ISSN 1997-293X

26

Transcript of ISSN 1997-293X

Page 1: ISSN 1997-293X
Page 2: ISSN 1997-293X
Page 3: ISSN 1997-293X

i

ISSN 1997-293X Vol. XII No. 2, Desember 2020

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Ir. Pryo Handoko, MM. (Ketua STIA Banten)

Pembina : Dr. Agus Lukman Hakim, SE., M.Si. (Plt. Wakil Ketua I STIA Banten)

: Ihin Solihin, S.AP, M.Si. (Wakil Ketua III STIA Banten)

Mitra Bestari : Prof. Dr. Drs. H. Sam’un Jaja Raharja, M.Si. (Guru Besar Ilmu Administrasi FISIP Universitas Padjadjaran)

: Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. (Guru Besar Komunikasi Lintas Budaya Universitas Sultan Agung Tirtayasa)

Pemimpin Umum : Dra. Atik Atiatun Nafisah, MM. (Ketua LPPM STIA Banten)

Dewan Editor

Ketua : Dr. Agus Lukman Hakim, SE., M.Si. Anggota : Dr. Agus Sjafari, M.Si : Leo Agustino, Ph.D : Dr. Juliannes Cadith, S.Sos, M.Si : Dra. Atik Atiatun Nafisah, MM

Redaksi Pelaksana Ketua : Ade Hadiono, ST, M.Si Sekretaris : Nopi Andayani, S.AP., MA. Bendahara : Reni Tania, S.Pd., MA. Tata Usaha dan Kearsipan : Litono, S.TP., S.AP. Distribusi dan Sirkulasi : Adi Purwanto, S.AP Alamat Redaksi : LPPM STIA Banten

Jl Raya Serang Km. 1.5 Cikondang Pandeglang 42211 Telp. (0253)5500250 – 5207579 – 5207577

Website: http//www.stiabanten.ac.id. Email : [email protected]

Jurnal Niagara merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan dua kali setahun oleh Lembaga Penellitian dan Pengabdian Masyarakat berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

Page 4: ISSN 1997-293X

ii

Page 5: ISSN 1997-293X

iii

ISSN 1997-293X

Vol. XII No. 2, Desember 2020

PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, Jurnal Ilmiah

Niagara Vol. XII, No. 2, Desember 2020 dapat kembali hadir dan sampai pula ditangan Anda,

baik dari komunitas ilmuwan, praktisi dan pemerhati ilmu administrasi.

Terbitan edisi Desember 2020 ini, berisikan tulisan dari rekan-rekan dosen di lingkungan

STIA Banten dan Dosen dari Fakultas Ekeonomi UNTIRTA serta rekan dosen dari Universitas

Bina Bangsa Serang yang dengan setia selalu mengisi agar konsistensi penerbitan jurnal ini

tetap terjaga. Redaksi berharap semua artikel dalam jurnal kali ini dapat bermanfaat untuk

menambah informasi dan wawasan pengetahuan, baik dalam bidang administrasi ataupun

lainnya.

Kami menyadari dalam penyajian materi jurnal edisi kali ini tidak luput dari kekurangan

dan kekhilafan, untuk itu kami mohon maaf dan mohon masukan untuk penyempurnaaan edisi

mendatang. Selamat membaca, dan terima kasih atas partisipasi dan dukungannya.

Pandeglang, Desember 2020

Redaktur Pelaksana

Page 6: ISSN 1997-293X

iv

Page 7: ISSN 1997-293X

v

ISSN 1997-293X Vol. XII No. 2, Desember 2020

DAFTAR ISI

Tim Redaksi ..................................................................................................................... ii

Pengantar Redaksi .......................................................................................................... iii

Daftar Isi .......................................................................................................................... v

PERAN KODIM 0601/PANDEGLANG DALAM PEMBINAAN PRAMUKA SAKA WIRA KARTIKA

Oleh : Rozikin, Ade Hadiono ........................................................................................ 109 – 125

ANALISIS COST AND BENEFIT KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

Oleh: Jumanah ............................................................................................................. 126 – 131

PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BAGIAN TATA USAHA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIDANAU-CIUJUNG-CIDURIAN

Oleh: Daelami Ahmad .................................................................................................. 132 – 150

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS RANGKASBITUNG KABUPATEN LEBAK

Oleh: Muhamad Zeni, Trisna Sonjaya .......................................................................... 151 – 171

PENGARUH KUALITAS REKRUTMEN KARYAWAN, KUALITAS SELEKSI KARYAWAN DAN KESESUAIAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus pada PT. The Univenus)

Oleh : Cici Jayanti, H. Wawan Prahiawan dan Hayati Nufus ........................................ 172 – 178

KINERJA SEKSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN

Oleh : Rusito ................................................................................................................. 179 – 206

PERANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN PANDEGLANG

Oleh : Natta Sanjaya, Didi Rosyadi, Reza Qrista Adianti .............................................. 207 – 218

URGENSI DIGITALISASI DAN PENGAWASAN KONTEN PENYIARAN DIGITAL DI INDONESIA

Oleh : Agus Widiarto, Teguh Husadani ........................................................................ 219 – 236

STRATEGI PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH ANGGOTA DI KSP KODANUA CAPEM SERANG

Oleh : AR. Chaerudin, Adi Sulistiyono .......................................................................... 237 – 245

Page 8: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

132 STIA BANTEN

PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BAGIAN TATA USAHA

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIDANAU-CIUJUNG-CIDURIAN

Oleh:

Daelami Ahmad – [email protected]

Program Studi Ilmu Administrasi Negara - STIA Banten

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanan pengawasan dan disiplin kerja pegawai pada bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian. Dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 52 orang yang kesemuanya merupakan tenaga kerja yang ada di lingkungan BBWS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengawasan didapat angka penafsiran sebesar 2.12. Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berada pada tingkat kategori sedang, artinya pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian sudah berjalan dengan cukup baik. Sementara berdasarkan tabel rekapitulasi disiplin kerja pegawai didapat angka penafsiran sebesar 2,04. Nilai angka penafsiran ini menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berada pada tingkat kategori sedang, artinya bahwa keadaan disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian sudah baik.

Kata kunci : Pengawasan dan Disiplin kerja

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu suatu masyarakat adil makmur yang merata secara materiil dan spiritual di dalam suatu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu serta berkedaulatan rakyat dalam suasana kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan dinamis. Sikap dan perilaku yang baik dan benar dari para penyelenggara negara beserta seluruh rakyat Indonesia dalam mematuhi dan melaksanakan hukum dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan pembangunan nasional.

