ITS Panggah
-
Upload
fadli-kurnia -
Category
Documents
-
view
244 -
download
6
description
Transcript of ITS Panggah
STUDI KAPASITAS
DINDING STRUKTUR BETON BERTULANG
BERPENAMPANG L
DENGAN BANTUAN VISUAL BASIC 6.0
Nama Mahasiswa : Panggah Suwi Adiga
NRP : 3106 100 032
Jurusan : Teknik Sipil FTSP ITS
Dosen Pembimbing : Tavio, ST. MT. Ph.D
Ir. Iman Wimbadi, MS
ABSTRAK
Perkembangan program bantu dalam bidang teknik sipil saat ini sangat pesat dan mempunyai
peranan yang besar dalam dunia konstruksi. Sudah banyak program bantu yang dihasilkan oleh negara –
negara maju yang notabene dapat mempercepat proses perhitungan struktur seperti program untuk
menganalisa dan mendesain kolom dan shearwall yaitu spColumn yang dibuat berdasarkan code ACI
2002. Sedangkan di Indonesia perkembangan program bantu yang sesuai dengan kebutuhan ahli – ahli
konstruksi di Indonesia saat ini masih sedikit jumlahnya.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan program bantu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di
dalam tugas akhir ini, program yang dikembangkan tidak hanya mengadopsi code yang ada di Indonesia
saat ini yaitu SNI 2847-2002, akan tetapi juga memuat code terbaru yaitu Unified Design Provision yang
ada di dalam ACI 318-2002. Perbedaan dari kedua code tersebut menyangkut faktor reduksi shearwall
dimana SNI 03-2847-2002 masih berdasarkan besarnya beban aksial sedangkan code terbaru ACI 318-
2002 menggunakan regangan tarik untuk menentukan besarnya faktor reduksi.
Tujuan utama dibuatnya program ini adalah untuk mengetahui kapasitas interaksi P-M pada
Shearwall beton bertulang. Dari beberapa studi kasus yang dianalisa dalam studi tugas akhir ini
didapatkan hasil bahwa program bantu yang dikembangkan menghasilkan hasil yang hampir sama
(berselisih sedikit) setelah diverifikasi dengan program bantu spColumn. Program yang dikembangkan
hanya untuk menganalisa penampang berbentuk L. Sehingga kedepannya diharapkan program ini dapat
dikembangkan juga untuk bentuk penampang shearwall yang lain.
Kata Kunci : Shearwall, SNI 03-2847-2002, ACI 318-2002, Limit State, Unified Design Provisions,
Visual Basic 6.0, Diagram Interaksi
CAPACITY STUDY OF
L-SHAPED
REINFORCED CONCRETE SHEARWALL
USING VISUAL BASIC 6.0
Name of Student : Panggah Suwi Adiga
Registration Number : 3106 100 032
Department : Civil Engineering FTSP ITS
Supervisors : Tavio, ST. MT. Ph.D
Ir. Iman Wimbadi, MS
ABSTRACT
The application of computer-aided programs in civil engineering is developing rapidly in recent
days. They play a very important role in the design offices and construction work wordwide. Numerous
application or computer-aided programs have been developed by the developed countries that are
capable of shortcutting the computational process in the design of structures. One of many useful
programs in the design of reinforced concrete members is spColumn program. The program can be used
to analyze and design the reinforced concrete columns and shearwall in accordance with ACI 318-02.
However, the development and availaibility of such programs in Indonesia is very limited.
Hence, it is deemed necessary to develop a computer-aided program that is capable of fulfilling
such a need. In this study, the developed program not only adopts the existing code in Indonesia, SNI
2847-2002, but also includes the most recent US building code, i.e. the Unified Design Provision in ACI
318-02. The difference between the two codes is only in terms of the reduction factor. In SNI 03-2847-
2002, the reduction factor is governed by the axial load, whereas in ACI 318-02, the tensile strain that
controls the reduction factor.
The main objective of this study is to provide a useful computer-aided program that can be used
to calculate shearwall capacity. From some analyzed cases in the study, it can be concluded that the
results obtained from the developed program are found to be in good agreement when compared with the
corresponding results obtained from spColumn program. The program is only intended to find shearwall
capacity in L sections. Further development needs to be carried out in the future for other shearwall
section.
Kata Kunci : Shearwall, SNI 03-2847-2002, ACI 318-2002, Limit State, Unified Design Provisions,
Visual Basic 6.0, Interaction Diagram
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sistem Rangka Pemikul Momen tidak
menguntungkan lagi jika diterapkan pada bangunan
tingkat tinggi. Hal tersebut dikarenakan dalam proses
perhitungan struktur, bangunan tingkat tinggi yang
didesain menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
akan didapatkan dimensi kolom yang relatif besar.
Dimensi kolom yang besar tentu saja akan mengurangi
nilai estetika suatu bangunan. Oleh karena itu, dalam
mendesain suatu bangunan tingkat tinggi, diajurkan
untuk menggunakan Sistem Rangka Gedung atau Sistem
Ganda karena hasil perhitungan struktur yang
menggunakan kedua sistem tersebut akan didapatkan
dimensi kolom yang relatif lebih kecil. Mengecilnya
dimensi kolom dikarenakan adanya penambahan
shearwall pada kedua sistem tersebut. Shearwall sendiri
memiliki kapasitas dalam menerima kombinasi gaya
aksial dan gaya momen. Untuk mengetahui kapasitas
suatu shearwall dalam menerima beban kombinasi
aksial dan momen, diperlukan suatu diagram interaksi
PM shearwall.
Proses pembuatan suatu diagram interaksi
PM shearwall akan memakan waktu yang relatif lebih
lama jika dilakukan dengan menggunkan perhitungan
biasa. Salah satu penyebab lamanya proses pembuatan
suatu diagram interaksi PM shearwall adalah karena
dalam proses perhitungannya diperlukan banyak hal
yang perlu ditinjau. Beberapa hal yang perlu ditinjau
dalam proses pembuatan diagram interaksi PM
shearwall antara lain dimensi penampang, dimensi
tulangan, mutu beton, mutu baja, gaya aksial dan gaya
momen.Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembuatan suatu diagram Interaksi PM Shearwall dapat
dipercepat jika kita menggunakan program bantu.
Program bantu yang biasa digunakan untuk membuat
diagram interaksi PM adalah spColumn v4.2.
Kebanyakan program bantu yang digunakan
di Indonesia adalah program bantu bajakan.
Sebagaimana berdasarkan survey yang dilakukan PERC
(Political and Economic Risk Consultancy) sekitar bulan
Juni-Agustus tahun 2010, Indonesia memperoleh nilai
yang paling buruk, yaitu 8.5 dari 10 poin ketika
dibandingkan dengan 11 negara-negara asia yang
lainnya (www.thejakartaglobe.com). Salah satu
penyebab tingginya angka pembajakan tersebut adalah
relatif mahalnya harga program bantu, sehingga bagi
pihak yang memerlukan suatu program bantu tertentu
namun tidak mampu membeli program bantu tersebut
terpaksa membajaknya. Sebenarnya di Indonesia sudah
ada peraturan yang mengatur tentang pembajakan.
Peraturan tentang pembajakan tersebut tertuang dalam
Undang-undang HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) No.
19 Tahun 2002 Namun sebagaimana kita ketahui bahwa
penerapan peraturan tersebut masih sangat rendah.
Perusahaan-perusahaan konstruksi di
Indonesia yang saat ini masih menggunakan program
bantu bajakan akan mengalami permasalahan besar jika
Undang-undang HAKI No. 19 Tahun 2002 benar-
benar diterapkan. Hal tersebut dikarenakan perusahaan-
perusahaan tersebut harus mengeluarkan anggaran yang
tidak sedikit untuk dapat terus menggunakan program
bantu yang mereka perlukan. Sedangkan perusahaan
yang tidak mampu untuk membeli aplikasi yang mereka
perlukan harus berhenti menggunakan aplikasi tersebut.
Penghentian penggunaan program bantu tersebut akan
mengakibatkan sulitnya perusahaan tersebut untuk
bersaing dengan perusahaan yang mampu membeli
program bantu –program bantu yang mereka perlukan.
Dilihat dari segala permasalahannya, sangat
penting rasanya untuk mengadakan studi mengenai
kapasitas interaksi PM shearwall beton bertulang.
Diharapkan dari hasil studi tersebut didapatkan program
bantu yang dapat digunakan untuk membuat diagram
interaksi PM shearwall dengan lebih mudah.
Visual Basic 6.0 adalah salah satu bahasa
pemrograman yang dapat memfasilitasi kita dalam
menyusun suatu program bantu (software) disamping
banyaknya bahasa-bahasa pemrograman lain seperti
Borland Delphi, C+ +, Pascal, Matlab, FORTRAN, dan
sebagainya. Visual Basic memiliki banyak keunggulan
diantaranya memiliki banyak perintah, fungsi, dan
fasilitas yang berhubungan langsung dengan Windows
GUI (Graphicals User Interface), yaitu tampilan
Windows yang berbasis visual (grafis). Karena bahasa
pemrograman ini berbasis visual, maka sebagian besar
kegiatan pemrograman dapat difokuskan pada
penyelesaian problem utama dan bukan pada pembuatan
tampilannya. Keunggulan lain memakai Visual
Basic 6.0 adalah kemampuannya dalam
mengintegrasikan aplikasi lain seperti Microsoft Office
Excel, Microsoft Office Power Point, dan aplikasi-
aplikasi lain yang berbasis Windows.
I.2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir
ini adalah :
1 Bagaimana cara menyusun algoritma pemrograman
untuk menghitung suatu kapasitas shearwall dalam
menerima beban kombinsai aksial dan momen.
2 Bagaimana cara mendesain interface program
untuk menghitung suatu kapasitas shearwall dalam
menerima beban kombinsai aksial dan momen
sehingga mudah digunakan oleh pelaku teknik sipil.
3 Apakah output dari program bantu yang telah
dibuat nantinya dapat dipertanggungjawabkan
dengan membandingkannya dengan output dari
program serupa yang telah ada, dalam hal ini
adalah spColumn v4.2?
I.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyelesaian tugas ini adalah:
1. Menyusun algoritma pemrograman untuk
menghitung suatu kapasitas shearwall dalam
menerima beban kombinsai aksial dan momen.
2. Mendesain interface program untuk
menghitung suatu kapasitas shearwall dalam
menerima beban kombinasi aksial dan momen
yang mudah digunakan oleh pelaku teknik
sipil.
3. Mendesain program yang outputnya dapat
dipertanggung- jawabkan dengan melakukan
verifikasi terhadap hasil perhitungan program
spColumn v4.2
I.4. Batasan Masalah
Adapun batasan yang ditetapkan dalam
penyelesaian tugas akhir ini adalah :
1. Program bantu yang dibuat hanya untuk
menganalisa kapasitas shearwall dalam
menerima beban kombinasi aksial dan momen.
2. Profil shearwall yang dibahas hanya profil L.
3. Perhitungan yang dilakukan tanpa
memperhitungkan efek pengekangan.
4. Pengerjaan tugas akhir ini masih sebatas
analisis, belum desain.
5. Program yang digunakan untuk membuat
program dalam tugas akhir ini adalah program
Visual Basic 6.0.
I.5. Manfaat
Penyusunan Tugas Akhir ini diharapkan
dapat memberikan manfaat dalam bidang
ketekniksipilan, terutama dalam menambah wawasan
tentang kapasitas suatu shearwall beton bertulang dalam
menerima beban kombinasi aksial dan momen.
Program yang dihasilkan dari penyelesaian
tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan dengan
mudah baik oleh ahli maupun pemula dan dapat
menolong para perencana dalam menganalisa
kemampuan layan (serviceability) suatu shearwall beton
bertulang, sehingga dapat mengoptimasi elemen
shearwall yang direncanakan.
Dengan penyusunan Tugas Akhir ini
diharapkan dapat menjadi referensi untuk
mengembangkan program-program lain yang lebih
kompleks di masa yang akan datang, sehingga dapat
menambah wacana baru dalam bidang structural
engineering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DINDING GESER
Gaya horizontal yang bekerja pada bangunan
seperti misalnya gaya-gaya yang disebabkan oleh beban
angin atau gempa, dapat diatasi dengan berbagai cara.
