ISSN 1978-3787 (Cetak) ISSN 2615-3505 (Online) 6199
Transcript of ISSN 1978-3787 (Cetak) ISSN 2615-3505 (Online) 6199
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6199 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
KEPEMIMPINAN MULTI INTELEGENSI DALAM PENGEMBANGAN LEMBAGA
PENDIDIKAN DI MTs NEGERI 1 LOMBOK TENGAH
Oleh
Lale Yaqutunnafis1), Hully2)
1,2Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Kepemimpinan mullti intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam memimpin guna untuk
memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki sejumlah
kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan observasi,wawancara dan dokumentasi dimana dalam analisis data dilakukan
dengan cara yaitu meeduksi data, display data dan cinclusion data. Untuk mendapatkan keabsahan
data dilakukan dengan cara ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan, tringulasi dan
kecukupan referensi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tipe kepemimpinan
kepala madrasah dalam pengembangan lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
dilakukan dengan tipe kepemimpinan yang demokratis, dimana setiap keputusan dilakukan secara
bersama-sama atau dengan musawarah mufakat baik oleh pimpinan maupun bawahan. Hal ini
dilakukan agar hasil keputusan dapat dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan secara bersama-
sama. Sedangkan kepemimpinan multiintelegensi kepala madrasah dalam mengembangkan
lembaga pendidikan dilakukan dengan beberapa kemampuan yang dimiliki yaitu kemampuan
verbalis/linguostik (berbahasa), kemampuan logika, kemamapuan seni dan kemampuan spiritual
dilakaukan dengan cara melakukan kegiatan pembinaan keagamaan dimadrasah dan juga melalui
keteladanan. Pengembangan lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah juga dilakukan
dengan beberapa kegiatan pengelolaan diantaranya pengelolaan kurikulum, proses belajar
mengajar, tenaga pendidik, media pembelajaran dan pengelolaan standar mutu kelulusan dan
lainnya.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Multiintelegensi, Lembaga Pendidikan
PENDAHULUAN
Kepemimpin dalam lembaga pendidikan
Islam memiliki posisi dan peran strategis dalam
upaya mewujudakan pendidikan yang bermutu,
sebab berkualitas atau tidaknya lembaga
pendidikan Islam di madrasah yang dihasilkan,
sangat ditentukan oleh kemampuan manajerial
seorang pemimpin yang ada di lingkungan
madrasah dan juga masyarakat pada umumnya.
Kepemimpinan dalam sebuah lembaga
pendidikan Islam seperti madrasah memiliki
peran dan pengaruh yang besar serta tanggung
jawab yang berat. Mengingat perannya yang
sangat besar, keuletannya serta kewibawaannya
dalam membuat langkah-langkah baru sangat
diharapkan sebagai jawaban dari kebutuhan
masyarakat.
Menurut Bernard Kutner dalam buku
Evendy M. Siregar mengatakan bahwa dalam
kepemimpinan tidak ada asas yang universal,
yang nampak ialah proses kepemimpinan dan
pola hubungan antar pemimpinnya. Fungsi
utama kepemimpinan terletak dalam jenis
khusus dari perwakilan (group representation).
Seorang pemimpin harus mewakili
kelompoknya sendiri. Mewakili kelompoknya
mengandung arti bahwa si pemimpin mewakili
fungsi administrasi secara eksekutif. Ini
6200 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
meliputi koordinasi dan integrasi berbagai
aktivitas, kristalisasi kebijaksanaan kelompok
dan penilaian terhadap berbagai macam
peristiwa yang baru terjadi dan membawakan
fungsi kelompok. Selain itu seorang pemimpin
juga merupakan perantara dari orang dalam
kelompoknya di luar kelompoknya.1
Kepemimpinan mullti intelegensi
menurut Howard Gardner dalam buku Yatim
Riyanto mengatakan bahwa kepemimpinan
mullti intelegensi adalah kemampuan
seseorang dalam memimpin guna untuk
memecahkan masalah atau menciptakan suatu
produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika
dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki
sejumlah kemampuan untuk memecahkan
masalah yang berbeda sesuai dengan
konteksnya2.
Dengan demikian, kepemimpinan
multiintelegensi di sini maksudnya adalah
sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin, dimana pemimpin tidak
saja dituntut untuk menguasai teori
kepemimpinan, tetapi ia juga harus terampil
dalam menerapkan situasi praktis di lapangan
kerja dan etos kerja yang tinggi untuk
membawa lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Idealnya, pemimpin di samping
memiliki bekal pengetahuan dan pengakuan
resmi yang bersifat eksternal, tetapi juga
pembawaan potensial yang dibawa sejak lahir
sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa dalam
mengembangkan lembaga pendidikan
madrasah.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
salah satu faktor yang mendukung keberhasilan
kepemimpinan adalah karena pimpinan
madrasah menjunjung tinggi nilai-nilai islami,
budaya, maupun keyakinan. Sikap otokrasi
biasanya dilakukan oleh pimpinan saat menjadi
seorang pemimpin madrasah yang lebih
1 Evendy M. Siregar, Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang
Berasil, (PD. Mari Belajar, Jakarta, 1989), 152.
menekankan pada nilai-nilai keagamaan.
Seperti siswa belum matang secara intlektual
maupun emosional terus dibimbing dalam
belajar. Selain itu, sikap kekeluargaan dan
tolong-menolong biasanya dikakukan oleh
pimpinan madrasah saat menjadi seorang
pengelola madrasah. Implementasi posisi
sebagai manager ini lebih menekankan pada
proses dan pengelolaan madrasah. Di sinilah
letak manajemen kultur yang dilakukan oleh
pimpinan madrasah untuk mengembangkan
pendidikan madrasah. Nilai-nilai seperti
kekeluargaan, keakraban, dan tolong-menolong
sangat efektif untuk menjalin ikatan emosional
antara pimpinan dengan siswa untuk mencapai
tujuan madrasah secara bersama.
Kepemimpinan multiintelegensi dalam
pengembangan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah masih belum
maksimal, meskipun sudah ada perubahan baik
dari segi fisik dan sumber daya manusia yang
ada di madrasah itu sendiri. Hal ini tampak dari
masih belum maksimalnya kepemimpinan
multiintelegensi dalam pengembangan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
seperti sikap demokratis atau pengambilan
keputusan untuk mencapai mufakat dalam
menetukan kebijakan madrasah itu sendiri3.
Selain itu, perlu perbaikan kepemimpinan yang
lebih dinamis seperti kepemimpinan yang
benar-benar demokratis dalam setiap
pengambilan keputusan dan kemampuan
manajerial yang efektif dan efisien serta
kemamupauan lainnya seperti kemampuan
spritual, verbalis, bahasa, analisis,
interpersonal, intrapersonal dan kemampuan
lainnya.
Dalam kepemimpinan multiintelegensi,
semua unsur yang ada juga harus diberdayakan
dengan sejumlah kemampuan yang dimiliki,
nanun hal ini juga masih kurang maksimal
dilakukan dalam setiap pengambilan
2 Yatim Riyanti. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran.
(Jakarata: Prenada Media Group, 2010), 12
3Observasi awal, tanggal 4 Januari 2018
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6201 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
keputusan, sehingga perlu ditingkatkan
keterbukaan dan kebersamaan pada setiap
program yang dilakukan oleh madrasah.
Kepemimpinan multiintelegensi dalam
pengembangan lembaga pendidikan seperti
MTs Negeri 1 Lombok Tengah apabila
diterapkan dengan maksimal, tentu dapat
memberikan ruang gerak bagi semua unsur
yang ada di dalammnya, melalui berbagai
kegiatan pengembangan pendidikan sehingga
tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Kepemimpinan multiintelegensi dalam
pengembangan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah juga masih belum
maksimal dilakukan terutama bagi tenaga
pendidik yang memiliki kualifikasi pendidikan
rata-rata SI, sehingga perlu diupayakan
melanjutkan ke jenjang pendidikan strata dua
(S2), sehingga upaya pengembangan lembaga
pendidikan Islam di Madrasah dapat dilakukan
dan diberdayakan secara optimal.
A. LANDASAN TEORI
1. Kepemimpinan
Pemimpin atau Pimpinan adalah orang
yang memimpin, orang yang memberi
bimbingan; orang yang memberi tuntunan
sehingga berkatnya madrasah itu mendapat
kemajuan yang sangat pesat.4. pengertian lain
juga dijelaskan bahwa pimpinan adalah
pergerakan sebuah atau beberapa buah
kelompok. Untuk dapat menggerakkan
kelompok, ada kesepakatan-kesepakatan yang
harus di jalin dalam dan dengan kelompok, hal-
hal yang harus di perhatikannya meliputi: (1).
Memperhatikan secara jelas dan logis posisi,
akan membantu orang dalam memahami cara
pandang, (2). Mendengar setiap reaksi orang
4. Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat
Bahasa Depdiknas Balai Pustaka, Jakarta 2007), 874
5 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai
dan Pengembangan Mutu Madrasah, (Bandung, PT Al Fabet,
2012), 46
6 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai…,
47
lain, (3). Melibatkan semua dalam diskusi dan
menemukan alternatif tentang cara pandang
kita; (4). Tidak berupa pikiran hanya untuk
meredam konflik, tetapi temukan yang terbaik,
(5). Memecahkan perbedaan dengan argument-
argumen yang benar; (6). Tidak terpaku dengan
pemilihan situasi win-lose.5
Pemimpin dalam setiap jenis organisasi
adalah jembatan bagi anggota organisasinya
untuk menjalankan tugas dengan baik,
pemimpin adalah pasilitator dalam
mendekatkan setiap cita-cita dan keinginan dari
anggota organisasi dengan kemampuan
organisasi untuk menampung dan
merealisasikan keinginan tersebut6. Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang mampu
membangun nilai dan norma bersama
anggotanya. Nilai penting ada dalam organisasi
sebagai acuan bergeraknya seluruh anggota
organisasi kearah pencapaian tujuan.7
Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mempertanggung jawabkan setiap
tindakan dan perilaku atas pengambilan
keputusan yang dilakukannya. Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang mampu
menempatkan orang sesuai dengan kapasitas
dan kemampuannya yang membuat orang
mampu bertanggungjawab atas pekerjaannya.
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang
mendasarkan perilaku kepemimpinannya pada
nilai-nilai dasar yang dianutnya dan
mengkaitkan nilai-nilai tersebut dengan nilai-
nilai dasar organisasi.8
Berdasarkan penjelasan di atas dipahami
bahwa yang dimaksud dengan pemimpin disini
adalah seseorang yang dipercaya atau ditunjuk
untuk memimpin organisasi/madrasah yang
memperhatikan semua aspirasi yang di
sampaikan oleh bawahan, bertanggung jawab
7 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai…,
47
8 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai…,
48
6202 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
atas segala keputusan, mampu menempatkan
bawahannya pada nilai-nilai dasar yang
dianutnya sesuai kemampuannya dan
dengannya organisasi atau madrasah tersebut
akan mendapatkan hasil atau nilai yang
maksaimal atau prestasi yang gemilang. Selain
itu pemimpin juga tidak hanya mampu memberi
contoh tetapi juga harus bisa jadi contoh bagi
bawahannya sehingga apa yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
keinginan dan tujuan bersama.
Seorang pemimpin juga mempunyai
tanggung jawab yang berat. Mengingat
perannya yang sangat besar, keuletannya serta
kewibawaannya dalam membuat langkah-
langkah baru sangat diharapkan sebagai
jawaban dari kebutuhan masyarakat. Hal ini
sebagaimana ditulis oleh Bernard Kutner, yang
dikutip oleh Evendy M. Siregar tentang
kepemimpinan menjelaskan bahwa:
Dalam kepemimpinan tidak ada asas yang
universal, yang nampak ialah proses
kepemimpinan dan pola hubungan antar
pemimpinnya. Fungsi utama kepemimpinan
terletak dalam jenis khusus dari perwakilan
(group representation). Seorang pemimpin
harus mewakili kelompoknya sendiri. Mewakili
kelompoknya mengandung arti bahwa si
pemimpin mewakili fungsi administrasi secara
eksekutif. Ini meliputi koordinasi dan integrasi
berbagai aktivitas, kristalisasi kebijaksanaan
kelompok dan penilaian terhadap berbagai
macam peristiwa yang baru terjadi dan
membawakan fungsi kelompok. Selain itu
seorang pemimpin juga merupakan perantara
dari orang dalam kelompoknya di luar
kelompoknya.9
Menurut Dirawat dalam bukunya
pengantar kepemimpinan pendidikan juga
menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah
suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
9 Evendy M. Siregar, Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang
Berhasil, (PD. Mari Belajar, Jakarta, 1989), 152.
10 Minnah El Widdah dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai…,
153.
mengkoordinir, dan mengendalikan orang lain
yang ada hubungannya dengan pengembangan
ilmu pengetahuan atau pendidikan serta agar
kegiatan yang dilaksanakan lebih efisien dan
efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.10
Hendyat Soetopo dalam bukunya
pengantar operasional administrasi pendidikan
juga menjelaskan bahwa kepemimpinan
pendidikan adalah suatu kemampuan dan
proses mempengaruhi, membimbing,
mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain
yang ada hubungannya dengan pengembangan
ilmu pendidikan serta pengajaran supaya
aktivitas-aktivitas yang dijalankan dapat lebih
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
pendidikan dan pengajaran.11
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa untuk mewujudkan program
pelaksanaan pendidikan yang direncanakan,
maka dalam pelaksanaannya diperlukan
seseorang yang dapat mempengaruhi,
mendorong serta menggerakkan komponen-
komponen yang ada dalam lembaga pendidikan
yang dapat mengarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan.
Menjadi seorang pemimpin pendidikan,
tidak saja dituntut untuk menguasai teori
kepemimpinan, akan tetapi ia juga harus
terampil dalam menerapkan situasi praktis di
lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi untuk
membawa lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Idealnya, jika pemimpin
pendidikan disamping memiliki bekal
kepemimpinan dari teori dan pengakuan resmi
yang bersifat ekstern, tetapi juga pembawaan
potensial yang dibawa sejak lahir sebagai
anugerah dari Yang Maha Kuasa, namun orang
dapat melatihnya agar dapat menjadi seorang
11 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan, (Usaha Nasional:
Surabaya, 1982), 271.
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6203 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
pemimpin pendidikan yang tangguh dan
terampil berdasarkan pengalamannya.
Besar kecilnya peranan yang dilakukan
seorang pemimpin banyak ditentukan kepada
apa dan siapa dia, dan apa yang dipimpinnya,
kekuasaan (otoritas) apa yang dimiliki dan
perangkat mana yang ia perankan sebagai
pemimpin baik itu formal maupun non formal.
Akan tetapi semuanya berperan dalam
membimbing, menuntun, mendorong, dan
memberikan motivasi kepada mereka yang
dipimpin untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan.
Pemimpin dalam hal ini adalah Kepala
madrasah sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
madrasah , harus memiliki kesiapan dan
kemampuan untuk membangkitkan semangat
kerja personal. Seorang pemimpin juga harus
mampu menciptakan iklim dan suasana yang
kondusif, aman, nyaman, tentram,
menyenangkan, dan penuh semangat dalam
bekerja bagi para pekerja dan para pelajar.
Sehingga pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran dapat berjalan tertib dan lancar
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Di samping itu, pemimpin pendidikan
harus berwawasan masa depan yaitu
mengantisipasi perubahan yang ada, tidak
hanya dalam pendidikan saja tetapi juga
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
Kepemimpinan pendidikan pada lembaga
pendidikan, yaitu Kepala Madrasah, penting
sekali bagi peningkatan kualitas pendidikan.
Karena lembaga pendidikan yang dikelola oleh
pemimpin yang mengerti komitmen serta
berwawasan luas, akan berjalan dengan tertib
dan dinamis sesuai dengan kemajuan zaman.
Selain itu, Kepala Madrasah hendaknya juga
mengerti kedudukan Madrasah di masyarakat,
mengenal badan-badan dan lembaga-lembaga
masyarakat yang menunjang pendidikan,
12 Charles, L., and Steven L. McShane, Principles of
Management…, 57.
13 Stephen Robbins dan Judge, Timothy, Perilaku
Organisasi …, 23.
mengenal perubahan sosial, ekonomi, politik
masyarakat, mampu membantu guru dalam
mengembangkan program pendidikan sesuai
dengan perubahan yang terjadi di masyarakat
sekaligus membantu pemecahan permasalahan
yang dihadapi
Kepemimpinan merupakan proses di
mana seseorang mempengaruhi, mengarahkan,
memotivasi dan membuat orang lain
memberikan kontribusinya pada pencapaian
tujuan organisasi. Kepemimpinan ini memliki
beberapa tipe, dimana selama ini telah banyak
pakar yang membahas tentang kepemimpinan
dalam berbagai pendekatan. Para pakar
mengemukakan pendapatnya sesai dengan
perspektif masing-masing. Mc Shane membagi
perspektif kepemimpinan dalam 5 (lima)
kategori yakni perspektif kompetensi,
perspektif perilaku, perspektif kontingensi,
perspektif transformasional dan perspektif
implicit leadership.12 Kreitner membagi
pandangan kepemimpinan yang sedikit berbeda
tapi juga dalam 5 (lima) kategori yakni
pendekatan sifat, perilaku, situasional,
transaksional, kharismatik dan tambahan.13
Sedangkan Schermerhorn membagi perspektif
kepemimpinan dalam empat kategori yakni
teori sifat, teori perilaku, teori kontingensi dan
teori-teori baru.14
Bertolak dari beberapa pendapat ahli
tersebut, terlihat bahwa semuanya
memasukkan tiga teori utama yakni teori sifat,
teori perilaku dan teori kontingensi termasuk
teori transaksional, transformasional,
kharismatik dengan uraian sebagai berikut15:
Adapun uraian tipe-tipe kepemimpinan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tipe Otoriter
Adapun yang dimaksud dengan tipe
kepemimpinan otoriter adalah “semua
kebijaksanaan “policy” dasar ditetapkan oleh
pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya
14 Stephen Robbins dan Judge, Timothy, Perilaku
Organisasi …, 23.
