IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis...

21
17 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis Desa Penelitian Pada bagian ini diuraikan profil Desa Batur, yaitu meliputi letak geografis, keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada bagian ini juga diuraikan tentang gambaran umum keadaan penduduk meliputi umur, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan di Desa Batur. Deskripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai hal yang mendasari perkembangan pertanian di Desa Batur pada umumnya dan tentang kesetaraan jender pada kelompok tani Tranggulasi di Desa Batur. Desa Batur merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan sayuran organik dan non organik. Desa Batur secara administrasi termasuk dalam wilayah kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi jawa Tengah. Desa Batur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Desa Sumogawe b. Sebelah Selatan : Gunung Merbabu c. Sebelah Barat : Desa Kopeng d. Sebalah Timur : Desa Tajuk Secara geografis Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut : a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 3 km b. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 30 km c. Jarak dari Pusat Pemerintahan Provinsi : 35 km Berdasarkan data monografi Desa sambirejo 2014, luas Desa Sambirejo adalah 1081,750 Ha yang terbagi menjadi 19 dusun yang terdiri 19 RW dan 54 RT. Luas tanah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan baik jalan, sawah, pemukiman, bangunan umum, pemakaman dan peternakan. Desa Batur mempunyai keadaan tanah yang masuk golongan dataran tinggi dengan ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut, sedangkan suhu udara rata-rata yang dimiliki adalah 30°C dengan curah hujan sebesar 2500mm/th.

Transcript of IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis...

Page 1: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

17

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis Desa Penelitian

Pada bagian ini diuraikan profil Desa Batur, yaitu meliputi letak geografis,

keadaan tanah, luas penggunaan lahan dan keadaan pertanian. Pada bagian ini juga

diuraikan tentang gambaran umum keadaan penduduk meliputi umur, mata

pencaharian, dan tingkat pendidikan di Desa Batur. Deskripsi ini diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang berbagai hal yang mendasari perkembangan

pertanian di Desa Batur pada umumnya dan tentang kesetaraan jender pada

kelompok tani Tranggulasi di Desa Batur.

Desa Batur merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan sayuran

organik dan non organik. Desa Batur secara administrasi termasuk dalam wilayah

kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi jawa Tengah. Desa Batur

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Sumogawe

b. Sebelah Selatan : Gunung Merbabu

c. Sebelah Barat : Desa Kopeng

d. Sebalah Timur : Desa Tajuk

Secara geografis Desa Batur memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat

pemerintahan) adalah sebagai berikut :

a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 3 km

b. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kabupaten : 30 km

c. Jarak dari Pusat Pemerintahan Provinsi : 35 km

Berdasarkan data monografi Desa sambirejo 2014, luas Desa Sambirejo

adalah 1081,750 Ha yang terbagi menjadi 19 dusun yang terdiri 19 RW dan 54 RT.

Luas tanah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan baik jalan, sawah,

pemukiman, bangunan umum, pemakaman dan peternakan. Desa Batur mempunyai

keadaan tanah yang masuk golongan dataran tinggi dengan ketinggian 1200 meter

diatas permukaan laut, sedangkan suhu udara rata-rata yang dimiliki adalah 30°C

dengan curah hujan sebesar 2500mm/th.

Page 2: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

18

4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik

Kelompok tani Tranggulasi,yang terletak di Dusun Selongisor, Desa Batur,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang mempunyai spesialisasi kegiatan

agribisnis komoditas sayuran organik. Responden dalam penelitian ini adalah

wanita tani tranggulasi yang melakukan kegiatan usahatani buncis organik dengan

jumlah 30 responden, dengan teknik pengambilan sampel jenuh atau semua

populasi dijadikan sampel. Profil responden mengarah pada umur, pendidikan,

jumlah anggota keluarga, luas lahan dan kepemilikan kerja sampingan.

Kelompok tani Tranggulasi dalam proses penanaman buncis berdasarkan

cara pola tanam dan waktu giliran tanam. Tanaman buncis tidak bisa ditanam disatu

tempat dengan tanaman lain seperti sistem tanam tumpang sari, tanaman buncis

hanya bisa monokultur. Ini dikarenakan tanaman buncis yang sangat mudah

terserang ulat bahkan hama yang bisa merusak tanaman pada saat tumbuh tunas

bahkan hasil panen nanti. Sehingga jika ingin menanam buncis harus bergiliran

pada lahan yang sama. Buncis yang ditanam adalah buncis perancis yang pangsa

pasarnya terdapat di supermaket besar dan keluar kota ,bahkan sampai melakukan

ekspor karena permintaan diluar negeri yang cukup tinggi terhadap buncis karena

rasa buncis perancis dirasa lebih enak dari buncis lokal lainnya. Masa tanam buncis

juga termasuk pendek sekitar 3-4 bulan, dan saat panen tiba hampir setiap hari

panen dapat dilakukan tergantung pada pesanan selain itu ukuran buncis juga

menjadi standar sendiri untuk diperjual belikan dan masuk kepasar yang sudah

ditentukan. Setiap petani memiliki standar masing-masing pada saat pemanenan

buncis rata petani mengambil buncis yang panjangnya sekitar 10-13 cm. Buncis

yang memiliki standar 10-13 cm akan dikirimkan ke supermarket dan diberikan

grade A sedangkan jika panjangnya lebih dari standar yang di inginkan, petani akan

membuat packing yang berbeda dan mematok harga yang berbeda atau buncis

dikirim kepasar tradisional. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden

wanita tani mengungkapkan bahwa :

“kita kalo manen buncis ngikut yang mau beli atau ndak tergantung

ngumpulin buncisnya di petani siapa nanti mereka minta ukuran buncisnya yang

Page 3: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

19

berapa, tapi kebanyakan lebih suka buncis yang masih kecil yang ndak terlalu

gede”(Nursiati, 40 tahun).

