ITS Undergraduate 26797 3608100038 Chapter1

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kota dapat terbentuk dari adanya konsentrasi penduduk yang mungkin awalnya hanya terdiri dari puluhan atau ratusan orang, tetapi kemudian terus berkembang hingga belasan juta orang dengan membentuk sejumlah lokasi pemukiman. Dari proses tersebut maka dapat dikatakan bahwa suatu pemukiman merupakan salah satu bagian dari pembentuk kota. Pemukiman merupakan titik awal dimana suatu kota tumbuh dan berkembang. Keberadaan pemukiman saat ini tidak hanya dilihat dari fenomena fisiknya saja, tetapi selain sebagai elemen dari pertumbuhan kota, pemukiman juga sebagai pusat dari aktivitas ekonomi, simbol dari penerimaan sosial, distribusi pendapatan dan sebagai pemenuhan kebutuhan sosial. Seiring dengan terjadinya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, sedangkan jumlah ketersediaan lahan untuk pemukiman yang tetap maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat bermukim. Persaingan tempat bermukim ini bukan hanya dilihat dari ketersediaan lahannya saja, tapi masyarakat juga melihat dari sisi lokasi. Lokasi pemukiman yang dekat dengan berbagai pusat kegiatan merupakan sasaran utama dari pemilihan tempat pemukiman (Nasution, 1978). Dengan kondisi yang seperti ini menyebabkan tidak jarang pada lokasi pemukiman yang dekat dengan pusat kegiatan akan timbul beberapa titik konsentrasi pemukiman hunian yang padat. Kota Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga mengalami fenomena seperti di atas. Dengan luas wilayah 326,81 km 2 yang dibagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan,

description

tesis

Transcript of ITS Undergraduate 26797 3608100038 Chapter1

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Suatu kota dapat terbentuk dari adanya konsentrasi penduduk yang mungkin awalnya hanya terdiri dari puluhan atau ratusan orang, tetapi kemudian terus berkembang hingga belasan juta orang dengan membentuk sejumlah lokasi pemukiman. Dari proses tersebut maka dapat dikatakan bahwa suatu pemukiman merupakan salah satu bagian dari pembentuk kota. Pemukiman merupakan titik awal dimana suatu kota tumbuh dan berkembang. Keberadaan pemukiman saat ini tidak hanya dilihat dari fenomena fisiknya saja, tetapi selain sebagai elemen dari pertumbuhan kota, pemukiman juga sebagai pusat dari aktivitas ekonomi, simbol dari penerimaan sosial, distribusi pendapatan dan sebagai pemenuhan kebutuhan sosial. Seiring dengan terjadinya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, sedangkan jumlah ketersediaan lahan untuk pemukiman yang tetap maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat bermukim. Persaingan tempat bermukim ini bukan hanya dilihat dari ketersediaan lahannya saja, tapi masyarakat juga melihat dari sisi lokasi. Lokasi pemukiman yang dekat dengan berbagai pusat kegiatan merupakan sasaran utama dari pemilihan tempat pemukiman (Nasution, 1978). Dengan kondisi yang seperti ini menyebabkan tidak jarang pada lokasi pemukiman yang dekat dengan pusat kegiatan akan timbul beberapa titik konsentrasi pemukiman hunian yang padat. Kota Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga mengalami fenomena seperti di atas. Dengan luas wilayah 326,81 km2 yang dibagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan,

  • 2

    jumlah penduduk Kota Surabaya sampai dengan tahun 2010 mencapai 2.599.796 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata adalah 8.463 jiwa per km2 (Surabaya dalam Angka Tahun 2011). Pertumbuhan penduduk Kota Surabaya tahun 2000-2010 (Surabaya dalam Angka Tahun 2011) mengalami peningkatan sekitar 0,63% per tahun dan hal ini diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya. Kondisi yang seperti ini memperlihatkan bahwa Kota Surabaya pasti tidak lepas dari adanya titik-titik lokasi pemukiman padat hunian. Berdasarkan laporan data dasar RP4D Kota Surabaya, sebaran lokasi permukiman kumuh tersebar merata hampir di seluruh kelurahan yang ada di Kota Surabaya. Permukiman kumuh di Kota Surabaya jika ditinjau berdasarkan lokasinya dapat dibedakan menjadi permukiman kumuh di sekitar pantai dan tambak, di pinggiran sungai dan drainase kota, pinggiran rel kererta api, dan tengah kampung. Sedangkan berdasarkan tingkat kekumuhannya dapat dibedakan menjadi tiga (3) tingkatan yaitu kumuh berat, sedang dan ringan (Laporan Data Dasar RP4D Kota Surabaya, 2008-2018). Kecamatan Semampir merupakan salah satu kecamatan di Kota Surabaya bagian utara yang di beberapa titik wilayahnya memiliki pemukiman kumuh. Beberapa titik kumuh di Kecamatan Semampir di antaranya terletak di dua kelurahan yaitu Kelurahan Wonokusumo dan Kelurahan Ujung. Permukiman kumuh di Wilayah Semampir dapat dikategorikan termasuk dalam permukiman kumuh kota dengan tingkat kekumuhan yang dapat dikatakan sebagai kumuh ringan dan sedang (Laporan Data Dasar RP4D Kota Surabaya, 2008-2018). Kriteria kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir ini ditinjau dari kualitas kondisi fisik, kondisi prasarana, kondisi fasilitas umum, dan kondisi kerentanan status penduduk. Permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Ujung dan Kelurahan Wonokusumo ini memiliki

  • 3

    karakteristik berupa permukiman kumuh yang sebagian besar masyarakatnya merupakan pendatang, kental dengan nilai agama dan suku tertentu. Kelurahan Ujung dan Wonokusumo ini dikenal juga sebagai salah satu wilayah di Surabaya yang memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) miskin terbanyak, dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai buruh lepas, dan pedagang. Masing-masing permukiman kumuh di kedua kelurahan tersebut memiliki kepadatan penduduk yang cukup padat, dimana Kelurahan Wonokusumo dengan kepadatan 471 KK/Ha sedangkan Kelurahan Ujung dengan kepadatan 442 KK/Ha Permukiman kumuh yang ada di Wilayah Kecamatan Semampir berupa hunian padat yang terletak di gang-gang sempit. Di beberapa hunian padat tersebut terlihat kondisi dimana terkadang satu rumah dapat dihuni oleh lebih dari satu kepala keluarga yang menyebabkan kondisi permukiman yang padat sehingga keadaan rumah berada di bawah standar dengan rata-rata hanya 6 m2/orang. Selain itu kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya hunian di Wilayah Semampir khususnya di Kelurahan Ujung yang dijadikan sebagai rumah kost bagi penduduk pendatang beserta keluarganya (Hasil survey primer, 2011). Secara fisik bangunan yang ada, sebagian dari perumahan yang ada berupa bangunan semi permanen, meskipun juga ada bangunan berupa bangunan permanen tetapi dengan kondisi yang tidak terawat. Berdasarkan observasi lapangan, terlihat bahwa sebagian besar bangunan rumah yang ada di hunian padat kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir memiliki KDB di atas 80% atau bahkan mendekati 100%. Untuk kondisi prasarana yang ada di permukiman kumuh Wilayah Kecamatan Semampir masih dapat dikatakan kurang. Hal ini terlihat dari sumber air bersih beberapa masyarakat yang masih menggunakan air PAM yang dibeli berupa jirigen dan tidak terlihat adanya hidran umum.

  • 4

    Untuk MCK, juga masih banyak ditemui MCK yang digunakan untuk bersama. Jaringan jalan hampir semuanya sudah diperkeras namun kondisinya banyak yang sudah tidak layak (Hasil survey primer, 2011). Dengan kondisi permukiman kumuh seperti yang sudah dijelaskan di atas, timbul beberapa permasalahan mulai dari menurunnya kualitas hidup masyarakat baik dari segi lingkungan dan kesehatan masyarakatnya dan mengurangi keindahan permukiman di Wilayah Kecamatan Semampir. Kondisi permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir sebenarnya sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan diadakannya beberapa program penataan permukiman kumuh yang melibatkan masyarakat seperti PNPM-P2KP. Program PNPM-P2KP ini sudah dijalankan di kedua kelurahan untuk Kelurahan Ujung pada tahun 2009 dan Kelurahan Wonokusumo sejak tahun 2007. Program PNPM-P2KP merupakan salah satu upaya untuk penanganan kemiskinan di perkotaan yang di dalamnya mencakup aspek fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat. PNPM-P2KP ini berusaha memfasilitasi masyarakat dan pemerintah daerah untuk mampu menangani penyebab kemiskinan secara mandiri dan keberlanjutan. PNPM-P2KP menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemda dalam mengapresiasi kemandirian masyarakatnya untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2009). Di kedua kelurahan tersebut, program ini sempat memberi hasil berupa pavingisasi seluruh kelurahan dan perbaikan rumah di kawasan permukiman kumuh. Sebenarnya program ini sudah berusaha untuk melibatkan masyarakat setempat baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya, tetapi sampai saat ini usaha yang telah dilakukan pemerintah masih belum dapat

  • 5

    menyelesaikan keseluruhan permasalahan yang ada, karena sampai saat ini kondisi permukiman kumuh belum banyak berubah. Hal ini mengindikasikan masih belum berjalannya proses pelaksanaan program tersebut karena kurangnya dukungan masyarakat melalui partisipasi masyarakat secara langsung dan dirasakan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program yang ada masih belum optimal (PNPM Mandiri Perkotaan-P2KP, tahun 2007). Masyarakat permukiman kumuh di wilayah penelitian kurang peduli dan belum memberikan dukungan dalam pelaksanaan program, hal ini terlihat dari jumlah masyarakat sukarelawan yang menjadi fasilitator dan jumlah masyarakat yang hadir dalam rembug bersama yang sedikit (PNPM Mandiri Perkotaan-P2KP, tahun 2007). Hal ini secara langsung sangat mempengaruhi hasil kinerja program P2KP yang sudah dilakukan sehingga tidak berjalan dengan maksimal. Dari permasalahan tersebut perlu dicari hal apa saja yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat, sehingga diharapkan partispasi masyarakat dapat ditingkatkan dan tercapai kerjasama yang sinergis dengan masyarakat, dan pada akhirnya solusi permukiman kumuh yang akan diberikan akan sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat permukiman kumuh dan tepat sasaran. 1.2 Rumusan Masalah Kawasan kumuh di permukiman formal di Wilayah Kecamatan Semampir khususnya di Kelurahan Ujung dan Kelurahan Wonokusumo terdapat seluas 18,34 hektar. Kawasan kumuh tersebut timbul akibat banyaknya hunian padat yang berada di gang-gang sempit. Selain itu kawasan kumuh tersebut diperparah oleh adanya beberapa hunian padat tersebut yang dijadikan sebagai rumah kost bagi pekerja pendatang di sekitar

  • 6

    Kecamatan Semampir. Keadaan tersebut menurunkan kualitas dari permukiman yang layak huni dan sehat, sehingga kondisi tersebut juga menyebabkan penurunan dari kualitas hidup masyarakatnya baik dari segi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakatnya. Sampai saat ini dari beberapa usaha berupa program penataan permukiman kumuh yang pernah dilakukan, seperti PNPM-P2KP masih hanya menghasilkan bentuk perbaikan aksesbilitas berupa pavingisasi dan belum menyentuh kondisi lingkungan lain yang memerlukan perbaikan dikarenakan masih kurangnya keterlibatan masyarakat dalam program penataan yang pernah dilakukan. Padahal sebenarnya partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam usaha penataan permukiman kumuh agar penataan yang dilakukan akan sesuai dengan keinginan masyarakat. Maka dari itu diperlukan suatu arahan dalam penataan lingkungan permukiman kumuh tersebut untuk menghilangkan kekumuhan yang ada di pemukiman Wilayah Semampir. Dalam arahan penataannya, karakteristik permukiman kumuh baik secara sosial, ekonomi dan fisik perlu mendapatkan perhatian khusus dan partisipasi masyarakat perlu dijaring untuk mendapatkan arahan yang paling sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat itu sendiri. Dari rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat yang telah ada dalam program penataan permukiman kumuh yang pernah dilakukan?

    1.3 Tujuan dan Sasaran Berdasarkan pertanyaan yang timbul dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menentukan arahan penataan lingkungan pemukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir dengan pendekatan partisipasi masyarakat.

  • 7

    Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka sasaran studi ini adalah :

    1. Mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir.

    2. Mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat yang ada dalam tiap tahap program penataan lingkungan permukiman kumuh yang pernah terlaksana.

    3. Mengidentifikasi keterkaitan antara karakteristik masyarakat dengan bentuk partisipasi masyarakat yang pernah dilakukan pada tiap tahap program penataan permukiman.

    4. Mengidentifikasi perbaikan lingkungan permukiman kumuh yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

    5. Merumuskan arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir melalui partisipasi masyarakat.

    1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup yang terdapat pada penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu ruang lingkup wilayah, ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup substansi. Pada ruang lingkup wilayah menjelaskan batasan territorial penelitian berupa batas administratif, pada ruang lingkup pembahasan merupakan pembatasan pada aspek yang akan dibahas, dan pada ruang lingkup substansi merupakan pembatasan substansi teori dan konsep yang akan digunakan.

  • 8

    1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang diambil dalam penelitian ini adalah kawasan permukiman kumuh yang terdapat di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya, dimana batasan wilayah penelitian yang diambil berupa dua kelurahan yaitu Kelurahan Ujung dan Kelurahan Wonokusumo. Adapun batas-batas administratif dari wilayah studi adalah : Sebelah Utara : Kelurahan Perak Utara Sebelah Selatan : Kelurahan Pegirian / Kelurahan Ampel Sebelah Barat : Kelurahan Perak Timur Sebelah Timur : Kelurahan Bulak Banteng 1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan yang akan diangkat dalam penelitian ini dibatasi oleh arahan penataan lingkungan permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir. Dimana arahan penataan yang dihasilkan akan melihat pada karakteristik yang dimiliki permukiman kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir Surabaya baik dari aspek sosial, ekonomi, dan fisik lingkungannya yang dapat memiliki pengaruh terhadap timbulnya permukiman kumuh tersebut, serta usaha pelibatan partisipasi masyarakat karena tanpa adanya keterlibatan langsung, program yang nantinya akan dijalankan tidak dapat menyentuh secara langsung kebutuhan masyarakat. 1.4.3 Ruang Lingkup Substansi Dalam penelitian ini substansi yang akan dikaji terkait teori-teori dan konsep yang akan digunakan antara lain adalah teori pengertian, karakteristik, dan kriteria permukiman kumuh; teori faktor-faktor penyebab permukiman kumuh yang sudah ada;

  • 9

    teori terkait konsep partisipasi masyarakat; teori tentang pendekatan penanganan dan penataan permukiman kumuh 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktisnya. Untuk manfaat secara teoritis menjelaskan bagaimana sumbangsih penelitian ini terhadap bidang keilmuan perumahan dan permukiman, sedangkan manfaat secara praktis merupakan manfaat yang dapat diperoleh sebagai rekomendasi atau masukan aplikasi pemecahan permasalahan yang ada. 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat yang diperoleh secara teoritis dari penelitian ini adalah menambah wawasan tentang penataan lingkungan permukiman kumuh yang sudah ada dengan memberikan arahan yang aplikatif terkait dengan karakteristik pemukiman kumuh dan secara khusus juga terkait dengan partisipasi masyarakat yang perlu dilibatkan dengan tetap mempertimbangkan teori-teori terkait yang ada dan relevan dengan permasalahan yang ada di penelitian ini. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini juga memiliki manfaat praktis yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi aplikatif untuk penyelesaian masalah permukiman kumuh yang ada, yaitu sebagai saran praktis yang dapat menimbulkan solusi penyelesaian dari pemerintah yang bersifat bottom up. berupa usaha perbaikan lingkungan permukiman kumuh yang melibatkan partisipasi masyarakat sebagai objek utamanya. yang sifatnya aplikatif untuk menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh

  • 10

    1.6 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan laporan penelitian ini, akan menggunakan sistematika penulisan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, sasaran dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang seluruh teori-teori dan studi literatur terkait yang sesuai dengan tema dan topik serta pemasalahan yang ada di penelitian ini yaitu arahan penataan permukiman kumuh melalui peningkatan partisipasi masyarakat. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam melaksanakan seluruh rangkaian proses penelitian sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ada. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini akan berisi tentang gambaran umum wilayah penelitian, baik secara kondisi fisik, gambaran permasalahan tentang permukiman kumuh dan tingkat keterlibatan masyarakat / partisipasi masyarakat dalam usaha penataan yang pernah dilakukan. Selain itu juga akan berisi tentang proses analisa dan pembahasan hasil analisa yang sesuai dengan alur proses dan metodologi yang sudah ditentukan. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan serta kelemahan yang terjadi di dalam penelitian yang mungkin dapat menjadi bahan untuk studi lanjutan.

  • 11

  • 12

    Halaman ini sengaja dikosongkan