Dalam banyak hal, daya pikul rangka kaku dari struktur
ditambah dengan sumbangan kekuatan yang diberikan
oleh dinding pasangan batu yang biasa serta pastisi-
partisi dapat memikul beban-beban angin. Namun
demikian, apabila beban horizontal yang bekerja
merupakan beban yang berat seperti misalnya beban-
beban yang dihasilkan oleh suatu gempa bumi, maka
perlu dipakai dinding-dinding geser yang terbuat dari
beton bertulang. Dinding-dinding ini dibuat semata-
mata untuk memikul gaya-gaya horizontal atau dinding-
dinding beton yang dibuat mengelilingi tangga atau lift
juga dapat berfungsi sebagai dinding-dinding geser.
Gambar 2.1 menunjukkan suatu bangunan
dengan gaya-gaya gempa atau angin yang ditunjukkan
oleh panah-panah yang bekerja pada tepi setiap lantai
atau atap. Permukaan-permukaan horizontal berfungsi
sebagai gelagar-gelagar tinggi untuk menyalurkan
beban-beban ke elemen-elemen vertikal A, B, C, dan D.
Selanjutnya dinding struktural ini berfungsi sebagai
gelagar-gelagar kantilever yang terjepit di dasarnya
untuk menyalurkan beban-beban ke bawah ke pondasi-
pondasi. Dinding-dinding tersebut mengalami beban-
beban geser yang harganya berubah-ubah, yang
mencapai harga maksimumnya pada bagian dasar.
Gambar2.1 Bangunan dengan dinding geser yang
mengalami beban-beban horizontal : (a) lantai tipikal;
(b) tampak muka; (c) tampak samping.
II.2. BEBAN AKSIAL DAN LENTUR PADA
SHEARWALL
Shearwall akan melentur akibat momen, dan
momen tersebut akan cenderung menimbulkan tekanan
pada satu sisi shearwall dan tarikan pada sisi lainnya.
Tergantung pada besar relatif momen dan beban aksial,
banyak cara yang dapat menyebabkan runtuhnya
shearwall. Gambar 2.2 memperlihatkan shearwall yang
memikul beban Pn. Dalam beberapa bagian dari gambar,
beban ditempatkan pada eksentrisitas yang semakin
besar (sehingga menghasilkan momen yang semakin
besar) sampai akhirnya seperti pada Gambar 6.f
diperlihatkan shearwall menerima momen lentur yang
besar sehingga pengaruh beban aksial diabaikan.
Setiap kasus dari keenam kasus tersebut
dibahas singkat sebagai berikut :
(a) Beban aksial besar dan momen diabaikan. Untuk
kondisi ini, keruntuhan akan terjadi oleh hancurnya
beton, dengan semua tulangan dalam shearwall
mencapai tegangan leleh dalam tekan.
(b) Beban aksial besar dan momen kecil sehingga
seluruh penampang tertekan. Jika suatu shearwall
menerima momen lentur kecil (yaitu jika
eksentrisitas kecil), seluruh shearwall akan tertekan
tetapi tekanan di satu sisi akan lebih besar dari sisi
lainnya. Tegangan tekan maksimum dalam
shearwall akan sebesar 0,85ƒ’c dan keruntuhan
akan terjadi oleh runtuhnya beton dan semua
tulangan tertekan.
(c) Eksentrisitas lebih besar dari kasus (b) sehingga
tarik mulai terjadi pada satu sisi shearwall. Jika
eksentrisitas ditingkatkan dari kasus sebelumnya,
gaya tarik akan mulai terjadi pada satu sisi
shearwall dan baja tulangan pada sisi tersebut akan
menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan
leleh. Pada sisi yang lain tulangan mendapat gaya
tekan.
(d) Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas terus
ditambah, akan dicapai suatu kondisi dimana
tulangan pada sisi tarik mencapai leleh dan pada
saat yang bersamaan, beton pada sisi lainnya
mencapai tekan maksimum 0,85ƒ’c. Kondisi ini
disebut kondisi pada beban berimbang.
(e) Momen besar, beban aksial relatif kecil. Jika
eksentrisitas terus ditambah, keruntuhan terjadi
akibat tulangan meleleh sebelum hancurnya beton.
(f) Momen lentur besar. Pada kondisi ini, keruntuhan
terjadi seperti halnya pada sebuah balok.
M
(f)
e
P
(e)
e
P
(d)
(c)
Pee
P
(b)(a)
P
Gambar 2.2 Shearwall menerima beban dengan
eksentrisitas yang terus diperbesar
II.3. KEKUATAN SHEARWALL TERHADAP
BEBAN SENTRIS
Tinjaulah suatu shearwall yang luas
penampang brutonya Ag dengan lebar b dan tinggi total
h, bertulangan baja dengan luas total Ast (terbagi pada
semua sisi shearwall). Luas bersih penampang beton
adalah Ag – Ast.
Gambar 2.3 menyajikan riwayat pembebanan
pada beton dan baja pada saat beban shearwall
meningkat. Pada awalnya, baik beton maupun baja
berperilaku elastis. Pada saat regangannya mencapai
sekitar 0,002 sampai 0,003, beton mencapai kekuatan
maksimum ƒ’c. Secara teoritis, beban maksimum yang
dapat dipikul oleh shearwall adalah beban yang
menyebabkan terjadinya tegangan ƒ’c pada beton.
Penambahan beban lebih lanjut bisa saja terjadi apabila
strain hardening pada baja terjadi di sekitar regangan
0,003.
fy
Beton hancur
f 'c
Regangan
beton pada f 'c
(Regangan
batas pada
beton)
Regangan
leleh
baja
Daerah
'strain hardening'
Baja leleh
Gambar 2.3 Hubungan tegangan-regangan pada beton
dan baja (beban sentris)
Dengan demikian kapasitas beban sentris
maksimum pada shearwall dapat diperoleh dengan
menambahkan kontribusi beton yaitu (Ag – Ast) 0,85 x
ƒ’c dan kontribusi baja, Ast, ƒy, Ag adalah luas bruto total
penampang beton dan Ast adalah luas total tulangan baja
= As + A’s. Yang digunakan dalam perhitungan di sini
adalah 0,85ƒ’c, bukan ƒ’c. Hal ini disebabkan oleh
kekuatan maksimum yang dapat dipertahankan pada
struktur aktual mendekati harga 0,85ƒ’c. Dengan
demikian, kapasitas beban sentris maksimum adalah P0
yang dapat dinyatakan sebagai :
P0 = 0,85ƒ’c (Ag – Ast) + Astƒy (2.1)
Perlu ditekankan di sini bahwa beban yang
sentris menyebabkan tegangan tekan yang merata di
seluruh bagian penampang. Ini berarti bahwa pada saat
terjadi keruntuhan, tegangan dan regangannya akan
merata di seluruh bagian penampang seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Geometri, regangan, dan tegangan
shearwall (beban sentris); (a) penampang melintang;
(b) regangan beton; (c) tegangan (dan gaya – gaya)
Mengadakan eksentrisitas sebesar nol
merupakan hal yang amat mustahil di dalam struktur
aktual. beberapa contoh yang dapat menyebabkan
eksentrisitas sangat mudah terjadi adalah misalnya
ketidaktepatan letak dan ukuran shearwall, beban yang
tidak simetris akibat perbedaan tebal pelat di sekitar
shearwall atau adanya ketidaksempurnaan lainnya.
II.4. RAGAM KERUNTUHAN PADA
SHEARWALL
Berdasarkan besarnya regangan pada
tulangan baja yang tertarik, penampang shearwall dapat
dibagi menjadi dua kondisi awal keruntuhan yaitu :
1. Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya
tulangan yang tertarik.
2. Keruntuhan tekan, yang diawali dengan
hancurnya beton yang tertekan.
Kondisi balanced terjadi apabila keruntuhan diawali
dengan lelehnya tulangan yang tertarik sekaligus juga
hancurnya beton yang tertekan.
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb
adalah beban aksial pada kondisi balanced, maka :
Pn < Pnb → keruntuhan tarik
Pn = Pnb → keruntuhan balanced
Pn > Pnb → keruntuhan tekan
Dalam segala hal, keserasian regangan (strain
compatibility) harus tetap terpenuhi.
II.4.1. KERUNTUHAN BALANCED PADA
PENAMPANG SHEARWALL
Jika eksentrisitas semakin kecil, maka akan
ada suatu transisi dari keruntuhan tarik utama ke
keruntuhan tekan utama. Kondisi keruntuhan balanced
tercapai apabila tulangan tarik mengalami regangan
lelehnya Ey dan pada saat itu pula beton mengalami
regangan batasnya (0,003) dan mulai hancur.
Dari segitiga yang sebangun dapat diperoleh
persamaan tinggi sumbu netral pada kondisi balanced,
cb yaitu
s
y
b
E
fd
C
003.0
003.0 (2.2)
Atau dengan menggunakan Es = 2 x 105 MPa :
yb
fdC
600
600 (2.3)
ybb
fdca
600
60011
(2.4)
Beban aksial nominal pada kondisi balanced Pnb dan
eksentrisitasnya eb dapat ditentukan.
Pnb = 0,85 ƒ’c b ab + A’sƒ’s - Asƒy (2.5)
Mnb = 0,85ƒ’c b ab (
y -
2
a) + A’sƒ’s (
y - d’) + Asƒy (d
y ) (2.6)
dimana
ƒ’s = 0,003 Es
b
b
c
dc '≤ ƒy (2.7)
dan
y adalah jarak tepi tertekan ke pusat plastis atau
geometris.
II.4.2. KERUNTUHAN TARIK PADA
PENAMPANG SHEARWALL
Awal keadaan runtuh dalam hal eksentrisitas
yang besar dapat terjadi dengan lelehnya tulangan baja
yang tertarik. Peralihan dari keruntuhan tekan ke
keruntuhan tarik terjadi pada e = eb. Jika e lebih besar
daripada eb atau Pn < Pnb, maka keruntuhan yang terjadi
adalah keruntuhan tarik yang diawali oleh lelehnya
tulangan tarik.
Dalam praktek biasanya digunakan
penulangan yang simetris, yaitu A’s = As, dengan
maksud mencegah kekeliruan dalam penempatan
tulangan tarik dan tulangan tekan. Penulangan yang
simetris juga diperlukan apabila ada kemungkinan
tegangan berbalik tanda, misalnya karena arah angin
atau gempa yang berbalik.
II.4.3. KERUNTUHAN TEKAN PADA
PENAMPANG SHEARWALL
Agar dapat terjadi keruntuhan yang diawali
dengan hancurnya beton, eksentrisitas e gaya normal
harus lebih kecil daripada eksentrisitas balanced eb dan
tegangan pada tulangan tariknya lebih kecil daripada
tegangan leleh, yaitu ƒs < ƒy.
II.5. DIAGRAM INTERAKSI SHEARWALL
BETON BERTULANG
Kapasitas penampang shearwall beton
bertulang dapat dinyatakan dalam bentuk diagram
interaksi aksial-momen (P-M) yang menunjukkan
hubungan beban aksial dan memen lentur pada kondisi
batas. Setiap titik kurva menunjukkan kombinasi P dan
M sebagai kapasitas penampang terhadap suatu garis
netral tertentu.
Suatu kombinasi beban yang diberikan pada
shearwall bila diplot ternyata berada di dalam diagram
interaksi shearwall, berarti shearwall masih mampu
memikul dengan baik kombinasi pembebanan tersebut.
Demikian pula sebaliknya, yaitu jika suatu kombinasi
pembebanan yang diplot ternyata berada di luar
diagram itu berarti kombinasi beban itu telah
melampaui kapasitas shearwall dan dapat menyebabkan
keruntuhan.
Hampir semua elemen struktur tekan pada
struktur beton diperlakukan untuk menerima momen
sebagai tambahan terhadap beban aksial. Hal ini bisa
diakibatkan oleh beban yang tidak terletak pada tengah
shearwall seperti pada Gambar 2.5 (b) atau juga sebagai
hasil penahan daripada keadaan tidak seimbang momen
pada ujung balok yang didukung oleh shearwall.
GAMBAR 2.5 BEBAN AKSIAL DAN MOMEN
PADA SHEARWALL
Jarak e diartikan sebagai eksentrisitas
terhadap beban. Kedua kasus ini pada dasarnya sama
yaitu beban P eksentris pada Gambar 2.5 (b) bisa diganti
dengan beban P yang bekerja pada aksis centroidal
ditambah dengan momen, M = Pe, terhadap sumbu
centroid. Beban P dan momen M dapat dikalkulasi
dengan memperhatikan geometri daripada aksis centroid
karena momen dan gaya yang didapatkan dari analisa
struktur dihitung terhadap aksis ini. Untuk
menggambarkan konsep hubungan antara momen dan
beban aksial pada shearwall, penyederhanaan
keseragaman dan shearwall elastis dengan kekuatan
tekan, fcu, sama dengan kekuatan tarik, ftu, akan
diperhitungkan. Kegagalan shearwall dalam kondisi
tersebut akan terjadi pada tekanan dimana maksimum
gaya yang bekerja mencapai fcu, seperti dibawah ini:
cufI
My
A
P (2.8)
dimana
A, I = Luas dan momen inersia daripada
penampang bruto beton.
y = Jarak dari aksis centroidal ke
permukaan tekan tertinggi
(permukaan A-A Gambar 2.5 (a)).
P = Beban aksial.
M = Momen.
Beban maksimum aksial yang dapat
didukung oleh shearwall terjadi pada saat M = 0, dan
Pmax = fcuA. Dengan cara yang sama, momen maksimum
yang dapat didukung oleh shearwall terjadi pada saat P
= 0, dan Mmax = fcuI/y. Dengan mensubtitusikan Pmax dan
Mmax didapatkan :
1maxmax
M
M
P
P (2.9)
Persamaan 2.9 dikenal sebagai persamaan
interaksi karena persamaan ini menunjukkan interaksi
hubungan antara P dan M pada saat terjadi kegagalan.
Persamaan ini digambarkan sebagai garis AB pada
Gambar 2.6. Dengan cara yang sama, persamaan untuk
beban aksial tarik, P, yang diambil alih oleh ftu,
digambarkan sebagai garis BC. Garis AD dan DC
merupakan hasil jika momen memberikan tanda
terbalik.
Gambar 2.6 biasanya disebut sebagai
diagram interaksi. Titik yang berada dalam kurva
interaksi ini menunjukkan kombinasi daripada P dan M
yang bersesuaian dengan tahanan penampang. Titik
yang berada didalam diagram, titik E, menunjukkan
kombinasi P dan M yang tidak akan menyebabkan
kegagalan. Beban kombinasi yang jatuh di luar kurva
interaksi, titik F melebihi tahanan penampang dan
menyebabkan kegagalan. Gambar 2.6 digambarkan
untuk bahan elastis dengan ftu = -fcu.
GAMBAR 2.6 DIAGRAM INTERAKSI UNTUK
SHEARWALL ELASTIS
Gambar 2.6 dengan titik A menunjukkan diagram
interaksi daripada bahan plastis dengan nilai fcu yang
terbatas tetapi dengan nilai kuat tarik, ftu, sama dengan
nol, dan Gambar 2.6 titik B menunjukkan diagram untuk
material dengan ftu = -fcu/2. Garis AB dan AD
mengindikasikan kombinasi beban yang bersesuaian
dengan kegagalan yang terjadi akibat tekanan (akibat
dari fcu), sementara garis BC dan DC mengindikasikan
kegagalan yang diakibatkan oleh tarik. Beton bertulang
merupakan bahan yang tidak elastis dan memiliki kuat
tarik yang lebih kecil daripada kuat tekannya. Kuat tarik
efektif telah dikembangkan dengan menggunakan
tulangan pada muka tarik shearwall.
II.6. PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI
AKSIAL MOMEN
Dari semua titik-titik yang diperlukan untuk
menggambar diagram interaksi, ada lima titik yang
harus ada pada kurva interaksi ini (Gambar 2.7).
Adapun titik-titik tersebut adalah :
1. Beban aksial tekan maksimum
Shearwall dalam keadaan beban konsentris dapat
dituliskan sebagai rumus dibawah ini :
Pno = (0.85 f’c)(Ag-Ast)+fy(Ast) (2.1)
Dimana
f’c = kuat tekan maksimum beton
Ag = penampang bruto shearwall
fy = kuat leleh tulangan
Ast = luas tulangan pada penampang
2. Beban aksial tekan maksimum yang diijinkan,
Pn maks = 0.8 P0 → Mn = Pn maks . emin (2.10)
3. Beban lentur dan aksial pada kondisi balanced,
nilainya ditentukan dengan mengetahui kondisi
regangan beton εcu = 0,003 dan baja εs = εy =
s
y
E
f (2.11)
4. Beban lentur pada kondisi beban aksial nol,
kondisi seperti balok.
5. Beban aksial tarik maksimum, Pn-T =
n
i
yst fA1
(2.12)
Kelima titik di atas adalah titik-titik
minimum yang harus ada pada kurva interaksi. Untuk
menambahkan ketelitian penggambaran kurva agar
menjadi kurva mulus maka dapat kita tambahkan titik-
titik lain, yaitu:
- titik di daerah keruntuhan tekan, yaitu titik-titik di
antara item 2 dan 3
- titik di daerah keruntuhan tarik, yaitu titik-titik di
antara item 3 dan 4
Gambar 2.7 Hubungan P-M pada keruntuhan
shearwall beton bertulang
Dalam menggambarkan diagram interaksi
secara keseluruhan, akan lebih mudah bila digunakan
metoda perbandingan regangan, yaitu suatu metoda
yang menggunakan suatu faktor tertentu (Z) sebagai
pengali, untuk menentukan nilai regangan tiap lapis
tulangan. Potongan penampang shearwall dan asumsi
distribusi regangan ditunjukkan oleh Gambar 2.8 (a)
dan 2.8 (b) berikut.
Gambar 2.8 Potongan penampang shearwall dengan
asumsi distribusi regangan dan tegangan, beserta tanda
dan notasi
Gambar 2.8 (a) menunjukkan ada 10 lapis
tulangan, lapisan 1 menunjukkan regangan εs1 dan luas
tulangan As1, dan seterusnya. Lapisan 1 merupakan
tulangan tertekan dan terletak sejarak d1 dari
permukaan serat tertekan. Distribusi regangan
didefinisikan dengan memakai regangan beton ultimate
εcu = 0.003 (untuk beton tak terkekang), dan dengan
menggunakan rumus perbandingan segitiga dapat
disumsikan nilai εs1. Untuk beton terkekang asumsi
nilai εcu berbeda-beda, tergantung padan metoda
pengekangan yang digunakan. Karena proses coba-
coba yang berulang-berulang dengan metoda
konvensional, maka diperlukan metoda
penyederhanaan. Hal ini dapat diselesaikan dengan
menentukan εs1 = Z εy (Gambar 2.8 (b)), dimana Z
adalah nilai yang dipilih secara sembarang. Nilai positif
daripada Z menunjukkan nilai positif (tekan) regangan.
Sebagai contoh, bila diambil Z = -1, akan bersesuaian
dengan εs1 = -1 εy, yaitu titik leleh regangan tarik.
Distribusi regangan seperti ini akan sesuai
dengan kondisi kegagalan seimbang (balanced failure).
Dari Gambar 2.8 (b) didapatkan posisi
garis netral c dengan memakai persamaan segitiga
1003.0
003.0d
yzc
(2.13)
Dan
ui
si cc
dc
(2.14)
Dimana εsi dan di berturut-turut adalah
regangan ke-I lapisan tulangan dan jarak lapisan
tulangan ke serat tekan terluar. Setelah nilai c dan εs1,
εs2, εs3 dan seterusnya diketahui, maka gaya yang
bekerja pada beton dan pada tiap lapisan tulangan
dapat dihitung.
Untuk kondisi elastis maupun plastis baja
tulangan, besarnya gaya tekan atau tarik tulangan
diberikan oleh persamaan 2.15, berdasarkan Gambar
2.9.
ssisi Ef (2.15)
Dengan batasan ysiy fff
Gambar 2.9 Asumsi batasan gaya yang bekerja pada
tulangan
Untuk beton tak terkekang (unconfined
concrete), gaya yang bekerja pada beton diwakili
dengan block stress persegi sesuai usulan Whitney.
Dimana tinggi blok tegangan diasumsikan sebagai
χβα 1 (2.16)
dimana nilai a seperti pada Gambar 2.8 (c), tidak
bisa melebihi keseluruhan tinggi
penampang shearwall
h. Faktor β1 sendiri merupakan faktor yang ditentukan
oleh mutu beton fc’, dan dapat dihitung melalui
persamaan berikut ini:
untuk 30' cf MPa
85,01 (2.17.a)
untuk 30 MPa cf ' 58 MPa
7
05.0)30'(85,01 cf (2.17.b)
untuk 58' cf MPa
65,01 (2.17.c)
Nilai 1 tidak lebih dari 0.85 dan tidak kurang dari
0,65
Untuk pendekatan luasan tegangan memakai
metoda block stress, Langkah selanjutnya ialah
menghitung gaya tekan pada beton, Cc, dan gaya pada
tiap lapisan tulangan yaitu Fs1, Fs2, , Fs3 dan
seterusnya. Cc untuk beton tak terkekang dapat
diselesaikan dengan mengalikan gaya yang bekerja
dengan luas daripada gaya yang bekerja tersebut,
abfCC c'85.0 (2.18)
Apabila posisi a lebih besar daripada
jarak di , maka lapisan tulangan tersebut
diperhitungkan sebagai tulangan tekan
sisisi AfF (Positif tekan) (2.19)
Jika a lebih besar daripada di untuk
lapisan tulangan tertentu, luas tulangan tekan pada
beton yang termasuk dalam luasan (ab) digunakan
untuk menghitung Cc, sebagai hasilnya, perlu adanya
pengurangan 0.85f’c dari fsi sebelum menghitung Fsi.
Nilai Fsi dapat dihitung sebagai berikut
sicsisi AffF )'85.0( (2.20)
Gaya-gaya yang bekerja pada potongan
penampang seperti Cc, Fs1, Fs2 dan seterusnya
ditunjukkan oleh Gambar 2.10 (b). Kapasitas beban
aksial shearwall (Pn) untuk distribusi regangan yang
diasumsikan merupakan penjumlahan dari gaya-gaya
yang telah disebutkan sebelumnya. Rumus Pn dapat
dilihat seperti pada persamaan dibawah ini :
n
isiFCCPn
1(2.21)
Gambar 2.10 Gaya-gaya internal dan lengan momen
Kapasitas momen Mn untuk distribusi
regangan yang diasumsikan dapat diperoleh dengan
menjumlahkan semua momen yang terjadi terhadap
centroid shearwall. Momen ini diperoleh dari
pengalian gaya dalam dengan panjang lengannya
terhadap centroid penampang sebagai sumbu (aksis)
untuk menganalisa penampang. Pada tahun 1950-an dan
1960-an, momen kadang-kadang dihitung sekitar
plastic centroid, yaitu lokasi daripada penjumlahan
gaya pada shearwall yang meregang secara
bersamaan dalam kondisi tekan. Centroid dan plastic
centroid merupakan titik yang sama pada shearwall
yang simetris dengan penempatan tulangan yang
simetris pula
Gaya-gaya pada Gambar 2.8 dan Gambar
2.10 semuanya menunjukkan gaya positif tekan.
Besarnya momen Mn dihitung dari serat atas tertekan
dapat dihitung dengan persamaan 2.22 dibawah ini :
2
1iba
n
isibbaba dtFttCCMn
(2.22)
Nilai Pn dan Mn untuk setiap asumsi
kondisi regangan kemudian dikumpulkan dan diplot
untuk menggambarkan diagram interaksi aksial-momen
secara utuh
II.7. METODA PERENCANAAN ELEMEN
STRUKTUR BETON BERTULANG
Metoda untuk perencanaan elemen struktur
beton bertulangada tiga macam. Yakni : Strength Design
Method, Limit State, Unified Design Method. Adapun
penjelasan mengenai ketiga metoda tersebut dapat
dilihat dibawah ini.
