isolasi bakteri dan uji aktivitas kitinase termofilik kasar dari sumber ...
Transcript of isolasi bakteri dan uji aktivitas kitinase termofilik kasar dari sumber ...
ISOLASI BAKTERI DAN UJI AKTIVITAS KITINASE TERMOFILIK KASAR
DARI SUMBER AIR PANAS TINGGI RAJA, SIMALUNGUN
SUMATERA UTARA
TESIS
O l e h
ICHE MARINA DEWI 067030011/BIO
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
ISOLASI BAKTERI DAN UJI AKTIVITAS KITINASE TERMOFILIK KASAR
DARI SUMBER AIR PANAS TINGGI RAJA, SIMALUNGUN
SUMATERA UTARA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Studi Biologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ICHE MARINA DEWI 067030011/BIO
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Judul Tesis : ISOLASI BAKTERI DAN UJI AKTIVITAS KITINASE TERMOFILIK KASAR DARI SUMBER AIR PANAS TINGGI RAJA, SIMALUNGUN SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Iche Marina Dewi Nomor Pokok : 067030011 Program Studi : Biologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Dwi Suryanto, M.Sc.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)
Tanggal lulus : 26 September 2008
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 26 September 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Dwi Suryanto, M.Sc.
Anggota : 1. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc
2. Dr. Delvian, SP.MP
3. Dr. Ir. Eddy Batara Mulya Siregar, MS
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
ABSTRAK
Isolasi dan pengujian kitinase kasar bakteri termofilik penghasil kitinase telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, FMIPA USU dari Bulan Februari 2008 sampai dengan Juni 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengetahui suhu optimum aktifitas kitinase bakteri yang diisolasi dari sumber air panas Tinggi Raja. Lima isolat (TR1, TR2, TR3, TR4, TR5) telah diseleksi untuk pemeriksaan lebih lanjut. TR 4 dan TR 5 menunjukkan suhu optimum dari aktifitas kitinase adalah 60oC dengan melepaskan 0.042 µmol/ml dan 0.030 µmol/ml N-asetilglukosamin,berturut-turut, kemudian TR 2 dan TR 3 menunjukan suhu optimum 65oC dengan melepaskan 0.025 µmol/ml dan 0,019 µmol/ml N-asetilglukosamin. Aktifitas kitinase TR1 belum dapat ditetapkan, sebab pada suhu 70oC aktifitas masih meningkat. Kata kunci : Kitin, Bakteri Kitinase, Bakteri Termofilik, Kitinolitik Termofilik
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
ABSTRACT
An isolation and examination of crude chitinase of thermofilic bacteria were carried out in Laboratory of Microbiology, Departement of Biologi, FMIPA, USU from Februari to June 2008. The objective of the study was to isolated and to know the optimum temperature of the chitinase activity of bacterial isolates from Tinggi Raja hot spring. Five isolates (TR1, TR2, TR3, TR4, TR5) were selected for futher study. TR4 and TR5 showed optimum temperature of chitinase activity at 60oC by releasing 0.042 µmol/ml and 0.030 µmol/ml N-acetylglucosamine, respectively, while TR2 and TR3 showed optimum temperature at 65oC by releasing 0.025 µmol/ml and 0,019 µmol/ml N-acetylglucosamine, respectively. However, chitinase activity of TR1 have not been determinate yet since by of 70oC the activity was still increase .
Keyword : Chitin, Chitinase bacteria, thermofilic bacteria, chitinolitic thermofilic
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
berkat berlimpah, kesempatan dan kesehatan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul, “Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Kitinase
Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara.
Tesis ini ditulis untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Magister Sains di Program
Studi S2 Biologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan tesis ini, saya banyak mendapat bantuan moril maupun
materil, bimbingan petunjuk, saran-saran serta nasehat yang besar nilainya dalam
penyelesaian tesis ini. Untuk itu perkenankan saya terlebih dahulu mengucapkan terima
kasih banyak yang sedalam-dalamnya kepada :
Ketua Komisi Pembimbing Dr.Dwi Suryanto, M.Sc, yang telah banyak
membimbing dan memberi saran serta dorongan dengankesabaran selama saya
menyusun usulan penelitian, menjalani penelitian sampai penyelesaian tesis ini.
Pembimbing 2, Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc yang telah meluangkan
waktu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Dosen Penguji Dr. Delvian, SP.MP dan Dr. Ir. Eddy Batara Mulya
Siregar, MS yang telah bersedia dengan sabar membantu saya dalam penyempurnaan
tesis ini.
Secara khusus saya persembahkan pada yang tercinta Ir. Sunawardi, M.Si
(suami), ananda Syifa Marini Thurfah dan ananda Ahmad Fauzan Syauqhi tiada kata
yang setara untuk mengutarakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
atas dukungan, cinta, kasih sayang, pengertian, pengorbanan dan kesabaran yang
diberikan kepada saya.
Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan moril. Atas
segala jerih payah serta bantuan yang telah saya terima, kiranya Allah SWT berkenan
membalasnya.
Akhir kata saya menyadari sepenuhnya bahwa isi tesis ini masih memiliki
kekurangan-kekurangan, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
tesis ini dapat lebih baik. Saya berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Medan, 26 September 2008
Penulis
Iche Marina Dewi
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Iche Marina Dewi, lahir pada tanggal 7 Maret 1976 di Serui–Irian Jaya, merupakan
anak ke dua dari Bapak Djamidan dengan Ibu Sri Sukasih. Latar belakang pendidikan
dan pengalaman yang pernah didapat adalah :
1. SD Inpres Serui, Irian Jaya : lulus 1987
2. SMPN 2 Banda Aceh : lulus 1990
3. SMAN 2 Banda Aceh : lulus1993
4. Sarjana S1 Fakultas MIPA/ Biologi Unsyiah : lulus 1998
5. Guru SMAN 2 Kutacane : 2000-sekarang
6. Program Magister Biologi, SPs USU : 2006
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………………………………………………………………….. i ABSTRACT ………………………………………………………………... ii UCAPAN TERIMA KASIH …….……………………………………….... iii RIWAYAT HIDUP …………………..……………………………………. v DAFTAR ISI ………………………....…………………………………… vi DAFTAR TABEL ………………………….………………………………. viii DAFTAR GAMBAR………………………….……………………………. ix DAFTAR LAMPIRAN ……………………….……………………………. x BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………. 1
1.2. Tujuan Penelitian …………………………………………. 4
1.3. Rumusan Masalah ………………………………………... 4
1.4. Hipotesis ………………………………………………….. 4
1.5. Manfaat Penelitian……………………………………….... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……….……………………………… 6
2.1. Mikroorganisme Termofilik ……………………………..... 6
2.2. Kitin ……………………………………………………….. 8
2.3. Kitinase ……………………………………………………. 9
2.4. Biosintesis Enzim Kitinase pada Mikroorganisme ……….. 12
2.5. Klasifikasi Enzim Kitinase ………………………………… 12
2.6. Metode Pemekatan Cairan Enzim dan Pengukuran
Aktifitas Kitinase ………………………………………….. 14
2.7. Kegunaan Enzim Kitinase …………………………………. 16
2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Enzim ……… 17
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
2.9. Deskripsi daerah sumber Air Panas Tinggi Raja,
Sumatera Utara ………………………………......................... 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 20
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ……………………………… 20
3.2. Alat Dan Bahan …………………………………………….. 20
3.3. Pengambilan Sampel Air Panas ……………………………. 21
3.4. Preparasi Koloidal Kitin ……………………………………. 21
3.5. Preparasi Larutan Buffer Fosfat ……………………………. 22
3.6. Pembuatan Larutan Mc Farland ………………………….... 22
3.7. Isolasi dan Seleksi Bakteri Kitinase ……………………….. 22
3.8. Karakterisasi Morfologi Dan Biokimia Bakteri Kitinase ….. 23
3.9. Ekstrak Kitinase Kasar …………………………………….. 23
3.10. Pengukuran Aktifitas Kitinase Kasar Berdasarkan
Pengaruh Suhu …………………………………………….. 24
3.11. Analisis Data ………………………………………………. 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………… 28
4.1. Isolasi dan Seleksi Bakteri Kitinase Termofilik …………… 28
4.2. Karakterisasi Morfologi Dan Biokimia Bakteri Kitinase …. 31
4.3. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Kitinase Kasar ………. 35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………... 43
5.1. Kesimpulan………………………………………………… 43
5.2. Saran ……………………………………………………… 43
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 44
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Struktur tabel sidik ragam …………………………………………… 26
2. Karakteristik morfologi bakteri kitinolitik termofilik asal Tinggi Raja 31
3. Karakterisasi sifat biokimia isolat kitinolitik termofilik ….…………. 33
4. Aktivitas kitinase kasar pada suhu yang berbeda ….………………… 36
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Unit kitin ……………………………………………………………… 8
2. Mekanisme kerja enzim eksokitinase dan endokitinase ……………… 14
3. Beberapa isolat dengan zona bening (a) di sekitar koloni bakteri (b) pada hari ketiga ……………………………………………………… 29
4. Diameter zona bening bakteri kitinolitik termofilik dalam uji nisbi …. 30
5. Pewarnaan gram bakteri kitinolitik termofilik (perbesaran 16 X 100)... 33
6. Rataan aktivitas kitinase kasar (µgr/ml) pada berbagai suhu …..……... 37
7. Pengaruh suhu terhadap kitinase total bakteri termofil Tinggi Raja ….. 38
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Preparasi koloidal kitin …………………………………………… 49
2. Isolasi bakteri …………………………………………………….. 50
3. Penyiapan biakkan murni bakteri kitinolitik………………………. 51
4. Karakterisasi sifat morfologi dan biokimia isolat ..……………….. 52
5. Isolasi enzim kitinase kasar ……………………………………... 53
6. Penentuan aktifitas kitinase dengan variasi suhu ………………… 54
7. Pembuatan kurva standar N-asetil Glukosamin…………………… 55
8. Peta lokasi sumber isolat …………………………………………. 56
9. Pengamatan uji biokimia sederhana ……………………………… 57
10. Data penentuan kurva standar GlcNAc dengan menggunakan spektrofotometer λ = 538 nm ........................................................... 58
11. Daftar sidik ragam & uji duncan 5 isolat bakteri kitinase termofilik Tinggi Raja …………………………………………….. 60
12. Foto-foto pengamatan sifat fisik air panas Tinggi Raja …………… 63
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya sumber air panas sebagai media bagi
pertumbuhan bakteri termofilik yang dikenal memproduksi enzim yang bernilai
ekonomi. Namun sampai saat ini bakteri dari sumber air panas belum banyak
dieksplorasi. Salah satu tempat di Indonesia yang memiliki beberapa sumber mata air
panas, antara lain daerah panas bumi Tinggi Raja, di Desa Tinggi Raja, Kecamatan
Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Manifestasi sumber air panas
tersebut sampai saat ini hanya dimanfaatkan untuk obyek pariwisata pemandian air
panas yang itupun pemanfaatannya belum optimal (Sundoro, 2006). Beberapa
penelitian juga sudah diarahkan untuk pengelolaan energi pembangkit listrik tenaga air
tetapi belum dapat diaplikasikan.
Sumber mata air panas ini diduga memiliki potensi bakteri termofil yang belum
dieksplorasi sebelumnya. Bakteri termofil merupakan bakteri dengan kemampuan
bertahan hidup pada kondisi panas sampai dengan kondisi ekstrim panas, bahkan
bakteri termofil ada yang mampu bertahan hidup pada suhu 250oC (Vieille & Zeikus,
2001).Bakteri sebagai salah satu mikroorganisme yang berperan sebagai penghasil
enzim yang paling banyak digunakan dibanding tanaman dan hewan. Sebagai
sumber enzim, bakteri dianggap lebih menguntungkan karena pertumbuhannya cepat,
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
dapat tumbuh pada subtrat yang relatif murah, kondisi pertumbuhan dan rekayasa
genetik dapat diatur serta mampu menghasilkan enzim yang ekstrim seperti pada suhu
tinggi sangat menguntungkan dibidang industri dan penelitian ilmiah (Lestari, 2000).
Pada tahun-tahun belakangan ini, enzim termostabil dari ekstrim termofil
menjadi sangat penting karena sifat termostabilitas intrinsik dan resistensinya terhadap
perubahan faktor-faktor fisik dan kimia. Enzim termostabil sangat penting dalam
aplikasi bioteknologi dan industri, seperti dalam teknik-teknik biologi molekuler untuk
kegunaan penelitian dan diagnostik (enzim yang memproses DNA dan RNA) dan
kemampuan enzim mengubah tepung, makanan, pengelolaan sampah, sintesis organik,
pembuatan kertas dan industri kulit. Hingga saat ini, lebih dari 70 genus dan 140
spesies termofil telah diisolasi dari berbagai lingkungan termis (George, 2001).
Untuk lebih memanfaatan bakteri termofilik strain lokal, dilakukan studi
terhadap enzim termostabil bakteri ini. Beberapa enzim yang telah diteliti antara lain
selulase, amilase, protease, kreatinase, xylanase, kitinase dan lain–lain. Penelitian
tentang enzim kitinase telah dilakukan, baik uji potensi enzim bakteri kitinolitiknya
hingga cara mempelajari gen yang menyandi enzim yang terlibat dalam proses–proses
kimiawi khususnya. Kitinase juga dihasilkan oleh jamur, tumbuhan tingkat tinggi,
serangga, udang, kepiting, cumi-cumi dan artropoda lainnya (Rahayu, 2000).
Di alam, polimer kedua terbanyak setelah selulosa adalah kitin. Indonesia sangat
berpotensi menghasilkan kitin dan produk turunannya. Limbah cangkang rajungan di
Cirebon saja berkisar 10 ton perhari yang berasal dari sekurangnya 20 industri kecil
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
(Lestari, 2000). Turunan kitin tersebut masih menjadi limbah yang dibuang dan
menimbulkan masalah lingkungan. Pada hewan, kitin dikonversi menjadi monomer
atau oligomernya dengan menggunakan enzim kitinase. Kitin juga merupakan sumber
karbon dan nitrogen yang dimanfaatkan oleh bakteri kitinase (Poernomo, 2004).
Kitinase merupakan enzim ekstraseluler yang berperan dalam pemecahan kitin.
Secara umum kitinase diklasifikasikan atas endokitinase, eksokitinase dan β-1,4-N-
asetilglukosaminidase. Endokitinase adalah enzim yamg memotong acak ikatan β-1,4
bagian internal mikrofibril kitin dengan produk akhir yang bersifat mudah larut yaitu
berupa N-asetilglukosamin dengan berat molekul rendah seperti kitotetraose.
Eksokitinase merupakan enzim yang mengkatalisis secara aktif pembebasan unit–unit
diasetil kitobiose tanpa pembentukan unit–unit monosakarida dan oligosakarida disebut
eksokitinase, sedangkan β-1,4-N-asetilglukosaminidase merupakan kitinase yang
bekerja pada pemutusan diasetilkitobiose, kitotriose, kitotetraose dan menghasilkan
monomer GlcNAc (Harman et al, 1993).
Kemampuannya menghidrolisis kitin pada suhu tinggi merupakan hal yang
menarik dalam pengisolasian bakteri kitinase termofilik. Produk hidrolisis berupa
derivat kitin banyak dimanfaatkan untuk keperluan medis, farmakologi, industri,
pertanian, pakan ternak, kapsul obat dan obat-obatan seperti obat anti tumor dan anti
kanker, juga sebagai agen pengendalian hama dan penyakit tanaman yang merupakan
hal yang tergolong baru dalam ilmu pengetahuan.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk :
a. Mendapatkan bakteri kitinolitik termofilik, memperoleh isolat murni dan
mengidentifikasi bakteri kitinolitik yang ditemukan
b. Mengetahui suhu dan aktifitas kitinase optimum bakteri kitinolitik termofil dari
sumber air panas Tinggi Raja
c. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim kitinase termofil
1.3. Rumusan Masalah
Penelitian dibatasi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian
ini saja, yaitu
a. Ada tidaknya bakteri kitinolitik termofilik di sumber air panas Tinggi Raja
b. Apakah bakteri yang ditemukan tersebut memiliki suhu optimum dalam proses
produksi enzim kitinolitik termofil,
c. Berapakah suhu optimum aktifitas kitinase termofilik kasar asal Tinggi Raja
1.4. Hipotesis
Terdapat beberapa isolat bakteri kitinolitik termofilik Tinggi Raja yang
memiliki aktifitas kitinase pada suhu optimum yang berbeda.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya informasi mengenai sumber daya
alam yang memiliki potensi bakteri kitinolitik (bioprospecting chitinase) dan memberi
kontribusi bagi penelitian lebih lanjut dalam pemanfaatan enzim kitinase bakteri
kitinolitik termofilik dari sumber air panas Tinggi Raja.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mikroorganisme Termofilik
Berdasarkan suhu optimum pertumbuhan, mikroorganisme secara umum
dibedakan atas psikrofil, mesofil, termofil, ekstrim termofil dan ultra termofil. Psikrofil
hidup pada kisaran suhu -3-20oC, mesofil pada suhu 13–45oC dan termofil antara 45–
65oC bahkan ada yang memiliki kemampuan hidup pada suhu ekstrim termofil yakni
antara 65–85oC dan hipertermofil pada suhu di atas 85oC (Rudiger, 1994). Bakteri yang
mampu hidup pada kisaran suhu di atas 110oC disebut bakteri ultratermofil (Sharmili
& Ramasay, 2003).
Termofilik didefinisikan sebagai organisme yang hidup pada suhu di atas 45oC.
Organisme ini telah memunculkan pengetahuan baru selama beberapa tahun
belakangan. Minat para ilmuwan terhadap organisme termofil semakin tinggi terutama
dipicu dengan adanya penemuan bakteri-bakteri yang dapat hidup pada suhu titik didih
air atau bahkan lebih tinggi (Lestari, 2000).
Termofil sangat menarik untuk dikaji baik dari sudut pandang ilmu dasar maupun
terapan. Bidang penelitian dasar yang berkaitan yaitu biologi molekuler, genetika,
biokimia, evolusi, taksonomi, ekologi dan asal usul kehidupan. Berdasarkan sudut
pandang terapan atau bioteknologi, termofil merupakan sumber enzim-enzim yang unik
dengan sifat spesifik, terutama yang tahan terhadap suhu tinggi. Contoh, penerapan
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
enzim termostabil yang telah dilakukan dalam bidang industri antara lain sebagai agen
aktif dalam fermentasi bersuhu tinggi, proses penggolahan limbah dan proses pelarutan
mineral (Lestari, 2000).
Pemakaian enzim termostabil disamping tahan terhadap denaturasi panas, juga
dapat meminimalkan resiko kontaminan dan dapat menggeser reaksi ke arah
pembentukan produk (Rudiger, 1994). Penggunaan enzim termostabil dalam
bioteknologi telah dapat menurunkan biaya operasi, disamping dapat meningkatkan
kecepatan reaksi-reaksi biokimianya (Aguilar et al., 1998).
Menurut Edwar (1991) dan Madigan (1997), mikroorganisme termofilik dapat
diisolasi dari berbagai sumber, termasuk sumber air panas baik yang terdapat di darat
maupun di laut, tanah yang selalu terkena sinar matahari, bahan yang mengalami
fermentasi seperti kompos dan instalasi air panas. Bakteri termofil merupakan bakteri
dengan kemampuan bertahan hidup pada kondisi panas sampai ekstrim panas, pada
beberapa litelatur bahkan disebutkan ada yang mampu bertahan hidup pada suhu
250oC (Vieille & Zeikus, 2001).
Di Sumatera Utara kekayaan alam berupa sumber air panas terdapat di beberapa
daerah. Pada kondisi hutan, dimana daun-daunan gugur, biji-bijian, rerumputan, serbuk
sari dan bangkai serangga merupakan sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan
oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam sumber air panas tersebut. Hal ini
memberikan peluang besar bagi mikroorganisme termofilik penghasil enzim hidrolitik
ekstraselluler seperti protease, manase, amilase, kitinase dan xilanase pada sumber air
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
panas tersebut. Salah satu enzim termostabil yang banyak digunakan dalam bidang
bioteknologi adalah enzim DNA polymerase yang biasa digunakan dalam proses PCR.
2.2. Kitin
Kitin merupakan polimer N-asetilglukosamin yang cukup banyak ditemukan
dalam dinding sel jamur dan eksoskeleton dari serangga dan krustasea (Cohen-Kupiec
& Chet, 1998). Kitin (C6H9O4. NHCOCH3)n merupakan zat padat yang larut dalam
asam-asam mineral pekat, tetapi tidak larut dalam air, pelarut organik, alkali pekat, dan
asam mineral lemah. Dengan adanya ikatan hidrogen yang sangat kuat pada rantai kitin,
membuat kitin tidak dapat larut dalam air dan membentuk fibril.
Kitin dapat larut dalam fluoroalkohol dan asam mineral pekat. Koloidal kitin
merupakan kitin yang banyak digunakan sebagai substrat dalam medium fermentasi
(Haran et al., 1995). Satu unit kitin dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Unit kitin (Cabib, 1987).
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan pola penyusun rantai polimer, kitin fibril terbagi atas α-kitin, β-kitin,
γ-kitin (Cabib, 1987). Pada α-kitin, rantai-rantai polimer yang berdekatan tersusun
secara antiparalel. Bentuk ini banyak ditemukan pada jamur dan arthropoda. Jenis β-
kitin mempunyai rantai polimer yang tersusun paralel, sedangkan γ-kitin fibrilnya
masing-masing tersusun dari tiga rantai, dua rantainya tersusun paralel dan rantai ketiga
antiparalel (Cabib, 1987).
Sumber kitin bermacam-macam, namun secara komersial kitin dieksplorasi dari
cangkang udang-udangan dan Crustacea. Sebanyak 50–60% dari limbah udang,
dihasilkan 25% kitin dari 32% berat kering limbah tersebut (Meidina et al., 2005) Kitin
terdapat melimpah di tanah dengan struktur dan karakteristik yang unik. Banyak hewan
dan mikroorganisme (seperti jamur, dan alga) memberikan kontribusi terbanyak atas
ketersedian kitin di dalam tanah.
2.3. Kitinase
Secara umum enzim sering digunakan dalam proses produksi. Enzim yang
digunakan pada umumnya berasal/diisolasi dari bakteri. Penggunaan enzim dalam
proses produksi dapat meningkatkan efisiensi yang kemudian meningkatkan jumlah
produksi. Bidang bioteknologi industri mengembangkan teknologi dan bioproses
dengan segala ilmu pendukungnya, seperti mikrobiologi, rekayasa genetika, biokimia
atau ilmu pendukung lainnya.Bioproses, yang di dalamnya meliputi bidang produksi
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
antara lain antibiotika, asam amino, pengendalian limbah, ataupun enzim (Poernomo,
2004).
Enzim adalah kelompok protein yang berperan penting dalam aktifitas biologi.
Enzim berfungsi sebagai katalisator di dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam
jumlah yang kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan
normal tidak terjadi penyimpangan hasil reaksi. Karena enzim mengkatalisator reaksi-
reaksi di dalam sistem biologis, maka enzim disebut sebagai biokatalisator (Murray,
2003).