Cara penjualan kelompok ini juga sudah teroganisir, petani besar akan

mengumpulkan buncis dari lahan-lahan petani lainnya dan kemudian dilakukan

proses pemilahan setelah itu di packing dan di distribusikan ke produsen seperti

mini market, pedagang sayur bahkan ke supermarket. Petani besar juga melakukan

pengambilan atau membeli dari petani lainnya untuk memenuhi permintaan

produsen.

Tenaga kerja yang dipakai dalam buncis organik kebanyakan adalah

keluarga sendiri yaitu orang tua, istri, anak dan menantu. Alasan ini dikarenakan

keterbatasan biaya untuk tenaga kerja lagipula wanita tani beranggapan lahan yang

digarap tidak terlalu luas sehingga cukup dengan tenaga kerja dari keluarga. Seperti

yang diungkapkan oleh salah satu responden wanita tani mengungkapkan bahwa :

“ kita kalo punya lahan ya, yang garap kita to mbak kan hasilnya buat kita,

soalnya kan kalo minta orang kita harus ada ngasih, tapi ya eman-eman, to saya

istri mesti bantu bapaknya garap lahan ben dapat duit kerjanya sama anak-anak

juga mesti, mau lahannya luas atau ndak kita pasti barengan sama keluarga” (Sini,

52 tahun).

Menanam buncis juga memiliki kendala sendiri bagi petani sehingga petani

harus memiliki persiapan yang baik jika ingin menanam buncis,seperti hama ulat

yang menjadi salah satu kendala dalam usahatani buncis Selain itu,buncis harus

ditanam bergiliran tidak bisa tumpang sari seperti sayuran lainnya. Perawatan

buncis juga harus sangat rutin ditambah lagi tanaman buncis ditanam secara organik

sehingga membuat petani lebih ekstra dalam perawatan seperti cara membasmi

hama, pemupukan dan gangguan dari rumput liar. Kendala lainnya adalah tenaga

kerja yang cukup banyak, ini juga salah satu yang membuat petani untuk tidak

terlalu sering menanam buncis karena pada saat waktu panen petani harus betul

betul telaten dalam memanen dan buncis dapat dipanen setiap harinya hal ini lah

yang memerlukan banyak tenaga kerja selain itu pada kegiaan pasca panen petani

dan para tenaga kerja harus menyortir buncis sesuai standar yang sudah ditetapkan,

meskipun buncis memiliki harga yang cukup stabil yaitu sekitar Rp. 8000/kg untuk

Page 4: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

20

mengatasi hal ini petani memilih penggiliran tanaman dengan sayuran lain seperti

lobak, brokoli, dan cabai.

Dari 30 responden, semua keluarga bergantung pada mata pencarian sebagai

petani meskipun ada beberapa memiliki pekerjaan seperti PNS dan guru tapi

mereka meiliki pekerjaan petani sebagai pekerjaan tetap. Maka dari itu setiap di

dalam keluarga wajib saling membantu setiap kegiatan usahatani buncis karena

merupakan salah satu usahatani yang dilakukan oleh petani. Misalnya jika ayah

seorang petani maka istri harus membantu begitu juga dengan anak ataupun

menantu bahkan orang tua dari petani pun ikut membantu dari 30 responden

semuanya memakai tenaga kerja dari keluarga sendiri dan istri selalu terlibat pada

semua kegiatan usahatani tersebut. Berikut adalah gambaran karakteristik wanita

tani Tranggulasi.

4.3 Karakteristik Wanita Tani

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah istri petani tranggulasi

yang ada di Desa Batur. Selanjutnya untuk mengetahui karakteristik wanita tani di

uraikan berdasarkan umur petani, tingkat pendidikan, luas lahan, kepemilikan kerja

sampingan dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik responden selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Wanita Tani

Karakteristik Kategori Jumlah

Orang (%)

Usia (tahun)

20-29 3 10%

30-39 4 13,3%

40-49 11 36,7%

>50 12 40,0%

Total 30 100,00%

Rata-rata umur 44 tahun

Tidak Sekolah 1 3,3 %

Pendidikan (tahun)

SD 19 63,3%

SMP 6 20,0%

SMA 2 6,7%

PT 2 6,7%

Total 30 100,00%

Rata-rata pendidikan SD

Jumlah Anggota

Keluarga

<3 16 53,3%

3-5 11 36,7%

>5 3 10,0%

Total 30 100%

Rata-rata jml. Anggota

keluarga

3 orang

Page 5: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

21

Lanjutan tabel 4.1

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

a. Umur Responden

Menurut Arkaniyati (2012), umur merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha. Ditinjau dari segi umur, tenaga

kerja produktif umumnya berada pada selang 25 hingga 40 tahun, sedangkan

jika kurang atau lebih dari selang umur tersebut akan tergolong sebagai tenaga

kerja kurang produktif tetapi masih termasuk dalam usia kerja. Berdasarkan

Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa wanita tani sebagian besar berusia > 50 tahun

sebanyak 40%, dimana rata-rata umur petani adalah 44 tahun

b. Tingkat Pendidikan Responden

Pujiharto dan Watemin (2008) menyatakan Makin tinggi tingkat pendidikan

formal, akan makin rasional pola pikir dan daya nalarnya pada perempuan.

