ISOLASI PGPR Murbei alba

14
ISOLASI Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) DARI PERAKARAN TANAMAN DI KAWASAN HUTAN WANAGAMA, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA 1*) Afilia Rakhmanti 2) , Rizka Anugrahyanti 3) , Yunida Wulandari 3) Andisa Shabrina 4) , Nurul Family 4*) , Tri Handayani Kurniati 5) Corresponding author: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur. Indonesia. Tel: +62 21 4894909 E-mail address: [email protected] ; [email protected] Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda Rawamangun No.10, Jakarta Timur, 13220. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat bakteri yang berpotensi sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dari rizosfer tanaman Murbei (Morus alba) di hutan Wanagama. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa tanah rizosfer dan tanah yang menempel pada perakaran dari tanaman murbei (Morus alba). Bakteri PGPR diseleksi dengan melakukan pengujian terhadap kemampuan bakteri dalam mendukung pertumbuhan tanaman dengan uji katalase dan produksi IAA. Hasil isolasi bakteri dari tanah dan akar tanaman murbei diperoleh 12 isolat bakteri yang potensial sebagai PGPR. Terdapat 10 isolat bakteri memberikan hasil positif pada uji katalase dengan adanya buih dan pada uji produksi IAA dengan nilai absorbansi antara 0,013- 0,070 pada panjang gelombang 535 nm. Isolat dengan kode T7 berpotensi sebagai bakteri pemicu pertumbuhan tanaman karena memiliki aktifitas katalase dan produksi IAA terbesar. Isolat-isolat tersebut memiliki karakteristik morfologi koloni dan sel yang bervariasi. Kata kunci: Isolasi, rizosfer, PGPR, katalase, IAA PENDAHULUAN Rizosfer merupakan bagian tanah yang berada di sekitar perakaran tanaman dan berperan sebagai pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen akar. Rhizosphere berasal dari kata rhizo yang artinya akar dan sphere yang diartikan sebagai suatu zona. Daerah tersebut menjadi tempat aktivitas komunitas dari berbagai jenis mikroorganisme. Mikroorganisme dan akar mempunyai interaksi, dimana

Transcript of ISOLASI PGPR Murbei alba

ISOLASI Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) DARI PERAKARAN TANAMAN DI KAWASAN HUTAN WANAGAMA, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA1*)

Afilia Rakhmanti2), Rizka Anugrahyanti3), Yunida Wulandari3) Andisa Shabrina4), Nurul Family4*), Tri Handayani Kurniati5)Corresponding author: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta Timur. Indonesia. Tel: +62 21 4894909E-mail address: [email protected]; [email protected] Negeri Jakarta, Jl. Pemuda Rawamangun No.10, Jakarta Timur, 13220.AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat bakteri yang berpotensi sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dari rizosfer tanaman Murbei (Morus alba) di hutan Wanagama. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa tanah rizosfer dan tanah yang menempel pada perakaran dari tanaman murbei (Morus alba). Bakteri PGPR diseleksi dengan melakukan pengujian terhadap kemampuan bakteri dalam mendukung pertumbuhan tanaman dengan uji katalase dan produksi IAA. Hasil isolasi bakteri dari tanah dan akar tanaman murbei diperoleh 12 isolat bakteri yang potensial sebagai PGPR. Terdapat 10 isolat bakteri memberikan hasil positif pada uji katalase dengan adanya buih dan pada uji produksi IAA dengan nilai absorbansi antara 0,013-0,070 pada panjang gelombang 535 nm. Isolat dengan kode T7 berpotensi sebagai bakteri pemicu pertumbuhan tanaman karena memiliki aktifitas katalase dan produksi IAA terbesar. Isolat-isolat tersebut memiliki karakteristik morfologi koloni dan sel yang bervariasi.Kata kunci: Isolasi, rizosfer, PGPR, katalase, IAAPENDAHULUAN

Rizosfer merupakan bagian tanah yang berada di sekitar perakaran tanaman dan berperan sebagai pertahanan luar bagi tanaman terhadap serangan patogen akar. Rhizosphere berasal dari kata rhizo yang artinya akar dan sphere yang diartikan sebagai suatu zona. Daerah tersebut menjadi tempat aktivitas komunitas dari berbagai jenis mikroorganisme. Mikroorganisme dan akar mempunyai interaksi, dimana aktivitas mikroorganisme dalam zona tersebut akan dipengaruhi oleh eksudat yang diproduksi oleh tanaman. Eksudat ini dikeluarkan untuk menarik mikroba yang bermanfaat dan mencegah mikroba yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Soemarno, 2010)._____________________

