Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah dan ... · Penelitian ini bertujuan untuk...
Transcript of Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah dan ... · Penelitian ini bertujuan untuk...
ISOLASI BAKTERI Bacillus thuringiensis DARI TANAH
DAN PENGUJIAN TOKSISITASNYA TERHADAP ULAT
GRAYAK (Spodoptera litura)
IKRA ALMA KHUDRA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK
IKRA ALMA KHUDRA. Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah dan Pengujian
Toksisitasnya terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura). Di bawah bimbingan NISA
RACHMANIA MUBARIK dan IMAN RUSMANA.
Bacillus thuringiensis (Bt) diketahui dapat menghambat pertumbuhan larva Lepidoptera
seperti ulat grayak (Spodoptera litura), yang menyebabkan banyak masalah di bidang pertanian.
Penghambatan aktivitas Bt disebabkan racun protein kristal yang diproduksi selama fase sporulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Bt dari berbagai contoh tanah dan uji toksisitas terhadap
larva ulat grayak instar kelima. Dua isolat berhasil diisolasi dari sampel tanah yaitu isolat 47 dan Lot 2. Isolat-isolat termasuk bakteri Gram positif, berbentuk batang, memiliki endospora
subterminal, dan kristal protein. Morfologi koloni isolat berbentuk bulat, berwarna putih, dan
tepian berkerut. Kedua isolat diuji dengan ulat grayak instar kelima dengan metode celup.
Toksisitas isolat lebih tinggi tetapi tidak berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan Bt
pembanding subsp. aizawai dan kontrol negatif. Kontrol negatif memiliki persentase kematian
yang cukup tinggi yaitu 72,5%.
Kata kunci: isolasi, Bacillus thuringiensis, Spodoptera litura, kristal protein.
ABSTRACT
IKRA ALMA KHUDRA. Isolation of Bacillus thuringiensis Bacteria from Soil and Test of
Toxicity to Armyworm (Spodoptera litura). Under direction of NISA RACHMANIA MUBARIK
and IMAN RUSMANA.
Bacillus thuringiensis (Bt) is known to inhibit growth of Lepidoptera larvae such as
armyworm (Spodoptera litura) larvae which cause many problem in agriculture. Inhibition activity
of Bt due to protein crystal toxin produced during sporulation phase. This study was aimed to
isolate Bt from various soil samples and to test its toxicity to the armyworm fifth instar larvae.
Two isolates was isolated from soil samples i.e. 47 and Lot 2 isolates. The isolates are Gram
positive rod-shaped, had subterminal endospores and crystals of proteins. Colony morphology of the isolates was round, white, and corrugate edge. Both of isolates were tested to the fifth instars of
armyworm larvae by immersion method. The toxicity of isolates was higher however it was not
significantly different with positive control (Bt subsp. aizawai) and the negative control. The
negative control had high percentage of mortality up to 72.5%.
Key words: isolation, Bacillus thuringiensis, Spodoptera litura, protein crystal.
ISOLASI BAKTERI Bacillus thuringiensis DARI TANAH
DAN PENGUJIAN TOKSISITASNYA TERHADAP ULAT
GRAYAK (Spodoptera litura)
IKRA ALMA KHUDRA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah dan Pengujian
Toksisitasnya terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Nama : Ikra Alma Khudra
NIM : G34070065
Disetujui:
Pembimbing I
Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si.
NIP 19671127 199302 2 001
Pembimbing II
Dr. Iman Rusmana, M.Si.
NIP 19650720 199103 1 002
Diketahui,
Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga
karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah dan Pengujian Toksisitasnya terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura)” ini dilakukan
mulai Februari 2011 sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Nisa Rachmania Mubarik dan Bapak Iman
Rusmana atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu Kanthi Arum Widayati sebagai wakil komisi pendidikan atas saran dan diskusi yang
diberikan. Selanjutnya ungkapan terima kasih kepada Kak Jonatan, Mba Echa, Mba Maisya, Nia,
Susan, Adian, Rina, Yakub, Nita, Gesty, Anggi, Aya, Atun, Hokie, Debie, Faizal, Ari, dan seluruh
staf Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, serta teman-teman yang selama ini ikut
membantu terlaksananya penelitian ini khususnya di Biologi angkatan 44. Terima kasih juga untuk
keluarga tercinta yang senantiasa memberi cinta, doa dan dukungan. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Desember 2011
Ikra Alma Khudra
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pariaman Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 12 November 1989
dari pasangan Alinurdin. A, S.Pd. dan Malidarni, M.Pd. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis lulus dari SMP Negeri 1 Pariaman pada tahun 2004, kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Pariaman dan lulus tahun 2007. Setelah itu, penulis lulus seleksi
masuk jurusan Biologi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
IPB).
Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Biologi Dasar
dan Mikrobiologi Dasar pada tahun 2010-2011. Selama di perkuliahan penulis menjadi anggota
organisasi mahasiswa daerah “Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang” (IPMM) IPB. Penulis juga
pernah mengikuti berbagai seminar dan pelatihan seperti Seminar “Grand Opening Leadership
and Enterpreneurship School IPB 2009”, Seminar dan workshop PKM (Program Kreativitas
Mahasiswa) BEM FMIPA IPB Tahun 2009, dan terakhir Seminar PKM “Explore Your Creativity with PKM” IPB tahun 2011.
Pengalaman kepanitiaan penulis adalah sebagai panitia Lomba Cepat Tepat Biologi 2009,
panitia divisi publikasi dan dokumentasi SPIRIT (FMIPA Sport and Art contest) 2009, panitia
masa perkenalan departemen dan fakultas mahasiswa baru MPF dan MPD “G-FORCE 45”, panitia
divisi acara “Biologi Interaktif 2009”, dan sebagai ketua pelaksana “Biodiversity Biologi 44
2010”.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................................ 1 Bahan dan Alat ................................................................................................................. 1
Metode ............................................................................................................................. 1
Isolasi Bakteri Bt dari Berbagai Sampel Tanah.. ...................................................... 1
Peremajaan dan Pengamatan Mikrob ...................................................................... 1
Penyiapan Suspensi Isolat Bt untuk Uji Toksisitas. ................................................. 2
Pengujian Toksisitas Isolat Bt terhadap Ulat Grayak. ............................................. 2
HASIL
Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah. ............................................................... 2
Kurva Turbiditas Pertumbuhan Isolat Bt.. .......................................................................... 4
Aplikasi Isolat Bt terhadap Ulat Grayak. ............................................................................ 4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................... 5
SIMPULAN ................................................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 6
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 8
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perolehan isolat Bacillus dan persentase bakteri penghasil kristal protein dari sampel tanah ....... 2 2 Karakter morfologi isolat Bt hasil isolasi dan Bt pembanding .................................................... 3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 (a) Sel Bt isolat 47, (b) sel Bt isolat Lot 2, (c) Bt pembanding subsp. aizawai,
dan (d) isolat Bt pembanding pakistani ..................................................................................... 3
2 (a) Kurva turbiditas pertumbuhan isolat 47, dan (b) kurva pertumbuhan isolat Lot 2 .................. 4
3 Diagram persentase kumulatif mortalitas larva ulat grayak instar lima sampai hari ke-4...............4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Alur metode isolasi ................................................................................................................... 9
2 Koloni (a) isolat 47 dan (b) Lot 2 ........................................................................................... 10
3 Hasil pewarnaan Gram isolat (a) 47 dan (b) Lot 2 pada perbesaran 1000x ................................ 10
4 Hasil pengukuran kekeruhan biakan pada panjang gelombang 620 nm ..................................... 10
5 Aplikasi isolat ke ulat grayak .................................................................................................. 11
6 Ulat yang mati akibat perlakuan isolat pada hari ke-4 setelah perlakuan.................................... 11
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt)
merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat
diisolasi langsung dari tanah, kotoran, dan
bagian tumbuhan, termasuk bakteri Gram
positif, membentuk spora dan fakultatif
saprofit tanah (U.S. EPA 1998). Bakteri ini
dapat menghasilkan senyawa bioaktif yang
dapat membunuh hama beberapa golongan
serangga seperti Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, Hymenoptera, Homoptera dan
Mallophaga (Bravo et al. 1998). Bt dapat
menghasilkan senyawa protein yang dapat
merusak saluran pencernaan hama serangga
salah satunya hama ulat grayak (Spodoptera
litura).
Ulat grayak adalah salah satu hama yang
bersifat polifag atau dapat menyerang
berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, dan
buah-buahan. Hama ini termasuk ke dalam
famili Noctuidae dan Ordo Lepidoptera (Ginting 1991). Ulat grayak tersebar luas di
daerah dengan iklim panas dan lembab dari
subtropis sampai daerah tropis. Berdasarkan
data Direktorat Perlindungan Tanaman
(2008), serangan ulat grayak pada tanaman
kedelai di Indonesia mencapai 1.316 ha pada
tahun 2006.
Serangan tersebut terus meningkat seiring
peningkatan produksi tanaman. Besarnya
kerugian yang ditimbulkan akibat hama ulat
grayak terhadap pertanian menyebabkan perlunya dilakukan usaha-usaha untuk
menanggulangi masalah ini.
Biopestisida yang diproduksi dari isolat
Bt merupakan salah satu alternatif yang sangat
menjanjikan terhadap gangguan hama ulat
grayak. Biopestisida tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan, spesifik membunuh
hama ulat grayak, mudah terdegradasi oleh
lingkungan, dan dapat dinaikkan patogenisitas
nya dengan teknik rekayasa genetika (Khetan
2001).
