ITS Paper 24694 RIZKIANI 1208100005 Paperpdf

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak—Energi angin merupakan salah satu energi alternatif selain dari minyak bumi dan batu bara. Generator merupakan salah satu komponen terpenting sistem konversi energi angin karena dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Pada Tugas Akhir ini, model dari permanent magnet synchronous generator (PMSG) adalah model non linear sehingga untuk memudahkan analisis dilakukan transformasi dari sistem non linear ke sistem linear dengan menggunakan metode feedback linearization control. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis model PMSG dengan menurunkan model matematis sistem fisis. Selanjutnya, setelah dilakukan linearisasi, diperoleh nilai 1 k , 2 k , dan 3 k yang memenuhi dengan menggunakan kriteria kestabilan Routh Hurwitz. Kemudian nilai 1 k , 2 k , dan 3 k yang memenuhi disimulasi dengan menggunakan software Matlab untuk dianalisis kestabilan sistem dan error kecepatan generator. Selain itu, dengan parameter kecepatan angin yang berkisar antara s m / 3 sampai s m / 7 dan kecepatan rotor yang berkisar antara s rad / 5 sampai s rad / 30 disimulasi untuk menentukan daya yang dihasilkan dari sistem konversi energi angin. Kata Kuncifeedback linearization control, kriteria kestabilan Routh Hurwitz, sistem konversi energi angin. I. PENDAHULUAN aat ini energi menjadi masalah penting karena fakta menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan konsumsi energi yang sangat signifikan. Namun peningkatan konsumsi energi tersebut tidak diseimbangi dengan persediaannya yang semakin langka dan terbatas [1]. Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena bergerak, angin memiliki energi kinetik. Untuk dapat memanfaatkan energi angin, maka energi angin harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk energi lain yang sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan turbin angin. Oleh karena itu, turbin angin sering disebut sistem konversi energi angin (SKEA) [2]. Untuk menghasilkan energi listrik dari energi angin, maka energi angin yang diperoleh dari angin mula-mula diubah menjadi energi mekanik oleh kincir angin dalam bentuk putaran poros dan dengan menggunakan permanent magnet synchronous generator (PMSG), energi mekanik diubah menjadi energi listrik. Turbin yang dapat menghasilkan energi dari energi angin secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis turbin angin, yaitu turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin sumbu vertikal. Jenis turbin angin yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah turbin angin Propeler yang merupakan jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin dengan sumbu horizontal mempunyai baling-baling yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang [3]. Sistem konversi energi angin merupakan sistem non linear. Sehingga dalam Tugas Akhir ini akan digunakan metode feedback linearization control untuk mengatasi ketidaklinearan tersebut melalui perubahan variabel dan input kendali yang sesuai sehingga dapat diketahui daya maksimal dan dapat diterapkan pada pembangkit listrik tenaga angin hybrid. Kemudian hasil dari analisis konversi energi angin menjadi energi listrik disimulasi dengan menggunakan software Matlab. II. MODEL SKEA Dalam Tugas Akhir ini, digunakan jenis generator PMSG sehingga putaran turbin memiliki putaran yang relatif lebih rendah dengan konversi bahwa rpm s rad Π = 2 60 1 . Diberikan model non linear PMSG berdasarkan sistem konversi energi angin [4] seperti berikut: = h q d i i x Φ + + Φ + + + + + + = ) ( 1 ) ( ( 1 ) ) ( ( 1 ) ( 2 2 3 3 3 2 2 1 3 3 1 2 3 2 1 x p x d vx d v d J x p x x L L p Rx L L x x L L p Rx L L x f m m s d s q s q s d Analisis dan Simulasi Konversi Energi Angin Menjadi Energi Listrik Menggunakan Metode Feedback Linearization Control Isti Rizkiani, Subchan, dan Kamiran Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected], [email protected] S

description

ITS Paper Rizkiani

Transcript of ITS Paper 24694 RIZKIANI 1208100005 Paperpdf

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    1

    AbstrakEnergi angin merupakan salah satu energi alternatif selain dari minyak bumi dan batu bara. Generator merupakan salah satu komponen terpenting sistem konversi energi angin karena dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Pada Tugas Akhir ini, model dari permanent magnet synchronous generator (PMSG) adalah model non linear sehingga untuk memudahkan analisis dilakukan transformasi dari sistem non linear ke sistem linear dengan menggunakan metode feedback linearization control. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis model PMSG dengan menurunkan model matematis sistem fisis. Selanjutnya, setelah dilakukan linearisasi, diperoleh nilai 1k , 2k , dan 3k yang memenuhi dengan menggunakan kriteria kestabilan Routh Hurwitz. Kemudian nilai 1k , 2k , dan 3k yang memenuhi disimulasi dengan menggunakan software Matlab untuk dianalisis kestabilan sistem dan error kecepatan generator. Selain itu, dengan parameter kecepatan angin yang berkisar antara

    sm /3 sampai sm /7 dan kecepatan rotor yang berkisar antara srad /5 sampai srad /30 disimulasi untuk menentukan daya yang

    dihasilkan dari sistem konversi energi angin. Kata Kuncifeedback linearization control, kriteria kestabilan

    Routh Hurwitz, sistem konversi energi angin.

    I. PENDAHULUAN aat ini energi menjadi masalah penting karena fakta menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan konsumsi energi yang sangat signifikan. Namun peningkatan konsumsi

    energi tersebut tidak diseimbangi dengan persediaannya yang semakin langka dan terbatas [1].

    Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena bergerak, angin memiliki energi kinetik. Untuk dapat memanfaatkan energi angin, maka energi angin harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam bentuk energi lain yang sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan turbin angin. Oleh karena itu, turbin angin sering disebut sistem konversi energi angin (SKEA) [2]. Untuk menghasilkan energi listrik dari energi angin, maka energi angin yang diperoleh dari angin mula-mula diubah menjadi energi mekanik oleh kincir angin dalam bentuk putaran poros dan

    dengan menggunakan permanent magnet synchronous generator (PMSG), energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

    Turbin yang dapat menghasilkan energi dari energi angin secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis turbin angin, yaitu turbin angin sumbu horizontal dan turbin angin sumbu vertikal. Jenis turbin angin yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah turbin angin Propeler yang merupakan jenis turbin angin dengan poros horizontal seperti baling-baling pesawat terbang pada umumnya. Turbin angin dengan sumbu horizontal mempunyai baling-baling yang berputar dalam bidang vertikal seperti halnya propeler pesawat terbang [3].

    Sistem konversi energi angin merupakan sistem non linear. Sehingga dalam Tugas Akhir ini akan digunakan metode feedback linearization control untuk mengatasi ketidaklinearan tersebut melalui perubahan variabel dan input kendali yang sesuai sehingga dapat diketahui daya maksimal dan dapat diterapkan pada pembangkit listrik tenaga angin hybrid. Kemudian hasil dari analisis konversi energi angin menjadi energi listrik disimulasi dengan menggunakan software Matlab.

    II. MODEL SKEA Dalam Tugas Akhir ini, digunakan jenis generator PMSG

    sehingga putaran turbin memiliki putaran yang relatif lebih

    rendah dengan konversi bahwa rpms

    rad

    =2601 .

    Diberikan model non linear PMSG berdasarkan sistem konversi energi angin [4] seperti berikut:

    =

    h

    q

    d

    ii

    x

    ++

    +++

    +++

    =

    )(1

    )((1

    ))((1

    )(

    223332

    21

    3312

    321

    xpxdvxdvdJ

    xpxxLLpRxLL

    xxLLpRxLL

    xf

    m

    msdsq

    sqsd

    Analisis dan Simulasi Konversi Energi Angin Menjadi Energi Listrik Menggunakan Metode

    Feedback Linearization Control

    Isti Rizkiani, Subchan, dan Kamiran Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected], [email protected]

    S

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    2

    +

    +

    =

    0

    1

    1

    )( 2

    1

    xLL

    xLL

    xgsq

    sd

    sRu =

    hxxhy === 3)(

    (1) dengan:

    di , qi adalah arus listrik ),( qd )(A , dL , qL adalah induktansi

    ),( qd )(H , h adalah kecepatan rotasi generator )/( srad ,

    sL adalah induktansi stator )(H , R adalah hambatan ( ) , sR adalah hambatan stator ( ) , p adalah banyak pasangan

    kutub, m adalah fluks yang konstan karena magnet permanen,

    J adalah inersia )( 2kgm , dan v adalah kecepatan angin )/( sm .

    III. FEEDBACK LINEARIZATION CONTROL Metode feedback linearization control dapat diterapkan ke

    sistem non linear dalam bentuk: uxgxfx )()( += (2)

    )(xhy = (3)

    dengan nx adalah vektor keadaan, u adalah input, dan y adalah output.

    Untuk memahami sistem (2) dan (3), digunakan turunan Lie dengan menggunakan aturan rantai. Definisi 1 [4]: Turunan Lie didefinisikan sebagai hasil kali

    xxh

    )( dengan )(xf atau secara umum ditulis:

    )()()( xfxxhxhL f

    =

    dengan )(xhL f diartikan sebagai turunan fungsi h atas vektor

    f . Elemen dari turunan Lie adalah:

    )(1

    xfxh

    i

    n

    i i

    i=

    Definisi 2 [4]: Yang dimaksud dengan )(xhLnf adalah:

    )()((

    )(1

    xfx

    xhLxhL

    nfn

    f

    =

    dengan )(xhLnf diartikan sebagai turunan ke- n fungsi h atas

    vektor f . Sistem non linear (2) dan (3) mempunyai derajat relatif n , x dipersekitaran 0x jika [5]:

    0)(1 = xhLL nfg dan 0)( xhLLnfg

    Diasumsikan bahwa derajat relatif sistem adalah n . Dalam kasus ini, setelah mendifferensialkan output ke- n diperoleh:

    uxhLLxhLy nfgnf

    n )()( 1)( +=

    Transformasi variabel yang didefinisikan oleh )(xz = [5] mengakibatkan sistem menjadi bentuk normal dan secara umum ditulis:

    =

    =

    =

    )(

    )(

    )()(

    )(

    )()()(

    1

    2

    )1(

    3

    2

    1

    xhL

    xhL

    xhLxh

    y

    yyy

    x

    xxx

    z

    nf

    f

    f

    nn

    nixhLxz ifii ,,2,1),()(1 ===

    Transformasi ini mengakibatkan sistem non linear (2) dan (3) menjadi sistem linear dan terkontrol:

    Dengan demikian, dari sistem non linear menjadi sistem linear:

    BuAzz += (4) DuCzy += (5)

    Jika diberikan (4) dan (5), maka dapat ditentukan kestabilan dari suatu sistem tersebut dengan menggunakan kriteria kestabilan Routh-Hurwitz melalui polinomial karakteristik untuk mencari nilai k agar sistem stabil. Untuk mendapatkan nilai karakteristik tersebut adalah sebagai berikut [6]:

    0)det( = AI dengan: = nilai karakteristik I = matriks identitas A = matriks ordo nn bernilai real

    IV. PEMBAHASAN Model PMSG (1) didasarkan pada persamaan ),( qd [4].

    Persamaan yang digunakan untuk membangun model PMSG ini terdiri dari persamaan tegangan untuk masing-masing sumbu d dan q , persamaan torsi magnet listrik, dan torsi mekanik.