Selain itu, pendidkan juga akan berpengaruh dalam penyerapan inovasi yang

dapat diterapkan dalam kegiatan usahataninya. Berdasarkan tabel 4.3 dapat

diketahui bahwa tingkat pendidikan wanita tani rendah karena rata-ratanya

berpendidikan terakhir SD. Begitu juga dengan Mustikarini (2011) menyatakan

rendahnya kualitas perempuan dapat dilihat dari terjadinya ketidaksetaraan

dalam tingkat pendidikan perempuan dibanding laki-laki.

c. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Bertham dkk (2011) jumlah anggota keluarga merupakan salah

satu penyedia jasa tenaga kerja, sehingga banyaknya anggota keluarga pada usia

kerja akan mengurangi beban perempuan untuk membantu suami memenuhi

kebutuhan hidup keluarga. dari tabel 4.3 dapat diketahui anggota keluarga

Luas lahan (m2)

< 0,05 7 23,3%

0,05-1 19 63,3%

> 1 4 13,3%

Total 30 100,00%

Rata-rata luas lahan 823m2

Kepemilikan kerja

sampingan

Ya 5 16,7%

Tidak 25 83,3%

Total 30 100,0%

Page 6: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

22

paling banyak adalah < 3 yaitu 53,3% pada petani buncis,sehingga kebutuhan

mereka tidak terlalu tinggi.

d. Luas Lahan Responden

Luas lahan yang digarap petani menjadi salah satu keputusan petani untuk

menggunakan tenaga kerja dari keluarga atau yang bukan keluarga. wanita tani

pastinya akan membantu bapak tani dalam menggarap lahan. Menurut Bertham

Dkk (2011) Dengan pertimbangan luas lahan yang tidak begitu luas,

kebanyakan petani lebih memilih hanya menggunakan tenaga kerja dalam

keluarga (90%) untuk mengurangi pengeluaran usahataninya. Sementara petani

dengan penguasaan lahan yang lebih luas, hanya 10%, membutuhkan tenaga

kerja tambahan yang berasal dari luar keluarganya. Pada tabel 4.3 dapat

diketahui bahwa wanita tani menggarap lahan rata-rata sekitar 823m2 .

Responden memiliki lahan 0,05-1Ha yaitu 63,3% berarti berada di kelas

menengah dan sisanya 23,3% untuk lahan responden <1Ha dan berada di kelas

luas hanya 13,3%.

e. Kepemilikan Kerja Sampingan

Menurut Novia (2006) dalam realitanya, curahan kerja perempuan yang

bekerja sebagai buruh tani antara 6-8 jam perhari. Kepemilikan kerja sampingan

ini dimiliki biasanya jika kebutuhan belum bisa terpenuhi dari satu pekerjaan

saja sehingga wanita tani harus mencari pekerjaan sampingan selain menjadi

petani untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga begitu juga dengan bapak

tani bisa menjadikan usaha tani sebagai kerja sampingan ataupun pekerjaan

tetap. Dari tabel 4.3, dapat diketahui dari kepemilikan kerja sampingan pada

responden hanya 16,7% atau 5 orang saja, ini berarti hampir semua wanita tani

memilih menjadi petani sebagai pekerjaan tetap.

4.4 Karakteristik Bapak Tani

Dalam penelitian ini, karakteristik bapak tani (suami) didapatkan dari

wawancara terhadap wanita tani (istri). Selanjutnya untuk mengetahui karakteristik

bapak tani di uraikan berdasarkan umur petani, tingkat pendidikan, dan

Page 7: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

23

kepemilikan kerja sampingan. Karakteristik responden selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Bapak Tani

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Berdasarkan pada tabel 4.2 diketahui bahwa rata-rata umur bapak tani

adalah 48 tahun, rata-rata pendidikan bapak tani adalah Sekolah Dasar dan lebih

banyak bapak tani yang tidak memiliki kerja sampingan.

4.5 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Wanita Tani

Dalam menjalankan usahatani buncis organik dari mulai tahapan pengolahan

lahan sampai pasca panen memungkinkan terserapnya tenaga kerja pria dan wanita.

Adanya kultur budaya masyarakat yang menempatkan wanita dengan prespektif

tertentu mengarah pada kesetaraan jender. Keadaan ini menjadi kan jenis pekerjaan

tertentu hanya diperuntukan untuk jenis kelamin tertentu, atau sebagian besar porsi

pekerjaan lebih baik untuk jenis kelamin tertentu.

Pada setiap tahapan juga memiliki tenaga kerja yang berbeda tergantung

dengan seberapa banyak tenaga yang dibutuhkan dab seberapa berat tahapn

tersebut. Dalam hal ini pria dan wanita akan terlihat di bagian tahapan mana saja

mereka lebih dominan.

Berikut data untuk mengetahui penyerapan tenaga kerja wanita pada usahatani

buncis organik, dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Karakteristik Kategori Jumlah

Orang (%)

Usia (tahun)

20-29 2 6,7%

30-39 4 13,3 %

40-49 8 26,7 %

>50 16 53,3 %

Total 30 100,00%

Rata-rata umur 48 tahun

Pendidikan (tahun)

SD 20 66,7%

SMP 6 20,0%

SMA 3 10,0%

PT 1 3,3%

Total 30 100,00%

Rata-rata pendidikan SD

Kepemilikan kerja

sampingan

Ya 6 20,0%

Tidak 24 80,0%

Total 30 100%

Page 8: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

24

Tabel 4.3 Penyerapan Tenaga Kerja Wanita Di Usahatani Buncis Organik

Jenis Kegiatan Tenaga Kerja

Pria (%) Wanita (%)

Pengolahan Lahan 52,8 47,2

Penyemaian 54,7 45,3

Penanaman 54,7 45,3

Pemupukan 54,7 45,3

Penyiangan 54,7 45,3

Pengendalian Hama 54,7 45,3

Pemanenan 53,8 46,2

Pasca Panen 50 50

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa jenis kegiatan dalam pengolahan

lahan sampai pemanenan, didominasi tenaga kerja pria tapi tetap melibatkan tenaga

kerja wanita, sedangkan pasca panen justru seimbang yaiu 50%. Banyaknya pekerja

pasca panen tidak terlepas juga dari wanita, wanita dibutuhkan pada kegiatan pasca

panen karena dianggap telaten dan sabar, seperti memisahkan buncis yang busuk

atau tidak, pernyotiran, membersihkan buncis dari daun dan kotoran, penimbangan,

serta packing. Dalam kegiatan pasca panen akan dilakukan pembagian tugas untuk

pria dan wanita sehingga pria dan wanita dituntut untuk bekerja sama. Pembagian

tugas juga tidak tetap, petani akan selalu menyesuaikan pembagian tergantung

dengan kondisi yang berlangsung. Para pria lebih dominan mengerjakan semua

kegiatan karena mereka lebih kuat dalam kegiatan fisik dari pada para wanita.