Di bidang industri, enzim yang digunakan sebagian besar diisolasi dari
mikroorganisme. Pemilihan mikroorganisme sebagai sumber enzim mempunyai
beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan yang diisolasi dari tanaman maupun
dari hewan. Antara lain adalah sel mikroorganisme relatif lebih mudah ditumbuhkan,
kecepatan pertumbuhan relatif lebih cepat, skala produksi sel lebih mudah ditingkatkan
bila dikehendaki produksi yang lebih besar, biaya produksinya relatif rendah, kondisi
selama produksi tidak tergantung oleh adanya pergantian musim dan waktu yang
dibutuhkan dalam proses produksi lebih pendek (Poernomo & Purwanto, 2003).
Enzim kitinase mampu mendegradasi kitin. Kitinase banyak dihasilkan oleh
berbagai organisme seperti bakteri, fungi, tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan.
Organisme ini biasanya memiliki beragam gen kitinase yang ekspresinya diinduksi oleh
ekstraseluler kitin dan derivatnya. Pada hewan, kitinase digunakan untuk mengkonversi
kitin menjadi monomer atau oligomernya. Kitinase juga dimanfaatkan oleh bakteri
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
untuk asimilasi kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen (Tsujibo et al., 1999).
Sejumlah besar organisma memiliki enzim yang mampu menurunkan kitin fibril dan
dikenal secara kolektif sebagai kitinase (Inbar & Chet, 1991).
Kitinase menjadi perhatian yang besar, terutama karena peranannya dalam
morfogenesis jamur dan parasitisme. Pemanfaatan enzim ini telah banyak dilakukan
dalam aplikasi pengendalian hayati (Sahai & Manocha, 1993). Kitinase yang dihasilkan
mikroorganisme memiliki berat molekul berkisar antara 20.000–120.000 KDA. Pada
bakteri, berat molekul antara 60.000–110.000 KDA, sedangkan pada aktinomisetes
yaitu 30.000 atau lebih rendah (Wang et al, 1997).
Bakteri kitinolitik merupakan bakteri yang kompeten memproduksi enzim
kitinase dan memanfaatkan kitinase untuk asimilasi kitin sebagai sumber karbon dan
nitrogen (Wu et al, 2001). Genus bakteri yang sudah banyak dilaporkan menghasilkan
kitinase antara lain Aeromonas, Alteromonas, Chromobacterium, Enterobacter,
Ewingella, Pseudoalteromonas, Pseudomonas, Serratia, Vibrio (Chernin et al, 1998).
Beberapa spesies yang telah dipelajari antara lain Aeromonas sp, Bacillus cereus, B.
licheniformis (Pleban et al, 1997), Clostridium sp, Enterobacter liquefaciens,
Flavobacterium indolthecium, Klebsiella sp, Micrococcus colpogenes, Pseudomonas
sp, Serratia marcencens, Vibrio parahaemaluticus, V. alginolyticus, Bacillus dan
Pyrococcus (Gao et al, 2003)
Di Indonesia, sejumlah bakteri yang mempunyai aktifitas enzim kitinase telah
diisolasi dari berbagai sumber air panas di daerah Tompasso, Manado. Dari 45 isolat
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
yang didapat, Bacillus licheniformis MB-2 menunjukkan indeks kitinolitik yang
terbesar (Jayanti, 2002). Enzim kitosanase yang dihasilkan dari isolat MB-2 telah pula
dimurnikan dan dikarakterisasi (Chasanah, 2004).
2.4. Biosintesis Enzim Kitinase Pada Mikroorganisme Pengaturan biosintesis enzim kitinase melalui sistem represor-induser. Kitin dan
produk hasil degradasinya (oligomer/monomer) berperan sebagai induser (Sahai &
Manocha, 1993). Glukosamin dapat menginduksi kitinase karena pada kitosan (kitin
yang mengalami deasetilasi) masih terdapat sekitar 10–20% residu asetil (Sahai &
Manocha, 1993).
Pengaturan sintesis kitinase dipengaruhi juga oleh produk akhir (katabolit) berupa
GlcNAc dan glukosa. Kitin yang dipreparasi dengan hidrolisis parsial dengan HCl 10 N
akan menghasilkan koloidal kitin yang mampu menginduksi kitinase kompleks seperti
N-asetilglukosaminidase, endokitinase dan kitobiosidase pada Aeromonas caviae (Inbar
& Chet, 1991), Enterobacter agglomerans (Chernin et al., 1995) dan Trichoderma
harzianum (Haran et al., 1995).
Kemampuan menginduksi sintesis kitinase dipengaruhi kemampuan sel
mikroorganisme untuk mengenal struktur fisik kitin seperti susunan rantai. Beberapa
mikroorganisme memproduksi protein seperti lektin yang mengikat secara khusus
kristal α-kitin. Sel juga dapat mengenal derajat deasetilasi dari jumlah glukosamin dan
GlcNAc relatif yang dibebaskan selama degradasi kitin.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
2.5. Klasifikasi enzim kitinase
Kitinase poli 1,4–β(2 asetamido–2–deoksi–D–glukosaminide) glikanohidrolase
adalah enzim yang menghidrolisis ikatan β-1,4-asetamido–2 deoksi-D-glikosida dari
kitin dan kitodekstrin (Bielka et al., 1984). Mekanisme proses hidrolisis tersebut
tergantung dari tipe-tipe kitinase dan kemampuan mengkatalisis dengan produk akhir
yang berbeda.
Polimer N-asetilglukosamin yang cukup banyak ditemukan dalam dinding sel
jamur dan eksoskeleton dari serangga dan krustasea, dimana kesamaan rangkaian
peptida telah digunakan untuk mengelompokkan kitinase ke dalam lima kelas. Kelas I,
II, dan IV terdiri dari kitinase yang bersumber dari tanaman dan secara struktural tidak
berhubungan dengan kelas III dan V. Kitinase kelas III diperoleh terutama dari
tumbuhan dan jamur, sedangkan kelas V mewakili sebagian besar bakteri kitinase
(Cohen-Kupiec & Chet, 1998).
Sistim tata nama dan penggolongan enzim kitinase masih banyak menimbulkan
kerancuan. Harman et al., (1993) membagi kitinase dalam tiga tipe yaitu:
a. Eksokitinase (belum memiliki nomor entry dalam Enzyme Nomenclature)
dinamakan juga kitobiosidase atau kitin–1,4-β-khitobiosidase, yaitu enzim yang
mengkatalisis secara aktif pembebasan unit-unit diasetilkitobiose tanpa ada unit-
unit monosakarida atau oligosakarida yang dibentuk (Gambar 2). Pemotongan
hanya terjadi pada ujung non reduksi mikrofibril kitin dan tidak secara acak.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
b. Endokitinase (EC. 3.2.1.14) yaitu enzim yang memotong secara acak ikatan β -
1,4 bagian internal mikrofibril kitin (Gambar 2). Produk akhir yang terbentuk
berupa oligomer pendek N-asetilglukosamin (GlcNAc) yang mempunyai berat
molekul rendah seperti kitotetraose, kitotriose dengan didominasi oleh
diasetilkitobiose. Produk yang dihasilkan bersifat mudah larut.
c. β -1,4–N asetilglukosamidase (EC. 3.2.1.30) adalah suatu enzim kitinolitik yang
bekerja pada pemutusan diasetilkitobiose, kitotriose dan kitotetraose dengan
menghasilkan monomer-monomer GlcNAc.
Aktifitas enzim
Gambar 2. Mekanisme kerja enzim eksokitinase dan endokitinase (Sahai & Manocha,
1993)
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
2.6. Metode pemekatan cairan enzim dan pengukuran aktifitas kitinase
Enzim yang berada pada cairan kultur belum 100% terdiri atas protein enzim yang
diinginkan, sehingga perlu pemurnian untuk memisahkannya dari senyawa-senyawa
lain. Tahap awal dalam pemurnian enzim adalah pemekatan medium kultivasi.
Pemekatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu ultrafiltrasi, liofiliasi dan
mengendapkan protein dengan ammonium sulfat, aseton, etanol, atau polietilen glikol
(PEG) (Scopes, 1994). Pemekatan enzim kitinase dari Streptomyces dengan ammonium
sulfat pada kejenuhan 70% dan etanol dingin, dapat meningkatkan kemurnian enzim
berturut-turut 5 dan 3,5 kali dibanding enzim kasarnya (Lloyd et al., 1965). Sementara
itu Singh et al.,(1999) menyatakan bahwa protein kitinase dari Streptomyces sp. 385
yang dipekatkan dengan polietilen glikol (PEG), kemurniannya meningkat sebanyak
11,9 kali dibanding enzim kasarnya.
Pengendapan protein dengan ammonium sulfat adalah cara yang paling banyak
digunakan. Hal ini disebabkan karena ammonium sulfat mudah didapatkan, harganya
relatif murah, bersifat menstabilkan enzim serta dapat mencegah aktifitas enzim
proteolitik. Garam ammonium sulfat konsentrasi 2-3 M dapat menstabilkan enzim
selama beberapa tahun. Kelemahannya adalah tidak dapat mengendapkan seluruh
protein yang telah larut dan bila mengandung logam dapat merusak enzim (Scopes,
1994).
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Pengukuran aktifitas kitinase dalam memecah kitin dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti yang disebutkan Jeaniaux (1966) dan Cabib (1987) yaitu :
a. Berdasarkan pengurangan substrat.
1). Metode turbidimetri (nepelometri) yaitu mengukur variasi turbiditas (kekeruhan)
suspensi koloidal kitin selama kitinolisis. Pengukuran ini hanya cocok untuk
enzim dengan aktifitas tinggi tapi bersifat cepat dan akurat. Misalnya pengukuran
aktifitas enzim endokitinase.
2). Metode viskosimetri yaitu pengukuran aktifitas enzim kitinase terhadap derivat
kitin yakni kitosan, glikol kitin atau karboksimetilkitin yang ditandai dengan
terjadinya pengurangan viskositas substrat.
b. Berdasarkan pembentukan produk akhir yaitu GlcNAc (Metode Reissig, 1955).
Yaitu pengukuran secara kolorimetrik produk akhir berupa GlcNAc yang dibebaskan
dari kitin dengan p-dimetilaminobenzaldehida. µmol GlcNAc yang dibebaskan selama
1 jam dalam kondisi yang ditetapkan dianggap sebagai satu unit aktifitas kitinase
c. Spectrometer Assay
Yaitu proses yang menggunakan subtrat dari kromogen 3,4, dinitrofenil tetra N-
asetilkitotetraose.
d. Radiometer Assay.
Pengukuran produk diuji dengan menentukan radioaktifitasnya setelah
penghilangan kitin yang belum dipecah dengan cara penyaringan atau disentrifugasi.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Pengujian ini untuk mengetahui sensitifitas enzim kitinase dengan menggunakan
subtrat yang berlabel 14C atau 3H.
2.7 Kegunaan enzim kitinase
Enzim kitinase berperanan penting dalam kontrol fungi patogen tanaman secara
mikoparasitisme. Kemampuan beberapa spesies sebagai mikroorganisme biokontrol
yang sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan fungi patogen tanaman dikaitkan
dengan kemampuannya menghasilkan enzim kitinase (Paulitz & Belanger, 2001).
Kitinase yang diproduksi mikroorganisme dapat menghidrolisis struktur kitin, senyawa
utama penyusun dinding sel tabung kecambah spora dan miselia, sehingga jamur tidak
mampu menginfeksi tanaman (Priyatno et al., 2000).