1) Dipresentasikan pada Seminar Hasil Kuliah Kerja Lapangan, Jakarta, Rabu, 13 Mei 20152) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Bilingual, Jurusan Biologi FMIPA UNJ

3) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Reguler, Jurusan Biologi FMIPA UNJ

4) Mahasiswa Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNJ

5) Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA UNJPopulasi mikroorganisme di rizosfer biasanya lebih banyak dan beragam dibandingkan pada tanah bukan rizosfer (Suseno, 2008). Bakteri yang hidup di daerah rizosfer disebut rizobakteri.Bakteri tersebut hidup secara saprofit dan mengkolonisasi sistem perakaran tanaman. Beberapa jenis rizobakteri adalah Pseudomonas, Bacillus, Serratia, Sterptomyces, Azospirillum, Agrobacterium, Phyllobacterium, Rhizobium, Enterobacter, Alkaligenes, Burkholderia, Beijerinka, Klebsiella, Clostridium Vario-vovax, Xanthomonas dan Arthrobacter (Kim, 1997; De Silva, 2000; Bullied, 2002; Lugtenberg, 2001; Lucy et al, 2004).

Menurut Ikhwan (2010), rizobakteri pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu rizobakteri yang memacu pertumbuhan tanaman (PGPR: Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan rizobakteri yang merugikan tanaman (DRB: Deleterious Rhizobacteria). Rizobakteri yang memberikan keuntungan dalam pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung disebut sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dan berfungsi juga untuk meningkatkan produksi tanaman (Silva et al, 2004).

PGPR pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Scroth (1982) untuk menggambarkan bakteri tanah yang mendiami daerah perakaran tanaman yang diinokulasikan kedalam benih dan ternyata meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Kloepper dan Scroth (1982), PGPR mengalami perkembangan yang sangat cepat, terutama pada beberapa tahun terakhir.

PGPR hidup secara berkoloni pada akar tanaman. Keberadaan bakteri ini akan sangat baik bagi tanaman. Bakteri ini memberikan keuntungan dalam proses fisiologi dan pertumbuhan tanaman. PGPR memberikan pengaruh langsung pada pertumbuhan melalui kemampuannya menyediakan dan memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta menyintesis dan mengubah konsentrasi fitohormon pemacu tumbuh.Sedangkan,pengaruh secara tidak langsung berkaitan dengan kemampuannya dalam menekan aktivitas patogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik. Fungsi lainnya yaitu sebagai bahan tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi PGPR (Irmawan, 2008).Salah satu contoh aplikasi dari PGPR adalah meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Benih cabai diberi perlakuan dengan pemberian rizobakteri (Sutariati, 2010). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan rizobakteri berpengaruh langsung dalam meningkatkan mutu fisiologis benih cabai hasil panen. Penggunaan rizobakteri yang paling efektif adalahBacillus polymixa BG25 yang mampu meningkatkan jumlah buah total per tanaman 96% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, serta meningkatkan viabilitas dan vigor benih meningkat masing-masing 97% dan 76% dibandingkan dengan kontrol.Pseudomnas sp. merupakan penghasil hormon dalam bentuk Asam Indol Asetat (Auksin) yang dapat memacu pertumbuhan tunas tanaman. Auksin tersebut merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman dengan cara pemanjangan dan penambahan sel tanaman (Hasanuddin, 2003).