Selain itu yang membantu berkerja adalah istri atau anak sehingga mereka wajib

ikut serta dalam kegiatan usahatani. maka dari itu dari tabel 4.3 tidak terlalu jauh

berbeda jumlah tenaga kerja yang mengikuti setiap tahapan kegiatan usaha tani.

Jika dilihat dari tabel memang pria lebih dominan namun wanita diperlukan karena

sifat telaten mereka dan sabar selain itu lebih mudah dalam mengkordinir tapi jika

pekerjaan berat maka pria yang akan menggantikan. Seperti yang diungkapkan oleh

salah satu responden wanita tani mengungkapkan bahwa :

Page 9: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

25

“kita itu ya selalu ikut kerja suami mbak, kan kita nyari uangnya

bareng, ngolah lahan pun kita ikut mbak seng penting masih kuat kitanya

mbak, kecuali ngangkat pupuk yang berat atau ngeroundap itu suami

soalnya itu berat.. tapi kita ya ndak pernah ketinggalan apalagi tahapan

panen sampai panen selesai terus kita kumpulin itu pasti ibu-ibunya ikut

semua sampe orang tua saya ikut, kalo buncis perlu banyak tenaga mbak e,

karena harus sabar sama teliti ” (Suparmi,25 tahun)

Meskipun tenaga kerja buncis sangat dibutuhkan banyak orang, petani

tranggulasi tetap saling membantu dan sebagai imbalannya tidak diberikan uang

melainkan mengadakan makan bersama sehingga para wanita tani (istri)

menyiapkan makanan, hal ini merupakan salah satu upaya agar sesama anggota

tranggulasi semakin erat hubungannya dan silahturahmi terjaga dengan baik. Tapi

hal itu berlaku untuk kebanyakan petani kecil bagi petani besar, mereka akan

membayar tenaga kerja yang sudah bekerja. Seperti yang diungkapkan oleh salah

satu responden wanita tani mengungkapkan bahwa :

“kalo banyak yang bantu mbak,kita makan makan setelah itu nanti

dikumpulin si rumahnya siapa, terus rame-rame nanti jadi ndak mesti bayar

pake uang, kalo kita minta tolong soalnya tapi kalo yang ada duitnya ya d

bayar sekali panen dapat berapa gitu mbak” (Suparmi,25 tahun)

4.6 Analisis Pengambilan Keputusan Wanita Tani

Menurut Nurjaman (2013) Proses pengambilan keputusan akan berdampak

adanya bias yang cukup besar karena keputusannya tidak berdasarkan musyawarah

yang mufakat (antara laki-laki dan perempuan). Perempuan juga akan sulit untuk

mengembangkan peluang sesuai dengan kegiatannya apabila mereka tidak berperan

dalam pengambilan keputusan pada bidang yang digelutinya.

Page 10: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

26

Berikut analisis pengambilan keputusan wanita pada tahapan usahatani buncis

organik.

Tabel 4.4 Pengambilan Keputusan Wanita Di Usahatani Buncis Organik

jenis kegiatan Pengambilan keputusan

Wanita (%) Pria (%)

Pengolahan lahan 0,53 0,47

Varietas bibit 0,53 0,47

Cara penanaman 0,56 0,44

Penyiangan 0,56 0,44

Pemupukan 0,5 0,5

Pengendalian hama 0,53 0,47

Pemanenan 0,53 0,47

Penjualan hasil 0,56 0,44

Keikutsertaan organisasi 0,9 0,1

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 30 responden para wanita (istri)

memiliki angka yang lebih besar dari para pria. Dalam hal keikutsertaan organisasi

wanita memiliki angka yang sangat tinggi dibandingkan pria yaitu 0,9 % berarti

wanita tidak dibatasi dalam setiap kegiatan , justru wanita selalu ikut dalam setiap

kegiatan organinasi yang ada dalam dalam kegiatan kelompok tani tranggulasi.

Dalam hal mengambil keputusan ini sudah melalui diskusi rumah tangga

sehingga lebih besar peluang wanita tani untuk menentukan keputusan akhir. Para

pria (suami) akan mengikuti juga saran dari wanita (istri) karena keputusan suami

dan istri juga menentukan kelanjutan usahatani tersebut. Seperti yang diungkapkan

oleh salah satu responden wanita tani mengungkapkan bahwa :

“soal keputusan ya kadang saya manut bapak (suami), tapi ya kita

juga ikut mutusin mbak, apalagi kalo masalah duit... haduh, ibu-ibu mesti

ribut itu hahaha...pokoknya ya bapak mesti ngomomg dulu sama saya, terus

nanti diputusinya bersama mbak” (Neni,44 tahun)

Meskipun dalam hal pengolahan lahan para suami dianggap lebih mengerti,

dari segi pengalaman dan mengambil keputusan begitu juga dengan tahapan

Page 11: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

27

lainnya. Tapi para suami tetap selalu melakukan diskusi bersama dengan istri

sehingga ini yang akan mempengaruhi keputusan akhir dalam setiap kegiatan. Para

suami dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dalam segi pemilihan

varietas yang ditanam, masa persemaian serta berapa jumlah tenaga kerja yang

mengikuti tahapan, selain itu di penyiangan. Padahal jika dilihat suami harusnya

yang bertanggung jawab dalamsetiap kegiatan, tapi justru dalam hal pengambilan

keputusan istri mempunyai hak yang sama besarnya dengan suami. Seperti yang

diungkapkan oleh salah satu bapak tani mengungkapkan bahwa :

“istri kadang serahi semua keputusan ke kita mbak, tapi ya tetap kita

mesti ngomong dulu sama istri dan kita mutusi persoalannya bersama mbak”

(Pitoyo,50 tahun).

Berbeda dengan yang dikatakan menurut Priyadi (2005) Dominasi

keterlibatan pria dalam berbagai tahapan kegiatan usahatani buncis organik

disebabkan berbagai alasan. Seperti pria dianggap bertanggung jawab penuh atas

pekerjaan berat dalam pelaksanaannya dan lebih mengetahui teknik-teknik

usahatani yang lebih baik yang nantinya menunjang usahatani mereka sehingga

dianggap lebih tepat sebagai pengambil keputusan utama. Namun di Kelompok

Tani Tranggulasi justru wanita dominan dalam setiap pengmabilan keputusan.

4.7 Analisis Indeks Kesetaraan dan Keadilan Jender dalam Pelaksanaan

Tahapan Usahatani Buncis Organik

Dalam pengelolaan usaha terkadang muncul berbagai persoalan mengenai

ketidak-adilan jender. Ketidak-adilan yang sering muncul dalam pengolaan usaha

yaitu jenis kelamin, perbedaan tingkat pendidikan, tenaga kerja serta pengambilan

keputusan. Maka dari itu perlunya pemberdayaan yang baik antara pria dan wanita.

Berdasarkan data dalam berbagai tahapan kegiatan usahatani buncis organik, IKKJ

dibutuhkan untuk menghitung kesetaraan jender yang terjadi usahatani Indeks

kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu indikator yang dapat dipakai untuk

menilai suatu keberhasilan program pemberdayaan perempuan pada berbagai

bidang pembangunan. Berikut analisis IKKJ terhadap penyerapan tenaga kerja dan

pengambilan keputusan.

Page 12: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

28

4.7.1 Indeks Kesetaraan Dan Keadilan Jender Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Responden

Dalam pelaksanaan usahatani buncis organik relatif tidak memerlukan

kualifikasi ketrampilan pekerja melainkan lebih banyak membutuhkan tenaga fisik

serta bersedia bekerja di lapangan selain itu kemauan untuk belajar dikarenakan

buncis organik mempunyai ciri khas sendiri dalam perawatannya sampai dengan

penjualannya selain itu dibutuhkan pekerja yang sangat telaten karena buncis

sendiri tidak bisa ditumpang sari dengan tanaman sayuran lainnya. Maka dari itu

pada jenis pekerjaan tertentu di dominasi oleh jenis kelamin tertentu pula. Hal ini

memberikan konsukuensi besarnya IKKJ berdasarkan jenis tahapan pekerjaan

dalam usahatani buncis organik.

Dengan IKKJ akan diketahui seberapa besar wanita mengambil alih dalam

setiap tahapan dan nantinya akan terlihat seberapa besar peluang wanita. Berikut

analisis IKKJ terhadap penyerapan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Besarnya IKKJ Tenaga Kerja Dalam Berbagai Tahapan Kegiatan

Jenis kegiatan

IKKJ Tenaga Kerja

Rata-rata Keterangan Terendah Tertinggi

Pengolahan lahan 1 1 0,96 Peluang wanita tani = bapak tani

Penyemaian 0 1,06 0,96 Peluang wanita tani < bapak tani

Penanaman 0 1,06 0,96 Peluang wanita tani < bapak tani

Pemupukan 0 1,06 0,96 Peluang wanita tani < bapak tani

Penyiangan 0 1,06 0,96 Peluang wanita tani < bapak tani

Pengendalian hama 0 1,06 0,96 Peluang wanita tani < bapak tani

Pemanenan 0,3 2,1 1,01 Peluang wanita tani > bapak tani

Pasca panen 0,7 3,6 1,19 Peluang wanita tani > bapak tani

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Page 13: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

29

Seperti yang sudah dijelaskan nilai Indeks Keadilan Dan Kesetaraan Jender

memiliki kategori, dan hasil IKKJ tenaga kerja sudah dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Kategori Indeks Keadilan Dan Kesetaraan Jender

IKKJ Tenaga Kerja

Kategori Jumlah Persen

<1 1 3,3%

=1 26 86,6%

>1 3 10 %

Total 30 100%

Rata-rata IKKJ 1

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Indeks Keadilan dan Kesetaraan Jender (IKKJ) memiliki kategori sebagai

berikut :

a. < 1: Peluang wanita lebih sedikit daripada pria

b. = 1: Peluang wanita sama atau satu kali daripada pria

c. > 1: peluang wanita lebih besar daripada pria

Pada tabel 4.5 dapat diketahui pada kegiatan pengolahan lahan memiliki

nilai IKKJ terendah yaitu 1 berarti peluang wanita tani pada saat kegiatan yaitu 1

kali daripada bapak tani sedangkan nilai IKKJ tertingginya 1 berarti peluang wanita

tani 1 kali daripada bapak tani. Nilai IKKJ untuk penyemaian, penanaman,

pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama memiliki nilai terendah 0 berarti

wanita tani tidak memiliki peluang sama sekali daripada bapak tani pada setiap

kegiatan tersebut dan nilai IKKJ tertingginya 1,06 berarti pada kegiatan tersebut

wanita memiliki peluang 1,06 kali daripada bapak tani, untuk nilai pemanenan nilai

terendah IKKJ yaitu 0,3 berarti pada kegiatan tersebut wanita memiliki peluang 0,3

kali dari pada bapak tani sedangkan nilai IKKJ tertingginya adalah 2,01 berarti

peluang wanita 2,01 kali daripada bapak tani dan nilai IKKJ untuk pasca panen

yang terendah adalah 0,7 dan tertinggi adalah 3,6 berarti peluang wanita tani 3,6

kali dari pada bapak tani.