15 Stephen Robbins dan Judge, Timothy, Perilaku
Organisasi …, 23.
6204 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
diserahkan kepada bawahan dan semua
perintah, pemberian dan pembagian tugas
dilakukan tanpa mengadakan konsultasi
sebelumnya dengan orang-orang yang
dipimpinnya16.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dipahami bahwa tipe kepemimpinan otoriter
adalah lebih bersifat ingin berkuasa atau
menang sendiri tanpa memperhatikan pendapat
orang lain. Guru sebagai tenaga pengajar tidak
memiliki hak untuk menentukan berhasil atau
tidaknya program pendidikan yang
dilaksanakan di madrasah sehingga akibatnya,
segala ide dan usaha dari segala bentuk
permasalahan-permasalahan sekolah tidak
terakomodasi dengan baik sehingga suasana
menjadi tegang.
b. Tipe Laissez Faire
Tipe kepemimpinan laissez faire adalah
“suatu bentuk kepemimpinan yang lebih
terbuka dimana orang-orang berbuat
sekehendaknya dan tidak ada kontrol dan
koreksi terhadap pekerjaan anggotanya.
Pembagian tugas dan kerjasama diberikan
kepada anggota kelompok tanpa petunjuk atau
saran-saran dari pimpinan, dimana tingkat
keberhasilannya semata-mata karena kesadaran
dan dedikasi dari beberapa anggota kelompok,
dan bukan pengaruh dari pemimpinnya17.
Jadi dari uraian di atas dapat dipahami
bahwa tipe laissez Faire merupakan tipe
kepemimpinan yang bersifat masa bodoh
terhadap prestasi atau kemampuan dari para
anggotanya. Artinya setiap bawahan diberikan
kebebasan yang mutlak untuk berinisiatif
sendiri tanpa pengawasan pemimpin dan tidak
menilai pekerjaan anggotanya.
c. Tipe Demokratis
Tipe kepemimpinan
demokratis adalah “salah satu tipe
kepemimpinan dimana kebijakan
dan keputusan disesuaikan
16 Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah..., 105
17 Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), 49
dengan kebutuhan anggota
dengan kata lain pemimpin
bersama-sama dengan anggota
kelompok ambil bagian secara
aktif di dalam perumusan dan
penetapan kebijakan, keputusan-
keputusan penting dan program
kerja lembaga yang
dipimpinnya18. Tipe demokratis
menafsirkan kepemimpinannya
bukan sebagai diktator melainkan
sebagai pemimpin ditengah
tengah anggota kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dipahami bahwa tipe kepemimpinan
demokratis adalah tipe kepemimpinan yang
ideal serta dianggap paling baik, terutama
kepemimpinan dalam pendidikan, karena tipe
kepemimpinan ini mempunyai rasa
kekeluargaan dan persatuan diantara rekan-
rekan seprofesinya. Jadi tipe kepemimpinan
seperti ini sangat memungkinkan dapat
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan
yang dilakukan lembaga pendidikan di sekolah
itu sendiri.
Dari beberapa tipe kepemimpinan di
atas, penulis lebih menitik beratkan pada tipe
kepemimpinan demokratis, sebab tipe
kepemimpinan demokratis lebih terbuka dalam
mengambil segala bentuk keputusan dan
kebijakan. Artinya dalam setiap pengambilan
keputusan dan kebijakanan seorang pemimpin
tidak diktator, tetapi mau menerima aspirasi
bawahannya dan memberikan kesempatan
kepada mereka (anggota atau bawahan) untuk
aktif dalam setiapa pengambilan keputusan
atau kebijakan demi kepentingan dan tujuan
bersama.
2. Kepemimpinan Multiintelegensi
Kepemimpinan multiintelegensi
merupakan kemampuan ganda pada diri
seseorang. Artinya sesorang pemimpin tidak
18Dirawat, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (CV.
Usaha Nasional: Surabaya, 1989), 26
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6205 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
hanya memeliki kemampuan logika, tetapi juga
memiliki kemampuan lain seperti bahasa, seni
dan kemampuan lainnya yang mendukung
tercapainya aktivitas yang dilakukan. menurut
Howard Gardner dalam buku Yatim Riyanto
mengatakan bahwa kepemimpinan mullti
intelegensi kemampuan seseorang dalam
memimpin guna untuk memecahkan masalah
atau menciptakan suatu produk yang bernilai
dalam satu latar belakang budaya tertentu.
Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu
masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan
untuk memecahkan masalah yang berbeda
sesuai dengan konteksnya19.
Kepemimpinan multiintelegensi juga
memandang bahwa kecerdasan atau
kemsampuan seseorang tidak hanya
berdasarkan kemampuan logika atau bahasa
saja, namun memiliki kecerdasan-kecerdasan
lain yang selama ini tidak menjadi perhatian.
Kecerdasan tidak dilihat sebagai berhasil
dengan baik mengerjakan tes atau mengingat
sejumlah tugas tertentu, namun sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah dan
menghasilkan sesuatu yang berharga dalam
lingkungannya20.
Kepemimpinan multiintelegensi
bukanlah harga mati yang terbawa sejak lahir,
tetapi kemampuan ini dapat dipelajari,
diajarkan, dan ditingkatkan, sebab kemampuan
ini dapat muncul dalam berbagai tingkat dalam
otak atau pikiran sesuai dengan kebutuhan
kita21
Dengan demikian, kepemimpinan
multiintelegensi merupakan sejumlah
kemampuan pada seseorang dalam
memecahkan suatu masalah yang tidak hanya
berkaitan dengan berhasil atau tidaknya dalam
melakukan sesuatu, tetapi juga meliputi
kemampuan membentuk suatu tim,
kemampuan untuk mengatur anggota dalam
19 Yatim Riyanti, Paradigma Baru Pembelajaran.
(Jakarata: Prenada Media Group, 2010), 8
20 Yatim Riyanti, Paradigma Baru Pembelajaran…, 8
21 Yatim Riyanti, Paradigma Baru Pembelajaran…, 8.
kelompok guna bersama-sama memecahkan
masalah yang sulit sehingga tercapai tujuan
bersama.
Menurut Delfi, Refny
mengatakan bahwa multiintelegensi
dalam kepemimpinan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Intelegensi linguistik
Kemampuan menggunakan kata secara
efektif, baik secara lisan (misalnya
pendongeng, orator, atau politis) maupun
tertulis (misalnya sastrawan, penulis drama,
editor, wartawan). Kecerdasan ini meliputi
kemampuan tata bahasa atau struktur, fonologi,
semantik dan pragmatik22. Ciri-ciri yang
menonjol yaitu biasanya senang membaca,
pandai bercerita, senang menulis cerita atau
puisi, senang belajar bahasa asing, mempunyai
perbendaharaan kata yang baik, pandai
mengeja, suka menulis surat atau e-mail,
senang membicarakan ide-ide dengan teman-
temannya, memiliki kemampuan kuat dalam
mengingat nama atau fakta, menikmati
permainan kata (mengutak-atik kata, kata-kata
tersembunyi, teka-teki silang, bolak-balik kata,
plesetan atau pantun) dan senang membaca
tentang ide-ide yang menarik minatnya23.
b. Intelegensi Matematis-Logis
Kemampuan menggunakan angka
dengan baik seperti matematika, akuntan dan
statistic dan melakukan penalaran yang benar
misalnya, sebagai ilmuwan atau ahli logika24.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola
hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi
logis dan abstraksi lain.
Seseorang dengan kecerdasan matematis
logis yang tinggi biasanya memiliki
ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati
ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan
matematika dalam benaknya, suka
memecahkan misteri, senang menghitung, suka
22 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda…, 12 23 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 34. 24 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 12
6206 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
membuat perkiraan, menerka jumlah (seperti
menerka jumlah uang logam dalam sebuah
wadah), mudah mengingat angka-angka serta
skor-skor, menikmati permainan yang
menggunakan strategi seperti catur atau games
strategi, memperhatikan antara perbuatan dan
akibatnya (yang dikenal dengan sebab-akibat),
senang menghabiskan waktu dengan
mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki
logika, senang menemukan cara kerja
komputer, senang mengelola informasi
kedalam tabel atau grafik dan mereka mampu
menggunakan komputer lebih baik25.
c. Intelegensi Kinetis-Jasmani
Kemampuan menggunakan seluruh tubuh
untuk mengekspresikan ide dan perasaan
seperti sebagai aktor, pemain pantonim, atlet,
atau penari dan keterampilan menggunakan
tangan untuk menciptakan atau mengubah
sesuatu seperti sebagai perajin, mekanik dan
dokter bedah26. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik,
seperti koordinasi, keseimbangan,
keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan
kecepatan maupun kemampuan menerima
rangsangan (proprioveptive) dan hal-hal yang
berkaitan dengan sentuhan (tactile & haptic)
Seseorang yang memiliki kecerdasan
dalam memahami fisik/jasmani cenderung suka
bergerak dan aktif, mudah dan cepat
mempelajari keterampilan-keterampilan fisik
serta suka bergerak sambil berpikir, mereka
juga senang berakting, senang meniru gerak-
gerik atau ekspresi teman-temannya, senang
berolahraga atau berprestasi dalam bidang
olahraga tertentu, terampil membuat kerajinan
atau membangun model-model, luwes dalam
menari, senang menggunakan gerakan-gerakan
untuk membantunya mengingat berbagai hal27..
d. Intelegensi Musikal
25 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 34. 26 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 13 27 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 35.
