ISSN Edisi 15 PRIORITAS PENDIDIKAN · laporan karena kami sudah membaca buku tentang gaya...

20
ISSN 2303 - 0852 Edisi 15 Apr-Agst 2016 USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com PRIORITAS PENDIDIKAN Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik Persiapkan Calon Guru Profesional Kemenag-USAID PRIORITAS Reformasi LPTK-PTKIN Bogor - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menggandeng USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu penyiapan calon guru profesional di LPTK PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri). “Kami akan mereformasi proses penyiapan calon guru di LPTK PTKIN. Ke depan, lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah,” kata Prof Dr Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag, di sela-sela acara diskusi dengan 38 Dekan Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat masukan dalam menyusun rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor, (22/6). “Selama ini masih tampak adanya kesenjangan antara teori dan konten yang diajarkan di kampus dengan praktik di madrasah. Akibatnya, proses perkuliahan dan pelatihan di kampus di samping kurang relevan, juga kurang menarik, dan kurang mendukung peningkatan mutu pembelajaran,” katanya lagi. Menurut guru besar Universitas Alaudin Makassar itu, program reformasi LPTK PTKIN ini akan mengambil praktik baik yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS. Ada tiga hal utama yang dikembangkan dalam rangka reformasi LPTK PTKIN tersebut. Pertama, menyusun grand design reformasi LPTK yang akan dimulai pada tahun 2017. Kedua, seluruh dosen Fakultas Tarbiyah akan dilatih memfasilitasi perkuliahan dengan pendekatan yang lebih menekankan pada praktik. Ketiga, mengembangkan madrasah lab mitra LPTK PTKIN untuk menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa. Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS, menyampaikan dukungannya untuk rencana Kemenag tersebut. “Kami sudah melatih fasilitator dari LPTK mitra, melatih dan mendampingi madrasah mitra LPTK dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen yang baik, dan mengembangkan modul dan buku sumber perkuliahan yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif. Dari langkah ini, kami berharap dapat meningkatkan kualitas perkuliahan penyiapan calon guru di LPTK PTKIN,” kata dia dalam penjelasannya di acara diskusi tersebut. (Anw) Wakil Dubes AS Amati Penggunaan Buku Bacaan Berjenjang Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad (kiri), dan Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters (kanan), melihat kegiatan membaca di kelas dengan buku bacaan berjenjang di SDN Jelupang 2, Tangerang Selatan. Tangerang Selatan, Banten – Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeeters dan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengunjungi SDN Jelupang 2, dalam acara simbolik serah terima 8 juta buku bacaan berjenjang. Keduanya mengunjungi kelas 1 dan III yang sedang belajar dengan menggunakan buku bacaan berjenjang. Pada kunjungan tersebut, mereka juga didampingi Wakil Walikota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Engkos Kosasih beserta Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, dan Direktur program USAID PRIORITAS, Stuart Weston. Para pejabat tersebut, juga secara bergantian mencoba menggunakan buku untuk membimbing siswa membaca bersama. (Anw/Anl) Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Dr Kamaruddin Amin, dan Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, menandatangani pengembangan kerja sama peningkatan mutu madrasah dan LPTK PTKIN. Baca selengkapnya di halaman 2. Berita lainnya di halaman 3.

Transcript of ISSN Edisi 15 PRIORITAS PENDIDIKAN · laporan karena kami sudah membaca buku tentang gaya...

ISSN2303 - 0852

Edisi 15Apr-Agst

2016

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com

PRIORITAS PENDIDIKANMedia Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

Persiapkan Calon Guru Profesional

Kemenag-USAID PRIORITAS Reformasi LPTK-PTKIN

Bogor - Kementerian Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menggandeng USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu penyiapan calon guru profesional di LPTK PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri).

“Kami akan mereformasi proses penyiapan calon guru di LPTK PTKIN. Ke depan, lulusan LPTK PTKIN diharapkan lebih siap menjadi guru profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah dan sekolah,” kata Prof Dr Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag, di sela-sela acara diskusi dengan 38 Dekan Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat masukan dalam menyusun rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor, (22/6).

“Selama ini masih tampak adanya kesenjangan antara teori dan konten yang diajarkan di kampus dengan praktik di madrasah. Akibatnya, proses perkuliahan dan pelatihan di kampus di samping kurang

relevan, juga kurang menarik, dan kurang mendukung peningkatan mutu pembelajaran,” katanya lagi.

Menurut guru besar Universitas Alaudin Makassar itu, program reformasi LPTK PTKIN ini akan mengambil praktik baik yang sudah dikembangkan USAID PRIORITAS. Ada tiga hal utama yang dikembangkan dalam rangka reformasi LPTK PTKIN tersebut. Pertama, menyusun grand design reformasi LPTK yang akan dimulai pada tahun 2017. Kedua, seluruh dosen Fakultas Tarbiyah akan dilatih memfasilitasi perkuliahan dengan pendekatan yang lebih menekankan pada praktik. Ketiga, mengembangkan madrasah lab mitra LPTK PTKIN untuk menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa.

Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS, menyampaikan dukungannya untuk rencana Kemenag

tersebut. “Kami sudah melatih fasilitator dari LPTK mitra, melatih dan mendampingi madrasah mitra LPTK dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen yang baik, dan mengembangkan modul dan buku sumber perkuliahan yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif. Dari langkah ini, kami berharap dapat meningkatkan kualitas perkuliahan penyiapan calon guru di LPTK PTKIN,” kata dia dalam penjelasannya di acara diskusi tersebut. (Anw)

Wakil Dubes AS Amati Penggunaan Buku Bacaan Berjenjang

Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad (kiri), dan Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters (kanan), melihat kegiatan membaca di kelas dengan buku bacaan berjenjang di SDN Jelupang 2, Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan, Banten – Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeeters dan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengunjungi SDN Jelupang 2, dalam acara simbolik serah terima 8 juta buku bacaan berjenjang. Keduanya mengunjungi kelas 1 dan III yang sedang belajar dengan menggunakan buku bacaan berjenjang.

Pada kunjungan tersebut, mereka juga didampingi Wakil Walikota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Engkos Kosasih beserta Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, dan Direktur program USAID PRIORITAS, Stuart Weston. Para pejabat tersebut, juga secara bergantian mencoba menggunakan buku untuk membimbing siswa membaca bersama. (Anw/Anl)

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Dr Kamaruddin Amin, dan Direktur Program USAID PRIORITAS, Stuart Weston, menandatangani pengembangan kerja sama peningkatan mutu madrasah dan LPTK PTKIN.

Baca selengkapnya di halaman 2.

Berita lainnya di halaman 3.

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Tangerang Selatan, Banten - “Ayo, anak-anak ikuti saya membaca bersama!” seru Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeeters yang fasih berbahasa Indonesia sambil mencoba praktik menggunakan buku bacaan berjenjang yang berjudul 'Kebun Binatang'. Para siswa kelas IA antusias mengikuti instruksinya.

Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Hamid Muhammad, dan para pejabat yang hadir juga mencoba mengajar menggunakan buku bacaan berjenjang bantuan USAID yang dibagikan ke 13.000 SD dan MI tersebut.

Buku bacaan berjenjang adalah buku yang digunakan guru sebagai alat bantu belajar membimbing kelompok siswa sesuai tingkat kemampuan membaca dalam pembelajaran membaca di kelas awal SD/MI. Buku ini digunakan untuk meningkatkan keteram-pilan membaca dan menumbuhkan minat baca siswa.

“Buku ini akan membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dan meningkatkan kenikmatan membaca. Semakin bagus kemampuan membaca seorang siswa, semakin baik kemampuan belajar mereka,” kata Wakil Dubes AS itu.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengatakan, pemberian buku-buku ini sangat membantu pendidikan di Indonesia. Dia mengharapkan buku-buku tersebut dapat benar-benar dimanfaatkan. "Tujuannya adalah bagaimana semua

Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters (duduk), mengajak siswa kelas 1 SDN Jelupang 2 membaca bersama dengan buku besar. Beliau bersama Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad (berdiri) melihat implementasi penggunaan buku bacaan berjenjang di sekolah tersebut.

penduduk termasuk anak-anak di sekolah gemar membaca, gemar menulis, dan literet. Literet adalah bisa mengakses informasi, memahami informasi yang dia akses, dan bisa menggunakan informasi tersebut untuk hal-hal yang berguna," katanya di sela-sela acara. (Anl/Anw)

2 3Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

2 3

Tangerang Selatan, Banten - Program budaya baca yang sudah dilaksanakan SDN Jelupang 2 dalam setahun terakhir, mulai membuahkan hasil. Setiap siswa dalam sebulan, rata-rata membaca 3-8 buku bacaan. Pada acara serah terima 8 juta buku bacaan berjenjang yang diselenggarakan di sekolah mitra USAID PRIORITAS itu, para siswa menunjukkan dampak dari program budaya baca.

Qisty, siswa kelas III, mengaku suka sekali membaca. Dia setiap hari membaca buku-buku cerita yang ada di pojok baca kelasnya. Dia juga rutin ke toko buku bersama ibunya. Setiap minggu, 2-3 buku habis dibacanya.

”Buku ini berjudul Cinderella. Buku ini ceritanya tentang seorang putri yang baik hati dan tidak sombong. Cinderella orangnya sabar dan suka menolong. Aku ingin baik seperti Cinderella dan aku suka membantu mamahku membersihkan kamar tidurku. Kata Mamahku, nama Qisty artinya baik hati. Aku mau jadi anak yang baik hati dan sayang sama keluargaku,” kata Qisty saat menceritakan beberapa buku yang sudah dibacanya.

Raisya, siswa kelas V menceritakan kegiatan membaca yang dilakukan di sekolahnya. Dia menjadi lebih senang membaca setelah setiap hari terbiasa diminta gurunya membaca. Menurut Syafiq, teman sekelas Raisya, ”Dengan membaca kami menjadi lebih banyak tahu dan dapat banyak informasi. Membaca juga membantu kami dalam pembelajaran. Waktu kami belajar IPA, guru mengajak kami praktik membuat magnet

buatan dan membuat laporannya. Kami tidak sulit membuat laporan karena kami sudah membaca buku tentang gaya magnet.”

Kepala SDN Jelupang 2, Sari SPd, mengaku sekolahnya sudah berubah drastis setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS. Guru-gurunya terbiasa mengajar yang membuat siswa aktif dan menghasilkan karya kreatif. ”Guru-guru juga rutin mendampingi siswa saat kegiatan membaca,” tukasnya. (Anw)

Buat Siswa Antusias Membaca

Jakarta - Untuk menjamin keberlanjutan praktik-praktik yang baik, USAID PRIORITAS mendampingi 34 kabupaten/kota mitra dalam mereviu rencana strategis (renstra) pendidikan-nya. Program ini ditujukan untuk daerah mitra yang baru saja menyelenggarakan Pilkada serentak lalu.

“USAID PRIORITAS membantu daerah mitra untuk mereviu dan menyelaraskan renstra pendidikannya dengan lima komponen praktik-praktik yang baik, yaitu pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, tata kelola guru, dan pendidikan inklusif,” kata Dr Aos Santosa, spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS.

Para pemangku kepentingan, seperti bupati, DPRD, dinas pendidikan, Bappeda, dan unsur dewan pendidikan diundang dalam pertemuan reviu renstra pendidikan yang digelar di 7 provinsi mitra. Perwakilan LPTK mitra dan perwakilan dari Kemendikbud juga dilibatkan.

Pada pertemuan di Surabaya, Diana Damey Pakpahan, Kasubag Kebijakan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbud, menyampaikan bahwa pertemuan yang diprakarsai USAID PRIORITAS ini sangat penting, terutama untuk menyamakan

persepsi tentang tujuan pendidikan dari pusat hingga kabupaten/kota. Dia memaparkan Renstra Kemendikbud tahun 2015-2019 yang merupakan implementasi dari Nawacipta Presiden Jokowi menjadi renstra nasional. ”Renstra pendidikan nasional ini menjadi sumber rujukan, selain RPJMD dalam pembuatan renstra di daerah,” katanya pada perwakilan 9 daerah di Jawa Timur (1/6).

Menurut Faisal, Kabid Perencanaan Dinas Pendidikan Sidrap, Sulawesi Selatan, pihaknya menjadi lebih mengerti alur penyusunan renstra pendidikan. ”Renstra yang sudah ada akan kami revisi disesuaikan dengan indikator renstra Kemendikbud. Kami juga akan memasukkan program inklusi yang sebelumnya tidak ada dalam renstra pendidikan daerah kami,” kata Faisal.

Hasil dari kegiatan tersebut, 34 daerah telah menyeleraskan renstra pendidikannya dengan renstra pendidikan nasional, dan memasukkan 6 komponen praktik-praktik yang baik, seperti penataan dan pemerataan guru, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pembelajaran aktif, MBS, budaya baca, dan pendidikan inklusif dengan anggaran indikatif lebih dari 1,13 milyar untuk 5 tahun. (Kom)

Dampingi 34 Daerah Sinergikan Renstra Pendidikan

Jakarta - Rencana Kemenag yang akan mereformasi LPTK PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri), akan memanfaatkan pengalaman program USAID PRIORITAS yang dilaksanakan dengan 17 LPTK, termasuk di dalamnya 7 LPTK-PTKIN, yaitu UIN Ar-Raniry Aceh, IAIN Sumatra Utara, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Alaudin Makassar.

Menurut Ajar Budi Kuncoro, Manajer Senior untuk Koordinasi Perguruan Tinggi dan Pemangku Kepentingan USAID PRIORITAS, rencana Kemenag untuk meningkatkan mutu LPTK-PTKIN akan mendukung penyebarluasan praktik-praktik yang baik di LPTLK dalam rangka menyiapkan calon guru yang berkualitas.

“Kami telah mengembangkan beberapa program untuk mendukung peningkatan mutu LPTK, di antaranya, integrasi LPTK dengan sekolah/madrasah, melatih dosen LPTK dalam meningkatkan kualitas perkuliahan dan manajemen berbasis sekolah agar dalam proses perkuliahan relevan dengan kebutuhan pembelajaran dan manajemen di sekolah,” kata Budi pada paparannya di acara diskusi dengan 38 Dekan Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat masukan dalam menyusun rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor (22/6).

Selain itu, lanjutnya, USAID PRIORITAS juga melaksanakan program peningkatan kualitas program pendidikan profesi guru (PPG) dan praktik pengalaman lapangan (PPL), serta membuat program penelitian tindakan kelas antara guru dan dosen untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.Usai paparan, peserta di dalam kelompok kecil berdiskusi untuk mengidentifikasi program-program USAID PRIORITAS yang relevan untuk diadaptasi dalam rangka reformasi LPTK. Pada sesi presentasi, mereka menyampaikan program USAID PRIORITAS sangat relevan untuk dikembangkan di LPTK-PTKIN.

Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Pontianak, Dr Lailial Muhlifah, salah seorang peserta, pengembangan madrasah lab atau madrasah mitra LPTK sangat diperlukan untuk mendukung penyiapan calon guru. ”Kita perlu memberikan pengalaman yang baik bagi mahasiswa calon guru saat praktik mengajar di madrasah lab atau madrasah mitra. Kita perlu menyiapkan madrasah lab ini secara baik,” tukasnya. (Anw)

Reformasi LPTK-PTKIN Manfaatkan Program USAID PRIORITAS

Para dekan UIN-IAIN berdiskusi di kelompok kecil membahas rencana implementasi peningkatan mutu dosen dalam rangka reformasi LPTK PTKIN.

Diana Damey Pakpahan, Kasubbid Kebijakan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbud, mempresentasikan Renstra Kemendikbud yang menjadi rujukan kabupaten/ kota dalam menyusun renstra pendidikan di Surabaya.

“Banyak Membaca Membantu dalam Pembelajaran”

(Kiri) Qisty siswa kelas III dengan lugas menceritakan isi beberapa buku yang sudah dibacanya. (Kanan) Syafiq dan Raisya siswa kelas V menunjukkan laporan hasil percobaan praktik membuat magnet buatan yang menjadi lebih baik dan lebih mudah dibuat karena mereka banyak membaca buku. Mereka menunjukkan dampak program budaya baca yang dilaksanakan di sekolahnya.

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Tangerang Selatan, Banten - “Ayo, anak-anak ikuti saya membaca bersama!” seru Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeeters yang fasih berbahasa Indonesia sambil mencoba praktik menggunakan buku bacaan berjenjang yang berjudul 'Kebun Binatang'. Para siswa kelas IA antusias mengikuti instruksinya.

Dirjen Dikdasmen Kemendikbud Hamid Muhammad, dan para pejabat yang hadir juga mencoba mengajar menggunakan buku bacaan berjenjang bantuan USAID yang dibagikan ke 13.000 SD dan MI tersebut.

Buku bacaan berjenjang adalah buku yang digunakan guru sebagai alat bantu belajar membimbing kelompok siswa sesuai tingkat kemampuan membaca dalam pembelajaran membaca di kelas awal SD/MI. Buku ini digunakan untuk meningkatkan keteram-pilan membaca dan menumbuhkan minat baca siswa.

“Buku ini akan membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca dan meningkatkan kenikmatan membaca. Semakin bagus kemampuan membaca seorang siswa, semakin baik kemampuan belajar mereka,” kata Wakil Dubes AS itu.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, mengatakan, pemberian buku-buku ini sangat membantu pendidikan di Indonesia. Dia mengharapkan buku-buku tersebut dapat benar-benar dimanfaatkan. "Tujuannya adalah bagaimana semua

Wakil Duta Besar Amerika, Brian McFeeters (duduk), mengajak siswa kelas 1 SDN Jelupang 2 membaca bersama dengan buku besar. Beliau bersama Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Hamid Muhammad (berdiri) melihat implementasi penggunaan buku bacaan berjenjang di sekolah tersebut.

penduduk termasuk anak-anak di sekolah gemar membaca, gemar menulis, dan literet. Literet adalah bisa mengakses informasi, memahami informasi yang dia akses, dan bisa menggunakan informasi tersebut untuk hal-hal yang berguna," katanya di sela-sela acara. (Anl/Anw)

2 3Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

2 3

Tangerang Selatan, Banten - Program budaya baca yang sudah dilaksanakan SDN Jelupang 2 dalam setahun terakhir, mulai membuahkan hasil. Setiap siswa dalam sebulan, rata-rata membaca 3-8 buku bacaan. Pada acara serah terima 8 juta buku bacaan berjenjang yang diselenggarakan di sekolah mitra USAID PRIORITAS itu, para siswa menunjukkan dampak dari program budaya baca.

Qisty, siswa kelas III, mengaku suka sekali membaca. Dia setiap hari membaca buku-buku cerita yang ada di pojok baca kelasnya. Dia juga rutin ke toko buku bersama ibunya. Setiap minggu, 2-3 buku habis dibacanya.

”Buku ini berjudul Cinderella. Buku ini ceritanya tentang seorang putri yang baik hati dan tidak sombong. Cinderella orangnya sabar dan suka menolong. Aku ingin baik seperti Cinderella dan aku suka membantu mamahku membersihkan kamar tidurku. Kata Mamahku, nama Qisty artinya baik hati. Aku mau jadi anak yang baik hati dan sayang sama keluargaku,” kata Qisty saat menceritakan beberapa buku yang sudah dibacanya.

Raisya, siswa kelas V menceritakan kegiatan membaca yang dilakukan di sekolahnya. Dia menjadi lebih senang membaca setelah setiap hari terbiasa diminta gurunya membaca. Menurut Syafiq, teman sekelas Raisya, ”Dengan membaca kami menjadi lebih banyak tahu dan dapat banyak informasi. Membaca juga membantu kami dalam pembelajaran. Waktu kami belajar IPA, guru mengajak kami praktik membuat magnet

buatan dan membuat laporannya. Kami tidak sulit membuat laporan karena kami sudah membaca buku tentang gaya magnet.”

Kepala SDN Jelupang 2, Sari SPd, mengaku sekolahnya sudah berubah drastis setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS. Guru-gurunya terbiasa mengajar yang membuat siswa aktif dan menghasilkan karya kreatif. ”Guru-guru juga rutin mendampingi siswa saat kegiatan membaca,” tukasnya. (Anw)

Buat Siswa Antusias Membaca

Jakarta - Untuk menjamin keberlanjutan praktik-praktik yang baik, USAID PRIORITAS mendampingi 34 kabupaten/kota mitra dalam mereviu rencana strategis (renstra) pendidikan-nya. Program ini ditujukan untuk daerah mitra yang baru saja menyelenggarakan Pilkada serentak lalu.

“USAID PRIORITAS membantu daerah mitra untuk mereviu dan menyelaraskan renstra pendidikannya dengan lima komponen praktik-praktik yang baik, yaitu pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah, budaya baca, tata kelola guru, dan pendidikan inklusif,” kata Dr Aos Santosa, spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS.

Para pemangku kepentingan, seperti bupati, DPRD, dinas pendidikan, Bappeda, dan unsur dewan pendidikan diundang dalam pertemuan reviu renstra pendidikan yang digelar di 7 provinsi mitra. Perwakilan LPTK mitra dan perwakilan dari Kemendikbud juga dilibatkan.

Pada pertemuan di Surabaya, Diana Damey Pakpahan, Kasubag Kebijakan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbud, menyampaikan bahwa pertemuan yang diprakarsai USAID PRIORITAS ini sangat penting, terutama untuk menyamakan

persepsi tentang tujuan pendidikan dari pusat hingga kabupaten/kota. Dia memaparkan Renstra Kemendikbud tahun 2015-2019 yang merupakan implementasi dari Nawacipta Presiden Jokowi menjadi renstra nasional. ”Renstra pendidikan nasional ini menjadi sumber rujukan, selain RPJMD dalam pembuatan renstra di daerah,” katanya pada perwakilan 9 daerah di Jawa Timur (1/6).

Menurut Faisal, Kabid Perencanaan Dinas Pendidikan Sidrap, Sulawesi Selatan, pihaknya menjadi lebih mengerti alur penyusunan renstra pendidikan. ”Renstra yang sudah ada akan kami revisi disesuaikan dengan indikator renstra Kemendikbud. Kami juga akan memasukkan program inklusi yang sebelumnya tidak ada dalam renstra pendidikan daerah kami,” kata Faisal.

Hasil dari kegiatan tersebut, 34 daerah telah menyeleraskan renstra pendidikannya dengan renstra pendidikan nasional, dan memasukkan 6 komponen praktik-praktik yang baik, seperti penataan dan pemerataan guru, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pembelajaran aktif, MBS, budaya baca, dan pendidikan inklusif dengan anggaran indikatif lebih dari 1,13 milyar untuk 5 tahun. (Kom)

Dampingi 34 Daerah Sinergikan Renstra Pendidikan

Jakarta - Rencana Kemenag yang akan mereformasi LPTK PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri), akan memanfaatkan pengalaman program USAID PRIORITAS yang dilaksanakan dengan 17 LPTK, termasuk di dalamnya 7 LPTK-PTKIN, yaitu UIN Ar-Raniry Aceh, IAIN Sumatra Utara, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Alaudin Makassar.

Menurut Ajar Budi Kuncoro, Manajer Senior untuk Koordinasi Perguruan Tinggi dan Pemangku Kepentingan USAID PRIORITAS, rencana Kemenag untuk meningkatkan mutu LPTK-PTKIN akan mendukung penyebarluasan praktik-praktik yang baik di LPTLK dalam rangka menyiapkan calon guru yang berkualitas.

“Kami telah mengembangkan beberapa program untuk mendukung peningkatan mutu LPTK, di antaranya, integrasi LPTK dengan sekolah/madrasah, melatih dosen LPTK dalam meningkatkan kualitas perkuliahan dan manajemen berbasis sekolah agar dalam proses perkuliahan relevan dengan kebutuhan pembelajaran dan manajemen di sekolah,” kata Budi pada paparannya di acara diskusi dengan 38 Dekan Tarbiyah UIN/IAIN se-Indonesia untuk mendapat masukan dalam menyusun rencana reformasi LPTK PTKIN di Bogor (22/6).

Selain itu, lanjutnya, USAID PRIORITAS juga melaksanakan program peningkatan kualitas program pendidikan profesi guru (PPG) dan praktik pengalaman lapangan (PPL), serta membuat program penelitian tindakan kelas antara guru dan dosen untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.Usai paparan, peserta di dalam kelompok kecil berdiskusi untuk mengidentifikasi program-program USAID PRIORITAS yang relevan untuk diadaptasi dalam rangka reformasi LPTK. Pada sesi presentasi, mereka menyampaikan program USAID PRIORITAS sangat relevan untuk dikembangkan di LPTK-PTKIN.

Menurut Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Pontianak, Dr Lailial Muhlifah, salah seorang peserta, pengembangan madrasah lab atau madrasah mitra LPTK sangat diperlukan untuk mendukung penyiapan calon guru. ”Kita perlu memberikan pengalaman yang baik bagi mahasiswa calon guru saat praktik mengajar di madrasah lab atau madrasah mitra. Kita perlu menyiapkan madrasah lab ini secara baik,” tukasnya. (Anw)

Reformasi LPTK-PTKIN Manfaatkan Program USAID PRIORITAS

Para dekan UIN-IAIN berdiskusi di kelompok kecil membahas rencana implementasi peningkatan mutu dosen dalam rangka reformasi LPTK PTKIN.

Diana Damey Pakpahan, Kasubbid Kebijakan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbud, mempresentasikan Renstra Kemendikbud yang menjadi rujukan kabupaten/ kota dalam menyusun renstra pendidikan di Surabaya.

“Banyak Membaca Membantu dalam Pembelajaran”

(Kiri) Qisty siswa kelas III dengan lugas menceritakan isi beberapa buku yang sudah dibacanya. (Kanan) Syafiq dan Raisya siswa kelas V menunjukkan laporan hasil percobaan praktik membuat magnet buatan yang menjadi lebih baik dan lebih mudah dibuat karena mereka banyak membaca buku. Mereka menunjukkan dampak program budaya baca yang dilaksanakan di sekolahnya.

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

4 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 5Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016

Jakarta - KKG dan MGMP yang difasilitasi dengan ragam kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensinya, membuat guru tertarik mengikuti pertemuan rutin guru tersebut dan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. KKG dan MGMP juga menjadi tempat untuk berbagi pengalaman keberhasilan pembelajaran atau menyelesaikan masalah yang ditemui dalam pembelajaran. Melalui forum tersebut, para guru jadi bisa saling belajar dari pengalaman sesama guru.

Hal itu disampaikan Wahyuning Widhiati, sekretaris MGMP bahasa Inggris Banjarnegara, Jawa Tengah, dan Subagyo Pengawas Sekolah Dasar (SD) yang menjadi pendamping KKG di Kecamatan Taman, Sidoarjo. Keduanya adalah fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang melatih dan mendampingi guru dan kepala sekolah, yang salah satu strateginya memanfaatkan forum KKG/MGMP.

Subagyo menyatakan bahwa sebelumnya KKG di tempatnya lebih sering dijadikan tempat berkumpul guru-guru hanya untuk ngobrol, makan bersama, bahkan hanya untuk kegiatan arisan. Adanya program USAID PRIORITAS, program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), dan dukungan kebijakan Bupati Sidoarjo yang mengeluarkan Perbup Nomor 38/2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membuat dia berinisiatif untuk memberdayakan KKG di daerah dampingannya.

“Perbup Nomor 38/2013 salah satu isinya mewajibkan guru untuk menyisihkan 5% dana tunjangan profesi pendidik (TPP) untuk peningkatan kompetensinya. Hal ini menjadi peluang bagi saya untuk

mendorong guru meningkatkan kompetensinya terkait program PKB dengan memanfaatkan USAID PRIORITAS yang kegiatannya secara terjadwal dilaksanakan di KKG,” katanya.

Dengan inisiatifnya Subagyo melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah dan guru tentang, mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan guru, berkoordinasi dengan dinas pendidikan, K3S, dan fasilitator daerah (Fasda) USAID PRIORITAS untuk menyusun jadwal kegiatan pelatihan guru secara berkelanjutan di KKG. “Dampak dilaksanakannya KKG yang optimal antara lain guru sudah menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, penataan kelas lebih kreatif, hasil karya siswa lebih bervariasi dan dipajangkan,” jelas Subagyo.

Wahyuning mengungkapkan bahwa pertemuan MGMP bahasa Inggris di tempatnya kini menjadi sesuatu yang ditunggu, karena selalu ada hal baru yang dilatihkan, implementatif, dan sesuai dengan kebutuhan guru. Pertemuan rutin yang dilaksanakan MGMP bahasa Inggris di tempatnya adalah setiap hari Selasa dengan mengangkat tema yang aktual.

“Dengan berjalannya kegiatan MGMP, dampak yang sudah kami rasakan antara lain dalam kancah lomba penulisan karya ilmiah di Kabupaten Banjarnegara, sekarang guru bahasa Inggris juga banyak ambil peran, yang sebelumnya sering dikuasai mapel Matematika dan IPA. Bahkan guru bahasa Inggris bisa menjadi juara 1 lomba penelitian tindakan kelas (PTK) dan guru berprestasi tahun 2016. Selain itu, media sosial marak akan posting pembelajaran di kelas sebagai ajang tukar pengalaman guru,” papar Wahyuning.

(Anw/Tif)

Begini Cara ‘Hidupkan’ KKG/MGMP

(1) Para guru membawa hasil karya siswa dalam pertemuan MGMP di Korda 1 Banjarnegara, untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hasil karya siswa.

(2) Kegiatan lesson study menjadi bagian dari kegiatan MGMP yang dilakukan dalam tiga tahap, yaitu mulai membuat rencana, implementasi, dan evaluasi/refleksi hasil implementasi pembelajaran yang semuanya dilaksanakan bersama.

(3) Wahyuning Widhiati dan Subagyo saat berbagi pengalamannya menghidupkan KKG/MGMP dalam acara Kopi Darat Diskusi Pendidikan.

Lebih dari 20 tahun KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) menjadi wadah yang disediakan untuk guru dalam meningkatkan kompetensinya. Tetapi, banyak KKG

dan MGMP yang mati suri atau tidak aktif lagi. Dua orang fasilitator daerah USAID PRIORITAS berbagi pengalamannnya menghidupkan KKG dan MGMP pada Kopi Darat Diskusi Pendidikan dengan tema “Apa Kabar Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran?” yang diadakan Balitbang

Kemendikbud dan ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership) di Jakarta (8/6).

2

3

1

Semarang - Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam (Diktis) Ke-menag, Prof Dr Amsal Bachtiar, pada pelatihan Modul III untuk do-sen-dosen LPTK mitra di Jawa Tengah, mengapresiasi pelatihan dan hibah buku dari USAID PRIORITAS (5/3). “Saya telah membuktikan sendiri metode dan pendekatan yang dilatihkan sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Apalagi dengan program literasi untuk MI dan MTs. Hal itu sangat baik untuk pembentukan karakter ilmiah siswa dan guru,” katanya setelah melihat modul, buku sumber dan modul literasi USAID PRIORITAS. (Af/Arz)

Prof Dr Amsal Bachtiar (tengah), Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam Kementerian Agama, melihat buku bacaan berjenjang.

BANDA ACEH — Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal MEng, menyatakan bahwa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) perlu melatih guru secara kontinu agar guru selalu terlatih dan mendapatkan ilmu yang baru.

“Di Jepang, setiap musim panas sekolah diliburkan, guru-guru masuk ke universitas untuk belajar kembali selama satu bulan, memperoleh ilmu baru dan mengembang-kan diri dalam pembelajaran,” Prof Samsul menjelaskan pengalaman saat menjadi mahasiswa di Jepang. Dia berharap guru di Aceh secara berkala dapat kembali ke universitas untuk belajar saat libur sekolah.

Hal itu disampaikan pada kegiatan Lokakarya Perencanaan Bisnis Strategis LPTK-USAID PRIORITAS yang dihadiri para dosen Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Al Muslim Bireuen, Universitas Jabal Gafur Pidie dan Universitas Serambi Mekkah serta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag Aceh, yang dilaksanakan di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

Kegiatan yang bertema “Peluang dan Tantangan LPTK sebagai Service Provider” membahas berbagai topik, di antaranya identifikasi, dan pemetaan mitra potensial, sumber daya, donor yang bisa diakses, dan bentuk layanan yang bisa diberikan, untuk memperkuat peran LPTK sebagai penyedia layanan atau service provider yang menyediakan pelatihan sesuai kebutuhan guru.

Peran LPTK diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai pelatihan seperti pembelajaran PAKEM/CTL, MBS, penelitian tindakan kelas (PTK), penyusunan dan pengembangan renstra pendidikan,

penataan dan pemerataan guru, dan berbagai aspek pendidikan yang lain.

Selama ini USAID PRIORITAS bermitra dengan 17 LPTK telah melaksanakan berbagai kegiatan, di antaranya:

(1) memfasilitasi dosen dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah;

(2) melibatkan dosen dalam pelatihan dan pendampingan sekolah di tingkat kabupaten/kota dan sekolah,

(3) melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih;

(4) melaksanakan penelitian tindakan kelas antara dosen bersama guru;

(5) membantu LPTK dalam mengembangkan kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan;

(6) mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan;

(7) mendukung pelaksanaan workshop pendidikan profesi guru (PPG) dan praktik pengalaman lapangan (PPL) yang efektif. (Tmk)

LPTK Perlu Latih Guru Secara Kontinu

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng

Surabaya - Pelatihan yang diikuti para dosen LPTK perlu menjadi momentum refleksi bagi para dosen, apakah selama ini sudah melaksanakan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan calon guru yang baik pula. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr Warsono MS di sela Lokakarya Nasional 'Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Kelas Awal SD/MI dan SMP/MTs (28/4).

Menurut dia, kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. "Guru yang baik itu diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti perkembangan program USAID-PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman sekaligus menjadi bahan refleksi," katanya.

Pada pelatihan yang diikuti 95 dosen dari 16 LPTK mitra itu (26-28/4) para dosen juga melakukan kegiatan praktik mengajar di kampus. Praktik mengajar di kampus dipusatkan di Unesa dan UIN Sunan Ampel Surabaya. (Dkd)

Guru Baik dari LPTK yang BaikProf Dr Warsono, Rektor Universitas Negeri Surabaya:

Prof Dr Amsal Bachtiar, Direktur Diktis Kemenag:

Literasi Bentuk Karakter Ilmiah

Prof Dr Warsono.

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

4 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 5Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016

Jakarta - KKG dan MGMP yang difasilitasi dengan ragam kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensinya, membuat guru tertarik mengikuti pertemuan rutin guru tersebut dan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. KKG dan MGMP juga menjadi tempat untuk berbagi pengalaman keberhasilan pembelajaran atau menyelesaikan masalah yang ditemui dalam pembelajaran. Melalui forum tersebut, para guru jadi bisa saling belajar dari pengalaman sesama guru.

Hal itu disampaikan Wahyuning Widhiati, sekretaris MGMP bahasa Inggris Banjarnegara, Jawa Tengah, dan Subagyo Pengawas Sekolah Dasar (SD) yang menjadi pendamping KKG di Kecamatan Taman, Sidoarjo. Keduanya adalah fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS yang melatih dan mendampingi guru dan kepala sekolah, yang salah satu strateginya memanfaatkan forum KKG/MGMP.

Subagyo menyatakan bahwa sebelumnya KKG di tempatnya lebih sering dijadikan tempat berkumpul guru-guru hanya untuk ngobrol, makan bersama, bahkan hanya untuk kegiatan arisan. Adanya program USAID PRIORITAS, program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), dan dukungan kebijakan Bupati Sidoarjo yang mengeluarkan Perbup Nomor 38/2013 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membuat dia berinisiatif untuk memberdayakan KKG di daerah dampingannya.

“Perbup Nomor 38/2013 salah satu isinya mewajibkan guru untuk menyisihkan 5% dana tunjangan profesi pendidik (TPP) untuk peningkatan kompetensinya. Hal ini menjadi peluang bagi saya untuk

mendorong guru meningkatkan kompetensinya terkait program PKB dengan memanfaatkan USAID PRIORITAS yang kegiatannya secara terjadwal dilaksanakan di KKG,” katanya.

Dengan inisiatifnya Subagyo melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah dan guru tentang, mengidentifikasi pelatihan yang dibutuhkan guru, berkoordinasi dengan dinas pendidikan, K3S, dan fasilitator daerah (Fasda) USAID PRIORITAS untuk menyusun jadwal kegiatan pelatihan guru secara berkelanjutan di KKG. “Dampak dilaksanakannya KKG yang optimal antara lain guru sudah menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, penataan kelas lebih kreatif, hasil karya siswa lebih bervariasi dan dipajangkan,” jelas Subagyo.

Wahyuning mengungkapkan bahwa pertemuan MGMP bahasa Inggris di tempatnya kini menjadi sesuatu yang ditunggu, karena selalu ada hal baru yang dilatihkan, implementatif, dan sesuai dengan kebutuhan guru. Pertemuan rutin yang dilaksanakan MGMP bahasa Inggris di tempatnya adalah setiap hari Selasa dengan mengangkat tema yang aktual.

“Dengan berjalannya kegiatan MGMP, dampak yang sudah kami rasakan antara lain dalam kancah lomba penulisan karya ilmiah di Kabupaten Banjarnegara, sekarang guru bahasa Inggris juga banyak ambil peran, yang sebelumnya sering dikuasai mapel Matematika dan IPA. Bahkan guru bahasa Inggris bisa menjadi juara 1 lomba penelitian tindakan kelas (PTK) dan guru berprestasi tahun 2016. Selain itu, media sosial marak akan posting pembelajaran di kelas sebagai ajang tukar pengalaman guru,” papar Wahyuning.

(Anw/Tif)

Begini Cara ‘Hidupkan’ KKG/MGMP

(1) Para guru membawa hasil karya siswa dalam pertemuan MGMP di Korda 1 Banjarnegara, untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas hasil karya siswa.

(2) Kegiatan lesson study menjadi bagian dari kegiatan MGMP yang dilakukan dalam tiga tahap, yaitu mulai membuat rencana, implementasi, dan evaluasi/refleksi hasil implementasi pembelajaran yang semuanya dilaksanakan bersama.

(3) Wahyuning Widhiati dan Subagyo saat berbagi pengalamannya menghidupkan KKG/MGMP dalam acara Kopi Darat Diskusi Pendidikan.

Lebih dari 20 tahun KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) menjadi wadah yang disediakan untuk guru dalam meningkatkan kompetensinya. Tetapi, banyak KKG

dan MGMP yang mati suri atau tidak aktif lagi. Dua orang fasilitator daerah USAID PRIORITAS berbagi pengalamannnya menghidupkan KKG dan MGMP pada Kopi Darat Diskusi Pendidikan dengan tema “Apa Kabar Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran?” yang diadakan Balitbang

Kemendikbud dan ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership) di Jakarta (8/6).

2

3

1

Semarang - Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam (Diktis) Ke-menag, Prof Dr Amsal Bachtiar, pada pelatihan Modul III untuk do-sen-dosen LPTK mitra di Jawa Tengah, mengapresiasi pelatihan dan hibah buku dari USAID PRIORITAS (5/3). “Saya telah membuktikan sendiri metode dan pendekatan yang dilatihkan sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Apalagi dengan program literasi untuk MI dan MTs. Hal itu sangat baik untuk pembentukan karakter ilmiah siswa dan guru,” katanya setelah melihat modul, buku sumber dan modul literasi USAID PRIORITAS. (Af/Arz)

Prof Dr Amsal Bachtiar (tengah), Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam Kementerian Agama, melihat buku bacaan berjenjang.

BANDA ACEH — Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Samsul Rizal MEng, menyatakan bahwa lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) perlu melatih guru secara kontinu agar guru selalu terlatih dan mendapatkan ilmu yang baru.

“Di Jepang, setiap musim panas sekolah diliburkan, guru-guru masuk ke universitas untuk belajar kembali selama satu bulan, memperoleh ilmu baru dan mengembang-kan diri dalam pembelajaran,” Prof Samsul menjelaskan pengalaman saat menjadi mahasiswa di Jepang. Dia berharap guru di Aceh secara berkala dapat kembali ke universitas untuk belajar saat libur sekolah.

Hal itu disampaikan pada kegiatan Lokakarya Perencanaan Bisnis Strategis LPTK-USAID PRIORITAS yang dihadiri para dosen Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Al Muslim Bireuen, Universitas Jabal Gafur Pidie dan Universitas Serambi Mekkah serta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag Aceh, yang dilaksanakan di Banda Aceh beberapa waktu lalu.

Kegiatan yang bertema “Peluang dan Tantangan LPTK sebagai Service Provider” membahas berbagai topik, di antaranya identifikasi, dan pemetaan mitra potensial, sumber daya, donor yang bisa diakses, dan bentuk layanan yang bisa diberikan, untuk memperkuat peran LPTK sebagai penyedia layanan atau service provider yang menyediakan pelatihan sesuai kebutuhan guru.

Peran LPTK diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai pelatihan seperti pembelajaran PAKEM/CTL, MBS, penelitian tindakan kelas (PTK), penyusunan dan pengembangan renstra pendidikan,

penataan dan pemerataan guru, dan berbagai aspek pendidikan yang lain.

Selama ini USAID PRIORITAS bermitra dengan 17 LPTK telah melaksanakan berbagai kegiatan, di antaranya:

(1) memfasilitasi dosen dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah;

(2) melibatkan dosen dalam pelatihan dan pendampingan sekolah di tingkat kabupaten/kota dan sekolah,

(3) melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih;

(4) melaksanakan penelitian tindakan kelas antara dosen bersama guru;

(5) membantu LPTK dalam mengembangkan kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan;

(6) mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan;

(7) mendukung pelaksanaan workshop pendidikan profesi guru (PPG) dan praktik pengalaman lapangan (PPL) yang efektif. (Tmk)

LPTK Perlu Latih Guru Secara Kontinu

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng

Surabaya - Pelatihan yang diikuti para dosen LPTK perlu menjadi momentum refleksi bagi para dosen, apakah selama ini sudah melaksanakan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan calon guru yang baik pula. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr Warsono MS di sela Lokakarya Nasional 'Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Kelas Awal SD/MI dan SMP/MTs (28/4).

Menurut dia, kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. "Guru yang baik itu diproduksi oleh LPTK yang baik pula dari cara mengajarnya. Saya sudah mengikuti perkembangan program USAID-PRIORITAS yang memberikan banyak manfaat bagi LPTK. Lokakarya ini menjadi kesempatan yang bagus bagi para dosen untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman sekaligus menjadi bahan refleksi," katanya.

Pada pelatihan yang diikuti 95 dosen dari 16 LPTK mitra itu (26-28/4) para dosen juga melakukan kegiatan praktik mengajar di kampus. Praktik mengajar di kampus dipusatkan di Unesa dan UIN Sunan Ampel Surabaya. (Dkd)

Guru Baik dari LPTK yang BaikProf Dr Warsono, Rektor Universitas Negeri Surabaya:

Prof Dr Amsal Bachtiar, Direktur Diktis Kemenag:

Literasi Bentuk Karakter Ilmiah

Prof Dr Warsono.

6

PRIORITAS - Provinsi

7

Yahukimo, Papua — Tim Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) dan USAID PRIORITAS mulai melatih para guru di sekolah-sekolah pedalaman Yahukimo dalam memanfaatkan buku bacaan berjenjang (B3). Buku tersebut digunakan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa di daerah pedalaman Yahukimo.

Isi buku bacaan berjenjang disesuaikan dengan kemampuan membaca siswa. Mulai satu halaman yang terdiri dari satu kata sampai yang terdiri dari beberapa paragraf. Setiap halaman juga dilengkapi gambar yang relevan dengan teks,

Tim Yasumat-USAID PRIORITAS sedang memodelkan membaca bersama dan membaca terbimbing kapada siswa di sekolah pedalaman Yahukmo.

Sejumlah 43 sekolah mitra di Yahukimo, masing-masing akan mendapat lebih dari 600 buku bacaan berjenjang. Sebelum mendapatkan buku, para guru dilatih oleh Tim Yasumat. Mereka memodelkan kepada para guru, cara mengajar membaca bersama, terbimbing, dan membaca mandiri dengan menggunakan buku bacaan berjenjang.

“Semua siswa sangat menikmati kegiatan membaca dengan buku bacaan berjenjang. Semua sekolah yang kami dampingi, tidak ada buku bacaan. Jadi bantuan USAID ini sangat membantu sekali,” kata Ester Yahuli, koordinator program Pendidikan Yasumat. (Hry)

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Sekolah Pedalaman Yahukimo, Gunakan Buku Bacaan Berjenjang

Galang Program Orangtua Mengajar

Bawa Sayuran Saat Belajar MembacaCimahi, Jawa Barat - Reni Damayanti SH, guru kelas II SDN Sosial 1 Cimahi, sudah dua bulan ini menggunakan buku bacaan berjenjang untuk mengajari siswanya membaca. Dia tertarik menggunakan buku tersebut setelah melihat rekannya, Dwi Setioningsih, guru kelas I yang memodelkan mengajar dengan menggunakan buku bantuan USAID tersebut. Reni sendiri sebenarnya belum mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS, tetapi melalui pendampingan fasilitator daerah, Dewi Cahyanti, SSi, yang datang ke sekolahnya, dia memanfaatkan untuk belajar cara meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa.

Reni mengajak 6 siswanya untuk mengikuti kegiatan membaca terbimbing. Kegiatan tersebut sudah dijadwalkan secara rutin yang dilaksanakan seminggu 3 kali yaitu pada Senin, Rabu dan Jumat. Waktunya sekitar 20-30 menit.

Pada pertemuan ke tiga, Reni menggunakan buku bacaan berjenjang yang berjudul Sayuran. Sebelumnya, para siswa sudah diminta untuk membawa sayuran seperti yang ada di dalam buku. ”Sayuran ini untuk membuat pembelajaran menjadi lebih konkret dan menarik perhatian siswa,” kata Dewi yang mendampingi pembelajaran.

Di awal, Reni meminta siswa menebak judul cover buku. Sebagian besar siswa berhasil menebak dengan benar judul buku tersebut. ”Kegiatan menebak atau memprediksi ini untuk melatih keberanian siswa menyampaikan pikirannya yang disampaikan dengan kata-katanya sendiri,” kata Dewi lagi.

Sebelum membuka halaman kedua, guru meminta siswa mengeluarkan sayuran yang dibawanya. Ada yang membawa wortel, brokoli, terong, dan sayuran lainnya seperti yang ada di dalam cerita isi buku. Kemudian guru membimbing siswa membaca buku secara bergantian.

Pada setiap halaman buku, kiri tertulis satu kalimat yang terdiri dari tiga kata, dan dilengkapi gambar satu halaman penuh yang sesuai dengan kalimat tersebut. Misalnya pada halaman kedua tertulis, ”Lihat tomat ini! Guru menutup kata tomat pada semua buku, dan siswa yang kebagian membaca diminta menebak kata yang ditutup. Siswa berhasil menebak dengan benar, karena gambar yang ada pada halaman tersebut sudah dikenali oleh siswa.

Setelah membaca, siswa diminta meraba sayuran tersebut dan mendeskripsikannya secara lisan. “Wortel warnanya oranye. Bentuknya panjang. Kalau dimakan rasanya manis,” ucap salah

seorang siswa mendeskripsikan wortel yang dipegangnya. Begitu seterusnya sampai kegiatan membaca selesai.

Selanjutnya guru mengeluarkan papan Flanel untuk siswa belajar menyusun kata dengan kartu huruf. “Wortel terdiri dari huruf apa saja? Coba kamu susun,” kata guru. Seorang siswa mencoba menempel huruf yang menyusun kata wortel. Ternyata dia keliru menempel huruf e dengan huruf a. Teman di sebelahnya diminta guru untuk membantu memperbaikinya.

Di akhir pembelajaran, guru mengeluarkan potongan kertas yang berisi ciri-ciri sayuran yang sudah dibaca dan dibawa siswa. Untuk menguji pemahaman siswa, guru memberikan satu sayuran kepada salah seorang siswa, dan siswa itu mengambil potongan kertas yang berisi ciri-ciri sayuran yang sesuai. Siswa tampak menikmati

kegiatan membaca tersebut.

Menurut Dewi, perkembangan kemampuan siswa membaca meningkat signifikan setelah belajar membaca dengan buku bacaan berjenjang. “Di kelas saya ada dua orang siwa yang belum lancar membaca dan menulis. Setelah rutin selama 4 bulan didampingi, mereka sekarang sudah bisa membaca dan membuat resume dari hasil bacaannya,” katanya bangga. (Anw)

Murni (kiri), guru SDLB Maccini mendampingi Nur Hidayah, siswa ABK dengan downsyndrome, belajar membaca dengan buku berjenjang.

Buat Siswa ABK Jadi Lancar Membaca

Pada kegiatan membaca terbimbing dengan judul buku ‘sayuran’, Reni mengajak siswanya membawa sayuran agar belajar lebih bermakna.

Maros, Sulawesi Selatan - SDLB Maccini Baji, Maros, adalah salah satu sekolah nonmitra yang mendapat bantuan 600 buku bacaan berjenjang. Murni, salah seorang guru SDLB tersebut, rutin menggunakan buku bacaan berjenjang untuk mendampingi siswanya yang berkebutuhan khusus belajar membaca.

Seperti saat dia membimbing membaca Nurhidayah, siswa downsyndrome yang sudah bisa mengeja huruf per huruf. Dengan memakai buku jenjang 1A, dia membimbing siswanya membaca dan menghitung jumlah serangga yang ada dalam gambar. Sekarang Nurhidayah dapat menyebut kata dengan benar dan menghitung jumlah semut yang ada dalam gambar.

Guru lainnya, Sarianah, juga berhasil membuat Ade Rezki Ramadhan, siswa yang juga downsyndrome berhasil lancar membaca. Ade sebelumnya dipindahkan dari SD karena selalu tinggal kelas sehingga membutuhkan bimbingan khusus. Sarianah sangat bangga dan terharu bisa membuatnya lancar membaca. “Buku bacaan berjenjang menjadi media yang efektif untuk mengajar siswa ABK belajar membaca,” katanya. (Ham/Anw)

Manokwari Selatan, Papua Barat - Para siswa SD Inpres 74 Siwi, mulai menunjukkan kesenangannya dalam membaca. Buku-buku bacaan bantuan USAID PRIORITAS, yang diletakkan di sudut-sudut baca kelas, menarik minat siswa untuk membaca. Menurut Kepala SD Inpres 74 Siwi, Musa Winawoda, biasanya siswa membaca buku sebelum pembelajaran dimulai atau saat jam istirahat. Mereka mengambil buku-buku bacaan yang disukainya. “Selama ini memang tidak ada yang dibaca anak-anak. Buku dari USAID sangat bermanfaat sekali,” katanya.

Memang masih banyak siswa kelas awal yang belum lancar membaca, tetapi gambar-gambar pada buku-buku bacaan tersebut menarik minat mereka untuk membaca. Kini setiap jam istirahat atau saat guru sedang tidak mengajar, banyak siswa yang terlihat membaca buku-buku bacaan.

Praktik serupa juga terjadi di sekolah mitra lainnya, seperti di SD Inpres 08 Oransbari, SD Inpres 08 Oransbari, SD inpres Gayabaru Momiwaren, dan SD Inpres 30 Ransiki. USAID PRIORITAS memberi bantuan 150 buku bacaan untuk setiap SD mitra di Provinsi Papua Barat. Setiap sekolah juga mendapat 600 buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa. (Sds)

Buku-buku bacaan yang disediakan di kelas, membuat para siswa tertarik untuk membacanya.

Ada Buku di Kelas Buat Siswa Papua Senang Membaca

PRIORITAS - Praktik yang Baik

6

PRIORITAS - Provinsi

7

Yahukimo, Papua — Tim Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) dan USAID PRIORITAS mulai melatih para guru di sekolah-sekolah pedalaman Yahukimo dalam memanfaatkan buku bacaan berjenjang (B3). Buku tersebut digunakan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa di daerah pedalaman Yahukimo.

Isi buku bacaan berjenjang disesuaikan dengan kemampuan membaca siswa. Mulai satu halaman yang terdiri dari satu kata sampai yang terdiri dari beberapa paragraf. Setiap halaman juga dilengkapi gambar yang relevan dengan teks,

Tim Yasumat-USAID PRIORITAS sedang memodelkan membaca bersama dan membaca terbimbing kapada siswa di sekolah pedalaman Yahukmo.

Sejumlah 43 sekolah mitra di Yahukimo, masing-masing akan mendapat lebih dari 600 buku bacaan berjenjang. Sebelum mendapatkan buku, para guru dilatih oleh Tim Yasumat. Mereka memodelkan kepada para guru, cara mengajar membaca bersama, terbimbing, dan membaca mandiri dengan menggunakan buku bacaan berjenjang.

“Semua siswa sangat menikmati kegiatan membaca dengan buku bacaan berjenjang. Semua sekolah yang kami dampingi, tidak ada buku bacaan. Jadi bantuan USAID ini sangat membantu sekali,” kata Ester Yahuli, koordinator program Pendidikan Yasumat. (Hry)

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Sekolah Pedalaman Yahukimo, Gunakan Buku Bacaan Berjenjang

Galang Program Orangtua Mengajar

Bawa Sayuran Saat Belajar MembacaCimahi, Jawa Barat - Reni Damayanti SH, guru kelas II SDN Sosial 1 Cimahi, sudah dua bulan ini menggunakan buku bacaan berjenjang untuk mengajari siswanya membaca. Dia tertarik menggunakan buku tersebut setelah melihat rekannya, Dwi Setioningsih, guru kelas I yang memodelkan mengajar dengan menggunakan buku bantuan USAID tersebut. Reni sendiri sebenarnya belum mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS, tetapi melalui pendampingan fasilitator daerah, Dewi Cahyanti, SSi, yang datang ke sekolahnya, dia memanfaatkan untuk belajar cara meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa.

Reni mengajak 6 siswanya untuk mengikuti kegiatan membaca terbimbing. Kegiatan tersebut sudah dijadwalkan secara rutin yang dilaksanakan seminggu 3 kali yaitu pada Senin, Rabu dan Jumat. Waktunya sekitar 20-30 menit.

Pada pertemuan ke tiga, Reni menggunakan buku bacaan berjenjang yang berjudul Sayuran. Sebelumnya, para siswa sudah diminta untuk membawa sayuran seperti yang ada di dalam buku. ”Sayuran ini untuk membuat pembelajaran menjadi lebih konkret dan menarik perhatian siswa,” kata Dewi yang mendampingi pembelajaran.

Di awal, Reni meminta siswa menebak judul cover buku. Sebagian besar siswa berhasil menebak dengan benar judul buku tersebut. ”Kegiatan menebak atau memprediksi ini untuk melatih keberanian siswa menyampaikan pikirannya yang disampaikan dengan kata-katanya sendiri,” kata Dewi lagi.

Sebelum membuka halaman kedua, guru meminta siswa mengeluarkan sayuran yang dibawanya. Ada yang membawa wortel, brokoli, terong, dan sayuran lainnya seperti yang ada di dalam cerita isi buku. Kemudian guru membimbing siswa membaca buku secara bergantian.

Pada setiap halaman buku, kiri tertulis satu kalimat yang terdiri dari tiga kata, dan dilengkapi gambar satu halaman penuh yang sesuai dengan kalimat tersebut. Misalnya pada halaman kedua tertulis, ”Lihat tomat ini! Guru menutup kata tomat pada semua buku, dan siswa yang kebagian membaca diminta menebak kata yang ditutup. Siswa berhasil menebak dengan benar, karena gambar yang ada pada halaman tersebut sudah dikenali oleh siswa.

Setelah membaca, siswa diminta meraba sayuran tersebut dan mendeskripsikannya secara lisan. “Wortel warnanya oranye. Bentuknya panjang. Kalau dimakan rasanya manis,” ucap salah

seorang siswa mendeskripsikan wortel yang dipegangnya. Begitu seterusnya sampai kegiatan membaca selesai.

Selanjutnya guru mengeluarkan papan Flanel untuk siswa belajar menyusun kata dengan kartu huruf. “Wortel terdiri dari huruf apa saja? Coba kamu susun,” kata guru. Seorang siswa mencoba menempel huruf yang menyusun kata wortel. Ternyata dia keliru menempel huruf e dengan huruf a. Teman di sebelahnya diminta guru untuk membantu memperbaikinya.

Di akhir pembelajaran, guru mengeluarkan potongan kertas yang berisi ciri-ciri sayuran yang sudah dibaca dan dibawa siswa. Untuk menguji pemahaman siswa, guru memberikan satu sayuran kepada salah seorang siswa, dan siswa itu mengambil potongan kertas yang berisi ciri-ciri sayuran yang sesuai. Siswa tampak menikmati

kegiatan membaca tersebut.

Menurut Dewi, perkembangan kemampuan siswa membaca meningkat signifikan setelah belajar membaca dengan buku bacaan berjenjang. “Di kelas saya ada dua orang siwa yang belum lancar membaca dan menulis. Setelah rutin selama 4 bulan didampingi, mereka sekarang sudah bisa membaca dan membuat resume dari hasil bacaannya,” katanya bangga. (Anw)

Murni (kiri), guru SDLB Maccini mendampingi Nur Hidayah, siswa ABK dengan downsyndrome, belajar membaca dengan buku berjenjang.

Buat Siswa ABK Jadi Lancar Membaca

Pada kegiatan membaca terbimbing dengan judul buku ‘sayuran’, Reni mengajak siswanya membawa sayuran agar belajar lebih bermakna.

Maros, Sulawesi Selatan - SDLB Maccini Baji, Maros, adalah salah satu sekolah nonmitra yang mendapat bantuan 600 buku bacaan berjenjang. Murni, salah seorang guru SDLB tersebut, rutin menggunakan buku bacaan berjenjang untuk mendampingi siswanya yang berkebutuhan khusus belajar membaca.

Seperti saat dia membimbing membaca Nurhidayah, siswa downsyndrome yang sudah bisa mengeja huruf per huruf. Dengan memakai buku jenjang 1A, dia membimbing siswanya membaca dan menghitung jumlah serangga yang ada dalam gambar. Sekarang Nurhidayah dapat menyebut kata dengan benar dan menghitung jumlah semut yang ada dalam gambar.

Guru lainnya, Sarianah, juga berhasil membuat Ade Rezki Ramadhan, siswa yang juga downsyndrome berhasil lancar membaca. Ade sebelumnya dipindahkan dari SD karena selalu tinggal kelas sehingga membutuhkan bimbingan khusus. Sarianah sangat bangga dan terharu bisa membuatnya lancar membaca. “Buku bacaan berjenjang menjadi media yang efektif untuk mengajar siswa ABK belajar membaca,” katanya. (Ham/Anw)

Manokwari Selatan, Papua Barat - Para siswa SD Inpres 74 Siwi, mulai menunjukkan kesenangannya dalam membaca. Buku-buku bacaan bantuan USAID PRIORITAS, yang diletakkan di sudut-sudut baca kelas, menarik minat siswa untuk membaca. Menurut Kepala SD Inpres 74 Siwi, Musa Winawoda, biasanya siswa membaca buku sebelum pembelajaran dimulai atau saat jam istirahat. Mereka mengambil buku-buku bacaan yang disukainya. “Selama ini memang tidak ada yang dibaca anak-anak. Buku dari USAID sangat bermanfaat sekali,” katanya.

Memang masih banyak siswa kelas awal yang belum lancar membaca, tetapi gambar-gambar pada buku-buku bacaan tersebut menarik minat mereka untuk membaca. Kini setiap jam istirahat atau saat guru sedang tidak mengajar, banyak siswa yang terlihat membaca buku-buku bacaan.

Praktik serupa juga terjadi di sekolah mitra lainnya, seperti di SD Inpres 08 Oransbari, SD Inpres 08 Oransbari, SD inpres Gayabaru Momiwaren, dan SD Inpres 30 Ransiki. USAID PRIORITAS memberi bantuan 150 buku bacaan untuk setiap SD mitra di Provinsi Papua Barat. Setiap sekolah juga mendapat 600 buku bacaan berjenjang untuk meningkatkan kemampuan dan minat membaca siswa. (Sds)

Buku-buku bacaan yang disediakan di kelas, membuat para siswa tertarik untuk membacanya.

Ada Buku di Kelas Buat Siswa Papua Senang Membaca

PRIORITAS - Praktik yang Baik

PRIORITAS - Praktik yang Baik

tugas bersama; (2) ABK yang tidak mempunyai GPK akan ditanyakan langsung ke guru kelas; (3) UTS dan UAS diserahkan ke GPK; (4) Untuk ABK tuna grahita, low vision, dan autis, soalnya dibuat khusus oleh GPK. (Wsa)

Dampingi Siswa ABK dengan Kartu Gambar

Batu, Jawa Timur - Qoriatul Azizah, Fasilitator daerah dan guru SDN Punten 02 Batu ini baru saja mendapatkan penghargaan guru berprestasi III Provinsi Jatim 2016.

Terpilih menjadi fasilitator dan mengikuti sejumlah pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS diakuinya memberi peran yang besar dalam kemenangannya. “Saya mendapat banyak ilmu setelah ikut pelatihan USAID PRIORITAS, salah satu melaksanakan pembelajaran yang melayani perbedaan individu di kelas,” terangnya,

Kebetulan di kelasnya yakni kelas IV ada dua anak berkebutuhan khusus (ABK) lambat belajar. Dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang ekstra untuk menangani siswa ABK sehingga pembelajaran tetap berjalan normal dan siswa dapat mengikuti pembelajaran.

Azizah punya beberapa strategi khusus, salah satunya adalah membuat beragam kartu gambar dan kartu huruf. Saat kedua siswa tersebut tidak paham dengan pembelajaran yang disampaikannya, Azizah membuat gambar di kartu dan ditunjukkan kepada siswa ABK. Mereka juga lebih mudah mengeja dan memahami tulisan saat Azizah menyodorkan kartu huruf. Hasilnya, kedua siswa tersebut bisa mengikuti pembelajaran. Strategi penanganan siswa ABK yang berbeda dengan yang lain inilah yang dianggap oleh tim juri guru berprestasi menarik, dan Azizah meraih peringkat ketiga. (Ida)

PRIORITAS - Praktik yang Baik

8 9

Yogyakarta - SDN Giwangan merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendi-dikan inklusif terlama di Yogyakarta. Sekolah ini merupakan mitra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terkait program kemitraan dengan USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu sekolah mitra LPTK. Ada 19 siswa ABK (anak berkebu-tuhan khusus) yang tersebar di semua kelas.

“Siswa ABK yang belajar di sekolah ini kebanyakan ABK dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan pemusatan perhatian/konsentrasi dan hiperaktif), tuna daksa, tuna grahita, dan autis,” kata Jubaidi, Kepala SDN Giwangan.

Para guru kelas di sekolah ini juga telah mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS. Mereka dilatih mengelola pembelajaran yang memperhatikan perbe-daan individu siswa dan penerapan PAKEM.

Saat ini ada 8 orang GPK, satu orang GPK dibantu dari Dinas Pendidikan Provinsi DIY, dua orang GPK dibiayai dari Bosda kota, dan lima orang GPK dibiayai oleh orang tua murid yang mampu. Sekolah juga memiliki forum inklusif orang tua siswa ABK. Pihak sekolah dan orang tua rutin mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan tentang manajemen sekolah dan kendala-kendala dalam pengelolaan pendidikan inklusif.

Berikut adalah beberapa strategi pembelajaran yang diterapkan sekolah dalam memfasilitasi ABK, terutama yang melibatkan kerja sama GPK, guru kelas, dan orang tua:

1. Integratif, siswa ABK dan nonABK ber-baur belajar bersama dalam satu kelas.

2. GPK membimbing ABK di kelas agar bisa belajar bersama siswa nonABK dengan nyaman, dan sebaliknya.

3. Setiap Jum'at dan Sabtu, siswa ABK

Kerja Sama Efektif GPK, Guru Kelas, dan Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif di SDN Giwangan

belajar di ruang inklusif/ruang sumber untuk melihat perkembangan belajar siswa ABK.

4. Sekolah mendatangkan Psikolog setiap Kamis. Jika ada siswa ABK yang membu-tuhkan terapi, bisa langsung diterapi.

5. Para guru GPK rutin saling bertemu untuk berbagi pengalaman dalam membimbing siswa ABK.

6. GPK menyusun program pembelajaran individual (PPI) berdasarkan hasil asesmen kompetensi dan diserahkan kepada guru kelas. PPI yang sudah disusun dikirim ke Dikpora untuk mendapat masukkan.

7. Kepala sekolah, guru kelas, dengan GPK setiap tahun bertemu mengevaluasi PPI, untuk mengetahui perkembangan dan masalah yang dihadapi.

8. GPK mendapat honor setiap bulan dari sekolah dan dari dinas pendidikan kota.

9. Orang tua siswa bisa langsung berkomunikasi dengan GPK untuk mengetahui perkembangan dan kendala yang dialami oleh anaknya.

Untuk proses evaluasi siswa ABK dilakukan dengan cara sebagai berikut. (1) GPK bekerja sama dengan guru kelas dengan memberikan

Kiri: GPK sedang mengobservasi perkembangan ABK. Dalam observasi ini, orang tua biasanya dihadirkan untuk mengetahui perkembangan anaknya.

Kanan: Para siswa ABK sedang belajar membuat mozaik di ruang sumber yang didampingi GPK.

Qoriatul Azizah.

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Wajo, Sulawesi Selatan - Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Muhammad Isrul, menjadi juara pertama lomba menulis cerita (LMC) tingkat SMP se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud pada November 2015 lalu. Cerpennya berhasil menyisihkan 2.043 naskah cerpen dari seluruh Indonesia. Cerpen yang berjudul “Piala di atas Dangau” juga dimuat di majalah sastra bergengsi Horison.

Rajin membaca merupakan salah satu kiat Isrul. “Saya selalu menjadwalkan waktu untuk membaca buku. Dengan sering membaca, kita bisa lebih banyak ide dan kosa kata,” kata penyuka buku sejarah dan inspiratif ini. Yang juga penting, lanjutnya, harus sering berlatih menulis.

Menurut Amkayus, guru bahasa Indonesia yang menjadi pembimbing Isrul, program budaya baca yang dikenalkan USAID PRIORITAS di SMPN 4 Tanasitolo telah mendorong siswa untuk rajin membaca. “Di setiap kelas kita membuat sudut baca.

Sekolah juga memiliki taman baca yang membuat siswa nyaman dan mudah mendapatkan buku bacaan. Sekolah juga membuat buku kontrol membaca. Dalam buku tersebut, siswa harus menceritakan kembali secara singkat isi buku yang dibacanya. Siswa yang paling banyak membaca dan paling bagus resumenya diangkat jadi raja dan ratu baca setiap bulannya,” jelas Amkayus.

Menurutnya, kebiasaan membaca dan menulis membuat siswa lebih mudah menuangkan gagasannya dalam tulisan, termasuk membuat cerpen. Untuk bisa juara sampai tingkat nasional, ada beberapa trik yang dia terapkan dalam membimbing siswa.

Pertama, siswa diajak membaca bersama-sama cerpen-cerpen yang pernah juara sebelumnya. “Cerpen yang juara adalah yang menginspirasi, yang kadang terbit dari pengalaman pribadi,” ujarnya. Kedua, cerpen dibuat rancangannya terlebih dahulu. Ketiga,

rancangan diturunkan dalam tulisan secara bertahap paragraf per paragraf. “Setiap selesai satu paragraf, saya bimbing siswa baik dari segi kosa kata, pengembangan ceritanya, dan lain-lain,” katanya.

Keempat, mengatur konflik dalam cerita. “Agar cerita menarik, konflik-konflik dalam cerita harus dimunculkan namun diatur penempatannya dengan baik,” katanya lagi. Hasilnya, siswanya berhasil menjadi juara 1 tingkat nasional membuat cerpen. (Ajb)

Muhammad Isrul, siswa SMPN 4 Tanasitolo, menerima penghargaan dari Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru, karena prestasinya menjuarai penulisan cerpen tingkat nasional.

Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya

Purbalingga, Jawa Tengah – Tidak tahu belajarlah, tidak bisa bersungguh-sungguhlah, mustahil cobalah', begitu prinsip hidup dari Khasbi

Istanto, guru MI NU 2 Tangkisan, Mrebet, Purbalingga

yang baru saja memenangi kompetisi guru berprestasi

Kementerian Agama (Kemenag) tingkat Jawa Tengah di Grand Wahid Salatiga (18-21/8). Khasbi mengaku unsur yang paling unggul dalam kompetisi tersebut adalah penilaian terhadap karya inovasinya yang berbasis pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

“Dari tahun 2013, setelah dilatih oleh USAID PRIORITAS, saya menjadi tersadar bahwa menggunakan media berbasis lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejak saat itu sampai sekarang saya telah membuat 25 media pembelajaran inovatif yang menggunakan barang-barang dari lingkungan sekitar,” kata guru yang telah 10 tahun mengabdi di madrasah itu.

Sejumlah 25 alat peraga inovatif berbasis lingkungan yang telah dibuat dipresentasikan kepada Dewan Juri yang telah ditunjuk

Kemenag Jateng. Mulai dari media Garis Bilangan Batang Singkong (Gabil Basing) untuk pengurangan dan penjumlahan, Pohon Minta Tolong (Pamitong) dalam pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia, Bakul Telur Kerajaan (IPS), Pohon Nusantara (IPS dan PPKN), Tampok Sakti untuk belajar perkalian, Batok Perkalian Berulang, dan berbagai media inovatif lain.

Khasbi menyampaikan bahwa penggunaan alat berbasis lingkungan ini mampu mengatasi keterbatasan alat peraga, biaya, dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan basis pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang di implementasikan di madrasah dampingan USAID PRIORITAS ini.

“Anak-anak menjadi sangat bersemangat ketika belajar. Mereka juga lebih mudah memahami pembelajaran, karena saya mencoba membuat kontekstual dengan benda-benda yang mereka temui di rumah, di desa, di kebun, dan di lingkungan mereka tinggal,” ungkap putra ke empat dari pasangan Sutarno dan Mistiyah ini.

Khasbi mencontohkan, yaitu ketika membelajarkan IPS dan bahasa Indonesia dengan Media Pamitong, dia mencoba mengangkat realitas pencemaran air oleh sebuah pabrik. Siswa di posisikan sebagai pohon dan lingkungan yang meminta tolong akibat pencemaran. Kemudian siswa disimulasikan juga berdiskusi dengan menjadi pemuda yang mensolusikan realitas pencemaran tersebut dalam bentuk tulisan yang berbasis literasi informasi. Hal itu akan membuat siswa lebih sensitif terhadap lingkungannya. Selanjutnya Khasbi akan mengikuti kompetisi guru madrasah berprestasi nasional yang akan diselenggarakan pada November 2016.

(Arz)

Khasbi Istanto, menunjukkan piala dan penghargaan yang diraihnya.

Manfaatkan Lingkungan, Guru Pelosok Gunung Jadi Guru Berprestasi

PRIORITAS - Praktik yang Baik

tugas bersama; (2) ABK yang tidak mempunyai GPK akan ditanyakan langsung ke guru kelas; (3) UTS dan UAS diserahkan ke GPK; (4) Untuk ABK tuna grahita, low vision, dan autis, soalnya dibuat khusus oleh GPK. (Wsa)

Dampingi Siswa ABK dengan Kartu Gambar

Batu, Jawa Timur - Qoriatul Azizah, Fasilitator daerah dan guru SDN Punten 02 Batu ini baru saja mendapatkan penghargaan guru berprestasi III Provinsi Jatim 2016.

Terpilih menjadi fasilitator dan mengikuti sejumlah pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS diakuinya memberi peran yang besar dalam kemenangannya. “Saya mendapat banyak ilmu setelah ikut pelatihan USAID PRIORITAS, salah satu melaksanakan pembelajaran yang melayani perbedaan individu di kelas,” terangnya,

Kebetulan di kelasnya yakni kelas IV ada dua anak berkebutuhan khusus (ABK) lambat belajar. Dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang ekstra untuk menangani siswa ABK sehingga pembelajaran tetap berjalan normal dan siswa dapat mengikuti pembelajaran.

Azizah punya beberapa strategi khusus, salah satunya adalah membuat beragam kartu gambar dan kartu huruf. Saat kedua siswa tersebut tidak paham dengan pembelajaran yang disampaikannya, Azizah membuat gambar di kartu dan ditunjukkan kepada siswa ABK. Mereka juga lebih mudah mengeja dan memahami tulisan saat Azizah menyodorkan kartu huruf. Hasilnya, kedua siswa tersebut bisa mengikuti pembelajaran. Strategi penanganan siswa ABK yang berbeda dengan yang lain inilah yang dianggap oleh tim juri guru berprestasi menarik, dan Azizah meraih peringkat ketiga. (Ida)

PRIORITAS - Praktik yang Baik

8 9

Yogyakarta - SDN Giwangan merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendi-dikan inklusif terlama di Yogyakarta. Sekolah ini merupakan mitra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terkait program kemitraan dengan USAID PRIORITAS untuk meningkatkan mutu sekolah mitra LPTK. Ada 19 siswa ABK (anak berkebu-tuhan khusus) yang tersebar di semua kelas.

“Siswa ABK yang belajar di sekolah ini kebanyakan ABK dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan pemusatan perhatian/konsentrasi dan hiperaktif), tuna daksa, tuna grahita, dan autis,” kata Jubaidi, Kepala SDN Giwangan.

Para guru kelas di sekolah ini juga telah mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS. Mereka dilatih mengelola pembelajaran yang memperhatikan perbe-daan individu siswa dan penerapan PAKEM.

Saat ini ada 8 orang GPK, satu orang GPK dibantu dari Dinas Pendidikan Provinsi DIY, dua orang GPK dibiayai dari Bosda kota, dan lima orang GPK dibiayai oleh orang tua murid yang mampu. Sekolah juga memiliki forum inklusif orang tua siswa ABK. Pihak sekolah dan orang tua rutin mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan tentang manajemen sekolah dan kendala-kendala dalam pengelolaan pendidikan inklusif.

Berikut adalah beberapa strategi pembelajaran yang diterapkan sekolah dalam memfasilitasi ABK, terutama yang melibatkan kerja sama GPK, guru kelas, dan orang tua:

1. Integratif, siswa ABK dan nonABK ber-baur belajar bersama dalam satu kelas.

2. GPK membimbing ABK di kelas agar bisa belajar bersama siswa nonABK dengan nyaman, dan sebaliknya.

3. Setiap Jum'at dan Sabtu, siswa ABK

Kerja Sama Efektif GPK, Guru Kelas, dan Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif di SDN Giwangan

belajar di ruang inklusif/ruang sumber untuk melihat perkembangan belajar siswa ABK.

4. Sekolah mendatangkan Psikolog setiap Kamis. Jika ada siswa ABK yang membu-tuhkan terapi, bisa langsung diterapi.

5. Para guru GPK rutin saling bertemu untuk berbagi pengalaman dalam membimbing siswa ABK.

6. GPK menyusun program pembelajaran individual (PPI) berdasarkan hasil asesmen kompetensi dan diserahkan kepada guru kelas. PPI yang sudah disusun dikirim ke Dikpora untuk mendapat masukkan.

7. Kepala sekolah, guru kelas, dengan GPK setiap tahun bertemu mengevaluasi PPI, untuk mengetahui perkembangan dan masalah yang dihadapi.

8. GPK mendapat honor setiap bulan dari sekolah dan dari dinas pendidikan kota.

9. Orang tua siswa bisa langsung berkomunikasi dengan GPK untuk mengetahui perkembangan dan kendala yang dialami oleh anaknya.

Untuk proses evaluasi siswa ABK dilakukan dengan cara sebagai berikut. (1) GPK bekerja sama dengan guru kelas dengan memberikan

Kiri: GPK sedang mengobservasi perkembangan ABK. Dalam observasi ini, orang tua biasanya dihadirkan untuk mengetahui perkembangan anaknya.

Kanan: Para siswa ABK sedang belajar membuat mozaik di ruang sumber yang didampingi GPK.

Qoriatul Azizah.

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Wajo, Sulawesi Selatan - Siswa kelas VIII SMPN 4 Tanasitolo Wajo, Muhammad Isrul, menjadi juara pertama lomba menulis cerita (LMC) tingkat SMP se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud pada November 2015 lalu. Cerpennya berhasil menyisihkan 2.043 naskah cerpen dari seluruh Indonesia. Cerpen yang berjudul “Piala di atas Dangau” juga dimuat di majalah sastra bergengsi Horison.

Rajin membaca merupakan salah satu kiat Isrul. “Saya selalu menjadwalkan waktu untuk membaca buku. Dengan sering membaca, kita bisa lebih banyak ide dan kosa kata,” kata penyuka buku sejarah dan inspiratif ini. Yang juga penting, lanjutnya, harus sering berlatih menulis.

Menurut Amkayus, guru bahasa Indonesia yang menjadi pembimbing Isrul, program budaya baca yang dikenalkan USAID PRIORITAS di SMPN 4 Tanasitolo telah mendorong siswa untuk rajin membaca. “Di setiap kelas kita membuat sudut baca.

Sekolah juga memiliki taman baca yang membuat siswa nyaman dan mudah mendapatkan buku bacaan. Sekolah juga membuat buku kontrol membaca. Dalam buku tersebut, siswa harus menceritakan kembali secara singkat isi buku yang dibacanya. Siswa yang paling banyak membaca dan paling bagus resumenya diangkat jadi raja dan ratu baca setiap bulannya,” jelas Amkayus.

Menurutnya, kebiasaan membaca dan menulis membuat siswa lebih mudah menuangkan gagasannya dalam tulisan, termasuk membuat cerpen. Untuk bisa juara sampai tingkat nasional, ada beberapa trik yang dia terapkan dalam membimbing siswa.

Pertama, siswa diajak membaca bersama-sama cerpen-cerpen yang pernah juara sebelumnya. “Cerpen yang juara adalah yang menginspirasi, yang kadang terbit dari pengalaman pribadi,” ujarnya. Kedua, cerpen dibuat rancangannya terlebih dahulu. Ketiga,

rancangan diturunkan dalam tulisan secara bertahap paragraf per paragraf. “Setiap selesai satu paragraf, saya bimbing siswa baik dari segi kosa kata, pengembangan ceritanya, dan lain-lain,” katanya.

Keempat, mengatur konflik dalam cerita. “Agar cerita menarik, konflik-konflik dalam cerita harus dimunculkan namun diatur penempatannya dengan baik,” katanya lagi. Hasilnya, siswanya berhasil menjadi juara 1 tingkat nasional membuat cerpen. (Ajb)

Muhammad Isrul, siswa SMPN 4 Tanasitolo, menerima penghargaan dari Bupati Wajo, Andi Burhanuddin Unru, karena prestasinya menjuarai penulisan cerpen tingkat nasional.

Siswa Wajo Juara I Nasional Menulis Cerpen dan Ini Kiat-Kiatnya

Purbalingga, Jawa Tengah – Tidak tahu belajarlah, tidak bisa bersungguh-sungguhlah, mustahil cobalah', begitu prinsip hidup dari Khasbi

Istanto, guru MI NU 2 Tangkisan, Mrebet, Purbalingga

yang baru saja memenangi kompetisi guru berprestasi

Kementerian Agama (Kemenag) tingkat Jawa Tengah di Grand Wahid Salatiga (18-21/8). Khasbi mengaku unsur yang paling unggul dalam kompetisi tersebut adalah penilaian terhadap karya inovasinya yang berbasis pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

“Dari tahun 2013, setelah dilatih oleh USAID PRIORITAS, saya menjadi tersadar bahwa menggunakan media berbasis lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sejak saat itu sampai sekarang saya telah membuat 25 media pembelajaran inovatif yang menggunakan barang-barang dari lingkungan sekitar,” kata guru yang telah 10 tahun mengabdi di madrasah itu.

Sejumlah 25 alat peraga inovatif berbasis lingkungan yang telah dibuat dipresentasikan kepada Dewan Juri yang telah ditunjuk

Kemenag Jateng. Mulai dari media Garis Bilangan Batang Singkong (Gabil Basing) untuk pengurangan dan penjumlahan, Pohon Minta Tolong (Pamitong) dalam pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia, Bakul Telur Kerajaan (IPS), Pohon Nusantara (IPS dan PPKN), Tampok Sakti untuk belajar perkalian, Batok Perkalian Berulang, dan berbagai media inovatif lain.

Khasbi menyampaikan bahwa penggunaan alat berbasis lingkungan ini mampu mengatasi keterbatasan alat peraga, biaya, dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan basis pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang di implementasikan di madrasah dampingan USAID PRIORITAS ini.

“Anak-anak menjadi sangat bersemangat ketika belajar. Mereka juga lebih mudah memahami pembelajaran, karena saya mencoba membuat kontekstual dengan benda-benda yang mereka temui di rumah, di desa, di kebun, dan di lingkungan mereka tinggal,” ungkap putra ke empat dari pasangan Sutarno dan Mistiyah ini.

Khasbi mencontohkan, yaitu ketika membelajarkan IPS dan bahasa Indonesia dengan Media Pamitong, dia mencoba mengangkat realitas pencemaran air oleh sebuah pabrik. Siswa di posisikan sebagai pohon dan lingkungan yang meminta tolong akibat pencemaran. Kemudian siswa disimulasikan juga berdiskusi dengan menjadi pemuda yang mensolusikan realitas pencemaran tersebut dalam bentuk tulisan yang berbasis literasi informasi. Hal itu akan membuat siswa lebih sensitif terhadap lingkungannya. Selanjutnya Khasbi akan mengikuti kompetisi guru madrasah berprestasi nasional yang akan diselenggarakan pada November 2016.

(Arz)

Khasbi Istanto, menunjukkan piala dan penghargaan yang diraihnya.

Manfaatkan Lingkungan, Guru Pelosok Gunung Jadi Guru Berprestasi

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

10 11

Seismograf Sederhana untuk Belajar GempaBekasi, Jawa Barat - Nunung, guru kelas V SDN Hegarmukti I, menjelaskan bahwa setelah minggu lalu siswa belajar mengidentifikasi gejala alam dan bencana yang terjadi di Indonesia, hari itu siswa akan belajar membuat alat pendeteksi gempa dari bahan sederhana. “Topiknya terkait kompetensi dasar memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya,” kata Nunung.

Alat dan bahan yang digunakan adalah kayu dan papan untuk rangka dan alas, tali rafia, botol bekas air mineral ukuran 600ml yang diisi kerikil atau pasir, spidol kecil, jarum, kertas, dan pisau. Langkah pembuatan seismograf sebagai berikut: 1) buat rangka penyangga dan alas dari kayu; 2) lubangi tutup botol bekas sehingga bisa dimasukkan spidol; 3) lubangi juga bagian bawah botol lalu masukkan tali; 4) isi botol dengan kerikil, lalu tutup kembali; 5) gantung botol dengan spidol ke bawah, tepat di atas alas kertas HVS putih.

Cara kerja seismograf ini sederhana. Ketika terjadi guncangan atau gempa, getarannya akan mengayun botol berisi kerikil. Ujung botol yang sudah dipasangi spidol akan berayun bolak-balik membentuk garis-garis. Semakin besar getaran akibat guncangan tersebut, maka semakin panjang garis yang terbentuk. Pola garis-garis bentukan spidol itu mencerminkan tingkat skala gempa. Melalui seismograf ini, siswa bisa belajar secara konkret tentang gempa. (Smd) Seismograf karya salah satu kelompok siswa kelas V.

Ada Pelangi di Baskomku

Oleh Helmina SpdGuru Kelas V, SDN Ngaglik 01

Batu, Jawa Timur - Saya ingin menunjukkan proses terjadinya pelangi kepada siswa saat pelajaran IPA. Saya mengajak siswa untuk melakukan percobaan terjadinya pelangi. Siang itu matahari cukup terik, tepat di jam 11.30 WIB anak anak kelas VC berkelompok di lapangan sekolah. Dua jam terakhir adalah jam pelajaran IPA.

Siswa melakukan percobaan terjadinya pelangi melalui proses mencoba sendiri, mengasosiasi, dan mengomunikasikan konsep yang akan mereka pelajari. “Wihhh seru Bu, berarti kita bisa menangkap pelangi ya?” teriak Safira, siswa Kelas VC.

Di awal siswa saya ajak menyanyi lagu Pelangi, tapi liriknya diganti. “Kata-kata merah-kuning-hijau diganti mejikuhibiniu singkatan dari merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu.

Siswa serentak menyanyikan lagu Pelangi sambil membuat lingkaran di setiap kelompok. Sebelumnya, siswa sudah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yakni baskom yang diisi air, cermin datar, dan kertas putih sebagai layar.

Selesai menyanyikan lagu, siswa mendapat lembar kerja proses membuat pelangi. Langkah awal siswa harus berada pada tempat dimana sinar matahari bersinar sangat terik. Lalu cahaya matahari tersebut dibiaskan dan diuraikan oleh air dalam

baskom dan terbentuklah pelangi. Pantulan pelangi ditangkap oleh kertas sehingga akan tampak dalam kertas putih. “Saya berhasil menangkap pelangi,” teriak Kelompok Merah. “Saya juga, keren,” sahut Kelompok Biru. Selanjutnya setiap kelompok mencatat warna apa saja yang muncul dalam pantulan pelangi di kertas putih tadi.

Ada juga beberapa kelompok yang belum berhasil menangkap pelangi karena mena-ngkap cahaya matahari dan memantulkan lewat cermin datar adalah bagian tersulit. Setiap siswa dituntut keterampilan mem-fokuskan cermin pada cahaya matahari.

Selanjutnya siswa berdiskusi tentang bagaimana proses terjadinya pelangi dalam percobaan ini, apa peran cermin datar, air dalam baskom, kegunaan kertas, warna apa saja yang tertangkap layar, warna apa yang terluar, warna apa yang terdalam. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan diskusi yang dapat di deskripsikan kemudian dikomunikasikan lewat kegiatan presentasi. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan presentasi dan pemajangan hasil laporan percobaan.

Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan menggunakan bahan lain, untuk melihat pelangi “buatan” yakni dapat pula digunakan prisma, keping CD bekas, atau air yang disemprotkan.

Siswa Kelas VC SDN Ngaglik 01 Kota Batu saat mempraktikkan pembiasan cahaya matahari menjadi pelangi di halaman sekolah.

Bantul, Yogyakarta - Mainan pesawat berbahan kertas yang biasanya hanya dibvuat bermain-main digunakan dalam pembelajaran siswa kelas IV A SD Ngoto. Mereka pagi itu belajar tentang konsep 'perubahan gerak akibat pengaruh udara'

Gurunya, Hani Purwanti, memulai pembelajaran dengan menjelaskan tentang perubahan gerak akibat pengaruh udara. Dia bertanya kepada siswanya, ”Apakah kamu pernah membuat pesawat mainan dari kertas? Bagaimana supaya pesawat kertas dapat terbang dengan baik?”

Ariel Fernando, siswa yang duduk di depan guru langsung mengangkat tangannya. “Saya pernah Bu, banyak yang sudah saya buat. Ada yang bisa terbang ada yang tidak bisa terbang. Tergantung modelnya. Apalagi sayapnya Bu,” jawab Ariel.

Mendengar jawaban Ariel, Ibu Hani tesenyum dan memberikan apresiasi kepada Ariel. “Menarik bukan? Dengan bentuk berbeda, pesawat ada yang terbang dengan baik namun ada yang kurang

baik. Itu yang akan kita pelajari hari ini. Kenapa bisa terjadi demikian? Kita akan melakukan percobaan untuk menjawab pertanyaan, bagaimana agar pesawat kertas dapat terbang dengan baik?,” katanya sambil membagikan lembar kerja kepada siswa dan 3 buah kertas A4.

Setelah membagikan lembar kerja dan kertas HVS kosong, guru mengajak siswa ke depan kelas. Kemudian menunjukkan contoh sebuah pesawat kertas dan menerbangkannya. Siswa terlihat mengamati dengan teliti. Siswa secara mandiri kemudian mencoba membuat model pesawat kertas sesuai kreasinya.

Attar, salah satu ketua kelompok mencoba menerbangkan pesawat kertas pertama hasil karya bersama- teman-temannya. Ternyata hasilnya kurang bagus. Kemudian dia mengubah model pesawat kertasnya pada percobaan kedua dan ketiga.

Siswa mengamati apakah pesawat keras buatannya sudah sesuai dan dapat terbang dengan baik, jika belum sempurna siswa diminta menemukan apa penyebabnya. Siswa juga mengamati pesawat kertas mana yang hasilnya paling bagus.

Siswa membuat laporan hasil kerjanya secara individu dan memandu serta menjelaskan kepada siswa format penulisan laporan. Satu laporan terbaik dipilih guru kemudian siswa yang bersangkutan diminta membacakan di depan kelas dan siswa lain menanggapi.

“Pesawat saya ada yang terbang berbalik dan ada yang menukik lalu jatuh. Tapi ada yang terbang dengan mulus. Saya belajar tentang cara pergerakan pesawat dengan model besar kecilnya. Saya juga tahu semakin sempit sayap pesawat maka jarak jatuh pesawat kertas semakin pendek. Padahal awalnya saya pikir semakin lebar permukaan pesawat kertas maka jarak jatuhnya akan semakin pendek,” kata Alifian salah seorang siswa dalam presentasinya.

Oleh Hani Purwanti Guru Kelas IV A SD Ngoto

(1) Para siswa sedang membuat pesawat kertas dengan didampingi guru. (2) Bersiap menerbangkan pesawat kertas. (3) Hasil laporan siswa setelah mencoba menerbangkan tiga pesawat kertas yang berbeda.

1 2 3

Lembar kerja siswa yang dibuat guru untuk memandu siswa melakukan percobaan.

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Cara Asyik Belajar Konsep Energi Gerak dengan Pesawat Kertas

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

10 11

Seismograf Sederhana untuk Belajar GempaBekasi, Jawa Barat - Nunung, guru kelas V SDN Hegarmukti I, menjelaskan bahwa setelah minggu lalu siswa belajar mengidentifikasi gejala alam dan bencana yang terjadi di Indonesia, hari itu siswa akan belajar membuat alat pendeteksi gempa dari bahan sederhana. “Topiknya terkait kompetensi dasar memahami gejala alam yang terjadi di Indonesia dan sekitarnya,” kata Nunung.

Alat dan bahan yang digunakan adalah kayu dan papan untuk rangka dan alas, tali rafia, botol bekas air mineral ukuran 600ml yang diisi kerikil atau pasir, spidol kecil, jarum, kertas, dan pisau. Langkah pembuatan seismograf sebagai berikut: 1) buat rangka penyangga dan alas dari kayu; 2) lubangi tutup botol bekas sehingga bisa dimasukkan spidol; 3) lubangi juga bagian bawah botol lalu masukkan tali; 4) isi botol dengan kerikil, lalu tutup kembali; 5) gantung botol dengan spidol ke bawah, tepat di atas alas kertas HVS putih.

Cara kerja seismograf ini sederhana. Ketika terjadi guncangan atau gempa, getarannya akan mengayun botol berisi kerikil. Ujung botol yang sudah dipasangi spidol akan berayun bolak-balik membentuk garis-garis. Semakin besar getaran akibat guncangan tersebut, maka semakin panjang garis yang terbentuk. Pola garis-garis bentukan spidol itu mencerminkan tingkat skala gempa. Melalui seismograf ini, siswa bisa belajar secara konkret tentang gempa. (Smd) Seismograf karya salah satu kelompok siswa kelas V.

Ada Pelangi di Baskomku

Oleh Helmina SpdGuru Kelas V, SDN Ngaglik 01

Batu, Jawa Timur - Saya ingin menunjukkan proses terjadinya pelangi kepada siswa saat pelajaran IPA. Saya mengajak siswa untuk melakukan percobaan terjadinya pelangi. Siang itu matahari cukup terik, tepat di jam 11.30 WIB anak anak kelas VC berkelompok di lapangan sekolah. Dua jam terakhir adalah jam pelajaran IPA.

Siswa melakukan percobaan terjadinya pelangi melalui proses mencoba sendiri, mengasosiasi, dan mengomunikasikan konsep yang akan mereka pelajari. “Wihhh seru Bu, berarti kita bisa menangkap pelangi ya?” teriak Safira, siswa Kelas VC.

Di awal siswa saya ajak menyanyi lagu Pelangi, tapi liriknya diganti. “Kata-kata merah-kuning-hijau diganti mejikuhibiniu singkatan dari merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu.

Siswa serentak menyanyikan lagu Pelangi sambil membuat lingkaran di setiap kelompok. Sebelumnya, siswa sudah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yakni baskom yang diisi air, cermin datar, dan kertas putih sebagai layar.

Selesai menyanyikan lagu, siswa mendapat lembar kerja proses membuat pelangi. Langkah awal siswa harus berada pada tempat dimana sinar matahari bersinar sangat terik. Lalu cahaya matahari tersebut dibiaskan dan diuraikan oleh air dalam

baskom dan terbentuklah pelangi. Pantulan pelangi ditangkap oleh kertas sehingga akan tampak dalam kertas putih. “Saya berhasil menangkap pelangi,” teriak Kelompok Merah. “Saya juga, keren,” sahut Kelompok Biru. Selanjutnya setiap kelompok mencatat warna apa saja yang muncul dalam pantulan pelangi di kertas putih tadi.

Ada juga beberapa kelompok yang belum berhasil menangkap pelangi karena mena-ngkap cahaya matahari dan memantulkan lewat cermin datar adalah bagian tersulit. Setiap siswa dituntut keterampilan mem-fokuskan cermin pada cahaya matahari.

Selanjutnya siswa berdiskusi tentang bagaimana proses terjadinya pelangi dalam percobaan ini, apa peran cermin datar, air dalam baskom, kegunaan kertas, warna apa saja yang tertangkap layar, warna apa yang terluar, warna apa yang terdalam. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan diskusi yang dapat di deskripsikan kemudian dikomunikasikan lewat kegiatan presentasi. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan presentasi dan pemajangan hasil laporan percobaan.

Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan menggunakan bahan lain, untuk melihat pelangi “buatan” yakni dapat pula digunakan prisma, keping CD bekas, atau air yang disemprotkan.

Siswa Kelas VC SDN Ngaglik 01 Kota Batu saat mempraktikkan pembiasan cahaya matahari menjadi pelangi di halaman sekolah.

Bantul, Yogyakarta - Mainan pesawat berbahan kertas yang biasanya hanya dibvuat bermain-main digunakan dalam pembelajaran siswa kelas IV A SD Ngoto. Mereka pagi itu belajar tentang konsep 'perubahan gerak akibat pengaruh udara'

Gurunya, Hani Purwanti, memulai pembelajaran dengan menjelaskan tentang perubahan gerak akibat pengaruh udara. Dia bertanya kepada siswanya, ”Apakah kamu pernah membuat pesawat mainan dari kertas? Bagaimana supaya pesawat kertas dapat terbang dengan baik?”

Ariel Fernando, siswa yang duduk di depan guru langsung mengangkat tangannya. “Saya pernah Bu, banyak yang sudah saya buat. Ada yang bisa terbang ada yang tidak bisa terbang. Tergantung modelnya. Apalagi sayapnya Bu,” jawab Ariel.

Mendengar jawaban Ariel, Ibu Hani tesenyum dan memberikan apresiasi kepada Ariel. “Menarik bukan? Dengan bentuk berbeda, pesawat ada yang terbang dengan baik namun ada yang kurang

baik. Itu yang akan kita pelajari hari ini. Kenapa bisa terjadi demikian? Kita akan melakukan percobaan untuk menjawab pertanyaan, bagaimana agar pesawat kertas dapat terbang dengan baik?,” katanya sambil membagikan lembar kerja kepada siswa dan 3 buah kertas A4.

Setelah membagikan lembar kerja dan kertas HVS kosong, guru mengajak siswa ke depan kelas. Kemudian menunjukkan contoh sebuah pesawat kertas dan menerbangkannya. Siswa terlihat mengamati dengan teliti. Siswa secara mandiri kemudian mencoba membuat model pesawat kertas sesuai kreasinya.

Attar, salah satu ketua kelompok mencoba menerbangkan pesawat kertas pertama hasil karya bersama- teman-temannya. Ternyata hasilnya kurang bagus. Kemudian dia mengubah model pesawat kertasnya pada percobaan kedua dan ketiga.

Siswa mengamati apakah pesawat keras buatannya sudah sesuai dan dapat terbang dengan baik, jika belum sempurna siswa diminta menemukan apa penyebabnya. Siswa juga mengamati pesawat kertas mana yang hasilnya paling bagus.

Siswa membuat laporan hasil kerjanya secara individu dan memandu serta menjelaskan kepada siswa format penulisan laporan. Satu laporan terbaik dipilih guru kemudian siswa yang bersangkutan diminta membacakan di depan kelas dan siswa lain menanggapi.

“Pesawat saya ada yang terbang berbalik dan ada yang menukik lalu jatuh. Tapi ada yang terbang dengan mulus. Saya belajar tentang cara pergerakan pesawat dengan model besar kecilnya. Saya juga tahu semakin sempit sayap pesawat maka jarak jatuh pesawat kertas semakin pendek. Padahal awalnya saya pikir semakin lebar permukaan pesawat kertas maka jarak jatuhnya akan semakin pendek,” kata Alifian salah seorang siswa dalam presentasinya.

Oleh Hani Purwanti Guru Kelas IV A SD Ngoto

(1) Para siswa sedang membuat pesawat kertas dengan didampingi guru. (2) Bersiap menerbangkan pesawat kertas. (3) Hasil laporan siswa setelah mencoba menerbangkan tiga pesawat kertas yang berbeda.

1 2 3

Lembar kerja siswa yang dibuat guru untuk memandu siswa melakukan percobaan.

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Cara Asyik Belajar Konsep Energi Gerak dengan Pesawat Kertas

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 13

1

Takalar, Sulawesi Selatan – Tak cuma singkong atau beras ketan yang bisa diolah menjadi tape. Jagung, pisang, hingga sukun pun bisa dibuat menjadi tape. Seperti yang dilakukan siswa SMPN 2 Takalar.

Guru IPA kelas IX SMPN 2 Takalar, Mukhlis mengatakan, siswanya sengaja menggunakan ketiga bahan tersebut lantaran merupakan hasil Bumi yang ada di Kabupaten Takalar. “Saya mencoba mengarahkan siswa dengan pembelajaran aktif untuk membuat percobaan bioteknologi menghasilkan tape dari berbagai macam bahan makanan seperti sukun, pisang dan talas dan ternyata berhasil dengan baik,” ujar Mukhlis.

Sebagai langkah awal, para siswa dalam pelajaran IPA oleh pak Mukhlis diminta mengamati tekstur dan mencoba rasa masing-masing produk bioteknologi sederhana tape yang sudah umum di masyarakat yaitu dari bahan singkong dan beras ketan. Setelah itu, mereka diminta membuat tape dari bahan-bahan makanan yang mereka pilih sendiri seperti jagung, kentang, sukun, talas, pisang tua, dan ubi jalar.

Prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut: setiap kelompok siswa memilih masing-masing bahan yang akan dijadikan tape, yaitu pisang tua, jagung, sukun, talas, kentang dan ubi jalar. Bahan makanan tersebut dicuci sampai bersih dan kemudian dikukus menggunakan panci.

Setelah dikukus, bahan makanan dikupas dan dipotong sesuai selera sambil diamati tekstur dan rasanya. Bahan kemudian ditaburi ragi yang sudah dihaluskan dan dibungkus daun pisang dengan rapat. Setelah itu disimpan dalam plastik atau wadah lain yang tertutup rapat di laboratorium selama tiga hari untuk proses fermentasi.

“Bahan harus tertutup rapat agar tidak ada bakteri lain yang bisa mencampuri proses-proses fermentasi dan menghasilkan rasa berbeda,” ujar Mukhlis, salah satu fasilitator daerah USAID PRIORITAS Takalar yang konsisten menerapkan pembelajaran aktif di sekolahnya.

Setelah hari ketiga, ternyata semua

bahan berhasil berubah menjadi tape. “Namun setelah kami amati dan kami rasakan, rasanya berbeda-beda,” ujar Fatriasi Amiruddin, salah seorang siswa kelas IX yang melakukan percobaan. Kentang setelah menjadi tape ternyata rasanya menjadi hambar dan talas menjadi sama sekali tidak enak, dengan bau yang sangat menyengat. “Strukturnya menjadi gembur berair dengan warna kecoklatan dan tidak cocok jadi makanan,” ujar Buya Ibnu Fulqan, siswa lainnya.

Sementara sukun, pisang tua dan jagung rasanya berubah jadi unik, kecut-kecut manis dan enak. “Hasil percobaan untuk ketiga bahan ini, kami simpulkan bisa menjadi alternatif makanan yang bisa dijual,” tegas Mukhlis. Keberhasilan percobaan ini membuat beberapa siswa yang langsung melakukan percobaan

berangan-angan memasarkannya suatu saat. “Agar jadi produk alternatif yang lebih menjual, seperti kue dan sebagainya, kita bisa campur dengan bahan-bahan lainnya,” ujar Fatriasi sambil mencicipi bahan makanan baru itu.

Sebelumnya Pak Mukhlis juga berhasil membimbing siswa-siswinya untuk menghasilkan energi baterai dari buah pare. Sebuah penemuan yang mendapatkan apresiasi luar biasa dari Pemda Takalar. “Pembelajaran aktif yang kita lakukan memang merangsang siswa untuk banyak berkreasi,” ujarnya.

Oleh Mukhlis SPdGuru SMPN 2 Takalar

Percobaan Temukan Bahan Tape Terbaik

2

Salah satu kelompok melakukan percobaan membuat tape sedangdari bahan pisang.

BANYAK siswa mengaku senang belajar Biologi karena apa yang dipelajari dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi Biologi yang faktual tidak cukup hanya teori saja, karena belajar Biologi perlu pemahaman mendalam, terutama dalam mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan ilmu Biologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kami membuat media sederhana untuk memberi pemahaman materi Adaptasi dan Seleksi Alam yaitu menggunakan media Kupu-Kupu “Biston betularia”.

Bahan yang digunakan adalah papan triplek, paku kecil, kain berwarna hitam, gunting,

kertas warna (putih, kuning, hijau, biru, merah, hitam), peniti kecil dan selotip perekat. Papan triplek dipotong dengan ukuran 30 X 40 cm sebanyak 4 lembar. Selanjutnya papan triplek yang sudah dibentuk dan ditutup dengan kain hitam yang dianalogikan sebagai jelaga/asap hitam akibat pencemaran udara. Potong kertas menjadi bentuk kupu-kupu masing-masing warna beberapa buah. Gunakan peniti sebagai badan kupu-kupu. Bungkus peniti dengan kertas yang warnanya sama dengan sayap kupu-kupu. Kemudian badan kupu-kupu yang terbuat dari peniti dipasang di

papan triplek yang sudah dilapisi kain hitam.

Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (sesuai jumlah media). Di setiap kelompok, seorang siswa bertugas memegang papan triplek yang berisi kupu-kupu Biston betularia. Siswa lain bertindak sebagai predator dengan cara menghitung jumlah kupu-kupu dari jarak yang semakin jauh. Siswa yang menjadi predator menggunakan lembar pengamatan.

Jumlah kupu-kupu yang terlihat adalah kupu-kupu yang akan dimangsa oleh mereka (predator). Kupu-kupu yang tidak terlihat adalah kupu-kupu yang selamat dan akan meneruskan generasi Biston betularia.

Proses berikutnya adalah menganalisis lembar pengamatan siswa. Hasilnya kupu-kupu yang berwarna cerah lebih banyak yang menjadi mangsa predator, sedangkan yang berwarna gelap hanya sedikit menjadi mangsa. Hal tersebut terjadi karena kupu-kupu yang berwarna gelap lebih sulit terlihat oleh predator karena lingkungan tertutup oleh jelaga atau asap polusi.

Kesimpulannya, kupu-kupu Biston betularia yang berwarna cerah punah akibat tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah menjadi gelap dan kotor pada masa revolusi industri di Inggris. Sebelum revolusi industri, Biston betularia yang berwarna hitam banyak dimangsa oleh predator. Tetapi saat revolusi industri terjadi dan asap hitam mencemari udara, Biston betularia yang berwarna gelap lebih adaptif dibanding dengan yang berwarna cerah. Peristiwa ini terjadi karena adanya proses adaptasi dan seleksi alam.

Dengan menggunakan media ini, siswa memahami keterkaitan antara adaptasi dengan seleksi alam. Siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan agar tetap lestari dan terhindar dari kepunahan. “Saya jadi mengerti mengapa ada hewan yang mengalami kepunahan, sedangkan hewan lainnya ada yang masih bertahan hidup dan tetap lestari.” kata Winda, salah seorang siswa kelas IX.

Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari Kupu-Kupu yang Punah

Gambar Kiri: Siswa melakukan pengamatan di halaman sekolah. Gambar Kanan: Media Biston Betularia

Lembar pengamatan warna kupu-kupu.

Oleh Tina Mardiana SPd Guru SMPN 1 Bendahara, Aceh Tamiang

Medan, Sumatra Utara - Kandungan nutrisi dalam bahan makanan bisa diketahui dengan menggunakan indikator uji makanan atau reagen. Inilah yang dilakukan dalam pembelajaran kelas VII kali ini. Reagen yang digunakan untuk menguji kadar karbohidrat adalah benedict. Reagen ini berwarna oranye. Setelah sampel yang diuji ditetesi benedict akan terjadi perubahan warna.

Tujuan pembelajaran kali ini, siswa dapat melakukan uji karbohidrat dan menemukan kadar karbohidrat dalam makanan. Alat yang digunakan untuk uji karbohidrat ini adalah bunsen, tusuk gigi, sendok, pisau/cutter, mortar, tabung reaksi dan pipet tetas.

Bahan-bahan yang diperlukan adalah larutan benedict, sayuran segar, umbi-umbian, dan buah-buahan. Dalam percobaan ini setiap kelompok menguji bahan-bahan yang berbeda. Misalnya kelompok sereal yang melakukan

percobaan pada kismis, kurma, dan sereal. Sedangkan kelompok sayuran hijau melakukan percobaan pada jamur, brokoli, dan bunga kol. Guru lalu menjelaskan apa itu uji karbohidrat, dan langkah-langkah pengujian yang harus dilakukan. "Silakan kalian temukan, makanan apa yang karbohidratnya paling tinggi?" katanya lagi.

Langkah-langkah uji karbohidrat diuraikan pada lembar kerja. "Haluskan bahan-bahan yang ada dengan mortar dan beri sedikit air. Masukkan beberapa tetes dari dari bahan tersebut ke dalam tabung reaksi lalu teteskan benedict dengan perbandingan 1:1 ke dalam tabung reaksi. Lihat perubahan warnanya," kata salah seorang siswa membaca langkah-langkah uji karbohidrat. Teman kelompoknya melakukan sesuai instruksinya.

Percobaan belum selesai, bahan yang sudah bercampur di dalam tabung reaksi tersebut kemudian dibakar dengan bunsen. Hasil dari percobaan kelompok sereal, kurma yang berwarna kuning kecoklatan setelah ditetesi benedict menjadi berwarna hijau toska dan setelah dibakar menjadi berwarna merah bata menunjukkan kadar karbohidrat yang tinggi. Kismis yang berwarna cokelat muda, setelah ditetesi benedict menjadi hijau tua dan setelah dibakar menjadi warna cokelat kekuningan, menunjukkan kadar karbohidratnya sedang. Sereal yang berwarna putih susu setelah ditetesi benedict berubah warna menjadi biru muda dan setelah dibakar menjadi biru kehijauan yang menunjukkan kadar karbohidratnya yang rendah. Kelompok ini menyimpulkan bahwa kurma memiliki kadar karbohidrat lebih tinggi ketimbang kismis dan sereal.

Begitupun kelompok sayuran yang menguji dengan jamur, brokoli, dan bunga kol. Jamur memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah, brokoli memiliki kandungan sedang, dan bunga kol tinggi. Percobaan kelompok sayuran ini mematahkan dugaan awal mereka yang mengatakan bahwa sayuran berdaun hijau memiliki kadar karbohidrat yang rendah. Setiap kelompok membuat laporan kemudian mempresentasikannya di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya.

Uji Makanan Karbohidrat Tertinggi

Laporan hasil percobaan siswa menemukan makanan dengan karbohidrat tertinggi.

Oleh Muhammad Sahnan SPdGuru IPA SMP Al Azhar Medan, Sumatra Utara

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 13

1

Takalar, Sulawesi Selatan – Tak cuma singkong atau beras ketan yang bisa diolah menjadi tape. Jagung, pisang, hingga sukun pun bisa dibuat menjadi tape. Seperti yang dilakukan siswa SMPN 2 Takalar.

Guru IPA kelas IX SMPN 2 Takalar, Mukhlis mengatakan, siswanya sengaja menggunakan ketiga bahan tersebut lantaran merupakan hasil Bumi yang ada di Kabupaten Takalar. “Saya mencoba mengarahkan siswa dengan pembelajaran aktif untuk membuat percobaan bioteknologi menghasilkan tape dari berbagai macam bahan makanan seperti sukun, pisang dan talas dan ternyata berhasil dengan baik,” ujar Mukhlis.

Sebagai langkah awal, para siswa dalam pelajaran IPA oleh pak Mukhlis diminta mengamati tekstur dan mencoba rasa masing-masing produk bioteknologi sederhana tape yang sudah umum di masyarakat yaitu dari bahan singkong dan beras ketan. Setelah itu, mereka diminta membuat tape dari bahan-bahan makanan yang mereka pilih sendiri seperti jagung, kentang, sukun, talas, pisang tua, dan ubi jalar.

Prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut: setiap kelompok siswa memilih masing-masing bahan yang akan dijadikan tape, yaitu pisang tua, jagung, sukun, talas, kentang dan ubi jalar. Bahan makanan tersebut dicuci sampai bersih dan kemudian dikukus menggunakan panci.

Setelah dikukus, bahan makanan dikupas dan dipotong sesuai selera sambil diamati tekstur dan rasanya. Bahan kemudian ditaburi ragi yang sudah dihaluskan dan dibungkus daun pisang dengan rapat. Setelah itu disimpan dalam plastik atau wadah lain yang tertutup rapat di laboratorium selama tiga hari untuk proses fermentasi.

“Bahan harus tertutup rapat agar tidak ada bakteri lain yang bisa mencampuri proses-proses fermentasi dan menghasilkan rasa berbeda,” ujar Mukhlis, salah satu fasilitator daerah USAID PRIORITAS Takalar yang konsisten menerapkan pembelajaran aktif di sekolahnya.

Setelah hari ketiga, ternyata semua

bahan berhasil berubah menjadi tape. “Namun setelah kami amati dan kami rasakan, rasanya berbeda-beda,” ujar Fatriasi Amiruddin, salah seorang siswa kelas IX yang melakukan percobaan. Kentang setelah menjadi tape ternyata rasanya menjadi hambar dan talas menjadi sama sekali tidak enak, dengan bau yang sangat menyengat. “Strukturnya menjadi gembur berair dengan warna kecoklatan dan tidak cocok jadi makanan,” ujar Buya Ibnu Fulqan, siswa lainnya.

Sementara sukun, pisang tua dan jagung rasanya berubah jadi unik, kecut-kecut manis dan enak. “Hasil percobaan untuk ketiga bahan ini, kami simpulkan bisa menjadi alternatif makanan yang bisa dijual,” tegas Mukhlis. Keberhasilan percobaan ini membuat beberapa siswa yang langsung melakukan percobaan

berangan-angan memasarkannya suatu saat. “Agar jadi produk alternatif yang lebih menjual, seperti kue dan sebagainya, kita bisa campur dengan bahan-bahan lainnya,” ujar Fatriasi sambil mencicipi bahan makanan baru itu.

Sebelumnya Pak Mukhlis juga berhasil membimbing siswa-siswinya untuk menghasilkan energi baterai dari buah pare. Sebuah penemuan yang mendapatkan apresiasi luar biasa dari Pemda Takalar. “Pembelajaran aktif yang kita lakukan memang merangsang siswa untuk banyak berkreasi,” ujarnya.

Oleh Mukhlis SPdGuru SMPN 2 Takalar

Percobaan Temukan Bahan Tape Terbaik

2

Salah satu kelompok melakukan percobaan membuat tape sedangdari bahan pisang.

BANYAK siswa mengaku senang belajar Biologi karena apa yang dipelajari dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi Biologi yang faktual tidak cukup hanya teori saja, karena belajar Biologi perlu pemahaman mendalam, terutama dalam mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan ilmu Biologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kami membuat media sederhana untuk memberi pemahaman materi Adaptasi dan Seleksi Alam yaitu menggunakan media Kupu-Kupu “Biston betularia”.

Bahan yang digunakan adalah papan triplek, paku kecil, kain berwarna hitam, gunting,

kertas warna (putih, kuning, hijau, biru, merah, hitam), peniti kecil dan selotip perekat. Papan triplek dipotong dengan ukuran 30 X 40 cm sebanyak 4 lembar. Selanjutnya papan triplek yang sudah dibentuk dan ditutup dengan kain hitam yang dianalogikan sebagai jelaga/asap hitam akibat pencemaran udara. Potong kertas menjadi bentuk kupu-kupu masing-masing warna beberapa buah. Gunakan peniti sebagai badan kupu-kupu. Bungkus peniti dengan kertas yang warnanya sama dengan sayap kupu-kupu. Kemudian badan kupu-kupu yang terbuat dari peniti dipasang di

papan triplek yang sudah dilapisi kain hitam.

Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (sesuai jumlah media). Di setiap kelompok, seorang siswa bertugas memegang papan triplek yang berisi kupu-kupu Biston betularia. Siswa lain bertindak sebagai predator dengan cara menghitung jumlah kupu-kupu dari jarak yang semakin jauh. Siswa yang menjadi predator menggunakan lembar pengamatan.

Jumlah kupu-kupu yang terlihat adalah kupu-kupu yang akan dimangsa oleh mereka (predator). Kupu-kupu yang tidak terlihat adalah kupu-kupu yang selamat dan akan meneruskan generasi Biston betularia.

Proses berikutnya adalah menganalisis lembar pengamatan siswa. Hasilnya kupu-kupu yang berwarna cerah lebih banyak yang menjadi mangsa predator, sedangkan yang berwarna gelap hanya sedikit menjadi mangsa. Hal tersebut terjadi karena kupu-kupu yang berwarna gelap lebih sulit terlihat oleh predator karena lingkungan tertutup oleh jelaga atau asap polusi.

Kesimpulannya, kupu-kupu Biston betularia yang berwarna cerah punah akibat tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah menjadi gelap dan kotor pada masa revolusi industri di Inggris. Sebelum revolusi industri, Biston betularia yang berwarna hitam banyak dimangsa oleh predator. Tetapi saat revolusi industri terjadi dan asap hitam mencemari udara, Biston betularia yang berwarna gelap lebih adaptif dibanding dengan yang berwarna cerah. Peristiwa ini terjadi karena adanya proses adaptasi dan seleksi alam.

Dengan menggunakan media ini, siswa memahami keterkaitan antara adaptasi dengan seleksi alam. Siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan agar tetap lestari dan terhindar dari kepunahan. “Saya jadi mengerti mengapa ada hewan yang mengalami kepunahan, sedangkan hewan lainnya ada yang masih bertahan hidup dan tetap lestari.” kata Winda, salah seorang siswa kelas IX.

Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari Kupu-Kupu yang Punah

Gambar Kiri: Siswa melakukan pengamatan di halaman sekolah. Gambar Kanan: Media Biston Betularia

Lembar pengamatan warna kupu-kupu.

Oleh Tina Mardiana SPd Guru SMPN 1 Bendahara, Aceh Tamiang

Medan, Sumatra Utara - Kandungan nutrisi dalam bahan makanan bisa diketahui dengan menggunakan indikator uji makanan atau reagen. Inilah yang dilakukan dalam pembelajaran kelas VII kali ini. Reagen yang digunakan untuk menguji kadar karbohidrat adalah benedict. Reagen ini berwarna oranye. Setelah sampel yang diuji ditetesi benedict akan terjadi perubahan warna.

Tujuan pembelajaran kali ini, siswa dapat melakukan uji karbohidrat dan menemukan kadar karbohidrat dalam makanan. Alat yang digunakan untuk uji karbohidrat ini adalah bunsen, tusuk gigi, sendok, pisau/cutter, mortar, tabung reaksi dan pipet tetas.

Bahan-bahan yang diperlukan adalah larutan benedict, sayuran segar, umbi-umbian, dan buah-buahan. Dalam percobaan ini setiap kelompok menguji bahan-bahan yang berbeda. Misalnya kelompok sereal yang melakukan

percobaan pada kismis, kurma, dan sereal. Sedangkan kelompok sayuran hijau melakukan percobaan pada jamur, brokoli, dan bunga kol. Guru lalu menjelaskan apa itu uji karbohidrat, dan langkah-langkah pengujian yang harus dilakukan. "Silakan kalian temukan, makanan apa yang karbohidratnya paling tinggi?" katanya lagi.

Langkah-langkah uji karbohidrat diuraikan pada lembar kerja. "Haluskan bahan-bahan yang ada dengan mortar dan beri sedikit air. Masukkan beberapa tetes dari dari bahan tersebut ke dalam tabung reaksi lalu teteskan benedict dengan perbandingan 1:1 ke dalam tabung reaksi. Lihat perubahan warnanya," kata salah seorang siswa membaca langkah-langkah uji karbohidrat. Teman kelompoknya melakukan sesuai instruksinya.

Percobaan belum selesai, bahan yang sudah bercampur di dalam tabung reaksi tersebut kemudian dibakar dengan bunsen. Hasil dari percobaan kelompok sereal, kurma yang berwarna kuning kecoklatan setelah ditetesi benedict menjadi berwarna hijau toska dan setelah dibakar menjadi berwarna merah bata menunjukkan kadar karbohidrat yang tinggi. Kismis yang berwarna cokelat muda, setelah ditetesi benedict menjadi hijau tua dan setelah dibakar menjadi warna cokelat kekuningan, menunjukkan kadar karbohidratnya sedang. Sereal yang berwarna putih susu setelah ditetesi benedict berubah warna menjadi biru muda dan setelah dibakar menjadi biru kehijauan yang menunjukkan kadar karbohidratnya yang rendah. Kelompok ini menyimpulkan bahwa kurma memiliki kadar karbohidrat lebih tinggi ketimbang kismis dan sereal.

Begitupun kelompok sayuran yang menguji dengan jamur, brokoli, dan bunga kol. Jamur memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah, brokoli memiliki kandungan sedang, dan bunga kol tinggi. Percobaan kelompok sayuran ini mematahkan dugaan awal mereka yang mengatakan bahwa sayuran berdaun hijau memiliki kadar karbohidrat yang rendah. Setiap kelompok membuat laporan kemudian mempresentasikannya di depan kelas dan kelompok lain menanggapinya.

Uji Makanan Karbohidrat Tertinggi

Laporan hasil percobaan siswa menemukan makanan dengan karbohidrat tertinggi.

Oleh Muhammad Sahnan SPdGuru IPA SMP Al Azhar Medan, Sumatra Utara

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

14 15

Tangerang, Banten – Akidin MPd, guru matematika MTsN Tigaraksa Banten, mengajak siswa kelas VIII. MTsN 2 Tangerang, menemukan rumus luas permukaan balok untuk diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

Guru membuka sesi pembelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar kepada para siswa dan menanyakan gambar apakah yang ditampilkan. “Kotak obat,” jawab seorang siswa. “Bentuknya apa?” tanya Pak Akidin. “Ada yang kubus, ada yang balok,” jawab siswa.

Guru membagikan lembar kerja (LK) dan model balok dari kotak kemasan ke setiap kelompok siswa. Siswa membuka kotak kemasan tersebut sehingga tampak jaring-jaringnya dan ditempelkan di kertas karton. Lalu siswa memberi nomor pada setiap bidang kotak dan menuliskan bagian-bagian panjang, lebar, dan tinggi pada jaring-jaring seperti gambar di bawah.

Setiap kotak dari jaring-jaring yang berben-tuk persegi panjang dituliskan rumus luas-nya. Setelah menemukan rumus setiap bidang dan menggabungkan semua rumus tersebut, siswa melakukan penyederhanaan rumus dan menarik kesimpulan bahwa ru-mus luas permukaan balok 2 (pl + lt + pt).

Kemudian guru mengundang dua siswa perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. Ternyata kelompok lainnya memiliki jawaban yang sama, sehingga guru melanjutkan ke tahapan selanjutnya, yaitu menugas- kan siswa untuk mencari luas permukaan

Gunakan Rumus Luas Permukaan

Balok untuk Tentukan Harga

Jual Lemari

Guru sedang mendampingi siswa di kelompok kecil menemukan luas balok dari jaring-jaring model balok dari kotak bekas kemasan.

Garut, Jawa Barat - Setiap tahun, saat menjelaskan pembelajaran “menulis puisi” pada siswa kelas VII semester 2, siswa spontan mengeluh kesulitan. Kali ini saya mengajarkan puisi menggunakan pohon kata untuk mengatasi permasalahan kesulitan dan ketidakberanian siswa menulis puisi.

Langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1. Dalam apersepsi saya membangun motivasi siswa dengan bermain kata melalui larik berantai. Saya mengatakan satu larik tentang puisi bertema keindahan alam sesuai kompetensi dasar yang akan dipelajari. Lariknya sebagai berikut “Rembulan penuh// .......//Merenda kisah. Mentari tersenyum//..........//Dalam dekap//.......

Kunci jawabannya: “Rembulan penuh// Malam bertabur bintang// Merenda kisah” Puisi kedua kuncinya “Mentari tersenyum// Bersanding awan// Dalam dekap// Menghangat.

Dari kegiatan memotivasi siswa hasil dibahas tentang pola puisi Haiku (5-7-5 suku kata per barisnya), Sonian(6-5-4-3 suku kata tiap barisnya) dan siswa akan mempelajari puisi bebas yang tidak terikat pola tertentu.

2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa.

3. Selanjutnya siswa mengamati gambar yang berhubungan dengan keindahan alam dalam LK 1 lalu mengisi matrik yang

8. Selanjutnya window shopping atau belanja hasil karya. Dalam searah jarum jam, siswa diminta berbelanja pilihan kata yang tidak dimiliki untuk menambah koleksinya.

10. Tugas kelompok selesai, tibalah pada tugas yang sesungguhnya, yakni menulis puisi bertema keindahan alam dan pengalaman yang pernah dialami. Peserta didik mengerjakan LK 2 yang di dalamnya ada informasi tentang Haiku (bentuk puisi baru sepanjang empat larik dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik), Sonian (jenis puisi baru puisi), dan puisi bebas beserta tiga contohnya. Dengan berbekal pilihan kata yang ada dalam pohon kata siswa diminta menulis puisi minimal tiga buah.

11. Terakhir, menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, refleksi siswa, dan memberikan tugas terstruktur mandiri berlatih menulis puisi lalu dikirim kepada guru melalui sms untuk dikomentari.

Hal yang berharga dari pengalaman pembelajaran ini, menulis puisi memerlukan pilihan kata yang tepat dan memiliki nilai keindahan. Dengan pohon kata tersebut secara tidak langsung anak belajar diksi dan kosa kata yang sangat berguna saat menulis sebuah puisi.

Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak menyadari bahwa kegiatan yang dilakukannya ujung-ujungnya harus menulis puisi. Salah satu siswa bertanya, “Bu, bagaimana lagi permainannya?” Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa pada pertemuan ini siswa benar benar terhanyut sedang bermain bukan sedang belajar.

Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki, terutama dalam pengelolaan waktunya. Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebaiknya dibuat dalam tiga kali pertemuan karena harus ada proses perenungan saat menuangkan dari pohon kata ke dalam puisi.

Dampak perubahan dari menulis puisi melalui “Pohon Kata” siswa aktif mengumpulkan kosa kata dengan pilihan kata yang tepat, siswa juga menganggap bahwa menulis puisi tidak sulit terbukti dengan hasil refleksi mereka banyak yang menulis, “Saya senang menulis puisi melalui pohon kata.”

Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini pun 90 persen di atas kriteria ketuntasan mini-mal (KKM). Alhamdulillah, sampai saat ini untuk mewadahi minat menulis puisi, saya membuat grup di Facebook ‘Sonian MTsN Garut’ yang beranggotakan guru bahasa Indonesia yang memberikan komentar dan apresiasi terhadap postingan siswa.

disediakan dengan pilihan kata yang terinspirasi dari gambar dalam LK 1. Dalam hal ini siswa sudah memiliki pemahaman kata abstrak dan kata konkret.

4. Setiap anggota kelompok adu cepat menyebutkan satu kata dilanjutkan searah jarum jam, dan siswa selanjutnya tidak boleh menyebutkan kata yang sama. Masing-masing anggota minimal mengumpulkan 10 kata untuk satu objek gambar yang diamati.

5. Kelompok yang tercepat menyelesaikan mengerjakan LK 1 diberi tanda bintang se-suai rangking. LK 1 diisi dalam matrik yang diperbesar menggunakan kertas plano.

6. Sebelumnya siswa ditugaskan membuat daun-daun kecil yang sesuai kreasinya. Langkah berikutnya siswa diminta menuliskan kata-kata yang ada di matrik ke daun. Kata-kata konkret yang ditulis dapat membangun imajinasi siswa sehingga memiliki nilai rasa tertentu yang dapat dinikmati oleh panca indra baik penglihatan, pendengaran, perabaan, ataupun perasaan. Siswa juga diperboleh-kan mencantumkan turunan katanya. Misalnya “desir, desiran, berdesir, mendesir. Diharapkan dengan ini siswa memiliki kosa kata yang lebih kaya.

7. Selesai menuangkan kata-kata dalam daun, siswa adu cepat kembali merangkai daun tersebut dalam pohon yang disusun di kertas plano. Masing-masing siswa dalam kelompok memiliki jenis daun dan warna daun yang berbeda sehingga mereka mengenali pilihan kata yang dimilikinya.

Inspirasi Puisi dari Pohon Kata

Pohon kata buatan guru untuk media siswa membuat puisi. Media ini membantu siswa memperkaya kosa kata dalam membuat puisi.

Oleh Rina Rosmayana, Guru MTsN Garut

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

sebuah balok dengan panjang 12 cm, lebar 8 cm dan tinggi 6 cm.

Dengan menggunakan rumus yang sudah ditemukan bersama, para siswa melakukan penghitungan sebagai berikut:

Luas permukaan balok

= 2 (pl + pt + lt)

2= 2 (96 + 72 + 48)= 432 cm

Guru lalu memberi dua soal yang menggunakan masalah yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Soal pertama adalah “Nesti ingin membungkus kotak kado menggunakan sampul kertas kado yang berbentuk balok dengan panjang 25 cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm sehingga luas kertas kado minimal yang dibutuhkan Nesti untuk membungkus kotak tersebut?”

Soal kedua adalah “Seorang tukang kayu akan membuat lemari berbentuk balok pesanan pelanggannya. Panjang, lebar dan tinggi masing-masing 1m, 0,5 m dan 2 m.

2jika harga kayu Rp 200.000 / m , harga 2politur (pewarna) Rp 150.000/m . Harga

asesorisnya Rp.100.000 dan biaya jasa pembuatannya Rp 500.000, berapa harga jual lemari tersebut?”

Guru berkeliling kelas untuk mendampingi proses kerja kelompok dan bertanya jawab dengan para siswa. “Kebutuhan kayu dapat dicari berdasarkan luas permukaannya.

Berapa luas permukaannya? Apakah sudah ada yang tahu?” tanya guru.

2“Luas permukaannya 7m ,” jawab salah seorang siswa.

“Nah, harga kayu permeter Rp 200.000. Jadi berapa biaya

kayunya?” tanya guru. “7 x Rp200.000, Pak,” jawab siswa.

“Lemari akan dilapisi dengan plitur. Harga

2politur Rp150.000 /m . Yang mau diplitur 2berapa luasnya? 7 m . Berarti 7 dikalikan

harga plitur, lalu dijumlahkan dengan biaya lain. Kita bisa menemukan harga lemari itu,” jelas guru lagi.

Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Untuk soal pertama, siswa menemukan bahwa luas permukaan balok adalah

21.340 cm . Berikut adalah hasil perhitungannya:

= 2 (pl + pt + lt) = 2 {(25 x 12) + (25 x 10) + (12x10)}

= 2 (300+250+120)

= 600 + 500 + 240

2= 1340 cm

Sementara untuk soal kedua, siswa menemukan bahwa harga jual lemari adalah Rp 3.050.000. Berikut adalah hasil perhitungan siswa untuk mendapatkan harga lemari:

2 (pl+pt+lt) = 2 {(1x1/2) + (1x2) + (2.1/2)}

= 2 (0,5 + 2 + 1)

2 = 7 m

Harga jual lemari = (harga kayu x luas permukaan) + (politur x luas permukaan) + asesoris + jasa

= (200.000x7)+(150.000x7)+100.000+ 500000

= Rp 3.050.000,-

“Jadi kalian sudah mampu menghitung harga jual lemari. Kalian bisa menghitung dari mulai berapa modal, sampai harga jual. Bukan hanya untuk buat lemari, tapi banyak hal yang dapat menggunakan rumus permukaan balok,” kata Akidin. Pembelajaran ditutup dengan kegiatan refleksi. (Tif/Anl)

PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik

14 15

Tangerang, Banten – Akidin MPd, guru matematika MTsN Tigaraksa Banten, mengajak siswa kelas VIII. MTsN 2 Tangerang, menemukan rumus luas permukaan balok untuk diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

Guru membuka sesi pembelajaran dengan menunjukkan sebuah gambar kepada para siswa dan menanyakan gambar apakah yang ditampilkan. “Kotak obat,” jawab seorang siswa. “Bentuknya apa?” tanya Pak Akidin. “Ada yang kubus, ada yang balok,” jawab siswa.

Guru membagikan lembar kerja (LK) dan model balok dari kotak kemasan ke setiap kelompok siswa. Siswa membuka kotak kemasan tersebut sehingga tampak jaring-jaringnya dan ditempelkan di kertas karton. Lalu siswa memberi nomor pada setiap bidang kotak dan menuliskan bagian-bagian panjang, lebar, dan tinggi pada jaring-jaring seperti gambar di bawah.

Setiap kotak dari jaring-jaring yang berben-tuk persegi panjang dituliskan rumus luas-nya. Setelah menemukan rumus setiap bidang dan menggabungkan semua rumus tersebut, siswa melakukan penyederhanaan rumus dan menarik kesimpulan bahwa ru-mus luas permukaan balok 2 (pl + lt + pt).

Kemudian guru mengundang dua siswa perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. Ternyata kelompok lainnya memiliki jawaban yang sama, sehingga guru melanjutkan ke tahapan selanjutnya, yaitu menugas- kan siswa untuk mencari luas permukaan

Gunakan Rumus Luas Permukaan

Balok untuk Tentukan Harga

Jual Lemari

Guru sedang mendampingi siswa di kelompok kecil menemukan luas balok dari jaring-jaring model balok dari kotak bekas kemasan.

Garut, Jawa Barat - Setiap tahun, saat menjelaskan pembelajaran “menulis puisi” pada siswa kelas VII semester 2, siswa spontan mengeluh kesulitan. Kali ini saya mengajarkan puisi menggunakan pohon kata untuk mengatasi permasalahan kesulitan dan ketidakberanian siswa menulis puisi.

Langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1. Dalam apersepsi saya membangun motivasi siswa dengan bermain kata melalui larik berantai. Saya mengatakan satu larik tentang puisi bertema keindahan alam sesuai kompetensi dasar yang akan dipelajari. Lariknya sebagai berikut “Rembulan penuh// .......//Merenda kisah. Mentari tersenyum//..........//Dalam dekap//.......

Kunci jawabannya: “Rembulan penuh// Malam bertabur bintang// Merenda kisah” Puisi kedua kuncinya “Mentari tersenyum// Bersanding awan// Dalam dekap// Menghangat.

Dari kegiatan memotivasi siswa hasil dibahas tentang pola puisi Haiku (5-7-5 suku kata per barisnya), Sonian(6-5-4-3 suku kata tiap barisnya) dan siswa akan mempelajari puisi bebas yang tidak terikat pola tertentu.

2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 orang siswa.

3. Selanjutnya siswa mengamati gambar yang berhubungan dengan keindahan alam dalam LK 1 lalu mengisi matrik yang

8. Selanjutnya window shopping atau belanja hasil karya. Dalam searah jarum jam, siswa diminta berbelanja pilihan kata yang tidak dimiliki untuk menambah koleksinya.

10. Tugas kelompok selesai, tibalah pada tugas yang sesungguhnya, yakni menulis puisi bertema keindahan alam dan pengalaman yang pernah dialami. Peserta didik mengerjakan LK 2 yang di dalamnya ada informasi tentang Haiku (bentuk puisi baru sepanjang empat larik dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik), Sonian (jenis puisi baru puisi), dan puisi bebas beserta tiga contohnya. Dengan berbekal pilihan kata yang ada dalam pohon kata siswa diminta menulis puisi minimal tiga buah.

11. Terakhir, menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan, refleksi siswa, dan memberikan tugas terstruktur mandiri berlatih menulis puisi lalu dikirim kepada guru melalui sms untuk dikomentari.

Hal yang berharga dari pengalaman pembelajaran ini, menulis puisi memerlukan pilihan kata yang tepat dan memiliki nilai keindahan. Dengan pohon kata tersebut secara tidak langsung anak belajar diksi dan kosa kata yang sangat berguna saat menulis sebuah puisi.

Melalui kegiatan ini siswa sampai tidak menyadari bahwa kegiatan yang dilakukannya ujung-ujungnya harus menulis puisi. Salah satu siswa bertanya, “Bu, bagaimana lagi permainannya?” Dari pertanyaan itu saya sadar bahwa pada pertemuan ini siswa benar benar terhanyut sedang bermain bukan sedang belajar.

Tetapi ada hal yang perlu diperbaiki, terutama dalam pengelolaan waktunya. Pembelajaran ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebaiknya dibuat dalam tiga kali pertemuan karena harus ada proses perenungan saat menuangkan dari pohon kata ke dalam puisi.

Dampak perubahan dari menulis puisi melalui “Pohon Kata” siswa aktif mengumpulkan kosa kata dengan pilihan kata yang tepat, siswa juga menganggap bahwa menulis puisi tidak sulit terbukti dengan hasil refleksi mereka banyak yang menulis, “Saya senang menulis puisi melalui pohon kata.”

Ketuntasan untuk kompetensi dasar ini pun 90 persen di atas kriteria ketuntasan mini-mal (KKM). Alhamdulillah, sampai saat ini untuk mewadahi minat menulis puisi, saya membuat grup di Facebook ‘Sonian MTsN Garut’ yang beranggotakan guru bahasa Indonesia yang memberikan komentar dan apresiasi terhadap postingan siswa.

disediakan dengan pilihan kata yang terinspirasi dari gambar dalam LK 1. Dalam hal ini siswa sudah memiliki pemahaman kata abstrak dan kata konkret.

4. Setiap anggota kelompok adu cepat menyebutkan satu kata dilanjutkan searah jarum jam, dan siswa selanjutnya tidak boleh menyebutkan kata yang sama. Masing-masing anggota minimal mengumpulkan 10 kata untuk satu objek gambar yang diamati.

5. Kelompok yang tercepat menyelesaikan mengerjakan LK 1 diberi tanda bintang se-suai rangking. LK 1 diisi dalam matrik yang diperbesar menggunakan kertas plano.

6. Sebelumnya siswa ditugaskan membuat daun-daun kecil yang sesuai kreasinya. Langkah berikutnya siswa diminta menuliskan kata-kata yang ada di matrik ke daun. Kata-kata konkret yang ditulis dapat membangun imajinasi siswa sehingga memiliki nilai rasa tertentu yang dapat dinikmati oleh panca indra baik penglihatan, pendengaran, perabaan, ataupun perasaan. Siswa juga diperboleh-kan mencantumkan turunan katanya. Misalnya “desir, desiran, berdesir, mendesir. Diharapkan dengan ini siswa memiliki kosa kata yang lebih kaya.

7. Selesai menuangkan kata-kata dalam daun, siswa adu cepat kembali merangkai daun tersebut dalam pohon yang disusun di kertas plano. Masing-masing siswa dalam kelompok memiliki jenis daun dan warna daun yang berbeda sehingga mereka mengenali pilihan kata yang dimilikinya.

Inspirasi Puisi dari Pohon Kata

Pohon kata buatan guru untuk media siswa membuat puisi. Media ini membantu siswa memperkaya kosa kata dalam membuat puisi.

Oleh Rina Rosmayana, Guru MTsN Garut

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

sebuah balok dengan panjang 12 cm, lebar 8 cm dan tinggi 6 cm.

Dengan menggunakan rumus yang sudah ditemukan bersama, para siswa melakukan penghitungan sebagai berikut:

Luas permukaan balok

= 2 (pl + pt + lt)

2= 2 (96 + 72 + 48)= 432 cm

Guru lalu memberi dua soal yang menggunakan masalah yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Soal pertama adalah “Nesti ingin membungkus kotak kado menggunakan sampul kertas kado yang berbentuk balok dengan panjang 25 cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm sehingga luas kertas kado minimal yang dibutuhkan Nesti untuk membungkus kotak tersebut?”

Soal kedua adalah “Seorang tukang kayu akan membuat lemari berbentuk balok pesanan pelanggannya. Panjang, lebar dan tinggi masing-masing 1m, 0,5 m dan 2 m.

2jika harga kayu Rp 200.000 / m , harga 2politur (pewarna) Rp 150.000/m . Harga

asesorisnya Rp.100.000 dan biaya jasa pembuatannya Rp 500.000, berapa harga jual lemari tersebut?”

Guru berkeliling kelas untuk mendampingi proses kerja kelompok dan bertanya jawab dengan para siswa. “Kebutuhan kayu dapat dicari berdasarkan luas permukaannya.

Berapa luas permukaannya? Apakah sudah ada yang tahu?” tanya guru.

2“Luas permukaannya 7m ,” jawab salah seorang siswa.

“Nah, harga kayu permeter Rp 200.000. Jadi berapa biaya

kayunya?” tanya guru. “7 x Rp200.000, Pak,” jawab siswa.

“Lemari akan dilapisi dengan plitur. Harga

2politur Rp150.000 /m . Yang mau diplitur 2berapa luasnya? 7 m . Berarti 7 dikalikan

harga plitur, lalu dijumlahkan dengan biaya lain. Kita bisa menemukan harga lemari itu,” jelas guru lagi.

Selanjutnya perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Untuk soal pertama, siswa menemukan bahwa luas permukaan balok adalah

21.340 cm . Berikut adalah hasil perhitungannya:

= 2 (pl + pt + lt) = 2 {(25 x 12) + (25 x 10) + (12x10)}

= 2 (300+250+120)

= 600 + 500 + 240

2= 1340 cm

Sementara untuk soal kedua, siswa menemukan bahwa harga jual lemari adalah Rp 3.050.000. Berikut adalah hasil perhitungan siswa untuk mendapatkan harga lemari:

2 (pl+pt+lt) = 2 {(1x1/2) + (1x2) + (2.1/2)}

= 2 (0,5 + 2 + 1)

2 = 7 m

Harga jual lemari = (harga kayu x luas permukaan) + (politur x luas permukaan) + asesoris + jasa

= (200.000x7)+(150.000x7)+100.000+ 500000

= Rp 3.050.000,-

“Jadi kalian sudah mampu menghitung harga jual lemari. Kalian bisa menghitung dari mulai berapa modal, sampai harga jual. Bukan hanya untuk buat lemari, tapi banyak hal yang dapat menggunakan rumus permukaan balok,” kata Akidin. Pembelajaran ditutup dengan kegiatan refleksi. (Tif/Anl)

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Papan Tulis

Pusat Diskusi(Pusat Pembelajaran)

Meja

PapanPajangan

Papan Tulis

PapanPajangan

SudutBaca

AreaBaca

SudutMenulis

LemariPortofolio

SudutBidang Studi- IPA- IPS- Matematika- Bahasa Indonesia- Agama- Bahasa Inggris- SBDP- Bahasa SundaPapan-Pajangan

Tempat CuciTangan

Lemari Buku

PajanganKarya Seni

Lemari

PRIORITAS - Praktik yang Baik

16 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 17Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Usul KUA Dikembangkan Jadi Kantor UPTD Kemenag

Jakarta - Menindaklanjuti hasil lokakarya Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) dan Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk guru madrasah, USAID PRIORITAS dan Kemenag Provinsi Jawa Timur menggelar Konsultasi Publik Tata Kelola Guru Madrasah di Surabaya (17/5). Kepala Kanwil Kemenag Jatim Mahfud Shodar MAg mengungkapkan, kegiatan ini diperlukan untuk memetakan kondisi guru madrasah di Jawa Timur, apa saja yang harus diperbaiki, berapa guru yang belum sarjana, dan sebagainya.

“Harapannya dengan kegiatan ini kami bisa memetakan permasalahan-permasalahan

guru di lapangan sehingga kami bisa memutuskan tindak lanjut apa yang harus dilakukan,” terang Mahfud.

Dalam kegiatan tersebut hadir beberapa perwakilan lembaga seperti pengurus wilayah Muhammadiyah, persatuan guru madrasah Indonesia (PGMI) Jawa Timur, dan perwakilan Kemenag tingkat kabupaten, yaitu

Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, Pamekasan, dan Jombang.

Perwakilan dari Kabupaten Blitar meng-usulkan optimalisasi Pengawas Madrasah di tingkat kecamatan dengan memanfaatkan Kantor Urusan Agama (KUA) juga dijadikan sebagai kantor UPTD (unit pelaksana teknis daerah) sehingga pengawas tidak terpusat di kabupaten dan perkembangan madrasah di tingkat kecamatan lebih mudah dipantau.

Selanjutnya, hasil kegiatan tersebut ditindaklanjuti pada lokakarya tata kelola guru madrasah yang bekerja sama dengan Kemenag Pusat di Jakarta (3/6). Prof Dr Mochammad Isom, Sekretaris Direktorat

Jenderal Pendidikan Madrasah Kemenag, menyebut kerja sama Kemenag dan USAID PRIORITAS ini membantu pihaknya untuk memetakan penataan dan pemerataan distribusi guru dan meningkatkan kompetensi guru madrasah.

“Kita akan mengawali penerapan tata kelola guru madrasah ini di Jawa Timur. Kita akan kloning ke provinsi lainnya,” tukas Prof Isom. Dia juga menyetujui rencana memanfaatkan KUA di tingkat kecamatan untuk penguatan layanan pendidikan madrasah dan akan dikoordinasikan dengan direktorat terkait di Kemenag.

USAID PRIORITAS membantu Kemenag memetakan kebutuhan guru di madrasah yang sesuai dengan kualifikasi akademik, sertifikasi profesional guru, rasio jumlah guru dan siswa, dan kebutuhan guru di madrasah, serta meningkatkan layanan madrasah berbasis kecamatan. Khususnya bagi kecamatan yang jumlah madrasahnya besar, yaitu di atas 70 madrasah.

”Hal itu untuk memastikan adanya efisiensi dan efektivitas kecukupan guru di madrasah. Termasuk, membantu merumuskan peta kebutuhan program pelatihan guru madrasah yang relevan dari sisi jenis, materi, dan biaya pelatihan yang diperlukan berdasar data kebutuhan pelati-han individu guru,” kata Mark Heyward, Penasehat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS. (Adr/Lut)

Prof Dr Mochammad Isom, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag, dalam acara lokakarya tata kelola guru madrasah.

Mahasiswa Pun Nikmati Mengajar Pembelajaran Aktif

Dua mahasiswa calon guru Univeristas Islam Negeri Alauddin Makassar menunjukkan hasil karya siswa setelah pulang dari praktik mengajar di MI Madani.

Makassar, Sulawesi Selatan - Sebanyak 80 mahasiswa UIN Alauddin Makassar dari 8 program studi (prodi) diantaranya prodi pendidikan agama Islam, fisika, matematika, bahasa Indonesia, manajemen pendidikan Islam, dan bahasa Inggris, mendapatkan pelatihan metode pembelajaran aktif USAID PRIORITAS, di salah satu aula universitas tersebut (31/7). Selama tiga hari mereka dilatih pembelajaran aktif mulai dari implementasi PAKEM, keterampilan informasi, pertanyaan tingkat tinggi, mengelola kelas dan hasil karya siswa, dan lain-lain. Mereka juga melakukan simulasi mengajar di hadapan teman-temannya, dan langsung terjun mengajar ke beberapa madrasah mitra UIN Alauddin yaitu MTs Madani dan MI Madani.

Kurnia, salah seorang mahasiswa tarbiyah semester tujuh mengatakan program pelatihan model USAID PRIORITAS ini sangat berarti baginya. “Saya berlatih mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Ternyata siswa menjadi antusias, kreatif dan terlibat aktif dalam pembelajaran,” ujarnya.

Sementara mahasiswi lainnya, Intan, merasakan banyak pengalaman baru dengan metode yang ia pakai. “Ternyata masih banyak yang belum saya ketahui, dan perlu lebih banyak praktik,” ujarnya.

“Di prodi manajemen pendidikan Islam, mahasiswa langsung menerapkan bagaimana mengelola kelas untuk implementasi PAKEM. Kapan siswa harus bekerja dalam kelompok dan kapan

individu. Bagaimana membuat lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Sebelumnya mereka belum banyak praktik menyangkut hal ini,” ujar Syamsudduha, dosen UIN Alauddin Makassar yang menjadi fasilitator pelatihan. Pelatihan ini merupakan bagian dari pembekalan untuk Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa yang akan terjun ke madrasah selama dua bulan. (Ajb)

UPI dan Sekolah Mitra Kembangkan Kelas Literat

Bandung, Jawa Barat - Tatat Hartati PhD, dosen PGSD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengembangkan penelitian optimalisasi MBS untuk membangun kelas literat dan kemampuan literasi siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 3.4 Sukarasa Bandung. ”Pelatihan yang saya dikuti di USAID PRIORITAS memberi inspirasi untuk menbuat penelitian ini,” kata Tatat saat berkunjung ke kantor USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu.

Tatat bersama Dwi Heryanto, rekan sejawatnya di UPI, memilih model penelitian dan pengembangan dengan modifikasi 4D, yaitu define, atau tahap pengumpulan informasi dengan studi literatur dan studi lapangan, design atau tahap merancang draf awal, develop atau tahap mengembangkan kelas literat, dan disseminate atau tahap menyebarluaskan desain kelas literat.

Penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti tersebut telah menghasilkan desain kelas literat dan media pembelajaran multiliterasi, termasuk desain optimalisasi MBS dan guru untuk keberhasilan kelas literat ini. ”Kelas literat adalah lingkungan kelas yang mendukung peningkatan kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan berkreasi. Kami telah menemukan desain kelas yang dapat mengoptimalkan kemampuan literasi siswa,” kata Tatat lagi.

Ciri-ciri desain kelas literat, menurut Tatat, harus menyediakan beragam kebutuhan siswa untuk belajar. Dia memetakan kelas literat seperti pada gambar di atas. Tempat duduk siswa ditata berbentuk huruf U sebagai pusat pembelajaran. Di kelas tersebut juga disediakan sudut baca, area baca, sudut menulis, dan sudut bidang studi yang dipelajari siswa SD. Sementara untuk papan pajangan hasil karya siswa, ditempatkan di 3 sudut ruangan. “Tujuannya agar hasil karya siswa tersebut mudah dibaca dan menjadi sumber belajar juga bagi siswa,” kata Tatat.

Setelah diterapkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas literat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran berbasis multiliterasi di sekolah dasar kelas rendah, khususnya di kelas II SDN 3.4 Sukarasa Bandung. “MBS, seperti dukungan orang tua siswa juga sangat berperan dalam pengadaan kelas literat dan keberhasilan pembelajaran,” kata Tatat. (Anw)

Desain kelas literat yang dikembangkan Tatat Hartati di SD 3.4 Sukasari.

Manokwari Selatan, Papua Barat - Biasanya para guru yang sudah mendapat pelatihan, akan sulit ditemukan jejaknya ketika kembali ke sekolah. Pandangan itu disampaikan tim Dinas Pendidikan Manok-wari Selatan yang memonitoring sekolah mitra USAID PRIORITAS. Pandangan itu berubah setelah melihat sekolah mitra yang dikunjungi, ternyata semua telah mencoba menerapkan hasil pelatihan.

Menurut Thera Auri, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Manokwari Selatan, pembelajaran aktif mulai diterapkan. ”Saya melihat para guru mulai memanfaatkan sumber belajar yang beragam, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, hasil karya siswa juga dipajang di mading kelas,” katanya.

Di beberapa sekolah, guru juga telah mengembangkan buku besar sebagai alat peraga pembelajaran. Papan pajangan untuk memamerkan hasil karya siswa mulai tersedia di kelas, termasuk tempat portofolio untuk menyimpan hasil karya siswa.

Budaya membaca juga sudah mulai dilaksanakan. Kepala SD Inpres Watariri dan SD YPK Oransbari misalnya, meminta kepada guru

Perubahan Terjadi di Sekolah Mitra Papua Barat

kelas agar anak-anak dimulai membudayakan membaca senyap. Walau masih banyak anak yang belum bisa membaca, keharusan memegang buku dilaksanakan. Program membaca senyap dimulai pertama kali di SD 30 Ransiki. Awalnya hanya setiap hari Sabtu pagi, selama 30 menit untuk percobaan. “Kebiasaan ini sudah mulai mendapatkan hasil, banyak siswa yang lebih memilih mencari buku saat istirahat,” tutur Halijah, kepala sekolah. (Sds)

Guru-guru sekolah mitra di Manokwari Selatan mulai terbiasa menerapkan pembelajaran aktif. Seperti yang dilakukan Satriani Arsyad, guru SD Inpres Gaya Baru yang menggunakan media kartu kata untuk mengajarkan siswanya membaca.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Papan Tulis

Pusat Diskusi(Pusat Pembelajaran)

Meja

PapanPajangan

Papan Tulis

PapanPajangan

SudutBaca

AreaBaca

SudutMenulis

LemariPortofolio

SudutBidang Studi- IPA- IPS- Matematika- Bahasa Indonesia- Agama- Bahasa Inggris- SBDP- Bahasa SundaPapan-Pajangan

Tempat CuciTangan

Lemari Buku

PajanganKarya Seni

Lemari

PRIORITAS - Praktik yang Baik

16 Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016 17Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Usul KUA Dikembangkan Jadi Kantor UPTD Kemenag

Jakarta - Menindaklanjuti hasil lokakarya Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) dan Program Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk guru madrasah, USAID PRIORITAS dan Kemenag Provinsi Jawa Timur menggelar Konsultasi Publik Tata Kelola Guru Madrasah di Surabaya (17/5). Kepala Kanwil Kemenag Jatim Mahfud Shodar MAg mengungkapkan, kegiatan ini diperlukan untuk memetakan kondisi guru madrasah di Jawa Timur, apa saja yang harus diperbaiki, berapa guru yang belum sarjana, dan sebagainya.

“Harapannya dengan kegiatan ini kami bisa memetakan permasalahan-permasalahan

guru di lapangan sehingga kami bisa memutuskan tindak lanjut apa yang harus dilakukan,” terang Mahfud.

Dalam kegiatan tersebut hadir beberapa perwakilan lembaga seperti pengurus wilayah Muhammadiyah, persatuan guru madrasah Indonesia (PGMI) Jawa Timur, dan perwakilan Kemenag tingkat kabupaten, yaitu

Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, Pamekasan, dan Jombang.

Perwakilan dari Kabupaten Blitar meng-usulkan optimalisasi Pengawas Madrasah di tingkat kecamatan dengan memanfaatkan Kantor Urusan Agama (KUA) juga dijadikan sebagai kantor UPTD (unit pelaksana teknis daerah) sehingga pengawas tidak terpusat di kabupaten dan perkembangan madrasah di tingkat kecamatan lebih mudah dipantau.

Selanjutnya, hasil kegiatan tersebut ditindaklanjuti pada lokakarya tata kelola guru madrasah yang bekerja sama dengan Kemenag Pusat di Jakarta (3/6). Prof Dr Mochammad Isom, Sekretaris Direktorat

Jenderal Pendidikan Madrasah Kemenag, menyebut kerja sama Kemenag dan USAID PRIORITAS ini membantu pihaknya untuk memetakan penataan dan pemerataan distribusi guru dan meningkatkan kompetensi guru madrasah.

“Kita akan mengawali penerapan tata kelola guru madrasah ini di Jawa Timur. Kita akan kloning ke provinsi lainnya,” tukas Prof Isom. Dia juga menyetujui rencana memanfaatkan KUA di tingkat kecamatan untuk penguatan layanan pendidikan madrasah dan akan dikoordinasikan dengan direktorat terkait di Kemenag.

USAID PRIORITAS membantu Kemenag memetakan kebutuhan guru di madrasah yang sesuai dengan kualifikasi akademik, sertifikasi profesional guru, rasio jumlah guru dan siswa, dan kebutuhan guru di madrasah, serta meningkatkan layanan madrasah berbasis kecamatan. Khususnya bagi kecamatan yang jumlah madrasahnya besar, yaitu di atas 70 madrasah.

”Hal itu untuk memastikan adanya efisiensi dan efektivitas kecukupan guru di madrasah. Termasuk, membantu merumuskan peta kebutuhan program pelatihan guru madrasah yang relevan dari sisi jenis, materi, dan biaya pelatihan yang diperlukan berdasar data kebutuhan pelati-han individu guru,” kata Mark Heyward, Penasehat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS. (Adr/Lut)

Prof Dr Mochammad Isom, Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kemenag, dalam acara lokakarya tata kelola guru madrasah.

Mahasiswa Pun Nikmati Mengajar Pembelajaran Aktif

Dua mahasiswa calon guru Univeristas Islam Negeri Alauddin Makassar menunjukkan hasil karya siswa setelah pulang dari praktik mengajar di MI Madani.

Makassar, Sulawesi Selatan - Sebanyak 80 mahasiswa UIN Alauddin Makassar dari 8 program studi (prodi) diantaranya prodi pendidikan agama Islam, fisika, matematika, bahasa Indonesia, manajemen pendidikan Islam, dan bahasa Inggris, mendapatkan pelatihan metode pembelajaran aktif USAID PRIORITAS, di salah satu aula universitas tersebut (31/7). Selama tiga hari mereka dilatih pembelajaran aktif mulai dari implementasi PAKEM, keterampilan informasi, pertanyaan tingkat tinggi, mengelola kelas dan hasil karya siswa, dan lain-lain. Mereka juga melakukan simulasi mengajar di hadapan teman-temannya, dan langsung terjun mengajar ke beberapa madrasah mitra UIN Alauddin yaitu MTs Madani dan MI Madani.

Kurnia, salah seorang mahasiswa tarbiyah semester tujuh mengatakan program pelatihan model USAID PRIORITAS ini sangat berarti baginya. “Saya berlatih mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Ternyata siswa menjadi antusias, kreatif dan terlibat aktif dalam pembelajaran,” ujarnya.

Sementara mahasiswi lainnya, Intan, merasakan banyak pengalaman baru dengan metode yang ia pakai. “Ternyata masih banyak yang belum saya ketahui, dan perlu lebih banyak praktik,” ujarnya.

“Di prodi manajemen pendidikan Islam, mahasiswa langsung menerapkan bagaimana mengelola kelas untuk implementasi PAKEM. Kapan siswa harus bekerja dalam kelompok dan kapan

individu. Bagaimana membuat lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi. Sebelumnya mereka belum banyak praktik menyangkut hal ini,” ujar Syamsudduha, dosen UIN Alauddin Makassar yang menjadi fasilitator pelatihan. Pelatihan ini merupakan bagian dari pembekalan untuk Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) mahasiswa yang akan terjun ke madrasah selama dua bulan. (Ajb)

UPI dan Sekolah Mitra Kembangkan Kelas Literat

Bandung, Jawa Barat - Tatat Hartati PhD, dosen PGSD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengembangkan penelitian optimalisasi MBS untuk membangun kelas literat dan kemampuan literasi siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SDN 3.4 Sukarasa Bandung. ”Pelatihan yang saya dikuti di USAID PRIORITAS memberi inspirasi untuk menbuat penelitian ini,” kata Tatat saat berkunjung ke kantor USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu.

Tatat bersama Dwi Heryanto, rekan sejawatnya di UPI, memilih model penelitian dan pengembangan dengan modifikasi 4D, yaitu define, atau tahap pengumpulan informasi dengan studi literatur dan studi lapangan, design atau tahap merancang draf awal, develop atau tahap mengembangkan kelas literat, dan disseminate atau tahap menyebarluaskan desain kelas literat.

Penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti tersebut telah menghasilkan desain kelas literat dan media pembelajaran multiliterasi, termasuk desain optimalisasi MBS dan guru untuk keberhasilan kelas literat ini. ”Kelas literat adalah lingkungan kelas yang mendukung peningkatan kemampuan siswa dalam membaca, menulis, dan berkreasi. Kami telah menemukan desain kelas yang dapat mengoptimalkan kemampuan literasi siswa,” kata Tatat lagi.

Ciri-ciri desain kelas literat, menurut Tatat, harus menyediakan beragam kebutuhan siswa untuk belajar. Dia memetakan kelas literat seperti pada gambar di atas. Tempat duduk siswa ditata berbentuk huruf U sebagai pusat pembelajaran. Di kelas tersebut juga disediakan sudut baca, area baca, sudut menulis, dan sudut bidang studi yang dipelajari siswa SD. Sementara untuk papan pajangan hasil karya siswa, ditempatkan di 3 sudut ruangan. “Tujuannya agar hasil karya siswa tersebut mudah dibaca dan menjadi sumber belajar juga bagi siswa,” kata Tatat.

Setelah diterapkan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelas literat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran berbasis multiliterasi di sekolah dasar kelas rendah, khususnya di kelas II SDN 3.4 Sukarasa Bandung. “MBS, seperti dukungan orang tua siswa juga sangat berperan dalam pengadaan kelas literat dan keberhasilan pembelajaran,” kata Tatat. (Anw)

Desain kelas literat yang dikembangkan Tatat Hartati di SD 3.4 Sukasari.

Manokwari Selatan, Papua Barat - Biasanya para guru yang sudah mendapat pelatihan, akan sulit ditemukan jejaknya ketika kembali ke sekolah. Pandangan itu disampaikan tim Dinas Pendidikan Manok-wari Selatan yang memonitoring sekolah mitra USAID PRIORITAS. Pandangan itu berubah setelah melihat sekolah mitra yang dikunjungi, ternyata semua telah mencoba menerapkan hasil pelatihan.

Menurut Thera Auri, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Manokwari Selatan, pembelajaran aktif mulai diterapkan. ”Saya melihat para guru mulai memanfaatkan sumber belajar yang beragam, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, hasil karya siswa juga dipajang di mading kelas,” katanya.

Di beberapa sekolah, guru juga telah mengembangkan buku besar sebagai alat peraga pembelajaran. Papan pajangan untuk memamerkan hasil karya siswa mulai tersedia di kelas, termasuk tempat portofolio untuk menyimpan hasil karya siswa.

Budaya membaca juga sudah mulai dilaksanakan. Kepala SD Inpres Watariri dan SD YPK Oransbari misalnya, meminta kepada guru

Perubahan Terjadi di Sekolah Mitra Papua Barat

kelas agar anak-anak dimulai membudayakan membaca senyap. Walau masih banyak anak yang belum bisa membaca, keharusan memegang buku dilaksanakan. Program membaca senyap dimulai pertama kali di SD 30 Ransiki. Awalnya hanya setiap hari Sabtu pagi, selama 30 menit untuk percobaan. “Kebiasaan ini sudah mulai mendapatkan hasil, banyak siswa yang lebih memilih mencari buku saat istirahat,” tutur Halijah, kepala sekolah. (Sds)

Guru-guru sekolah mitra di Manokwari Selatan mulai terbiasa menerapkan pembelajaran aktif. Seperti yang dilakukan Satriani Arsyad, guru SD Inpres Gaya Baru yang menggunakan media kartu kata untuk mengajarkan siswanya membaca.

18

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Ciamis, Jawa Barat – Para siswa duduk berkelompok di dalam kelas. Masing-masing membaca buku bacaan. Ada yang membaca cerita rakyat, novel, atau buku-buku ilmu pengetahuan. Buku-buku tersebut tersedia di sudut baca kelas. Itulah suasana pagi di SMPN 1 Cikoneng.

Kegiatan membaca senyap dilakukan 15 menit setiap pagi sesudah membaca Al Quran dan sebelum pembelajaran dimulai. SMPN 1 Cikoneng juga mempunyai jam membaca bersama setiap Jumat selama 25 menit. Jam membaca bersama ini dipakai untuk membaca buku dan membuat catatan dari buku yang dibaca oleh siswa.

“Setiap siswa memiliki buku catatan untuk membuat resume,” kata Garnis Cipta Prawesti guru bahasa Indonesia kelas VIII.

Setiap kelas memiliki sudut baca. Perpustakaan sekolah yang mengelola dan menyediakan buku-buku untuk sudut baca di

setiap kelas. “Buku di kelas diganti sesuai dengan permintaan kelas tersebut. Kalau buku-bukunya telah selesai dibaca, maka siswa membawanya ke perpustakaan untuk ditukar,” kata Dadan Ramdhani, petugas perpustakaan.

Penggantian buku secara berkala ini membuat buku-buku selalu berganti di sudut baca kelas. Dengan jumlah koleksi 1.700 buku fiksi dan 1.564 buku nonfiksi, maka perpustakaan mampu menyediakan buku untuk sembilan kelas yang ada. Perpustakaan juga menyediakan “Kereta Baca” untuk mendekatkan buku kepada siswa. Siswa bisa memilih buku bacan di Kereta Baca saat mereka istirahat.

Perpustakaan Suplai Buku untuk Sudut Baca di Kelas

19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Literasi adalah kemampuan yang sangat penting dikuasai oleh siswa. Di SDIT Adzkia I, program literasi khusus dilaksanakan selama semester 1 yang

terintegrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Produk akhirnya berupa buku karangan siswa yang

dicetak rapi.

Pelaksanaan Program

Program literasi ini bertujuan mendidik siswa senang membaca dan menulis, serta melatih mereka untuk mampu menuangkan pengalaman, ide-ide, mimpi, dan harapan mereka ke dalam bentuk tulisan. Melalui pembelajaran ini, diharapkan siswa menjadi senang dan terbiasa membaca dan menulis.

Untuk memperkaya ide-ide siswa dalam menulis, sekolah menggiatkan kegiatan membaca yang dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Buku-buku bacaan yang menarik disediakan di semua sudut baca kelas.

Kegiatan membaca berhasil memperluas wawasan siswa dan memengaruhi pola pikir, cara berbicara, serta pola tingkah laku mereka. Kebiasaan membaca ini diharapkan dapat memperkuat mental siswa dan mampu mengatasi persoalan hidup karena terinspirasi dari buku yang dibaca.

Membuat Festival LiterasiAda enam tahapan kegiatan literasi yang dijadikan program khusus di kelas II SDIT Adzkia. Tahapannya sebagai berikut:

1. PramenulisPada tahap ini, siswa belajar mencurahkan gagasan tentang sesuatu, baik itu berupa mendeskripsikan benda, gambar, lingkungan sekitar, profesi ataupun peristiwa yang sedang terjadi, sampai menjadi satu cerita yang utuh dan bermakna. Guru memberi contoh terlebih dahulu, misalnya mendeskripsikan sebuah vas bunga. Secara bersama-sama membuat beberapa kalimat sehingga membentuk deskripsi lengkap tentang vas bunga. Lalu siswa diminta untuk menceritakan deskripsinya tentang sebuah benda di depan kelas secara lisan.

Berikutnya guru bercerita di depan kelas,

satu cerita menarik dan paling diminati dari draf kasar untuk dijadikan buku. Guru memberi masukan ataupun tambahan ide agar cerita menjadi lebih hidup. Di sini guru berperan cukup besar dalam membantu siswa menampilkan hasil karya terbaik mereka, tanpa menghilangkan orisinalitas pemikiran dan ide mereka.

5. Dumi BukuSetelah final direvisi, mereka menulis ulang ke dalam kertas yang baru dengan menambahkan gambar, judul, biodata, dan hal lain yang dianggap perlu. Format buku inilah yang dinamakan dumi buku yang siap masuk percetakan untuk dibukukan.

6. Pencetakan Buku Proses selanjutnya dimatangkan di percetakan. Pada tahap ini buku mengalami pengeditan layout tulisan maupun gambar agar layak cetak tanpa menghilangkan ide dan kreativitas siswa dalam hal konten cerita maupun gambar. Diupayakan agar keaslian karya mereka tetap dapat terlihat jelas. Hanya sedikit dipoles agar terlihat lebih menarik. Hasil buku yang dicetak dan dumi buku ditampilkan pada acara Festival Literasi untuk dilihat oleh orangtua dan diberikan kepada mereka. Siswa sangat bangga dengan hasil karyanya.

Pada kegiatan ini, guru memang perlu bersabar dan telaten membimbing siswa. Tapi hasilnya luar biasa, siswa mampu menghasilkan buku yang dicetak indah seperti buku-buku yang mereka lihat di toko buku. Kini, menulis menjadi sebuah kegembiraan bagi siswa.

misalnya cerita fabel, kisah nabi, atau kisah lainnya. Lalu siswa diminta menceritakan kembali dan menggambar tokoh yang diceritakan di buku gambar. Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat cerita utuh. Pada tahap ini siswa masih melakukannya secara lisan. Kalaupun ditulis, siswa mencoba menuliskan secara sederhana di buku tulis.

Untuk menambah wawasan ide cerita yang akan mereka kembangkan dalam karangan, siswa perlu diajak berkunjung ke perpusta-kaan untuk membaca. Siswa juga sering diminta membawa buku cerita dari rumah masing-masing untuk saling ditukar dan dibaca teman-temannya.

2. Draf Kasar Pada tahap ini siswa dilatih membuat cerita berdasar tema yang ditentukan guru, misal tentang pengalaman yang mengesankan, cita-cita, mimpi, dan sebagainya. Lalu siswa membuat karangan berdasar ide mereka sendiri. Hasil tulisan siswa dikumpulkan dalam sebuah buku khusus, dan buku ini yang dinamakan “draf kasar.”

3. Konferensi Pada tahap ini, siswa diminta menceritakan hasil karya mereka di depan kelas. Guru dan siswa lainnya menyimak dan mengo-mentari hasil karya itu dan memberi masu-kan ide cerita agar isi ceritanya bisa berkembang lebih baik lagi. Kegiatan itu sekaligus melatih siswa berkomunikasi dan berani tampil di depan kelas.

4. Revisi Revisi adalah proses di mana siswa memilih

Oleh Irma Fitriani, Guru Kelas II SDIT Adzkia Sukabumi

Ketika Menulis Menjadi Sebuah

Kegembiraan

Draf beberapa buku karangan siswa kelas 1I SDIT Adzkia. Covernya mereka beri judul dan digambar sesuai imajinasinya. Isi buku juga ditulis dengan kata-kata mereka sendiri. Kebiasaan membaca membantu siswa dalam menuangkan ide-idenya dalam tulisan.

Perpustakaan SMPN 1 Cikoneng tidak terlalu besar, namun penataannya sangat apik. Buku-buku dipajang di rak-rak rendah. Tersedia juga meja-meja baca kecil di atas karpet merah biru. Buku-buku mata pelajaran dipisahkan dalam ruangan khusus sehingga tidak memenuhi ruang perpustakaan. “Kami selalu membeli buku bacaan baru setiap tahun dengan menggunakan dana BOS,” tambah Dadang.

Penggunaan dana BOS untuk membeli buku ini sudah dilakukan sejak tahun 2014, sejak SMPN 1 Cikoneng mendapatkan pelatihan Budaya Baca dari USAID PRIORITAS. Program Budaya Baca di SMPN 1 Cikoneng masuk menjadi program sekolah. “Kegiatan dan anggaran program budaya baca ada di RKAS,” jelas Dindin Hardi kepala sekolah.

Kepala Sekolah juga mengupayakan infaq buku dari orangtua siswa setiap tahunnya. Orangtua membelikan buku bacaan untuk anaknya saat sekolah mengadakan bazar buku. Dengan cara ini buku yang disumbang orangtua adalah buku-buku yang cocok untuk dibaca siswa SMP.

“Sebab buku yang dijual dalam bazar buku sudah diseleksi oleh penerbit bersama guru bahasa Indonesia,” kata Elsye Rosliana, guru bahasa Indonesia. “Bazar yang dilakukan di awal tahun kemarin kami mendapatkan infaq buku senilai Rp. 45 juta dari orangtua,” imbuhnya. (Hw)

Siswa SMPN 1 Cikoneng saat membaca senyap.

Galang Buku Bekas Layak Baca untuk Sudut Baca

TANGERANG SELATAN – Kegiatan program membaca yang sudah berjalan lebih dari setahun di SDI Al-Amanah mulai mendapatkan banyak dukungan. Sebelumnya sekolah ini hanya memiliki 150 buku bacaan bantuan dari USAID PRIORITAS. Melihat

animo siswa untuk membaca, Ogi Suprayogi, kepala sekolah, menggalang dukungan dari berbagai pihak.

“Wali kelas mengumumkan untuk pengumpulan sumbangan buku bacaan layak baca dari orang tua siswa,” cerita Ogi. Hasilnya, terkumpul tak kurang dari seratus buku bacaan seperti fiksi anak yang diperoleh dari sumbangan orangtua.

Siswa kelas VI yang lulus sekolah, dihimbau memberi kenang-kenangan berupa buku bacaan yang layak baca. Masyarakat yang berkunjung ke sekolah juga diajak untuk mendukung program ini. Upaya tersebut direspon positif oleh mereka. “Kini koleksi buku bacaan di sekolah kami sudah mencapai enam ratus buku, yang semula hanya seratus lima puluh,” kata Ogi menambahkan.

Kini setiap siswa dari total lima ratus siswa dapat menikmati buku bacaan yang menarik di sudut kelas. Penggalangan buku bacaan layak baca akan terus dilakukan untuk memperkaya bahan bacaan sekolah.

Selain mengembangkan program membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, pada setiap Kamis siswa membaca selama 20 menit dan 40 menit untuk menulis dan menceritakan hasil bacaannya. “Usai membaca siswa diberikan kebebasan untuk menulis rangkuman bacaan, bercerita di depan kelas, atau membuat jurnal baca. Total kegiatan tersebut selama enam puluh menit,” kata Ogi lagi. (Anl)

Siswa SDI Al-Amanah sedang menulis judul-judul buku bekas yang disumbangkan untuk sudut baca di kelasnya.

18

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Ciamis, Jawa Barat – Para siswa duduk berkelompok di dalam kelas. Masing-masing membaca buku bacaan. Ada yang membaca cerita rakyat, novel, atau buku-buku ilmu pengetahuan. Buku-buku tersebut tersedia di sudut baca kelas. Itulah suasana pagi di SMPN 1 Cikoneng.

Kegiatan membaca senyap dilakukan 15 menit setiap pagi sesudah membaca Al Quran dan sebelum pembelajaran dimulai. SMPN 1 Cikoneng juga mempunyai jam membaca bersama setiap Jumat selama 25 menit. Jam membaca bersama ini dipakai untuk membaca buku dan membuat catatan dari buku yang dibaca oleh siswa.

“Setiap siswa memiliki buku catatan untuk membuat resume,” kata Garnis Cipta Prawesti guru bahasa Indonesia kelas VIII.

Setiap kelas memiliki sudut baca. Perpustakaan sekolah yang mengelola dan menyediakan buku-buku untuk sudut baca di

setiap kelas. “Buku di kelas diganti sesuai dengan permintaan kelas tersebut. Kalau buku-bukunya telah selesai dibaca, maka siswa membawanya ke perpustakaan untuk ditukar,” kata Dadan Ramdhani, petugas perpustakaan.

Penggantian buku secara berkala ini membuat buku-buku selalu berganti di sudut baca kelas. Dengan jumlah koleksi 1.700 buku fiksi dan 1.564 buku nonfiksi, maka perpustakaan mampu menyediakan buku untuk sembilan kelas yang ada. Perpustakaan juga menyediakan “Kereta Baca” untuk mendekatkan buku kepada siswa. Siswa bisa memilih buku bacan di Kereta Baca saat mereka istirahat.

Perpustakaan Suplai Buku untuk Sudut Baca di Kelas

19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 15/2016

Literasi adalah kemampuan yang sangat penting dikuasai oleh siswa. Di SDIT Adzkia I, program literasi khusus dilaksanakan selama semester 1 yang

terintegrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Produk akhirnya berupa buku karangan siswa yang

dicetak rapi.

Pelaksanaan Program

Program literasi ini bertujuan mendidik siswa senang membaca dan menulis, serta melatih mereka untuk mampu menuangkan pengalaman, ide-ide, mimpi, dan harapan mereka ke dalam bentuk tulisan. Melalui pembelajaran ini, diharapkan siswa menjadi senang dan terbiasa membaca dan menulis.

Untuk memperkaya ide-ide siswa dalam menulis, sekolah menggiatkan kegiatan membaca yang dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Buku-buku bacaan yang menarik disediakan di semua sudut baca kelas.

Kegiatan membaca berhasil memperluas wawasan siswa dan memengaruhi pola pikir, cara berbicara, serta pola tingkah laku mereka. Kebiasaan membaca ini diharapkan dapat memperkuat mental siswa dan mampu mengatasi persoalan hidup karena terinspirasi dari buku yang dibaca.

Membuat Festival LiterasiAda enam tahapan kegiatan literasi yang dijadikan program khusus di kelas II SDIT Adzkia. Tahapannya sebagai berikut:

1. PramenulisPada tahap ini, siswa belajar mencurahkan gagasan tentang sesuatu, baik itu berupa mendeskripsikan benda, gambar, lingkungan sekitar, profesi ataupun peristiwa yang sedang terjadi, sampai menjadi satu cerita yang utuh dan bermakna. Guru memberi contoh terlebih dahulu, misalnya mendeskripsikan sebuah vas bunga. Secara bersama-sama membuat beberapa kalimat sehingga membentuk deskripsi lengkap tentang vas bunga. Lalu siswa diminta untuk menceritakan deskripsinya tentang sebuah benda di depan kelas secara lisan.

Berikutnya guru bercerita di depan kelas,

satu cerita menarik dan paling diminati dari draf kasar untuk dijadikan buku. Guru memberi masukan ataupun tambahan ide agar cerita menjadi lebih hidup. Di sini guru berperan cukup besar dalam membantu siswa menampilkan hasil karya terbaik mereka, tanpa menghilangkan orisinalitas pemikiran dan ide mereka.

5. Dumi BukuSetelah final direvisi, mereka menulis ulang ke dalam kertas yang baru dengan menambahkan gambar, judul, biodata, dan hal lain yang dianggap perlu. Format buku inilah yang dinamakan dumi buku yang siap masuk percetakan untuk dibukukan.

6. Pencetakan Buku Proses selanjutnya dimatangkan di percetakan. Pada tahap ini buku mengalami pengeditan layout tulisan maupun gambar agar layak cetak tanpa menghilangkan ide dan kreativitas siswa dalam hal konten cerita maupun gambar. Diupayakan agar keaslian karya mereka tetap dapat terlihat jelas. Hanya sedikit dipoles agar terlihat lebih menarik. Hasil buku yang dicetak dan dumi buku ditampilkan pada acara Festival Literasi untuk dilihat oleh orangtua dan diberikan kepada mereka. Siswa sangat bangga dengan hasil karyanya.

Pada kegiatan ini, guru memang perlu bersabar dan telaten membimbing siswa. Tapi hasilnya luar biasa, siswa mampu menghasilkan buku yang dicetak indah seperti buku-buku yang mereka lihat di toko buku. Kini, menulis menjadi sebuah kegembiraan bagi siswa.

misalnya cerita fabel, kisah nabi, atau kisah lainnya. Lalu siswa diminta menceritakan kembali dan menggambar tokoh yang diceritakan di buku gambar. Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat cerita utuh. Pada tahap ini siswa masih melakukannya secara lisan. Kalaupun ditulis, siswa mencoba menuliskan secara sederhana di buku tulis.

Untuk menambah wawasan ide cerita yang akan mereka kembangkan dalam karangan, siswa perlu diajak berkunjung ke perpusta-kaan untuk membaca. Siswa juga sering diminta membawa buku cerita dari rumah masing-masing untuk saling ditukar dan dibaca teman-temannya.

2. Draf Kasar Pada tahap ini siswa dilatih membuat cerita berdasar tema yang ditentukan guru, misal tentang pengalaman yang mengesankan, cita-cita, mimpi, dan sebagainya. Lalu siswa membuat karangan berdasar ide mereka sendiri. Hasil tulisan siswa dikumpulkan dalam sebuah buku khusus, dan buku ini yang dinamakan “draf kasar.”

3. Konferensi Pada tahap ini, siswa diminta menceritakan hasil karya mereka di depan kelas. Guru dan siswa lainnya menyimak dan mengo-mentari hasil karya itu dan memberi masu-kan ide cerita agar isi ceritanya bisa berkembang lebih baik lagi. Kegiatan itu sekaligus melatih siswa berkomunikasi dan berani tampil di depan kelas.

4. Revisi Revisi adalah proses di mana siswa memilih

Oleh Irma Fitriani, Guru Kelas II SDIT Adzkia Sukabumi

Ketika Menulis Menjadi Sebuah

Kegembiraan

Draf beberapa buku karangan siswa kelas 1I SDIT Adzkia. Covernya mereka beri judul dan digambar sesuai imajinasinya. Isi buku juga ditulis dengan kata-kata mereka sendiri. Kebiasaan membaca membantu siswa dalam menuangkan ide-idenya dalam tulisan.

Perpustakaan SMPN 1 Cikoneng tidak terlalu besar, namun penataannya sangat apik. Buku-buku dipajang di rak-rak rendah. Tersedia juga meja-meja baca kecil di atas karpet merah biru. Buku-buku mata pelajaran dipisahkan dalam ruangan khusus sehingga tidak memenuhi ruang perpustakaan. “Kami selalu membeli buku bacaan baru setiap tahun dengan menggunakan dana BOS,” tambah Dadang.

Penggunaan dana BOS untuk membeli buku ini sudah dilakukan sejak tahun 2014, sejak SMPN 1 Cikoneng mendapatkan pelatihan Budaya Baca dari USAID PRIORITAS. Program Budaya Baca di SMPN 1 Cikoneng masuk menjadi program sekolah. “Kegiatan dan anggaran program budaya baca ada di RKAS,” jelas Dindin Hardi kepala sekolah.

Kepala Sekolah juga mengupayakan infaq buku dari orangtua siswa setiap tahunnya. Orangtua membelikan buku bacaan untuk anaknya saat sekolah mengadakan bazar buku. Dengan cara ini buku yang disumbang orangtua adalah buku-buku yang cocok untuk dibaca siswa SMP.

“Sebab buku yang dijual dalam bazar buku sudah diseleksi oleh penerbit bersama guru bahasa Indonesia,” kata Elsye Rosliana, guru bahasa Indonesia. “Bazar yang dilakukan di awal tahun kemarin kami mendapatkan infaq buku senilai Rp. 45 juta dari orangtua,” imbuhnya. (Hw)

Siswa SMPN 1 Cikoneng saat membaca senyap.

Galang Buku Bekas Layak Baca untuk Sudut Baca

TANGERANG SELATAN – Kegiatan program membaca yang sudah berjalan lebih dari setahun di SDI Al-Amanah mulai mendapatkan banyak dukungan. Sebelumnya sekolah ini hanya memiliki 150 buku bacaan bantuan dari USAID PRIORITAS. Melihat

animo siswa untuk membaca, Ogi Suprayogi, kepala sekolah, menggalang dukungan dari berbagai pihak.

“Wali kelas mengumumkan untuk pengumpulan sumbangan buku bacaan layak baca dari orang tua siswa,” cerita Ogi. Hasilnya, terkumpul tak kurang dari seratus buku bacaan seperti fiksi anak yang diperoleh dari sumbangan orangtua.

Siswa kelas VI yang lulus sekolah, dihimbau memberi kenang-kenangan berupa buku bacaan yang layak baca. Masyarakat yang berkunjung ke sekolah juga diajak untuk mendukung program ini. Upaya tersebut direspon positif oleh mereka. “Kini koleksi buku bacaan di sekolah kami sudah mencapai enam ratus buku, yang semula hanya seratus lima puluh,” kata Ogi menambahkan.

Kini setiap siswa dari total lima ratus siswa dapat menikmati buku bacaan yang menarik di sudut kelas. Penggalangan buku bacaan layak baca akan terus dilakukan untuk memperkaya bahan bacaan sekolah.

Selain mengembangkan program membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, pada setiap Kamis siswa membaca selama 20 menit dan 40 menit untuk menulis dan menceritakan hasil bacaannya. “Usai membaca siswa diberikan kebebasan untuk menulis rangkuman bacaan, bercerita di depan kelas, atau membuat jurnal baca. Total kegiatan tersebut selama enam puluh menit,” kata Ogi lagi. (Anl)

Siswa SDI Al-Amanah sedang menulis judul-judul buku bekas yang disumbangkan untuk sudut baca di kelasnya.

DOKUMENTASI USAID PRIORITAS

Sururi, Buka Jendela Dunia untuk Masyarakat Terpencil

Ridwan Sururi, tinggal di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Desa Serang, Kecamatan Kutayasa, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Masyarakat desa di sini kesulitan mengakses buku bacaan dan minat baca mereka juga relatif rendah. Sururi tergerak untuk menggunakan kudanya yang bernama Luna untuk membawa buku keliling ke sekolah, ke rumah warga, dan tempat ibadah di sekeliling desanya. Dia namakan aktivitasnya dengan sebutan Kuda Pustaka Gunung Slamet. USAID ikut membantu upaya Sururi. (Arz)

Setiap bulan, Kuda Pustaka rata-rata melayani lebih dari 500 buku yang dipinjam. Semua dipinjamkan secara cuma-cuma atau gratis.

Sururi menjalani kegiatan ini sejak Desember 2014. Pada 15 Juni 2016, USAID PRIORITAS memberikan bantuan sebanyak 792 buku bacaan berjenjang untuk Kuda Pustaka Sururi. Buku yang paling banyak dipinjam anak-anak adalah buku dari USAID. Sampai-sampai ada anak dan orang tua yang ingin memintanya. ”Mau saya pakai untuk belajar membaca anak saya,” kata mereka.

Sejak USAID memberi bantuan buku bacaan berjenjang yang di dalamnya ada buku besar, Ridwan Sururi mulai mengajak

para siswa membaca bersama dengan buku besar.

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201520

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.

Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.