Pengendalian hayati hama ulat grayak dengan menggunakan toksin Bt ini perlu
dilakukan karena dampak yang ditimbulkan
oleh penggunaan pestisida kimiawi cukup
besar. Dampak negatif tersebut antara lain
mematikan serangga bukan sasaran,
menyebabkan resistensi serangga terhadap
bahan aktif insektisida kimia tertentu,
menyebabkan terjadinya resurgensi hama,
serta dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan (Situmorang et al. 1993).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengisolasi
bakteri Bt dari berbagai sampel tanah serta
menguji toksisitasnya terhadap ulat grayak (S.
litura).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Februari 2011 sampai Agustus 2011 di Labo-
ratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah sampel
tanah dari Kabupaten Sukadana-Lampung,
Tabanan-Bali, Lempake-Kalimantan Timur;
media Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth
(NB), daun talas untuk makanan ulat, larutan
Tween 80, aquades steril. Ulat grayak untuk
perlakuan diperoleh dari Departemen Hama
dan Proteksi Tanaman IPB. Alat-alat
laboratorium yang digunakan ialah cawan
Petri, vortex, laminar, autoklaf, penangas, mikroskop cahaya, spektrofotometer, pipet
mikro, serta peralatan lain yang biasa
digunakan di laboratorium mikrobiologi.
Metode
Isolasi Bakteri Bt dari Berbagai
Sampel Tanah. Isolasi dilakukan dengan cara
mensuspensikan 3 gram contoh tanah ke
dalam 30 ml garam fisiologis 0,85% steril
dalam botol Schott. Suspensi tersebut
kemudian dikocok dengan alat pengocok
selama beberapa menit, kemudian diberikan perlakuan panas pada suhu 80 oC selama 10
menit. Selanjutnya suspensi diencerkan serial
sampai pengenceran 10-4 dengan garam
fisiologis. Dari masing-masing pengenceran
10-3 dan 10-4 secara aseptik diambil suspensi
sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet
mikro dan dicawankan dengan metode cawan
sebar pada medium NA dengan dua kali
ulangan. Cawan-cawan tersebut selanjutnya
diinkubasikan dengan posisi terbalik pada
suhu 28 0C selama 48 jam (Rusmana & Hadioetomo 1994).
Peremajaan dan Pengamatan Mikrob.
Koloni hasil sebar yang terpisah dengan baik,
diamati menggunakan mikroskop cahaya
dengan perbesaran 1000 kali. Bakteri yang
memiliki ciri khas bakteri Bt yaitu memiliki
kristal protein di dalam sel, kemudian digores
dengan metode kuadran di cawan NA dan
dipindahkan ke agar-agar miring NA untuk
stok.
2
Penyiapan Suspensi Isolat Bt untuk
Uji Toksisitas. Jumlah sel dari isolat bakteri
yang sudah didapat, dihitung jumlah selnya
menggunakan metode cawan sebar dan
turbidimetrik. Jumlah sel yang diperoleh
dari hitungan cawan tersebut dibandingkan
dengan nilai OD (optical density) pada
panjang gelombang 620 nm menggunakan
spektrofotometer sehingga didapat kurva
standar isolat. Selain itu dilakukan
pengukuran kurva pertumbuhan isolat Bt hasil isolasi untuk mengetahui waktu spora
diproduksi secara maksimal.
Pengujian Toksisitas Isolat Bt
terhadap Ulat Grayak. Pengujian
dilakukan dengan memberi makan 10 larva
S. litura instar lima untuk masing-masing
isolat uji dengan potongan daun talas yang
telah dicelupkan dalam suspensi isolat
bakteri umur 52 jam dan larutan Tween 80
lalu selama beberapa menit dibiarkan kering
udara. Perlakuan ini dibuat lima kali ulangan.
Sebagai kontrol digunakan potongan-
potongan daun yang dicelup ke dalam
akuades steril, sedangkan pembanding
digunakan potongan-potongan daun yang
dicelup ke dalam suspensi B. thuringiensis
subsp. aizawai. Larva-larva uji ditempatkan
pada wadah plastik yang ditutup dengan
kain kasa.
Rancangan percobaan yang digunakan
ialah rancangan acak lengkap dengan 5 kali
ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap
persentase kumulatif mortalitas ulat setiap
hari selama empat hari berturut-turut. Data
yang diperoleh kemudian disajikan di dalam
tabel persentase mortalitas dan dianalisis
melalui grafik mortalitas kumulatif.