Kemampuan menangani bentuk-bentuk
musical, dengan cara mempersepsi (misalnya
pemikat music), membedakan (misalnya
sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya,
sebagai composer), dan mengekspresikan
(misalnya sebagai penyanyi)28. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan pada, irama, pola titik nada
atau melodi, dan warna nada atau warna suara
suatu lagu
Seseorang yang memiliki kecerdasan
dalam bermusik biasanya senang menyanyi,
senang mendengarkan musik, mampu
memainkan instrumen musik, mampu
membaca not balok/angka, mudah mengingat
melodi atau nada, mampu mendengar
perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda
yang dimainkan bersama-sama, suka
bersenandung/bernyanyi sambil berpikir atau
mengerjakan tugas, mudah menangkap irama
dalam suara-suara disekelilingnya, senang
membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya
(bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan
jari atau menghentakkan kaki), senang
mengarang/menulis lagu-lagu atau rap-nya
sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta
dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta
tersebut29.
e. Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal yaitu
kemampuan seseorang dalam mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi,
serta perasaan orang lain30. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara,
gerak isyarat; kemampuan membedakan
berbagai macam tanda interpersonal; dan
kemampuan menanggapi secara efektif tanda
tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu
(misalnya mempengaruhi sekelompok orang
untuk melakukan tindakan tertentu).
Seseorang memiliki kecerdasan dalam
memahami sesama biasanya ia suka mengamati
28 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 13 29 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 35. 30 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 13
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6207 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
sesama, mudah berteman, suka menawarkan
bantuan ketika seseorang membutuhkan,
menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta
percakapan yang hangat dan mengasyikkan,
senang membantu sesamanya yang sedang
bertikai agar berdamai, percaya diri ketika
bertemu dengan orang baru, suka mengatur
kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan
teman-temannya, mudah menerka bagaimana
perasaan sesamanya hanya dengan mengamati
mereka, mengetahui bagaimana cara membuat
sesamanya bersemangat untuk bekerja sama
atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam
hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja
dan belajar bersama ketimbang sendirian, dan
senang bersukarela untuk menolong sesama31.
f. Intelegensi Intrapersonal
Intelegensi intrapersonal yaitu
Kemampuan memahami diri sendiri dan
bertindak berdasarkan pemahaman tersebut32.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan
memahami diri yang akurat. (kekuatan dan
keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati,
maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan.
Serta kemampuan berdisplin diri, memahami
dan menghargai diri.
Seseorang yang memiliki kecerdasan
dalam memahami diri sendiri biasanya lebih
suka bekerja sendirian daripada bersama-sama,
suka menetapkan serta meraih sasaran-
sasarannya sendiri, mengetahui bagaimana
perasaannya dan mengapa demikian dan
seringkali ia menghabiskan waktu hanya untuk
merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal
yang penting baginya. Dengan kecerdasan
intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang
yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana
dia tidak terlalu mahir. Orang seperti ini
biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia
31 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 35. 32 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 14 33 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 36. 34 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 14
sangat senang memikirkan masa depan dan
cita-citanya di suatu hari nanti33.
g. Intelegensi Naturalis
Intelegensi naturalis yaitu kemampuan
mengenali dan mengategorikan spesies flora
dan fauna di lingkungan sekitar34. Kecerdasan
ini meliputi kepekaan pada fenomena alam
lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-
gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di
lingkungan perkotaan, kemampuan
membedakan benda hidup dan benda tak hidup.
Seseorang yang memiliki kecerdasan
dalam memahami alam biasanya suka binatang,
pandai bercocok tanam dan merawat kebun di
rumah atau di lingkungannya, peduli tentang
alam serta lingkungan. Selain itu ia juga senang
berkemah atau mendaki gunung di alam bebas,
senang memperhatikan alam dimanapun dia
berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan
acara yang berbeda-beda35.
h. Intelegensi Spiritual
Intelegensi spritual yaitu kemampuan
dalam meyakini mengaktualisasikan akan
sesatu yang bersifat transenden atau
penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan,
keyakinan akan kebesaran Tuhan36. Pengertian
lain intelegensi spritual yaitu kemampuan yang
berhubungan dengan pengakuan adanya Tuhan
sebagai pencipta alam semesta beserta isinya37.
Kecerdasan ini meliputi kesadaran suara hati,
internalisasi nilai, aktualisasi, dan keikhlasan.
Misalnya menghayati batal dan haram dalam
agama, toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan
akan takdir baik dan buruk.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
kepemimpinan multi intelegensi merupakan
kemampuan yang ada pada diri seorang
pemimpin yang tidak hanya mencakup
kemampuan dalam linguistik (bahasa), tetapi
juga memiliki kemampuan lainya yang
35 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 36. 36 Delfi, Refny, Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences). (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), 12 37 Armstrong, T, Sekolah Para Juara : Menerapkan
Multiple Intelegences di Dunia Pendidikan. (Bandung : Kaifa,
2002), 51.
6208 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
menunjang keterlaksanaan kepemimpinannya
seperti kemampuan spritual, kemampuan
tematis, kemampuan jasmani dan kemampuan
retorikan atau kemampuan berikir yang kritis
dalam mengadapi setiap persoalam dalam
kepemmimpinannya.
Kemampuan majemuk (multi intelegensi)
yang dimiliki masing-masing orang tersebut di
atas merupakan potensi intelektual seseorang
untuk dapat mengikuti proses pembelajaran.
Sebab pembelajaran merupakan suatu proses
pengembangan kognitif, afektif dan
psikomorik, ketika seseorang berada pada
lingkungan. Selain itu, pembelajaran juga
merupakan proses pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru
pada saat seseorang berintegrasi dengan
informasi dan lingkungan, sehingga hal
tersebut sangat erat kaitannya dengan
kemampuan multi intelegensi seseorang.
3. Pengembangan Lembaga
Pendidikan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral seseorang yang sesuai
dengan kebutuhan yang melalui pendidikan dan
kebutuhan38. Sedangkan menurut Andrew F.
Sikula mendefinisikan pengembangan adalah
suatu proses pendidikan jangka penjang
mengunakan prosedur yang sistematis dan
terorganisasi dengan manajemen belajar
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk
tujuan umum39.
Adapun lembaga menurut kamus besar
bahasa indonesia adalah bakal dari sesuatu, asal
mula bakal menjadi sesuatu, bentuk, wujud,
rupa, acuan, ikatan, badan atau organisasi yang
mempunyai tujuan jelas terutama dalam bidang
keilmuan40. Dalam undang-undang no. 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
38 Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan
Islam ,(Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2008, .221 39 Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan
Islam…, 221 40 Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan
Islam…, 222
dan mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di
perlukan dirinya dan masyarakat. Islam adalah
agama yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir
untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia
hingga akhir zaman41.
Jadi, dapat dipahami bahwa
pengembangan lembaga-lembaga pendidikan
islam merupakan pikiran hal setempat yang
dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan suatu
masyarakat islam dan perkembangannya yang
digerakkan oleh jiwa islam dan berpedoman
kepada ajaran-ajarannya dan tujuan-tujuannya.
Secara terminology lembaga pendidikan
Islam adalah suatu wadah, atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam,
lembaga pendidikan itu mengandung konkrit
berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-
norma dan peraturan- peraturan tertentu, serta
penanggung jawab pendidikan itu sendiri.
Reformasi di Indonesia seakan menjadi cahaya
impian yang akan memberikan banyak
perubahan kehidupan bagi bangsa ini,
khusunya pada sektor pendidikan. Akan tetapi,
apa yang terjadi kemudian, justru pendidikan di
bumi Indonesia semakin menjadi problem baru,
yakni lahirnya ambiguisitas dalam wilyah
pendidikan yang terus berjalan di Indonesia.
Kondisi ironis pendidikan tersebut adalah
mengenai goal setting yang ingin dicapai
system pendidikan42.
Gambaran riil adalah lahirnya tipe
mechanic student di mana setiap peserta didik
sudah diposisikan pada orientasi pasar sehingga
pendidikan bukan lagi berbasis keilmuan dan
41 Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan
Islam…, 223 42 Kependidikan Islam, Vol.1. No.2, Agustus 2003-Januari
2004
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6209 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
kebutuhan bakat peserta didik. Selain itu,
munculnya mitologi ruang pendidikan yang
dikukuhkan dengan ritual pendidikan. Artinya,
anak bangsa dihadapkan pada ritual kompetisi,
pemilihan sekolah favorit, penyuguhan uang
“persembahan”, pemakaian seragam baru,
pembelian “ramuan-ramuan” buku-buku paket
baru, dan segudang ritual lain. Muncul,
ambiguisitas kebijakan pemerintah yang
sebenarnya sebagai pengelola potensi anak
bangsa, namun pemerintah justru menjadi
penjaga mitos pendidikan. Pemerintah dengan
sangat percaya diri memilih posisi lebih
berpihak pada kelangan elite, maka muncul
adigium lelang pendidikan43.