Kitinase mendapat perhatian yang besar, terutama karena peranan mereka dalam
morfogenesis jamur dan parasitisme. Kepentingan enzim ini dalam banyak aplikasi
kontrol biologi juga telah didokumentasikan (Sahai & Manocha, 1993). Salah satu
contoh penyakit sasaran yang potensial dikendalikan dengan mikroorganisme kitinolitik
adalan penyakit karat daun kedelai yang disebabkan jamur Phakopsora pachyrhizi Syd
(Priyatno et al., 2000).
Kemampuan bakteri untuk memproduksi kitinase sangat bervariasi, mungkin
disebabkan perbedaan kecil pada gen yang mengkodenya (Tronsmo & Harman, 1993).
Variasi ini tidak saja terlihat dari jumlah aktifitas kitinase total yang diproduksi setiap
speciesnya, tetapi juga pada jenis kitinase yang dihasilkan. Semua enzim yang dapat
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
mendegradasi kitin, disebut kitinase total atau kitinase non-spesifik (Nugroho et al.,
2003).
2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Enzim
Enzim mampu mempercepat reaksi kimia paling sedikit 1 juta kali lebih cepat
dari reaksi yang tidak dikatalis. Laju reaksi yang dikatalis enzim lebih cepat dari katalis
lain. Dalam sintesis enzim, parameter lingkungan sangat mempengaruhi (Darwis &
Sunarti, 1992). Aktifitas suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH,
konsentrasi subtrat dan enzim, suhu dan adanya aktivator atau inhibitor (Lehninger,
1998).
pH berpengaruh karena sifat ionik gugus karboksil dan gugus amino mudah
dipengaruhi pH. Hal ini menyebabkan daerah katalitik dan konformasi enzim jadi
berubah. Perubahan pH juga menjadi penyebab denaturasi protein dan megakibatkan
hilangnya aktifitas enzim. Untuk mempelajari enzim, terlebih dahulu harus dicari pH
optimum dengan menggunakan buffer yang sesuai (Girindra, 1993).
Pengaruh suhu terlihat pada reaksi-reaksi kimia, karenanya reaksi yang dikatalisis
enzim peka terhadap suhu. Hal ini disebabkan karena enzim merupakan struktur protein
pula yang akan mengalami denaturasi jika suhunya dinaikan dan menyebabkan
menurunnya daya kerja enzim.
Girindra (1993) menyebutkan bahwa kecepatan enzim bereaksi dipengaruhi pada
konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator. Suatu reaksi yang dikatalis oleh
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
enzim terlebih dahulu terbentuk komplek enzim subtrat (ES), yang kemudian terurai
menjadi enzim dan produknya.
Aktifitas enzim sendiri diperbesar dengan adanya aktifator yang mengaktifkan
enzim. Aktifator tersebut dapat berupa logam dan non logam yang merupakan zat-zat
non spesifik yang menggiatkan proses enzimatis. Umumnya aktivator ini merupakan
bahan yang tahan panas dan berberat molekul relatif rendah (Baldwin, 1973).
2.9. Deskripsi Daerah Sumber air Panas Tinggi Raja, Sumatera Utara
Tinggi Raja merupakan objek pariwisata cagar alam dan sumber air
panas/belerang. Sampai sekarang ini pengelolaannya masih ditangani oleh Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kadis Kehutanan Propinsi Sumatera Utara
(Khairul, 2007).
Sumber air panas berada pada satu bukit kapur sekitar setengah hektar. Ada tiga
bukit, masing-masing di arah selatan, timur dan barat. Ketiganya dihubungkan dengan
retakan yang seolah membelah bukit. Retakan inilah tempat luapan air panas, dengan
lebar yang beragam mulai 10– 60 cm, tinggi cipratan air rata-rata 30 cm – 1 m (Khairul,
2007).
Sumber air panas Tinggi Raja kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun
terletak dalam suatu lokasi cagar alam (CA) dengan luas 176 ha di desa Tinggi Raja.
Berjarak 80 Km dari Pematang Siantar dan 116 km dari Desa Tinggi Raja. Peta lokasi
pengambilan sumber isolat dapat dilihat pada Lampiran 8.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Secara geografis Tinggi Raja terletak di antara 3º 08’ s.d 3º 09’ lintang Utara dan
98º 46’ 30˝ s.d 98º 48’ 30˝ bujur timur. Berdasarkan letak pada ketinggian di atas
permukaan laut (dpl) maka Cagar Alam Tinggi Raja terletak pada ketinggian sampai
dengan 450 m dpl. Cagar Alam ini terletak di antara desa Dolok Merawa dan dusun
Bahoan (BKSDA Sumatera Utara, 2003).
Tanah di kawasan Cagar Alam Tinggi Raja sebagian besar termasuk ke dalam
struktur tanah laterit berkapur dengan humus yang tipis (terutama pada kawasan yang
dekat dengan endapan kapur), pH tanah 6,5– >7. Keadaan iklim menurut klasifikasi
Scmith dan Ferguson, dikelompokkan ke dalam iklim tipe A yaitu dengan curah hujan
berkisar antara 2500–3500 mm per tahun, dengan suhu rata-rata saat ini antara 24-30ºC
(BKSDA Sumatera Utara, 2003)
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan tempat Penelitian
Sampel air yang diduga mengandung bakteri termofilik diambil dari sumber air
panas Tinggi Raja, di Desa Tinggi Raja, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara. Isolasi, identifikasi sederhana dan pengujian bakteri
dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Pelaksanaan kegiatan penelitian
dilakukan dari Februari sampai Juli 2008.
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah air dari sumber air panas
Tinggi Raja sebagai sumber pengambilan isolat. Media koloidal kitin yang dipreparasi
dengan HCl 10 N. Media Garam Minimum Kitin tersusun atas MgSO4.7H2O 0,5 gram,
MnCl2 0,001 gram, KH2PO4 0,3 gram, K2HPO4 0,7 gram, FeSO4.7H2O 0,01 gram,
ZnSO4 0,001 gram dipreparasi dalam 1000 ml aquadest steril (Atlas, 1990). Tepung
agar-agar, indikator pH, bahan pewarnaan bakteri (kristal violet, iodin, aseton alkohol
dan safranin). Untuk uji biokimia menggunakan media SIM, TSIA, SA, SCA, 2H202,
gelatin dan oksidase.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Peralatan yang dibutuhkan yaitu cawan petri, tabung reaksi, ose, hoki stik, kapas,
alumunium foil, label, lampu Bunsen, voter, inkubator, otoklaf, botol sampel, botol
erlenmeyer, pipet, propipet, kuvet, termometer, pH meter merek Hanna, GPS 60 merek
Garmin, termos, sentrifus merek IEC Minimax, jangka sorong, shaker water bath
merek Jilabo, mikroskop, spektrofotometer merek Shimadzu 1240
3.3. Pengambilan Sampel Air Panas
Sampel air sebagai sumber isolat diambil dan disimpan dalam botol sampel yang
telah disterilkan. Isolasi bakteri dilakukan di laboratorium. Suhu dan pH air diukur pada
saat pengambilan sampel air, juga pengukuran koordinat tempat pengambilan sampel
air dengan menggunakan Geography Posisioning System (GPS).
3.4. Preparasi Koloidal Kitin
Koloidal kitin diperoleh dengan cara pembuatan koloidal kitin menurut metode
Arnold dan Solomon (1986). Dalam metode ini digunakan 20 gram kitin diperoleh dari
Laboratorium Penelitian FMIPA-USU. Kitin dihaluskan dan dilarutkan dalam 400 ml
asam klorida, lalu didiamkan 24 jam pada suhu 4oC, kemudian disaring dengan glass
wool dan diambil filtratnya. Filtrat ditambah 200 ml aquades dingin dan 10 N natrium
hidroksida sampai pH 7, disentrifus pada kecepatan 6000 rpm selama 20 menit hingga
berbentuk pelet. Pelet diresuspensi aquades, disentrifus 15 menit dan disimpan pada
suhu 4oC (Rochima, 2006). Preparasi koloidal kitin disajikan dalam diagram alur pada
Lampiran 1.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
3.5. Preparasi Larutan Buffer Fosfat
Larutan buffer fosfat terdiri atas KH2PO4 (Y) dan K2HPO4 (X). Untuk pH yang
diinginkan yaitu 7,0 maka X gram yang dibutuhkan 8,6722 gram/L dan Y gram yang
dibutuhkan 0,0218 gram/L. Larutan X dan Y diencerkan sampai 200 ml (Sudarmadji &
Bambang, 1984).
3.6. Pembuatan Larutan Mc Farland
Untuk pembuatan larutan Mc Farland, bahan-bahan yang digunakan yaitu BaCl2
(1,175% 10/v. BaCl2.2H2O) dan H2SO4 (1% v/v). Komposisi larutan Mc Farland
ádalah 0,05 ml 0,048 M BaCl2 (1,175% 10/v. BaCl2.2H2O) pada 99,5 ml dari 0,35 N
H2SO4 (1% v/v) (Lorian, 1980).
3.7. Isolasi Dan Seleksi Bakteri kitinase
Sebanyak 1 ml air dari sumber air panas diinokulasikan ke dalam 10 ml media
kitin padat dengan komposisi koloidal kitin ditambahkan garam minimum, tepung agar
dan aquadest sesuai formulasi. Kultur tersebut disimpan dalam inkubator pada suhu
termofil, 60oC. Kultur bakteri yang hidup dan membentuk zona halo diambil. Zona halo
di sekitar koloni membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri kitinase yang
mampu mendegradasikan kitin (Rahayu, 2000).
Bakteri kitinase tersebut dibiakkan kembali pada media agar garam minimum
kitin berikutnya agar diperoleh biakan murni. Isolat murni di inkubasi pada suhu 60oC
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
selama 1-5 hari. Zona halo diukur dengan menggunakan jangka sorong berdasarkan
penampakan nilai hidrolisisnya. Alur kerja dipaparkan pada Lampiran 2 dan 3.
3.8. Karakterisasi Morfologi dan Biokimia Bakteri Kitinase
Isolat kemudian diseleksi lagi berdasarkan Indeks Kitinolitik (IK) yaitu
perbandingan diameter halo dengan diameter koloni untuk memperoleh isolat yang
potensial. Isolat yang telah diseleksi kemudian diidentifikasi secara morfologi untuk
mengetahui bentuk sel, jenis gram bakteri, motilitas, spora, sifat aerob/anaerob
(Rahayu, 2000).
Pengamatan motilitas dengan menggunakan medium semi padat Sulfide Indol
Motility (SIM), untuk mengamati sifat pewarnaan gram digunakan safranin, iodin,
aseton alkohol dan kristal violet. Uji biokimia meliputi uji sitrat (Simmons Citrate
Agar), uji katalase menggunakan larutan 3% H2O2, uji karbohidrat dengan media Triple
Sugar Indol Agar, uji amilase dengan media Starch Agar dan uji oksidase dengan
menggunakan Bactident oxidase. Lampiran 4, memperlihatkan alur kerja karekterisasi
morfologi dan biokimia bakteri kitinolitik.
3.9. Ekstrak Kitinase Kasar
Pembuatan kultur awal bakteri (starter) yaitu dengan menggunakan isolat
bakteri kitinolitik sebanyak 108 sel/ml yang disuspensikan pada larutan fisiologis 0,85%
NaCl dan ditumbuhkan dalam 100 ml medium MGMC cair dengan pH 7 dan diinkubasi
di atas water bath shaker merek Julabo dengan goncangan 120 rpm pada suhu ruang
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
selama 24 jam. Masing-masing starter (5% starter) dari bakteri kitinolitik ditumbuhkan
dalam 100 ml medium MGMK cair dengan pH 7. Kultur diinkubasi di atas whater bath
shaker dengan goncangan 120 rpm selama 72 jam pada suhu 60oC.
Enzim dipanen dengan cara sentrifugasi dengan menggunakan sentrifuse merek
IEC Minimax. Medium kultivasi berkecepatan 6000 rpm selama 20 menit pada suhu
ruang. Endapan yang terbentuk dibuang sedangkan supernatan yang diperoleh
merupakan kitinase kasar, kemudian langsung diujikan. Alur kerja isolasi kitinase kasar
dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.10. Pengukuran Aktivitas Kitinase Kasar berdasarkan Pengaruh Suhu
Kitinase kasar dari masing-masing isolat dipipet sebanyak 3 ml dan ditambahkan
subtrat kitin (1% koloidal kitin (b/v) dalam 50 mM buffer fosfat, pH 7) dengan volume
yang sama dan diinkubasi pada suhu yang berbeda yaitu 50oC, 55oC, 60oC, 65oC dan
70oC selama 30 menit. Kisaran suhu yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan pendapat Brock (1986) yang mengemukakan bahwa kecepatan tumbuh
maksimal dari beberapa bakteri termofilik berkisar pada suhu optimal 55-70oC. Semua
kultivasi dilakukan tiga ulangan. Reaksi dihentikan dengan cara terapi dingin 4oC
selama 15 menit dan kemudian disentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm selama 20
menit.
Campuran yang didinginkan, diambil supernatannya dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi steril sebanyak 0,5 ml. Supernatan ditambahkan 0,1 ml larutan Na2B4O7
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
0,8 M dan dipanaskan selama 3 menit. Campuran didinginkan dan ditambahkan 3 ml
larutan B (10 ml p-dimetilaminobenzaldehid 1% dalam asam asetat glasial + 10 ml HCl
1,25%). Campuran divortek dan diukur serapannya pada panjang gelombang 538 nm
(Wijaya, 2002). Densitas optik (OD538) diukur dengan menggunakan
spektrofotometer merk Shimadzu 1240.
Aktivitas kitinase dihitung berdasarkan selisih antara kadar N-asetil glukosamin
(GlcNAc) yang dibebaskan pada perlakuan dengan kadar GlcNAc yang terdapat dalam
kitinase kasar yang tidak diperlakukan (kontrol). GlcNAc yang dihasilkan dianalisis
secara kolorimetri dengan metode Reissig (1955) dalam Jeanoux (1966). Satu unit
aktivitas kitinase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang membebaskan sebanyak 1
µmol GlcNAc/jam pada kondisi tertentu (Sing et al, 1999). Alur kerja penentuan kadar
(GlcNAc) pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 6.
Aktifitas kitinase dihitung berdasarkan N-asetilglukosamin yang terbentuk dari
hidrolisis kitin seperti pada persamaan berikut :
A = [N – AGA] x 1000 x 2
x t
BM N - AGA
Dimana :
A = aktivitas
[N-AGA] = konsentrasi N-asetilglokosamin
[BM N-AGA]= Berat Molekul N-Asetilglukosamin
T = waktu inkubasi
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Satu unit (U) aktivitas enzim setara dengan 1 µmol N-asetilglokosamin yang dihasilkan
selama satuan inkubasi (Wijaya, 2002).
3.11. Analisis Data
Data berupa hasil pengamatan morfologi dan biokimia dipaparkan secara
deskriftif, sedangkan hasil berupa data kuantitatif pengaruh suhu dilakukan perhitungan
statistik analisa varian dilanjutkan dengan uji Duncan (Hanafiah, 1993). Mengingat
semua media dan kondisi lingkungan serta perlakuan terhadap kitinase kasar
dikondisikan sama kecuali perlakuan suhu aktivitas enzim, maka dilakukan perhitungan
dalam Rancangan Acak Lengkap Tunggal. Perlakuan suhu terhadap kitinase kasar
adalah rentang suhu termofil antara 50–70oC sebanyak 3 kali ulangan. Parameter yang
diukur adalah konsentrasi GlcNAc (µg/ml) terhadap berbagai kondisi suhu.
Data hasil penelitian dihitung dalam struktur tabel sidik ragam yang disajikan
sebagai berikut :
Tabel 1. Struktur tabel sidik ragam
Ftabel Sumber keragaman
Derajat bebas
Jumlah kuadrat Kuadrat tengah
Fhitung 0.05 0.01
Perlakuan Galat
p-1 P(n-1)
∑( ∑ Yij )2/n-FK JKt - JKp
JKPerl/dbPerlJKG / dbG
KTP / KTG
Tabel F α(0.05)
Tabel F α (0.01)
Total P(n-1) JKtotal
Pengujian hipotesis dilanjutkan bila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis nol ditolak yang
berimplikasi bahwa perlakuan suhu memberikan pengaruh nyata terhadap aktifitas
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
GlcNAc (µg/ml), dialanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk
melihat jarak antar perlakuan suhu (Hanafiah, 1993).
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Isolasi Dan Seleksi Bakteri kitinase Termofilik
Isolasi bakteri dilakukan dengan metode agar sebar pada media agar garam
minimum kitin pH 7,0 (pH rata-rata di lokasi sumber air panas Tinggi Raja). Dengan
teknik biakan murni diperoleh 32 isolat tunggal bakteri kitinase dari Tinggi Raja.
Masing-masing isolat tunggal diinokulasikan kembali pada media selektif kitin untuk
mengamati dan mengukur zona hidrolitik yang terbentuk. Zona hidrolitik diamati pada
hari keempat dengan diameter rata-rata 9–49 mm.
Seluruh tahap inkubasi pada proses isolasi dan seleksi dilakukan pada suhu tinggi
(65oC). Suhu tinggi dimaksudkan agar bakteri kitinolitik yang terseleksi merupakan
bakteri penghasil kitinase yang memiliki aktivitas optimum dan stabilitas tinggi pada
suhu tinggi.
Untuk mengetahui produksi kitinasenya dapat dilihat dari warna medium menjadi
lebih transparan (terbentuknya zona halo) di sekeliling koloni bakteri. Zona
bening/halo dapat dilihat pada Gambar 3. Warna medium transparan disebabkan oleh
enzim kitinase yang dikeluarkan ke dalam medium merupakan metabolit yang tidak
berwarna (membentuk zona bening di sekitar koloni bakteri). Kitinase merupakan
enzim ekstraseluler yang dihasilkan bakteri kitinolitik yang berperan penting dalam
menghidrolisis kitin (Tsujibo et al., 1999). Enzim ekstraseluler adalah enzim yang
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
dihasilkan di dalam sel, tetapi dikeluarkan ke dalam medium tumbuhnya (Wijaya,
2002).
a b TR 1 TR 2
TR 4 TR 5 TR 3
Gambar 3. Beberapa isolat dengan zona bening(a) di sekitar koloni bakteri(b) pada hari ketiga
Lima isolat yang memiliki zona bening terlebar adalah isolat TR1 diameter zona
bening 17,60 mm, isolat TR2 diameter zona bening 15,53 mm, TR3 diameter zona
bening 49,44 mm, TR4 diameter zona bening 46,94 mm dan isolat TR5 diameter zona
bening 38,65 mm. Besar kecilnya zona bening sangat tergantung pada kemampuan
bakteri untuk memproduksi kitinase yang sangat bervariasi. Perbedaan tersebut
mungkin disebabkan perbedaan kecil pada gen yang mengkodenya (Tronsmo &
Harman, 1993).
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Gambaran lebar diameter zona bening dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :
Gambar 4. Diameter zona bening bakteri kitinolitik termofilik dalam uji nisbi
Isolat TR3 dan TR4 yang memiliki diameter zona bening terluas diperoleh dari
sumber isolat pada titik 1 dengan pH air 7,2, suhu air 63oC. Sumber isolat titik 2 suhu
air 57 oC dan pH air 7,1 diperoleh isolat TR5. Isolat TR1 dan isolat TR2 diperoleh dari
titik 3 dengan suhu air yang terdeteksi 59 oC dan pH air 6,9.
Variasi diameter zona bening yang ditemukan dari tiap isolat diduga disebabkan
perbedaan suhu dan pH baik pada kondisi alami maupun perlakuan di laboratorium
selama penelitian berlangsung. Seperti dikemukakan Lehninger (1998), bahwa aktivitas
suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH, konsentrasi subtrat dan enzim,
suhu dan adanya aktivator atau inhibitor.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Berdasarkan data observasi yang memberikan informasi hasil pengukuran pH air
yang diperoleh dari sumber air panas berkisar antara 6,9-7,2 atau rata-rata pH 7, maka
perlakuan pengaruh pH tidak dilakukan mengingat kisaran pH dari ketiga tempat
pengambilan sumber isolat berada pada pH normal dengan hasil aktifitas kitinase kasar
sudah maksimal.
4.2. Karakterisasi Morfologi dan Biokimia Bakteri Kitinase
Menurut Lay (1994), koloni yang tumbuh di atas lempengan agar, perlu
diperhatikan warna, sifat tembus cahaya, pinggiran (tepi), sifat permukaan (elevasi) dan
bentuknya. Hal ini memungkinkan diperoleh ciri-ciri morfologi koloni bakteri. Tahap
penting yang juga harus dilakukan dalam pencirian dan pengidentifikasian bakteri
adalah proses pewarnaan gram yang merupakan proses pewarnaan diferensial.
Hasil pengamatan morfologi koloni dan morfologi bakteri dapat dilihat dalam
Tabel 1 berikut.
Tabel 2. Karakteristik morfologi bakteri kitinolitik termofilik asal Tinggi Raja
Morfologi Koloni Morfologi Bakteri Kode Isolat Warna Bentuk Tepi Elevasi Bentuk Penataan warna gramTR 1 TR 2 TR 3 TR 4 TR 5
putih putih krem putih krem
bulat bulat bulat bulat bulat
gelombang rata rata
gelombang rata
tinggi cembung cembung cembung cembung
bulat batang bulat
batang bulat
diplo strepto diplo
strepto strepto
ungu merah ungu merah merah
+ - + - -
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Dari warna koloni, 2 isolat yaitu TR3 dan TR5 berwarna krem sedang TR1,
TR2, dan TR4 koloni berwarna putih. Bentuk koloni umumnya sirkuler, koloni TR1
dan TR4 bertepi gelombang sedang yang lain rata. Permukaan koloni umumnya
cembung kecuali TR1.
Setelah proses pewarnaan dapat dilihat morfologi bakteri. Bentuk bervariasi
antara kokus dengan basil dan penataan bakteri bervariasi antara diplo dengan strepto.
TR1 dan TR3 memiliki persamaan bentuk, penataan, warna dan sifat gram yaitu bentuk
diplococus, warna ungu dan sifat gram positif. TR2 dan TR4 juga memiliki persamaan,
bentuk dan penataan bakteri streptobasil dengan warna bakteri merah menunjukkan uji
gram negatif.
Menurut Lay (1994), bakteri gram positif pada pewarnaan gram berwarna ungu
disebabkan kompleks zat warna kristal violet-yodium tetap dipertahankan meskipun
diberi larutan pemucat aseton alkohol. Sedangkan gram negatif berwarna merah sebab
kompleks tersebut larut pada saat pemberian aseton alkohol dan mengambil warna
merah safranin.
Perbedaan warna menunjukkan perbedaan struktur dinding sel bakteri.
Umumnya bakteri gram negatif memiliki dinding sel dengan kandungan lipida yang
tinggi, sehingga lipida larut oleh aseton alkohol. Sedangkan bakteri gram positif
memiliki struktur dinding sel berkomposisi peptidoglikan yang membentuk
persenyawaan kompleks kristal violet-yodium ribonukleat dan tidak larut dalam aseton
alkohol. Hasil pewarnaan bakteri dapat dilihat pada Gambar 5 berikut
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
TR 1 TR 2 TR 3
TR 4 TR 5 Gambar 5. Pewarnaan gram bakteri kitinolitik termofilik (perbesaran 16 X 100)
Uji biokimia sederhana yang telah dilakukan seperti uji motilitas, uji gelatin, uji
sitrat, uji oksidase, uji katalase, uji TSIA dan uji pati. Gambar hasil pengamatan uji
biokimia sederhana dapat dilihat pada lampiran 9. Uji biokimia lebih rinci pada Tabel
berikut.
Tabel 3. Karakterisasi sifat biokimia isolat kitinolitik termofilik Isolat TSIA SA Gelatin SIM SCA Katalase OksidaseTR 1 TR 2 TR 3 TR 4 TR 5
M - K M - M M - K M - K M - K
+ + + + +
- + - + -
+ + + + +
- - + - -
+ - - + +
+ + + + +
Keterangan : Merah (M) Starch agar (SA) Kuning (K) Triple sugar iron agar (TSIA) Simon citrate agar (SCA) S ulfide Indol Motility (SIM)
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Reaksi yang terlihat pada TSIA menurut Lay (1994) adalah bila slant (basa)
berwarna merah dan butt (asam) berwarna kuning artinya bakteri tersebut mampu
memfermentasikan glukosa, dapat diamati pada isolat TR1, TR3, TR4 dan TR5. TR2,
slant dan butt berwarna merah yang berarti tidak mampu memfermentasikan ketiga
jenis gula (glukosa, laktosa atau sukrosa).
Pada uji pati semua isolat memberikan hasil yang positif dengan adanya zona
bening di sekitar koloni yang telah diinkubasi selama 24 jam ketika ditetesi dengan
beberapa tetes larutan lugol pada permukaan koloni. Hal ini menandakan bahwa isolat
tersebut mampu menghidrolisis pati. Pada uji gelatin hanya isolat TR2 dan TR4
menunjukkan hasil yang positif dengan mencairnya media gelatin yang ditumbuhi
mikroorganisme setelah dimasukkan ke dalam kulkas selama 30 menit. Motilitas
diamati dengan menggunakan médium semi padat SIM. Hasil uji menunjukkan bahwa
5 isolat bersifat motil yang ditandai dengan jejak pergerakan bakteri di dalam medium.
Hasil uji sitrat yang ditandai dengan perubahan media dari hijau menjadi biru,
mengindikasikan hanya isolat TR3 yang mampu menggunakan Na sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon. Dari uji katalase dengan penambahan larutan 3% H2O2
mengindikasikan bahwa isolat TR2 dan TR3 tidak memiliki enzim katalase yang
ditandai dengan tidak terbentuknya gelembung udara disekitar koloni tapi pada isolat
TR1, TR4 dan TR5 uji bersifat katalase positif.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Semua isolat menunjukkan uji positif untuk oksidase. Uji positif oksidase ditandai
dengan perubahan warna koloni menjadi hitam saat ditetesi dengan reagen dimetil-p-
fenillendiamin dalam waktu 30 menit. Menurut Lay (1994), perubahan warna
disebabkan oksidase sitokrom mengoksidasikan larutan reagen. Reagen yang
dioksidasekan berwarna hitam, hal ini tidak terjadi bila terjadi reaksi reduksi.
Uji katalase dilakukan untuk membuktikan adanya enzim katalase yang
berfungsi dalam penguraian H2O2 yang bersifat racun. Pada uji gelatin dapat diketahui
kemampuam mikroorganisme dalam menghidrolisis gelatin. Uji positif gelatinase
ditandai dengan medium gelatin yang tetap cair setelah dimasukkan ke dalam lemari
pendingin selama 30 menit, sedangkan uji positif sitrat ditandai dengan berubahnya
medium dari warna hijau menjadi biru karena terjadi penghilangan asam dan
peningkatan pH media.
4.3. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Kitinase Kasar
Pengujian pengaruh suhu terhadap aktifitas kitinase kasar dilakukan pada lima
isolat yang telah dikarakterisasikan. Uji ini dilakukan dengan menggunakan medium
kitin cair untuk mengetahui kemampuan kelima isolat dalam merombak kitin secara
kuantitatif. Data hasil pengamatan tertera pada Tabel 3 berikut.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Tabel 4. Aktifitas kitinase kasar pada suhu berbeda.
Notasi No. kode
Isolat Suhu ( oC)
Rata-rata Konsentrasi
GlcNAc (µg/ml)
Rata-rata Konsentrasi
GlcNAc (Unit) 0,05 1 TR 1 50 2.4314 0.011 d 55 2.7753 0.013 Cd 60 3.1742 0.014 C 65 3.7363 0.017 B 70 5.1025 0.023 A
2 TR 2 50 2.7807 0.013 - 55 3.0498 0.014 - 60 3.1943 0.014 - 65 5.5827 0.025 - 70 3.5710 0.016 -
3 TR 3 50 2.0862 0.009 B 55 3.2731 0.015 Ab 60 3.6277 0.016 A 65 4.1190 0.019 A 70 3.3976 0.015 A
4 TR 4 50 3.4063 0.015 C 55 5.7275 0.026 Bc 60 9.1871 0.042 A 65 7.2493 0.033 Ab 70 7.2578 0.033 Ab
5 TR 5 50 5.4462 0.025 B 55 5.6882 0.026 B 60 6.6861 0.030 A 65 4.8114 0.022 C 70 4.7158 0.021 D
Keterangan : Notasi berdasarkan hasil uji Duncan, angka-angka yang diikuti oleh
huruf dan pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata Aktifitas kitinase dihitung berdasarkan N-asetilglukosamin yang terbentuk dari
hidrolisis kitin. Satu unit aktivitas kitinase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang
membebaskan sebanyak 1µmol GlcNAc/jam pada kondisi tertentu (Sing et al, 1999).
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Aktifitas kitinase kasar akan semakin meningkat seiring dengan kenaikan suhu
sampai ke tingkat optimal, setelah itu menurun. Penurunan aktifitas kitinase diduga
karena enzim mengalami denaturasi sehingga kehilangan sebagian aktifitasnya. Hasil
pengukuran aktifitas kitinase kasar bakteri termofilik asal Tinggi Raja menunjukkan
suhu optimal masing-masing spesies.
Suhu optimum aktifitas kitinase TR1 belum dapat ditetapkan sebab sampai suhu
tertinggi yang diujikan (suhu 70oC) aktifitasnya masih meningkat. Walaupun demikian,
dari data dapat diketahui bahwa kitinolitik yang dihasilkan TR1 adalah kitinolitik yang
aktif pada suhu tinggi. Profil aktifitas kitinase kasar bakteri termofilik terlihat pada
Gambar 6 sebagai berikut.
Gambar 6. Rataan aktifitas kitinase kasar (µg/ml) pada berbagai suhu
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
TR2 menunjukkan aktifitas yang tinggi pada suhu 65oC dan aktifitas menurun
pada suhu 70oC. Seperti halnya TR2, aktifitas kitinase TR3 juga menunjukkan suhu
optimum 65oC namun berbeda pada aktifitas kitinase kasar yang dihasilkan. TR4 dan
TR5 menunjukkan suhu optimum aktifitas kitinase kasar yakni 60oC untuk kemudian
aktifitas kitinase menurun pada suhu 70 oC
Menurut Rochima (2006), meningkatnya suhu menyebabkan energi kinetik enzim
semakin tinggi. Akibatnya, gerakan vibrasi, translasi dan rotasi enzim dengan subtrat
akan meningkat sehingga peluang keduanya bereaksi bertambah besar. Pemanasan pada
suhu 55-70 oC menyebabkan protein labil akan terdenaturasi. Untuk lebih jelas, aktifitas
kitinase kasar terlihat pada histogram di bawah ini (Gambar 7).
Gambar 7. Pengaruh suhu terhadap kitinase total bakteri termofil Tinggi Raja
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Dari hasil pengamatan ditemukan adanya perbedaan nilai aktifitas berdasarkan
besarnya zona bening yang terbentuk dengan kemampuan menghasilkan enzim. TR3
yang memiliki zona bening terbesar ternyata memiliki kemampuan menghasilkan
enzim kasar yang tak sebanding, sebaliknya isolat TR1 memiliki zona bening yang
relatif kecil jika dibandingkan dengan isolat TR3, tetapi memiliki enzim yang tinggi
pada suhu diatas 70oC. Pada suhu tersebut TR1 masih menunjukkan peningkatan nilai
aktifitas kitinase totalnya. Diduga zona bening yang terbentuk pada saat itu kecil
disebabkan karena kondisi suhu yang diinginkan isolat TR1 tidak optimum. Pada uji
nisbi yang dilakukan menunjukkan fase pertumbuhan TR1 memiliki fase lag yang
panjang sebelum sampai ke fase log. Hal ini terlihat pada pengukuran hari ke tujuh TR1
menunjukkan diameter zona bening dan koloni terus melebar, pada TR3 menunjukkan
diameter zona bening dan koloni yang sama dengan hari ketiga (tetap).Seperti yang
dilaporkan Yurnaliza (2001), beberapa faktor seperti perbedaan jenis mikroorganisme,
kecepatan pertumbuhan setiap isolat pada medium padat dan cair, jumlah inokulum
yang diberikan pada kedua medium, dan tipe enzim kitinase yang dihasilkan, diduga
menjadi penyebab tidak berkorelasinya nilai aktivitas hidrolisis secara kualitatif dengan
nilai aktivitas enzim secara kuantitatif.
Kehadiran enzim kitinolitik pada medium pertumbuhan dapat dilihat dari reaksi
pelepasan GlcNAc dari koloidal kitin. Jeuniaux (1966), melaporkan kitinase mampu
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
menghidrolisis kitin menjadi kitobiose dan kitotriose, serta asetiglukosamin bebas juga
dapat dihasilkan terutama ketika substrat dalam bentuk koloidal kitin.
Kemampuan bakteri untuk memproduksi kitinase sangat bervariasi, mungkin
disebabkan perbedaan kecil pada gen yang mengkodenya (Tronsmo & Harman, 1993).
Nilai aktifitas unit enzim µmol/ml diperoleh dari konsentrasi kitinase kasar µg/ml
berbanding terbalik dengan berat molekul N-asetil glukosamin dalam satuan waktu
inkubasi.
Setiap spesies memiliki variasi terhadap perlakuan suhu yang berimplikasi
terhadap diproduksi dan disekresikannya enzim ke dalam medium. Beda sangat nyata
dicatat sebagai rentang suhu optimum bakteri termofilik dalam menghasilkan kitinase
kasar yang ditandai dengan besar aktifitas kitinase kasar yang terdeteksi oleh
spektrofotometer.
Hasil uji statistik sidik ragam yang digunakan untuk setiap isolat menunjukkan
bahwa untuk TR1 suhu memberikan pengaruh nyata pada α = 5%. Aktifitas pada suhu
70oC berbeda nyata terhadap suhu 50oC, 55oC, 60oC, dan 65oC, sedangkan aktifitas
pada suhu 50 oC dan 55 oC berbeda tidak nyata. Hasil uji sidik ragam pada isolat TR 2
tidak memberikan pengaruh terhadap perlakuan suhu.
Pada TR 3 aktifitas kitinase pada suhu 65oC berbeda nyata terhadap suhu 50oC
tetapi berbeda tidak nyata terhadap suhu 60oC ,70oC dan 55oC. Aktifitas kitinase pada
suhu 60oC berbeda nyata terhadap suhu 50oC, tapi berbeda tidak nyata terhadap
aktifitas kitinase pada suhu 70oC dan 55oC. Aktifitas kitinase pada suhu 70oC berbeda
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
nyata dengan suhu 50oC tapi berbeda tidak nyata terhadap aktifitas kitinase pada suhu
55oC.