PGPR berpotensi sebagai antibakteri dengan menghasilkan enzim peroksidase. Selain itu, menurut Agustiansyah (2013), PGPR juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi karena dapat memproduksi enzim fosfatase dan IAA (Indol Acetic Acid). Bakteri yang mampu menghasilkan IAA dalam konsentrasi tinggi yaitu Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas diminuta dan Bacillus subtilis. Pengujian PGPR umumnya dilakukan dengan beberapa deteksi diantaranya deteksi IAA (Indol Acetic Acid), deteksi enzim katalase, uji aktivitas 1-aminocyclopropane-1-karboksilat (ACC) deaminase, solubilitas fosfat dan produksi ammonia.Wanagama merupakan hutan hasil reboisasi yang dibangun pada tahun 1964 oleh Fakultas kehutanan Universitas Gadjah Mada. Kawasan yang awalnya merupakan bukit gundul berbatu, gersang serta tidak ditumbuhi vegetasi sekarang menjadi hutan heterogen dan memiliki ekosistem yang kompleks. Wanagama memiliki keragaman flora salah satunya adalah Pohon Murbei (Morus alba). Hutan Wanagama memiliki diantaranya Pinus(Pinus merkusii), Pohon Eboni (Diospyros celebica), Pohon Cendana (Santalum album), Pohon Murbei (Morus alba), dan Pohon Jati (Tectona Grandis).Isolasi PGPR dari kawasan hutan Wanagama merupakan langkah awal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan bakteri yang berpotensi dalam memacu pertumbuhan tanaman. Isolat bakteri yang diperoleh selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan menjadi pupuk hayati yang bermanfaat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman.BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2015. Pengambilan sampel tanah dilakukan di kawasan Hutan Wanagama, Yogyakarta. Isolasi, seleksi dan identifikasi PGPR dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Kultur Jaringan Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Jakarta.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel terdiri dari 2 jenis yaitu tanah sekitar perakaran dan akar tanaman murbei (Morus alba).Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas cawan petri, tabung reaksi, tabung erlenmeyer, object glass, jarum ose, lampu spiritus, kompor, sentrifugator, spektrofotometer, dan inkubator. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dan akar, plastik tempat sampel, alkohol, media Nutrient Agar (NA) dan media Nutrient Broth (NB). Pewarna gram: kristal violet, iodine, ethanol, dan safranin. Reagen Salkowski (150ml H2SO4 pekat, 250 ml akuades, 7.5 ml FeCI3. 6H2O 0.5 M).Pengambilan Sampel dan IsolasiSampel tanah diambil pada kedalaman10-20 cm, sedangkan sampel akar diambil dari akar tanaman yang dipotong sepanjang 5cm. Masing-masimg sampel dimasukan kedalam plastik dan diberi label.Isolasi rizobakteri diawali dengan melakukan pengenceran berseri. Sebanyak 1 gram sampel tanah dimasukkan ke dalam 9 ml larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%) dalam tabung reaksi, kemudian dihomogenkan. Seri pengenceran dilakukan hingga tingkat pengenceran 10-5. Sebanyak 0,1 ml suspensi dari tingkat pengenceran 10-4 dan 10-5 dimasukkan ke dalam cawan petri steril secara aseptis. Kemudian medium nutrient agar cair dituangkan ke dalam cawan petri yang telah berisi suspensi bakteri dan dihomogenkan.Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 24 jam. Isolat yang tumbuh diamati kemudian dipindahkan kedalam medium nutrient agar miring untuk pengujian selanjutnya.

Uji Produksi Indol Acetic Acid (IAA)

Pengujian didasarkan pada metode Kumar (2012) yang dimodifikasi. Kultur bakteri berumur 24 jam dalam media NB (Nutrient Broth) diinokulasikan sebanyak 1 ml ke dalam 50 ml media NB. Kemudian diinkubasikan dalam Orbital Shaker pada suhu ruang dengan kecepatan 100 rpm selama 48 jam. Setelah inkubasi, kultur bakteri tersebut disentrifugasi pada kecepatan 7.000 rpm selama 7 menit.Sebanyak 1 ml supernatan ditambah 2 ml reagen Salkowski (150ml H2SO4 pekat, 250 ml akuades, 7.5 ml FeCI3. 6H2O 0.5 M). Campuran tersebut diinkubasi selama 25 menit, warna pink menunjukkan produksi IAA. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 535 nm.

Uji Produksi Katalase (Kumar, 2012)Sebanyak satu ose isolat bakteri yang telah berumur 48 jam diletakkan pada object glass. Larutan hidrogen peroksida (H2O2) 3%, kemudian ditambahkan sebanyak satu tetes pada isolate tersebut. Timbulnya buih (gelembung) menunjukkan adanya aktivitas enzim katalase yang dihasilkan oleh isolat bakteri.