Pada kategori IKKJ tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai = 1

memiliki persentase sebesar 86,6 %, dan < 1 memiliki persentase 3,3% sedangkan

Page 14: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

30

untuk >1 memiliki persentase 10%. Sehingga nilai =1 adalah nilai yang paling

dominan dimiliki oleh responden pada tahapan kegiatan,ini berarti peluang wanita

tani sama atau 1 kali dengan peluang bapak tani. Total rata-rata IKKJ pada kegiatan

usahatani ini adalah 1 berarti dinyatakan kegiatan usahatani buncis organik

memiliki kesetaraan jender dan tidak adanya bias jender dalam setiap kegiatan.

Jika dilihat dari nilai rata-ratanya hanya pengolahan lahan dan pemanenan

yang memiliki IKKJ yang > 1 tapi jika dari IKKJ tertinggi pada responden maka

yang tertinggi ada pada tahapan pemanenan dan pasca panen. Seperti yang

diungkapkan oleh salah satu suami responden wanita tani mengungkapkan bahwa :

“justru kalo saya yang nangani pemanenan dan pasca panen

kebanyakan ya ibu-ibunya, istri saya yang nentuin siapa pembelinya, terus

panen buncisnya harganya berapa kalo di jual nanti, apalagi kalo bagian

pasca panen kaya yang packing ya istri sama ibu saya yang ngurusin semua

saya palingan bantu kalo kekurangan orang sama kalo ada kendala.. terus

masalah pengolahan lahan pun ibu yang ikut nentuin juga misalnya berapa

tenaga kerja yang dipakai, terus pupuknya nanti pengeluarannya berapa,

kalo masalah duit ibu yang handle”(Pitoyo,50 tahun).

4.7.2 Indeks Kesetaraan dan Keadilan Jender Terhadap Pengambilan

Keputusan Responden

Pada setiap tahapan kegiatan usahatani buncis organik secara spesifik berkait

dengan jender, mengakibatkan pengaruh dalam proses pengambilan kepuusan

setiap pelaksanaan kegiatan. Hal ini menjadikan nilai IKKJ pada berbagai jenis

pelaksanaan kurang bervariasi. Berikut analisis IKKJ terhadap pengambilan

keputusan usahatani buncis organik dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Page 15: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

31

Tabel 4.7 Besarnya IKKJ Pengambilan Keputusan Dalam Berbagai Tahapan

Kegiatan

Jenis kegiatan

IKKJ Tenaga Kerja

Rata-rata Keterangan Terendah Tertinggi

Pengolahan Lahan 0 1 0,53 Peluang wanita tani < bapak tani

Varietas Bibit 0 1 0,53 Peluang wanita tani < bapak tani

Cara Penanaman 0 1 0,56 Peluang wanita tani < bapak tani

Penyiangan 0 1 0,56 Peluang wanita tani < bapak tani

Pemupukan 0 1 0,5 Peluang wanita tani < bapak tani

Pengendalian

Hama

0 1 0,53 Peluang wanita tani < bapak tani

Pemanenan 0 1 0,53 Peluang wanita tani < bapak tani

Penjualan Hasil 0 1 0,56 Peluang wanita tani < bapak tani

Keikutsertaan

Organisasi

0 1 0,9 Peluang wanita tani < bapak tani

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Seperti yang sudah dijelaskan nilai Indeks Keadilan Dan Kesetaraan Jender

memiliki kategori, dan hasil IKKJ tenaga kerja sudah dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Kategori Indeks Keadilan Dan Kesetaraan Jender

IKKJ Tenaga Kerja

Kategori Jumlah Persen

<1 15 50,0%

=1 15 50,0%

>1 0 0

Total 30 100%

Rata-rata IKKJ 1,03

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Indeks Keadilan dan Kesetaraan Jender (IKKJ) memiliki kategori sebagai

berikut :

a. < 1: Peluang wanita lebih sedikit daripada pria

b. = 1: Peluang wanita sama atau satu kali daripada pria

c. > 1: peluang wanita lebih besar daripada pria

Page 16: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

32

Dalam pengambilan keputusan pada setiap kegiatan pengolahan lahan,

varietas bibit, pengendalian hama, pemanenan memiliki nilai rata-rata IKKJ 0,53

berarti peluang wanita untuk mengambil keputusan dalam kegiatan tersebut yaitu

0,53 kali dibandingkan pria. Pengambilan keputusan pada jenis kegiatan

menentukan cara penanaman, penyiangan, dan penjualan hasil memiliki besarnya

IKKJ yaitu 0,56 berarti peluang wanita untu mengambil keputusan 0,56 dibanding

pria. Dalam pengambilan keputusan pada tahap kegiatan pengendalian hama nilai

IKKJ yaitu 0,5 berarti peluang wanita dalam mengambil keputusan hanya 0,5 kali

dibanding dengan peluang pria. Sedangkan untuk pengambilan keputusan pada

kegiatan keikutsertaan organisasi besarnya IKKJ 0,9 berarti peluang wanita dalam

mengikuti organisasi 0,9 kali dibanding peluang pria. Meskipun IKKJ rendah dalam

hal pengambilan keputusan para suami tetap selalu berdiskusi bersama istri dan

keputusan istri sangat dipertimbangkan karena usahatani buncis organik merupakan

pekerjaan utama untuk keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu suami

responden wanita tani mengungkapkan bahwa :

“soal keputusan yang menentukan kegiatan usahatani saya sama

istri pasti ngobrol mbak, tapi biarpun istri nyerahin kaya tanamnya kapan,

mau tanam apa, kalo hama di berantasnya gimana. Tapi bukan berarti

semuanya suami , ya kita kalo ngobrol terus istri bilang apa ya kita manut

mbak, toh usaha kan kita jalani berdua jadi dimana-mana ya berdua”

(Bejo,58 tahun).

Meskipun di tabel menunjukan nilai rata-rata yang tidak mencapai 1, tapi

pada kategori IKKJ, nilai terendah adalah 0 sedangkan tertinggi hanya 1. Pada tabel

4.10 dapat dilihat nilai IKKJ < 1 ada 50% dan sama dengan 1 ada 50% berarti,

peluang wanita tani 1 kali atau sama dengan peluang para pria. Sedangkan > 1 tidak

ada sama sekali.