Pendidikan Islam juga dihadapkan dan
terperangkap pada persoalan yang sama,
bahkan apabila diamati dan kemudian
disimpulkan pendidikan Islam terkukung dalam
kemunduran, keterbelakangan, ketidak
berdayaan, dan kemiskinan, sebagaimana pula
yang dialami oleh sebagian besar negara dan
masyarakat Islam dibandingkan dengan mereka
yang non Islam. Katakan saja, pendidikan Islam
terjebak dalam lingkaran yang tak kunjung
selesai yaitu persoalan tuntutan kualitas,
relevansi dengan kebutuhan, perubahan zaman,
dan bahkan pendidikan apabila diberi “embel-
embel Islam”, dianggap berkonotasi
kemunduran dan keterbelakangan, meskipun
sekarang secara berangsur-angsur banyak
diantara lembaga pendidikan Islam yang telah
menunjukkan kemajuan.
Tetapi pendidikan Islam dipandang selalu
berada pada posisi deretan kedua atau posisi
marginal dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia. Dalam Undang- Undang sistem
pendidikan nasional menyebutkan pendidikan
Islam merupakan sub-sistem pendidikan
nasional. Jadi sistem pendidikan itu satu yaitu
memanusiakan manusia, tetapi pendidikan
memiliki banyak wajah, sifat, jenis dan jenjang
pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat,
43 Ahmad Baharuddin, Managemen Pendidikan (Jakarta,
2007), 7 44 Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan
Nasional dalam Abad 21, (Jakarta, 2003), 23
madrasah , madrasah, program diploma,
sekolah tinggi, institusi, universitas, dsb], dan
hakekat pendidikan adalah mengembangkan
harkat dan martabat manusia, memanusiakan
manusia agar benar-benar mampu menjadi
khalifah44.
Diantara cita-cita bangsa Indonesia di era
reformasi adalah ingin membangun suatu
masyarakat madani ala Indonesia yang
disepadankan dengan civil society, upaya untuk
mewujudkan cita-cita tersebut pendidikan
Islam diasumsikan mempunyai peran strategi
dengan membangun sistem pendidikan yang
mampu mengembang sumber daya manusia
berkualitas yang dilandasi dengan nilai-nilai
illahiyah, insyaniyah, masyarakat, lingkungan
dan berbudaya. Berbagai strategi yang harus
ditempuh didalam pendidikan Islam, ini akan
ditemukan pokok-pokok pikiran pembaharuan
pendidikan Islam yang dapat mengantarkan
dalam membangun masyarakat madani
Indonesia tersebut45.
Adapun tantangan lembaga pendidikan
islam di madrasah yaitu sebagai berikut:
1. Politik. Suatu lembaga pendidikan yang
tidak bersedia mengikuti politik negara,
akan mendapatkan tekanan (presure)
terhadap cita-cita kelembagaan dari
politik tersebut.
2. Kebudayaan. Suatu perkembangan
kebudayaan dalam abad modern saat ini
tidak dapat terhindar dari pengaruh
kebudayaan bangsa lain.
3. Iptek. Teknologi sebagai ilmu terapan
merupakan hasil kemajuan kebudayaan
manusia, yang banyak bergantung pada
manusia yang menggunakannya, dan
lembaga pendidikan kita dituntut agar
mampu mendasari teknologi tersebut
dengan norma-norma agama sehingga
hasil teknologi manusia berdampak
positif bagi kehidupan.
45 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam
(Jakarta, 2001), 17 Jakarta
6210 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
4. Ekonomi. Ekonomi merupakan tolak
punggung kehidupan bangsa yang dapat
menentukan maju mundurnya suatu
proses pembudayaan bangsa..
5. Masyarakat dan Perubahan Sosial.
Perubahan yang terjadi dalam sistem
kehidupan sosial sering kali mengalami
ketidakpastian tujuan serta tak terarah
tujuan yang disepakati. Sehingga
dibutuhkan pemimpin sebagai pengarah
yang rasional dan konstruktif.
6. Sistem Nilai. Sistem nilai dijadikan tolak
ukur bagi tingkah laku manusia dalam
masyarakat yang mengandung potensi
pengendali, namun sekarang perubahan
itu menghilangkan nilai tradisi yang ada,
lembaga pendidikan di sini sangat
diperlukan karena salah satu fungsi
lembaga pendidikan yaitu mengawetkan
sistem nilai yang telah dikembangkan
oleh masyarakat46.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
tantangan lembaga pendidikan islam di
madrasah tidak hanya menyangkut masalah
politik, tetapi juga masalah budaya, iptek,
ekonomi, perubahan sosial dan sistem nilai atau
pedoman hidup yaitu nilai-nilai dasar ajaran
islam itu sendiri.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
karena penelitian ini berupaya untuk
menggambarkan dan mendeskripsikan
penomena yang terjadi sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya di lapangan. Menurut Bogdan
dan Taylor dalam buku Moleong bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian
kualitatif data yang diperoleh bersifat alamiah,
dimana peneliti sebagai instrumen kunci
dengan analisis data bersifat induktif dan hasil
46 Van Hoeve, Ensiklopedi Inonesia, (Jakarta : PT. Ikhtiar
Baru), 273
penelitian lebih menguatkan makna data yang
sebenarnya dan pasti dari pada generalsasi.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
Ponpes Uswatun Hasanah Cempaka Putih
Lombok Tengah. Kehadiran peneliti dilokasi
penelitian berperan sebagai instrumen kunci
dan menjadi penentu dari semua proses
penelitian di lapangan. Sumber data dalam
penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh
langsung dari informan dan data skunder adalah
data yang tidak langsung diperoleh peneliti dari
subjek penelitiannya. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan observasi, wawancara
dan dokumnetasi. Adapun langkah-langkah
analisis data dilakukan dengan cara reduksi
data, display data dan conclusion drawing.
Untuk mendapatkan keabsahan data lakukan
dengan menggunakan empat cara yaitu
perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, kecukupan referensi. dan
tringulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tipe Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dalam Pengembangan Lembaga
Pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah
Sebagaimana yang telah dijabarkan
dalam hasil penelitian dan temuan bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan
seorang untuk mempengaruhi, mendorong,
mengajak, membimbing dan mengarahkan
atau memaksa orang untuk berbuat dan
terlibat dalam proses kepemimpinan.
Dengan demikian, setiap orang yang
dipimpin diaharapkan aktif dan kreatif
dalam setiap pengambilan keputusan dan
juga dalam mengimplementasikannya
terutama dalam pengembangan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah
Kepemimpinan kepala madrasah
dalam pengembangan lembaga pendidikan
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6211 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
di MTs Negeri 1 Lombok Tengah sangat
dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan yang
diterapkan oleh kepala madrasah itu sendiri,
dimana tipe kepemimpinan yang digunakan
adalah tipe kepemimpinan yang
demokratis. Hal ini sangat penting
dilakukan, sebab kepemimpinan yang
demokratis dan dinamis dapat memberikan
ruang gerak yang luas dalam
mengembangkan sumber daya manusia di
MTs Negeri 1 Lombok Tengahyang lebih
baik dan maju. Selain itu kepemimpinan.
Kaitannya dengan kepemimpinan ini
dijelaskan bahwa kepemimpinan juga diartikan
sebagai suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan
mengendalikan orang lain yang ada
hubungannya dengan pengembangan ilmu
pengetahuan atau pendidikan serta agar
kegiatan yang dilaksanakan lebih efisien dan
efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran47. Kepemimpinan
kepala madrasah dalam pengembangan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tenga merupakan amanah dan tanggung jawab
yang harus dilakukan dengan baik dan
sungguh-sungguh. Sebab pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mampu memberikan
perubahan ke arah yang positif baik sikap,
perilaku maupun pola pikir bawahan sesuai
dengan nilai-nilai ajaran agama Islam dan juga
norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
Salah satu hadits yang berkaitan dengan
kepemimpinan ini dijelaskan dalam hadits
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh imam
bukhori sebagai berikut:
حديث عبدالله بن عمر رضى الله عنه، أنّ رسول الله صلّى
الله عليه وسلّم، قال: كلكّم راع فمسؤل عن رعيتّه، فالأمير
الّذى على النّاس راع وهو مسؤول عنهم، والرّجل راع على
نهم، والمرأة راعية على بيت بعلها أهل بيته وهومسؤل ع
وولده وهى مسؤلة عنهم، والعبد راع على مال سيّده وهو
.مسؤل عنه، ألا فكلكّم راع وكلكّم مسؤل عن رعيتّه
أخرجه البخارى
47 Evendy M. Siregar, Bagaimana Menjadi Pemimpin
Yang Berhasil, (PD. Mari Belajar, Jakarta, 1989), h. 153.
48 M. Nasirudin Al-Bani, Ringkasan Hadits Shohih
Bukhori, (Jakarta: gena Insani, 2005), h. 213
Artinya: Hadits dari Abdullah bin Umar
r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: Semua
kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab
atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir)
pemimpin dan bertanggung jawab atas
rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam
keluarganya dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin
dan bertanggung jawab atas penggunaan harta
suaminya. Seorang pelayan (karyawan)
bertanggung jawab atas harta majikannya.