Pengamatan karakteristik PGPR

Karakteristik bakteri PGPR diketahui melalui pengamatan morfologi koloni (bentuk,warna, tepi, elevasi) dan morfologi sel (bentuk sel dan tipe gram). Bentuk sel bakteri dan tipe Gram diamati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400 dan 1000x.Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan secara deskriptif. Data yang diperoleh berupa karakteristik isolat bakteri, morfologi sel, serta kemampuan produksi katalase dan IAA. Data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel.HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil isolasi bakteri rizosfer dari tanah dan perakaran tanaman Murbei (Morus alba) di Hutan Wanagama diperoleh 12 isolat bakteri rizosfer. Isolat tersebut terdiri atas 8 isolat dari tanah dan 4 isolat dari akar tanaman murbei (Morus alba) (Gambar 1, 2 dan 3).

Gambar 1. Hasil purifikasi isolat bakteri dari sampel akar tanaman murbei (Morus alba). a) A1; b) A5; c) A6; d) A7; e) A8; f) A9; g) A10; h) A11.

Gambar 2. Hasil purifikasi isolat bakteri dari sampel tanah tanaman murbei (Morus alba). a) T2; b) T6; c) T7; d) T8.Hasil uji katalase menunjukkan 10 isolat positif memproduksi katalase dan 2 isolat bereaksi negative (Tabel 1). Hasil reaksi positif pada uji katalase ditandai dengan adanya gelembung-gelembung oksigen atau buih (Prasetyo, 2011). Berdasarkan hasil pengujian katalase, didapatkan bahwa isolat A5, A7, A11, T6, dan T7 menunjukkan aktivitas katalase yang besar, ditandai dengan terbentuknya buih yang melimpah (+++) ketika ditetesi H2O2. Menurut Lay (1994), buih yang dihasilkan merupakan hasil reaksi katalisasi H2O2 (hidrogen peroksida) menjadi H2O dan O2. Jika bakteri bersifat katalase positif, maka akan timbul gelembung udara di sekitar koloni. Reaksi yang dikatalisasi oleh enzim katalase adalah sebagai berikut:

H2O2 --katalase H2O + O2 gelembung udara

Hidrogen peroksida menurut Hadioetomo (1993) dihasilkan dari hasil respirasi aerobik bakteri yang bersifat toksik terhadap sel karena dapat menginaktivasi enzim yang ada di dalam sel. Oleh karena itu, senyawa toksik ini harus diuraikan agar tidak bersifat toksik. Bakteri yang memiliki kemampuan memecah H2O2 dengan enzim katalase merupakan bakteri aerob. Tujuan bakteri aerob melakukan pemecahan H2O2 adalah sebagai sistem pertahanan diri dari toksik H2O2. Bakteri anaerob tidak dapat melakukan pemecahan H2O2 karena hasil dari reaksi tersebut adalah O2 yang dapat mematikan dirinya sendiri. Produksi enzim katalase ini penting untuk PGPR (Plant Growth Promoting Bacteria) dalam meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tumbuhan.

Gambar 3. Kultur murni isolate bakteri, a) sampel akar tanaman murbei (Morus alba); b) sampel tanah tanaman murbei (Morus alba).Tabel 1. Hasil uji katalase pada isolat bakteri dari sampel tanah dan akar tanaman murbei (Morus alba)

