Isto Bappeda

26
ANALISIS HIRARKI KOTA – KOTA 1. ASPEK TATA RUANG a. Sistem Kota – Kota Adanya fenomena bahwa setiap kabupaten akan terus berkembang, terutama pada ketersediaan sarana prasarana pendukung perkotaan. Jenis kegiatan perkotaan terdiri dari jenis basic perkotaan, dan kegiatan non basic perkotaan kegiatan basic perkotaan adalah kegiatan yang berpengaruh terhadap perubahan struktur ruang, sedangkan kegiatan non basic perkotaan adalah kegiatan yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap perubahan struktur ruang wilayah. Pengelompokan fungsi kegiatan dalam bentuk fungsi kawasan yang jelas sangat diperlukan untuk mempermudah sarana dan prasarana, selanjutnya dapat mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten akan membahas tata ruang yang terbentuk sebagai akibat adanya alokasi sistem kegiatan di wilayah tersebut. Dalam menganalisis struktur tata ruang wilayah, yang pelu dikaji lebih mendalam adalah sistem kagiatan, pusat-pusat pelayanan, dan analisis antar pusat-pusat pelayanan tersebut. 1 Metode Analisis Struktur Tata Ruang Pada prinsipnya analisis sistem kegiatan merupakan rangkuman dari beberapa analisis yang telah

Transcript of Isto Bappeda

Page 1: Isto Bappeda

ANALISIS HIRARKI KOTA – KOTA

1. ASPEK TATA RUANG

a. Sistem Kota – Kota

Adanya fenomena bahwa setiap kabupaten akan terus

berkembang, terutama pada ketersediaan sarana prasarana

pendukung perkotaan. Jenis kegiatan perkotaan terdiri dari jenis

basic perkotaan, dan kegiatan non basic perkotaan kegiatan

basic perkotaan adalah kegiatan yang berpengaruh terhadap

perubahan struktur ruang, sedangkan kegiatan non basic

perkotaan adalah kegiatan yang sama sekali tidak berpengaruh

terhadap perubahan struktur ruang wilayah. Pengelompokan

fungsi kegiatan dalam bentuk fungsi kawasan yang jelas sangat

diperlukan untuk mempermudah sarana dan prasarana,

selanjutnya dapat mengarahkan perkembangan dan

pertumbuhan wilayah.

Analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten akan

membahas tata ruang yang terbentuk sebagai akibat adanya

alokasi sistem kegiatan di wilayah tersebut. Dalam

menganalisis struktur tata ruang wilayah, yang pelu dikaji lebih

mendalam adalah sistem kagiatan, pusat-pusat pelayanan, dan

analisis antar pusat-pusat pelayanan tersebut.

1 Metode Analisis Struktur Tata Ruang

Pada prinsipnya analisis sistem kegiatan merupakan

rangkuman dari beberapa analisis yang telah dilakukan

sebelumnya. Sistem kegiatan yang sudah ada di Kabupaten

akan menempati ruang tertentu dan mempunyai pengaruh

langsung terhadap struktur tata ruang kabupaten, sehingga

dapat dikatakan bahwa komposisi guna lahan dapat

menggambarkan sistem wilayah secara keseluruhan.

berdasarkan kondisi eksisting sistem kegiatan yang ada

dalam wilayah Kabupaten, dapat dikelompokan dalam dua

Page 2: Isto Bappeda

kategori yaitu ; (1) Penggunaan lahan perkotaan (perumahan,

perusahaan, fasilitas umum dan sosial, perkantoran dan

perdagangan, serta kawasan industri), dan (2) penggunaan

lahan non perkotaan seperti pertanian, hutan, kebun, rawa,

dan lahan kritis.

Analisis struktur tata ruang dimaksudkan untuk membentuk

tata jenjang dari pusat-pusat pelayanan (pusat permukiman)

untuk mendukung pertumbuhan antar wilayah Kabupaten

Pada dasarnya tata jenjang pelayanan dipengaruhi oleh

beberapa faktor pembentuk antara lain :

Ketersediaan dan persebaran fungsi dan skala pelayanan.

Jumlah penduduk dan populasi yang terlayani.

Akses pencapaian dan kemudahan memperoleh pelayanan

bagi penduduk.

Kecenderungan pusat pelayanan untuk dapat berkembang

serta daya tampung ruang dan penduduk.

Pada intinya, diasumsikan bahwa semakin tinggi fungsi dan

skala pelayanan pada tiap pusat pelayanan, serta semakin

besar jumlah populasi dan kemudahan pencapaian lebih

memungkinkan untuk dapat berkembang lebih pesat,

sehingga suatu pusat pelayanan akan dapat memberikan

kontribusi pelayanan terhadap wilayah sekitarnya. Dalam hal

ini skala pelayanan ditentukan oleh besarnya atau jangkauan

pelayanan suatu fungsi terhadap wilayah atau kawasan

lainnya, sehingga faktor penunjangnya adalah keterhubungan

antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya untuk dapat

saling bersinergi akan berpengaruh terhadap besarnya

jumlah populasi yang dapat terlayani. Sedangkan terkait

dengan kecenderungan untuk dapat berkembang, ditunjang

oleh ketersediaan lahan pengembangan dan penyiapan

sarana dan prasarana pendukung.

Page 3: Isto Bappeda

Terjemahan dari asumsi tersebut, dikategorikan sebagai

fungsi pelayanan primer (utama) dan fungsi pelayanan

sekunder (komplementer) dengan penjelasan sebagai

berikut:

Fungsi pelayanan primer atau utama, adalah fungsi-fungsi

yang memiliki jangkauan pelayanan lebih luas atau terhadap

keseluruhan wilayah baik secara administrasi maupun

berdasarkan fungsionalnya. Dalam hal ini fungsi primer

Kabupatn meliputi semua fasilitas yang memiliki fungsi

pelayanan terhadap wilayah provinsi ataupun terhadap

seluruh Kabupaten.

Fungsi pelayanan sekunder (komplementer) mencakup fungsi

pelayanan dengan jangkauan terhadap wilayah itu sendiri

dan tidak memiliki akses ataupun kontribusi terhadap

pelayanan atau pengembangan wilayah lainnya.

Pada tatanan wilayah Kabupaten fungsi pelayanan primer

diemban oleh kota kabupaten yang dicirikan dengan

ketersediaan fasilitas pelayanan terhadap seluruh wilayah

pengembangannya terutama dalam konteks pelayanan

administrasi pemerintahan. Sedangkan fungsi pelayanan

sekunder diemban oleh masing-masing kota-kota kecamatan,

yang memiliki jangkauan pelayanan terhadap wilayah

pengembangan kecamatan itu sendiri, dan tidak memiliki

akses terhadap pelayanan wilayah kecamatan lainnya. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel analisa Sistem Skala Pelayanan

berdasarkan Fungsi Fasilitas.

Hasil Analisis yang diperoleh pada tabel tersebut merupakan

penilaian kelengkapan fasilitas yang diperoleh dari sumber

data yang ada, dengan penilaian terhadap fasilitas pelayanan

pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dan

pelayanan jasa serta perdagangan. Adapun fungsi pelayanan

Page 4: Isto Bappeda

lainnya tidak diperoleh sumber data yang akurat, akan tetapi

fungsi-fungsi pelayanan tersebut dapat mewakili jumlah

fungsi lainnya. Tabel tersebut menunjukkan jumlah fungsi

pelayanan primer di Kabupaten yang didasarkan pada

kelengkapan fasilitas sosial ekonomi. fungsi primer yang

terdiri dari pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan

kesehatan, fungsi tersebut ditunjang oleh keberadaan kantor

pemerintahan kabupaten (Bupati), perguruan tinggi dan

SLTA, serta rumah sakit, dengan skala pelayanan terhadap

seluruh wilayah Kabupaten. Demikian halnya, ditunjang oleh

pelayanan pemerintahan dan pendidikan, sedangkan untuk

pelayanan kesehatan memerlukan pendistribusian fasilitas

berupa rumah sakit, sehingga fungsinya sehingga dapat

memberikan distribusi pelayanan dalam rangka meringankan

beban Kota serta tingkat aksesibilitas dari wilayah kecamatan

yang letaknya jauh dari Kota inti.

Dalam konsepsi penataan ruang, diperlukan penegasan

fungsi dan tatanan kawasan perkotaan, sehingga dalam

pengembangan kawasan perkotaan di masa yang akan

datang akan mempertimbangkan peran dan fungsinya

masing-masing, sehingga tidak melampaui ambang batas

yang dapat berdampak pada pola perkembangan kota yang

tidak seimbang terhadap potensi yang dimiliki.

2 Analisis Struktur Tata Ruang

Guna memaksimalkan struktur tata ruang sehingga dapat

membentuk suatu sistem terpadu dan komprehensip yang mampu

memanfaatkan potensi wilayah yang ada, sehingga setiap

kecamatan di Wilayah Kabupaten dapat meningkatkan daya saing

masing-masing, untuk maksud tersebut diperlukan penjenjangan

atau pembentukan hirarki dari sistem pusat dan sub pusat

Page 5: Isto Bappeda

pelayanan dan pengembangannya. Pusat dan sub pusat yang

terbentuk berfungsi untuk memberikan pelayanan terhadap

kawasan sekitarnya (hinterland). Tiap pusat memiliki karakteristik

dan fungsi yang berbeda satu sama lain yang disebabkan oleh

perbedaan potensi fisik, sosial, budaya dan ekonomi yang

beragam.

Perumusan konsepsi struktur tata ruang, didasarkan pada hasil

analisis struktur tata ruang, pola pemanfaatan ruang, kebijakan

pembangunan dan pengwilayahan nasional, serta trend dan

dinamika pengembangan wilayah baik secara internal maupun

eksternal, maka dapat dirumuskan rekomendasi struktur tata

ruang Kabupaten.

Rekomendasi hirarki atau orde pusat pelayanan, fungsi kota

dan wilayah pengaruhnya dalam arahan rencana struktur tata

ruang Kabupaten, mencakup:

Struktur tata ruang yang mencerminkan adanya pusat

konsentrasi permukiman yang berfungsi sebagai pusat

distribusi pemasaran hasil produksi secara hirarkis dan

sistematis.

Pusat simpul jasa dan distribusi yang berorientasi

pelayanan dan kelengkapan fasilitas sosial ekonomi

dalam jumlah yang relatif memadai untuk dapat

menunjang fungsi simpul tersebut.

Dalam konteks penerapan rencana tata ruang Kabupaten,

maka kota-kota yang dimaksudkan dapat berperan sebagai

fungsi primer dan sekunder. Dalam hal ini selain memberikan

pelayanan terhadap wilayahnya sendiri juga memberikan

kontribusi pelayanan terhadap wilayah sekitarnya

(hinterland), sehingga diharapkan akan memacu

pertumbuhan kawasan sentra-sentra produksi di sekitarnya.

Dengan demikian konsep interkoneksitas antara kawasan

perkotaan dan kawasan kampung dapat berjalan sesuai

Page 6: Isto Bappeda

dengan potensi wilayah dan fungsi ruang masing-masing

melalui pemanfaatan sumberdaya lokal yang akan saling

menunjang.

3 Analisis Pergeseran Struktur Tata Ruang Wilayah

Pembentukan pengwilayahan dan sistem pusat

pengembangan akan mengalami perubahan berdasarkan

faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti sumberdaya

alam, letak dan potensi wilayah, aspek transportasi dan

keterjangkauan antar wilayah, pengwilayahan yang dimaksud

berdasarkan RTRW Kabupaten.

b. Wilayah Pengembangan

Page 7: Isto Bappeda

Pengembangan wilayah tersebut mengacu pada dua azas

penataan ruang yaitu: (1) Demokratisasi Ruang dan (2)

Sinergitas Wilayah. Dengan demikian perlunya dibentuk peng-

wilayah-an untuk memudahkan dalam sistem distribusi

pelayanan, sehingga struktur ruang yang terbentuk akan

terhirarki berdasarkan tata jenjang yang dimiliki Pemahaman

demokratisasi ruang implementasinya berupa usaha-usaha

penciptaan tingkat kemudahan yang proporsional bagi

masyarakat untuk menikmati pelayanan sosial ekonomi yang

tersedia, seperti kemudahan untuk melakukan kegiatan-

kegiatan produktif, termasuk pemasaran hasil produksi untuk

meningkatkan taraf perekonomian masyarakat Kemudahan

lainnya adalah pelaksanaan program pembangunan menurut

sektor-sektor pembangunan masing-masing sekaligus

menghindari benturan kepentingan antar sektor dalam

pemanfaatan ruang.

Sinergi wilayah diwujudkan dalam membentuk keterkaitan

fungsional antar satuan-satuan permukiman/sub wilayah

pengembangan, baik secara internal maupun secara eksternal,

sehingga membentuk wilayah terpadu yang mampu saling

bersinergi terhadap pembangunan wilayah Untuk menunjang

proses tersebut, perlunya memperhatikan keunggulan masing-

masing wilayah yang dapat dioptimalisasi pemanfaatannya

guna kepentingan pembangunan wilayah itu sendiri.

Dalam sistem pengwilayahan pembangunan nasional, wilayah

Kabupaten HALTIM terintegrasi dalam Pengembangan Kawasan

Timur Indonesia (KTI), sehingga dalam penetapan program

yang berkaitan dengan pengembangan wilayah secara

keseluruhan, tidak lepas dari Kebijakan Pengembangan Tata

Ruang Wilayah Nasional, serta dinamika pengembangan

wilayah disekitarnya.

Page 8: Isto Bappeda

2. Ketersediaan Infrastruktur

a. Fasilitas Publik

Penyediaan Pelayanan yang paling diperlukan adalah

Infrastruktur, definisi Infrastuktur menurut The Routladge

Dictionary of Modern Economics (1996) adalah pelayanan

utama dari suatu Kota maupun Kabupaten yang membantu

kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat supaya terjamin

kelangsungannya dengan menyediakan fasilitas public, dalam

majalah Priority Outcome No 3 Pebruari 2003, Infrastruktur

dibagi 3, yaitu:

a. Infrastruktur Ekonomi, merupakan aset yang menyediakan

jasa dan digunakan dalam produksi dan konsumsi final

meliputi:

a. Public utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi dan

gas.

b. Public works (jalan, bendungan, saluran irigasi dan

drainase)

c. Transportation (Jaringan jalan, lapangan terbang dan

pelabuhan.

b. Infrastruktur Sosial, merupakan asset yang mendukung

kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi:

Pendidikan(Sekolah,Universitas&Perpustakaan)Kesehatan

(Rumah Sakit, Puskesmas)Rekreasi (Taman, Museum)

c. Fasilitas Pemerintahan

Kantor Bupati, Kantor DPR, KPU, POLRES, BADAN Beserta SKPD

b. Fasilitas Ekonomi

Page 9: Isto Bappeda

Perdagangan dan jasa berlangsung di kawasan perkotaan.

Sebagai suatu wilayah administratif kabupaten, kota-kota

pemerintahan yang ada menjadi acuan dalam menetapkan

struktur kata-kota, di samping batasan satuan wilayah

pembangunan (SWP). Dengan karakteristik wilayah Kabupaten

sebagai daerah dengan ruang yang lengkap, maka kegiatan

perdagangan dan jasa sangat berhubungan dengan aktivitas

distribusi dan koleksi yang mengandalkan alat transportasi

darat dan laut.

Karena itu analisis keruangan untuk kegiatan perkotaan perlu

mengutamakan kota-kota yang ada di sepanjang pantai (coastal

town) dan wilayah pedaratan.

Arahan Analisis Skala Kegiatan

Untuk memperkirakan besarnya skala kegiatan perkotaan

(jumiah penduduk kota) perlu dilakukan pemahaman atas:

Pola pertumbuhan penduduk kota-kota sampai saat ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan laju

pertumbuhan penduduk perkotaan.

Agar dapat diperoleh informasi lengkap dan dapat

dipertanggungiawabkan secara ilmiah, maka diperlukan rujukan

pada data sekunder. Selanjutnya dilakukan perhitungan proyeksi

dengan model regresi.

Arahan Analisis Kebutuhan Ruang Kegiatan

Untuk memperkirakan besarnya ruang yang dibutuhkan oleh

kegiatan perkotaan perlu diketahui :

Komponen ruang di dalam kawasan perkotaan.

Page 10: Isto Bappeda

Rasio kebutuhan ruang untuk setiap komponen.

Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut perlu rujukan

pada laporan atau buku mengenai perkotaan.

Arahan Analisis Orientasi Lokasi

Untuk dapat rnengetahui orientasi lokasi perkembangan

perkotaan perlu diketahui :

Kecenderungan arah perkembangan perkotaan sampai saat

ini.

Kendala alamiah sosial-budaya, hankam, dan fisik-ruang.

Untuk mengetahui hal tersebut perlu dimiliki peta mengenai

sebaran lokasi perkotaan dan besarannya secara time-series,

serta peta kondisi fisik wilayah studi. Di samping itu perlu pula

informasi mengenai kendala sosial budaya dan hankam dalam

perkembangan ruang kota.

Keterkaitan (jarak) dengan kegiatan lainnya

Untuk dapat mengetahui keterkaitan (jarak) dengan kegiatan

lainnya, maka perlu dipahami :

Kegiatan-kegiatan terkait dengan kegiatan perdagangan dan

jasa.

Sebaran lokasi kegiatan terkait yang sudah ada.

Untuk itu diperlukan peta yang memuat informasi penyebaran

lokasi kegiatan saat ini

Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Untuk dapat mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana

menunjang perkotaan diperlukan:

Perkiraan kebutuhan prasarana sarana pada tahun

mendatang.

Sebaran prasarana sarana yang ada saat ini.

Page 11: Isto Bappeda

3. Aksesibilitas

a. Jarak Rata Rata ke Pusat Propinsi

Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari beberapa pulau sangat

membutuhkan fasilitas perhubungan laut. Sampai dengan

Tahun 2010, jumlah pelabuhan laut yang melakukan bongkar

muat barang dalam negeri pelabuhan yang tersebar di 10

kabupaten/kota.

Kontribusi sektor perhubungan laut, selain untuk meningkatkan

mobilitas penduduk juga terhadap perekonomian Provinsi

Maluku Utara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pelabuhan di

Ternate sangat menunjang kegiatan ekonomi di sektor

perdagangan baik antar pulau ataupun perdagangan luar

negeri.

b. Jarak Rata Rata Ke pusat Pemerintahan Kabupaten

Di wilayah Kabupaten, kuantitas sarana dan prasarana

perhubungan darat merupakan faktor dominan dalam

menunjang mobilitas pergerakan penduduk dan barang (roda

perekonomian), sehingga peningkatan kualitas sarana dan

prasarana serta fasilitas penunjang lainnya menjadi salah satu

faktor penentu untuk penunjang peningkatan kesejahteraan

penduduk terutama dalam menghadapi era globalisasi.

c. Skenario Penetapan Ibu Kota Kabupaten

Skenario pengembangan Kabupaten dimaksudkan sebagai

arahan dasar dalam mewujudkan dan mengimplementasikan

konsep strategi program pembangunan yang akan

direncanakan nantinya. Rumusan skenario pengembangan

Page 12: Isto Bappeda

Kabupaten hingga tahun kedepan dalam bentuk pembangunan

Kabupaten sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan

dimasa yang akan datang. Pendekatan penyusunan skenario

didasarkan pada potensi unggulan wilayah dan permasalahan

dalam pengembangan Kabupaten Berpedoman pendekatan

tersebut, ditemukan bahwa skenario yang disusun dalam

Kabupaten yang memperhatikan kebijakan pembangunan yang

telah digariskan dalam RENSTRA dan RPJP dan RPJM Kabupaten,

yang masih relevan untuk dikembangkan, dengan catatan perlu

dilakukan penyempurnaan dalam strategi pembangunan pada

bagian ketujuh dalam laporan ini.

Dalam penyusunan skenario pengembangan wilayah, terlebih

dahulu perlu ditetapkan tujuan pengembangan Kabupaten,

yang secara garis besar, diuraikan sebagai berikut :

1. Secara internal, meningkatkan pertumbuhan dan

pemerataan ekonomi setempat dengan mengoptimalkan

potensi wilayah, baik potensi ekonomi maupun potensi

sumberdaya alam. Untuk itu perlu menetapkan dan

mengembangkan sektor unggulan yang menjadi pasar

regional dan ekspor sebagai kekuatan pendorong untuk

meningkatkan daya saing Kabupaten.

2. Secara eksternal, meningkatkan “positioning” Kabupaten

sebagai kawasan pengembangan perikanan dan kelautan,

pariwisata, pertanian dan perkebunan. Untuk itu perlu

dibangun “strategis alliances” atau kerjasama antarwilayah

yang sinergis dan saling menguntungkan untuk memperkuat

sebuah “synergic networking” sebagai kekuatan pendorong

untuk meningkatkan posisi daya saing Kabupaten.

4. Letak Geografis

Page 13: Isto Bappeda

a. Luas Wilayah

Bahwa pemilihan lokasi ibukota, harus mempertimbangkan

kemudahan pengelolaannya, kemampuan pembiayaan, aspek

hukum, hankamnas dan lain-lainnya. Aspek administratif

berkaitan dengan aspek hukum, penyelenggaraan

pemerintahan, pengelolaan pembangunan. Aspek ini terdiri

dari:

1. Kota atau lokasi yang dipilih memiliki total jarak fisik yang

terkecil agar mudah terjangkau dari seluruh wilayah untuk

kelancaran dalam pelayanan pemerintahan.

2. Kota atau lokasi yang dipilih tidak terlalu dekat dengan

Ibukota Kabupaten induk agar lokasi tersebut dapat

menjalankan fungsinya. Jadinya sebaiknya kota atau

dilokasi yang dipilih mudah dijangkau seluruh wilayah

kabupaten untuk pelayanan kepada masyarakat.

Pada dasarnya ibukota kabupaten berfungsi kompleks, artinya

ibukota dapat merupakan pusat administrasi pemerintahan,

pusat kegiatan perdagangan, pusat jasa serta pusat

kebudayaan. Penentuan suatu kota kecamatan sebagai ibukota

kabupaten bermula karena adanya kegiatan-kegiatan ekonomi

atau kebudayaan, baru kemudian fungsinya ditambahkan

sebagai pusat administratif kepemerintahan bagi daerah

sekitarnya, dan hal ini merupakan karakteristik umum dari

pertumbuhan ibukota suatu wilayah (Mc. Gee, 1976:29-30).

Ibukota kabupaten dengan fungsinya sebagai pusat

administrasi pemerintahan terkait erat juga sebagai pusat

pelayanan bagi masyarakat. Sektor pemerintahan disini harus

dapat secara dominan memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

tersebut mengikuti hirarki administrasi pemerintahan sehingga

antara pusat pemerintahan dengan pusat pelayanan

Page 14: Isto Bappeda

masyarakat terkait erat. Lokasi antara keduanya sangat

mempengaruhi hubungan keduanya, semakin dekat jarak

kedua lokasi tersebut maka semakin mudah pula bagi

masyarakat untuk dapat memperoleh apa yang diinginkan

terhadap lokasi tersebut. Pusat pemerintahan tersebut terjadi

karena permintaan masyarakat akan pelayanan-pelayanan

pemerintahan yang tidak dapat mereka hasilkan sendiri; oleh

semua golongan masyarakat yang berharap banyak untuk

dapat memperoleh pelayanan pemerintahan tersebut

(Mc.Lean,Mary; 1959:61)

Dengan ditetapkannya Kota sebagai ibukota Pemerintahan

Kabupaten sebagai kabupaten baru maka diharapkan dapat

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan

efisien sehingga hasilnya dapat dirasakan secara nyata oleh

masyarakat. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu lokasi yang

diharapkan dapat menjadi pusat pemerintahan di kota

Pangkalan Balai sehingga dapat memberikan fungsi sebagai

‘public service’.

Dalam menentukan lokasi kota pusat pemerintahan kabupaten,

persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah persyaratan

fisik. 2 (dua) persyaratan yang dianggap paling penting dalam

penentuan lokasi ibukota kabupaten (Vera Sari, 1997 : 8) antara

lain :

1. Calon lokasi daerah ibukota sebaiknya relatif datar dan bebas

banjir

2. Dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, maka

daerah yang akan dipilih sebagai calon ibukota harus

strategis dan aksesible bagi kepentingan pergerakan

kegiatan-kegiatan administratif kota-kota kecamatan

terhadap ibukotanya.

Page 15: Isto Bappeda

b. Kondisi Topografi

Penentuan lokasi ini akan meliputi pemilihan dan analisa letak

(site selection and site analysis), termasuk di dalamnya studi

tentang keadaan topografi, pola penggunaan tanah sekarang,

hubungan dengan pusat-pusat kegiatan penduduk maupun

kegiatan sosial ekonomi yang telah ada dan direncakan,

jaringan jalan, perhitungan-perhitungan perekonomian

perdagangan, dll.”( Myra P.Gunawan, 1977:186)

Dalam penentuan lokasi kawasan pusat pemerintahan juga

diperlukan pertimbangan terhadap topografi atau bentuk dasar

permukaan tanah. Kriteria topografi sendiri antara lain adalah

ketinggian diatas permukaan air laut, orientasi topografi dan

kemiringan lereng. (Joseph De Chiara dan Lee E Koppelman,

4:1994).

Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu

tapak merupakan sumber daya visual dan estetika yang angat

mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah serta

fungsi rekreasi, intrefretatif dan sebagainya. Pemahaman

terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk

terhadap pemilihan lokasi untuk jalan dan rute lau lintas alam

tetapi juga menyatakan susunan keruangan terhadap lokasi.”

(Joseph De Chiara dan Lee E. Koppelman, 1994:3)

Selain itu juga topografi sangat dibutuhkan dalam pemilihan

lokasi bagi kawasan pusat pemerintahan dengan tujuan untuk

melihat kondisi dari lokasi. Semakin datar lokasi maka semakin

besar daya dukung terhadap bangunannya.

Untuk kepentingan pembangunan dan pengaturan guna lahan,

perlu ditunjang oleh karakteristik topografis yang baik, yang

menyangkut kemiringan lahan yang kecil dan kondisi relief yang

tidak berlekuk-lekuk. Lahan dengan persen lereng yang besar

dan relief yang berlekuk-lekuk atau berbukit-bukit akan

Page 16: Isto Bappeda

meningkatkan biaya pembangunan fasilitas perkotaan terutama

dalam hal pematangan lahan. Selain itu juga menyulitkan

pergerakan penduduk.”(Mohammad Syafri Afriansyah, 1990:89).

Analisis yang di gunakan adalah analisis Keseusian lahan

dengan menggunakan metode GIS Berdasarkan acuan dari PP

No 14 Tahun 2011 Tentang Tingkat Ketelitian Peta.

c. Sumber air bersih

Kualitas air baku, fasilitas sarana dan prasarana pengolahan,

jaringan distribusi dan pengelolaan yang belum memenuhi

standar kualitas air bersih, standar keshatan maupun standar

teknis, mengakibatkan belum terpenuhinya pelayanan “safe

drinking water” yaitu air siap minum, saat ini hanya PDAM

Kabupaten yang telah mampu menghasilkan air siap minum

itupun belum maksimal digunakan masyarakat.

Kecenderungan yang ada, ditambah dengan euphoria otonomi

daerah menyebabkan masing-masing Kabupaten/Kota memiliki

sendiri Perusahaan Air Minum sesuai batas administrasi wilayah

tanpa memperhatikan efektivitas pelayanan sesuai dengan

besaran aktivitas ekonomi dan jumlah penduduk serta tidak

melihat terbatasnya ketersediaan air baku yang akhirnya

menimbulkan masalah seperti:

1. Jumlah pelanggan tidak mencapai skala ekonomis

2. Keterbatasan air baku dalam wilayah administrasi

3. Menurunnya kualitas lingkungan akibat pengambilan air baku

berlebihan

4. Konflik kepentingan antara PDAM dan Pemerintah Daerah.

Mengingat pentingnya kebutuhan akan air sebagai hajat hidup

orang banyak, maka sampai saat ini harga jual air di atur oleh

Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD melalui

Page 17: Isto Bappeda

Peraturan Daerah, hal tersebut menyebabkan masalah bagi

sebagian besar PDAM karena harga yang ditetapkan lebih

bersifat sosial bahkan politik bukan pada perhitungan teknis,

keuangan maupun pelayanan akibatnya seringkali harga jual ke

masyarakat seringkali lebih rendah dari biaya produksinya.

Sehingga banyak PDAM yang hidupnya kembang kempis dan

pelayanan yang diberikan menjadi sekedarnya.

d. Zona rawan bencana

Pada dasarnya, faktor resiko dalam menangani suatu

bencana alam, dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat)

kategori resiko, yaitu :

a. Catastrophic (Bencana)

b. Critical (Kritis)

c. Marginal (kecil)

d. Negligible (dapat diabaikan)

Adapun pengaruh atau dampak yang ditimbulkan terhadap suatu

bencana alam dapat berpengaruh proses pengembangan

wilayah, faktor biaya akibat kerugian yang ditimbulkan,

dukungan pihak pemerintah terhadap penanggulangan bencana,

metode atau cara dalam menanggulangi ancaman bencana yang

terjadi.

Ancaman adalah aksi yang terjadi yang dapat mengganggu

keseimbangan lingkungan. Timbulnya ancaman dapat dipicu

oleh suatu kondisi dari sumber ancaman. Sumber ancaman

kawasan pesisir yang berasal dari alam yaitu berupa bencana

alam gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, angin ribut, dan

abrasi.

Berdasarkan informasi yang ada ancaman untuk disetiap di

Kabupaten akan memperlihatkan bahwa faktor yang

Page 18: Isto Bappeda

menyebabkan terjadi merupakan faktor alam dan manusia yang

tidak diketahui kapan akan terjadi sehingga dampak yang

nantinya akan terjadi bila bencana alam itu terjadi dan rata-rata

damapk yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, korban

jiwa, kerusakan materil serta menimbulkan bencana alam yang

baru. Adapun alasan yang timbul dari ancaman alam ini dapat di

definisikan dalam tabel berikut :

Tabel. 4.1Identifikasi Ancaman Di Wilayah Kabupaten

Sumber Ancaman

Potensi Penyebab Dampak yang timbul

Tsunami Gempa Bawah Laut Longsor Bawah Laut Pusat gempa kedalaman 10 – 90 Km dengan

besaran 4,6 SR atau lebih besar. Terdapat Patahan Pater-Noster Patahan Walanae

Kerusakan Lingkungan Pesisir

Korban Jiwa Kerusakan Materi

Banjir Meluapnya air dari gunung Kurangnya kesadaran masyarakat Naiknya air laut ke darat akibat terjadinya

pasang air laut.

Kerusakan Lingkungan

Korban Jiwa Kerusakan Materi

5. Aspek Kependudukan

Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan

suatu wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap pengembangan atau pembangunan suatu

wilayah dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk,

komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan kebiasaan

penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat

diperlukan dalam penyusunan Pembangunan.

Maju dan berkembangnya suatu kawasan atau kota adalah

merupakan peran dari orang atau manusia yang ada didalamnya,

sebab pada prinsipnya sesungguhnya dengan kemapaman atau

skill dari setiap manusia tersebutlah yang mampu mengelola serta

melakukan pamnfatan yang bijak serta mapan bagi daerah

tersebut.

Page 19: Isto Bappeda

Kabupaten dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah serta

memiliki jumlah penduduk yang terbilang cukup padat akan

semakin mampu bersaing dalam era globalisasi ini apabila

kondisialam mampu diseimbangkan dengan kondisi SDM yang

memadai pula. Sepanjang penulusuran atau observasi yang

dilakukan consultan kami dapat disimpulkan bahwa potensi dari

masyarakat pada kabupaten khususnya terbilang sudah mengalami

peningkatan mutu SDM, hal itu di pengaruhi oleh beberapa

indicator yaitu:

Sudah meningkatnya keinginan masyarakat untuk bersekolah

Meningkatnya kelengkapan penunjang fasilitas sekolah

Besarnya pengaruh lingkungan masyarakat yang sangat

partisipatif dalam meningkatkan SDM.

Hal-hal tersebut diataslah yang memberikan pengaruh pada

masyarakat sehingga kecendurungan untuk belajar atau

bersekolah ada. Inilah kemudian yang menyebabkan dengan

meningkatnya tenaga manusia (SDM) yang bisa mengelola SDA

yang ada secara optimal dan maksimal. Sangatlah elok jika situasi

ini berkepanjangan, sebab kalau seperti ini tentu dapat diramalkan

bahwa yang menikmati kekayaan alam dari suatu daerah dalam hal

ini adalah Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk itu, perlu juga

dilakukan semacam penyuluhan tentang pentingnya pendidikan

untuk masyarakat, guna kelak mampu mewujudkan Kabupaten

Sidenreng Rappang yang lebih baik lagi di masa mendatang.

A. Jumlah Penduduk

Pada dasarnya jumlah penduduk di suatu wilayah sangat

menjadi factor peningkatan daerah dan menjadi pengerak

utama karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa

mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang ada secara optimal

Page 20: Isto Bappeda

dan maksimal. Maka dalam aturan PP NO 78 Tahun 2007

Mengisyartkan jumlah penduduk harus mencapai 30000 KK.

B. Kepadatan Penduduk

Distribusi penduduk terkait dengan jumlah penduduk yang

mendiami suatu wilayah atau pengelompokan jumlah penduduk

yang didasarkan pada batasan administrasi wilayah yang

bersangkutan. Jumlah penduduk yang terdistribusi pada suatu

wilayah, akan mempengaruhi tingkat konsentrasi pelayanan

sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melayani

kebutuhan penduduk pada wilayah tersebut. Dengan tingkat

kepadatan rata – rata adalah 20,5 %.