HASIL
Isolasi Bakteri Bacillus thuringiensis dari Tanah. Hasil isolasi dari 15 sampel
tanah yang diperiksa didapatkan 453 koloni
bakteri dengan ciri-ciri seperti genus
Bacillus. Dua isolat (11,3%) dari total koloni
Bacillus yang diperiksa memiliki ciri-ciri
koloni dan mikroskopis mirip Bt (Tabel 1).
Koloni Bt secara umum memiliki ciri-ciri
berwarna putih, besar koloni 5-10 mm,
tepian sedikit berkerut atau bergelombang,
elevasi timbul, dan memiliki permukaan
yang kasar. Dua koloni yang memiliki kristal protein hasil isolasi tersebut berasal
dari sampel tanah asal Kabupaten Lempake-
Kalimantan dengan kode isolat 47, dan
sampel tanah dari Kabupaten Tabanan-Bali
dengan kode Lot 2 (Tabel 1).
Tabel 1 Perolehan isolat Bacillus dan persentase bakteri penghasil kristal protein dari sampel Tanah
Keterangan: *memiliki kristal protein
No Asal tanah Jumlah
sampel
Kode
sampel
tanah
Jumlah
endospora
Bacillus/gram
tanah
Koloni
Bacillus
yang
diamati
Bakteri
penghasil
kristal
protein
Persentase
isolat
Bt/isolat
Bacillus
1 Lampung 4 L1
L2 L3
L4
1,2x105
1,2x106
7,3x104
1,7x105
8
37 4
5
0
0 0
0
0
0 0
0
2 Kalimantan
Timur
8 43
44
45
46
47*
48
49
50
2,7x104
2,9x105
2,4x106
1,4x105
3,7x104
4,7x105
1,3x105
3x104
8
32
84
25
11
84
21
9
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
9
0
0
0
3
Bali 3 Lot 1
Lot 2*
Lot 3
5,3x105
5,3x105
9,3x108
32
43
50
0
1
0
0
2,3
0
Total 15 453 2 11,3
3
Sementara itu sampel dari tanah
Lampung dengan kode isolat L1 sampai L4
tidak didapatkan satupun koloni Bacillus
yang memiliki kristal protein. Sebelumnya
pada tahap isolasi dilakukan renjatan panas
dengan suhu 80 0C selama 10 menit untuk
mematikan sel vegetatif bakteri serta
mematahkan dormansi endospora sehingga
koloni-koloni yang tumbuh pada media NA
semuanya berasal dari endospora (Rusmana
& Hadioetomo 1994). Secara mikroskopis, dapat dilihat
bentuk sel bakteri yang diduga Bt hasil
isolasi memiliki bentuk sel batang, memiliki
kristal protein, panjang 3-5 µm, dan lebar 1-
2 µm. Ciri-ciri ini sama dengan Bt subsp.
aizawai dan pakistani yang digunakan
sebagai pembanding (Gambar 1).
Sel-sel bakteri hasil isolasi yang diduga
Bt, memiliki kristal protein yang terletak
bersebelahan dengan letak spora yang
subterminal (Tabel 2). Pengamatan lekapan
basah isolat di bawah mikroskop cahaya
dilakukan pada jam ke-48 ketika isolat-isolat
telah mengalami sporulasi.
Hasil pengamatan karakter morfologi
menujukkan bentuk koloni yang sama
dengan Bt pembanding yaitu koloni
berbentuk bulat, tepian berkerut, elevasi
timbul, permukaannya kasar, dan berwarna
putih. Pengamatan mikroskopis di bawah mikroskop cahaya perbesaran 1000x
memperlihatkan bentuk sel batang. Isolat 47
memiliki bentuk sel batang namun agak
pendek. Sel menghasilkan endospora
berbentuk oval dengan letak subterminal.
Hasil preparat lekapan basah terlihat bakteri
Bt bersifat motil dan termasuk ke dalam
bakteri Gram positif dengan pewarnaan
Gram.
Gambar 1 (a) Sel Bt isolat 47, (b) isolat Lot 2, (c) Bt pembanding subsp. aizawai dan (d) Bt sp.
pakistani. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 1000x.
K= kristal, S= endospora.
Tabel 2 Karakter morfologi isolat Bt hasil isolasi dan Bt pembanding
No Isolat Bt Morfologi
koloni Bentuk sel
Endospora Gram Motilitas
Bentuk Letak
1
2
3 4
47
Lot 2
Bt aizawai Bt pakistani
Bulat
Bulat
Bulat Bulat
Batang pendek
Batang
Batang Batang
Oval
Oval
Oval Oval
Subterminal
Subterminal
Subterminal Subterminal
+
+
+ +
Motil
Motil
Motil Motil
a b
c d
K
S
K
S
K
S
K
S
10 µm
10 µm 10 µm
10 µm
4
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36
OD
620 n
m
Waktu (jam)
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36
OD
620 n
m
Waktu (jam)
0
20
40
60
80
100
1 2 3 4
47
Lot 2
Bt aizawai
kontrol negatif
Hari
mort
alit
as(%
)
Gambar 2 (a) Kurva turbiditas pertumbuhan
isolat 47, dan (b) Lot 2.