Kode IsolatProduksi Katalase

A1+

A5+++

A6-

A7+++

A8++

A9-

A10+

A11+++

T2++

T6+++

T7+++

T8++

Keterangan: (+) buih sedikit; (++) buih sedang; (+++) buih banyak

Bakteri yang mampu menghasilkan IAA akan menghasilkan warna merah muda ketika di tetesi dengan reagen Salkowski. Hal ini disebabkan adanya interaksi antara IAA dengan Fe membentuk senyawa kompleks [Fe2 (OH)2 (IA)4]. Menurut Kovacs (2009), interaksi tersebut terjadi pada suasana asam karena adanya reaksi kompleks atau karena reaksi redoks. Warna merah muda yang semakin pekat menunjukkan kandungan IAA yang di hasilkan oleh bakteri semakin tinggi. Konsentasi IAA pada analisis dengan metode spektrofotometri berdasarkan nilai absorbansi yang diserap oleh spektofotometer UV-Visible dengan panjang gelombang 535 nm. Berdasarkan hukum Lambert-Beer nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi sampel. Panjang gelombang yang digunakan adalah 535 nm berada pada daerah tampak. Panjang gelombang ini dipilih berdasarkan warna yang dihasilkan oleh interaksi antara reagen Salkowski dan IAA yang menghasilkan warna merah muda (Glickmann dan Dessaux, 1995) (Gambar 4).Hasil analisis IAA pada beberapa isolat menunjukkan bahwa isolat-isolat tersebut mampu menghasilkan hormon tumbuh IAA yang sangat penting untuk tanaman. Analisis dilakukan pada waktu inkubasi 48 jam. Hormon tumbuh IAA merupakan salah satu produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri. Hormon tumbuh IAA yang dihasilkan oleh PGPR berfungsi sebagai sinyal molekul yang penting dalam regulasi perkembangan tanaman, memacu perkembangan perakaran tanaman inang, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen dan memacu pertumbuhan tanaman (Shaharoona et al. 2006; Ashrafuzzaman et al. 2009; Joshi dan Bath, 2011).Berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan, isolat T7 memiliki nilai absorbansi terbesar yaitu 0,070 dan isolat T6 memiliki nilai absorbansi terkecil yaitu 0,013. Nilai absorbansi tersebut menunjukkan hasil produksi IAA yang dihasilkan oleh isolat bakteri tersebut. Semakin besar nilai absorbansi, menunjukkan produksi IAA yang besar pula dan begitupula sebaliknya (Tabel 2).Tabel 2. Nilai absorbansi uji produksi Indol Acetic Acid (IAA) pada isolat bakteri dari sampel tanah dan akar dengan panjang gelombang 535 nm.Kode IsolatNilai Absorbansi

A10,032

A50,034

A70,045

A80,044

A100,021

A110,032

T20,042

T60,013

T70,070

T80,053

Kesepuluh isolat bakteri tersebut kemudian dikarakteristikkan morfologinya berdasarkan bentuk koloni, warna, tepian, elevasi, gram, dan bentuk sel (Tabel. 3).

Tabel 3. Karakteristik isolat bakteri.

Kode IsolatBentuk KoloniWarnaTepianElevasiGramBentuk Sel

A1BulatPutih kekuninganRataRata(-)Coccus

A5Bulat tidak beraturanPutihberombakRata(-)Bacilus

A7BulatPutih susuRataRata(-)Coccus

A8BulatPutihRataRata(-)Coccus

A10Bulat tidak beraturanPutihberombakRata(-)Bacillus

A11BulatPutihRataRata(-)Coccus

T2BulatPutih susuRataRata(-)Coccus

T6Tidak beraturanOren mudaberombakRata(-)Bacilus

T7Putih susuPutih susuRata Rata (-)Coccus

T8Putih PutihRata Rata (-)Coccus

Berdasarkan data pada tabel 3. dapat dilihat bahwa sebagian besar isolat bakteri memiliki koloni berbentuk bulat, walaupun ada beberapa isolat yang bentuknya tidak teratur. Bentuk elevasi koloni sebagian besar menunjukkan elevasi yang rata, sementara tepi koloni ada yang rata dan ada yang berombak. Karakter koloni bakteri yang menunjukkan keragaman cukup tinggi diantara isolat yang diperoleh adalah warna koloni. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bentuk sel ada yang berbentuk coccus dan juga bacillus, sedangkan sifat gram yang dimiliki seluruh isolat adalah gram negatif.Karakter-karakter yang telah diperoleh pada tahap penelitian ini nantinya akan berguna pada proses identifikasi jenis bakteri pemacu pertumbuhan tanaman untuk penentuan posisi taksonominya. Karakteristik morfologi koloni dan sel serta hasil uji katalase dan IAA yang terkumpul pada tahap penelitian ini belumlah dianggap cukup untuk melakukan identifikasi bakteri. Masih dibutuhkan beberapa tambahan informasi lagi terutama terkait karakteristik biokimiawi dan molekularnya untuk bisa menentukan posisi taksonomi isolat PGPR yang diperoleh.

KESIMPULANPenelitian ini berhasil memperoleh 12 isolat bakteri rizosfer yang setelah dilakukan uji katalase diperoleh 10 isolat yang memiliki kemampuan menghidrolisis H2O2. Isolat dengan kode A5, A7, A11, T6, dan T7 memiliki aktivitas katalase terbesar (+++). Hasil produksi IAA ditunjukkan dengan nilai absorbasi atau OD (Optical Density) yang diperoleh isolat T7 memiliki nilai absorbansi terbesar yaitu 0,070 dan isolat T6 memiliki nilai absorbansi terkecil yaitu 0,013. Isolat T7 berpotensial sebagai bakteri pemicu pertumbuhan tanaman karena memilki aktifitas katalase terbesar dan produksi IAA terbesar. Kesepuluh isolat tersebut memiliki karakteristik morfologi koloni dan sel yang bervariasi.Kesimpulan dari penelitian ini adalah didapatkan 12 isolat bakteri yang potensial sebagai PGPR dari rizosfer tanaman Morus alba di hutan Wanagama. Ada 10 isolat bakteri memproduksi katalase dan IAA secara signifikan. Hasil produksi katalase ditunjukkan dengan terdapatnya buih ketika ditetesi larutan hidrogen peroksida (H2O2) 3% dengan aktivitas katalase terbesar pada sampel A5, A7, A11, T6, dan T7 kemudian aktivitas katalase terendah pada sampel A10. Hasil produksi IAA ditunjukkan dengan nilai absorbasi dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang , isolat T7 memiliki nilai absorbansi terbesar yaitu 0,070 dan isolat T6 memiliki nilai absorbansi terkecil yaitu 0,013.Selain itu, dilakukan karakterisasi berdasarkan morfologi koloni dan morfologi sel bakteri dari 10 isolat tersebut. Isolat bakteri yang diperoleh selanjutnya diharapkan dapat dikembangkan menjadi pupuk hayati yang bermanfaat meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman.DAFTAR PUSTAKAAgustiansyah, I., Satriyas dan M. Machmud. 2013. Karakterisasi Rizobakteri yang Berpotensi Mengendalikan Bakteri Xanthomonas oryzae Pv. Oryzae dan Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Padi.J.HPT Tropika. 13(1): 42-51.

Hasanuddin. 2003. Peningkatan Peranan Mikroorganisme Alam Sistem Pengendalian Penyakit Tumbuhan Secara Terpadu. Universitas Sumatra Utara.Ikhwan, A.2010.Uji Potensi Rhizobakteri Perombak Pestisida DDT Sebagai Pupuk Hayati (Biofertilizer). Scientific Journal Universitas Muhammadiyah Malang.Irmawan, D.E. 2008. Teknologi Bakteri Rhizosfer Pemacu Pertumbuhan (PGPR). http://www.pertaniansehat.or.id. 28 Maret 2015.

Kim, D.S., R.J. Cook, and D.M. Weller. 1997. Bacillus sp. L324-92 For Biological Control Of Three Root Diseases Of Wheat Grown With Reduced Tillage. Phytopathol.87(5): 551-558.Kumar, A., A. Kumar, S. Devi, S. Patil, C. Payal and S. Negi. 2012. Isolation, Screening And Characterization Of Bacteria From Rhizospheric Soils For Different Plant Growth Promotion (PGP) Activities: An In Vitro Study. Science and Technology. 4(1): 01-05.

Shaharoona B, Arshad M, Zahir ZA, Khalid A. 2006. Performance of Pseudomanas spp. containing ACC diaminase for improving growth and yield of maize (Zea mays L.) in the presence of nitrogenous fertilizer. Soil Biol Biochem. 38: 2971-2975.

Silva, H.S.A, R.D.S. Romeiro, D. Macagnan, B.D.A.H Veira, M.C.B. Pereira, and A. Mounteer. 2004. Rhizobacterial Induction Of Systemic Resistance In Tomato Plant: Non-Specific Protection And Increase In Enzym Activities. Biol Control. 29: 288-295.Schroth, M.N. and J.G. Handcock. 1982. Disease-Suppressive Soil And Root Colonizing Bacteria. Science. 216(4553): 1.376-1.381.Soemarno. 2010. Ekosistem Tanah. Universitas Brawijaya: Malang.

Suseno, D. 2008. Berbagai Mikroorganisme Rizosfer pada Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) di Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB Desa Ciomas, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Sutariati, G.A.K., dan L.O. Safuan. 2010.Perlakuan Benih dengan Rizobakteri Meningkatkan Mutu Benih dan Hasil Cabai (Capsicum annuum L.).J. Agron. Indonesia. 40(2): 125-131.e

b

c

d

a

h

g

f

d

c

b

a

b

a