Seorang anak bertanggung jawab atas
penggunaan harta ayahnya48.
Tipe kepemimpinan kepala madrasah
dalam pengembangan lembaga pendidikan di
MTs Negeri 1 Lombok Tengah juga tidak lepas
dari tugas dan tanggung jawabnya dalam
melakukan setiap tindakan dan perilaku atas
pengambilan keputusan yang dilakukannya
dalam mengembangkan sumber daya manusia
yang ada di madrasah. Oleh sebab, itu ruang
guru sebagai pemimpin tidak hanya
memberikan contoh yang baik tetapi juga
mampu menempatkan seseorang sesuai dengan
tempatnya dan kemampuannya dalam
menjalankan amanah diberikan oleh lembaga
pendidikan MTs Negeri 1 Lombok Tengah itu
sendiri.
Kepemimpinan demokratis adalah salah
satu tipe kepemimpinan dimana kebijakan dan
keputusan disesuaikan dengan kebutuhan
anggota dengan kata lain pemimpin bersama-
sama dengan anggota kelompok ambil bagian
secara aktif di dalam perumusan dan penetapan
kebijakan, keputusan-keputusan penting dan
program kerja lembaga yang dipimpinnya49.
Jadi kepemimpinan yang demokratis bukan
kepemimpinan yang diktator melainkan
sebagai pemimpin yang dinamis, terbuka, mau
menerima pendapat dan masukan dari semua
unsur yang ada, tidak memaksakan pendapat
sendiri
49Dirawat, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan,
(CV. Usaha Nasional: Surabaya, 1989), h. 26
6212 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
Dalam pengembangan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
juga didukung oleh bekal pengetahuan,
kepribadian, interaksi dan kerjasama yang baik
dan juga budi pekerti yang luhur dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
berhasil atau tidaknya kepemimpinan kepala
madrasah dalam pengembangan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
sangat ditentukan oleh kepemimpinan
demokratis yang diterapkan dilingkungan MTs
Negeri 1 Lombok Tengahitu sendiri.
Sebab dengan kepemimpinan yang
demokratis, semua unsur atau sumber daya
manusia yang ada di lembaga pendidikan
seperti MTs Negeri 1 Lombok Tengah ikut
merasa memiliki dan memelihara serta
melestarikan semua potensi yang ada
sehingga kemajuan dalam pengembangan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1
Lombok Tengah dapat dicapai secara
maksimal.
Dalam kepemimpinan tidak ada
asas yang universal, yang nampak ialah
proses kepemimpinan dan pola hubungan
antar pemimpinnya. Fungsi utama
kepemimpinan terletak dalam jenis khusus
dari perwakilan (group representation).
Seorang pemimpin harus mewakili
kelompoknya sendiri. Mewakili
kelompoknya mengandung arti bahwa si
pemimpin mewakili fungsi administrasi
secara eksekutif. Ini meliputi koordinasi
dan integrasi berbagai aktivitas, kristalisasi
kebijaksanaan kelompok dan penilaian
terhadap macam peristiwa yang baru terjadi
dan membawakan fungsi kelompok. Selain
itu seorang pemimpin juga merupakan
perantara dari orang dalam kelompoknya di
luar kelompoknya.50
Jadi, dapat dipahami bahwa tipe
kepemimpinan kepala madrasah dalam
50 Evendy M. Siregar. Bagaimana Menjadi
Pemimpin Yang Berhasil (PD. Mari Belajar, Jakarta, 1989), h.
152.
pengembangan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah dilakukan dengan
tipe kepemimpinan demokratis. Tipe
kepemimpinan ini tidak cukup dengan
hanya menguasai teori kepemimpinan,
tetapi ia juga harus berani tampil dan juga
terampil dalam menerapkan situasi praktis
di lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi
untuk membawa lembaga pendidikan yang
dipimpinnya. Idealnya, seorang pemimpin
di samping memiliki bekal kepemimpinan
tentang ilmu kepemimpinan, juga memiliki
pengalaman serta mampu menerapkannya
dilembaga yang dipimpinnya. Selain itu,
potensi kepemimpinan juaga tidak lepas
dari anugrah dan kelebihan yang Allah Swt
yang diberikan kepada setiap orang
termasuk tipe kepemimpinan kepala
madrasahyang demokratis dalam
mengembangkan lembaga pendidikan di
MTs Negeri 1 Lombok Tengah
Kepemimpinan kepala madrasah
dalam pengembangan lembaga pendidikan
di MTs Negeri 1 Lombok Tengah adalah
menerapkan azas keterbukaaan, artinya
segala bentuk kebijakan yang diterapkan
harus melalui rapat internal dan eksternal.
Internal mengarah pada tatanan para wakil
kepala madrsah (wakamad) sedangkan
eksternal mengacu pada semua guru. segala
bentuk program, jangka pendek, menengah,
dan jangka panjang tetap berkoodinasi
dengan guru, wakamad, komite sekolah,
orang tua/wali dan segenap steakholder
dalam lingkup lembaga madrasah.
Kepemimpinan kepala madrasah
dalam pengembangan lembaga pendidikan
di MTs Negeri 1 Lombok Tengah dilakukan
dengan demokratis karena segala bentuk
kebijakan yang ada harus melalui
kesepakatan bersama dengan tetap
mempertimbangkan kewenangan sesuai
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6213 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
tupoksi sebagai kepala madrasah. Hal ini
bertujuan untuk menyerap aspirasi, ide serta
gagasan dewan guru untuk meningkat mutu
madrasah, baik pada tatanan pembelajaran
maupun ektrakurikuler yang telah
diprogramkan harus seimbang dengan
output yang diharapkan.
Kepemimpinan kepala madrasah dalam
pengembangan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah selama ini tidaklah
terkesan otoriter karena selama ini segala
bentuk kebijakan selalu berkoodinasi dengan
guru, terlebih dalam mengembangkan potensi
madrasah. salah satu contohnya adalah
pembinaan bidang sains, pengembangan bakat,
maupun latihan dasar kepemimpinan dalam
berorganisasi. Sifat yang muncul pada
pimpinan madrasah adalah memiliki komitmen
yang tinggi, teguh pendirian, tegas, disiplin,dan
bertanggungjawab, sedangkan sikapnya tebuka,
egaliter, santun, ramah. Perpaduan keduanya
mengarah pada pengembangan karakter yang
dibiaskan kepada tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan siswa baik di lembaga
pendidikan MTs Negeri 1 Lombok Tengah
maupun dilingkungan masyarakat yang lebih
luas.
Tipe kepemimpinan kepala madrasah
yang demokratis dalam pengembangan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah juga selalu mengedepankan konsep
silaturrahmi kepada bawahannya. Hal ini
terlihat dari cara beliau menyikapi setiap
permasalahan yang muncul di internal lembaga.
Bahkan ketika guru maupun stafnya tidak bisa
menjalankan tugas karena ada acara keluarga
ataupun berhalangan untuk menjalankan tugas
(sakit),beliau langsung menghadiri maupun
mengujungi keberadaan bawahannya (guru dan
staf) sebagai wujud kepeduliannya.
Dalam kepemimpinan demokratis ini
kepala madarsah menjauhi sikap transaksional
dan lebih cenderung pada konsep skill dan
kompetensi. Artinya menempatkan seseorang
51 Yatim Riyanti, Paradigma Baru Pembelajaran…, h.
8
sesuai dengan bidang keahliannya atau dengan
melihat kompetensinya karena pengembangan
madrasah tidak bisa berjalan dengan baik, jika
tidak ditunjang dengan kompetensi yang
dimiliki. Hal ini dijadikan indikator untuk
melihat kemajuan maupun perkembangan
madrasah. Bahkan kepemimpinan demokratis
kepala madrasah dalam pengembangan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah selalu dan sangat pro aktif karena maju
mundur sebuah madrasah sang bergantung pada
pimpinannya.
2. Kepemimpinan Multiintelegensi Kepala
Madrasah Dalam Mengembangkan
Lembaga Pendidikan di MTs Negeri 1
Lombok Tengah
Pada bagian hasil penelitian telah
dijelaskan bahwa kepemimpinan
multiintelegensi merupakan kemampuan ganda
pada diri seseorang. Artinya sesorang
pemimpin tidak hanya memeliki kemampuan
logika, tetapi juga memiliki kemampuan lain
seperti bahasa, seni dan kemampuan lainnya
yang mendukung tercapainya aktivitas yang
dilakukan. Kepemimpinan multiintelegensi
juga memandang bahwa kecerdasan atau
kemsampuan seseorang tidak hanya
berdasarkan kemampuan logika atau bahasa
saja, namun memiliki kecerdasan-kecerdasan
lain yang selama ini tidak menjadi perhatian.
Kecerdasan tidak dilihat sebagai berhasil
dengan baik mengerjakan tes atau mengingat
sejumlah tugas tertentu, namun sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah dan
menghasilkan sesuatu yang berharga dalam
lingkungannya51.