Kurva Turbiditas Pertumbuhan Isolat
Bt. Berdasarkan kurva turbiditas pertumbuhan di atas dapat dilihat aktivitas pertumbuhan
bakteri isolat, baik isolat 47 maupun Lot 2
mengalami fase eksponensial pada jam ke-4
sampai jam ke-8.
Setelah jam ke-8 pertumbuhan mencapai
fase stasioner sampai akhir pengukuran kurva
yaitu pada jam ke-36. Pada saat mencapai fase
stasioner (jam ke-8) dilakukan penghitungan
jumlah sel dengan metode cawan sebar.
Jumlah sel isolat pada saat stasioner mencapai
1,56x107 sel/ml untuk isolat 47, dan 1,5x107
sel/ml untuk isolat lot 2.
Aplikasi Isolat Bt terhadap Ulat
Grayak. Isolat yang digunakan untuk
perlakuan ialah isolat-isolat yang berumur 52
jam. Hal ini dimaksudkan agar kristal protein
sudah terbentuk di dalam sel. Kristal protein
akan terbentuk seiring terjadinya sporulasi.
Pada pengamatan sebelumnya, isolat-isolat
baru mengalami fase sporulasi setelah jam ke- 48.
Aplikasi isolat kepada ulat grayak
dilakukan selama empat hari. Kemudian ulat
yang mati dengan ciri-ciri akibat perlakuan Bt
seperti tubuh berwarna coklat hitam,
mengkerut, melengkung, kering dan kaku
diamati dan dilihat persentase kumulatif
kematiannya.
Pemberian isolat tampak efektif pada hari
ke-1 hingga hari ke-2. Persentase kematian
ulat pada hari ke-1 mencapai 17,5% (sampel 47) dan 22,5% (sampel Lot 2). Pada hari ke-2,
kematian ulat mencapai 35% (sampel 47) dan
42,5% (sampel Lot 2). Jika dibandingkan
dengan kontrol negatif dan Bt pembanding,
hasil ini cukup baik sampai hari ke-2.
Memasuki hari ke-3 hasil pemberian isolat
tampak tidak sesuai dengan dugaan
sebelumnya karena persentase kematian ulat
kontrol cukup besar mencapai 62,5%.
Hasil pemberian perlakuan isolat terhadap
ulat grayak pada hari keempat dapat menyebabkan mortalitas ulat sampai 95%
untuk isolat 47 dan 87,5% untuk isolat Lot 2,
sementara persentase mortalitas ulat yang
diberi perlakuan Bt pembanding subsp.
aizawai lebih rendah dari isolat yaitu 85%
(Gambar 3). Perlakuan kontrol negatif
memiliki presentase kematian yang cukup
besar yaitu sampai 62,5% pada hari ke-3 dan
72,5% pada hari ke-4.
Gambar 3 Diagram persentase kumulatif mortalitas larva ulat grayak instar lima sampai hari ke-4.
a.
b.
47
Lot 2
Bt aizawai
Kontrol negatif
5
PEMBAHASAN
Bakteri Bacillus merupakan bakteri yang
umum menghuni tanah dan memiliki
endospora. Endospora merupakan bentuk
dorman bakteri-bakteri tertentu dan bersifat
tahan terhadap suhu tinggi, sinar ultraviolet, sinar-X, bahan kimia, dan pengeringan. Selain
adanya endospora, beberapa Bacillus seperti
halnya B. thuringiensis memiliki strktur yang
disebut kristal protein. Kristal protein ini
adalah ciri khas bakteri Bt. Kemampuannya
membentuk kristal (tubuh paraspora)
bersamaan dengan pembentukan spora, yaitu
pada waktu sel mengalami sporulasi. Kristal
tersebut merupakan kompleks protein yang
mengandung toksin (δ-endotoksin) yang
terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah akhir fase eksponensial dan baru keluar dari sel
pada waktu sel mengalami autolisis setelah
sporulasi sempurna (Trizelia 2001).
Kristal protein tersusun dari subunit-
subunit protein yang berbentuk batang atau
halter, mempunyai berat molekul 130 – 140
kDa yang berupa protoksin. Protoksin akan
menjadi toksin setelah mengalami hidrolisis
dalam kondisi alkalin di dalam saluran
pencernaan serangga. Hidrolisis ini
melepaskan protein kecil dengan berat
molekul sekitar 60 kDa dan bersifat toksik (Trizelia 2001).
Kristal protein ini disandikan oleh gen
yang dikenal sebagai gen cry. Sampai saat ini
hampir 300 gen cry telah diidentifikasi dan
diklasifikasikan ke dalam 51 kelompok dan
subkelompok berdasarkan kesamaan urutan
asam amino (Crickmore et al. 1998).
Pengklasifikasikan galur Bt didasarkan atas
metode fenotipik menggunakan serotipe H
yang memungkinkan diferensiasi galur
serotipe dan subspesies berdasarkan antigen flagellar (Moraga 2004).
Daya racun Bt juga berbeda pada setiap
inang. Hal ini disebabkan oleh gen cry yang
menyandikan kristal protein pada setiap galur
Bt. Gen cryI diketahui efektif untuk
mengendalikan hama Lepidoptera, gen cryII
untuk Diptera dan Lepidoptera, Coleoptera
(cryIII), Diptera (cryIV), atau Coleoptera dan
Lepidoptera (cryV). Selain itu pada beberapa
galur Bt juga terdapat gen cyt yang
menyandikan faktor cytolytic nonspesifik
(Crickmore et al. 1998). Hasil isolasi dari beberapa contoh tanah
yang telah dilakukan, didapatkan 453 koloni
bakteri dengan ciri-ciri seperti genus Bacillus.
Dua isolat (11,3%) dari total koloni Bacillus
yang diperiksa memiliki ciri-ciri koloni dan
mikroskopis mirip Bt. Rendahnya perolehan
bakteri hasil isolasi kemungkinan besar
dipengaruhi oleh kandungan spora bakteri
penghasil kristal di dalam contoh tanah dan
viabilitas sporanya. Dalam hubungannya
dengan habitat tersebut, diperlukan pengambilan sampel berulang kali karena
penemuan bakteri entomopatogenik pada
suatu saat tertentu dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain hujan dan berbagai faktor
lainnya. Ada kemungkinan pada saat
pengambilan sampel ditemukan bakteri
entomopatogenik di suatu tempat tertentu
tetapi pada saat lain tidak dapat ditemukan
lagi dan sebaliknya (Salaki 2009). Tingkat
kelembaban dan pencemaran tanah oleh polusi
udara dapat juga menjadi faktor sedikitnya perolehan spora Bt.
Perlakuan renjatan panas pada tahap
isolasi dilakukan untuk mematahkan dormansi
endospora dan mematikan sel-sel vegetatif
yang terdapat dalam contoh tanah yang akan
diperiksa. Bakteri Bt memiliki ciri koloni
seperti bewarna putih berbentuk bulat, tepian
berkerut atau bergelombang, elevasi timbul,
dan permukaannya kasar (Rusmana &
Hadioetomo 1994).
Hasil kurva turbiditas pertumbuhan
menunjukkan isolat-isolat mengalami akhir fase eksponensial pada jam ke-8 dan
dilanjutkan fase stasioner. Menurut
Sembiring & Fachmiasari (2004), bakteri
mencapai puncak pertumbuhan pada waktu
yang berbeda bergantung pada media
pertumbuhan yang digunakan. Fase
pertumbuhan eksponensial dapat juga berbeda
karena perbedaan kemampuan bakteri untuk
tumbuh pada jenis media pertumbuhan yang
tersedia.
Pembentukan kristal protein bersamaan waktunya dengan peristiwa sporulasi,
umumnya terjadi 2-3 jam setelah pertumbuhan
eksponensial berakhir (Sembiring &
Fachmiasari 2004). Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, isolat 47 maupun Lot 2
mengalami sporulasi pada jam ke-48.
Sporulasi ini diduga dipengaruhi oleh aktivitas
quorum sensing yang dimiliki bakteri
Bacillus.
Bakteri quorum sensing menghasilkan
dan mengeluarkan molekul sinyal yang
disebut autoinducers (AI) yang meningkat seiring konsentrasi sel. Pendeteksian AI akan
mengarah ke perubahan ekspresi gen. Bakteri
Gram positif dan Gram negatif menggunakan
komunikasi quorum sensing untuk meregulasi
berbagai kegiatan fisiologis seperti virulensi
bakteri patogen, simbiosis, kompetensi,
6
konjugasi, produksi antibiotik, motilitas,
sporulasi, dan, pembentukan biofilm (Melissa
& Bonnie 2001). Pada umumnya autoinducer
pada Gram positif menggunakan senyawa
peptida yang dihasilkan melalui jalur ATP
Binding Cassette (ABC) (Rukayadi & Hwang 2009).
Pengaplikasian dilakukan terhadap 10
larva instar lima untuk setiap perlakuan. Ulat
grayak diberi makan daun talas yang
sebelumnya sudah dicelup ke dalam campuran
isolat dan 4% larutan Tween 80. Larutan ini
berfungsi untuk membantu melekatkan spora
dan kristal protein pada makanan ulat.
Suspensi isolat yang diberikan berumur 52
jam (waktu sporulasi) sehingga isolat
memiliki jumlah spora 107-108 spora/ml. Secara kumulatif pemberian perlakuan isolat
terhadap ulat grayak pada hari keempat dapat
menyebabkan mortalitas ulat sampai 95%
untuk isolat 47 dan 87,5% untuk isolat Lot 2,
sementara persentase mortalitas ulat yang
diberi perlakuan Bt pembanding subsp.
aizawai lebih rendah dari isolat yaitu 85%
(Gambar 3). Hal ini mungkin terjadi karena
subsp. Bt yang digunakan sebagai
pembanding adalah Bt subsp. aizawai yang
kurang efektif untuk membunuh Lepidoptera
(Sembiring 2004). Pada data perlakuan terlihat kontrol negatif memiliki presentase
kematian yang cukup besar yaitu sampai
62,5% pada hari ke-3 dan 72,5% pada hari ke-
4. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh
tidak terkontrolnya faktor lingkungan saat
pengaplikasian seperti suhu ruangan, cahaya,
dan kelembababan. Menurut Trizelia (2001),
radiasi UV sinar matahari dan suhu tinggi
menyebabkan kristal protein bersifat labil.
Selain itu pH permukaan daun yang tinggi
juga dapat menyebabkan daya racun Bt menurun.
Standar deviasi persentase pada hari ke-4
berkisar dari 5 sampai 9,5742 yang
menunjukkan data cukup beragam. Hal sama
terjadi pada hari ke-1 hingga ke-3 yang
memperlihatkan keragaman data yang cukup
besar. Untuk itu, aplikasi isolat terhadap hama
ulat dengan memperhatikan faktor eksternal
atau lingkungan bioassay perlu dilakukan
untuk mengetahui keefektifan toksisitas isolat
terhadap ulat grayak (S. litura).
Mekanisme toksisitas dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-4 setelah aplikasi. Kristal
protein yang masuk ke dalam saluran
pencernaan ulat bersama makanan, akan
diaktivasi oleh suasana basa yang terdapat
pada usus ulat. Kristal protein yang
mengandung d-toksin akan diubah menjadi
protoksin dan akhirnya menjadi toksin yang
teraktivasi. Kemudian toksin ini akan
menempel pada reseptor yang terdapat pada
sel epitelium usus ulat. Selanjutnya terjadi
perforasi membran usus dan ulat akan
mengalami gangguan pencernaan dan pada akhirnya akan mati.
Ulat yang mati akibat perlakuan Bt dapat
diamati dari ciri-ciri fisik seperti tubuh
berwarna coklat atau hitam, mengkerut,
melengkung, kering dan kaku. Menurut
Trizelia (2001), infeksi Bt tidak selalu
mematikan larva, larva masih mampu
bertahan hidup dan berhasil menjadi pupa dan
imago, tetapi imago yang terbentuk tersebut
biasanya berukuran kecil, cacat, lama
hidupnya lebih pendek dan kemampuan meletakkan telurnya berkurang atau mandul.
Hasil pemberian isolat tampak cukup baik
pada hari ke-1 sampai 2, namun pada hari ke-
3 dan ke-4 kontrol negatif memperlihatkan
hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
Kontrol negatif memiliki nilai presenatase
kematian yang besar dibanding hari
sebelumnya.
SIMPULAN
Hasil isolasi Bacillus didapatkan 2 isolat
bakteri penghasil kristal protein dari total 453
isolat yaitu isolat 47 dan Lot 2 yang berasal dari Lempake Kalimantan Timur dan Tabanan
Bali. Isolat hampir sama dan sesuai dengan
ciri-ciri Bt pembanding aizawai dan pakistani
yaitu memiliki koloni berwarna putih, tepian
berkerut atau bergelombang, elevasi timbul,
dan permukaannya kasar. Toksisitas isolat-
isolat lebih tinggi namun tidak berbeda nyata
daripada Bt pembanding subsp. aizawai dan
kontrol negatif. Kontrol negatif memiliki
presentase kematian yang cukup tinggi yaitu
72,5%.
DAFTAR PUSTAKA
Bravo A et al.1998. Characterization of cry
genes in a Mexican Bacillus thuringiensis
galur collection. Appl Environ Microbiol
64: 4965-4972.
Crickmore N et. al. 1998. Revision of the
nomenclature for the Bacillus
thuringiensis pesticidal crystal proteins.
Microbiol Mol Biol Rev 62: 807–813.
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan.
2008. Laporan luas dan serangan hama dan penyakit tanaman pangan di
Indonesia. Jakarta: Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan.
7
Ginting BB. 1991. Mengenal Spodoptera
litura hama yang menyerang banyak
tanaman. Media Unika Majalah Ilmiah
Unika Santo Thomas Sumatera Utara 2:
26-35.
Khetan SK. 2001. Microbial Pest Control. New York: Marcel Dekker Inc.
Melissa BM, Bonnie LB. 2001. Quorum
sensing in bacteria. Annu Rev Microbiol 55: 165-199.
Moraga QE, Tovar, GE, Garcia VP, Alvarez
SC. 2004. Isolation, geographical
diversity and insecticidal activity of
Bacillus thuringiensis from soils in Spain.
Microbiol Res 159: 59-71
Rukayadi Y, Hwang JK. 2009. Pencegahan
quorum sensing: suatu pendekatan baru dalam mengatasi infeksi bakteri.
Medicinus 22: 22-27.
Rusmana I, Hadioetomo RS. 1994. Isolasi
Bacillus thuringiensis berl. dari
peternakan ulat sutra dan toksisitasnya
terhadap larva Crocidolomia binotalis
zell. dan Spodoptera litura F. Hayati 21-
23.
Salaki CL, Situmorang J, Sembiring L. 2009.
Isolation and Characterization of
Indonesian indigenous bacteria (Bacillus
thuringiensis) which are potential for biological control agent against cabbage
heart caterpillar (Crocidolomia binotalis
Zell). Biota 1: 1-6.
Sembiring T, Fachmiasari AS. 2004.
Kombinasi ekstrak kedelai dengan tepung
jagung dan tapioka sebagai media
produksi kristal dan spora Bacillus
thuringiensis. J Tekno Indones 27: 33-49.
Situmorang J, Sembiring L, Sumarmi S. 1993. Eksplorasi bakteri entomopatogenik
sebagai agen pengendali hayati serangga
hama Plutella, Spodoptera dan Heliothis.
J Mat Sains. 1:1-10.
Trizelia. 2001. Pemanfaatan Bacillus
thuringiensis untuk pengendalian hama
Crocidolomia binotalis [disertasi]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
[U.S.EPA] United States Environmental
Protection Agency. 1998. Registration Eligibility Decission (RED) Bacillus
Thuringiensis. Prevention, Pesticides
,and Toxic Substances. Washington DC:
U.S. EPA.
8
LAMPIRAN
9
Lampiran 1 Alur metode isolasi
3 gram sampel tanah + 30 ml
garam fisologis 0.85 %
Dilakukan penyebaran di
cawan NA sebanyak 0.1 ml
dari pengenceran 10-3 dan 10-4
Diberikan renjatan panas 80o C
selama 10 menit
Dilakukan penggoresan di
cawan NA
Dilakukan pengamatan
mikroskopis
Perbesaran 1000 kali
Koloni Bacillus tidak terpisah
dengan baik
Pengenceran serial 10-2 – 10-4
(1 ml ke dalam 9 ml garam fisiologis 0.85%)
Koloni Bacillus terpisah
dengan baik
Sel mirip Bt (memiliki spora
dan kristal)
Dimurnikan dengan metode
cawan gores
Dipindahkan ke media agar
miring NA untuk stok
10
Lampiran 2 Koloni isolat (a) 47 dan (b) Lot 2
Lampiran 3 Hasil pewarnaan Gram isolat (a) 47 dan (b) Lot 2 pada perbesaran 1000x
Lampiran 4 Hasil pengukuran kekeruhan biakan pada panjang gelombang 620 nm
no jam
ke
47 Lot 2
tanpa rejatan
panas
rejatan
panas
tanpa rejatan
panas
rejatan
panas
1 0 0,001 0,001 0,002 0,002
2 2 0,033 0,033 0,023 0,023
3 4 0,147 0,147 0,115 0,115
4 6 0,66 0,66 0,436 0,436
5 8 1,077 1,077 0,878 0,878
6 10 1,097 1,097 0,987 0,987
7 12 1,162 1,162 1,018 1,018
8 14 1,149 1,161 1,021 1,038
9 16 1,146 1,192 1,021 1,123
10 18 1,134 1,18 1,034 1,184
11 20 1,119 1,154 1,037 1,183
12 22 1,108 1,171 1,022 1,163
13 24 1,075 1,134 0,991 1,131
14 26 1,077 1,143 0,986 1,128
15 28 1,051 1,114 0,961 1,1
16 30 1,108 1,139 1,008 1,162
17 32 1,107 1,148 1,011 1,167
18 34 1,107 1,189 1,007 1,174
19 36 1,104 1,221 1,007 1,179
(b) (a)
(b) (a)
11
Lampiran 5 Aplikasi isolat ke ulat grayak
Lampiran 6 Ulat yang mati akibat perlakuan isolat pada hari ke-4 setelah perlakuan