ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri...

9
ISSN : 1858-330X JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 69 IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST DI KABUPATEN MAROS DENGAN MEGGUNAKAN CITRA LANDSAT-7 ETM+ Palloan, P., Zylshal Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Daerah karst dicirikan oleh morfologi permukaan berupa bukit-bukit kerucut (conical hills), depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry valley) dan banyak dijumpai sungai-sungai bawah tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh struktur geologi berupa pengekaran (joint) karena umumnya kars terbentuk pada daerah berbatuan karbonat (gamping, dolomit, atau gypsum). Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi morfologi dan struktur geologi di kawasan karst menggunakan data citra penginderaan jauh, yaitu citra Landsat-7 ETM+. Lokasi penelitian mengambil tempat di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian meliputi pengolahan citra Landsat-7 ETM+ dan analisa Sistem Informasi Geografi (SIG). Pengolahan citra meliputi proses koreksi geometrik dan radiometrik, penghitungan nilai OIF, fusi kanal, pembuatan citra komposit warna, dan pemilteran spasial. Analisa SIG yang dilakukan meliputi analisis overlay dan perhitungan kerapatan morfologi yang teridentifikasi. Metode penelitian meliputi pengolahan citra Landsat-7 ETM+ dan analisa Sistem Informasi Geografi (SIG). Pengolahan citra meliputi proses koreksi geometrik dan radiometrik, penghitungan nilai OIF, fusi kanal, pembuatan citra komposit warna, dan pemfilteran spasial. Analisa SIG yang dilakukan meliputi analisis overlay dan perhitungan kerapatan morfologi yang teridentifikasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa morfologi karst yang teridentifikasi di kawasan Karst Kabupaten Maros, meliputi karst menara (tower Karst), dan lembah kering (dry valley), serta struktur geologi berupa struktur kekar. Hasil analisis kerapatan morfologi dan struktur menunjukkan bahwa daerah kars di Kabupaten Maros terbagi dalam tiga daerah yang mempunyai tingkat perkembangan berbeda-beda, yaitu 1) Kars Bantimurung, Simbang, Mallawa termasuk daerah kars berkembang baik, 2) Kars Tompobulu dan Tanralili dan termasuk daerah kars berkembang sedang dan 3) Kars Cenrana dan Camba, termasuk daerah kars tidak berkembang. KATA KUNCI : citra, karst, morfologi, struktur geologi I. PENDAHULUAN Keberadaan kawasan karst di Indonesia, dewasa ini dianggap memiliki nilai-nilai yang sangat strategis. Di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, luas kawasan karst mencapai hampir 20% dari total luas wilayah. Nilai-nilai strategis yang dimaksud, selain merupakan kawasan sebagai pemasok dan tandon air untuk keperluan domestik (PBB memperkirakan persediaan air sekitar 25% penduduk dunia merupakan sumber air karst, Ko 1997), juga mempunyai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan menambah devisa negara seperti pariwisata, penambangan bahan galian, penghasil sarang burung walet, bahkan sangat terkait pula dengan bidang HANKAM/militer, serta intelijen. Daerah karst dicirikan oleh morfologi permukaan berupa bukit-bukit kerucut (conical hills), depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry valley) dan banyak dijumpai sungai-sungai bawah tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh struktur geologi berupa pengekaran (joint) karena umumnya karst terbentuk pada daerah berbatuan karbonat (gamping, dolomit, atau gypsum). Keunikan lain dari kawasan karst adalah keberadaan gua dan sungai bawah tanah. Gua- gua tersebut pada umumnya bertingkat dengan ukuran kurang dari satu meter hingga ratusan meter persegi dengan bentuk vertikal miring maupun horisontal. Gua-gua karst hampir semuanya dihiasi dengan ornamen (speleothem) yang sangat beragam dari mulai

Transcript of ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri...

Page 1: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 69

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST DI KABUPATEN MAROS DENGAN MEGGUNAKAN CITRA LANDSAT-7 ETM+

Palloan, P., Zylshal

Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Daerah karst dicirikan oleh morfologi permukaan berupa bukit-bukit kerucut (conical hills), depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry valley) dan banyak dijumpai sungai-sungai bawah tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh struktur geologi berupa pengekaran (joint) karena umumnya kars terbentuk pada daerah berbatuan karbonat (gamping, dolomit, atau gypsum). Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi morfologi dan struktur geologi di kawasan karst menggunakan data citra penginderaan jauh, yaitu citra Landsat-7 ETM+. Lokasi penelitian mengambil tempat di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian meliputi pengolahan citra Landsat-7 ETM+ dan analisa Sistem Informasi Geografi (SIG). Pengolahan citra meliputi proses koreksi geometrik dan radiometrik, penghitungan nilai OIF, fusi kanal, pembuatan citra komposit warna, dan pemilteran spasial. Analisa SIG yang dilakukan meliputi analisis overlay dan perhitungan kerapatan morfologi yang teridentifikasi. Metode penelitian meliputi pengolahan citra Landsat-7 ETM+ dan analisa Sistem Informasi Geografi (SIG). Pengolahan citra meliputi proses koreksi geometrik dan radiometrik, penghitungan nilai OIF, fusi kanal, pembuatan citra komposit warna, dan pemfilteran spasial. Analisa SIG yang dilakukan meliputi analisis overlay dan perhitungan kerapatan morfologi yang teridentifikasi. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa morfologi karst yang teridentifikasi di kawasan Karst Kabupaten Maros, meliputi karst menara (tower Karst), dan lembah kering (dry valley), serta struktur geologi berupa struktur kekar. Hasil analisis kerapatan morfologi dan struktur menunjukkan bahwa daerah kars di Kabupaten Maros terbagi dalam tiga daerah yang mempunyai tingkat perkembangan berbeda-beda, yaitu 1) Kars Bantimurung, Simbang, Mallawa termasuk daerah kars berkembang baik, 2) Kars Tompobulu dan Tanralili dan termasuk daerah kars berkembang sedang dan 3) Kars Cenrana dan Camba, termasuk daerah kars tidak berkembang. KATA KUNCI : citra, karst, morfologi, struktur geologi I. PENDAHULUAN

Keberadaan kawasan karst di Indonesia,

dewasa ini dianggap memiliki nilai-nilai yang

sangat strategis. Di seluruh wilayah kepulauan

Indonesia, luas kawasan karst mencapai hampir

20% dari total luas wilayah. Nilai-nilai strategis

yang dimaksud, selain merupakan kawasan

sebagai pemasok dan tandon air untuk

keperluan domestik (PBB memperkirakan

persediaan air sekitar 25% penduduk dunia

merupakan sumber air karst, Ko 1997), juga

mempunyai sumber daya alam yang dapat

dimanfaatkan menambah devisa negara seperti

pariwisata, penambangan bahan galian,

penghasil sarang burung walet, bahkan sangat

terkait pula dengan bidang HANKAM/militer,

serta intelijen.

Daerah karst dicirikan oleh morfologi

permukaan berupa bukit-bukit kerucut (conical

hills), depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry

valley) dan banyak dijumpai sungai-sungai

bawah tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi

oleh struktur geologi berupa pengekaran (joint)

karena umumnya karst terbentuk pada daerah

berbatuan karbonat (gamping, dolomit, atau

gypsum).

Keunikan lain dari kawasan karst adalah

keberadaan gua dan sungai bawah tanah. Gua-

gua tersebut pada umumnya bertingkat dengan

ukuran kurang dari satu meter hingga ratusan

meter persegi dengan bentuk vertikal miring

maupun horisontal. Gua-gua karst hampir

semuanya dihiasi dengan ornamen

(speleothem) yang sangat beragam dari mulai

Page 2: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 70

yang sangat kecil (helectite) hingga yang sangat

besar (column) dengan bentuk dan warna yang

bervariasi.

Di Indonesia, daerah karst terdapat di

setiap pulau besar, baik Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Irian, Sulawesi, dan juga di

Kepulauan Nusa Tenggara. Balasz (1963) telah

menginventarisir daerah-daerah karst di

Kepulauan Indonesia meskipun masih dalam

skala global. Untuk pulau Sulawesi, khususnya

Sulawesi Selatan, dikenal daerah karst Maros-

Pangkep.

Di Pulau Sulawesi kawasan karst

berkembang dengan baik khususnya (pada

sebaran batu gamping) di Sulawesi Selatan.

