jarak pada

    kedua rangka sejauh 300

    mm.

    2. 

    Kemudian tumpangkan

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    69/101

    53

    4.  Palu

    5. 

    Tang Penjepit

    6. 

    Mistar Siku

    7. 

    Sarung Tangan Las

    8.  Kacamata Las

    9.  Wearpack

    rangka bawah yang telah di

    las dengan P = 700 mm.

    3. 

    Atur terlebih dahulu kedua

    sisi yang akan di las.

    4.  Selanjutnya las titik (las

     pengunci) pada kedua sisi

    yang akan disambung.

    5. 

    Setelah pengecekan lalu las

    semua yang telah di las

    titik(las pengunci).

    9. Rangka Atas 1.  Mesin Las SMAW(shield metal

    arc welding) 

    2.  Elektroda AWS E6013 diameter

    3,2 mm, Ampere 130 AC(arus

     bolak-balik) tegangan 20-40 volt

    3. 

    Sikat Kawat

    4. 

    Palu

    5. 

    Tang Penjepit

    6. 

    Mistar Siku

    1. 

    Letakan rangka atas yang

    sudah di las pada permukaan

    yang rata dan beri jarak pada

    kedua rangka sejauh 300

    mm.

    2. 

    Kemudian tumpangkan

    rangka atas yang telah di las

    dengan P = 300 mm.

    3. 

    Atur terlebih dahulu kedua

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    70/101

    54

    7.  Sarung Tangan Las

    8. 

    Kacamata Las

    9. 

    Wearpack

    sisi yang akan di las.

    4. 

    Selanjutnya las titik (las

     pengunci) pada kedua sisi

    yang akan disambung.

    5.  Setelah pengecekan lalu las

    semua yang telah di las

    titik(las pengunci).

    10. 1.  Mesin Las SMAW(shield metal

    arc welding) 

    2. 

    Elektroda AWS E6013 diameter

    3,2 mm, Ampere 130 AC(arus

     bolak-balik) tegangan 20-40 volt

    3.  Sikat Kawat

    4. 

    Palu

    5.  Tang Penjepit

    6. 

    Mistar Siku

    7. 

    Sarung Tangan Las

    8. 

    Kacamata Las

    9. 

    Wearpack

    1. 

    Letakan rangka atas yang

    sudah di las pada permukaan

    yang rata dan beri jarak pada

    kedua rangka sejauh 300

    mm.

    2.  Kemudian tumpangkan

    rangka atas yang telah di las

    dengan P = 70 mm.

    3. 

    Atur terlebih dahulu kedua

    sisi yang akan di las.

    4. 

    Selanjutnya las titik (las

     pengunci) pada kedua siku L

  • 8/16/2019 IWAN TIRTA PERKASA (2101121008).pdf

    71/101

  • 8/16/2019 IWAN TI