Dalam hal IKKJ untuk Pengambilan keputusan memang terlihat kecil

nilainya di bandingkan IKKJ untuk tenaga kerja tapi dalam hal keputusan istri dan

suami saling berkerja sama dan berdiskusi, antara suami dan istri tidak langsung

menyerahkan setiap tanggung jawab begitu saja. Disinilah letak kesetaraan jender

Page 17: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

33

berada ini terlihat dari nilai IKKJ sama dengan 1 , hampir suami dan istri seimbang

dalam hal pengambilan keputusan.

4.8 Analisis Hubungan antara IKKJ dengan Karaketeristik Responden

Hubungan Indeks Keadilan dan Kesetaran Jender (IKKJ) penyerapan tenaga

kerja dan pengambilan keputusan akan di korelasikan dengan variabel-variabel

yaitu karakteristik individu (pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, pendapatan

dan kepemilikan kerja sampingan) dianalisis dengan menggunakan uji korelasi

Rank-Spearman.

4.8.1 Analisis Hubungan antara IKKJ Tenaga Kerja dengan Karaketeristik

Responden

Hasil pengujian hubungan antara IKKJ dengan karakteristik individu tersaji

pada Tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hubungan antara IKKJ dengan Karakteristik Responden

Variabel Koefisien

Korelasi

Signifikansi

(2-tailed)

Keterangan

α (0.05)

Pendidikan wanita tani 0,215 ns 0,255 Tidak signifikan

Usia wanita tani 0,036 ns 0,849 Tidak signifikan

Jumlah anggota Keluarga -0,148 ns 0,434 Tidak signifikan

Luas lahan 0,002 ns 0,993 Tidak signifikan

Kepemilikan kerja

sampingan wanita tani 0,086 ns 0,650 Tidak signifikan

Pendidikan bapak tani 0,238 ns 0,206 Tidak signifikan

Usia bapak tani -0,148 ns 0,800 Tidak signifikan

Kepemilikan kerja

sampingan bapak tani -0,262 ns 0,163 Tidak signifikan

Keterangan: ns = non signifikan (tidak berhubungan nyata)

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Pada tabel 4.9 terlihat bahwa tidak ada yang memiliki hubungan nyata

dengan IKKJ Tenaga Kerja. Ini karena nilai probalitas yang di tentukan adalah >

0,05 maka H0 diterima, jika > 0,05 maka H0 ditolak. Di tabel menunjukan variabel

Pendidikan memiliki nilai 0,215 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang

Page 18: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

34

rendah atau lemah berdasarkan uji signifikansi hasilnya menunjukan 0,255 yang

berarti asosiasi kedua variabel adalah tidak signifikan. Begitu juga dengan usia,

jumlah anggota keluarga, luas lahan, dan kepemilikan kerja sampingan. Bahkan

dari variabel punya bapak tani pun tidak ada yang berkorelasi.

Hal ini rendah bahkan tidak berkorelasi berarti ada faktor lain yang

berhubungan dengan nilai IKKJ tersebut, dari nilai IKKJ juga tidak memiliki variasi

yang sangat berbeda jauh, begitu juga dengan luas lahan yang rata-rata sama tidak

memiliki perbedaan jauh, pendidikan rata-rata antara pria dan wanita adalah

Sekolah Dasar selain itu jumlah anggota keluarga dan kepemilikan kerja

sampingan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu suami responden wanita tani

mengungkapkan bahwa :

“kita bertani itu udah lama mbak, dari SD malahan.. jadi ga bisa terlepas

dari hal hal pertanian bahkan ada yang turun temurun mbak jadi tinggal lanjutin

aja mbak, kan sayang lahannya sama ilmunya juga kalo ndak di lanjutin..”

(Pitoyo,50 tahun)

Selain itu wanita tani juga kebanyakan mengikuti saja apa pekerjaan suami,

rata di Desa Batur kegiatan bertani sudah berjalan sangat lama nahkan turun

temurun bisa dibilang pertanian sudah menjadi urat nadi masyarakat tersebut.

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden wanita tani mengungkapkan

bahwa :

“pertanian ini udah ndak bisa lepas dari kita mbak, meskipun saya

kerja jadi PNS, ya tetap saya bertani.. Toh saya dulu hidupnya dari

pertanian, orang tua petani, orang tua suami saya juga sama... ya kita

lanjutin aja mbak eman-eman lahannya, di tambah lagi sekarang makin

banyak inovasi mbak tinggal kelompok tani pelajarin nanti ilmunya

dibagikan bersama mbak”. (Siti,40 tahun)

Maka dari itu hasil korelasi tidak berhubungan bisa saja bahwa faktor yang

diteliti memiliki data yang tidak jauh berbeda sehingga mempengaruhi hasil tidak

berhubungan nyata karena data kurang bervariasi.

Page 19: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

35

Berarti hipotesis yang menyatakan “indeks kesetaraan keadilan jender

dengan karakteristik pendidikan bapak tani dan wanita tani, usia bapak tani dan

wanita tani, jumlah anggota keluarga, luas lahan, kepemilikan pekerjaan sampingan

bapak tani dan wanita tani “ terhadap IKKJ tenaga kerja terbantahkan karena tidak

ada yang berhubungan nyata.