II.7.1 STRENGTH DESIGN METHOD
Strength design method (metoda perencanaan
kekuatan) ini dahulu dinamakan ultimate strength
method (metoda kekuatan
ultimat). Dimana dalam
metoda ini beban kerja dinaikkan secukupnya dengan
beberapa faktor untuk mendapatkan beban pada waktu
keruntuhan dinyatakan sebagai "telah di ambang pintu
(imminent)". Beban ini dinamakan sebagai beban
berfaktor (factored service load). Struktur atau unsurnya
lalu diproporsikan sedemikian hingga mencapai
kekuatannya pada saat bekerjanya beban berfaktor.
Perhitungan dari kekuatan ini memperhitungkan sifat
hubungan yang tidak linear antara tegangan dan
regangan dari beton. Metoda rencana kekuatan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Kekuatan yang tersedia kekuatan yang diperlukan
untuk memikul beban berfaktor
Dimana kekuatan yang tersedia (seperti
kekuatan momen) dihitung sesuai dengan peraturan dan
permisalan dari sifat yang ditetapkan oleh suatu
peraturan bangunan, dan kekuatan yang diperlukan
adalah kekuatan yang dihitung dengan menggunakan
suatu analisa struktur dengan menggunakan beban
berfaktor.
Dalam metoda ini, beban berfaktor (momen,
geser, gaya aksial, dan lain - lain) didapat_ dengan jalan
mengalikan beban kerja dengan faktor U sedangkan
kekuatan rencana diperoleh dengan jalan mengalikan
kekuatan nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan
(Ø ). Daktilitas dicapai pada saat regangan tulangan
tarik mencapai titik leleh sebelum beton mencapai
regangan ultimate yaitu 0,003. Kondisi tersebut
didefinisikan sebagai kondisi regangan seimbang. b
adalah rasio penulangan yang menghasilkan kondisi
regangan seimbang.
Perhitungan kekuatan lentur Mn yang
didasarkan pada distribusi tegangan yang mendekati
parabola dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan - persamaan yang ditetapkan (Wang dan
Salmon, 1985). C.S.Whitney dan Edward Cohen
("Guide for Ultimate Strength Design of Reinforced
Concrete", ACI Journal, November 1956) menyarankan
penggunaan suatu distribusi tegangan tekan pengganti
yang berbentuk persegi seperti Gambar 2.11, dipakai
suatu tegangan persegi dengan besar rata - rata 0,85f’c
dan tinggi a = β1c.
Gambar 2.11 Regangan dan distribusi tegangan
ekivalen untuk penampang yang menerima lentur dan
tekan.
Kekuatan nominal dicapai pada saat
regangan pada serat tekan ekstrim sama dengan
regangan runtuh beton (εcu). Pada waktu itu regangan
pada tulangan tarik As kemungkinan lebih besar atau
lebih kecil atau sama dengan εy = fy/Es, tergantung pada
perbandingan relatif dari tulangan terhadap beton.
Jika jumlah tulangan cukup sedikit
(underreinforced), maka tulangan akan meleleh sebelum
beton hancur, ini akan menghasilkan suatu ragam
keruntuhan yang daktail (ductile) dengan deformasi
yang besar. Sedangkan jika jumlah tulangan cukup
banyak (overreinforced) sehingga tulangan tetap dalam
keadaan elastis pada saat kehancuran beton maka ini
akan menghasilkas suatu ragam keruntuhan yang tiba -
tiba atau getas (brittle).
Pada metoda ini (USD) tegangan tidak
proporsional dengan regangannya dan prosedur beban
desain merupakan beban layan yang dikalikan dengan
suatu faktor beban. Sedangkan pada metoda WSM
tegangan yang terjadi proporsional dengan regangan
yang terjadi dan beban desain sama besarnya dengan
beban layan.
II.7.2 Limit State Method
Perkenalan daripada teori beban ultimat
untuk beton bertulang pada awalnya adalah untuk
menggantikan teori yang lama yaitu teori elastis, namun
seiring perkembangan ilmu pengetahuan membawa
setiap teori tersebut ke persepektifnya masing – masing
dan telah menunjukkan aplikasi teori – teori tersebut
kepada konsep yang lebih luas yang kemudian disatukan
dalam teori limit state. Dimana Service Ability Limit
State menggunakan teori elastis dan Ultimate Limits
State of Colapse menggunakan teori beban ultimat.
SNI 2002 saat ini menggunakan metoda
perencanaan batas ini (Limit State Method). Limit state
adalah sebuah kondisi batas dimana sebuah stuktur
menjadi tidak layak digunakan sebagaimana mestinya.
Tujuan daripada desain ini adalah untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya keadaan limit state selama
umur design sampai pada tingkat yang bisa diterima.
Kondisi - kondisi batas ini dibagi menjadi dua kategori:
1. Batas limit ultimate ini berkaitan dengan
kapasitas untuk menerima beban maksimum
(kekuatan dari struktur).
2. Batas limit kelayanan (serviceability limit state);
ini berkaitan dengan kriteria (ketahanan) pada
kondisi dibawah beban normal/kerja
Desain penampang dengan metoda keadaan
batas ultimate memiliki asumsi bahwa panampang beton
bertulang didisain dalam kondisi regangan plastisnya.
Dalam hal ini beton mencapai kekuatan tekan
maksimumnya dan baja mencapai leleh. Kekuatan
nominal penampang tersebut setelah dikalikan dengan
faktor reduksi kekuatan harus mampu menerima beban
berfaktor.
Untuk menjamin keamanan struktur, metoda
ini menggunakan filosofi keamanan LRFD (Load
Resistance Factor Design), yaitu :
kuat rencana > kuat perlu ( QR )
dimana :
Ø = faktor reduksi,
R = resistance atau kekuatan nominal,
λ = faktor beban, dan
Q = beban kerja
Pada metoda batas ultimate, faktor keamanan
didasarkan pada suatu metoda desain probabilistik
dimana parameter - parameter dasarnya (beban,
kekuatan dari material, dimensi, dsb) diperlakukan
sebagai suatu nilai yang acak (random). Dimana ada
beberapa faktor yang dapat digolongkan didalam dua
kategori umum: faktor yang berhubungan dengan
pelampauan beban dan faktor yang berhubungan dengan
kekurangan kekuatan. Beban berlebih dapat terjadi
akibat kemingkinan perubahan dari penggunaan dari
tujuan semula struktur tersebut direncanakan, dapat juga
akibat penaksiran yang kurang dari pengaruh beban
akibat terlalu disederhanakannya prosedur perhitungan,
dan akibat pengaruh dari urut - urutan dari metoda
pelaksanaan. Kekurangan kekuatan dapat diakibatkan
oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan,
pengerjaan, dimensi, pengendalian, dan pengawasan,
sekalipun masih didalam toleransi yang disyaratkan.
Sedangkan metoda batas kelayanan bertujuan
untuk melihat tingkat kelayanan elemen struktur sebagai
akibat daripada adanya defleksi, ketahanan atau
durabilitas, kerusakan local akibat retak, belah maupun
spalling yang semuanya di control terhadap beban kerja
yang ada atau sesuai dengan teori elastis.
Ketentuan mengenai faktor reduksi pada elemen struktur
akibat tekan dan lentur yang ada pada SNI 2002 atau
pada Limit State ini mengacu pada pasal 9.3.2.2 dimana
:
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur :
Komponen struktur tulangan spiral0.7
Komponen struktur lainnya0.65
Namun bila beban aksial yang bekerja lebih
kecil dari 0.1f’c Ag maka faktor reduksi tersebut boleh
ditingkatkan hingga 0.8 (SNI-2002) atau 0.9 (ACI 318-
1999), hal ini untuk menunjukkan bahwa struktur
mengalami beban aksial yang kecil dan mengalami
beban lentur yang besar, atau pada saat itu shearwall
hampir berperilaku sama dengan balok.
P
0.8
0.7
0.65
Aksial Tarik Aksial Tekan Kecil
Kolom Bertulangan Spiral
Kolom Bersengkang
7.0'1.0
1.08.0
cAgf
Pu
65.0'1.0
15.08.0
cAgf
Pu
0.1f'cAg0
GAMBAR 2.12 FAKTOR REDUKSI SNI 2002
UNTUK BEBAN AKSIAL DAN LENTUR
II.7.3. UNIFIED DESIGN METHOD
Konsep perhitungan menggunakan ketetapan
unified design (Unified Design Provisions) ini pertama
kali diperkenalkan oleh Robert F. Mast (`Unified
Design Provisions for Reinforced and Prestressed
Concrete Flexural and Compression Members', ACI
Journal, Maret - April 1992). Konsep utama yang
berubah dalam unified design ini adalah tentang bagian
lentur diganti dengan konsep "tension controlled
sections". Selain itu, juga dibuat satu konsep tentang
"compression controlled sections". Tension dan
compression controlled sections didefinisikan dalam
hubungannya dengan regangan tarik tulangan pada
kekuatan nominal. Rasio penulangan dalam keadaan
seimbang (ρb) tidak lagi diperlukan. Keuntungan dari
cara berpikir ini adalah memperjelas perlakuan untuk
bagian - bagian yang menerima beban aksial yang kecil
maupun yang menerima beban aksial yang besar.
Ketentuan tentang faktor reduksi kapasitas (φ) juga
diganti.
Tujuan pemakaiaan faktor reduksi adalah:
Adanya kemungkinan variasi dari kekuatan
material dan dimensi.
Adanya kemungkinan ketidaktelitian dalam
perencanaan.
Mencerminkan arti pentingnya suatu bagian dalam
struktur.
Diharapkan struktur mampu menerima beban yang
direncanakan.
GAMBAR 2.13 VARIASI φYANG TERJADI
BERDASARKAN ΕT YANG TERJADI
(FY = 400MPA).
Nilai φ menurut unified design:
Tension Controlled Members : 0.9
Compression Controlled Members : 0.65
atau 0.7 (untuk tulangan Spiral), dengan transisi
diinterpolasikan secara lurus berdasarkan regangan
yang ada.
Faktor reduksi yang lebih rendah diberikan
untuk kondisi compression daripada kondisi tension
karena kondisi compression memberikan daktilitas yang
lebih rendah. Kondisi compression juga lebih sensitif
terhadap variasi dari kekuatan beton. Bagian yang
menggunakan tulangan spiral diberikan faktor reduksi
yang lebih tinggi karena mereka memiliki daktilitas
yang lebih tinggi.(ACI 318-02).
Regangan tarik bersih di atas diukur pada
dekstrem (jarak dari tulangan pratekan atau non pratekan
yang terjauh ke serat tekan terluar). Regangan pada
dekstrem ini sebagai tanda yang baik untuk menunjukkan
daktilitas, potensial keretakan, maupun lebar keretakan
dari elemen struktur beton.
GAMBAR 2.14 BERBAGAI MACAM KRITERIA
REGANGAN PADA PENAMPANG BETON
MENURUT UNIFIED DESIGN METHOD
Jadi dengan adanya konsep unified design ini
perhitungan - perhitungan untuk mendesain penampang
elemen beton dapat disederhanakan dengan
menggunakan kondisi regangan untuk menjelaskan
batas - batas antara kelakuan "tension controlled
sections" dan "compression controlled sections", yaitu
dengan satu perubahan dalam menentukan jarak dari
serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik (d) yang
nantinya digunakan untuk membuat batas - batas
tersebut untuk menentukan besarnya faktor reduksi (φ)
dalam menghitung kapasitas penampang. Dengan
konsep dan definisi yang baru tersebut berarti nantinya
hanya akan ada satu batasan - untuk menghitung
kapasitas penampang untuk semua elemen beton. Baik
itu shearwall, kolom, balok, beton bertulang biasa,
maupun beton pratekan. Dan hal tersebut berlaku sama
untuk berbagai macam bentuk penampang. Dalam
menganalisa penampangnya metoda unified design ini
menggunakan metoda kekuatan batas sama seperti
halnya di SNI 2002.
II.8. Ketentuan Desain Shearwall Sesuai SNI 2847-
2002
Berikut ini adalah beberapa ketentuan
dalam mendesain suatu shearwall sesuai SNI 2847-
2002 :
a.Rasio penulangan ρv dan ρn
Sesuai pasal 23.6.2.1 pada SNI 2847-2002
bahwa rasio penulangan ρv dan ρn untuk dinding
struktural tidak boleh kurang dari 0.0025 pada arah
sumbu longitudinal dan transfersal. Apabila gaya geser
rencana tidak melebihi ccv fA '12
1
tulangan
minimum untuk dinding struktural dapat mengikuti
pasal 16.3.2. SNI 2847-2002 yakni:
0.0012 untuk batang ulir yang tidak lebih
besar dari pada D16 dengan tegangan leleh
yang disyaratkan tidak kurang daripada 400
MPa
0.0015 untuk batang ulir lainnya
b. Spasi
Sesuai pasal 23.6.2.1 SNI 2847-2002, Spasi
tulangan untuk masing-masing arah pada dinding
struktural tidak boleh melebihi 450 mm.Penulangan
yang disediakan untuk kuat geser harus menerus dan
harus tersebar dalam bidang geser.
c. Jumlah layer
Sesuai pasal 23.6.2.2 SNI 2847-2002,
paling sedikit dua lapis tulangan harus dipasang pada
dinding apabila gaya geser bidang berfaktor yang
dibebankan ke dinding melebihi ccv fA '6
1
d. decking
Sesuai pasal 16.3.4.1 SNI 2847-2002, satu
lapis tulangan, yang terdiri dari kurang daripada
setengah dan tidak lebih daripada dua pertiga jumlah
total tulangan yang dibutuhkan pada masing-masing
arah, harus ditempatkan pada bidang yang berjarak
tidk kurang daripada 50mm dan tidak lebih daripada
sepertiga ketebalan dinding dari permukaan luar
dinding. sedangkan pada pasal 16.3.4.2 disebutkan
untuk lapisan lainnya, yang terdiri dari sisa tulangan
dalam arah tersebut di atas,harus ditempatkan pada
bidang yang berjarak tidak kurang dari 20mm dan
tidak lebih dari sepertiga tebal dinding dari permukaan
dalam dinding.
e. Special boundary element
Kebutuhan komponen batas khusus ditepi-
tepi dinding struktural harus dievaluasi berdasarkan
pasal 23.6.6.2 atau pasal 23.6.6.3 SNI 2847-2002.
1. Daerah tekan harus diberi komponen batas
khusus dimana : (23.6.6.2(a))
keterangan:
lw = panjang horizontal dinding, mm
= perpindahan rencana, mm
hw=tinggi total dinding diukur dari dasar ke
puncak
2. Dinding struktur yang tidak direncanakan
sesuai pasal 23.6.6.2 harus memiliki
komponen batas khusus disekeliling sisi
luarnya dan tepi-tepi bukaan dinding
tersebut dimana tegangan tekan tepi pada
serat terluar, akibat beban-beban terfaktor
termasuk pengaruh beban gempa,
melampaui 0.2 f’c.
(23.6.6.3)
BAB III
METODOLOGI
III.1. Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir
Agar suatu tugas akhir dapat diselesaikan
secara lebih mudah dan terstruktur, maka perlu dibuat
suatu diagram alir. Adapun diagram alir penyelesaian
tugas akhir dengan judul Studi Kapasitas Interaksi P-M
Shearwall Beton Bertulang Dengan Bantuan Visual
Basic 6.0 dapat dilihat pada Gambar 3.1
Start
Pendahuluan
dan
Tinjauan Pustaka
Konsep
Diagram Interaksi P-M
Shearwall
Algoritma
dan
Metode Iterasi
Studi Literatur
A
Gambar 3.1 Flowchart penyelesaian tugas akhir
Membuat
Program
Running Program
Output benar ?
Penyusunan Laporan
Tugas Akhir
Finish
Tidak
Ya
Berhasil
Tidak
A
Gambar 3.1 Flowchart penyelesaian tugas akhir
(lanjutan)
III.2. Penjelasan Penyelesaian Tugas Akhir
Langkah-langkah penyusunan tugas akhir ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan studi literatur
mengenai konsep dasar shearwall termasuk tipe – tipe
shearwall, perilakunya ketika menerima beban aksial
dan momen lentur serta kapasitas shearwall yang
digambarkan dalam diagram interaksi P-M shearwall.
Literatur-literatur yang digunakan antara lain :
1. J.G. MacGregor, Reinforced Concrete
Mechanics and Design Second Edition
2. C.K. Wang dan C.G. Salmon, Reinforced
Concrete Design Fourth Edition
3. Whitney, C.S., dan Cohn, E. “Guide for
Ultimate Strength Design or Reinforced
Concrete”
4. Mast, R,F. “Unified Design Provisions for
Reinforced and Prestressed Concrete Flexural
and Compression Members”.
5. R. Purwono, Tavio., Imran, I., dan Raka , I,G,P.
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
Dilengkapi Penjelasan (S-2002)
6. W. Dewobroto, Aplikasi Sain dan Teknik dengan
Visual Basic 6.0
7. Muhtadi, Rizal. 2010. Studi Diagram Interaksi
Shearwall Beton Bertulang dengan Bantuan
Visual Basic 6.0. Tugas Akhir di Jurusan Teknik
Sipil, FTSP-ITS.
2. Pendahuluan dan Tinjauan Pustaka
Pada tahap ini akan dibahas mengenai :
1. Latar Belakang
2. Perumusan masalah
3. Tujuan dan batasan masalah
4. Dasar teori yang berkaitan dengan shearwall
3. Konsep Diagram Interaksi P-M Shearwall
Menurut Nawy (1985) untuk menentukan
diagram interaksi PM suatu shearwall perlu
mempelajari sifat diagram interaksi yang ada
dengan mendapatkan minimal lima titik yaitu :
1. Beban aksial tekan maksimum
Beban aksial tekan maksimum pada Shearwall
dalam keadaan beban konsentris dapat dituliskan
sebagai rumus dibawah ini :
Po = (0.85 f’c)(Ag-Ast) + fy(Ast)
Dimana
f’c = kuat tekan maksimum beton
Ag = penampang bruto shearwall
fy = kuat leleh tulangan
Ast = luas tulangan pada penampang
2.Beban aksial tekan maksimum yang diijinkan,
Pn maks = 0.8 P0
3.Beban lentur dan aksial pada kondisi balanced,
nilainya ditentukan dengan mengetahui kondisi
regangan beton εcu = 0,003 dan baja εs = εy =
s
y
E
f
4.Beban lentur pada kondisi beban aksial nol,
kondisi seperti balok.
5.Beban aksial tarik maksimum, Pn-T =
n
i
yst fA1
Kelima titik di atas adalah titik-titik
minimum yang harus ada pada kurva interaksi. Untuk
menambahkan ketelitian penggambaran kurva agar
menjadi kurva mulus maka dapat kita tambahkan titik-
titik lain dimana setiap penambahan titik pada kurva
diperlukan dua buah titik yaitu untuk mengantisipasi
dua kondisi keruntuhan yang terjadi. Setelah diagram
interaksi P-M shearwall tergambar maka langkah
selanjutnya adalah mengiterasi titik kombinasi agar
tepat pada garis kurva diagram interaksi P-M tersebut.
4. Algoritma Dan Metode Iterasi
Sebuah potongan melintang penampang
beserta diagram regangan dan gaya-gaya pada shearwall
dapat digambarkan seperti Gambar 3.2 dibawah ini :
Gambar 3.2 Gambar (a) potongan penampang shearwall
(b) diagram regangan shearwall (c) diagram gaya yang
bekerja pada shearwall
Alur untuk menggambar diagram interaksi P-
M shearwall dapat dilihat seperti pada Gambar 3.3.
Start
max003,0
003,0d
zc
y
ha
ca
0
1
Hitung a
05,0 zz
1i
Input Data
f’c, fy,ey, cw1, ch1, fw, ft, cw2, ch2,
wh, wt, cw3, ch3
ya1, ya2, If ch1 > ch2 Then
ya = ya1 Else ya = ya2
C
y
z
lh
003.0
maxmax,
A B
Gambar 3.3 Flowchart diagram interaksi P-M shearwall
321
cccccccc
3
1
322
1
cctiberccyacctiberccya
cctiberccyaMn cc
21 cccccc
21 21 cctiberccyacctiberccyaMn cc 1cccc
11 cctiberccyacc
Mn Nilai a
A
D
j=1
j= ntul
)()( jsyjs Ef
yjsy fff )(
)()()( jjsjs dFM
)( jssS FFF
)( jsss MMnMn
)()()( jsjsjs AfF
003,0)(
)(
c
dc jjs
B2/min)max( chcha 2/)max(2/min)max( ftchachch
2/)max(2/)max( ftchaftch
C
C
)2/min)max((max2/)max( chchchaftch
4321cccccccccc
4
3
1
4
322
1
cctiberccya
cctiberccyacctiberccya
cctiberccyaMn cc
54321cccccccccccc
5
43
1
5
43
221
cctiberccya
cctiberccyacctiberccya
cctiberccyacctiberccyaMn cc
)1(max whchach
max)2/min)max((max chachchch
654321cccccccccccccc
65
43
1
65
43
221
cctiberccyacctiberccya
cctiberccyacctiberccya
cctiberccyacctiberccyaMn cc
3)1()1( chwhchawhch
7654321cccccccccccccccc
7
6
5
4
3
1
7
6
5
4
3
22
1
cctiberccya
cctiberccya
cctiberccya
cctiberccya
cctiberccya
cctiberccya
cctiberccyaMn cc
sn FccP
scc MnMnMn
MethodLimit State MethodUnified Method
),( PnMnPlot
i=1000
Finish
Nominal
t8348.0
9.065.0 1
D C
65,0'1,0
15.08,0
gc
u
Af
P
ya
tidak
Gambar 3.3 Flowchart penggambaran diagram interaksi P-M shearwall (lanjutan)
Gambar 3.3 Flowchart penggambaran diagram interaksi P-M shearwall (lanjutan)
Keterangan :
cw1 = lebar kolom 1 (kolom kiri atas)
ch1 = tinggi kolom 1 (kolom kiri atas)
fw = lebar dinding sayap
ft = tebal dinding sayap
cw2 = lebar kolom 2 (kolom kanan atas)
ch2 = tinggi kolom 2 (kolom kanan atas)
wh =tinggi dinding badan
wt =tebal dinding badan
cw3 = lebar kolom 3 (kolom kiri bawah)
ch3 = tebal kolom 3 (kolom kiri bawah)
f’c = mutu beton
fy = mutu tulangan baja
c = titik berat penampang shearwall
B1 = Beta Indeks
a = penyederhanaan tinggi bentuk gaya tekan
beton
cc = Gaya tekan yang dialami beton
As = luas tulangan
εy = regangan tulangan baja terjauh dihitung
sisi beton yang tertekan
Ey = modulus elastis tulangan baja
P = gaya aksial
M = momen
ø = faktor reduksi
εt = regangan tulangan baja terluar
ya = titik berat penampang shearwall ditinjau
dari serat beton tertekan sb.x
hmax = tinggi maksimum penampang shearwall
lmax = lebari maksimum penampang
shearwall
tibercc = titik berat gaya tekan yang dialami beton
BAB IV
LANGKAH-LANGKAH VERIFIKASI
PROGRAM SHEARWALL
DENGAN
PROGRAM SPCOLUMN v4.2
IV.1 Pendahuluan
Program bantu untuk menganalisa kapasitas
Shearwall dalam menerima beban kombinasi Axial dan
Momen ini dinamakan Shearwall. Program bantu ini
dibuat dengan menggunakan program bantu Visual
Basic 6.0. Tampilan Program Shearwall dibuat
sesederhana mungkin dan dapat dikatakan bahwa
program bantu ini memiliki tampilan yang hampir
menyerupai spColumn v4.2. Hal tersebut sengaja
dilakukan agar pengguna baru program ini tidak
mengalami kesulitan untuk mengoperasikannya dan
bagi pengguna yang telah lebih dulu menguasai
spColumn v4.2 bisa langsung mengoperasikan program
Shearwall ini. Adapun Hasil analisa dari program
Shearwall adalah berupa nilai hasil perhitungan yang
ditabelkan dan digambar dalam sebuah diagram
interaksi axial dan moment.
IV.2 Pengoperasian Program Shearwall
Tahap pertama dalam melakukan proses
verifikasi ini dimulai dengan menganalisis sebuah
penampang shearwall beserta penulangan serta
materialnya yang disusun menggunakan program bantu
Shearwall. Contoh yang diambil dalam penjelasan
langkah-langkah verifikasi ini adalah Studi Kasus 1
dengan data penampang sebagai berikut :
Material
Mutu beton (f’c) : 40 MPa
Mutu baja(fy) : 300 MPa
Modulus elastis (E) : 200000MPa
Dimensi Penampang
cw1 : 400 mm wh : 6000 mm
ch1 : 400 mm wt : 300 mm
fw : 6000 mm cw3 : 400 mm
ft : 300 mm ch3 : 400 mm
cw2 : 400 mm
ch2 : 400 mm
Tulangan
Kolom (cw1-ch1) : 12 D25
Sayap shearwall : 40 D16
Kolom (cw2-ch2) : 12 D25
Badan shearwall : 40 D16
Kolom (cw3-ch3) : 12 D25
Decking : 50mm
Detail gambar penampang shearwall pertama dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 : Detail penampang shearwall untuk Studi
Kasus 1
1. Input Data Material
Buka program Shearwall yang terletak di
“C:\Program Files\Shearwall\Shearwall” pada komputer
Anda dengan double click, atau di “Start>All
Programs>Shearwall>Shearwall”. Setelah itu, tunggu
beberapa saat sampai muncul jendela utama program
Shearwall seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 : Menu Utama Program Shearwall
Setelah berhasil membuka program Shearwall
pada komputer Anda, klik “Input>Material Properties”
atau bisa juga dilakukan dengan cara mengetikkan
shortcut Ctrl+M maupun dengan klik toolbar dengan
logo . Maka kemudian akan muncul menu
“Material Properties” seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 : Menu Material Properties Shearwall
Setelah muncul menu tersebut, mulai
masukkan data material yang ada dan klik “OK” untuk
menyimpan data yang telah diisikan.
2. Input Data Penampang Serta Tulangan
Setelah selesai dengan menu “Material
Properties”, langkah berikutnya adalah dengan input
data penampang serta tulangan. Klik “Input>Section and
Reinforcement” atau bisa juga dilakukan dengan cara
mengetikkan shortcut Ctrl+T maupun dengan klik
toolbar dengan logo . Maka kemudian akan
muncul menu “Section and Reinforcement” tab
“Section” seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 : Menu Section and Reinforcement tab
Section
Seperti yang dapat dilihat bahwa pada menu
ini terdapat dua tab, yang pertama adalah tab “Section”
seperti pada Gambar 4.4, dan tab “Reinforcement”
seperti pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 : Menu Section and Reinforcement tab
Reinforcement
Untuk tata cara proses pengisian data
penampang dan data tulangan dapat dibaca secara
lengkap pada manual yang telah tersedia, yang dapat
diakses dengan double click pada “C:\Program
Files\Shearwall\Shearwall Manual”, atau di : “Start>All
Programs>Shearwall>Shearwall Manual”. Dikarenakan
dalam hal ini yang dibahas adalah contoh Studi Kasus 1,
maka data penampang dan penulangannya dapat
langsung diisikan dengan cara klik “Option>Case 1”.
Setelah itu, klik “OK” untuk menyimpan data yang telah
diinput.
Dikarenakan pada Studi Kasus 1 ini tidak
mencantumkan beban yang harus diisikan, maka kita
dapat melewatkan proses pengisian data beban. Untuk
mengetahui lebih detail mengenai tata cara proses
pengisian data beban dapat langsung dibaca pada
manual yang telah tersedia.
3. Memilih Metode Perhitungan
Setelah data penampang serta tulangan selesai
dimasukkan, langkah berikutnya adalah memilih metode
perhitungan. Untuk memilih metode perhitungan yang
akan digunakan dalam proses analisis dapat dilakukan
dengan mengeklik menu “Option>Method”. Pada sub
menu “Method” tersebut pengguna dapat memilih salah
satu metode perhitungan yang akan digunakan dengan
cara klik pada metode yang diinginkan. Pilihan metode
yang dapat digunakan adalah “Nominal Strength”, “SNI
2847-2002 (Limit State Theory)” dan “ACI 318-2002
(Unified Design Theory)”. Secara default, metode yang
dipilih pada program Shearwall ini adalah metode “ACI
318-2002 (Unified Design Theory)”.
4. Memilih Sumbu
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan
adalah dengan memilih sumbu yang akan digunakan
dalam perhitungan. Pilihan sumbu dapat kita lihat
dengan klik “Run Axis”. Sumbu yang tersedia adalah
sumbu X, atau terbaca “X-Axis” pada program
Shearwall, dan sumbu Y, atau terbaca “Y-Axis” pada
program Shearwall.
5. Menjalankan Proses Perhitungan
Setelah semua data yang dibutuhkan untuk
proses perhitungan dimasukkan, langkah selanjutnya
adalah menjalankan proses perhitungan. Untuk memulai
proses perhitungan klik menu “Execute” atau dengan
klik toolbar dengan logo dan proses perhitungan
pun dapat dimulai. Setelah beberapa saat, hasilnya pun
akan dapat dilihat. Hasil perhitungannya ditabelkan
seperti terlihat pada Gambar 4.6, yang ditampilkan
dengan cara klik “Result>P-M Calculation” dan diagram
hasil dari tabel seperti terlihat pada Gambar 4.7.
Diagram pertama yang akan muncul setelah menekan
“Execute” adalah diagram interaksi momen (-) dan
momen (+). Untuk menampilkan diagram interaksi
dengan momen (-) saja atau pun momen (+) saja dapat
dipilih dengan klik beberapa menu toolbar yang telah
tersedia, seperti :
: Menampilkan grafik momen(-) dan
momen(+)
: Menampilkan grafik momen(-) saja
: Menampilkan grafik momen(+) saja
Gambar 4.6 : Tampilan Menu Hasil Perhitungan
Shearwall
Gambar 4.7 : Tampilan diagram interaksi aksial dari
Program Shearwall
6. Menampilkan Data Hasil Perhitungan
Setelah hasil perhitungan selesai dilakukan,
dan “P-M Table” telah dimunculkan, maka tahap
berikutnya adalah menampilkan data hasil perhitungan
tersebut dengan program Microsoft Office Excel dengan
cara klik tombol “Export” yang posisi tombolnya dapat
dilihat pada Gambar 1.6. Tunggu beberapa saat hingga
seluruh data hasil perhitungan telah sepenuhnya
ditampilkan pada program Microsoft Office Excel.
NB : Ketika proses eksport sedang berjalan, tidak
disarankan untuk mengganggu jalannya proses tersebut,
karena dikhawatirkan akan terjadi kebolongan pada data
yang dieksport (data yang dieksport tidak lengkap). Jika
sampai terjadi hal ini, tutup program Microsoft Office
Excel tersebut, dan klik ulang tombol “Export”.
Setelah proses eksport selesai, silakan dicek
ulang kelengkapan data yang dieksport. Jumlah data
yang dieksport haruslah berjumlah 1000 data. Setelah
itu save file tersebut. Setelah proses pengecekan selesai
dan data yang ada telah dieksport sepenuhnya dan telah
di-save, maka langkah-langkah verifikasi pada bagian
program Shearwall ini telah tuntas.
IV.3 Pengoperasian Program spColumn v4.2
Tahap kedua dalam melakukan proses
verifikasi ini adalah menganalisis penampang pada
Studi Kasus 1 tersebut dengan menggunakan program
bantu spColumn v4.2.
1. Input Informasi Umum
Buka program spColumn v4.2 yang terletak di
“C:\Program Files\StructurePoint\spColumn\spColumn”
pada komputer Anda dengan double click, atau di
“Start>All Programs>
StructurePoint>spColumn>spColumn”. Setelah itu,
tunggu beberapa saat sampai muncul jendela utama
program spColumn v4.2 seperti yang terlihat pada
Gambar 4.8.
Gambar 4.8 : Menu utama Program spColumn v4.2
Klik “Input>General Information…”, atau
untuk lebih cepatnya, bisa langsung klik logo .
Setelah muncul menu “General Information”, centang
data-data berikut :
Units : Metric
Run Option : Investigation
Run Axis : About X-Axis
Design Code : ACI 318-02
Consider slenderness : No
Setelah itu, klik”OK” untuk menyimpan informasi
tersebut. Data informasi tersebut akan digunakan untuk
seluruh perhitungan yang akan kita jalankan nantinya,
jadi jika kita hendak mengganti “Run Axis”, “Design
Code” dan lain sebagainya, kita harus klik menu
tersebut untuk merubahnya.
2. Input Data Material
Setelah input informasi umum, tahap
berikutnya adalah input data material dengan klik
“Input>Material Properties…” atau bisa juga dilakukan
dengan cara klik logo . Maka kemudian akan
muncul menu “Material Properties” seperti pada
Gambar 4.9.
Gambar 4.9 : Menu Material Properties spColumn v4.2
Setelah muncul menu “Material Properties”,
masukkan data-data material yang sesuai dengan Studi
Kasus 1, lalu klik “OK” untuk menyimpan data-data
tersebut.
3. Input Data Penampang
Tahap berikutnya dalam proses ini adalah
dengan membuat penampang shearwall yang sama
persis dengan penampang yang telah dibuat dengan
program bantu Shearwall.
Klik “Input>Section>Irregular”, maka akan
muncul sebuah jendela “spSection” dengan menu
“Drawing Area” di tengah-tengah layar, yang akan
digunakan untuk mengatur drawing area tersebut, yang
tampak seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 : Jendela Section bagian penampang
dengan menu pengaturannya
Dikarenakan pada Studi Kasus 1 ini
penampang yang dibuat berukuran 6800x6800, maka
untuk pengaturan “Limits” bisa dimasukkan data
sebagai berikut :
X Y
Minimum -3500 -3500
Maximum 3500 3500
Sedangkan untuk pengaturan “Grid” dan “Snap” bisa
dimasukkan data sesuka hati. Untuk panduan saja, bisa
dimasukkan value 100 untuk masing-masing sumbu
pada “Grid”, dan 50 untuk masing-masing sumbu pada
“Snap”. Setelah itu klik “OK” untuk menyimpan
datanya. Jika hendak melakukan pengaturan ulang
mengenai “Drawing Area” ini, dapat dilakukan dengan
klik “Main>Drawing Area”.
Ketika kita menggerakkan pointer mouse pada
jendela “spSection” ini, maka kita juga dapat
mengetahui berada di koordinat berapa pointer mouse
kita dengan melihat ke sudut kiri bawah layar. Kita
dapat melakukan penggambaran penampang ini dengan
2 cara. Cara yang pertama adalah dengan menggambar
bebas pada jendela ini dengan klik kiri untuk setiap titik
sudut penampangnya, dan diakhiri dengan klik kanan
untuk menutup penampang yang kita gambar. Cara yang
kedua adalah dengan klik “Edit>Modify…”. Maka akan
muncul menu “Section” seperti pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 : Menu Section
Pada menu “Section” ini, kita dapat
memasukkan koordinat setiap titik sudut pada
penampang yang kita inginkan dengan input datanya
pada bagian “X-coord” maupun “Y-coord”, dan
kemudian klik “Insert” untuk memasukkan datanya, klik
“Modify” untuk merubah titik yang telah ada, dan klik
“Delete” untuk menghapus titik yang telah ada.
Kemudian klik “OK” untuk menyimpan datanya.
Masukkan semua data koordinat dari
penampang pada Studi Kasus 1 sehingga bentuk serta
koordinatnya mirip dengan yang telah disusun pada
program bantu Shearwall.
NB : Untuk mengetahui koordinat setiap titik pada
penampang Studi Kasus 1 pada program bantu
Shearwall, buka menu “Section and Reinforcement”,
buka “Case 1”, klik tab “Reinforcement” dan arahkan
pointer mouse ke setiap titik sudut penampang tersebut,
maka koordinatnya akan muncul pada kotak “Koor. X”
maupun kotak “Koor. Y”. Perlu diingat pula bahwa
koordinat yang nampak pada kedua kotak tersebut
dipengaruhi oleh besaran “Snap” yang kita atur pada
menu “Grid and Snap”. Jadi atur besaran pada “Snap”
sehingga koordinat yang nampak menjadi sesuai. Untuk
Studi Kasus 1, value “Snap” dapat diatur sebesar 50
seperti yang tampak pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 : Menu Grid and Snap pada Program
Shearwall
Setelah proses penggambaran penampang pada
program spColumn v4.2 selesai, klik “Main>Save and
Exit” untuk menyimpan data penampangnya, dan
kembali ke jendela utama.
4. Input Data Tulangan
Tahap berikutnya dalam proses ini adalah
memasukkan data tulangan yang sama persis dengan
penulangan yang telah dibuat dengan program bantu
Shearwall.
Klik “Input>Reinforcement>Irregular
Pattern…”, maka akan muncul sebuah jendela
“spSection” yang mirip dengan jendela penampang
sebelumnya, bedanya kali ini adalah untuk memasukkan
data tulangan, yang tampak seperti pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 : Jendela Section bagian tulangan
Untuk memasukkan data tulangan yang
hendak dipasangkan pada penampang, klik
“Edit>Reinforcement…”, maka akan muncul menu
“Reinforcement” seperti pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14 : Menu Reinforcement, dimensi dan
jumlah tulangan
Masukkan data sebagai berikut :
Number of bars : 1
Centang “Bar area”, dan masukkan value : 491 untuk
tulangan D25 atau 201.062 untuk tulangan D16.
Klik “OK” untuk menyimpan datanya.
Cara untuk memasukkan data tulangan juga
ada 2. Yang pertama yaitu dengan menggambar bebas
pada jendela “Section” ini, yang caranya sama seperti
cara penggambaran penampang secara bebas pada
jendela “Section” bagian penampang. Sedangkan cara
yang kedua yaitu dengan input secara manual besaran
tulangan serta koordinatnya pada menu
“Reinforcement” yang tampak seperti pada Gambar
4.15.
Gambar 4.15 : Menu Reinforcement, dimensi dan
koordinat tulangan
Setelah itu klik “OK” untuk menyimpan datanya.
Setelah proses peletakan tulangan selesai, klik
“Main>Save and Exit” untuk menyimpan data
penulangannya, dan kembali ke jendela utama.
5. Input Data Beban
Setelah proses penggambaran penampang serta
peletakan tulangannya selesai, tahap berikutnya adalah
memasukkan data beban. Lakukan dengan klik
“Input>Loads>Factored…”, maka akan muncul menu
“Factored Loads” seperti pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 : Menu Factored Loads
Pada tahap ini, kita dapat memasukkan data
terserah kita, karena hal ini tidak akan mempengaruhi
proses perhitungan nantinya, namun bagian ini tetap
perlu diisikan dikarenakan pada program spColumn
v4.2 ini perhitungan tidak akan dapat dilakukan jika kita
tidak memasukkan data beban, dikarenakan pada awal-
awal kita tadi memilih untuk mencentang pilihan
“Investigation”, dimana data beban perlu diisikan. Jika
memang begitu, Anda pasti bertanya-tanya mengapa
tidak kita centang pilihan “Design” saja supaya kita
tidak perlu repot-repot memasukkan data beban. Jika
kita centang pilihan “Design” pada awal-awal
memasukkan data “General Information”, maka kita
tidak akan dapat membuat penampang secara irregular,
dikarenakan menu pilihan untuk membuka jendela
“Section” tersebut, dinonaktifkan. Silakan dicoba
sendiri untuk memastikannya.
Setelah proses pengisian data beban selesai,
klik “OK” untuk menyimpan data bebannya.
6. Proses Perhitungan
Tahap berikutnya adalah menjalankan proses
perhitungan. Klik “Solve>Execute” atau dengan klik
“F5” pada keyboard untuk memulai proses perhitungan.
Jika muncul jendela peringatan seperti pada Gambar
4.17, klik “No”. Setelah beberapa saat, maka akan
muncul hasilnya berupa grafik diagram interaksi seperti
pada Gambar 4.18.
Gambar 4.17 : Jendela peringatan
Gambar 4.18 : Grafik diagram interaksi
7. Proses Eksport Data Grafik
Tahap terakhir pada bagian ini adalah
mengeluarkan data grafik untuk kemudian diplotkan
pada grafik dengan menggunakan program Microsoft
Office Excel. Lakukan dengan klik
“File>Export>Current Interaction Diagram…” dan save
dalam format “.csv”.
Setelah mengeksport data grafik yang ada,
maka langkah-langkah verifikasi pada bagian program
spColumn v4.2 ini telah tuntas.
IV.4 Verifikasi Data Program Shearwall dengan
Program spColumn v4.2
Bagian terakhir dalam proses verifikasi ini
adalah dengan memplotkan data hasil dari grafik
diagram interaksi pada program Shearwall dengan data
grafik diagram interaksi pada program spColumn v4.2
pada sebuah chart pada program Microsoft Office Excel.
Berikut adalah urutan pengerjaannya :
1. Buka file data dari program Shearwall yang
sebelumnya telah di-save.
2. Buka file data dari program spColumn v4.2
yang sebelumnya telah di-save.
3. Copy seluruh data pada file data spColumn
v4.2, dan paste pada file data Shearwall,
sehingga seluruh datanya telah tergabung
menjadi satu file.
4. Buat chart baru dengan klik “Insert>Charts>X
Y (Scatter)>Scatter with Straight Lines”
5. Klik kanan pada chart baru tersebut, dan klik
“Select Data…”
6. Isikan data yang ingin diplotkan nantinya pada
grafik chart. Sumbu X diisi dengan data M,
dan sumbu Y diisi dengan data P. Untuk data
dari hasil program Shearwall, akan dapat Anda
lihat bahwa di sana ada 2 kolom PR, dan 2
kolom MR. Untuk kolom PR dan MR yang
terletak di sebelah kiri adalah data untuk grafik
momen (-), sedangkan untuk kolom PR dan
MR yang lebih ke kanan adalah data untuk
grafik momen (+).
7. Setelah ketiga data tersebut diplotkan, maka
akan muncul grafik pada chart yang telah kita
buat.
Dengan munculnya grafik yang telah kita
plotkan, maka keseluruhan proses verifikasi ini telah
tuntas. Langkah-langkah yang sama dapat diterapkan
pula untuk Studi Kasus 2,3, dan 4.
BAB V
STUDI KASUS V.1 Pendahuluan
Untuk mengetahui kebenaran dan ketelitian
program Shearwall dalam melakukan proses
perhitungan, maka diperlukan uji perbandingan hasil
perhitungan dari program Shearwall terhadap hasil
perhitungan dari program spColumn v4.2
V.2. Verifikasi Program
Proses verifikasi program ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil perhitungan program
Shearwall dengan hasil perhitungan program spColumn
v4.2 dalam menghitung kapasitas shearwall dalam
menerima beban kombinasi aksial-momen. Kedua
program tersebut akan dicoba untuk menghitung empat
shearwall yang berbeda bentuk penampang dan
penulangannya.
a. Verifikasi pertama
Pada verifikasi pertama ini akan
dibandingkan hasil perhitungan program Shearwall dan
program spColumn v4.2 dalam menghitung kapasitas
suatu shearwall beton bertulang berpenampang L dalam
menerima beban kombinasi aksial-momen. Adapun data
shearwall pertama adalah sebagai berikut :
Data shearwall pertama :
Material
Mutu beton (f’c) : 40 MPa
Mutu baja(fy) : 300 MPa
Modulus elastis (E) : 200000MPa
Dimensi Penampang
cw1 : 400 mm
ch1 : 400 mm
fw : 6000 mm
ft : 300 mm
cw2 : 400 mm
ch2 : 400 mm
wh : 6000 mm
wt : 300 mm
cw3 : 400 mm
ch3 : 400 mm
Tulangan
Kolom (cw1-ch1) : 12 D25
Sayap shearwall : 40 D16
Kolom (cw2-ch2) : 12 D25
Badan shearwall : 40 D16
Kolom (cw3-ch3) : 12 D25
Decking : 50mm
Detail gambar penampang shearwall pertama dapat
dilihat pada Gambar 5.1
Hasil perbandingan :
Dari data shearwall pertama di atas,
setelah dihitung menggunakan program Shearwall
dan spColumn v4.2, didapatkan perbandingan hasil
perhitungan dalam bentuk grafik. Perhitungan
dilakukan dengan metode Nominal Strength dan 2
sumbu yang berbeda (X,Y).
Gambar 5.2.1 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi pertama antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
Nominal Strength.
Gambar 5.2.2 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi pertama antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode Nominal Strength.
Selain dilakukan perhitungan serta perbandingan dengan
metode Nominal Strength, dilakukan pula perhitungan
serta perbandingan dengan metode ACI 318-2002
dengan 2 sumbu yang berbeda (X,Y).
8 Ө 24 12 Ө 24
12 Ө 24
38 Ө 16 38 Ө 16
44 Ө 16
Gambar 5.2.3 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi pertama antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
ACI 318-2002.
Gambar 5.2.4 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi pertama antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode ACI 318-2002.
Dan yang terkahir adalah perbandingan dengan metode
SNI 2847-2002.
Gambar 5.2.5 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi pertama antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu x(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Gambar 5.2.6 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi pertama antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu y(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Tabel 5.1 : Perbandingan hasil perhitungan program
Shearwall dengan program spColumn v4.2 dalam
menganalisa penampang shearwall pertama.
Keteranga
n
Shearwall spColumn v4.2 Selisih
Luas
Penampan
g (mm2)
4.080.000 4.080.000 0
Momen Inersia X
(mm4)
19.125.437.254.902
19.125.400.000.000
0,.0001948
Momen
Inersia Y
(mm4)
19.125.437.254.90
2
19.125.400.000.00
0 0,0001948
Luas
Tulangan
(mm2)
33.756,413 33.761 0,0136
Rasio
Tulangan
(%)
0,827 0,827 0
Tabel 5.2 : Perbandingan beberapa titik tinjau hasil
analisa program Shearwall dengan program spColumn
v4.2 pada shearwall pertama.
Keterangan
Shearwall spColumn v4.2
Axial Load Moment Axial Load Moment
kN kN-m kN kN-m
Pure
Comp. 147.699,206 1.943,59 147.700,422 1.944,199829
Max
Comp. 147.699,206 1.943,59 147.700,422 1.944,199829
Pure Ten -10.126,924
-
2.192,019 -10.128,291 -2.192,6604
Keterangan
Selisih
Axial Load Moment
% %
Pure Comp. 0,0008 0,0314
Max Comp. 0,0008 0,0314
Pure Ten 0,0135 0,03
b. Verifikasi kedua
Pada verifikasi kedua ini akan dibandingkan
antara hasil perhitungan program Shearwall dan hasil
perhitungan program spColumn v4.2 dalam menghitung
kapasitas suatu shearwall dalam menerima beban
kombinasi aksial-momen suatu shearwall beton
bertulang dimana lebar masing-masing kolom yang ada
sama dengan tebal baik dinding sayap maupun dinding
badan, serta boundary yang ada dihilangkan.
Data shearwall kedua :
Material
Mutu beton (f’c) : 40 MPa
Mutu baja(fy) : 300 MPa
Modulus elastis (E) : 200000MPa
Dimensi Penampang
cw1 : 300 mm
ch1 : 300 mm
fw : 4500 mm
ft : 300 mm
cw2 : 300 mm
ch2 : 300 mm
wh : 4500 mm
wt : 300 mm
cw3 : 300 mm
ch3 : 300 mm
Tulangan
Menyeluruh : 100 D22
Decking : 50mm
Detail gambar penampang shearwall kedua dapat
dilihat pada Gambar 5.1
Hasil perbandingan :
Dari data shearwall kedua di atas,
setelah dihitung menggunakan program Shearwall dan
spColumn v4.2, didapatkan perbandingan hasil
perhitungan dalam bentuk grafik. Perhitungan dilakukan
dengan metode Nominal Strength dan 2 sumbu yang
berbeda (X,Y).
Gambar 5.3.1 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi kedua antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
Nominal Strength.
Gambar 5.3.2 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi kedua antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode Nominal Strength.
Setelah dilakukan perhitungan serta perbandingan
dengan metode Nominal Strength, dilakukan
perhitungan serta perbandingan dengan metode ACI
318-2002 dengan 2 sumbu yang berbeda (X,Y).
Gambar 5.3.3 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi kedua antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
ACI 318-2002.
Gambar 5.3.4 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi kedua antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode ACI 318-2002.
Dan yang terkahir adalah perbandingan dengan metode
SNI 2847-2002.
Gambar 5.3.5 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi kedua antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu x(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Gambar 5.3.6 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi kedua antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu y(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Tabel 5.3 : Perbandingan hasil perhitungan program
Shearwall dengan program spColumn v4.2 dalam
menganalisa penampang shearwall kedua.
Keterangan Shearwall spColumn v4.2 Selisih
Luas
Penampang
(mm2)
2.970.000 2.970.000 0
Momen
Inersia X (mm4)
7.599.947.727.272,73 7.599.950.000.000 0,00003
Momen
Inersia Y
(mm4)
7.599.947.727.272,73 7.599.950.000.000 0,00003
Luas
Tulangan
(mm2)
38.013,271 38.013,3 0,0000763
Rasio
Tulangan
(%)
1,28 1,28 0
Tabel 5.4 : Perbandingan beberapa titik tinjau hasil
analisa program Shearwall dengan program spColumn
v4.2 pada shearwall kedua.
Keterangan
Shearwall spColumn v4.2
Axial Load Moment Axial Load Moment
kN kN-m kN kN-m
Pure Comp. 111.091,53 117,661 111.091,53125 117,664818
Max Comp. 111.091,53 117,661 111.091,53125 117,664818
Pure Ten -11.403,981 -132,701 -11.403,983398 -132,698853
Keterangan
Selisih
Axial Load Moment
% %
Pure Comp. 0,0000011252 0,003245
Max Comp. 0,0000011252 0,003245
Pure Ten 0,000021 0,001618
c. Verifikasi ketiga
Pada verifikasi ketiga ini akan dibandingkan
antara hasil perhitungan program Shearwall dan hasil
perhitungan program spColumn v4.2 dalam menghitung
kapasitas suatu shearwall dalam menerima beban
kombinasi aksial-momen suatu shearwall beton
bertulang dimana dimensi tiap-tiap kolom berbeda,
begitu pula dengan dimensi badan dan sayap shearwall,
sehingga menghasilkan sebuah penampang yang tidak
simetris baik dari segi sumbu x maupun sumbu y.
Data shearwall ketiga :
Material
Mutu beton (f’c) : 40 MPa
Mutu baja(fy) : 300 MPa
Modulus elastis (E) : 200000MPa
Dimensi Penampang
cw1 : 400 mm
ch1 : 400 mm
fw : 1000 mm
ft : 300 mm
cw2 : 500 mm
ch2 : 500 mm
wh : 500 mm
wt : 300 mm
cw3 : 600 mm
ch3 : 600 mm
Tulangan
Kolom (cw1-ch1) : 9 D25
Sayap shearwall : 8 D16
Kolom (cw2-ch2) : 9 D25
Badan shearwall : 6 D16
Kolom (cw3-ch3) : 9 D25
Decking : 50mm
Detail gambar penampang shearwall ketiga dapat dilihat
pada Gambar 5.1
Hasil perbandingan :
Dari data shearwall ketiga di atas,
setelah dihitung menggunakan program Shearwall dan
spColumn v4.2, didapatkan perbandingan hasil
perhitungan dalam bentuk grafik. Perhitungan dilakukan
dengan metode Nominal Strength dan 2 sumbu yang
berbeda (X,Y).
Gambar 5.4.1 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi ketiga antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
Nominal Strength.
Gambar 5.4.2 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi ketiga antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode Nominal Strength.
Setelah dilakukan perhitungan serta perbandingan
dengan metode Nominal Strength, dilakukan
perhitungan serta perbandingan dengan metode ACI
318-2002 dengan 2 sumbu yang berbeda (X,Y).
Gambar 5.4.3 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi ketiga antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
ACI 318-2002.
Gambar 5.4.4 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi ketiga antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode ACI 318-2002.
Dan yang terkahir adalah perbandingan dengan metode
SNI 2847-2002.
Gambar 5.4.5 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi ketiga antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu x(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Gambar 5.4.6 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi ketiga antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu y(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Tabel 5.5 : Perbandingan hasil perhitungan program
Shearwall dengan program spColumn v4.2 dalam
menganalisa penampang shearwall ketiga.
Keterangan Shearwall spColumn v4.2 Selisih
Luas
Penampang
(mm2)
1.220.000 1.220.000 0
Momen
Inersia X (mm4)
264.091.461.748,634 264.091.000.000 0,000175
Momen
Inersia Y
(mm4)
448,239.002.732,24 448,239.000.000 0
Luas
Tulangan
(mm2)
14.595,839 14.598,9 0,021
Rasio
Tulangan
(%)
1,196 1,197 0,084
Tabel 5.6 : Perbandingan beberapa titik tinjau hasil
analisa program Shearwall dengan program spColumn
v4.2 pada shearwall ketiga.
Keterangan
Shearwall spColumn v4.2
Axial Load Moment Axial Load Moment
kN kN-m kN kN-m
Pure Comp. 45.362,49 -171,482 45.363,3 171,495
Max Comp. 45.362,49 -171,482 45.363,3 171,495
Pure Ten -4.378,752 193,4 -4.379,66 193,416
Keterangan
Selisih
Axial Load Moment
% %
Pure Comp. 0,0018 0,00758
Max Comp. 0,0018 0,00758
Pure Ten 0,021 0,0083
d. Verifikasi keempat
Pada verifikasi keempat ini dimensi tiap-tiap
kolom juga dibuat berbeda dan benar-benar tidak
simetris, karena selain ukurannya yang berbeda, tiap-
tiap kolom yang ada, penampangnya berbentuk persegi
panjang.
Data shearwall keempat :
Material
Mutu beton (f’c) : 40 MPa
Mutu baja(fy) : 300 MPa
Modulus elastis (E) : 200000MPa
Dimensi Penampang
cw1 : 350 mm
ch1 : 450 mm
fw : 1000 mm
ft : 300 mm
cw2 : 500 mm
ch2 : 400 mm
wh : 2500 mm
wt : 300 mm
cw3 : 650 mm
ch3 : 350 mm
Tulangan
Kolom (cw1-ch1) : 9 D25
Sayap shearwall : 8 D16
Kolom (cw2-ch2) : 9 D25
Badan shearwall : 14 D16
Kolom (cw3-ch3) : 9 D25
Decking : 50mm
Detail gambar penampang shearwall keempat ini dapat
dilihat pada Gambar 5.1
Hasil perbandingan :
Dari data shearwall keempat di atas,
setelah dihitung menggunakan program Shearwall dan
spColumn v4.2, didapatkan perbandingan hasil
perhitungan dalam bentuk grafik. Perhitungan dilakukan
dengan metode Nominal Strength dan 2 sumbu yang
berbeda (X,Y).
Gambar 5.5.1 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi keempat antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
Nominal Strength.
Gambar 5.5.2 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi keempat antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode Nominal Strength.
Setelah dilakukan perhitungan serta perbandingan
dengan metode Nominal Strength, dilakukan
perhitungan serta perbandingan dengan metode ACI
318-2002 dengan 2 sumbu yang berbeda (X,Y).
Gambar 5.5.3 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi keempat antara program Shearwall dengan
spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan metode
ACI 318-2002.
Gambar 5.5.4 : Plot perbandingan hasil grafik untuk
proses verifikasi keempat antara program Shearwall
dengan spColumn v4.2 sumbu x dan sumbu y dengan
metode ACI 318-2002.
Dan yang terkahir adalah perbandingan dengan metode
SNI 2847-2002.
Gambar 5.5.5 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi keempat antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu x(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Gambar 5.5.6 : Perbandingan hasil grafik untuk proses
verifikasi keempat antara program Shearwall dengan
PCACol v3.0 sumbu y(+) dengan metode SNI 2847-
2002.
Tabel 5.7 : Perbandingan hasil perhitungan program
Shearwall dengan program spColumn v4.2 dalam
menganalisa penampang shearwall keempat.
Keterangan Shearwall spColumn v4.2 Selisih
Luas
Penampan
g (mm2)
1.635.000 1.635.000 0
Momen
Inersia X (mm4)
2.038.019.600.535,1
7
2.038.020.000.00
0 0,00002
Momen
Inersia Y
(mm4)
441.866.370.412,844 441.866.000.000 0,00008
4
Luas
Tulangan
(mm2)
16.204,335 16.207,4 0,019
Rasio
Tulangan
(%)
0,991 0,991 0
Tabel 5.8 : Perbandingan beberapa titik tinjau hasil
analisa program Shearwall dengan program spColumn
v4.2 pada shearwall keempat.
Keterangan
Shearwall spColumn v4.2
Axial Load Moment Axial Load Moment
kN kN-m kN kN-m
Pure Comp. 59.900,353 -522,015 59.901,15625 -522,105835
Max Comp. 59.900,353 -522,015 59.901,15625 -522,105835
Pure Ten -4.861,3 588,738 -4.862,207031 588,84259
Keterangan
Selisih
Axial Load Moment
% %
Pure Comp. 0,00193 0,0174
Max Comp. 0,00193 0,0174
Pure Ten 0,0186547 0,017762
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Setelah membandingkan hasil perhitungan
dari program Shearwall dengan Program spColumn v4.2
dalam beberapa kasus pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan program Shearwall dalam
menganalisa kapasitas suatu shearwall dalam
menerima beban aksial dan momen memiliki hasil
yang sama atau mendekati dengan hasil perhitungan
spColumn v4.2, baik itu dengan penampang L
simetris maupun L tidak simetris.
2. Program Shearwall cukup mudah digunakan (user
friendly), dengan keterangan input yang jelas dalam
form-form input terpisah dan juga didukung dengan
tampilan berbasis grafis dua dimensi yang dapat
memudahkan pengguna untuk memasukkan data
penampang maupun penulangan.
VI.2 Saran
Setelah melakukan studi mengenai kapasitas
interaksi aksial-momen suatu shearwall dan telah
menyelesaikan program Shearwall, maka penulis
memberikan beberapa saran :
1. Program Shearwall ini perlu dikembangkan agar
tampilan dapat diperlengkap dengan menambahkan
fitur-fitur yang lain sehingga akan semakin
memudahkan pengguna.
2. Program Shearwall ini perlu dikembangkan agar
dapat menggambar secara manual profil
penampang yang dikehendaki.
3. Program Shearwall ini perlu dikembangkan agar
dapat menyimpan dan membuka hasil perhitungan
suatu shearwall yang telah dianalisa. Sehingga
pengguna program ini bisa langsung membuka
hasil perhitungan yang telah dianalisa dan tidak
perlu memasukkan lagi data-data shearwall dari
awal lagi.
4. Program Shearwall ini perlu dikembangkan lagi,
dengan menambahkan sejumlah metode-metode
yang sesuai dengan perkembangan jaman di masa
yang akan datang .
DAFTAR PUSTAKA
1. MacGregor, J.G. 1992. Reinforced Concrete
Mechanics and Design Second Edition. Prentice
Hall Inc.
2. Nawy,E.G. 1985. Reinforced Concrete : A
Fundamental Approach. Prentice Hall Inc.
3. Wang,C.K, dan Salmon, C.G. 1985. Reinforced
Concrete Design Fourth Edition. Harper & Row
Inc.
4. Whitney,C.S., dan Cohn, E. 1956. “Guide for
Ultimate Strength Design or Reinforced
Concrete”. Journal of the American Concrete
Institute Proc Vol.53. (November)
5. Mast, R,F. 1992. “Unified Design Provisions for
Reinforced and Prestressed Concrete Flexural and
Compression Members”. ACI Structural Journal
Vol.89, No.2.(Maret-April) : 188-191.
6. Purwono, R., Tavio., Imran, I., dan I,G,P, Raka.
2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
Dilengkapi Penjelasan (S-2002). Surabaya: ITS
Press.
7. ACI Committee 318, 2002, “Building Code
Requirement for Structural Concrete (ACI 318-02)
and Commentary (318R-02),” American Concrete
Institute, Farmington Hills.
8. Muhtadi, Rizal. 2010. Studi Diagram Interaksi
Shearwall Beton Bertulang dengan Bantuan
Visual Basic 6.0. Tugas Akhir di Jurusan Teknik
Sipil, FTSP-ITS.
Dewobroto, W.2003. Aplikasi Sain dan Teknik dengan
Visual Basic 6.0. Jakarta : PT. Elex Med
ia Komputindo.