Menurut Howard Gardner dalam buku
Yatim Riyanto mengatakan bahwa
kepemimpinan mulltiintelegensi kemampuan
seseorang dalam memimpin guna untuk
memecahkan masalah atau menciptakan suatu
produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika
6214 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
dihadapkan pada satu masalah, ia memiliki
sejumlah kemampuan untuk memecahkan
masalah yang berbeda sesuai dengan
konteksnya52.
Adapun kepemimpinan
multiintelegensi kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan di
MTs Negeri 1 Lombok Tengah dilakukan
dengan
1. Kemampuan Verbalis/Linguostik
(Berbahasa)
Kemampuan verbalis atau linguistik
merupakan salah satu bagian dari
kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah.
Kemampuan linguistic atau disebut juga
dengan kemampuan berbahasa ini dilakukan
dengan cara menggunakan bahasa atau kata-
kata secara efektif baik secara lisan maupun
tulisan seperti berbahasa yang baik, jelas, tegas
dan santun kepada bawahan dan tidak
menyinggung perasaan bawahannya baik guru,
pegawai maupun siswanya.
Menggukan kemampuan linguistik atau
berbahasa dalam kepemimpinan
multiintelegensi kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah bukankah berarti
tidak boleh tegas, tetapi justru sebaliknya
menggunakan bahasa yang santun namun tegas
dalam sikap, mengandung makna dan
menyentuh hati dan perasaan bawahan yang
dipimpin,
Kaitannya dengan Kemampuan
linguistik atau berbahasa ini dijelaskan bahwa
kemampuan linguistik atau berbahasa adalah
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan
pendapat atau pikirannya melalui bahasa verbal
maupun non verbal53. Kemampuan linguistik
atau berbahasa juga diartikan sebagai
52 Yatim Riyanti, Paradigma Baru Pembelajaran.
(Jakarata: Prenada Media Group, 2010),h. 8
53 Howard Gardner., Multiple Intelligent, New York:
Basic Books, 1993
kemampuan menggunakan bahasa untuk
menyampaikan ide, pendapat, gagasan atau
hasil pemikiran baik dalam bentuk lisan dan
tulisan54.
Seseorang yang memiliki kecerdasan
linguistik di atas rata-rata memiliki kemampuan
spesial dalam hal membuat karya tulis,
berbicara di depan umum, berinteraksi dengan
orang baru, dan juga memiliki kemampuan
mengingat kata (nama) dengan baik.
Kemampuan linguistik atau berbahasa juga
merupakan salah satu dari beberapa jenis
kecerdasan yang ada dalam diri manusia.
Kemampuan linguistik atau berbahasa
memiliki keunikan tersendiri sehingga orang
yang memiliki kemampuan tersebut sangat
mudah dikenali. Karakteristik yang bisa dilihat
dengan mudah membuatnya sangat menonjol
dibandingkan orang lain.
Kemampuan linguistik atau berbahasa
dalam kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
tentu sangat membantu dalam berinteraksi
dengan orang banyak. Mencari solusi atas
masalah yang dihadapi dengan cara membaca
dan Menyampaikan ide, solusi serta gagasan
baru dengan sangat baik.
Dengan demikian, kemampuan
linguistik atau berbahasa dalam kepemimpinan
multiintelegensi kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah merupakan
kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap
arti kata, urutan kata, suara, dan intonasi dari
kata yang di ucapkan. Sehingga kecerdasan
linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa
dan dalam halpenggunaannya
2. Kemampuan Logika
54 https://www.kata.co.id/Pengertian/Kecerdasan-
Linguistik, diakses pada tanggal 23 Oktober 2018
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6215 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
Kemampuan logika juga meruakan
salah satu dari kepemimpinan multiintelegensi
kepala madrasah dalam mengembangkan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah. Kememapuan logika ini merupakan
salah satu kemampuan kepala madrasah dalam
memecahkan berbagai masalah atau persoalan
yang muncul atau timbul dalam melakukan
mengembangkan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah seperti masalah guru,
siswa, sarana, media, sikap dan perilaku siswa,
kenakalan siswa dan masalah-masalah lainnya
yang timbul dalam lembaga pendidikan ini.
Kaitannya dengan kemampuan logika
ini dijelaskan bahwa kemampuan logika adalah
kemampuan menggunakan anggka dengan baik
dan melakukan penalaran yang benar.
Kemampuan ini, meliputi kemampuan
menyelasaikan masalah, mengembangkan
masalah, dan menciptakan sesuatu dengan
angka dan penalaran, cerdas secara matematis-
logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam
hukum logika berpikir dan penalaran55.
Kemampuan logika dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari pikiran yang
dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat logika
adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk
berpikir lurus (tepat). Logika merupakan ilmu
dan kecakapan menalar. Dengan kata lain
logika adalah kegiatan pikir atau akal budi
manusia56. Untuk menentukan asal mula dari
apa yang sekarang kita kenal sebagai logika,
dimana logika mencakup masalah tentang
analisa dari argumen, dan dengan memahami
kejelasan dari ungkapannya, mencoba untuk
menemukan hukum-hukum yang mampu
memberikan kepastian kepada keyakinan kita
akan kesahihan atau validitasnya
Dengan kemampuan logika ini
diharapkan dapat diselesaikan setiap
permasalahan yang dihadapi dengan baik.
Memberikan alternative jawaban atau
pemecahan masalah dengan menggunakan ide-
ide atau pikiran yang logis dan dapat diterima
55 Tadkirotun Musfiroh, Psikolinguistik Educational
Psiolinguistik untuk Pendidikan Bahasa (Jakarta, 20008), h. 3
oleh para bawahan. Hal ini menjdi penting
dilakukan karena dalam lembaga pendidikan
seperti lembaga pendidikan di MTs Negeri 1
Lombok Tengah banyak persoalan atau
masalah yang muncul seperti masalah
kompetensi guru, ketidakdisiplinan guru,
kenakalan siswa, kurangnya sarana, media,
sikap dan perilaku siswa, kenakalan siswa dan
lainnya dimana kesemuanya ini membutuhkan
solusi dan cara penyelesaikan yang logis,
realistis, rasional, terencana, bertahap dan
berkesinambungan.
3. Kemampuan Seni
Kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
juga dilakukan dengan menggunakan
kemampuan seni, sebab kepemimpinan itu
sendiri adalah seni dan indah. Artinya dalam
memimpin dan mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
haruslah dimulai dari hati (niat) yang baik dan
bersih yaitu dengan mengedepankan cara yang
menyenangkan, menyentuh hati dan perasaan,
santun dalam perkataan dan tegas dalam sikap
namun tidak menyinggung hati bawahan atau
hati orang lain
Kaitannya dengan kemampuan seni
dalam kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah guna mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
dijalskan bahwa Kepemimpinan merupakan
“seni” mempengaruhi orang lain, dimana
seorang pemimpin diharapkan memiliki
kemampuan untuk memimpin mengarahkan
“orang lain” supaya maju dalam meraih dan
mewujudkan tujuan-tujuan yang diharapkan
dan yang ingin dicapai bersama. Seorang
pemimpin juga merupakan bagian dari anggota
karyawan yang tidak bisa dipisahkan. Apa yang
menjadi tanggung jawab pemimpin harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga
seorang pemimpin mampu menjadikan dirinya
sebagai suri tauladan dan panutan bagi orang-
56 Tadkirotun Musfiroh, Psikolinguistik Educational
Psiolinguistik untuk Pendidikan…, h. 3
6216 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
orang yang dipimpinnya dalam rangka meraih
tujuan bersama57.
Jadi, kepemimpinan multiintelegensi
kepala madrasah dalam mengembangkan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah dapat dilakukan dengan cara-cara yang
seni, indah dan menyenangkan dalam
mempengaruhi orang lain untuk bekerja
mencapai tujuan bersama. Termasuk menyimak
dan memperhatikan apa yang menjadi keluh
kesah bawahan, memberikan respon dan
keteladanan, memecahkan masalah bersama
atau musyawarah mufakat dan membangun
komunikasi yang baik dengan bawahan.
4. Kemampuan spritual
Kemampuan spiritual merupakan salah
satu dari kepemimpinan multiintelegensi
kepala madrasah dalam mengembangkan
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah. Dalam implementasinya
kemmampuan spritual kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah dilakaukan dengan
cara melakukan kegiatan pembinaan
keagamaan dimadrasah guna menanamkan
nilai-nilai dasar ajaran agama islam yaitu
aqidah yang benar dan nilai-nilai akhlaku
karimah yang dapaat dijadikan sebagai
pegangan dan pedoman dalah kehidupan
sehari-hari.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan
keagamaan sebagai implementasi dari
kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
dilakukan dengan cara melakukan berbagai
kajian atau tema ceramah agama yang berkaitan
dengan etika/moral atau akhlak seperti
kewajiban berbakti kepada orang tua,
pentingnya menuntut ilmu pengetahuan dan
cara bergaul dalam kehidupan sehari-hari
seperti sikap saling, menghargai, saling
menghormati, saling mengasihi dan menyangi
57https://www.beastudiindonesia.net/kepemimpina
n-seni/diakses pada tanggal 1 Oktober 2018
antar sesama serta toleransi dalam beragama.
Dalam majlis ta’lim, yaitu suatu perkumpulan
yang dilakukan untuk mengkaji ilmu agama
yang wujudnya berupa pengajian dan
peringatan hari besar Islam seperti nuzulul
qur’an yang dilakukan pada bulan ramadhan,
sehingga mereka dapat menghayati dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
dalam bentuk sikap dan prilaku.
Selain itu, pelaksanaan pembinaan
keagamaan dilakukan dengan melakukan imtaq
dalam bentuk latihan ceramah agama yang
dilakukan 1 kali dalam seminggu secara
bergiliran oleh masing-masing siswa dan juga
oleh guru, pesantren kilat, Majlis ta’lim. Dalam
hal ini kagiatan dilakukan dalam bentuk
pengajian dengan mengundang tuan guru dan
uztad, Ceramah agama pada masing-masing
kelas secara bergiliran
Kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
juga dilakukan melalui keteladanan ini
dilakukan dengan cara memberikan contoh
yang baik kepada bawahan baik dalam
bersikap, berbicara, sopan santun maupun
dalam etika berpakaian di madrasah. Dengan
kata lain kepemimpinan kepala madrasah
sebagai teladan harus bisa digugu dan ditiru
atau bisa memberi contoh dan bisa jadi contoh
baik di lingkungan madrasah maupun di luar
lingkungan madrasah atau masyarakat yang
lebih luas.
Kaitannya dengan keteladanan ini
dijelaskan bahwa keteladanan adalah
keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang
artinya sesuatu (perbuatan) yang patut ditiru
atau dicontoh58. Dalam bahasa Arab
“keteladanan” diungkapkan dengan
kata“uswah”dan “qudwah” yang berarti
“pengobatan dan perbaikan”.Terkesan lebih
luas pengertian yang diberikan oleh Al-
Ashfani, yang dikutip oleh Armai Arief, bahwa
58 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indoneia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1982), h.1036
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6217 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
menurut beliau “al-uswah” dan “al-
iswah”sebagaimana kata “alqudwah” dan
“alqidwah” berarti “suatukeadaan ketika
seorang manusia mengikuti manusia lain,
apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan,
atau kemurtadan”.59
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keteladanan seorang pemimpin adalah sikap
dan tingkah laku, ucapan maupun perbuatan
yang sifatnya mendidik, dapat ditiru dan
diteladani oleh anak didiknya. Keteladanan
merupakan faktor yang sangat penting untuk
membentuk sikap baik atau buruknya pada
bahwan atau orang yang dipimpin.
Kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
juga tidak lepas dari beberapa kegiatan
pengelolaan penting lainnya yaitu pengelolaan
kurikulum dengan cara membuat silabus
terlebih dahulu dengan tetap mengacu pada
standar isi dan standar kompetensi lulusan yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
Kaitannya dengan kurikulun ini
dijelaskan bahwa kurikulum adalah sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu ijazah atau tingkat60. Jadi,
kurikulum merupakn seperangkat mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
selama mengikuti proses pendidikan pada
jenajang pendidikan tertentu di MTs Negeri 1
Lombok Tengah.
Selain itu, kepemimpinan
multiintelegensi kepala madrasah dalam
mengembangkan lembaga pendidikan di MTs
Negeri 1 Lombok Tengah juga dilakukan
manajemen proses belajar mengajar dilakukan
dengan cara terencana dan sistematis seperti
waktu belajar dilakukan dengan full. Kaitannya
59 Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi
Pendidikan Islam, (Ciputat Pers, Jakarta, 2002), h. 117
60Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Madrasah , Madrasah dan Perguruan Tinggi
(PT. Raja Grapindo persada: Jakarta, 2010), h. 2
dengan proses belajar mengajar tersebut di atas,
dijelaskan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar, guru
dan anak didik memiliki posisi dan tugas serta
tanggung jawaab yang berbeda untuk mencapai
tujuan, dimana guru bertugas dan bertanggung
jawab untuk mengantarkan anak didik kearah
kedewasaan dengan memberikan sejumlah
pengetahuan dan bimbingan. Sedangkan anak
didik dalam proses belajar mengajar perupaya
dan berusaha untuk mencapai tujuan belajar
dengan bantuan dan bimbingan dari guru61.
Lebih jauh dijelaskan bahwa proses belajar-
mengajar ini juga dijelaskan bahwa proses
belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
pendidikan dan segala sesuatu yang telah
diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses
belajar-mengajar62.
Kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
dilakukan dengan cara memanfaat dan
menfungsikan sumua unsur sesuai dengan
bidang keahliannya masing-masing. Adapun
jumlah pendidik yaitu jenjang pendidikan rata-
rata SI sebanyak 40 orang dan S2 sebanyak 10
orang. Jumlah guru tersebut cukup memadai
dan sudah memenuhi standar kelayakan.
Kaitannya dengan pendidik ini dijelaskan
bahwa
Guru (tenaga pendidik) adalah orang
yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing, dimana dia tidak hanya
bertanggung jawab menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik secara
profesional tetapi juga bertanggung jawab
membentuk keperibadian (moral/akhlak) anak
didik bernilai tinggi63. Jadi, dapat dipahmi
bahwa guru merupakan orang yang memegang
amanah dan tanggung jawab untuk mendidik,
61 Saeful Bahri, Djamarah, Guru dan Anak Didik
Dalam Interaksi Edukatif...., hal.11
62 Saeful Bahri, Djamarah, Guru dan Anak Didik
Dalam Interaksi Edukatif...., hal.18
63 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam….,h. 36
6218 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
membimbing dan mengarahkan peserta didik
secara profesional, agar memiliki pengetahuan,
keterampilan dan budi pekerti yang luhur
berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Kepemimpinan multiintelegensi kepala
madrasah dalam mengembangkan lembaga
pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok Tengah
juga dilakukan dengan cara memanfaatkan dan
memfungsikan semua sarana yang ada sesuai
dengan manfaat dan fungsinya masing-masing
secara efektif dan efesien seperti ruang
pimpinan madrasah, ruang belajar, ruang guru,
musalla, ruang komputer, ruang perpustakaan
dan sarana lainnya.
Penentuan standar mutu kelulusan di
lembaga pendidikan di MTs Negeri 1 Lombok
Tengah juga dilakukan seperti ketuntasan
belajar pada semua atau masing-masing mata
pelajaran yaitu 75. Kaitannya dengan standar
mutu kelulusan ini dijelaskan bahwa standar
mutu kelulusan adalah kemampuan lembaga
pendidikan dalam mendayagunakan sumber-
sumber pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan dan hasil belajar yang berkualitas
dan seoptimal mungkin64. Jadi standar mutu
dalam hal ini memanfaatkan dan
memfungsikan semua sumber daya yang ada
sehingga diperoleh mutu pendidikan dan mutu
kelulusan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmad Baharuddin, 2007, Managemen
Pendidikan, Jakarta: Gena Insani.
[2] Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu
Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Pers, Jakarta
[3] Armstrong, T, 2002, Sekolah Para Juara-
Menerapkan Multiple Intelegences di
Dunia Pendidikan, Bandung: Kaifa.
[4] Delfi, Refny, 2007, Kecerdasan Ganda
(Multiple Intelligences), Jakarta:
Universitas Terbuka.
64 Mujamil, Qomar, Manajemen Pendidikan Islam....,
h. 206
[5] Dirawat, 1989, Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan, Surabaya: CV. Usaha
Nasional.
[6] Evendy M. Siregar, 1989, Bagaimana
Menjadi Pemimpin Yang Berasil, Jakarta:
PD. Mari Belajar.
[7] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto,
1982, Pengantar Operasional
Administrasi Pendidikan, Surabaya:
Usaha Nasional.
[8] Howard Gardner., 1993, Multiple
Intelligent, New York: Basic Books.
[9] https://www.beastudiindonesia.net/kepe
mimpinan-seni/diakses pada tanggal 1
Oktober 2018
[10] https://www.kata.co.id/Pengertian/Kecer
dasan-Linguistik, diakses pada tanggal 23
Oktober 2018
[11] Hujair AH. Sanaky, 2001, Paradigma
Pendidikan Islam, Jakarta: Balai Pustaka.
[12] M. Nasirudin Al-Bani, 2005, Ringkasan
Hadits Shohih Bukhori, Jakarta: Gena
Insani.
[13] Mastuhu, 2003, Menata Ulang Pemikiran
Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad
21, Jakarta.
[14] Minnah El Widdah dkk, 2012,
Kepemimpinan Berbasis Nilai dan
Pengembangan Mutu Madrasah,
Bandung: PT Al Fabet.
[15] Muhaimin, 2010, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Madrasah, Madrasah dan Perguruan
Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grapindo
Persada.
[16] Mujib Abdul dan Mudzakkir Jusuf, 2008,
Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
[17] Purwanto, Ngalim, 2005, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Bandung:
Rosda Karya.
ISSN 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) 6219 …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.16 No.1 Agustus 2021 Open Journal Systems
[18] Tadkirotun Musfiroh, 2008,
Psikolinguistik Educational
Psiolinguistik untuk Pendidikan Bahasa,
Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.
[19] Tim Penulis, 2007, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa
Depdiknas Balai Pustaka.
6220 ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online) …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Vol.16 No.1 Agustus 2021 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Open Journal Systems
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN