IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil...

13
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen Segar Sapi Bali Selama Penelitian Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar hasil penampungan sebanyak 10 kali dalam 5 minggu yang berasal dari 5 ekor pejantan yang berumur 4 tahun, secara umum meliputi warna, konsistensi, volume, pH, konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas dan keutuhan membran plasma semen segar yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali Parameter Semen Min Mean Max Standar Deviasi Makroskopis Warna - Putih susu - - Konsistensi - Sedang - - Volume (ml) 2,80 4,53 7,20 1,02 pH 6,40 6,50 6,80 0.12 Mikroskopis Konsentrasi (×10 6 sel/ml) 647,00 1.091,00 1.461,00 190,48 Motilitas Massa (+) 2,00*) 2,00*) 2,00*) 0,00*) Motilitas Individu (%) 35,00 67,60 75,00 6,64 Viabilitas (%) 43,00 71,00 86,00 7,30 Abnormalitas Primer (%) 0,00 1,08 2,86 0,65 Abnormalitas Sekunder (%) 0,85 3,64 7,98 1,30 Keutuhan Membran Plasma (%) 37,85 61,15 83,65 9,95 *) penilaian dipindahkan dalam angka (+ = 1, ++ = 2, +++ = 3) Hasil evaluasi kualitas semen yang diperoleh menunjukkan semen berwarna putih susu dan berkonsistensi sedang, sesuai dengan pendapat Susilawati (2013) yang menyatakan bahwa semen segar berwarna kekuningan atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere (1981), yang menyatakan bahwa sapi menghasilkan volume yang bervariasi antara 1,0 sampai 15,0 ml. Konsentrasi rata-rata 1.091,00×10 6 ± 190,48×10 6 sel/ml, hasil tersebut sesuai dengan pendapat Toelihere (1981) bahwa semen dengan konsistensi sedang memiliki konsentrasi 1000 - 2000 juta atau lebih sel spermatozoa/ml. Rata-rata pH dalam penelitian ini diperoleh data 6,50 ± 0,12, hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2013) yang menyatakan bahwa nilai pH semen bervariasi dengan kisaran sekitar 6,4 6,8.

Transcript of IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil...

Page 1: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Umum Kualitas Semen Segar Sapi Bali Selama Penelitian

Semen segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen segar hasil

penampungan sebanyak 10 kali dalam 5 minggu yang berasal dari 5 ekor pejantan

yang berumur 4 tahun, secara umum meliputi warna, konsistensi, volume, pH,

konsentrasi, motilitas, viabilitas, abnormalitas dan keutuhan membran plasma

semen segar yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Semen Segar Sapi Bali

Parameter Semen Min Mean Max Standar

Deviasi

Makroskopis

Warna - Putih susu - -

Konsistensi - Sedang - -

Volume (ml) 2,80 4,53 7,20 1,02

pH 6,40 6,50 6,80 0.12

Mikroskopis

Konsentrasi (×106 sel/ml) 647,00 1.091,00 1.461,00 190,48

Motilitas Massa (+) 2,00*) 2,00*) 2,00*) 0,00*)

Motilitas Individu (%) 35,00 67,60 75,00 6,64

Viabilitas (%) 43,00 71,00 86,00 7,30

Abnormalitas Primer (%) 0,00 1,08 2,86 0,65

Abnormalitas Sekunder (%) 0,85 3,64 7,98 1,30

Keutuhan Membran Plasma (%) 37,85 61,15 83,65 9,95 *) penilaian dipindahkan dalam angka (+ = 1, ++ = 2, +++ = 3)

Hasil evaluasi kualitas semen yang diperoleh menunjukkan semen

berwarna putih susu dan berkonsistensi sedang, sesuai dengan pendapat

Susilawati (2013) yang menyatakan bahwa semen segar berwarna kekuningan

atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02

ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere (1981), yang menyatakan bahwa sapi

menghasilkan volume yang bervariasi antara 1,0 sampai 15,0 ml. Konsentrasi

rata-rata 1.091,00×106 ± 190,48×10

6 sel/ml, hasil tersebut sesuai dengan pendapat

Toelihere (1981) bahwa semen dengan konsistensi sedang memiliki konsentrasi

1000 - 2000 juta atau lebih sel spermatozoa/ml. Rata-rata pH dalam penelitian ini

diperoleh data 6,50 ± 0,12, hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2013) yang

menyatakan bahwa nilai pH semen bervariasi dengan kisaran sekitar 6,4 – 6,8.

Page 2: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

Hasil penelitian menujukkan nilai rata-rata motilitas massa dan motilitas

individu dari 5 pejantan tersebut adalah 2,00 ± 0,00 dan 67,60% ± 6,64%.

Motilitas dari kelompok umur tersebut masih dalam kisaran normal. Sesuai

dengan pendapat Stout (2012) yang menyatakan bahwa semen segar sapi pejantan

saat di ejakulasi memiliki motilitas dengan rata-rata: motilitas 79,9% - 48,7%,

motilitas progresif 58,4% - 34,4%, ditambahkan dengan pendapat Feradis (2010)

yang menyatakan bahwa semen dinyatakan kurang baik apabila persentase

motilitasnya dibawah 40%, keutuhan membran plasma 61,15 ± 9,95%, prosentase

viabilitas 71,00 ± 7,30%, prosentase abnormalitas 4,72 ± 1,95%, Menurut

Toelihere (1981) kualitas semen segar yang baik memiliki abnormalitas kurang

dari 15%

Pengaruh Frekuensi Penampungan Semen terhadap Kualitas Semen Segar

Hasil pemeriksaan semen segar yang diamati dengan menggunakan 5 ekor

pejantan Sapi Bali (Bos javanicus) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pemeriksaan Semen Segar Sapi Bali dengan Frekuensi Penampungan

yang Berbeda.

Parameter yang diamati Interval Penampungan Nilai P

3 4

Volume (ml) 4,39 ± 1,11 4,67 ± 1,00 0,3461

Motilitas (%) 68,20 ± 0,06 67,00 ± 0,07 0,5286

Konsentrasi(×106 ml) 1116,92 ± 193,08 1065,84 ± 188,24 0,3483

Abnormalitas Primer (%) 1,01 ± 0,01 1,12 ± 0,01 0,4371

Abnormalitas Sekunder (%) 3,53 ± 0,01 3,76 ± 0,01 0,5316

Viabilitas (%) 68,68 ± 0,08b 73,92 ± 0,06

a 0,0097

Estimasi Breeding Unit 273,28 ± 56,94 265,64 ± 62,23 0,6527 a, b

superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya beda nyata (P < 0,05).

Volume

Volume semen hasil pengamatan berkisar antara 1 - 8 ml dengan rata-rata

pada penampungan 3 hari sebesar 4,39 ± 1,11 ml dan penampungan 4 hari sebesar

4,67 ± 1,00 ml. Hasil analisa statistik volume semen antar indvidu (ulangan)

menunjukkan bahwa volume semen segar pada bangsa Sapi Bali (Bos javanicus)

dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda memberikan pengaruh tidak

berbeda nyata (P>0,05). Metode koleksi semen dan frekuensi ejakulasi pejantan

Page 3: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

yang relatif sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan,

karena perbedaan perlakuan sangat kecil pengaruhnya. Sumeidiana et al (2007)

menyatakan bahwa metode koleksi dan frekuensi ejakulasi pejantan yang relatif

sama tidak menyebabkan perbedaan volume semen yang dihasilkan, ejakulasi 2

kali sehari setiap 2 - 4 hari mampu menghasilkan volume semen yang optimal.

Motilitas

Rata-rata motilitas yang diperoleh pada penampungan 3 hari sebesar 68,2

± 0,06% dan 4 hari sebesar 67,0 ± 0,07%, hal ini menjelaskan bahwa motilitas

spermatozoa masih dalam kisaran normal. Dari hasil ini dapat diartikan bahwa

pengaruh antara interval koleksi 3 hari dengan koleksi 4 hari sangat kecil,

sehingga hasil yang diperoleh yaitu tidak berbeda nyata (P>0,05). Tidak adanya

perbedaan dari hasil evaluasi ini kemungkinan karena perlakuan memiliki

perngaruh yang sangat kecil pada saat proses spermatogenesis, sehingga interval

koleksi tidak memiliki pengaruh terhadap motilitas spermatozoa. Hal ini sesuai

dengan pendapat Toelihere (1981) yang menyatakan bahwa motilitas sperma lebih

banyak dipengaruhi oleh proses metabolisme didalam ekor sperma, yang berasal

dari pemecahan fruktosa sebagai sumber energi.

Konsentrasi

Rata-rata konsentrasi yang diperoleh dari hasil pengamatan penampungan

3 hari yaitu sebesar 1116,92 ± 193,08 × 106/ml dan penampungan 4 hari sebesar

1065,84 ± 188,24 × 106/ml. Hasil analisa statistik konsentrasi semen segar tidak

menunjukan adanya perbedaan (P>0,05). Jarak penampungan 3 dan 4 hari tidak

berpengaruh terhadap proses spermatogenesis, (Sumeidiana et al., 2007)

menyatakan bahwa, konsentrasi spermatozoa yang relatif sama mungkin

disebabkan oleh adaptasi dengan lingkungan, frekuensi ejakulasi, metode koleksi

semen sehingga konsentrasi sperma yang dihasilkan juga tidak berbeda.

Ditambahkan dengan pernyataan Toelihere (1981) yang menjelaskan bahwa

produksi spermatozoa adalah suatu proses yang berkesinambungan dan tidak

Page 4: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi, secara teoritik seharusnya tidak ada batas

pemakaian pejantan.

Viabilitas dan Abnormalitas

Rata-rata nilai viabilitas pada pengamatan semen sega Sapi Bali (Bos

javanicus) dengan jarak penampungan 3 hari sebesar 68,68 ± 0,08% dan

penampungan 4 hari sebesar 73,92 ± 0,06%. Hasil analisa statistik viabilitas pada

pengamatan dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda menunjukkan

perbedaan yang nyata (P<0,05), hal ini dipengaruhi oleh faktor penanganan terlalu

lamanya proses evaluasi dengan jarak setelah semen diejakulasikan, karena pada

dasarnya daya hidup sperma diluar tubuh hanya bisa bertahan beberapa jam, hal

ini sesuai dengan pendapat Sugiarti et al. (2004), yang menyatakan bahwa seiring

dengan bertambahnya waktu akan terjadi penurunan jumlah substrat, penurunan

pH, pertumbuhan bakteri, yang akan menimbulkan efek mematikan terhadap

sperma.

Rata-rata abnormalitas primer pada pengamatan semen segar Sapi Bali

(Bos javanicus) dengan jarak penampungan 3 hari sebesar 1,01 ± 0,01% dan

penampungan 4 hari sebesar 1,12 ± 0,01%. Abnormalitas sekunder dengan

penampungan 3 hari memiliki rata-rata 3,53 ± 0,01% dan penampungan 4 hari

sebesar 3,76 ± 0,01%. Hasil analisa statistik abnormalitas primer dan abnormalitas

sekunder pada pengamatan dengan perlakuan jarak penampungan yang berbeda

tidak menjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Abnormalitas sperma lebih

banyak dipengaruhi oleh kondisi dan proses spermatogenesis pada masing-masing

individu, hal lain yang menyebabkan abnormalitas sekunder sebagian besar

disebabkan oleh kesalahan preparasi sehingga menyebabkan tingginya prosentase

(Arifiantini et al., 2006). Jumlah spermatozoa yang abnormal pada spermatozoa

Sapi Bali ini termasuk sedikit, hal ini disebabkan ternak yang digunakan

merupakan sapi yang telah terlatih untuk ditampung semennya, selain itu juga

sistem manajemen pakan dan handling terhadap spermatozoa sudah baik.

Breeding Unit

Page 5: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

Breeding unit merupakan jumlah straw yang dapat dihasilkan setiap kali

proses penampungan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai estimasi

breeding unit yang dihasilkan pada jarak penampungan 3 hari sebesar 273.28 ±

56.94 jumlah straw dan jarak penampungan 4 hari sebesar 265.64 ± 62.23 jumlah

straw. Hasil analisa statistik estimasi breeding unit pada pengamatan dengan

perlakuan jarak penampungan yang berbeda tidak menunjukan perbedaan yang

nyata (P>0,05), hal ini disebabkan perlakuan jarak penampungan tidak memiliki

frekuensi yang terlalu lama sehingga tidak berpengaruh terhadap konsentrasi dan

volume yang dihasilkan pada saat penampungan (Sukhla, 2011). Breeding unit

erat kaitanya dengan konsentrasi dan volume semen sehingga apabila tidak

terdapat perbedaan pada volume dan konsentrasi secara otomatis juga tidak

berpengaruh terhadap estimasi breeding unit yang dihasilkan.

Page 6: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah interval

koleksi 3 hari dengan interval 4 hari secara umum dapat meningkatkan

viabilitas spermatozoa pada semen segar Sapi Bali.

B. Saran

Penampungan semen dengan interval jarak 3 hari dan 4 hari tidak

mengakibatkan perbedaan kualitas semen yang dihasilkan, sehingga layak

digunakan sebagai semen beku. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut

terkait dengan perbedaan interval jarak penampungan 3 hari dan 4 hari dalam

waktu yang lama dan terus menerus untuk mengetahui perbedaan yang ada.

Page 7: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

20

DAFTAR PUSTAKA

Affandhy, L., A Rasyid, dan N. H Krishna. 2010. Pengaruh Perbaikan Manajemen

Pemeliharaan Pedet Sapi Potong Terhadap Kinerja Reproduksi Induk Pasca

beranak (Studi Kasus Pada Sapi Induk PO Di Usaha Ternak Rakyat

Kabupaten Pati Jawa Tengah) (Effect of Improved Management on Ongole

Grade Calves Rearing on.” Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan

Veteriner: 40–46.

Afianti, F., Herdis dan S. Syahruddin. 2013. Pembibitan Ternak dengan

Inseminasi Buatan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ahmed, K.U., M.R. Islam. M.K.U. Talukder. Z. Rahman. M.M. Hossain and

M.M.U. Bhuiyan. 2014. Influence of breed, age and collection interval on

semen quality of a dairy bulls in Bangladesh. Bangladesh Research

Publications Journal. 10: 275 - 282

Aminasari, P. D. 2009. Pengaruh Umur Pejantan Terhadap Kualitas Semen Beku

Sapi Limousin. Universitas Brawijaya, Malang.

Annisa. N., T. Susilawati., dan N. Isnaini. 2015. Kualitas Semen Segar dan

Produksi Semen Beku Sapi Simmental pada Umur yang Berbeda. Bagian

Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Ari, U. C., C. L. Necdet. Y. Savas. K. Recai and O. Yavuz. 2011. Effects of

semen collection interval on fresh and frozen semen parameters in tushin

rams. Bulletin of the Veterinary Institute in Pulawy. 55: 67 - 70.

Arifiantini, R. I., T. Wresdiyati dan E.F. Retnani. 2006. Pengujian morfologi

spermatozoa sapi Bali (Bos sondaicus) menggunakan pewarnaan williams.

Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. 31: 105–110.

Campbell, J. R. dan J. F. Lasey. 1985. The Science of Animals That Serve

Humanity. 3rd ed. McGraw Hill Book Company, New York.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.

Graha, N. 2005. Recovery Rate dan Longivitas Pasca Thawing Semen Beku Sapi

FH (Frisian Holstein) Menggunakan Berbagai Bahan Pengencer. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Gunawan., D. Pamungkas dan L. Affandy. 1998. Sapi Bali Potensi, Produktivitas

dan Nilai Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.

Gunawan, M., F. Afiati, E.M. Kaiin, S. Said dan B. Tappa. 2004. Pengaruh media

pengencer terhadap kualitas spermatozoa beku sapi PO. Dalam: Prosiding

Seminar Nasional Peternakan dan veteriner. hal. 61–66.

Hardjosubroto, W. dan J. M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. Jakarta: PT

Gramedi Widiasarana Indonesia.

Page 8: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

21

Hawk, P. B., B. L. Oscar and W. H. Summer Son. 1965. Practical Phisiologycal

Chemistry. Mc. Graw Hill Book Compagni. New York. Toronto London.

pp. 1077-1103.

Ismaya. 2014. Boteknologi Inseminasi Buatan pada Sapi dan Kerbau. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Kusnadi, U. 2008. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman

Ternak untuk Menunjang Swasembada Daging Sapi. Pengembangan Inovasi

Pertanian 1(3): 189–205.

Mahmud, A. T. B. A. 2014. Evaluasi Kemurnian Genetik Sapi Bali di Kabupaten

Barru Menggunakan DNA Penciri Mikrosatelit Lokus Inra035.

Melita, D., Adam dan D. Mulyadi. 2014. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi

ejakulasi terhadap kualitas spermatozoa Sapi Aceh. Jurnal Medika

Veterinaria. 8: 15–19.

Mukminat, A., S. Suharyatib., Siswanto. 2011. Pengaruh Penambahan Berbagai

Sumber Karbohidrat pada Pengencer Skim Kuning Telur Terhadap Kualitas

Semen Beku Sapi Bali: 87–92.

Narato. 2009. Teknik Pengawetan dan Pewarnaan Sperma. Jakarta.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara Sumber Widya.

Jakarta.

Priyanto. L., R. I. Arifiantini., T. L. Yusuf. 2015. Deteksi Kerusakan DNA

Spermatozoa Semen Segar dan Semen Beku Sapi Menggunakan Pewarnaan

Toluidine Blue. 16 (1) : 48–55.

Rice, V. A. 1956. Breeding and Improvement of Animals. McGraw – Hill Book

Company, New York.

Salisbury, G. W. dan N. L. VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan

Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Shukla, M. K. 2011. Applied Veterinary Andrology and Frozen Semen

Technology. New India Publishing Agency. New Delhi, India.

Srigandono, B. 1996. Kamus Istilah Peternakan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Stout. Michael A. 2004. Comparison of Epididymal and Ejaculated Sperm

Collected the Same Holstein Bulls. Desertation. University of Louisiana

Lafayette.

Sugiarti, T., E. Triwulanningsih, P. Situmorang, R.G. Sianturi dan D.A.

Kusumaningrum. 2004. Penggunaan katalase dalam produksi semen dingin

sapi. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan

Veteriner. hal. 215–220.

Page 9: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

22

Sumeidiana, I., S. Wuwuh, dan E. Mawarti. 2007. Volume Semen dan

Konsentrasi Sperma Sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai

Inseminasi Buatan Ungaran. Universitas Diponegoro Semarang.

Susilawati, T. 2013. Pedoman Inseminasi Buatan pada Ternak. Universitas

Brawijaya Press. Malang.

Talib, C. K. Entwistle., A. Siregar., S. Budiarti-Turner and D. Lindsay. 1991.

Survey of population and production dynamics of bali cattle and existing

breeding programs in indonesia. ACIAR Proceedings No. 110 (printed

version published in 2003.

Talib, C. 2002. Sapi Bali di Daerah Sumber Bibit Dan Peluang

Pengembangannya. Bogor. Wartazoa 12 (3): 100–107.

Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Page 10: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

23

23

Lampiran 1. Identitas Ternak dan foto ternak.

Nama

Pejantan

Kode

Pejantan

Tanggal lahir Bobot

Badan (kg)

Lingkar

Skrotum

(cm)

Body

Condition

Score

(BCS)

Bedugul 11293 31 Desember 2012 656 29,5 4,25

Grogak 11292 22 Desember 2012 618 27,25 4,25

Penebel 11291 12 Juni 2012 655 27,25 4,25

Sapta 11288 16 Mei 2012 698 25,5 4,25

Tanjung 11289 1 Juni 2012 572 27,25 4,25

Nama Pejantan Foto

Bedugul

Grogak

Penebel

Page 11: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

24

Sapta

Tanjung

Page 12: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

25

Lampiran 2. Abnormalitas Spermatozoa

Abnormalitas Foto

Abnormalitas Sekunder / Abnormalitas

pada ekor

Abnormalitas Primer / Abnormalitas

pada kepala

Page 13: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Umum Kualitas Semen ... · atau putih susu. Volume semen hasil pengamatan memiliki rata-rata 4,53 ± 1,02 ml, sesuai dengan pernyataaan Toelihere

26

Lampiran 3. Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas Foto

Sperma Hidup

Sperma Mati