Pada TR4 aktifitas kitinase pada suhu 60oC, berbeda nyata dengan aktifitas
kitinase pada suhu 50 oC, tetapi berbeda tidak nyata terhadap aktifitas kitinase pada
65oC dan 70oC. Aktifitas kitinase pada suhu 70oC berbeda nyata terhadap perlakuan
suhu 50oC tetapi tidak nyata terhadap aktifitas kitinase pada suhu 65oC.
Pada TR5 aktifitas kitinase pada suhu 60oC berbeda nyata terhadap perlakuan
suhu 70oC, 65oC, 55oC dan 50oC. Aktifitas kitinase pada suhu 55oC berbeda nyata
terhadap suhu 70oC, 65oC dan 60oC tetapi berbeda tidak nyata dengan aktifitas kitinase
pada suhu 50oC. Aktifitas kitinase pada suhu 50oC berbeda nyata dengan aktifitas
kitinase pada suhu 65oC. Perhitungan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 11.
Hasil pengukuran aktifitas enzim pada berbagai suhu memperlihatkan beberapa
puncak aktifitas enzim kasar, kecuali isolat TR1 yang masih menunjukkan peningkatan
kadar konsentrasi N-asetil glukosamin walaupun telah berada pada suhu 70oC . Hal ini
jelas terlihat pada hasil uji jarak Duncan, pada rentang 60oC-70oC setiap isolat
menunjukkan hasil beda sangat nyata yang identik dengan rentang suhu optimum untuk
aktifitas U/ml kitinase kasar.
Variasi aktifitas kitinase kasar tersebut selain dipengaruh oleh temperatur juga
dipengaruhi oleh jenis dan komposisi media, fase pertumbuhan bakteri itu sendiri,
kemampuan bakteri dan koloninya dalam mengekstraksi enzim kasar. Variasi ini tidak
saja terlihat dari jumlah aktivitas kitinase total yang diproduksi setiap speciesnya, tetapi
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
juga pada jenis kitinase yang dihasilkan. Semua enzim yang dapat mendegradasi kitin,
disebut kitinase total atau kitinase non-spesifik (Nugroho et al., 2003).
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
a. Dari 32 isolat yang berasal dari sumber air panas Tinggi Raja diperoleh 5 isolat
bakteri termofilik penghasil kitinase yang memiliki zona bening terbesar.
b. Kelima isolat memiliki karakteristik biokimia dan morfologi yang berbeda.
c. Isolat TR3 menghasilkan zona bening terbesar 49,44mm.
d. Isolat TR1 menunjukkan aktifitas kitinase tertinggi dan masih terus meningkat pada
suhu 70oC.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap bakteri kitinolitik termofil dari Tinggi
Raja maka perlu dilakukan penelitian lanjutan, sehingga dapat ditetapkan waktu
pemanenan, pH dan faktor fisik lain yang memungkinkan diperolehnya kondisi optimal
agar kitinase termofil dapat maksimal diproduksi.
Isolat TR1 agar ditindaklanjuti dalam penelitian berikutnya, sebab kemampuan
memproduksi kitinase kasar yang tahan terhadap suhu panas dalam penelitian ini belum
terdeteksi secara tuntas.
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar, C.F.I. Sanderson, M. Moracci, M. Claramella, R. Nucci, M. Rossi & L.H.
Pearl. 1998. Crystal Structure Hyperthermophilic Archeon Sulfolobus solfatoricus as a Key Factor In Thermostability, Mol. Biol, 271:789-802
Arnold, L.D. & Solomon, N.A. 1986. Manual Industrial Microbiology, American
Society for Microbiology, Washington D.C. Atlas, R.M. 1990. Handbook of Media for Enviromental Microbiologi, University Of
Louisville CRC Perss, Boca Roton, New York. Baldwin, E. 1973. Dynamyc Aspects of Biochemistry, Cambridge : University Perss. Bielka, H. H.B.F. Dixon, P. Karlson, C. Liebeeg, N. Sharon, F. J. Van Lenten, S.
F.Velix, J. F. G. Vliegenhart & E. C. Webb. 1984. Enzyme Nomenclature.Academic Press, Inc. New york.
BKSDA Sumatera Utara. 2003. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja
Kabupaten Simalungun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Sumatera Utara : 447-465
BKSDA Sumatera Utara. 2003. Laporan Evaluasi Fungsi Kawasan Cagar Alam Dolok
Tinggi Raja Kabupaten Simalungun Tahun 2003 Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara :18-19
Brock,T.D. 1986. Thermophiles: General, Moleculer & Applied Microbiology,
University of Wisconsin – Madison, USA. Cabib, E. 1987. The Synthesis & Degradation of Chitin. Dalam A. Meister (Ed)
Advances in Enzymology. An Interscience Publication John Willey & Sons Inc. New York. 59 : 59-101
Chasanah, E.2004. Characterization of chitosanase of Bacillus licheniformis MB-2
from Manado hot spring water. J. Mikrobiol. Institut Pertanian Bogor. Chernin, L.S. Michael, K.W. Jacquelyn, M. T. Shoshan, H. Barrie, W.B. Cheat, W &
Gordon, S.A. B, Stewart. 1998. Chitinolytic Activity in Chromobacterium violaceum: J. Bacteriol. 18 : 435-441
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Cohen-Kupiec R & Chet, I. 1998. The Molecular Biology of Chitin Digestion, Curr. Opinion Biothecnol. 93: 331-334
Darwis, A.A. & Sunarti, T.C.1992. Teknologi Mikrobial, Institut Pertanian Bogor. Edward, C. 1990. Thermophiles, Microbiology of Extreme Environtments. Alden Perss,
oxford. Gao, J. M.W. Bauer, K.R. Shockley, M.A. Pysz, & R.M. Kelly. 2003. Growth of
Hiperthermophilic Archaeon Pyrococcus furiosus on Chitin Involves Two Family 18 Chitinases. Appl. Environ. Microbiol. 69: 319-3128
George, G. 2001. Bergey’s Manual of systematic bacteriology. Springer–verling, New
York, USA. Vol. 1 Girindra, A.1993. Biokimia I, Cetakan 3, Jakarta, Gramedia, 100-101 Haran, S. & Chet, I. 1995. New Components of the Chitinolytic System of
Thrichoderma harzianum, Mycol Rev. 94 : 441-446 Harman, G.E. Hayes, C.K. Lorito, M. Broadway, R.M. Di Pietro, A. Peterbauer, C. &
Tronsmo A.1993. Chitinolytic Enzymes of Trichoderma harzianum: Purification of Chitobiosidase & Endochitinase. Phytopathology. 83: 313-318
Hanafiah, K.A. 1993. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi, F.P. Universitas
Sriwijaya Palembang, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 68 Inbar, J. & I. Chet. 1991. Evidence That Chitinase Produced by Aeromonas caviae is
Involved in The Biological Control of Soil-Borne. Plant Pathogens by The Bacterium Soil Biol. Biochem. 23: 973-978
Indrajaya, W. F.M. Akhmaloka. 2003. Isolation & Identification of Thermophilic
Microorganism from Wayang Crater, J. Mikrobiol. 8: 53-56 Jayanti, J.F.L. 2002. Thermostable Chitinase & Chitin Deacetylase From Manado
Isolates. Skripsi Sarjana Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Jeaniaux, C. 1966. Chitinases, Dalam E, F. Neufeld & V. Ginburg (Eds.) Complex
Carbohydrates. Methods in Enzymology. Academic Press, New York. 8: 644-650
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Khairul. 2007. Tinggi Raja Salju di tengah Air Panas, <http://Khairulid.blogspot.com> (13 Maret 2005)
Lay, B.W. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 99-100 p.
Lehninger, A.L. 1997. Dasar-Dasar Biokimia, alih Bahasa Maggy Thenawijaya, Jilid 1,
Jakarta, Erlangga. 235-274 Lestari, P. 2000. Eksplorasi Enzim Termostabil dari Mikroba Termofil, fakultas
Biologi, Univ. Jendral Sudirman, Purwokerto. J. Hayati. l7: 21-25 Lloyd, A. B., R. L. Noveroske & J. L. Lockwood. 1965. Lysis of Fungal Mycelium by
Streptomyces spp. and Their Chitinase Systems. Phytopathology. 55: 871–875. Lorian,V, N.D. 1980. Antibiotic In Laboratory Medicine. Williams & Wilkins.
Baltimore. London. Madigan, M.T. 1997, Extremophiles Scientific American. 82-87 Meidina, Sugyono, Jenie, B.S.L. Suhartono, M.T. 2005. Aktifitas Antibakteri Oligomer
Kitin yang Diproduksi Menggunakan Kitin Dari Isolat B. licheniformis MB-2, Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.288-293
Murray, R.K.,Granner, D.K., Rodwell, V.W., 2003, Biokimia, Jakarta , EGC. 70-102 Muzzarelli, R.A. A. 1985. Chitin, Dalam G. O. Aspinal (Ed.) The polysaccharides.
Academic Press Inc., New York. 3:41-7450 Nugroho, T.T. Ginting, C. Ali, M. Dahliaty, A. Wahyuningsih, Devi, S. & Sukmarisa,
Y. 2003 Isolasi dan Karakterisasi Sebagian Kitinase Trichoderma viride, J. Natur Indonesia. 5:101-106
Paulitz, T.C. & Belanger, R.R. 2001. Biological Control In Greenhouse Systems Annu.
Rev. Phytopathol. 39: 123-133 Priyatno, T.P. Sudjono, M.S. Y. Chaerani, Suryadi, & Sudjadi, M. 2000. Tehnik
Produksi Dan Formulasi Bakteri Kitinolitik Untuk Pengendalian Penyakit Karat Kedelai. J. Natur Indonesia. 5: 229-235
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Poernomo, A.T. Purwanto, D.A. 2003. Enzim Kitinase. Majalah Farmasi Airlangga. Jakarta. 3(3): 31-32
Poernomo. 2004. Kitinase Dalam Pengendalian Hayati. Majalah Farmasi Airlangga.
Jakarta. 4(2): 24-27 Rahayu, S. 2000. Eksplorasi Bakteri Termofilik Penghasil Kitinase Asal Indonesia,
Prosiding Seminar Penelitian Bidang Ilmu Hayat ke-2, IPB, Bogor. Reissig, J. L. Strominger, J.L. Leloir L.F. 1955. A Modified Colorimetric Methods for
the Estimation of N–acetylamino Sugars. J. Biol. Chem. 217, 959. Rochima, E. 2006. Pemurnian Dan Karakterisasi Kitin Deasetilase Termostabil dari
Bacillus papandayan Asal Kawah Kamojang Jawa Barat, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Bandung. 8: 193-209
Rogis, A. 2007 Karakterisasi Uji Efikasi Bahan Senyawa Alami Chitosan Terhadap
Patogen Pasca Panen Antraknosa Colletotricum musae, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. J. Ilmu-ilmu Pertanian. 9: 58-63
Rudiger, A. 1994. Enzym From Extremethermophili & Hyperthermophilic Archea &
Bacteria, VCH Verllagsgesellschraf mbH. 946-941 Sahai, A.S. & M.S. Manocha. 1993. Chitinases of Fungi & Plants: Their Involvement
in Morphogenesis & Host-Parasite Interaction. FEMS Microbiol.Rev. 11: 337-338.
Sanford, P.T. 2003. World Market of Chitin & its Derivatives. Di dalam Varum KM,
Domard A & Smidsrod O, editors. Advances in Chitin Science. Trondheim, Norway.6: 51-69
Scopes, R. K. 1994. Protein Purification, Principles & Practice. Third edition. Springer-
Verlag, New York. Sharmili, S.A. Ramasay, P. 2003. Occurrence & Antibiotic Resistance of Thermophilic
Bacteria From The Coramandal Coast, bay of Benggal, Tamilnandu, India, Department of Biotechnology University of Madras Guindy Campus Chennai-600025
Singh ,P.P., Y.C. Shin, C.S. Park & Y.R. Chung, 1999. Biological Control of Fusarium
Wilt of Cucumber By Chitinolytic Bacteri. Phytopathol I. 89: 92-99
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Sudarmadji, H.S. & Bambang S. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian, Edisi Ketiga, Cetakan 1.Yogyakarta, Penerbit Liberty. Sundoro, H. 2006. Penyelidikan Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Kabupaten
Simalungun SUMUT, Proceding Pemaparan hasil kegiatan lapangan, Pusat Sumber Daya Geologi 2006.
Suryanto, D. Munir, E. & Yurnaliza. 2005. Eksplorasi Bakteri Kitinolitik: Keragaman
Genetik Gen Penyandi Kitinase pada Berbagai Jenis Bakteri dan Pemanfaatannya, Laporan Penelitian, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan
Tronsmo, A. & Harman, G.E. 1993. Detection & Quantification of N-acetyl-Beta-D-
Glucosaminidase, Chitobiosidase, & Endochitinase in Solutions & On Gels. Anal. Biochem. 208: 74-79.
Tsujibo, H., N. Kondo, K. Tanaka, K. Miyamoto, N. Bao, & Y. Imamori. 1999.
Molecular Analysis of The Gene Encoding a Novel Transglycosylative Enzyme from Alteromonas sp. Strain 0-7 & Its Physiological Role in The Chitinolitic System. J. Bacteriol. 81: 5461-5466.
Vieille, C. & Zeikus, G.J. 2001. Hyperthermophilic Enzymes: Sources, Uses, &
Molecular Mechanisms for Thermostability. Biochemistry Department, Michigan State University, East Lansing, Michigan 48824,1 & MBI International. 65: 20
Wang, S. Wu, J. Rao, P. Ng T.B. & Ye, X. 2005. A Chitinase With Antifungal Activity
From the Mung bean. Protein Expr Pufif 40: 230-236. Wijaya, S. 2002. Isolasi Kitinase dari Scleroderma columnare dan Thricoderma
harzianum, J. Ilmu Dasar. Kalimantan, Fakultas MIPA Universitas Jember. 3: 30-35.
Wu, M.L., Y. C. Chuang, J .P. Chen, C. S. Chen & M. C. Chang. 2001. Identification &
characterization of the Three Chitin-Binding Domains within the Multidomain Chitinase Chi92 from Aeromonas hydrophila jp 101. Appl Environ Microbiol. 67: 5100-5106.
Yurnaliza, 2002, Senyawa Kitin dan Kajian Aktivitas Enzim Mikrobial
Pendegradasinya. Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. 1-12
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 1. Preparasi koloidal kitin
20 gram kitin komersial
dilarutkan dalam 400 ml HCl didiamkan 24 jam,suhu 4oC disaring dengan glass wool
filtrat ditambah 200ml aquades dingin dan 10 N natrium hidroksida sampai pH 7. Disentrifus pada 7000 rpm, 20 menit
Pellet
Diresuspensi aquades Disentrifus 15 menit Disimpan pada suhu 4oC
Pellet
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 2. Isolasi Bakteri
Sumber air Panas
Disimpan dalam botol sampel
sampel dibawa ke laboratorium
1 ml air panas
Diinokulasi kedalam 10 ml media kitin
Kultivasi pada suhu 65 oC
Biakan campuran
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 3. Penyiapan Biakan Murni Bakteri Kitinolitik
Isolasi campuran
Kultur dari isolat campuran
Diisolasi pada Media Kitin
Diinkubasi pada suhu 65oC, selama 1-5 hari.
Isolat kitinolitik
Koloidal Kitin, Garam minimum, Agar,aquades
Analisis diameter zona halo dan diameter koloni bakteri dimurnikan
Penentuan Aktifitas kitinase
Isolat murni bakteri kitinase
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 4. Karakterisasi Sifat Morfologi dan Biokimia Isolat
Uji Biokimia Morfologi Pewarnaan Gram
karakterisasi
Isolat Terpilih
Bentuk koloni Warna koloni Tepi koloni
Elevasi koloni Bentuk dan Penataan Sel
Uji motilitas, Uji sitrat, Uji gelatin, Uji katalase
Uji oksidase, uji karbohidrat
Analisis
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 5. Isolasi enzim kitinase kasar
2 Ose isolat bakteri kitinolitik
Starter
Ditumbuhkan dalam labu erlenmenyer 250 mL yang berisi 100 mL kitin cair dengan pH 7
Digoncang dengan shaker pada kecepatan 120 rpm Pada suhu ruang selama 24 jam
Dipipet 1 mL ( 5% starter )
Ditumbuhkan dalam labu erlenmenyer 100 mL yang berisikan 20 mL kitin cair dengan ph 7
Digoncang dengan shaker pada kecepatan 120 rpm pada suhu ruang selama 72 jam
Kultur bakteri kitinolitik
Disentrifungsikan dengan kecepatan 6000 rpm selama 20 menit pada suhu ruang
supernatan endapan
Kitinase kasar Uji aktifitas berdasarkan pengaruh Suhu
Hasil
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 6. Penentuan Aktifitas Kitinase dengan variasi Suhu
3 mL Kitinase kasar Dimasukan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 3 mL subtrat kitin dalam 50 mM
buffer pospat dengan pH 7.
Diinkubasi pada berbagai suhu (50, 55, 60, 65 dan
70 oC)
Disentrifugasi (6000 rpm, 20 menit)
Supernatant N-asetil glikosamin Endapan
Dipipet 0,5 mL
Dimasukan kedalam tabung reaksi
Ditambah 0,1 mL larutan Na2B4O7 0,8 M
Dipanaskan 3 menit
Didinginkan
Ditambah 3 mL larutan B
Divorteks
Diukur serapan dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 538 nm
Serapan
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 7. Alur Kerja Pembuatan Kurva Standard N-asetil Glukosamin
(GlcAc)
Larutan standar GlcNAc
dibuat pengenceraan 20, 30, 50, 80, 100 µg/ml
dipipet 0,5 ml kedalam tabung reaksi
0,5 ml larutan standar
GlcNac dalam tabung reaksi
ditambahkan 0,1 ml larutan A
dipanaska selama 30 menit
didinginkan
ditambahkan 3ml larutan B
divorteks
diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37ºC
diukur absorbansi warna dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 538 nm Absorbansi
Dibuat kurva standar dan persamaan regresinya
Kurva standar
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 8. Peta Lokasi Sumber Isolat
Peta Situasi Tinggi Raja
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
Lampiran 9 Pengamatan Uji Biokimia Sederhana.
TR 1 TR 2 TR 3 TR 4 TR 5
A. Keterangan : Gambar A Gambar B TR 1 TR 2 TR 3 TR 4 TR 5 Uji SCA Uji SIM
Uji TSIA
Uji Gelatin B
Iche Marina Dewi : Isolasi Bakteri Dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar Dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatera Utara, 2008 USU Repository © 2008
58
Lampiran 10. Data penentuan kurva standar GlcNAc dengan menggunakan
spektrofotometer λ = 538 nm
No Konsentrasi GlcNAc (µg/ml) Absorbansi
1 0 0
2 20 0.132
3 30 0.169
4 50 0.24
5 80 0.342
6 100 0.455
Dari tabel di atas dapat ditentukan persamaan garis regresi kurva standar larutan
GlcNAc dengan metode Least Square sebagai berikut :
Y = a + bX
Dimana: a = intersep
b = slope (koefisien regresi)
bXYa −=
( )∑ ∑∑ ∑ ∑
−
−= 22 )(
))(()(
XXn
YXXYnb
No X Y X2 Y2 XY 1 0 0 0 0 0 2 20 0.132 400 0.0174 2.64 3 30 0.169 900 0.0286 5.07 4 50 0.24 2500 0.0576 12 5 80 0.342 1600 0.117 27.36 6 100 0.455 10000 0.207 45.5 n=6 ∑ X= 280 ∑ Y=1.338 ∑ X2=15400 ∑ Y2= 0.4276 ∑ XY=92.57
59
( )( ) ( )( )( ) ( )
0042,0280202006
338,128057,926)(
))(()(
2
22
=−
−=
−
−=
∑ ∑∑ ∑ ∑
b
b
XXn
YXXYnb
( )027,0
67,460042,0223,0=
−=−=
aa
bXYa
( )( )
( ) ( )
( )( )
( ) ( )
9925,0
6338,14276,0
628020200
6338,128057,92
22
22
22
=
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−
−=
∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑
r
r
nY
YnX
X
nYX
XYr
Persamaan garis regresinya adalah : Y = 0,027 + 0,0042X dengan korelasi r = 0,9925
60
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam & Uji Duncan 5 isolat bakteri Kitinase Termofilik
Daftar Sidik Ragam Konsentrasi Kitinase Kasar TR 1 terhadap Suhu.
Ftabel SK Db JK KT Fhitung 0.05 0.01
Suhu 4 13.15 3.2875 65.75** 3.48 5.99 Galat Percobaan 10 0.5 0.05
Total 14 13.65
Keterangan ** = berbeda Sangat nyata pada α (0.01) KK = 6.50 %
Daftar Sidik Ragam Konsentrasi Kitinase Kasar TR 2 terhadap Suhu.
Ftabel SK Db JK KT Fhitung 0.05 0.01
Suhu 4 15.17 3.79 2.87tn 3.48 5.99Galat Percobaan 10 13.18 1.32
Total 14 28.35
Keterangan tn = tidak berbeda nyata pada α (0.01) dan α (0.05) KK = 31.54 % Karena tidak berbeda nyata maka tidak dilakukan uji Duncan
61
Daftar Sidik Ragam Konsentrasi Kitinase Kasar TR 3 terhadap Suhu.
SK Db JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01
Suhu 4 6,78 1.70 3.74** 3.48 5.99Galat Percobaan 10 4.53 0.45
Total 14 11.31
Keterangan ** = berbeda sangat nyata pada α (0.01)
* = berbeda nyata pada α (0.05) KK= 20.33%
Daftar Sidik Ragam Konsentrasi Kitinase Kasar TR 4 terhadap Suhu.
Ftabel SK Db JK KT Fhitung
0.05 0.01
Perlakuan 4 54.02 13.51 56.29** 3.48 5.99 Galat Percobaan 10 2.42 0.24
Total 14 56.44
Keterangan ** = berbeda Sangat nyata pada α (0.01) Koefisien Keragaman KK = 7.46 %.
62
Daftar Sidik Ragam Konsentrasi Kitinase Kasar TR 5 terhadap Suhu.
SK Db JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01
Perlakuan 4 7.71 1.93 24.13 3.48 5.99Galat Percobaan 10 0.79 0.08
Total 14 8.5
Keterangan ** = berbeda Sangat nyata pada α (0.01) Koefisien Keragaman. = 5.17 %
63
Lampiran 12. Foto-foto pengamatan sifat fisik air panas Tinggi Raja
Foto 1. pengukuran pH air panas Tinggi Raja
Foto 2. pengukuran suhu
64
suhu 63oC pH 7.2
x
suhu 57 oC pH 7,1 x Suhu 59 oC pH 6,9 x
Foto 3. Beberapa titik pengambilan air panas
65
Foto 4. Panorama Alam Sumber Air Panas Tinggi Raja