4.8.2 Analisis Hubungan antara IKKJ Pengambilan Keputusan dengan

Karaketeristik Responden

Hasil pengujian hubungan antara IKKJ pengambilan keputusan dengan

karakteristik individu tersaji pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Hubungan antara IKKJ dengan Karakteristik

Responden

Variabel Koefisien

Korelasi

Signifikansi

(2-tailed)

Keterangan

α (0.05)

Pendidikan wanita tani 0,357 ns 0,053 Tidak signifikan

Usia wanita tani -0,071 ns 0,708 Tidak signifikan

Jumlah anggota keluarga 0,087 ns 0,649 Tidak signifikan

Luas lahan -0,378* 0,039 signifikan

Kepemilikan kerja sampingan

wanita tani 0,183 ns 0,334 Tidak signifikan

Pendidikan bapak tani 0,122 ns 0,522 Tidak signifikan

Usia bapak tani 0,039 ns 0,836 Tidak signifikan

Kepemilikan kerja sampingan

Bapak tani 0,068 ns 0,721 Tidak signifikan

keterangan: ns = non signifikan (tidak berhubungan nyata)

Tanda * = signifikan (berhubungan nyata)

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Pada Tabel 4.9 di atas terlihat hanya ada satu karakteristik individu yang

memiliki hubungan nyata dengan IKKJ untuk pengambilan keputusan hanya

variabel luas lahan berhubungan nyata terhadap IKKJ pengambilan keputusan,

karena angka 0,039 dan memenuhi angka probabilitas < 0,050 maka berhubungan

nyata dan signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “Terdapat

hubungan signifikan antara indeks kesetaraan keadilan jender dengan karakteristik

Page 20: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

36

pendidikan wanita tani, wanita tani, jumlah anggota keluarga, luas lahan usahatani

buncis, kepemilikan pekerjaan” hanya satu saja yang berhubungn nyata yang lain

tidak. Ini berarti semakin luas garapan lahan maka semakin kecil juga wanita tani

(istri) ikut mengambil dan menentukan keputusan bersama suami. Pernyataan ini

juga seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden wanita tani

mengungkapkan bahwa :

“yang punya lahan kan saya dan suami mbak pastinya kita yang ngurusin,

jadi kalo lahan sempit atau luas ya kita tetap garap lah mbak, justru saya dan ibu-

ibu lainnya kadang-kadang di suruh nentuin juga lahannya meh di apakan gitu tapi

ya mesti nanya dulu ke aku mbak tapi kalo lahannya luas bapak cari yang lebih

bisa ngurus mbak ya istri kan manut” (Neni, 44 tahun).

Hal ini melihat dari kekuatan wanita yang mengikuti kegiatan tertentu,

semakin lahan sempit maka semakin besar istri mengambil keputusan begitu juga

jika lahan luas maka semakin kecil. Ini dikarenakan jika lahan sempit maka suami

dan istri akan bertanggung jawab dalam semua kegiatan yang akan dilakukan untuk

lahan tersebut karena masih mampu untuk menangani hal tersebut. Tidak

membutuhkan biaya banyak, jika ingin menggarap lahan tersebut cukup dari

keluarga saja yang ikut membantu. Sedangkan jika semakin luas maka suami akan

berkerja sama kepada petani yang juga memiliki lahan yang luas dan saling

meminta saran untuk menangani kegiatan usahatani, semakin luas maka semakin

besar tanggung jawab, dengan begitu petani akan mencari cara supaya usahatani

tetap berjalan dam menjadi mata pencaharian yang utama. Pernyataan ini juga

seperti yang diungkapkan oleh salah satu bapak tani mengungkapkan bahwa :

“istri saya,selalu ikut mbak kalo ngeladang, jadi istri juga ikut kalo nentuin

apa aja yng dibutuhin mbak,kalo lahan kita kan ga terlalu luas... yahh saya diskusi

sama keluarga terutama istri meh nanem apa, atau nanti biayanya dari mana... tapi

misalke lahan makin nambah ya saya minta bantuan ke petani yang lebih ngerti

mbak, supaya dapat cara yang baik mbak” (Bejo,58 tahun).

Page 21: IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak Geografis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14922/4/T1_522012039_BAB IV... · 18 . 4.2 Gambaran Usahatani Buncis Organik . Kelompok

37

4.9 Pengaruh Kebiasaan dan Karakter Usahatani Organik Terhadap

Keterlibatan Wanita Tani.

Analisis kualitatif ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang tidak

diteliti dalam penelitian dan mungkin berhubungan dengan kesetaraan jender. Data

yang tidak berkorelasi kebanyakan karena variabel memiliki data yang tidak

bervariasi atau homogen sehingga tidak memiliki hubungan nyata.

Selain itu petani yang ada di Tranggulasi melakukan pertanian memang dari

dulu, atau bisa dibilang secara turun temurun. kebanyakan bapak dan wanita tani

mewarisi lahan dari irang tua dan akan melanjutkan kegiatan tersebut seterusnya

maka dari itu menjadi pekerjaan utama. Seperti yang dikatakan salah satu wanita

tani yaitu :

“pertanian ini udah ndak bisa lepas dari kita mbak, meskipun saya

kerja jadi PNS, ya tetap saya bertani.. Toh saya dulu hidupnya dari

pertanian, orang tua petani, orang tua suami saya juga sama... ya kita

lanjutin aja mbak eman-eman lahannya, di tambah lagi sekarang makin

banyak inovasi mbak tinggal kelompok tani pelajarin nanti ilmunya

dibagikan bersama mbak”. (Siti,40 tahun)

Rata rata wanita tani dan bapak tani mewarisi pertanian dari orang tuanya

dan kemudian dilanjutkan dengan suami atau istri yang mempunyai latar belakang

petani juga begitu seterusnya. Selain itu istri atau wanita tani kebanyakan mengikuti

suami atau bapak tani, hal ini seperti sudah diwarisi secara turun temurun dan

menjadi budaya sendiri untuk melanjutkan pertanian bersama suami.

Pertanian organik atau usahatani buncis organik ini juga memiliki

persyaratan dan standar sendiri dikarenakan pangsa pasar keluar pulau dan ke

supermarket-supermarket besar, sehingga membutuhkan ketelitian dan kehati-

hatian dalam melaksanakan usahatani tersebut. Kehati-hatian dalam budidaya

buncis organik mendorong wanita tani dan bapak tani harus saling berkerjasama.

Maka dari itu wanita tani sangat dibutuhkan karena sifatnya yang telaten dan sabar

dan dalam mengelola sumber daya manusia khusunya wanita juga termasuk mudah.