    Persamaan tegangan untuk masing-masing sumbu d dan q adalah sebagai berikut:

    sqqdddd iLidtdLRiu +=

    )(xhy = =y )(xhL f

    )(2 xhLy f=

    )(1)1( xhLy nf

    n =

    1

    1

    32

    21

    zyuz

    zz

    zzzz

    vn

    nn

    =

    =

    =

    =

    =

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    3

    smddqqqq iLidtdLRiu )( +++=

    dengan: qd uu , adalah tegangan stator ),( qd )(V , R adalah

    hambatan )( , qd ii , adalah arus listrik ),( qd )(A , qd LL ,

    adalah induktansi ),( qd )(H , qd , adalah fluks

    ),( qd )( bW , m adalah fluks yang konstan karena magnet permanen )( bW , s adalah getaran stator )/( srad .

    Persamaan torsi magnet listrik yang ditulis G diperoleh seperti berikut:

    )( dqqdG iip = dengan p adalah banyaknya pasangan kutub. Jika Lmagnet permanen dipasang dipermukaan rotor maka: qd LL = dan torsi magnet listrik menjadi:

    qmG ip=

    Torsi mekanik )( mec diperoleh sebagai berikut: 2

    322

    1 hhmec dvdvd ++= Sehingga PMSG berdasarkan model sistem konversi energi

    angin dapat ditulis seperti (1). Untuk menentukan derajat relatif dari sistem, akan dihitung

    turunan Lie seperti berikut:

    )(1)( 2423332

    21 xdxdvxdvdJ

    xhL f ++=

    dengan: mpd =4

    2341)( xadJ

    xhLL fg =

    dengan: sq LL

    a+

    =1

    3

    Ketika 0)( xhLL nfg , derajat relatif sistem adalah 2=n . Sistem akan diubah ke bentuk normal melalui transformasi variabel yang memenuhi kondisi diffeomorphism:

    0)()()( 33

    32

    2

    31

    1

    3 =

    +

    + xg

    xzxg

    xzxg

    xz

    Kondisi ini memenuhi

    =

    2

    133 x

    xaz .Transformasi variabel dari

    sistem menuju linearisasi parsial adalah:

    ++=

    2

    13

    2423332

    21

    3

    )(1

    xxa

    xdxdvxdvdJ

    x

    z

    ))(()(

    1 2vf

    fguxhL

    xhLLu +=

    dengan:

    +++

    = 31242 )((11)( xxLLpRx

    LLd

    JxhL sd

    sqf

    +++ 213323 (1))(2(1( vdJ

    xdvdJ

    xp m

    ))223332 xpxdvxd m+

    2341)( xadJ

    xhLL fg =

    Untuk memastikan zero error, sebuah integrator ditambahkan dalam sistem seperti yang ditunjukkan pada Gambar1:

    refy + + vu z y

    Gambar 1. State Feedback Control Model linearnya:

    uzz

    zz

    +

    =

    10

    0010

    2

    1

    2

    1

    [ ]

    =

    2

    101zz

    y

    dan input u sebagai berikut:

    [ ] +

    = 3

    2

    121 kz

    zkku

    dengan:

    [ ]

    ==

    2

    101zz

    yyy refref

    Sistem linear menjadi:

    refyuzzz

    zz

    +

    +

    =

    100

    010

    001000010

    3

    2

    1

    2

    1

    Input kendali vu , diperoleh seperti berikut:

    [ ]

    =2

    1

    321 zz

    kkkuv

    Jadi, sistem loop tertutup:

    [ ] refyzz

    kkkzz

    +

    =

    100

    010

    001000010

    2

    1

    3212

    1

    [ ]

    =

    2

    1

    001 zz

    y

    Dengan menggunakan kriteria kestabilan Routh Hurwitz, diperoleh nilai ,, 21 kk dan 3k :

    s1

    3k

    BuAzz +=

    Czy =

    2,1k

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    4

    V. SIMULASI DAN ANALISIS Diuji berbagai macam nilai ,, 21 kk dan 3k yang memenuhi

    kriteria kestabilan Routh Hurwitz untuk menunjukkan bahwa sistem tersebut stabil seperti berikut: Untuk :2,0;4,0;4,1 321 === kkk

    Gambar 2. Analisis Kestabilan untuk 2,0;4,0;4,1 321 === kkk Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik

    ke- 5,36 hingga detik ke- 50 , kecepatan generator konvergen menuju mendekati 1 sehingga sistem tersebut dapat dikatakan stabil.

    Untuk :9,6;7,4;2,8 321 === kkk

    Gambar 3. Analisis Kestabilan Sistem untuk 9,6;7,4;2,8 321 === kkk

    Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-6 hingga detik ke- 50 , kecepatan generator konvergen menuju 1 sehingga sistem tersebut dapat dikatakan stabil.

    Untuk :40000;136;4000 321 === kkk

    Gambar 4. Analisis Kestabilan Sistem untuk 40000;136;4000 321 === kkk

    Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-3,1 hingga detik ke- ,50 kecepatan generator konvergen menuju

    1 sehingga sistem tersebut dapat dikatakan stabil. Selanjutnya, dengan berbagai macam nilai ,, 21 kk dan 3k yang

    telah diuji bahwa sistem tersebut stabil, akan dianalisis error kecepatan generator. Error dari kecepatan generator didefinisikan sebagai selisih antara keluaran aktual ( -aktual) dengan keluaran yang diharapkan (y-ref).

    Pada Tugas Akhir ini, dianalisis beberapa nilai y-ref untuk dibandingkan dengan nilai y-aktual, pada sistem yang stabil dengan nilai ,, 21 kk dan 3k sebelumnya sehingga diperoleh nilai error kecepatan generator untuk mengetahui keakuratan sistem dengan: y-ref I = ,/5 srad y-ref II = ,/10 srad y-ref III = ,/15 srad y-ref IV = ,/20 srad y-ref V = ,/25 srad y-ref VI = ./30 srad Untuk :2,0;4,0;4,1 321 === kkk

    Gambar 5. y-referensi vs y-aktual untuk 2,0;4,0;4,1 321 === kkk

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0.9

    1

    Waktu (s)

    Kece

    pata

    n Gen

    erat

    or (r

    ad/s)

    Analisis Kestabilan Sistem

    Kecepatan Generator

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    Waktu (s)

    Kece

    pata

    n Gen

    erat

    or (r

    ad/s)

    Analisis Kestabilan Sistem

    Kecepatan Generator

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    Waktu (s)

    Kece

    pata

    n Ge

    nera

    tor (

    rad/

    s)

    Analisis Kestabilan Sistem

    Kecepatan Generator

    2

    31

    2

    312

    3

    2

    0

    00

    kkk

    kkkk

    kk

    >>

    >

    >

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Waktu (s)

    Kece

    pata

    n G

    ener

    ator

    (ra

    d/s)

    y-referensi vs y-aktual

    y -ref Iy -ref IIy -ref IIIy -ref IVy -ref Vy -ref V Iy -aktual Iy -aktual IIy -aktual IIIy -aktual IVy -aktual Vy -aktual V I

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    5

    Gambar 6. Error Kecepatan Generator untuk 2,0;4,0;4,1 321 === kkk Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-

    0 hingga detik ke- ,88,46 kecepatan generator masih mempunyai error yang besar, kemudian error kecepatan generator semakin mengecil tepat mulai detik ke- 75 hingga detik ke- .100

    Untuk :9,6;7,4;2,8 321 === kkk Gambar 7. y-referensi vs y-aktual untuk 9,6;7,4;2,8 321 === kkk

    Gambar 8. Error Kecepatan Generator untuk 9,6;7,4;2,8 321 === kkk

    Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-0 hingga detik ke- ,5,29 kecepatan generator masih mempunyai error yang besar, kemudian error kecepatan generator semakin mengecil tepat mulai detik ke- 36 hingga detik ke- .100 Untuk :40000;136;4000 321 === kkk

    Gambar 9. y-referensi vs y-aktual untuk 40000;136;4000 321 === kkk

    Gambar 10. Error Kecepatan Generator untuk ;40001 =k ;1362 =k

    400003 =k Dari hasil simulasi di atas, dapat dilihat bahwa mulai detik ke-

    0 hingga detik ke- ,6,3 kecepatan generator masih mempunyai error yang besar, kemudian error kecepatan generator semakin mengecil tepat mulai detik ke- 6,5 hingga detik ke- .100

    Indonesia memiliki karakteristik angin rata-rata yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara pengguna sistem konversi energi angin seperti Finlandia dan Amerika Serikat. Daerah di Indonesia umumnya memiliki kecepatan angin antara sm /3 sampai ./7 sm Jika turbin angin ini diterapkan di wilayah Indonesia yang memiliki potensi angin yang cukup, maka kebutuhan akan turbin angin disesuaikan dengan besarnya daya yang dihasilkan dari masing-masing turbin angin.

    Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh sebuah sistem konversi energi angin (turbin angin) dihasilkan oleh jari-jari rotor

    )(r adalah sebagai berikut [7]:

    )(21 32 pwt CvrP =

    Pada Tugas Akhir ini, digunakan pC maksimum 47,0= dan

    jari-jari rotor mr 5,2)( = sehingga:

    llwt vrvrP ==2323 235,0)47,0(

    21

    dengan kecepatan angin smv /3)( = sampai sm /7 dan kecepatan rotor sradl /5= sampai ./30 srad

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-30

    -20

    -10

    0

    10

    20

    30Error Kecepatan Generator

    Waktu (s)

    Erro

    r Ke

    cepa

    tan

    Gen

    erat

    or (

    rad/

    s)

    Error IError IIError IIIError IVError VError VI

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

    10

    20

    30

    40

    50

    Waktu (s)

    Kece

    pata

    n G

    ener

    ator

    (ra

    d/s)

    y-referensi vs y-aktual

    y-ref Iy-ref II

    y-ref III

    y-ref IVy-ref V

    y-ref VI

    y-aktual I

    y-aktual IIy-aktual III

    y-aktual IV

    y-aktual Vy-aktual VI

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-30

    -20

    -10

    0

    10

    20Error Kecepatan Generator

    Waktu (s)

    Erro

    r Ke

    cepa

    tan

    Gen

    erat

    or (

    rad/

    s)

    Error IError IIError IIIError IVError VError VI

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    Waktu (s)

    Kec

    epat

    an G

    ener

    ator

    (ra

    d/s)

    y-referensi vs y-aktual

    y-ref I

    y-ref II

    y-ref III

    y-ref IV

    y-ref V

    y-ref VI

    y-aktual I

    y-aktual II

    y-aktual III

    y-aktual IV

    y-aktual V

    y-aktual VI

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100-30

    -25

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5Error Kecepatan Generator

    Waktu (s)

    Erro

    r Ke

    cepa

    tan

    Gen

    erat

    or (

    rad/

    s)

    Error IError IIError IIIError IVError VError VI

  • JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6

    6

    Gambar 11. Grafik Hubungan Daya Turbin Angin vs Kecepatan Rotor

    Pada Gambar 11, terlihat bahwa semakin besar kecepatan rotor dengan kecepatan angin antara sm /3 sampai ,/7 sm maka semakin besar pula daya yang dihasilkan dari turbin angin. Ketika kecepatan rotor bernilai srad /30 dengan kecepatan angin

    sm /3 akan menghasilkan daya sebesar .82,3 kW Ketika rotor bernilai srad /30 dengan kecepatan angin sm /4 akan menghasilkan daya sebesar .79,6 kW Ketika kecepatan rotor bernilai srad /30 dengan kecepatan angin sm /5 akan menghasilkan daya sebesar .60,10 kW Ketika kecepatan rotor bernilai srad /30 dengan kecepatan angin sm /6 akan menghasilkan daya sebesar .25,15 kW dan ketika kecepatan rotor bernilai srad /30 dengan kecepatan angin sm /7 akan menghasilkan daya sebesar .78,20 kW

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dan simulasi konversi energi angin menjadi

    energi listrik diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil simulasi terlihat bahwa untuk nilai ,, 21 kk dan 3k

    yang memenuhi kriteria kestabilan Routh Hurwitz, sistem akan stabil, seperti yang terlihat pada Gambar 2, 3, dan 4.

    2. Dari hasil simulasi tiga nilai ,, 21 kk dan 3k yang diubah berturut-turut terlihat bahwa sistem yang paling stabil adalah sistem untuk 40000;136;4000 321 === kkk seperti yang terlihat pada Gambar 4, sistem yang memiliki performansi yang baik adalah sistem untuk

    2,0;4,0;4,1 321 === kkk seperti yang terlihat pada Gambar 5, dan sistem yang memiliki keakuratan sistem yang baik adalah sistem untuk ;40001 =k

    ;1362 =k 400003 =k seperti yang terlihat pada Gambar 10.

    3. Semakin tinggi kecepatan angin dan kecepatan rotor maka akan menghasilkan daya yang semakin besar. Terlihat pada Gambar 4.11, ketika kecepatan angin sm /7 dengan kecepatan rotor ,/30 srad akan menghasilkan daya dari turbin angin sebesar .78,20 kW

    Saran yang penulis berikan untuk penelitian Tugas Akhir berikutnya adalah:

    1. Untuk penelitian selanjutnya, sistem konversi energi angin dapat dikaji dengan menggunakan metode sliding mode control, PI control, QFT robust control, ataupun On-Off control.

    2. Untuk penelitian selanjutnya, penentuan daya maksimal yang dihasilkan dari tubin angin yang lebih optimal dapat dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Power Point Tracking (MPPT).

    DAFTAR PUSTAKA [1] Douglas, J. (2010). Meeting the Challenges of Wind Turbine Reliability.

    Springer: Jerman. [2] Khulaifah, A. (2009). Optimisasi Penempatan Turbin Angin di Area

    Ladang Angin Menggunakan Algoritma Genetika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Tugas Akhir D3 Jurusan Teknik Elektro.

    [3] Alamsyah, H. (2007). Pemanfaatan Turbin Angin Dua Sudu Sebagai Penggerak Mula Alternator pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Universitas Negeri Semarang, Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Elektro.

    [4] Munteanu, I., Bratcu, A.I., Cutulius, N.A., dan Ceang, E. (2008). Optimal Control of Wind Energy Systems. Springer : Jerman.

    [5] Jemai, W.J., Jerbi, H., dan Abdelkrim, M.N. (2010). Synthesis of An Aprroximate Feedback Nonlinear Control Based on Optimization Methods. WSEAS Transactions on Systems and Control, Vol 5, pp. 646-655.

    [6] Hendricks, E. (2008). Linear System Control. Verlag Berlin Heidelberg: Springer.

    [7] Muhammad, A dan Hartono, F. (2009). Pembuatan Kode Desain dan Analisis Turbin Angin Sumbu Vertikal Darrieus Tipe-H. Jurnal Teknologi Dirgantara, Vol. 7, No.2, pp. 93-100.

    5 10 15 20 25 300

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5x 10

    4

    Kecepatan Rotor (rad/s)

    Daya

    Tur

    bin

    Angi

    n (W

    att)

    Daya Turbin Angin vs Kecepatan Rotor

    v=3m/sv=4m/sv=5m/sv=6m/sv=7m/s

    I. PENDAHULUANII. MODEL SKEAIII. feedback linearization controlIV. pembahasanV. SIMULASI DAN ANALISISVI. KESIMPULAN DAN SARAN