Melihat peranan dan kedudukan pegawai yang begitu penting dalam

organisasi maka dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan instansi diperlukan pegawai yang memiliki tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas-tugasnya serta berdisiplin tinggi. Salah satu sikap mental yang baik dari pegawai adalah sikap disiplin untuk mematuhi semua ketentuan dan peraturan serta perintah atasan sehingga dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Untuk pembinaan disiplin pegawai menjadi sangat penting dalam mempercepat dan menjamin kelancaran jalannya organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan instansi.

Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu instansi pemerintah, pegawai di instansi ini harus mencerminkan sikap disiplin dalam melaksanakan tugas-tugasnya dengan mematuhi segala

Page 9: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 133

peraturan dan tata tertib yang berlaku. Melihat cukup banyaknya urusan yang harus dikelola dan diurus oleh Bagian Tata Usaha, maka tentu saja diperlukan pegawai yang cakap, terampil, dan berdedikasi tinggi serta memiliki disiplin kerja yang tinggi pula.

Pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab akan keberhasilan maupun kegagalan organisasi, karena itulah seorang pemimpin harus mampu berusaha menggerakkan dan mengarahkan para pegawai sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan giat dan memiliki disiplin kerja yang tinggi. Salah satu bentuk pembinaan disiplin kerja yaitu dengan memberikan pengawasan yang sifatnya berkesinambungan. Dengan pemberian pengawasan dari pemimpin diharapkan selalu tumbuh dorongan pada diri pegawai untuk bekerja secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin kerja yang tinggi. Karena dengan disiplin kerja yang tinggi dari para pegawai yang dicerminkan dengan mentaati segala apa yang menjadi ketentuan, peraturan maupun tata tertib yang berlaku di instansinya, maka pada akhirnya akan berdampak positif terhadap pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari pengamatan penulis bahwa pengawasan oleh Kepala Bagian belum dilaksanakan dengan baik, sehingga pegawai kurang melakukan pekerjaan dengan baik dan masih rendahnya disiplin kerja pegawai. Hal ini terlihat dari indikasi-indikasi sebagai berikut : 1. Masih adanya pegawai yang kurang

memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Hal ini terlihat dari pekerjaan sehari-hari, sebagian pegawai kadang-kadang lalai dalam melaksanakan tugasnya.

2. Masih adanya pegawai yang bermasalas-malasan dalam melaksanakan tugas, dan masih seringnya pegawai yang menggunakan waktu istirahat lebih lama sehingga pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan jadinya terbengkalai.

3. Masih adanya pegawai yang tidak masuk kerja tanpa memberikan keterangan atau bolos, dan masih seringnya pegawai yang pulang lebih awal dari waktu yang ditetapkan sehingga pekerjaan banyak yang terbengkalai.

Melihat permasalahan tersebut, penulis menduga salah satunya disebabkan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Kepala Bagian belum terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari indikator-indikator sebagai berikut: 1. Penerapan sanksi yang tidak tegas

kepada para pegawai/bawahan yang tidak disiplin atau yang melanggar peraturan.

2. Kepala Bagian jarang melakukan pengawasan secara langsung atau inspeksi langsung kepada pegawai.

3. Pengawasan cenderung dilaksanakan berdasarkan laporan di bawah, akibatnya pimpinan tidak mengetahui keadaan pegawai yang sebenarnya.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen berasal dari perkataan bahasa Italia “managgiare” yang berarti melatih kuda atau secara harfiah berarti mengendalikan (to handle). “Dalam banyak kepustakaan, kata managgiare memang lebih banyak disebut sebagai asal kata manajemen. Kemudian dengan masuknya bahasa Inggris, menjadi to manage berarti suatu kegiatan memimpin dan mengendalikan” (Hasibuan, 2016: 2).

Mengenai istilah manajemen terdapat beragam definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar, seperti yang dikemukakan oleh Manullang, “… istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu

Page 10: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

134 STIA BANTEN

manajemen sebagai proses, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, dan manajemen sebagai suatu seni dan sebagai ilmu” (Manullang, 2016: 14).

Untuk memperjelas, di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian manajemen, antara lain menurut Stoner dan Freeman terjemahan Alexander Sindoro:

“Manajemen merupakan proses membuat perencanaan, mengorganisasi-kan, memimpin, dan mengendalikan berbagai usaha dari anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan” (2003: 6).

Sedangkan pendapat The Liang Gie yaitu, “Manajemen sebagai rangkaian kegiatan penataan yang berupa penggerakkan orang-orang dan pengarahan fasilitas kerja agar tujuan kerja sama benar-benar tercapai” (Silalahi, 2015). Pendapat Koontz dan O’Donnel yang dikutip oleh Silalahi yaitu:

“Management involves getting things done through and with people. (Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain)” (2015).

2. Pengawasan Sebagai Salah Satu Fungsi

Manajemen Pengawasan merupakan fungsi yang

dijalankan pimpinan yang dijalankan pimpinan untuk menjamin bahwa organisasi dan tindakan-tindakan anggotanya bergerak kearah tujuan yang sudah ditetapkan. Dengan manajemen yang efektif, maka tujuan organisasi akan lebih mudah diwujudkan dengan efisien. Tercapainya tujuan organisasi, sebagian besar tergantung dari kemempuan para pemimpinnya dalam mengelola segala sumber daya yang dimilikinya.

Sehubungan dengan hal itu, maka salah satu kegiatan manajemen adalah

pengawasan untuk memastikan bahwa segala sesuatu berjalan secara semestinya, tugas tugas organisasi telah dan akan terlaksana dengan baik sesuai rencana, kebijakan, ketentuan ketentuan, dan instruksi instruksi yang telah ditetapkan. Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen, maka sebelum membahas tentang pengawasan, penulis perlu membahas manajemen lebih dahulu.

Pembahasan tentang manajemen, maka tak dapat lepas dari pendapat beberapa ahli teori manajemen seperti berikut:

Harold Koonz dan Cyril O’Donnel yang dikutip oleh Malayu Hasibuan dalam bukunya yang berjudul “Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah” memberikan pengertian manajemen sebagai berikut:

“Manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian, manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, penggerakan dan pengendalian”. (2016).

