Isu Krusial dalam Pilkada 2018

35
MEMAHAMI ISU-ISU KRUSIAL DAN STRATEGIS DALAM PILKADA TAHUN 2018 Disampaikan dalam acara Bimbingan Teknis DPRD Kota Metro Lampung, Jakarta, 13 Oktober 2017 Ahsanul Minan, MH Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Transcript of Isu Krusial dalam Pilkada 2018

MEMAHAMI ISU-ISU KRUSIAL DAN STRATEGIS

DALAM PILKADA TAHUN 2018

Disampaikan dalam acara

Bimbingan Teknis DPRD Kota Metro Lampung,

Jakarta, 13 Oktober 2017

Ahsanul Minan, MH

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Sekilas Sejarah Sistem Pemilihan Kepala Daerah di

Indonesia

• Belanda

• JepangEra

Kolonial

• UU 1 tahun1945

• UU 22/1948

• UU 1/1957

• UU 18/1965

OrdeLama

UU 5/1974Orde Baru

• UU 22/1999

• UU 32/2004

• UU 22/2014

• Perpu 1/2014

• UU 1/2015, UU 8/2015, UU 10/2016

Era Reformasi

Sistem rekrutmen kepala daerah

dengan sistem penunjukan atau

pengangkatan oleh penguasa kolonial

• UU 1/1945: kepala daerah menjalankan

fungsi eksekutifnya sebagai pemimpin

komite nasional daerah, juga menjadi

anggota dan ditetapkan sebagai ketua

legislatif dalam badan perwakilan daerah.

• UU 22/1948: Kepala daerah propinsi

(gubernur) diangkat oleh presiden dari

calon yang diajukan oleh DPRD Propinsi.

Demikain juga Kabupaten.

• UU 1/1957: mengintrodusir sistem

pemilihan kepala daerah secara

langsung, tapi tidak sempat

diimplementasikan.

• UU 18/1965: kembali menerapkan

kekuasaan absolut Pemerintah Pusat

• UU 5/1974: kepala daerah

diangkat dan diberhentikan

oleh presiden atau menteri

dalam negeri melalui calon -

calon yang diajukan oleh

DPRD

• UU 22/1999: pemilihan kepala

daerah yang dipilih oleh anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

• UU 32/2004: kepala daerah dipilih

langsung

• UU 22/2014: kepala daerah dipilih

oleh DPRD

• Perpu 1/2014: kepala daerah dipilih

langsung

• UU 1/2015; penentapan Perpu

1/2014

• UU 8/2015 & UU 10/2016

mengubah beberapa ketentuan

dalam UU 1/2015

STANDARD IDEAL

PEMILU

15 Standard Internasional Pemilu-1*1. Penyusunan kerangka hukum pemilu harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak bermakna ganda, mudah dipahami, dan

harus dapat menyoroti semua unsur sistem pemilu yang diperlukan untuk memastikan pemilu yang demokratis;

2. Pemilihan sistem pemilu, badan-badan yang dipilih, frekuensi pemilu, dan lembaga penyelenggara pemilu;

3. Daerah pemilihan, dibuat sedemikian rupa sehingga setiap suara setara untuk mencapai derajat keterwakilan yang efektif;

4. Hak untuk memilih dan dipilih, semua warga negara yang memenuhi syarat dijamin bisa ikut dalam pemilihan tanpa

diskriminasi;

5. Badan penyelenggara pemilu harus dijamin bisa bekerja independen, dapat bekerja dalam kerangka waktu yang cukup,

memiliki sumberdaya yang mumpuni, dan tersedia dana yang memadai. Kerangka hukum harus membuat ketentuan tentang

mekanisme untuk memproses, memutuskan, dan menangani keluhan dalam pemilu secara tepat waktu;

6. Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih, Kerangka hukum harus mewajibkan penyimpanan daftar pemilih secara transparan dan

akurat, melindungi hak warga negara yang memenuhi syarat untuk mendaftar, dan mencegah pendaftaran orangsecara tidak

sah atau curang;

7. Kesetaraan akses bagi partai politik dan kandidat, Semua partai politik dan kandidat dijamin dapat bersaing dalam pemilu atas

dasar perlakuan yang adil. Pendaftaran partai politik dan ketentuan akses kertas suara pada waktu pemilu perlu diatur secara

berbeda;

8. Kampanye pemilu yang demokratis, Kerangka hukum harus menjamin setiap partai politik dan kandidat menikmati kebebasan

mengeluarkan pendapat dan kebebasan berkumpul, serta memiliki akses terhadap para pemilih dan semua pihak yang terkait

(stakeholder) dalam proses pemilihan;

5. International Idea, Standard-standard Internasional untuk Pemilihan Umum, http://www.idea.int/publications/ies/upload/STANDAR-STANDAR_INTERNASIONAL_UNTUK_PEMILU.pdf

15 Standard Internasional Pemilu-2

9. Akses ke media dan kebebasan berekspresi, Semua partai politik dan kandidat memiliki akses ke media. Ke-

rangka hukum harus menjamin mereka diperlakukan secara adil oleh media yang dimiliki atau dikendalikan oleh

negara;

10. Pembiayaan dan pengeluaran dana kampanye, semua partai politik dankandidat diperlakukan secara adil oleh

ketentuan hukum yang mengatur pembiayaan dan pengeluaran kampanye;

11. Pemungutan suara, Kerangka hukum harus memastikan tempat pemungutan suara dapat diakses semua pemilih.

Terdapat pencatatan yang akurat atas kertas suara dan jaminan kerahasiaan kertas suara;

12. Penghitungan dan rekapitulasi suara, Penghitungan suara yang adil, jujur, dan terbuka merupakan dasar dari

pemilu yang demokratis. Oleh karena itu, kerangka hukum harus memastikan agar semua suara dihitung dan

ditabulasi atau di-rekapitulasi dengan akurat, merata, adil, dan terbuka;

13. Peranan wakil partai dan kandidat sebagai saksi. Guna melindungi integritas dan keterbukaan pemilu,

perwakilanp artai dan kandidat harus dapat mengamati semua proses pemungutan suara. Kerangka hukum harus

menjelaskan hak dan kewajiban perwakilan partai dan kandidat di tempat pemungutan suara dan penghitungan

suara;

14. Pemantauan pemilu, Untuk menjamin transparansi dan meningkatkan kredibilitas, kerangka hukum harus

menetapkan bahwa pemantau pemilu dapat memantau semua tahapan pemilu;

15. Kepatuhan terhadap hukum; dan penegakan peraturan pemilu, Kerangka hukum pemilu harus mengatur

mekanisme dan penye- lesaian hukum yang efektif untuk menjaga kepatuhan terhadap undang-undang pemilu.

Standard Pemilu Demokratis

• Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dirumuskan berdasarkan asas-asas

pemilu: langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, akuntabel, dan edukatif.

• Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu terdapat kepastian hukum

(predictable procedures), yaitu: mengatur semua hal yang perlu diatur (tidak ada kekosongan

hukum), ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain tidak saling bertentangan (konsisten),

dan ketentuan yang mengandung makna tunggal (tidak multitafsir).

• Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan pemilu dan sistem pendukungnya bersifat

efektif (mencapai tujuan yang ditetapkan), dan efesien (baik dalam prosedur, jangka waktu,

sarana, tenaga, dan biaya).

• Ketentuan-ketentuan yang mengatur setiap tahapan terdapat sistem pengawasan guna menjamin

pemilu berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga proses dan hasil

pemilu mencapai integritas tinggi.

Ramlan Surbakti dalam Buku Panduan Komisi Pemilihan Umum, Partnership for Governance Reform.

Asas Pemilu di Indonesia

• UU nomor 1 tahun 2015 menyebutkan bahwa Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu

pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil.

• UU nomor 7 tahun 2017 menyebutkan bahwa Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas:

a. mandiri;

b. jujur;

c. adil;

d. kepastian hukum;

e. tertib penyelenggara Pemilu;

f. kepentingan umum;

g. keterbukaan;

h. proporsionalitas;

i. profesionalitas;

j. akuntabilitas;

k. efisiensi; dan

l. efektivitas

POTRET PEMILU KADA

PEMILU KADA memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pemilu Legislatif

dan Pilpres, yang dapat dilihat dari indikator:

• Tingkat kompetisi dan kontestasi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah sangat besar. Hal ini disebabkan karena terjadinya kristalisasi kepentingan dan

dukungan politik kepada 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.

• Besarnya potensi konflik antar pendukungan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah, yang dipicu oleh dekatnya jarak dan ikatan kepentingan dan ikatan emosional

pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan pendukung mereka.

• Besarnya potensi ketidaknetralan dan parsialitas penyelenggara PemiluKada maupun pengawas

PemiluKada, mengingat pengalaman empiric selama ini menunjukkan bahwa arena kompetisi

antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juga merambah kepada wilayah

pemasangan “orang” mereka dalam institusi penyelenggara PemiluKada.

• Tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik

uang, abuse of power, dan manipulasi dana kampanye.

PERSPEKTIF KERAWANAN

PEMILU

LEGAL COMPLIANCE

Pidana Pemilu

BUKAN PELANGGARAN

SECURITY / CONFLICT

Konflik antar Peserta Pemilu / antar pendukung

(horizontal conflict)

Konflik antara pesertapemilu dengan

Penyelenggara Pemilu(KPU / Pengawas) vertical

conflict

Konflik peserta pemilu/masyarakat dengan Pemerintah

Administrasi Pemilu

Kode EtikPenyelenggara

Pemilu

Sengketa Pemilu

Sengketa Hasil Pemilu

PELANGGARAN tidak terhadap UU Pemilu,

tetapi berkaitan dengan proses pemilu

PELANGGARAN

KARAKTERISTIK PELANGGARAN PEMILU

PELANGGARAN BERDAYA RUSAK

TINGGI

PELANGGARAN BERDAYA RUSAK

RENDAH

Daya rusak terhadap integritas pemilu (fairness, accountability)

Daya rusak tatanan demokrasi dan good & cleand governance

Daya rusak terhadap moralitas bangsa

Mengganggu keindahan kota

Mengganggu ketentraman masyarakat

Manipulasi dana

kampanye, manipulasi

hasil penghitungan

suara

Korupsi politik

(bansos), abuse of power

Money politik, isu

sara

Pemasangan atribut

Kampanye pawai

KERAWANAN PEMILU

Analisa Kerawanan Pemilu dapat dilakukan melaluipendekatan:⬜ ANALISA AKTOR (analisa berbasis aktor yang

berpotensi melakukan pelanggaran pemilu)⬜ ANALISA MODUS (analisa berbasis modus

pelanggaran pemilu)⬜ ANALISA DAMPAK (analisa berbasis ukuran dampak

pelanggaran pemilu, baik terhadap integritas proses penyelenggaraan pemilu, integritas hasil pemilu, maupun terhadap kualitas kehidupan demokrasi)

PERMASALAHAN

DALAM PEMILU KADA

Problem di Ranah Peraturan

• Peraturan tentang Pemilu Kada tidak terkodifikasi dan tersebar ke dalam

banyak peraturan perundang-undangan. Hal ini menyulitkan dan berpotensi

menimbulkan overlapping.

• Terdapat beberapa kontradiksi antar pengaturan dalam beberapa peraturan

yang menyangkut Pemilu kada.

• Tersebarnya kewenangan dalam penegakan hukum Pemilu Kada ke dalam

banyak institusi sehingga menyebabkan proses penegakan hukum menjadi

lebih rumit.

Problem di Ranah Penyelenggaran

• Sumber data yang dipergunakan dalam pemutakhiran daftar

pemilih.

• Konflik internal parpol pengusung pasangan calon

• Pembuktian keterpenuhan persyaratan calon.

• Ketersediaan anggaran Pemilu Kada

• Netralitas PNS

• Penyelahgunaan anggaran APBD untuk kampanye Pemilu

Kada

• Intimidasi, teror dan konflik

Problem di Ranah Penyelenggara

• Netralitas penyelenggara Pemilu

• Professionalitas penyelenggara Pemilu

• Integritas penyelenggara Pemilu

• Bersikap diskriminatif

• Bersikap tertutup (tidak membuka akses informasi)

• Bersikap tidak transparan

• Bersikap pasif dalam menindaklanjuti laporan pelanggaran administratif

• Konflik antar institusi penyelenggara Pemilu Kada

• Keterlambatan pembentukan Panwaslu Kada

• Sistem koordinasi KPU dan KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota dalam Pemilu

Kada yang tidak jelas dan terkesan saling lempar tanggung jawab.

KENDALA DI RANAH PESERTA PEMILU KADA

• Kompetisi yang tidak fair

• Abuse of power

• Vote buying (Money politics)

• Praktek penyuapan terhadap penyelenggara pemilu untuk melakukan manipulasi

hasil perolehan suara

• Rendahnya kepercayaan peserta Pemilu Kada terhadap integritas

penyelenggara

• Keterbatasan jumlah saksi

• Penggunaan tim sukses illegal/bayangan

• Kecenderungan untuk “menyimpan” dugaan pelanggaran Pemilu Kada untuk

dibongkar di MK.

KENDALA DI TINGKAT MASYARAKAT

• Meningkatnya apatisme dan skeptisisme masyarakat

• Meningkatnya pragmatisme masyarakat

• Lemahnya literasi media sosial (mudah terpengaruh informasi hoax,

mudah diadu domba)

• Meningkatnya fenomena penggunaan isu SARA

• Lemahnya kesadaran partisipatif masyarakat untuk terlibat dalam

pemantauan Pemilu Kada.

TITIK RAWAN DALAM PEMILU KADA

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADAPENDAFTARAN PEMILIH

Titik rawan antara lain:

• warga negara Indonesia yang memiliki hak pilih tetapi tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

• warga negara yang belum memenuhi syarat sebagai pemilih tetapi terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

• pemilih terdaftar lebih dari satu kali dengan modus antara lain:

• nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat sama, nomor identitas kependudukan sama;

• nama sama, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;

• nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama;

• nama berbeda, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; dan

• nama dan identitas pemilih yang sama, tetapi terdaftar di TPS berbeda;

• pemilih sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

• pemilih belum memenuhi persyaratan domisili sekurang-kurangnya 6 bulan di wilayah penyelenggaraan Pemilu Kada;

• calon pemilih yang telah pindah domisili ke daerah lain;

• anggota TNI/Polri aktif yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;

• pemilih yang tidak memiliki nomor identitas kependudukan;

• pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Sementara tetapi tidak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap;

• pemilih tidak dikenal karena terjadi mobilisasi pemilih dari daerah yang bukan melaksanakan Pemilu Kada;

• selisih jumlah pemilih yang terlalu mencolok antara Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Pemilu Kada;

• data pemilih tertukar dengan data pemilih dari TPS lain;

• pemilih yang tidak dicantumkan tanggal lahirnya dalam Daftar Pemilih Tetap.

TAHAPAN PENCALONAN

• Dualisme kepengurusan dalam tubuh partai politik.

• Sistem rekrutmen calon di internal partai dan konflik internal parpol.

• Pemalsuan atau penggunaan dokumen palsu dalam pemenuhan persyaratan calon

(ijazah, surat keterangan sehat, dll)

• Tidak ada ruang untuk mengajukan keberatan dari pasangan calon/Parpol terhadap

penetapan pasangan calon yang ditetapkan oleh KPU.

• Dalam hal terjadi konflik internal Parpol, KPU berpihak kepada salah satu pasangan

calon/pengurus parpol tertentu sehingga parpol yang sebenarnya memenuhi syarat

namun gagal mengajukan pasangan calon. Akibat lebih lanjut, partai politik maupun

konstituen kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kepala daerah yang

merupakan preferensi mereka.

• Mahar politik dalam penentuan pasangan calon (candidacy buying)

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA

TAHAPAN KAMPANYE

a. Pelanggaran ketentuan masa cuti

b. Manuver politik incumbent untuk menjegal lawan politik

c. Care taker yang memanfaatkan posisi untuk memenangkan PILKADA

d. Money politics

e. Pemanfaatan fasilitas negara dan pemobilisasian birokrasi

f. Kampanye negative

g. Pelanggaran etika dalam kampanye

h. Curi start kampanye, kampanye terselubung, dan kampanye di luar waktu yang telah ditetapkan

MASALAH DANA KAMPANYE

1. Manipulasi laporan dana kampanye

2. Keterlambatan dalam penyampaian laporan dana kampanye

3. Penggunaan dana APBD oleh calon incumbent

4. Sumbangan dari pihak-pihak yang dilarang

5. Pelanggaran ambang batas penerimaan sumbangan

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA

Modus Politisasi Birokrasi dan Abuse of Power dalam Pemilu

Penyalahgunaan Sumber Daya Negara

dalam Pemilu

Anggaran (Bansos, SILPA, APBD dan APBD Perubahan)

Peningkatan alokasi dana bansos

Penyaluran dana bansos kepada kroni

dan konstituen

Mobilisasi ASN

Menyuruh mendukung calon

Mengintimidasi ASN yang tidak mendukung

calon tertentu

Penyalahgunaan Fasilitas Negara

Penyalahgunaan fasilitas kantor

Penyalahgunaan wewenang

Wewenang mengeluarkan izin pengelolaan SDA,

wewenang mutasi, dll

Umumnya

dilakukan oleh

Calon incumbent,

calon dari unsur

birokrat, atau calon

dari partai

pemenang pemilu

di daerah setempat

Modus untuk

menggalang

dukungan

pemilih secara

melanggar

hukum

Modus untuk

mengumpulk

an dana

kampanye

secara ilegal

Kepada siapa melaporkan dugaan pelanggaran Politisasi

Birokrasi dan Abuse of Power dalam Pemilu/Pilkada?

Mobilisasi

PNS/ASN,

pelanggaran

kode etik

PNS/ASN

Penyalahgun

aan APBD,

korupsi

Bansos

Penyalahgun

aan Fasilitas

Negara

Pelanggaran

dana

kampanye

• Komisi Aparatur Sipil

Negara (KASN) melalui :

http://lapor.kasn.go.id

• Panwaslu setempat

• Komisi Pemberantasan

korupsi (KPK) melalui:

http://kws.kpk.go.id

• Kepolisian setempat

• Komisi Aparatur Sipil

Negara (KASN) melalui

: http://lapor.kasn.go.id

• Panwaslu setempat

• Panwaslu setempat

TAHAPAN PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN DAN REKAPITULASI SUARA

• Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi

penghitungan suara.

• Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU

Kab/kota, dan KPU Provinsi.

• Belum lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK, KPU Kabupaten/Kota,

dan KPU Provinsi.

• Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon.

• Keterbatasan akses anggota Panwas mengontrol hasil penghitungan dan

rekapitulasi hasil penghitungan suara

TITIK RAWAN PELANGGARAN DALAM PEMILU KADA

KONFLIK/SENGKETA

PEMILU KADA

JENIS SENGKETA PEMILU KADA

Sengketa

Proses

Sengketa

Hasil

Wewenang

Panwaslu

Kada

Wewenang

Mahkamah

Konstitusi

KONFLIK PEMILU KADA

JENIS KONFLIK DALAM PEMILUKADA

• Konflik yang berbasis tahapan dalam Pemilukada. Konflik jenisini antara lain mencakup konflik yang terjadi pada tahapanpenetapan pasangan calon, kampanye, penghitungan danrekapitulasi suara.

• Konflik yang berbasis non-tahapan pemilukada. Konflik jenis inikebanyakan berakar dari residu konflik di masa lalu, misalnyakonflik antar etnis, perebutan sumber daya ekonomi, dan lain-lain yang muncul kembali dalam proses penyelenggaraantahapan Pemilukada.

KARAKTERISITIK KONFLIK DALAM PEMILUKADA

• Konflik yang muncul karena adanya perbedaan pemahaman terhadapketentuan perundang-undangan Pemilu atau keputusan penyelenggaraPemilukada. Konflik jenis ini biasanya terjadi sesaat dan hanya padatahapan pemilukada yang sedang/telah berlangsung.

• Konflik yang berakar dari residu konflik sebelumnya dan muncul kembalidalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada karena dipicu olehprovokasi dari pihak-pihak tertentu. Sifat konflik ini biasanya akanberlangsung secara lebih panjang.

• Konflik yang muncul karena adanya masalah dalam proses penyelenggaranPemilukada dan masih terkait dengan residu konflik sebelumnya. Misalnyakonflik yang melibatkan dua kelompok yang sama yang sebelumnya pernahterlibat dalam konflik di masa lalu, misalnya kejadian konflik di Kab. Gowadimana konflik melibatkan dua calon kepala daerah yang pada pemilukadasebelumnya juga sama-sama berkompetisi.

IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010

Structural Factor:

• Temperamen dan Tradisi (Kabupaten Bima);

• Relasi Peta Kekuatan Pada Pemilu Kada Sebelumnya (Kabupaten Soppeng);

• Konflik Internal Dalam Kelompok Tertentu (Kabupaten Maros, Humbang Hasudutan);

• Konflik Antara Penguasa (Incumbent) dan Keturunan Raja (Kabupaten Gowa);

• Kekecewaan Paslon Yang Kalah Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Gowa);

• Kekecewaan Paslon Yang Tidak Lolos Seleksi (Kabupaten Kebumen, Sumbawa Barat, Mojokerto);

• Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kepala Daerah Yang Tidak Netral Dalam Pemilu Kada (Kabupaten Tana

Toraja);

• Kekecewaan Masyarakat Terhadap Kinerja KPU dan Pengawas Pemilu Kada Kabupaten (Kabupaten Tana

Toraja, Humbang Hasudutan);

• Issu SARA (Kabupaten Bengkayang);

• Konflik Berbasis Kultur Sosial Masyarakat Lokal (Kabupaten Bengkayang)

IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010

Accelerator:

• Kebijakan Pemerintah Daerah;

• Pasangan Calon Incumbent Non Acceptable Dan Memiliki Track Record Buruk;

• Sikap Dan Kebijakan KPU;

• Kebijakan Aparat Penegak Hukum;

• Kohesi Kepentingan Dengan Pilgub;

• Pemberitaan Media;

• Tim Kampanye Paslon;

• LSM, Preman , dan Ormas;

• Keterlibatan “Orang Asing” (Penyusup).

• Berita hoax di media sosial

Triggers:

• Pemerintah;

• KPU;

• Aparat Penegak Hukum;

• Kontraktor/Botoh;

• Tim Kampanye/Konsultan.

IDENTIFIKASI KONFLIK DALAM PEMILU KADA TAHUN 2010

TERIMA KASIH

Ahsanul Minan• Ahsanul Minan lahir pada bulan April 1976, di Tuban, Jawa Timur.

• Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Tuban, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri

Program Khusus di Solo, Jawa Tengah.

• Pendidikan tingginya ditempuh di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta, lulus 1998.

• Magister Hukum Universitas Indonesia, jurusan Hukum Tata Negara.

• Di samping menempuh pendidikan formal, Minan juga beberapa kali mengikuti short-term training di beberapa negara, antara lain di

Australia, Jerman, Malaysia, Srilangka.

• Mendirikan Institute for Research and Empowering Society (INRES), sebuah NGO yang bergerak di bidang community organizing untuk

isu penguatan local autonomy dan public services.

• Pada tahun 2003-2004, menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Jawa Tengah.

• Sempat 2 tahun menjadi staf ahli DPR RI, lalu bekerja pada Asean Inter-parliamentary Myanmar Caucuss (AIPMC).

• Pada tahun 2008-2009, Minan menjadi Project Officer untuk Program Election Support di kantor Partnership for Governance Reform.

Pada saat yang sama, Minan bekerja sebagai staf ahli Bawaslu RI.

• Pertengahan 2009-2011, menjadi Consultant UNDP untuk Electoral Dispute Setllement dengan penugasan untuk memberikan

konsultansi kepada Badan Pengawas Pemilu RI, dan Consultant UNDP untuk program Electoral Resources and Information Centre

(ERIC) dengan penugasan untuk memberikan asistensi kepada KPU dalam membangun sistem pelayanan informasi publik.

• Di samping itu, Minan juga aktif memberikan pelatihan dalam berbagai bidang antara lain capacity development untuk anggota

parlemen, partai politik, dan community development

• Saat ini bekerja sebagai program manager untuk program anti money politic di Management System International (MSI).

• Dosen Hukum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia