ISOLASI SOSIAL

17
ISOLASI SOSIAL A. DEFINISI Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008). Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006). B. ETIOLOGI 1. Faktor Predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah: a. Faktor Perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan

description

ISOLASI SOSIAL

Transcript of ISOLASI SOSIAL

Page 1: ISOLASI SOSIAL

ISOLASI SOSIAL

A.    DEFINISI Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).

Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009). 

Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007).

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006).

B.     ETIOLOGI

1.   Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

a.    Faktor Perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,

karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa

perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi

individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,

perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman

yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat

mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.

Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan

sebagai objek.

Menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan

terdiri dari:

1)      Masa Bayi

Page 2: ISOLASI SOSIAL

Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis maupun

psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan rasa

percaya yang mendasar. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan

lingkungan di kemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa

percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada

masa berikutnya.

2)      Masa Kanak-kanak

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal

lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik

terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak

frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam

keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, Orang tua harus

dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem

nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia

harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.

3)      Masa Praremaja dan Remaja

Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang

mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan

nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan

berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu

dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik

akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang

seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja.

4)      Masa Dewasa Muda

Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen antara

teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan

perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang

lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai

pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan

menerima (mutuality). 

5)      Masa Dewasa Tengah

Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya

menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang

dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap

mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak.

6)      Masa Dewasa Akhir

Page 3: ISOLASI SOSIAL

Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang

tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut

ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus

dapat dipertahankan.

b.   Faktor Komunikasi Dalam Keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan

tingkah laku.

1)   Sikap bermusuhan/hostilitas

2)   Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak

3)   Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan

pendapatnya.

4)    Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang

kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam

pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan musyawarah.

5)    Ekspresi emosi yang tinggi

6)    Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung

dan kecemasannya meningkat)

c.    Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya

gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut

oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

d.   Factor Biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia

ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil

penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,

sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,

pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga

dapat menyebabkan skizofrenia.

2.   Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun

eksternal, meliputi:

a.       Stressor Sosial Budaya

Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan

stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan

pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. Semua ini

dapat menimbulkan isolasi sosial.

Page 4: ISOLASI SOSIAL

b.      Stressor Biokimia

1)      Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat

merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

2)      Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamin dalam

otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka

menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

3)      Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia.

Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme,

adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan

tingkah laku psikotik.

4)      Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya

adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.

c.       Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial

Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara

individu, lingkungan maupun biologis.

d.      Stressor Psikologis

Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk

berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai

terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah

gangguan berhubungan pada tipe psikotik.

Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan

tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik

mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya

masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan

psikologis individu terhambat.

Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang

sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai berikut:

a)   Tingkah laku curiga: proyeksi

b)   Dependency: reaksi formasi

c)    Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi

d)   Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial

e)    Manipulatif: regrasi, represi, isolasi

f)     Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan regrasi.

C.    POHON MASALAH

Page 5: ISOLASI SOSIAL

Pathway Isolasi Sosial

Sumber: (Keliat, 2006)

D.    TANDA DAN GEJALA

Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan

wawancara, adalah:

1.   Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

2.   Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3.   Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain

4.   Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5.   Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6.   Pasien merasa tidak berguna

7.    Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Page 6: ISOLASI SOSIAL

Isolasi Sosial

E.     AKIBAT YANG DITIMBULKAN

Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori

halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya

tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti

melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana

orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,

gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan pengalaman mempersepsikan

yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan,

pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah

halusinasi pendengaran.

F.     PETALAKSANAAN

1.   Terapi Psikofarmaka

a.    Chlorpromazine

Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri

terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi

mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan  dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali,

berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan

melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)

antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur,

tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia

akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).

Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap

penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

b.   Haloperidol (HLP)

Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi

kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi,

hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi

terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

c.    Trihexyphenidil (THP)

Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson

akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,

penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal,

Page 7: ISOLASI SOSIAL

retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut

sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).

2.   Terapi Individu

Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan

(SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda.

Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien

mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain,

mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan

orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang,

dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai

salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,

memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien

memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)

3.   Terapi kelompok

Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara

garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

a.       Activity Daily Living (ADL)

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi:

1)      Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur.

2)      Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah laku/perbuatan

yang berhubungan dengan BAB dan BAK.

3)      Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah

mandi.

4)       Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian.

5)       Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan

dan minum.

6)       Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri,

baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.

7)       Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga keselamatan

dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok

sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.

8)      Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien

gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala

primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan

gejala insomnia(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.

b.      Tingkah laku sosial

Page 8: ISOLASI SOSIAL

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan

bermasyarakat yang meliputi:

1)      Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial

dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya dan

sebagainya.

2)      Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial

dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada

kesulitan dan sebagainya.

3)      Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain seperti

memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.

4)       Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain

secara kelompok (lebih dari dua orang).

5)       Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus

dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.

6)       Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun

terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.

7)      Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat mengendalikan diri

untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang

puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.       PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian

stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien

dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

    1.   Identitas klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,

informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

    2.   Keluhan utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak

ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan

sehari – hari , dependen.

    3.   Factor predisposisi

kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /

frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.

Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah

,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba

Page 9: ISOLASI SOSIAL

– tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri

yang berlangsung lama.

    4.   Aspek fisik/biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami

oleh klien.

    5.   Aspek Psikososial

a.    Genogram yang menggambarkan tiga generasi

b.   Konsep diri

1)      Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan

tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi

negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus

asaan, mengungkapkan ketakutan.

2)      Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil

keputusan .

3)      Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,

PHK.

4)      Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu

tinggi

5)      Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan

sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.

a)      Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan orang lain

terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

b)      Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

6)      Status mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai

pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,

Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam    hidup.

7)      Kebutuhan persiapan pulang

a)      Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

b)       Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,   membersikan dan

merapikan pakaian.

c)      Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

Page 10: ISOLASI SOSIAL

d)     Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah

e)      Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

8)      Mekanisme koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang

lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

9)      Aspek medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,           Psikomotor, therapy

okopasional, TAK , dan rehabilitas.

B.        DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.

2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.

Page 11: ISOLASI SOSIAL

                                                                                                                        RENCANA TINDAKAN                DIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN

Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama3 x 24 jam Klien dapat berinteraksi

dengan orang lain baik secara individu maupun

secara berkelompok dengan kriteria hasil :

  Klien dapat membina hubungan saling percaya.

  Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.

  Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain.

  Dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

  Dapat berkenalan dan bercakap-cakap dengan

orang lain secara bertahap.

  Terlibat dalam aktivitas sehari-hari

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

  Klien

SP 1                                     o  Bina hubungan saling percaya

o  Identifikasi penyebab isolasi sosial

SP 2            o  Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang laino  Ajarkan kepada Klien cara berkenalan dengan satu orang

o  Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain

dalam jadwal kegiatan harian dirumah

SP 3o  Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien

o  Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang

o  Ajarkan Klien berbincang-bincang dengan dua orang tetang topik tertentu

o  Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah

SP 4o  Evaluasi pelaksanaan dari jadwal kegiatan harian Klien

o  Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek

samping obat)o  Anjurkan Klien memasukan kegiatan bersosialisasi

dirumaho  Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain

  Keluragao  Diskusikan masalah yang dirasakan kelura dalam merawat Klien

o  Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan proses

terjadinyao  Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA

Page 12: ISOLASI SOSIAL

  Beri obat-obatan  sesuai program

  Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum

  Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN

  Libatkan dalam makan bersama

  Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering

  Berikan reinforcement positif

  Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya

Gangguan konsep diri: harga

diri rendah berhubungan

dengan tidak efektifnya

koping individu : koping

defensif.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama 3 x pertemuan klien mempunyai konsep

diri yang positif dengan criteria hasil:

 Dapat membina hubungan saling percaya

 Dapat mengidentifikasi aspek positif yang

dimiliki

 Dapat mengembangkan kemampuan yang telah

diajarkan

 Dapat terlibat dalam terapi aktivitas kelompok

orientasi realita dan stimulasi persepsi

 Dapat mengikuti aktivitas di rumah

 Dapat minum obat dengan bantuan minimal

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK

Pasien:

 Bina hubungan saling percaya

 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien (individu,

keluarga, dan masyarakat)

 Antu klien menilai kemampuan klien yang dapat digunakan

 Bantu klien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan klien

 Melatih kemampuan kedua

 Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga:

  Diskusikan masalah yang dirasakan keluargadalam merawat klien

  Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami klien

beserta proses terjadinya

  Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah

  Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah

dirumah

  Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat

  Jelaskan follow up klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA

  Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan klien

  Pantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum

  Ukur VS secara periodic

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN

 Bersikap menerima klien dan negativismenya

 Libatkan klien dalam setiap aktivitas dirumah dan di lingkungan

Page 13: ISOLASI SOSIAL

 Beri kesempatan pada klien untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya

sendiri misalnya merapikan tempat tidur, membersihkan alat makan, dan minum

obat

 Berikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan secara mandiri

Page 14: ISOLASI SOSIAL

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Keliat Budi Ana. 1999. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC

Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada tanggal 24 Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.