Bentang alam karst Maros sangat terkenal,

luasnya diperkirakan mencapai 400 km2. Telah

diidentifikasi sedikitnya ada 29 gua di kawasan

ini yang layak dilindungi.

Kabupaten Maros terletak di bagian

barat Sulawesi Selatan antara 400 40’ - 500 07’

Lintang selatan dan 1090 205 - 1290 12’ Bujur

timur, merupakan daerah penyangga Ibu Kota

Provinsi Sulawesi selatan dengan jarak sekitar

30 Km arah utara Kota Makassar dengan

kawasan pantai sepanjang + 31 Km di Selat

Makassar, yang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Dengan Kabupaten Pangkep

Sebelah Selatan : Dengan Kota Makassar dan

Kabupaten Gowa

Sebelah Timur : Dengan Kabupaten Bone

Sebelah Barat : Dengan Selat Makassar

Luas wilayah Kabupaten Maros 1.619

Km2 atau sekitar 2,6 % wilayah Sulawesi selatan

secara administratif dibagi ke dalam 14

kecamatan dan 80 Desa serta 23 Kelurahan

Karst Maros termasuk salah satu dari

karst di Indonesia yang memiliki keindahan,

keunikan, flora dan fauna, nilai-nilai ilmiah dan

sosial budaya yang tinggi sehingga bisa

dimasukkan sebagai karst kelas dunia. Kawasan

karst Maros (Maros-Pangkep) penyebarannya

memanjang utara selatan dari Maros hingga

Pangkep meliputi wilayah seluas sekitar 30.000

ha. Karstnya digolongkan dalam jenis karst

menara (tower karst), jenis karst yang terkenal

indah panoramik seperti banyak digambarkan

dalam lukisan tradisional Cina.

Dari aspek fauna, kera dan kupu-kupu

merupakan jenis yang telah diteliti secara

mendalam di kawasan Karst Maros. Dilaporkan

bahwa ada 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan

di hutan wisata Bantimurung. Beberapa jenis

kupu-kupu merupakan jenis endemik yang

dilindungi. Jenis fauna lainnya antara lain adalah

tarsus, kuskus, musang Sulawesi, babi hutan,

rusa, biawak, kelelawar, dua jenis burung

enggang besar dan burung enggang hitam,

burung elang, burung raja udang, sri gunting,

tiga jenis burung walet, burung hantu, burung

pipit, burung tekukur, capili, kakak tua putih,

kakak tua hijau “danga” ayam hutan, ular sanca,

ular hitam, ikan dan udang tak bermata di dalam

gua serta jenis hewan invertebrata. Dari aspek

pariwisata sebagian telah berkembang, yakni

obyek wisata Bantimurung.

Pengelolaan daerah karst bertujuan

mengoptimalkan pemanfaatan daerah karst,

guna menunjang pembangunan berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan

daerah karst mempunyai sasaran yaitu; 1).

meningkatkan upaya perlindungan daerah karst,

dengan cara melestarikan fungsi hidrogeologi,

flora, fauna, nilai sejarah serta budaya yang ada

di dalamnya, 2). Melestarikan keunikan dan

kelengkapan bentukan alam di daerah karst, 3).

Meningkatkan kehidupan masyarakat di dalam

dan sekitarnya, 4). Meningkatkan

pengembangan ilmu pengetahuan (Kepmen

Energi dan Sumber daya Mineral No. 1456

K/20/MEM/2000).

Page 3: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 71

Upaya-upaya pengelolaan daerah ini

yang meliputi kegiatan-kegiatan inventarisasi,

penyelidikan, pemanfaatan dan perlindungan

sumber daya alam karst. Kemajuan sains dan

teknologi penginderaan jauh diharapkan dapat

bermanfaat dalam mendukung upaya-upaya

tersebut.

Dalam penelitian ini akan diidentifikasi

morfologi dan struktur geologi kawasan karst di

kabupaten maros dengan meggunakan citra

landsat-7 etm+. Tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui morfologi dan struktur geologi

kawasan karst dengan menggunakan citra

Landsat 7 ETM+ di Kabupaten Maros.

2. Untuk mengetahui klasifikasi karst Maros

berdasarkan morfologi dan struktur geologi

dengan menggunakan citra Landsat 7

ETM+.

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

ini adalah seperangkat komputer Desktop

dengan software Microsoft Office 2007

Enterprise, ER-Mapper 7.0, dan Arcview 3.3

image analyst.

Bahan-bahan yang digunakan meliputi:

1. Data satelit LANDSAT-7 ETM+ path/row

114/063 tanggal perekaman 12 September

2002 dan path/row 114/064 tanggal

perekaman 8 April 2003.

2. Peta geologi skala 1 : 100.000, Kabupaten

Maros

3. Peta Rupa Bumi Indonesia

2. 2 Metode

2. 2. 1 Pengolahan citra digital

Pengolahan citra secara dijital meliputi 1)

koreksi citra baik koreksi radiometric maupun

koreksi geometric, 2) Penghitungan nilai OIF

dan pembuatan citra komposit warna, 3)

penajaman citra, dan 4) pemfilteran spasial.

Pengolahan citra dilakukan dengan menerapkan

operasi-operasi pada software ER Mapper versi

7.0.

2. 2. 2 Interpretasi Citra

Interpretasi citra dari hasil pengolahan

diinterpretasi secara visual dengan

menggunakan software ER Mapper versi 7.0

dan Arc View versi 3.3 image analyst, yaitu

meliputi; 1) interpretasi dan identifikasi morfologi

kars, meliputi; relief kars, puncak-puncak karst

menara (tower karst), lembah kering (dry valley)

dan 2) interpretasi struktur geologi daerah kars,

difokuskan pada struktur geologi yang dominan

di daerah kars yaitu struktur kekar.

2 .2. 3 Analisis Kerapatan

Analisis diarahkan pada kerapatan obyek-

obyek kars yang telah diinterpretasi yaitu bukit-

bukit kars kerucut (conical hills), lembah kering

(dry valley) serta kerapatan kekar. Sebagai unit

analisis adalah satuan relief-morfologi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Citra

3.1.1 Perhitungan Nilai OIF

Perhitungan nilai OIF dilakukan terhadap 4

sampel, berupa cropping data. Berdasarkan

perhitungan nilai OIF tersebut, didapatkan nilai

Page 4: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 72

OIF tertinggi dari kombinasi kanal 457 (3

sampel) dan 357 (1 sampel).

3. 1.2 Fusi Kanal dan Pembuatan Citra Komposit Warna

Fusi kanal dilakukan melalui penggabungan

berbagai kanal yang terdapat pada Landsat-7

ETM+. Fusi kanal yang dilakukan meliputi yaitu

kanal fusi multispektral dan fusi kanal

muktispasial. Berdasarkan nilai OIF tertinggi

diperoleh model fusi kanal multispektral terbaik

yaitu 457. Dari hasil kombinasi tiga kanal

tersebut kemudian dibuat citra komposit warna,

yaitu dengan memasukkan masing-masing

kanal ke dalam saluran warna merah, hijau, dan

biru (RGB).

Fusi kanal multispasial dilakukan dengan

menggabungkan kanal yang memiliki resolusi

spasial berbeda. Untuk Landsat-7 ETM+

penggabungan dilakukan antara resolusi spasial

30 meter (kanal 1,2,3,4,5, dan 7) dengan kanal

15 meter (kanal 8). Pada penggabungan ini

kanal 8 ditempatkan pada intensity, sehingga

terjadi kombinasi Red Green Blue Intensity

(RGBI). Hasil fusi ini akan diperoleh citra

dengan resolusi spasial 15 meter.

3.1.3 Penajaman Kontras dan Pemfilteran Spasial

Teknik penajaman kontras diterapkan untuk

memperoleh kesan kontras citra yang lebih

tinggi. Pada penajaman kontras dilakukan teknik

perentangan kontras (contrass stretching) dan

ekualisasi histogram (histogram equalization).

Hasil dari penerapan teknik ini menghasilkan

citra baru yang memperlihatkan kenampakan

karst lebih jelas.

Perentangan histogram dilakukan dengan

merentangkan nilai-nilai histogram dari 0-255.

Selanjutnya dilakukan teknik ekualisasi

histogram untuk tiap saluran (RGBI). Pemfilteran

spasial dilakukan dengan mengaplikasikan

teknik-teknik pemfilteran pada paket software

ER Mapper 7.0. Teknik-teknik pemfilteran

tersebut meliputi pemfilteran highpass (filter

sharpen2, filter sharpen11, dan filter

sharpenedges) dan pemfilteran lowpass

(lowpass avg3.ker dan lowpass avg5.ker). dari

hasil teknik ini diperoleh citra yang secara visual

menunjukkan kenampakan bervariasi.

(a)

(b)

Gambar 1. Citra Landsat 7 RGBI 4578 (a) sebelum; dan (b) sesudah penajaman kontras

(a)

Page 5: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 73

(b)

Gambar 2. Citra Landsat hasil pemfilteran spasial (a) filter highpass filter sharpen11; dan

(b) filter lowpass filter avg3.ker

Hasil pemfilteran Highpass Sharpen11

menujukkan kenampakan objek-objek karst

yang akan di identifikasi (puncak menara,

lembah kering, dan struktur kekar) menjadi

sangat nampak apabila dibandingkan dengan

teknik pemfilteran yang lain.

3.2 Interpretasi Citra

Interpretasi citra meliputi interpretasi

1) interpretasi morfologi karst, meliputi; puncak

karst menara (tower karst), dan lembah kering

(dry valley), dan 2) interpretasi struktur geologi

daerah karst, difokuskan pada struktur geologi

yang dominan di daerah karst yaitu struktur

kekar. Proses interpretasi dibantu dengan peta

geologi.

Interpretasi kawasan karst di Kabupaten

Maros dilakukan dengan melihat persebaran

batuan karbonat. Sebaran batuan karbonat ini

kemudian dijadikan patokan persebaran

kawasan karst. Selanjutnya puncak karst

menara, lembah kering, dan kekar di daerah

karst saling berasosiasi membentuk konfigurasi

kenampakan daerah karst yang spesifik dan

dengan mudah dapat dikenali dari citra. Bukit

karst berbentuk menara individual maupun

berkelompok, dipisahkan satu sama lain oleh

kekar, kadang-kadang pada sisi-sisi lerengnya

dijumpai lembah kering dan antara bukit karst

satu dengan yang lainnya terbentuk dolin

(berbentuk membulat cekung ke dalam).

Karst menara dan dolin merupakan satu

kesatuan karena bukit karst merupakan

bentukan positif (membulat cekung ke luar)

sedangkan dolin merupakan bentukan negatif

(membulat cekung ke dalam). Apabila terisi air,

dolin akan berubah menjadi telaga karst.

Adanya efek bayangan sangat membantu dalam

interpretasi tower karst, lembah kering dan

kekar. Dolin yang terisi air (telaga karst) sangat

mudah dikenali karena air akan memberikan

efek warna hitam (air jernih) atau warna biru (air

yang mengandung sedimen), selain dari

bentuknya yang membulat, lonjong/ellips.

Lembah kering berbentuk memanjang

menyerupai saluran sungai, berkelok kelok,

dapat merupakan saluran tunggal maupun

bercabang. Hasil interpretasi lembah kering

menunjukkan bahwa tidak semua daerah karst

dapat dijumpai lembah kering. Lembah kering

merupakan lembah sungai yang terhubungkan

dengan mulut gua/ponor, apabila terjadi hujan

air akan langsung diteruskan ke dalam mulut

gua sehingga berubah menjadi aliran sungai

bawah tanah. Sehingga lembah sungai ini akan

selalu dalam keadaan kering. Ponor/mulut gua

tidak dapat dikenali secara langsung dari citra

karena umumnya hanya memiliki diameter satu

hingga beberapa meter saja.

Hasil interpretasi kekar juga menunjukkan

bahwa pada beberapa daerah karst banyak

dijumpai kekar-kekar. Lembah kering dan kekar

saling berasosiasi (Pola-pola lembah kering

mengikuti pola-pola kekar). Adanya fenomena

tower karst, dolin, lembah kering dan kekar

mengindikasikan bahwa di bawahnya terbentuk

sistem gua dan sungai bawah tanah sehingga

Page 6: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 74

daerah karst tersebut dapat dinyatakan sebagai

daerah karst yang berkembang dengan baik.

Gambar 3. Morfologi Puncak tower karst Zona Bantimurung

(a)

(b)

Gambar 4. Morfologi (a) lembah kering (dry valley) dan; (b) struktur kekar zona Simbang.

3.3 Analisis Kerapatan

Daerah karst Kabupaten Maros, dibagi ke

dalam 7 zona berdasarkan kecamatan mana

Karst tersebut berada, antara lain zona

Bantimurung, Camba, Cenrana, Mallawa,

Simbang, Tanralili dan Tompobulu.

Dari hasil interpretasi di ketahui luas

kawasan karst untuk tiap zona, serta morfologi

dan struktur geologi yang terlihat untuk

kemudian di hitung panjang total (lembah kering

dan struktur kekar) serta jumlah puncak menara.

Tabel 1. Analisis kerapatan kekar, lembah

kering dan tower karst

Zona

Kerapatan

Kekar (km/km2)

Lembah Kering

(km/km2)

Tower karst (/km2)

Bantimurung 0.93 0.40 94.81

Camba - - 2.41

Cenrana 0.02 - 0.89

Mallawa 0.08 0.03 4.93

Simbang 1.49 0.56 108.27

Tanralili - - 5.34

Tompobulu - 0.03 6.25

Berdasarkan hasil analisis dan data

yang diperoleh, maka tingkat perkembangan

karst untuk tia zona dapat diketahui. Untuk zona

Mallawa, Bantimurung dan Simbang terbentuk

pada formasi Tonasa (Temt), yang tersusun

oleh batu gamping pejal dan berlapis dengan

umur berkisar dari Eosen sampai Miosen

tengah. Pada daerah ini, bentuk-bentuk

morfologi karst, seperti Karst menara (tower

karst), dolin, lembah kering (dry valley), dan

relief karst mudah dikenali dari citra, demikian

juga dengan struktur kekar yang sangat

dominan di daerah ini. Kondisi tersebut

menyebabkan nilai kerapatan obyek-obyek karst

dan struktur kekar menjadi tinggi. Sebagian

besar daerah karst ini dikelompokkan menjadi

daerah karst berkembang baik.

Untuk zona Tompobulu dan Tanralili,

pada daerah karst ini sudah mulai jarang

dijumpai puncak-puncak menara karst, dolin dan

lembah kering. Struktur kekar sudah tidak

ditemukan di daerah ini. Sehingga kerapatan

morfologinya lebih rendah bila dibandingkan

dengan daerah karst Bantimurung dan Simbang.

Page 7: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

Aliran sungai permukaan masih dapat dijumpai

yang mencerminkan fase awal perkembangan

karst. Sebagian besar daerah karst ini

dikelompokkan menjadi daerah karst

berkembang sedang.

Untuk zona Cenrana dan Camba,

daerah ini hampir sama dengan zona

Tompobulu dan Tanralili, hanya saja,

penyebarannya lebih terbatas pada lokasi yang

sempit. Kondisi ini menjadi penyebab utama

Gambar 5. Pembagian daerah karst di Kabupaten Maros

Gambar 6. Tingkat perkembangan Karst Kabupaten Maros

JSPF Vol.

Aliran sungai permukaan masih dapat dijumpai

yang mencerminkan fase awal perkembangan

karst. Sebagian besar daerah karst ini

kan menjadi daerah karst

Untuk zona Cenrana dan Camba,

rah ini hampir sama dengan zona

Tanralili, hanya saja,

penyebarannya lebih terbatas pada lokasi yang

sempit. Kondisi ini menjadi penyebab utama

terhadap tidak berkembanganya daerah karst di

zona ini. Zona camba hanya memperlihatkan

morfologi puncak menara tanpa adanya dolin,

lambah kering ataupun struktur kekar.

Sedangkan zona Cenrana

dengan tingkat kerapatan morfologi dan struktur

geologi yang paling rendah dengan kerapatan

kekar hanya 0.02 km/km

menara adalah 0.89 puncak/km

Gambar 5. Pembagian daerah karst di Kabupaten Maros

Gambar 6. Tingkat perkembangan Karst Kabupaten Maros berdasarkan morfologi dan struktur geologi.

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 75

banganya daerah karst di

zona ini. Zona camba hanya memperlihatkan

morfologi puncak menara tanpa adanya dolin,

lambah kering ataupun struktur kekar.

Cenrana merupakan zona

dengan tingkat kerapatan morfologi dan struktur

endah dengan kerapatan

kekar hanya 0.02 km/km2 dan kerapatan puncak

menara adalah 0.89 puncak/km2.

berdasarkan morfologi dan struktur geologi.

Page 8: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 76

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa

morfologi karst yang terindetifikasi di kawasan

Karst Kabupaten Maros, meliputi karst menara

(tower kasrt), dan lembah kering (dry valley),

serta struktur geologi berupa struktur kekar.

Daerah kars di Kabupaten Maros terbagi

dalam beberapa zona yang mempunyai tingkat

perkembangan berbeda-beda, yaitu: 1). Zona

Mallawa, Bantimurung dan Simbang yang

termasuk daerah kars berkembang baik; 2).

Zona Topubulu, Mallawa dan Tanralili yang

termasuk daerah kars berkembang sedang; dan

3). Zona Camba dan Cenrana yang termasuk

daerah kars tidak berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Tjahyo Nugroho, Eko Haryono, dan

Suratman Woro. 1999. Kawasan Karst dan Prospek Pengembangannya. Seminar PIT IGI di Universitas Indonesia, 26-27 Oktober 1999.

A.J. Pattendean. 2007. Fisika Lingkungan. UNM

Press : Makassar Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi

Geografis Menggunakan ArcView GIS. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

C, Ford D, and W, Williams P, 1996. Karst

Geomorphology and Hydrology. London: Chapman and Hall.

Eko Haryono. 2006. Geomorfologi Karst (Proses

Pembentukan dan Macamnya). UGM : Yogyakarta.

ESDM (2000). Keputusan Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral Nomor : 1456 K/20/Mem/2000 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars. www.dim.esdm.go.id/kepmen_pp_uu/Kepmen_1456_2000.pdf

Faizal Ahmad. 2004. Penuntun Praktikum

Pengolahan Citra Digital. UNHAS : Makassar

Hallaf, Abdul. 2006. Modul Gemorfologi Indonesia. UNM: Geografi. Hidayat, Sarip. 2006. Modul Utilitas Pengolahan

Data Satelit Penginderaan Jauh. Parepare : LAPAN.

LAPAN. (n.d.). Peta Informasi Cakupan Landsat.

Maret 9. 2009. http://www.lapanrs.com/YANSA/BCLS7/full_landsatcoverage.htm

Nicholas M. Short. (n.d.).

Karst/Lacustrine/Aeolian/Glacial Landforms. Maret 9. 2009. http://www.fas.org/irp/imint/docs/rst/Sect17/Sect17_5.html

Nurlini Kasri, dkk. 1999. Kawasan Karst di

Indonesia – Potensi dan Pengelolaan Lingkungannya, Jakarta

Prahasta, Eddy. 2008. Remote Sensing –

Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital degan perangkat Lunak ERMapper. Bandung: Penerbit Informatika.

Sonny Wedehanto. 2004. Penggunaan Citra

Landsat 7 ETM Untuk Menduga Keberadaan Air tanah, Studi Kasus Pemboran Sumur P2AT di Wilayah Kabupaten Madiun. Pertemuan Ilmiah Tahunan di Geodesy Institut Teknologi Surabaya). 13 Oktober 2004.

Suwijanto. 2007. Prinsip Dasar Penginderaan Jauh dan Penggunaannya Dalam Bidang Kebumian. Puslitbang Geoteknologi: LIPI.

Wahyu Supriatna dan Sukartono. 2002. Teknik

Perbaikan Data Digital (Koreksi dan Penajaman) Citra Satelit. Buletin Teknik Pertanian Vol. 7 No. 1, 2002. Bogor.

Wahyunto, Sri Retno Murdiyati dan Sofyan

Ritung. 2004. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Uji Validasinya Untuk Deteksi Penyebaran Lahan Sawah dan Penggunaan/Penutupan Lahan. Informatika Pertanian Volume 13.

Page 9: ISSN : 1858-330X IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN …digilib.unm.ac.id/files/disk1/4/universitas negeri makassar-digilib... · IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN STRUKTUR GEOLOGI KAWASAN KARST

ISSN : 1858-330X

JSPF Vol. 9, Mei 2009 | 77