Sarwoto (2010) dalam bukunya “Dasar

Dasar Organisasi da Manajemen” yang mengutip pendapat John D. Millet menyatakan: “Manajemen adalah suatu proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang orang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan“.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, menunjukan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang berhubungan dengan usaha pencapaian tujuan tertentu dan memberikan efektivitas pada usaha manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen adalah persoalan mencapai tujuan tertentu, dengan suatu kelompok orang-orang sebagai dasar terpenting dalam manajemen.

Dari berbagai teori di atas, jelas kiranya bahwa pengelompokkan, klasifikasi

Page 11: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 135

maupun urut urutan dari fungsi dasar manajemen yang dikemukakan oleh para ahli terdapat perbedaan antara satu dengan lainnya. Menurut Ali Multis dalam bukunya “Pengantar Administrasi Negara” mengemukakan bahwa : ‘Tidak adanya kesamaan pendapat mengenai fungsi fungsi manajemen diantara para ahli tidak perlu dirisaukan, karena perbedaan yang ada tidaklah bersifat prinsip”.

Ada tiga alasan yang menyebabkan perbedaan itu, yaitu : 1. Adanya kesamaan antara satu atau

beberapa fungsi yang diajukan. 2. Adanya fungsi-fungsi yang diajukan

adalah aktivitas aktivitas pokok yang harus dijalankan oleh setiap manajer.

3. Perbedaan yang muncul disebabkan oleh peristilahan dan situasi yang mendasarinya. (2009; 11 –12).

Dengan hubungan di atas, maka menurut Sarwato, bahwa dari berbagai pendapat mengenai fungsi organik manajemen dapat diklasifikasikan kedalam empat fungsi, yaitu : 1. Menetapkan apa yang harus

dilaksanakan oleh anggota anggota organisasi untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam fase pertama ini perlu juga ditetapkan oleh manajer bila dan bagaimana pekerjaan harus dilakukan. Kegiatan fase pertama ini lazim disebut sebagai perencanaan.

2. Mendistribusikan atau mengalokasikan tugas tugas kepada para anggota kelompok. Mendelegasikan kekuasaan dan menetapkan hubungan kerja antara kelompok. Kegiatan ini lazim disebut sebagai organizing.

3. Setelah kegiatan perencanaan dan pengorganisasian, manajer perlu menggerakkan kelompok secara efisien dan efektif ke arah pencapaian tujuan. Untuk ini, maka manajer menggunakan berbagai sarana, seperti : a. Komunikasi. b. Kepemimpinan. c. Perundangan.

d. Pemberian instruksi. e. Dan lain lain. Kegiatan manajer yang menyebabkan organisasi menjadi bergerak atau berjalan disebut penggerakan atau actuating.

4. Pada organisasi yng telah bergerak itu, manajer harus selalu mengadakan pengawasan atau pengendalian agar gerakan atau jalannya organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik mengenai arahnya maupun caranya.Kegiatan ini disebut sebagai pengawasan atau pengendalian. (2009; 61).

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa pengawasan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang organik. Karena itu, maka pengawasan tidak dapat dihilangkan dari setiap sistim organisasi apapun bentuknya. Hal ini berati setiap pimpinan organisasi harus selalu menjalankan fungsi pengawasan demi keberhasilan tugas yang dijalankannya.

Melalui pengawasan, pimpinan dapat mengetahui beberapa hal antara lain adanya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan, dan dapat melakukan perbaikan dengan segera.

3. Pengertian Pengawasan

Mengacu pada uraian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa fungsi manajemen terakhir adalah pengawasan. Setiap kegiatan organisasi harus dikenakan pengawasan yang menjamin agar kegiatan berlangsung sesuai rencana dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa pengertian pengawasan, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menurut Sondag P. Siagian dalam

bukunya “Filsafat Administrasi” menyatakan: “Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap semua kegiatan organisasi agar semua pekerjaan yang sedang berjalan sesuai

Page 12: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

136 STIA BANTEN

dengan rencana yang telah ditetapkan’. (2003).

2. Menurut Manulang dalam bukunya “Dasar Dasar Manajemen” menyatakan: “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan dan mengoreksinya jika perlu dengan rencana yang telah ditetapkan”. (2015).

Dari uraian uraian tersebut di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah merupakan suatu proses, suatu tindakan untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, kebijakan atau perintah yang telah ditetapkan dalam usaha mencapai tujuan.

4. Tujuan Pengawasan

Seperti telah disinggung sebelumnya, bahwa pengawasan adalah merupakan kegiatan yang penting dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena itu, jika pelaksanaan pengawasan tidak berjalan seperti seharusnya, maka tujuan yang telah ditetapkan tak akan dapat tercapai. Jadi pengawasan juga sekaligus melakukan perbaikan kesalahan kesalahan, kelemahan kelemahan dalam pekerjaan, menilai hasil pekerjaan itu apakah sesuai atau tidak. Itulah tujuan pengawasan. Namun perlu dikemukakan pandangan beberapa ahli mengenai tujuan pengawasan, antara lain seperti di bawah ini. 1. Menurut Soewarno Handayaningrat

dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi” mengemukakan: “Tujuan pengawasan adalah bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya”. (2006)

2. Menurut Soekarno dalam bukunya “Perencanaan Pembangunan” menyatakan bahwa tujuan pengawasan adalah :

a. Mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencananya.

b. Bila terdapat penyimpangan maka dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan yang diperlukan.

c. Dapat melakukan tindakan korektif dengan segera bila diperlukan. (2012).

5. Macam-macam pengawasan

Untuk melengkapi pemahaman terhadap pengawasan, perlu disini dikemukakan mengenai macam-macam pengawasan. Ada beberapa pendapat mengenai macam-macam pengawasan, diantaranya ialah pendapat Sarwono Handayaningrat dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen“ membagi pengawasan menjadi empat macam seperti di bawah ini. a. Pengawasan dari dalam (internal

control). Aparat tersebut bertugas untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan pimpinan untuk menilai kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil dari pengawasan ini digunakan pula dalam menilai kebijaksanaan pimpinan. Juga pimpinan dapat melakukan tindakan korektif terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya,

b. Pengawasan dari luar organisasi (external control). Aparat atau unit pengawasan ini bertindak atas nama atasan dari pimpinan organisasi itu, karena permintaannya. Disamping aparat pengawasan yang dilakukan atas nama atasan dari pimpinan organisasi tersebut, dapat pula pimpinan organisasi meminta bantuan pihak luar untuk mengadakan pemeriksaan atau pengawasan terhadap organisasi

c. Pengawasan Preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksudnya untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan.

d. Pengawasan Represif, yaitu pengawasan yang dilakukan setelah adanya

Page 13: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 137

pelaksanaan pekerjaan. Maksudnya ialah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

6. Prinsip-prinsip Pengawasan

Menurut Sarwono Handayaningrat dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manjemen“ mengemukakan prinsip prinsip pengawasan sebagai berikut:

a. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

b. Pengawasan harus objektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi,

c. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan peraturan yang berlaku (wegmatigheid), berorientasi terhadap tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatitheid)

d. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan

e. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat

f. Pengawasan harus bersifat terus menerus

g. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feedback) terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang. ( 1995: 105 ) Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa

untuk melaksanakan pengawasan yang efektif maka sebelumnya perlu diketahui beberapa prinsip-prinsip pengawasan yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.

Selanjutnya, disamping prinsip-prinsip pengawasan seperti yang dikemukakan diatas, juga kita perlu memperhatikan syarat-syarat pengawasan didalam melakukan kegiatan organisasi. Menurut Sarwoto dalam bukunya “Dasar Dasar Organisasi dan Manjemen” dengan

mengutip pendapat William H. Newman sebagai berikut: 1. Harus memperhatikan atau disesuaikan

dengan sifat dan kebutuhan organisasi. 2. Harus mampu menjamin adanya

tindakan perbaikan. 3. Harus memperhatikan faktor faktor dan

tata organisasi tempat pengawasan akan dilaksanakan.

4. Harus luwes. 5. Harus ekonomis dalam hubungannya

dengan biaya. 6. Harus memperhatikan pula syarat

sebelum pengawasan itu dimulai, yaitu : a. Harus ada rencana yang jelas. b. Pola/tata organisasi yang jelas, yaitu

jelas tugas tugas dan kewenangannya dalam organisasi yang bersangkutan. (2010).

Suwarno Handayaningrat dalam bukunya “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen” mengemukakan syarat umum yang dapat digunakan untuk melakukan pengawasan seperti di bawah ini. 1. Menentukan standar pengawasan yang

baik dan dapat dilaksanakan. 2. Menghindarkan adanya tekanan,

paksaan yang menyebabkan penyimpangan dari tujuan pengawasan itu sendiri.

3. Melakukan koreksi recana yang dat digunakan untuk mengadakan perbaikan serta penyempurnaan rencana yang akan datang. (2006).

7. Teknik-teknik pengawasan

Teknik-teknik pengawasan merupakan bagian penting dari fungsi pengawasan. Yang dimaksud dengan teknik teknik pengawasan adalah cara pengawasan dilakukan. Agar pelaksanaan pengawasan menghasilkan sesuatu hasil maksimal, maka aparat yang melakukan pengawasan harus menggunakan cara pengawasan yang baik sesuai dengan sifat dan kebutuhan pekerjaan yang diawasi.

Page 14: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

138 STIA BANTEN

Berkenaan dengan teknik pengawasan, maka menurut Sarwoto dalam bukunya “Dasar Dasar Organisasi dan Manajemen” mengemukakan teknik teknik pengawasan seperti di bawah ini. a. Pengawasan langsung, yaitu pengawasan

yang dilakukan oleh manajer pada waktu kegiatan kegiatan sedang berjalan. Pengawasan langsung dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Pengawasan langsung. 2. Observasi di tempat. 3. Laporan di tempat yang berarti juga

menyampaikan keputusan di tempat bila diperlukan.

b. Pengawasan tidak langsung, yaitu pengawasan dari jarak jauh yang disampaikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berbentuk : 1. Laporan tertulis. 2. Laporan lisan. (2006).

Sementara itu Sondag P. Siagian dalam bukunya “Filsafat Administrasi” mengemukakan bahwa teknik-teknik pengawasan adalah proses pengawasan yang dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan menggunakan dua macam teknik, yaitu : 1. Teknik pengawasan langsung, ialah

apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang dijalankan. Pengawasan ini dapat berbentuk : a. Inspeksi langsung. b. Observasi di tempat. c. Laporan di tempat.

2. Pengawasan tidak langsung, ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilaksanakan melalui laporan yang disampaikan oleh bawahan. (2006).

Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik-teknik pengawasan adalah suatu sistim yang sistimatis, saling melengkapi. Seperti dikemukakan oleh Siagian dalam bagian lain mengemukakan bahwa adalah bijaksana bila pimpinan menggabungkan atau

mengkombinasikan teknik pengawasan langsung dengan tidak langsung. (2016).

1. Pengawasan langsung

Pengawasan ini dilakukaan dengan melihat dari dekat secara langsung kegiatan pegawai atau hal yang diawasi. Cara pengawasan ini sangat penting dilakukan agar secara objektif dapat diketahui oleh pimpinan tentang pakerjaan atau hal yang diawasinya. Dengan cara pengawasan ini diharapkan dapat diketahui kesulitan kesulitan atau kesalahan kesalahan bawahan dalam melakukan pekerjaan di lapangan dan keputusan untuk perbaikan perbaikan dapat dilakukan saat itu juga. Pengawasan langsung oleh Sarwoto dibagi dalam beberapa bentuk sebagai berikut. a. Inspeksi langsung b. Observasi di tempat c. Laporan di tempat

2. Pengawasan tidak langsung

Pada pelaksanaan pengawasan ini pimpinan tidak mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan secara langsung, melainkan dilakukan dari jarak jauh. Cara pengawasan ini mengandung kelemahan, umpamanya para bawahan hanya melaporkan hal hal yang baik baik saja sedangkan yang buruk tidak dilaporkan. Hal ini tentunya tidak baik bagi organisasi. Sukamto mengemukakan bahwa sesuai dengan sifatnya yang demikian ini kaitannya dapat dimengerti bahwa pengawasan tidak langsung itu merupakan cara pengawasan yang banyak mengandung kelemahan. Karena segala bahan bahan informasi tersebut belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Oleh sebab itu, pengawasan tidak langsung sebaiknya hanya dipakai sebagai pembantu atau pelengkap terhadap pengawasan langsung. Hal demikian terutama bila menyangkut

Page 15: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 139

pengambilan keputusan keputusan yang penting penting. (2016).

Beberapa bentuk pengawasan tidak langsung adalah seperti di bawah ini. a. Laporan tertulis

Laporan tertulis dapat berbentuk dokumen tertulis yang berisikan uraian kata kata, deretan angka angka atau statistik yang menggambarkan hasil pelaksanaan kerja. Laporan tertulis dapat dilakukan secara pereodik misalnya mingguan, bulanan, kuwartalan, semester, tahunan dan seterusnya.

Ada beberapa persaratan mengenai laporan tertulis, seperti yang dikemukakan oleh Sondag P. Siagian dalam bukunya “Filsafat Administrasi”, yaitu : 1. Laporan dibuat dalam suatu format

tertentu yang telah ditentukan agar dapat diketahui dengan jelas tentang apa yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat dilakukan.

2. Laporan dibuat selengkap mungkian artinya segala sesuatu yang dibutuhkan sebagai informasi telah termuat dalam laporan itu.

3. Laporan disusun dalam bahasa yang sesuai dengan tingkat pendidikan, daya kognitif, dan daya nalar penerima laporan. Singkatnya gaya bahasa harus dapat memperlancar kegiatan pengawasan.

4. Laporan disampaikan tepat waktu 5. Laporan harus bersifat faktual.

Sedangkan Soejadi mengemukakan tentang beberapa syarat kwalitas dan mutu laporan sebagai berikut : 1. Jelas. 2. Langsung mengenai sasaran

permasalahannya 3. Lengkap. 4. Konsisten. 5. Sesuai kenyataan dan objektif. 6. Cermat dan tepat waktu.

7. Tepat saluran. 8. Ada proses timbal balik.

b. Laporan lisan Laporan lisan dapat dilakukan

dengan cara tatap muka langsung atau melalui media lain seperti telpon, radio, televisi dan lainnya. Laporan lisan tatap muka langsung dapat dilakukan pada saat rapat atau pertemuan baik formal atau informal. Dengan cara ini, maka baik bawahan maupun atasan dapat berinteraksi. Laporan lisan dapat mempercepat arus informasi bawahan ke atasan atau sebaliknya. Bahkan memungkinkan tumbuhnya hubungan harmonis yang dapat menimbulkan sinergi positif. Pelaksanaan laporan lisan dapat dilakukan secara pereodik atau permintaan atasan atau atas inisiatif bawahan.

8. Pengertian Disiplin dan Disiplin Kerja

Organisasi yang merupakan kumpulan dari sekelompok orang yang bekerja sama, berusaha untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, manusia mempunyai peranan yang penting dan menentukan, karena hanya manusialah satu-satunya unsur organisasi yang hidup, berakal dan mempunyai cita-cita yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup organisasi.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara dan abdi masyarakat merupakan pelaksana dan penggerak pembangunan. Agar proses pembangunan dapat berjalan baik, maka diperlukan aparatur pemerintah yang bertanggung jawab dan berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya sebagai penggerak dan pelaksana pembangunan.

Dalam rangka menjamin kelancaran pencapaian tujuannya organisasi perlu dilengkapi dengan norma-norma tertentu, baik berupa tugas maupun fungsi yang harus dilaksanakan oleh masing-masing unsur dalam organisasi, baik pimpinan

Page 16: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

140 STIA BANTEN

maupun pegawainya. Juga ketentuan yang bersifat pengaturan seperti hak, kewajiban dan larangan dalam melaksanakan setiap tindakan untuk mencapai tujuan organisasi.

Mengenai disiplin kerja para ahli memberi pendapat yang beragam. Namun pada intinya mempunyai maksud yang sama. Menurut IG. Warsanto dalam bukunya Manajemen Kepegawaian 2, menyatakan :

“Disiplin berasal dari bahasa latin “ diciplina “ yang berarti istilah atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan” (2017). Sedangkan Sondang P Siagian

berpendapat bahwa disiplin adalah:“Merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut” ( Siagian, 2017).

Dari kedua pendapat itu dapat dikatakan bahwa disiplin hanya dapat ditegakkan bila sebagian besar peraturan dan ketentuan yang ada diakui dan dijalankan oleh para pegawai.

Pendapat lain dikemukakan oleh A.S.Moenir yang mengemukakan:

“Memang aturan yang melahirkan disiplin pada umumnya terdiri atas dua hal yang diatur yaitu disiplin mengenai waktu dan disiplin mengenai perbuatan. Oleh karena itu maka disiplin juga mempunyai dua obyek, yaitu disiplin terhadap waktu dan disiplin terhadap perbuatan (Moenir, 2015).

Secara lebih spesifik, Malayu S.P. Hasibuan menyatakan bahwa:

“Disiplin diartikan bila karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya. Mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku” (Hasibuan, 2016)

Dari uraian tersebut nampak jelas

bahwa disiplin kerja pegawai merupakan suatu hal yang harus ada dalam organisasi, karena mempunyai arti dan peranan penting dalam merealisasikan tujuan organisasi. Disiplin mencerminkan sifat kepribadian dan tanggung jawab pegawai. Terdapatnya disiplin kerja pegawai yang tinggi dalam organisasi akan mempermudah proses pencapaian tujuan dan merupakan salah satu kriteria keberhasilan dalam suatu organisasi atau instansi dalam melaksanakan tugas pokoknya.

Oleh karena itu, disiplin kerja pegawai harus terus ditingkatkan dan dibina agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Untuk mendapatkan disiplin yang tinggi, pimpinan perlu menciptakan suasana yang dapat mendorong tumbuhnya kesadaran untuk bekerja dengan penuh disiplin dan tanggung jawab. Salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri sipil adalah dengan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yang di dalamnya mengatur kewajiban, larangan dan sanksi terhadap seluruh pegawai dan aparatur negara.

Dengan penerapan peraturan disiplin ini diharapkan dapat menimbulkan keadaan tertib, sehingga para pegawai akan bekerja dengan baik dan teratur. Peraturan disiplin ini juga merupakan pembinaan terhadap pegawai, agar pelaksanaan pemerintah dan pembangunan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien untuk kesejahteraan seluruh rakyat.

Berdasarkan uraian tadi, penulis dapat menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu program dalam pembangunan dan penertiban serta pendayagunaan aparatur pemerintah tanpa

Page 17: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 141

adanya disiplin dalam suatu organisasi, tidak mungkin cita-cita dan tujuan dari organisasi akan dapat tercapai. Dengan kata lain, tujuan pembangunan tidak akan dapat tercapai bila aparatur pemerintah sebagai penggerak dan pelaksanaannya tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi.

METODOLOGI

Mengingat bahwa penulis ingin memperoleh gambaran yang mendalam tentang pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Bagian dalam upaya meningkatkan disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.

Usaha mendiskriptifkan faktor-faktor itu pada tahap permulaan ditunjukkan pada usaha mengemukakan gejala gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, sehingga keadaan menjadi jelas. Sehingga permasalahan yang ditemui dalam pengawasan tersebut dan kemudian mencari jalan pemecahannya.

PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Pengawasan Pada Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

Seperti telah diuraikan pada Bab sebelumnya, bahwa pengawasan memiliki peranan penting dalam suatu organisasi formal maupun informal. Melalui pengawasan akan dapat diketahui apakah suatu kegiatan dalam organisasi berjalan seperti seharusnya yaitu dapat mencapai target dengan efektif, efisien dan konsisten atau tidak. Melalui pengawasan dapat juga diketahui kelemahan kelemahan, kesulitan kesulitan atau kegagalan sedini mungkin dan kemudian dapat segera mengambil langah langkah perbaikan segera.

Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pengawasan dapat mengarahan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan pada jalur semestinya demi mencapai target target organisasi yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui dan mendapatkan data apakah pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian yang dikaitkan dengan upaya peningkatan pelayanan yang bersangkutan telah dapat mencapai target atau belum, maka pada Bab ini akan dibahas dan dianalisis dari tanggapan responden melalui angket. Hasil angket itu kemudian disajikan dalam bentuk tabel tabel yang didasarkan pada teori teknik teknik pengawasan yang dikemukakan oleh Siagian.

a. Teknik pengawasan langsung

Teknik pengawasan langsung merupakan pengawasan yang dilakukan secara langsung oleh atasan terhadap pekerjaan bawahan. Dalam hal ini, yang dimaksud pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian terhadap bawahannya. Dengan cara pelaksanaan pengawasan ini, maka bila ada masalah atau kesulitan atau penyimpangan, maka segera dilakukan tindakan perbaikan, sehingga semua hal yang diawasi tersebut berjalan seperti seharusnya.

1) Inspeksi langsung

Teknik pengawasan ini dapat dilakukan secara rutin atau sewaktu-waktu secara mendadak. Inspeksi langsung secara rutin adalah inspeksi yang sudah terjadwal yang memuat waktu, hal yang harus diinspeksi

Page 18: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

142 STIA BANTEN

dengan maksud untuk mengamati jalannya pekerjaan bawahan serta hasilnya dan bila ada penyimpangan langsung diadakan perbaikan dan instruksi secara langsung.

Inspeksi mendadak dimaksudkan untuk mencari keadaan yang sebenarnya pelaksanaan pekerjaan dan hasil hasilnya. Bila ditemukan penyimpangan, maka dilakukan teguran, instruksi dan petunjuk sehingga segala sesuatu kembali

seperti seharusnya. Maksud dari inspeksi mendadak adalah untuk pembinaan terus menerus bagi para bawahan agar menjalankan tugas seperti seharusnya sepanjang waktu. Dibawah ini penulis menguraikan tanggapan responden tentang pelaksanaan inspeksi langsung oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:

Tabel 1: Tanggapan Responden Terhadap Inspeksi Langsung Oleh Bagian Tata Usaha

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (N = 52)

No. Alternatif jawaban f % x f(x)

1 Sering 30 57 3 90

2 Kadang-kadang 20 38 2 40

3 Tidak pernah 2 5 1 2

Jumlah 52 100 - 132

Sumber : Hasil Penelitian

M = Ʃ {f(x) / N} = 132/52 = 2.53

Dari tabel tanggapan

responden terhadap pelaksanaan Inspeksi Langsung oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, diperoleh angka penafsiran 2.53. Berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria tinggi. Ini berarti pelaksanaan Inspeksi Langsung oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian adalah selalu atau baik.

Pada tabel di atas juga dapat dilihat bahwa kategori Sering memperoleh angka 57% dan

kategori Kadang-kadang memperoleh angka 38%, sehingga total angka sering dan kadang-kadang adalah 95%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Inspeksi Langsung oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian sudah berjalan semestinya.

2) Observasi di tempat

Observasi di tempat adalah pengawasan langsung oleh atasan (secara pribadi) ke tempat pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh

Page 19: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 143

fakta objektif tentang tindakan-tindakan seperti pada saat melaksanakan inspeksi langsung. Untuk mengetahui apakah Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar

Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian pernah melakukan tindakan ini, maka dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2: Tanggapan Responden Terhadap Tindakan Observasi Di Tempat Oleh Kepala Bagian Tata Usaha

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (N =52)

No. Alternatif Jawaban f % x f(x)

1 Sering 20 38 3 60

2 Kadang kadang 20 38 2 40

3 Tidak pernah 12 24 1 12

52 100 - 112

Sumber : Hasil penelitian M = Ʃ {f(x) / N} = 112/52 = 2.15

Dari tabel tanggapan responden terhadap observasi di tempat oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, diperoleh angka penafsiran 2.15. Berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang. Angka ini menunjukkan bahwa tindakan observasi di tempat oleh pimpinan tersebut adalah kadang-kadang atau sedang.

Bila dilihat dari tabel 2, memang terlihat bahwa total kategori sering dan kadang-kadang adalah 76%, maka ini menunjukkan bahwa pimpinan cenderung kurang rajin melakukan observasi di tempat, hingga belum cukup untuk memperoleh kategori selalu atau baik.

Untuk masa depan Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-

Cidurian tersebut perlu menambah frekwensi tindakan observasi di tempat agar memperoleh kategori baik.

3) Laporan di tempat

Bentuk laporan di tempat adalah merupakan kelanjutan dari dua teknik pengawasan inspeksi langsung dan observasi di tempat. Dalam hal ini, pimpinan langsung meminta laporan bawahannya menyangkut aspek aspek penting dalam melakukan tugas pekerjaannya dan hasil hasilnya. Bila dianggap perlu, pimpinan menyampaikan keputusan mengenai tugas yang harus dilakukan oleh bawahannya. Waktu pelaksanaannya bisa secara rutin atau mendadak.

Untuk mengetahui apakah pimpinan melakukan tindakan meminta laporan bawahan di tempat kerjanya, maka dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Page 20: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

144 STIA BANTEN

Tabel 3: Tanggapan Responden Terhadap Tindakan Kepala Bagian Meminta Laporan Di Tempat Kerja

(N = 52)

No. Alternatif Jawaban f % x f(x)

1 Sering 18 35 3 54

2 Kadang-kadang 22 42 2 44

3 Tak pernah 12 23 1 12

52 100 - 110

Sumber : Hasil penelitian 2005 M = Ʃ {f(x) / N} = 110/52 = 2,11

Dari tabel tanggapan

responden terhadap tindakan Kepala Bagian meminta laporan di tempat kerja, diperoleh angka penafsiran 2,11. berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang. Angka ini menunjukkan bahwa Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah melakukan tindakan meminta laporan di tempat kerja bawahannya hanya kadang-kadang atau sedang.

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa kategori sering dan kadang-kadang total persentase frekuensinya adalah 77%. Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan cenderung rajin melakukan tindakan meminta laporan di tempat kerja dari bawahannya. Namun belum cukup untuk memperoleh kategori penafsiran baik. Untuk itu, maka di masa yang akan datang Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian,

harus meningkatkan frekuensi tindakan minta laporan di tempat kerja bawahannya agar kategori penafsiran dapat baik.

b. Pengawasan tak langsung

Pengawasan tak langsung merupakan kebalikan pengawasan langsung. Pengawasan tak langsung dilakukan dengan cara menganalisis laporan laporan bawahan terhadap atasan. Hasil analisa terhadap laporan ini akan menjadi masukan bagi atasan untuk perbaikan perbaikan pelaksanaan tugas dalam organisasi.

1) Laporan Tertulis

Laporan tertulis merupakan pertanggung jawaban bawahan terhadap atasan tentang pelaksanaan dan hasil pekerjaannya, sesuai dengan instruksi, wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk mengetahui apakah pimpinan meminta laporan tertulis dari bawahannya, maka dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.

Page 21: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 145

Tabel 4: Tanggapan Responden Terhadap Tindakan Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

Untuk Meminta Laporan Tertulis Dari Bawahannya (N = 52)

No. Alternatif Jawaban f % x f(x)

1 Sering 15 29 3 45

2 Kadang-kadang 18 35 2 36

3 Tak pernah 19 36 1 19

52 100 - 100

Sumber : Hasil penelitian 2005 M = Ʃ{f(x) / N} = 100/52 = 1.92

Dari tabel tanggapan responden terhadap tindakan Kepala Bagian meminta laporan tertulis dari bawahannya, diperoleh angka penafsiran 1,92. berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang. Angka ini menunjukkan bahwa pimpinan dalam hal meminta laporan tertulis dari bawahannya adalah sedang atau hanya kadang-kadang saja. Seperti diketahui bahwa laporan tertulis bermanfaat untuk melakukan analisis keadaan pelaksanaan pekerjaan oleh bawahan maupun hasil hasilnya.

Sehubungan dengan hal demikian, maka di masa depan Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-

Cidurian tersebut harus lebih rajin lagi meminta laporan tertulis dari bawahannya.

2) Laporan lisan

Laporan lisan yaitu laporan yang dilakukan dengan cara bertatap muka antara atasan dengan bawahan atau melalui media lain seperti: telpon, radio, televisi dan lainnya. Laporan lisan dengan bertatap muka dapat dilakukan pada saat pertemuan baik formal maupun informal antara bawahan dengan atasan sehingga dapat berinteraksi. Untuk mengetahui apakah pimpinan telah meminta laporan lisan dari bawahannya, maka dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5: Tanggapan responden Terhadap Tindakan Meminta Laporan Lisan Dari Bawahan Oleh Kepala Bagian Tata Usaha

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (N = 52)

No. Alternatif Jawaban F % X f(x)

1 Sering 15 29 3 45

2 Kadang-kadang 18 35 2 36

3 Tak pernah 19 36 1 19

52 100 - 100

Sumber : Hasil penelitian 2005

Page 22: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

146 STIA BANTEN

M = Ʃ{f(x) / N} = 100/52 = 1,92

Dari tabel tanggapan responden terhadap tindakan Kepala Bagian meminta laporan lisan dari bawahannya, diperoleh angka penafsiran 1.92. berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang. Angka ini menunjukkan bahwa dalam hal meminta Laporan Lisan dari bawahannya dalam kategiri sedang atau kadang-kadang. Untuk masa depan tindakan untuk meminta Laporan

Lisan dari bawahan oleh pimpinan itu perlu ditingkatkan agar diperoleh informasi yang lebih banyak demi perbaikan.

Untuk mengetahui total jawaban responden mengenai pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berdasarkan hasil rekapitulasi dari tabel diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6: Rekapitulasi Indikator Pelaksanaan Pengawasan Oleh Kepala Bagian Tata Usaha

Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

No Indikator Nilai Keterangan

1 Pelaksanaan inspeksi langsung 2.53 Tinggi

2 Observasi ditempat 2.15 Sedang

3 Meminta laporan ditempat kerja 2.11 Sedang

4 Meminta laporan tertulis 1.92 Sedang

5 Meminta laporan lisan 1.92 Sedang

Rata-rata Nilai 2.12 Sedang

Berdasarkan tabel rekapitulasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berada pada tingkat kategori sedang, artinya pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian sudah berjalan dengan cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

2. Disiplin Kerja Pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

Disiplin kerja pegawai adalah sikap mental dan perilaku pegawai dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, serta melaksanakan pekerjaan yang telah ditugaskan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Disiplin harus diupayakan dapat muncul dari dalam diri pegawai sendiri, yang diperlihatkan mereka dalam bentuk mentaati peraturan yang berlaku dalam malaksanakan pekerjaan. Disiplin kerja pegawai dapat ditingkatkan melalui pemberian pengawasan karena salah satu tujuan pemberian pengawasan

Page 23: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 147

adalah untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai.

Untuk lebih jelasnya mengenai disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, penulis akan menguraikan pembahasan terhadap masing-masing indikator disiplin kerja meliputi ketepatan masuk kerja dan pulang kerja, waktu penyelesaian pekerjaan, kepatuhan terhadap aturan, serta sikap menghormati yang diperoleh dari hasil pengolahan data melalui

angket yang telah disebarkan kepada responden.

a. Tepat Waktu

Ketepatan waktu pada saat jam masuk kerja dan jam pulang kerja yang dilakukan para pegawai, sesuai dengan peraturan yang berlaku.Untuk mengetahui apakah para pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, tepat waktu pada saat masuk kerja dan pulang kerja, dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7: Tanggapan Responden Terhadap Ketepatan Masuk Kerja dan Jam Pulang Oleh Pegawai

(N =52)

No. Alternatif Jawaban f % x f(x)

1 Sering 15 29 3 45

2 Kadang-kadang 22 42 2 44

3 Tak pernah 15 29 1 15

52 100 - 104

Sumber : Hasil Penelitian 2005 M = Ʃ{f(x) / N} = 104/52 = 2.0

Dari tabel tanggapan responden terhadap ketepatan masuk kerja dan jam pulang oleh pegawai, diperoleh angka penafsiran 2,0. berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang.

Bila dilihat dari Tabel 7, angka untuk sering adalah 29% dan kategori Kadang-kadang adalah 42%, sehingga total kedua kategori itu adalah tujuh puluh satu persen (71%). Angka ini tentunya masih kurang baik. Untuk masa ke depan ketepatan jam masuk

kerja dan jam pulang kerja oleh pegawai masih perlu ditingkatkan lagi.

b. Pekerjaan

Suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk menghasilkan suatu hal yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri atau orang lain.

Untuk mengetahui apakah para pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:

Page 24: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

148 STIA BANTEN

Tabel 8: Tanggapan Responden Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (N = 52)

No. Alternatif Jawaban f % x f(x)

1 Sering 15 29 3 45

2 Kadang-kadang 16 30 2 32

3 Tak pernah 21 41 1 21

52 100 98

Sumber : Hasil Penelitian 2005 M = Ʃ{f(x) / N} = 98/52 = 1.88

Dari tabel tanggapan responden

terhadap waktu penyelasaian pekerjaan, diperoleh angka penafsiran 1,88. berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang.

Dari table diatas diketahui, untuk kategori sering hanya 29% dan kategori kadang-kadang 30%, sehingga total kedua kategori itu hanya 59%. Ini berarti bahwa waktu

penyelesaian pekerjaan oleh pegawai masih perlu ditingkatkan lagi.

c. Kepatuhan

Melaksanakan dengan baik peraturan-peraturan yang berlaku.Untuk mengetahui kepatuhan pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian terhadap peraturan yang berlaku, dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini:

Tabel 9: Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Pegawai

Terhadap Peraturan yang Berlaku (N = 52)

No. Alternatif Jawaban f % x f(x)

1 Sering 10 19 3 30

2 Kadang-kadang 30 58 2 60

3 Tak pernah 12 23 1 12

52 100 - 102

Sumber : Hasil penelitian 2005 M = Ʃ{f(x) / N} = 102/52 = 1.96

Dari tabel tanggapan responden mengenai kepatuhan pegawai terhadap peraturan yang berlaku pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, diperoleh angka penafsiran 1,96. berdasarkan skala interval yang

sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria sedang.

d. Sikap Menghormati

Sikap saling menghormati antara rekan sekerja maupun kepada pimpinan yang ada dikantor. Untuk

Page 25: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

STIA BANTEN 149

mengetahui apakah para pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian mempunyai sikap saling

menghormati baik antar sesama pegawai maupun kepada pimpinan, dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini:

Tabel 10: Tanggapan Responden Terhadap Sikap Saling Menghormati (N = 52)

No. Alternatif Jawaban f % x F(x)

1 Sering 24 46 3 72

2 Kadang-kadang 22 42 2 44

3 Tak pernah 6 12 1 6

52 100 - 122

Sumber : Hasil penelitian 2005 M = Ʃ{f(x) / N} = 122/52 = 2,34

Dari tabel tanggapan responden mengenai sikap saling menghormati antar pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian, diperoleh angka penafsiran 2,34. berdasarkan skala interval yang sudah ditentukan maka angka tersebut menunjukkan kriteria tinggi.

Untuk mengetahui total jawaban responden mengenai disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berdasarkan hasil rekapitulasi dari tabel diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11: Rekapitulasi Indikator Disiplin Kerja Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian

No. Indikator Nilai Keterangan

1 Tepat waktu 2,0 Sedang

2 Pekerjaan 1,88 Sedang

3 Kepatuhan 1,96 Sedang

4 Sikap menghormati 2,34 Tinggi

Rata-rata 2,04 Sedang

Sumber : Hasil Penelitian 2005 Dengan nilai angka penafsiran di atas

menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berada pada tingkat kategori sedang, artinya bahwa keadaan disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

SIMPULAN

Berdasarkan kepada analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan tabel rekapitulasi

pelaksanaan pengawasan didapat angka penafsiran sebesar 2.12. Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian Tata

Page 26: ISSN 1997-293X

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XII No.2, Desember 2020

150 STIA BANTEN

Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berada pada tingkat kategori sedang, artinya pelaksanaan pengawasan oleh Kepala Bagian sudah berjalan dengan cukup baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

2. Berdasarkan tabel rekapitulasi disiplin kerja pegawai didapat angka penafsiran sebesar 2,04. Nilai angka penafsiran ini menunjukkan bahwa disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian berada pada tingkat kategori sedang, artinya bahwa keadaan disiplin kerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu, 2016, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit. Bumi Aksara.

Manullang, 2016, Dasar_Dasar Manajemen, Gadjah Mada University Press.

Stoner, James A.F, R. Edward freeman, dan Daniel R. Gilbert JR, 2003, Manajemen Jilid II, terjemahan Alexander Sindoro, Jakarta: PT Indeks, Gramedia Grup.

Ulber Silalahi, 2015, Asas-Asas Manajemen, Edisi ketiga, Refika Aditama,. Bandung

Sarwoto, 2010, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, cetakan keenambelas. Jakarta : Ghalia Indonesia

Multis Ali, 2009, Pengantar Administrasi Negara, Jakarta; Bumi. Aksara, 2003

Handayaningrat, Soewarno,2006, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta: CV. Haji Masagung

Soekarno, K., 2006, Dasar Dasar Manajemen, Jakarta: Miswar

Gie, The Liang, 2015, Kamus Administrasi. Jakarta: Gunung Agung

Moenir, 2015, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara.