ITS Undergraduate 10780 Paper

8
1 PENENTUAN HWS (HIGH WATER SPRING) DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN ELEVASI DERMAGA (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong) Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh Program Studi Teknik Geomatika ITS – Sukolilo, Surabaya - 60111 Email : [email protected] Abstrak Pengetahuan tentang hidrografi yang salah satunya adalah pengamatan pasang surut (pasut) air laut, sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah perairan seperti transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai dan lain-lain karena mengingat wilayah Indonesia yang tersebar luas. Dalam penelitian ini, data pengamatan yang digunakan adalah data perairan Teluk Lamong tahun 2007. Sedangkan metode perhitungan komponen pasut yang digunakan adalah metode least square. Keamanan elevasi dermaga akan di uji dengan prediksi pasut tahun 2010 hingga 2050 serta dengan menganalisa pengaruh astronomi menggunakan sistem penanggalan Hijriyah (Komariyah). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai komponen pasut M 2 dan K 1 lebih dominan dibandingkan dengan komponen yang lain, yaitu senilai 42,4 dan 41,5 cm serta nilai fase 259° dan 235° yang berasal dari data pengamatan tidak langsung menggunakan metode least square. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa pasut di perairan Teluk Lamong memiliki tipe campuran ganda dominan (mixed tide prevailing semi diurnal). Elevasi dermaga yang aman berdasarkan hasil prediksi pasut tahun 2010 hingga 2050 serta analisa pengaruh astronomi terhadap pasut adalah 4,884 m dari MSL. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, wilayah Indonesia yang terdiri lebih dari 17.499 pulau dan tersebar luas (Dishidros, 2006), Indonesia menyadari potensi perairan yang ada sebagai sumberdaya kehidupan maritim maupun sebagai media penghubung antar pulau, masih perlu dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan tentang hidrografi sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah perairan seperti transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai dan lain-lain. Hidrografi adalah cabang dari ilmu terapan yang membahas tentang pengukuran dan deskripsi atau uraian permukaan laut dan kawasan pantai terutama untuk keperluan navigasi maupun kegiatan kelautan yang lainnya, termasuk kegiatan lepas pantai, perlindungan lingkungan, dan untuk kegiatan peramalan (IHO, 2006). Salah satu bagian dari survei hidrografi adalah pengamatan pasang surut (pasut) air laut. Pasut air laut didefinisikan sebagai naik turunnya permukaan laut karena adanya pengaruh gaya yang ditimbulkan oleh benda-benda langit (Ali, dkk, 1994). Pada umumnya, data pasut dapat digunakan untuk menetapkan ketinggian patok titik ikat (titik referensi) geodesi dalam rangka pengembangan wilayah perairan serta pembuatan peta topografi. Titik ikat utama berupa peil, yang dipasang di tepi pantai, biasanya di daerah pelabuhan. Ada beberapa definisi muka air yang digunakan sebagai tinggi referensi, antara lain yang sering digunakan yaitu muka air tertinggi untuk perencanaan elevasi bangunan-bangunan pelabuhan agar tetap aman. Komponen harmonik yang dihasilkan dari data pengamatan pasang surut dapat digunakan untuk menentukan datum vertikal. Datum vertikal merupakan permukaan ekipotensial yang mempunyai kedudukan permukaan air laut rata-rata yang digunakan sebagai bidang acuan dalam penentuan posisi vertikal (Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan, 2004). Berdasarkan hal tersebut, pada tugas akhir ini dilakukan pengolahan data pasut dengan metode Least Square untuk mendapatkan komponen

description

tentang its

Transcript of ITS Undergraduate 10780 Paper

  • 1PENENTUAN HWS (HIGH WATER SPRING) DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONENPASUT UNTUK PENENTUAN ELEVASI DERMAGA

    (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong)

    Oleh :Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh

    Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya - 60111

    Email : [email protected]

    Abstrak

    Pengetahuan tentang hidrografi yang salah satunya adalah pengamatan pasang surut (pasut)air laut, sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah perairan seperti transportasi laut, kegiatandi pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai dan lain-lain karena mengingat wilayahIndonesia yang tersebar luas.

    Dalam penelitian ini, data pengamatan yang digunakan adalah data perairan Teluk Lamongtahun 2007. Sedangkan metode perhitungan komponen pasut yang digunakan adalah metode leastsquare. Keamanan elevasi dermaga akan di uji dengan prediksi pasut tahun 2010 hingga 2050 sertadengan menganalisa pengaruh astronomi menggunakan sistem penanggalan Hijriyah (Komariyah).

    Hasil penelitian ini menunjukkan nilai komponen pasut M2 dan K1 lebih dominan dibandingkandengan komponen yang lain, yaitu senilai 42,4 dan 41,5 cm serta nilai fase 259 dan 235 yangberasal dari data pengamatan tidak langsung menggunakan metode least square. Dari perhitungantersebut diketahui bahwa pasut di perairan Teluk Lamong memiliki tipe campuran ganda dominan(mixed tide prevailing semi diurnal). Elevasi dermaga yang aman berdasarkan hasil prediksi pasuttahun 2010 hingga 2050 serta analisa pengaruh astronomi terhadap pasut adalah 4,884 m dari MSL.

    I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

    Sebagai negara kepulauan, wilayahIndonesia yang terdiri lebih dari 17.499 pulaudan tersebar luas (Dishidros, 2006), Indonesiamenyadari potensi perairan yang ada sebagaisumberdaya kehidupan maritim maupunsebagai media penghubung antar pulau, masihperlu dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut,pengetahuan tentang hidrografi sangatdiperlukan dalam pengembangan wilayahperairan seperti transportasi laut, kegiatan dipelabuhan, pembangunan di daerah pesisirpantai dan lain-lain.

    Hidrografi adalah cabang dari ilmuterapan yang membahas tentang pengukurandan deskripsi atau uraian permukaan laut dankawasan pantai terutama untuk keperluannavigasi maupun kegiatan kelautan yanglainnya, termasuk kegiatan lepas pantai,perlindungan lingkungan, dan untuk kegiatanperamalan (IHO, 2006). Salah satu bagian darisurvei hidrografi adalah pengamatan pasangsurut (pasut) air laut. Pasut air laut didefinisikansebagai naik turunnya permukaan laut karena

    adanya pengaruh gaya yang ditimbulkan olehbenda-benda langit (Ali, dkk, 1994).

    Pada umumnya, data pasut dapatdigunakan untuk menetapkan ketinggian patoktitik ikat (titik referensi) geodesi dalam rangkapengembangan wilayah perairan sertapembuatan peta topografi. Titik ikat utamaberupa peil, yang dipasang di tepi pantai,biasanya di daerah pelabuhan. Ada beberapadefinisi muka air yang digunakan sebagai tinggireferensi, antara lain yang sering digunakanyaitu muka air tertinggi untuk perencanaanelevasi bangunan-bangunan pelabuhan agartetap aman. Komponen harmonik yang dihasilkandari data pengamatan pasang surut dapatdigunakan untuk menentukan datum vertikal.Datum vertikal merupakan permukaanekipotensial yang mempunyai kedudukanpermukaan air laut rata-rata yang digunakansebagai bidang acuan dalam penentuan posisivertikal (Pusat Pemetaan Dasar Kelautan danKedirgantaraan, 2004). Berdasarkan haltersebut, pada tugas akhir ini dilakukanpengolahan data pasut dengan metode LeastSquare untuk mendapatkan komponen

  • 2harmonik pasut sehingga dapat digunakanuntuk menentukan datum vertikal. Datumvertikal yang digunakan dalam tugas akhir iniyaitu HWS (High Water Spring). Dengan diketahuinya HWS, maka dapatdihitung pula elevasi dermaga pelabuhanrencana sesuai dengan Standar Kriteria Desainuntuk Pelabuhan di Indonesia tahun 1984.Selain itu, pada penelitian ini juga menentukanprediksi pasut pada tahun berikutnya untukmenganalisa keamanan dermaga.

    1.2 Perumusan MasalahPermasalahan yang dimunculkan dalam

    penelitian tugas akhir ini adalah:1. Bagaimana menentukan komponen

    harmonik pasut dari data pengamatan tidaklangsung selama satu tahun denganmenggunakan metode Least Square.

    2. Bagaimana menentukan tinggi HWS yangdiperlukan sebagai referensi tinggi dalammenentukan elevasi dermaga pelabuhan.

    3. Bagaimana menentukan prediksi pasut diperairan Teluk Lamong pada tahunmendatang untuk menganalisa keamanandermaga.

    4. Seberapa besar elevasi dermaga rencanayang aman sesuai dengan Standar KriteriaDesain untuk Pelabuhan di Indonesia.

    5. Tipe pasut yang ada di perairan TelukLamong.

    1.3 Batasan Permasalahan Batasan-batasan masalah yang akandibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagaiberikut:1. Data yang digunakan adalah data pasut

    pengamatan tidak langsung perairan TelukLamong tahun 2007 milik PT.PELINDO IIIdalam bentuk tabular.

    2. Peta bathymetri skala 1:5.000 tahun 2007milik PT.PELINDO III.

    3. Metode pengolahan data pasut yangdigunakan adalah metode least square.

    4. Komponen pasut yang akan dianalisis adalahM2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4.

    5. Hasil penelitian ini adalah elevasi dermagapelabuhan rencana serta prediksi pasut diperairan Teluk Lamong.

    1.4 TujuanTujuan Tugas Akhir ini adalah :

    1. Mengetahui nilai komponen harmonik pasutdari data pengamatan tidak langsung selama

    satu tahun dengan menggunakan metodeLeast Square.

    2. Menentukan tinggi HWS yang digunakansebagai datum vertikal dalam penentuanelevasi dermaga.

    3. Menentukan elevasi dermaga pelabuhansehingga dapat digunakan sebagai bahanpertimbangan untuk rencana pembangunanpelabuhan milik PT.PELINDO III di TelukLamong.

    4. Mengetahui tipe pasut perairan TelukLamong.

    5. Mengetahui prediksi pasut di perairan TelukLamong dalam tahun berikutnya.

    II. METODOLOGI PENELITIAN2.1 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi obyek daripenelitian ini adalah rencana pembangunandermaga PT. PELINDO III yang berada diperairan Teluk Lamong mengarah ke timur laut,menghadap ke Pulau Madura. Letak geografispelabuhan ini berada di koordinat 71113 LSdan 112 41 24 BT. Lokasi studi tersebutdapat dilihat pada Gambar 2.1

    Gambar 2.1 Lokasi penelitan, Teluk Lamong,Jawa Timur (Google Earth).

    2.2. Data dan Peralatan2.2.1 Data Data yang digunakan pada penelitian iniadalah data pasut dari pengamatan tidaklangsung perairan Teluk Lamong tahun 2007milik PT.PELINDO III dalam bentuk tabular,serta Peta bathymetri skala 1:5.000 tahun 2007milik PT.PELINDO III yang digunakan sebagaianalisa kedalaman perairan tersebut.

    2.2.2 Peralatan

  • 3 Alat yang digunakan dalam penelitian inidibagi menjadi dua, yaitu :1. Perangkat Keras (Hardware)

    a. Laptop Pentium Dual-core, RAM2GB, Hard Disk 250GB.

    b. Printer Canon iP 19802. Perangkat Lunak (Software)

    Software yang digunakan dalam penelitianini meliputi:a. Matlab 7.0.1 untuk proses analisis

    harmonik pasang surut laut denganmetode least square.

    b. Microsoft Excel 2007 untuk input datapasut satu tahun.

    c. AutoCad LandDesktop 2006 untuk petabathymetri.

    d. WXTide32 untuk memprediksi elevasipasut.

    e. Microsoft Word 2007 untukpenyusunan laporan Tugas Akhir.

    2.3 Tahapan Penelitian Secara garis besar tahapan dari penelitianini tertuang dalam diagram alir pada Gambar2.2.

    Gambar 2.2 Tahapan Penelitian

    2.3.1 Identifikasi Awal Tahap ini terdiri perumusan masalahpenelitian, penetapan tujuan penelitianmengenai pengolahan data pasut selama satutahun sehingga dapat diperoleh komponen-komponen pasut untuk menentukan datumvertikal yang dapat digunakan sebagai referensitinggi bangunan pantai di Teluk Lamong.

    2.3.2 Studi Literatur

    Tahap ini bertujuan untuk mendapatkanreferensi yang berhubungan dengan Hidrografi,pasang surut, datum vertikal, bangunan pantaidan literatur lain yang medukung baik daribuku, jurnal, internet dan lain-lain.

    2.3.3 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada tahap ini

    meliputi data pasut pengamatan tidak langsungperairan Teluk Lamong tahun 2007 milikPT.PELINDO III dalam bentuk tabular, sertaPeta bathymetri skala 1:5.000 tahun 2007 milikPT.PELINDO III.

    2.3.4 Pengolahan Data Pada tahapan ini dilakukan pengolahandari data-data yang telah diambil dari lapangandan data penunjang lainnya dengan metodeLeast Square untuk selanjutnya dilakukananalisa. Diagram alir pengolahan data dapatdilihat pada Gambar 2.3. Berikut adalahpenjelasan pada tahap ini :

    Gambar 2.3 Diagram Alir Pengolahan Data

    1. Analisa Harmonik Pasut Metode LeastSquare

    Pada pengolahan data pasut, untukmendapatkan nilai konstanta-konstantaharmonik pasang surut (S0 , M2, S2, N2, K1, O1,M4, dan MS4) yaitu dengan menggunakanmetode Least Square. Software yang digunakan

    TahapPengumpulan Data

    TahapPengolahan Data

    TahapAnalisa

    Hasil

  • 4untuk analisa harmonik pasut metode leastsquare yaitu menggunakan software Matlab7.0.1.

    2. Penentuan High Water Spring (HWS) Pada penelitian ini, datum vertikal yangdigunakan sebagai tinggi muka air laut referensidalam penentuan elevasi dermaga rencanayaitu High Water Spring (HWS), yangdidapatkan dengan cara menggunakankonstanta-konstanta harmonik pasang surutyang diperoleh dari hasil pengolahan data pasutdengan metode Least Square pada tahapsebelumnya. Pada penentuan tinggi HWS inimengacu pada persamaan sebagai berikut :

    HWS = S0 + (M2 + S2 + K1 + O1)dimana, S0 = MSL

    M2 = Komponen Utama Bulan(Semidiurnal).

    S2 = Komponen Utama Matahari(Semidiurnal).

    K1 = Komponen Matahari-Bulan(Diurnal).

    O1 = Komponen Utama Bulan(Diurnal).

    3. Prediksi Pasut Hasil pengolahan data pasut pada tahun2007 dapat digunakan untuk meramalkanelevasi pasut pada tahun-tahun berikutnya. Padapenulisan Tugas Akhir ini akan memprediksipasut tahun 2010 dengan menggunakansoftware WXTide32, yang kemudian diolahdengan metode least square untuk mendapatkannilai HWS pada tahun tersebut.

    4. Analisa Pengaruh Astronomi TerhadapPasut

    Pada tahap ini, dilakukan analisa posisibulan terhadap bumi melalui sistempenanggalan Hijriyah karena Kalender Hijriyahmenggunakan sistem kalender bulan(komariyah) yang dibangun berdasarkan rata-rata siklus sinodik bulan. Hal ini perludilakukan mengingat bahwa gaya tarik bulanmerupakan gaya pembangkit pasang-surututama. Pada tahapan ini dapat diperoleh nilaiSpring Tide atau pasang tertinggi saat newmoon maupun full moon yang dapat digunakanuntuk analisa keamanan dalam penentuanelevasi dermaga.

    5. Analisa Penentuan Elevasi Dermaga

    Tinggi lantai dermaga dihitung dalamkeadaan air pasang. Sesuai Standar KriteriaDesain untuk Pelabuhan di Indonesia, Januari1984, ditentukan bahwa jarak antara lantaidermaga dengan HWS (High Water Spring)dengan memperhitungkan besarnya pasangsurut air laut dan kedalaman air rencana sepertiyang akan dijelaskan pada tabel 2.1 berikut.

    Tabel 2.1 Elevasi Dermaga Aman Diatas HWSPelabuhandengan :

    TunggangPasut

    3m atau lebih

    TunggangPasut kurang

    dari 3 mKedalaman air

    4,5 m ataulebih

    0,5 1,5 m 1,0 2,0 m

    Kedalaman airkurang dari 4,5

    m

    0,3 1,0 m 0,5 1,5 m

    Berdasarkan ketentuan Tabel 2.1 di atas, elevasidermaga dapat ditentukan dengan menggunakanrumus sebagai berikut:

    H = HWS + (Clearance)dimana, H = Elevasi dermaga dari

    kedudukan terendah saatpasang surut (m).

    HWS = High Water Spring.Clearance = Angka aman menurut

    Standar Kriteria Desainuntuk Pelabuhan diIndonesia (1984).

    6. Tipe Pasut Konstanta harmonik pasut yangmerupakan hasil dari pengolahan data pasutdapat digunakan untuk penentuan tipe pasutyang terjadi di suatu perairan denganmenentukan perbandingan antara amplitudo(tinggi gelombang) unsur-unsur pasang suruttunggal utama dengan unsur-unsur pasang surutganda utama menggunakan bilangan formzahldengan mengacu pada persamaan berikut:

    F = (O1 + K1) / (M2 + S2)dimana, F = bilangan formzahl.

    O1 = amplitudo komponen pasangsurut tunggal utama yangdisebabkan oleh gaya tarikbulan.

    K1 = amplitudo komponen pasangsurut tunggal utama yangdisebabkan oleh gaya tarikmatahari.

  • M2 = amplitudo komponen pasangsurut ganda utama yangdisebabkan oleh gaya tarikbulan.

    S2 = amplitudo komponen pasangsurut ganda utama yangdisebabkan oleh gaya tarikmatahari.

    III HASIL DAN ANALISA3.1 Analisa Komponen Pasut Analisis harmonik komponen pasutdilakukan untuk mendapatkan nilai amplitudodan fase dari komponen (M2, S2, N2, K1, O1, M4,MS4) dari pengamatan pasut. Analisis inimenggunakan metode least square.

    Analisa Harmonik Metode Least Square Nilai dari amplitudo dan fase darikomponen pasut (M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4)daerah perairan Teluk Lamong dari pengolahanmetode least square untuk bulan Januari sampaiDesember 2007 dapat dilhat pada Tabel 3.1.Pada tabel tersebut, terlihat bahwa komponenpasut M2 (komponen utama bulan) merupakankomponen yang dominan dengan nilaiamplitudo 42,4 cm dan fase 259. Sedangkankomponen K1 (komponen matahari-bulan)merupakan komponen terbesar kedua setelahM2 dengan nilai amplitudo 41,5 cm dan fase235.

    Tabel 3.1 Nilai Amplitudo dan Fase Pasut Tahun2007 Menggunakan Metode Least Square

    Besar tunggang pasut yang terjadi padatahun 2007 di perairan Teluk Lamong tidakmelebihi dari 3 meter, seperti yang terlihat padakurva pasut Gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Kurva Pasut Bulan Januari 2007

    3.2 Analisa Tipe Pasut Tipe pasut dapat ditentukan dari hasilpembagian jumlah amplitudo komponen K1dan O1 dengan jumlah amplitudo komponen M2dan S2. Dari perhitungan tersebut diketahuibahwa pasut di perairan Teluk Lamongmemiliki tipe campuran ganda dominan (mixedtide prevailing semi diurnal) dengan bilanganFormzhal sebesar 1,26 dimana komponen M2dan K1 lebih dominan dibandingkan komponenyang lainnya.

    F = (O1 + K1) / (M2 + S2) = (34,7 + 41,5) / (42,4 + 17,9) = 1,26.

    3.3 Fluktuasi Mean Sea LevelDari data pengamatan pasang surut

    selama satu tahun, dapat diketahui polafluktuasi duduk tengah atau mean sea level diperairan Teluk Lamong pada tahun 2007 yaitudengan rata-rata S0 sebesar 151,7 cm denganvariasi bulanannya berkisar antara 0-15 cm.Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai S0meningkat pada bulan Oktober, yaitu sebesar166,7 cm. Hal ini dapat disebabkan oleh banyakfaktor, antara lain karena perubahan posisibenda-benda langit serta faktor non-astronomislainnya (densitas air laut, dll). Nilai duduktengah juga dipengaruhi oleh faktor cuaca yangada di perairan tersebut, seperti badai dan curahhujan.

    Tabel 3.2 Nilai S0 Perairan Teluk Lamong Tahun2007

    Bulan S0

    Januari 148,2

    Februari 146,9

    Maret 147,8

    April 147,5

    Mei 144,3

    Juni 141,4

    Juli 144,1

    Agustus 153,2

    September 163,1

    Oktober 166,7

    Nopember 162,4

    Desember 154,4

    Komponen M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4Amplitudo

    (cm) 42,4 17,9 8,8 41,5 34,7 2,4 1,7Fase () 259 269 254 235 215 232 258

  • Gambar 3.2 Pola Fluktuasi MSL perairan TelukLamong tahun 2007

    3.4 Analisa High Water SpringHigh Water Spring (HWS) perairan Teluk

    Lamong pada bulan Januari sampai Desember2007 menggunakan metode least squaresebesar 288,4 cm. Nilai ini diperolehberdasarkan nilai S0 sebesar 151,67 cm sertadari nilai komponen pasut M2, S2, K1 dan O1 .Nilai dari komponen pasut tersebut dapat dilihatpada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Nilai HWS Perairan Teluk LamongTahun 2007

    3.5 Analisa Prediksi Pasut Pada pengolahan data pasut hasilprediksi tahun 2010 menggunakan softwareWXTide32 yang kemudian dihitungmenggunakan metode least square, didapatkankomponen pasut serta nilai High Water Springyang dapat digunakan sebagai bahan analisadalam penentuan elevasi dermaga rencana yangaman. Hasil dari prediksi pasut tersebut dapatdilihat pada Tabel 3.4. Pada prediksi tahun2010 didapatkan nilai HWS sebesar 283,4 cm,dimana terjadi penurunan sebesar 5 cm apabiladibandingkan dengan HWS pada tahun 2007.

    Tabel 3.4 Nilai Amplitudo dan HWS Hasil PrediksiTahun 2010

    Pada prediksi tahun 2010 didapatkan nilaiHWS sebesar 283,4 cm, dimana terjadipenurunan sebesar 5 cm apabila dibandingkandengan HWS pada tahun 2007.

    Gambar 3.3 Kurva Prediksi Pasut Bulan Januari2007

    Gambar 3.4 Perbandingan Kurva Pasut 2007 dengan2010

    3.6 Analisa Pengaruh Astronomi TerhadapPasutPada tahap pengolahan data pasut

    sebelumnya didasarkan pada sistempenanggalan Masehi (matahari), sehinggadiperlukan analisa pasut menurut penanggalanHijriyah (bulan) pula, karena mengingat lunartide-generating forces di bumi dua kali lipatdari matahari ( perbandingannya kira-kira 2,2)sebab bulan jauh lebih dekat ke bumidibandingkan jarak matahari ke bumi. Pada analisa menggunakan sistempenanggalan komariyah ini, di ambil sampeldata pasang surut saat terjadi new moon ataupunfull moon menurut Kalender Hijriyah yangdidasarkan pada siklus sinodik bulan. Sehinggadidapatkan pasang tertinggi saat purnama atauSpring Tide. Pada Gambar 3.5 dapat dilihat

    perbandingan kurva pasut saat 15 Muharram1428H (3 Februari 2007) dengan 15Muharram 1431H (1 Januari 2010).

    Komponen S0 M2 S2 K1 O1 HWS

    Amplitudo(cm) 151,6 42,4 17,9 41,5 34,7 288,4

    Komponen M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4HWS

    Amplitudo(cm) 43,9 17,6 9,1 38,9 31,3 2,5 1,8 283,4

    Fase () 258 269 253 230 223 229 258

  • Gambar 3.5 Kurva Analisa KalenderHijriyah

    Pada saat 15 Muharram 1431H pukul22.00 perairan tersebut mencapai pasangtertingginya dengan tinggi air sebesar 2,81meter. Sedangkan pada tanggal dan jam yangsama di tahun 1428H, pasang tertinggimencapai 2,45 meter atau memiliki selisihsebesar 0,36 meter. Hal ini dapat dikarenakanposisi bulan mencapai jarak terdekatnya dengankota Surabaya pada tanggal 15 Muharram1431H tersebut sehingga mengalami pasangtertinggi di bandingkan periode pasang surutyang lain pada tahun 1428H.

    3.7 Analisa Elevasi Dermaga Rencana Setelah didapatkan nilai High WaterSpring, maka elevasi dermaga rencana dapatditentukan sesuai dengan Sesuai StandarKriteria Desain untuk Pelabuhan di Indonesia,Januari 1984 dan mengacu pada Tabel 2.1. Padapeta batimetri area rencana dermaga yang baru,kedalaman yang dikehendaki adalah sebesar -20meter, hal ini sudah disesuaikan dengan aspekkeselamatan kapal agar tidak karam saat terjadisurut. Sedangkan besar tunggang pasut yangterjadi di perairan Teluk Lamong tidak lebihdari 3 meter. Sehingga menurut beberapaketentuan tersebut dapat dihitung elevasi lantaidermaga, sebagai berikut:

    H = HWS + (Clearance) H = 2,884 + 2,0 = 4,884 m

    Angka tersebut dinilai cukup amankarena berdasarkan prediksi pasut pada tahun2010, dimana pada tahun tersebut memilikinilai HWS sebesar 2,83 meter. Serta menurutanalisa pengaruh astronomi terhadap pasut,didapatkan pula pasang tertinggi (Spring Tide)yang mencapai 2,81 m pada saat 15 Muharram1431H (1 Januari 2010). Sedangkan

    berdasarkan pemantauan Departemen Kelautandan Perikanan serta Badan Koordinasi Surveidan Pemetaan Nasional (Kompas.com, 2009),kenaikan muka air laut di Indonesia rata-rata 5-10 mm/tahun. Sehingga, pada tahun 2050mendatang diperkirakan kenaikan muka air lautmencapai 0,25-0,5 m. Angka tersebut masihberada di batas aman, sehingga lantai dermagatidak mengalami banjir saat terjadi pasangtinggi dan aman dalam jangka waktu yangpanjang.

    IV KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitianini adalah :1. Perairan Teluk Lamong memiliki tipe pasut

    campuran ganda dominan (mixed tideprevailing semi diurnal) dengan bilanganFormzhal sebesar 1,26 dimana komponenM2 dan K1 lebih dominan dibandingkankomponen yang lainnya, yaitu 42,4 dan 41,5cm. Sedangkan komponen O1 dan S2memiliki nilai sebesar 34,7 dan 17,9.

    2. Pada tahun 2007, perairan Teluk Lamongmemiliki nilai MSL yaitu sebesar 151,7 cmdengan variasi bulanannya 0-15 cm. Padabulan Oktober terlihat bahwa nilai S0tertinggi apabila dibandingkan denganbulan-bulan yang lain yaitu sebesar 166,7cm. Faktor cuaca merupakan salah satufaktor penyebab fluktuasi MSL tersebut.

    3. Pada perhitungan data pasut menggunakanmetode Least Square untuk penentuanelevasi dermaga, didapatkan nilai HWS padatahun 2007 yaitu sebesar 288,4 cm.Sedangkan pada data pasut hasil prediksipada tahun 2010, didapatkan nilai HWSsebesar 283,4 cm. Dari hasil tersebut dapatdiketahui bahwa terjadi penurunan nilaiHWS sebesar 5cm pada tahun 2010.

    4. Dari analisa pengaruh astronomi terhadappasut, didapatkan bahwa pada tanggal 15Muharram 1431 H pukul 22.00 atau 1Januari 2010, posisi bulan mencapai jarakterdekatnya terhadap kota Surabaya karenaperairan Teluk Lamong mengalami SpringTide tertinggi yang mencapai ketinggian2,81 meter. Hal ini dikarenakan lunar tide-generating forces di bumi dua kali lipat darimatahari ( perbandingannya mendekati 2,2)sebab bulan jauh lebih dekat ke bumidibandingkan jarak matahari ke bumi.

    5. Elevasi dermaga yang aman berdasarkanbanyak faktor, yang diantaranya adalah

  • 8kedalaman dimana kapal dapat bersandarmeskipun saat terjadi surut, serta dermagatidak banjir saat pasang tinggi, yaitu sebesar4,884 m. Pada ketinggian ini, dermagadianggap cukup aman karena berdasarkanHWS pada tahun 2010 yang mencapai 2,834m serta prediksi kenaikan muka air laut padatahun 2050 yang mencapai 0,25-0,5 m ataumasih berada di batas aman.

    4.2 Saran1. Perlunya dilakukan pemantauan terhadap

    jalannya alat perekam secara konsisten agarterhindar dari gangguan yang nantinya dapatberpengaruh terhadap data pengamatan.

    2. Hindari kekosongan data agar data tersebutdapat diolah dengan hasil yang baik danmaksimal.

    3. Dalam penentuan elevasi dermaga,diperlukan pengamatan yang panjang danteliti karena hal ini merupakan pekerjaanyang berfungsi untuk jangka panjang sertamenuntut keamanan sebagai faktor utama.

    4. Pemantauan secara berkala terhadapbangunan dermaga harus terus dilakukanagar keamanan dermaga dapat terusterkontrol.

    DAFTAR PUSTAKAAli, Hafizh. 2003. Kegunaan Informasi dan

    Data Pasang Surut Dalam RekayasaWilayah Pesisir dan Laut. Bandung.Institut Teknologi Bandung.

    Ali, M., Mihardja, D.K. dan Hadi, S. 1994.Pasang Surut Laut. Bandung. InstitutTeknologi Bandung.

    Anggraini, Nimas. 2006. Detail DesainPelabuhan Peti Kemas di Kalianak,Surabaya. Surabaya. Skripsi JurusanTeknik Sipil ITS Surabaya.

    Armono, Haryo. 2005. Final Report ElevasiDermaga. Surabaya. Jurusan TeknikKelautan ITS Surabaya.

    Guruh, Danar. 2008.Draft Final Report ofTopographic and BathymetricSurvey to Support Feasibility StudyPLTU Barru. Surabaya

    ICSM. 2007. Floating Tide Gauge.http://www.icsm.gov.au.

    International Hydrographic Organization (IHO).2006. Special Publication Number 51(SP-51), Monaco.

    Ongkosongo, O.S.R., dan Suyarso. 1989.Pasang-Surut. Jakarta. LIPI, PusatPengembangan Oseanologi.

    Poerbandono. 1999. Hidrografi Dasar.Bandung. Jurusan Teknik Geodesi -ITB.

    Poerbandono. 2005. Survei Hidrografi.Bandung. Refika Aditama.

    Sinaga, Lambutan. 2008. Desain Pondasi TiangPancang Concrete Spun Pile.http://www.WordPress.com.

    Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan.Yogyakarta. Beta Offset.

    Triatmodjo, Bambang. 1999. Teknik Pantai.Yogyakarta. Beta Offset.

    Vanicek, P. dan Krakiwsky, E.J. 1986.Geodesy, The Concepts. North Holland.