Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

34
Istihsan, Urf, Istishab, Marsalah Mursalah, dan Syahd Dzariah Fiqh/Ushul Fiqh

Transcript of Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Page 1: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Istihsan, Urf, Istishab, Marsalah

Mursalah, dan Syahd Dzariah

Fiqh/Ushul Fiqh

Page 2: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Disusun Oleh :

Novia AryanieRisky Sukmarawati Sabila Ainun Hafsah

Kelompok 121/B

Page 3: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Istihsan

Page 4: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Pengertian

Istihsan menurut bahasa berarti menganggap baik atau mencari yang

baik.

Page 5: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Dasar Hukum Istihsan

Yang berpegang dengan dalil istihsan ialah Madzhab Hanafi, menurut mereka

istihsan sebenarnya semacam qiyas, yaitu memenangkan qiyas khafi atas

qiyas jali atau mengubah hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa

atau kejadian yang ditetapkan berdasar ketentuan umum kepada ketentuan khusus karena ada suatu

kepentingan yang membolehkannya.

Page 6: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Disamping Madzhab Hanafi, golongan lain yang menggunakan istihsan ialah

sebagian Madzhab Maliki dan sebagian Madzhab Hambali.

Page 7: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Yang menentang istihsan dan tidak menjadikannya sebagai dasar hujjah

ialah Madzhab Syafi'i. Istihsan menurut mereka adalah menetapkan hukum syara' berdasarkan keinginan hawa

nafsu.

Page 8: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Macam-Macam Istihsan

Ditinjau dari segi pengertian istihsan menurut ulama ushul fiqh di atas, maka istihsan itu terbagi atas dua macam, yaitu:

Pindah dari qiyas jali kepada qiyas khafi,

Pindah dari hukum kulli kepada hukum juz-i

Page 9: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Istishab

Page 10: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Pengertian Istishab

Istishab menurut bahasa berarti ”mencari sesuatu yang ada hubungannya”.

Menurut istilah ulama fiqh, ialah tetap berpegang pada hukum yang telah ada dari

suatu peristiwa atau kejadian sampai ada dalil yang mengubah hukum tersebut.

Atau dengan kata lain, ialah menyatakan tetapnya hukum pada masa lalu, sampai ada

dalil yang mengubah ketetapan hukum tersebut.

Page 11: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Contoh Istishab

Telah terjadi perkawinan antara laki-laki A dan perempuan B, kemudian mereka berpisah dan berada di tempat yang berjauhan selama 15 tahun. Karena telah lama berpisah itu maka B ingin kawin dengan laki-laki C. Dalam hal ini B belum dapat kawin dengan C karena ia telah terikat tali perkawinan dengan A dan belum ada perubahan hukum perkawinan mereka walaupun mereka telah lama berpisah. Berpegang ada hukum yang telah ditetapkan, yaitu tetap sahnya perkawinan antara A dan B, adalah hukum yang ditetapkan dengan istishab.

Page 12: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Dasar Hukum Istishab

Dari keterangan dan contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya istishab itu bukanlan cara menetapkan

hukum (thuruqul istinbath),

Page 13: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa sebenarnya istishab itu tidak lain hanyalah untuk mempertahankan

hukum yang telah ada, bukan untuk menetapkan hukum yang baru.

Page 14: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Macam-Macam Istishab

Ditinjau dari segi timbulnya kaidah-kaidah

itu istishhab dapat dibagi kepada:

Istishhab berdasar penetapan akal Istishhab berdasarkan hukum syara’

Page 15: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Kedudukan Istishhab Diantara Dalil-dalil yang Lain

Banyak ulama yang menjelaskan bahwa secara hirarki ijtihad, istishhab termasuk dalil atau pegangan yang terakhir bagi seorang mujtahid setelah ia tidak menemukan dalil dari al-Qur’an, al-Sunnah, ijma’ atau qiyas. Al-Syaukany misalnya mengutip pandangan seorang ulama yang mengatakan:“Ia (istishhab) adalah putaran terakhir dalam berfatwa. Jika

seorang mufti ditanya tentang suatu masalah, maka ia harus mencari hukumnya dalam al-Qur’an, kemudian al-

Sunnah, lalu ijma’, kemudian qiyas. Bila ia tidak menemukan (hukumnya di sana), maka ia pun (boleh)

menetapkan hukumnya dengan ‘menarik pemberlakuan hukum yang lalu di masa sekarang’ (istishhab al-hal).

Jika ia ragu akan tidak berlakunya hukum itu, maka prinsip asalnya adalah bahwa hukum itu tetap berlaku.

Page 16: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Perbedaan Pendapat Tentang Istishab

Pendapat pertama, bahwa istishhab adalah dalil (hujjah) dalam penetapan ataupun penafian sebuah hukum. Pendapat ini didukung oleh Jumhur ulama dari kalangan Malikiyah, Hanabilah, mayoritas ulama Syafi’iyah dan sebagian Hanafiyah.

Page 17: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Pendapat kedua, bahwa istishhab tidak dapat dijadikan sebagai hujjah secara mutlak, baik dalam menetapkan hukum ataupun menafikannya. Ini adalah pendapat mayoritas ulama Hanafiyah.

Pendapat ketiga, bahwa istishhab adalah hujjah pada saat membantah orang yang memandang terjadinya perubahan hukum yang lalu –atau yang dikenal dengan bara’ah al-dzimmah- dan tidak dapat sebagai hujjah untuk menetapkan suatu hukum baru.

Page 18: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Maslahah Mursalah

Page 19: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Pengertian Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah ialah pembinaan (penetapan) hukum berdasarkan

maslahah (kebaikan, kepentingan) yang tidak ada penentuannya dari

syara’ baik ketentuan secara umum atau secara khusus.

Page 20: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Syarat-Syarat Maslahah Mursalah

Maslahah itu harus hakikat, bukan dugaan.

Maka maslahah-maslahah yang bersifat dugaan, sebagaimana yang dipandang sebagian orang dalam sebagian syari’at tidaklah diperlukan, seperti dalil maslahah yang dikatakan dalam soal hak talak tersebut kepada hakim saja dalam semua keadaan.

Page 21: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Maslahah harus bersifat umum dan menyeluruh, tidak khusus untuk orang tertentu dan tidak khusus untuk beberapa orang dalam jumlah sedikit.

Maslahah itu harus sejalan dengan tujuan hukum-hukum yang dituju oleh syari’.

Maslahah itu bukan maslahah yang tidak benar, di mana nash yang sudah ada tidak membenarkannya dan tidak menganggap salah.

Page 22: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Macam-macam Maslahah

Ditinjau dari materinya, para ulama ushul fikh membagi maslahah menjadi dua : › Maslahah ammah › Maslahah khassah

Sementara dilihat dari berubah atau tidaknya maslahah , Muhammad Mustafa al-Ayalabi membagi maslahah menjadi 2 : › Maslahah al stabitah, › Maslahah Mutaghayirah

Page 23: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Dan dilihat dari segi keberadaan Maslahat itu sendiri, syariat membaginya atas tiga bentuk yaitu: › Maslahah muktabarah › Maslahah al-mulghah › Maslahah yang keberadaannya

tidak didukung oleh syarak dan tidak pula ditolak melalui dalil yang detail (rinci). Maslahah al-gharibah Maslahah al-mursalah

Page 24: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Urf

Page 25: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Pengetian Urf

Kata ‘urf dalam bahasa Indonesia sering disinonimkan dengan ‘adat

kebiasaan namun para ulama membahas kedua kata ini dengan panjang lebar, ringkasnya: AI-’Urf adalah sesuatu yang diterima oleh

tabiat dan akal sehat manusia.

Page 26: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Macam-macam Urf Urf ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya

o Urf ‘am (umum)o Urf khosh (khusus)

Urf ditinjau berdasarkan objeknya o Urf Lafzhy (ucapan)o Urf Amali (perbuatan)

Urf ditinjau berdasarkan diterima atau tidaknyao Urf shahih o Urf bathil

Page 27: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Saddu Dzari’ah

Page 28: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Pengertian Saddu Dzari’ah Kata sadd adz-dzari’ah ( الذريعة merupakan bentuk (سدfrase (idhafah) yang terdiri dari dua kata, yaitu sadd (Eد Fس ) dan adz-dzari’ah (ةFعG .(الذIرHي

Secara etimologis, kata as-sadd (Eد Iالَّس) merupakan kata benda abstrak (mashdar) dari Eد KَّسF ي Iد FسدLا Fس. Kata as-sadd tersebut berarti menutup sesuatu yang cacat atau rusak dan menimbun lobang.

Sedangkan adz-dzari’ah (ةFعG merupakan kata (الذIرHيbenda (isim) bentuk tunggal yang berarti jalan, sarana (wasilah) dan sebab terjadinya sesuatu. Bentuk jamak dari adz-dzari’ah (ةFعG -adalah adz (الذIرHيdzara’i (عH اِئ FرIالذ).

Page 29: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Dari berbagai pandangan di atas, bisa dipahami bahwa sadd adz-dzari’ah

adalah menetapkan hukum larangan atas suatu perbuatan tertentu yang

pada dasarnya diperbolehkan maupun dilarang untuk mencegah terjadinya

perbuatan lain yang dilarang.

Page 30: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Kedudukan Sadd Adz-Dzari’ah

Secara umum berbagai pandangan ulama tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu: oYang menerima sepenuhnya oYang tidak menerima sepenuhnya oYang menolak sepenuhnya

Page 31: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Dasar Hukum Sadd Adz-Dzari’ah

Alquran Sunah Kaidah Fikih  

Page 32: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Macam-Macam Adz-Dzari’ah Dilihat dari aspek akibat yang timbulkan, Ibnu al-

Qayyim mengklasifikasikan adz-dzari’ah menjadi empat macam, yaitu: › Suatu perbuatan yang memang pada dasarnya pasti

menimbulkan kerusakan (mafsadah). › Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan atau

dianjurkan (mustahab), namun secara sengaja dijadikan sebagai perantara untuk terjadi sesuatu keburukan (mafsadah).

› Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun tidak disengaja untuk menimbulkan suatu keburukan (mafsadah), dan pada umumnya keburukan itu tetap terjadi meskipun tidak disengaja.

› Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun terkadang bisa menimbulkan keburukan (mafsadah).

Page 33: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Sedangkan dilihat dari aspek kesepakatan ulama, al-Qarafi dan asy-Syatibi membagi adz-dzari’ah menjadi tiga macam, yaitu: › Sesuatu yang telah disepakati untuk tidak

dilarang meskipun bisa menjadi jalan atau sarana terjadinya suatu perbuatan yang diharamkan

› Sesuatu yang disepakati untuk dilarang, seperti mencaci maki berhala bagi orang yang mengetahui atau menduga keras bahwa penyembah berhala tersebut akan membalas mencaci maki Allah seketika itu pula.

› Sesuatu yang masih diperselisihkan untuk dilarang atau diperbolehkan, seperti memandang perempuan karena bisa menjadi jalan terjadinya zina; dan jual beli berjangka karena khawatir ada unsur riba.

Page 34: Istihsan, urf, istishab, marsalah mursalah

Terima Kasih