Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

41
1 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011. Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan E-mail : [email protected] A. Pendahuluan Dalam sejarahnya umat manusia senantiasa memperbaiki taraf kehidupannya, diantara peradabannya itu kita mengenal dengan terminologi “teknologi”, yang dimana teknologi itu hadir sebagai upaya manusia mencari-cari cara/ teknis tertentu yang dapat semakin mempermudah kehidupannya. Pada akhir abad ke-18 dan awal dari abad ke-19, ditandai dengan munculnya revolusi industri dimana perubahan secara besar-besaran baik dari segi teknologi, sosioekonomi maupun budaya telah menghantarkan babak baru bagi peradaban manusia ke jaman serba mesin, automatisasi dan bahkan kini komputerisasi. Dalam perjalanannya, ternyata ada sisi gelap dari kehidupan manusia yaitu peperangan, seperti Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II yang terjadi Perang Dingin (1945-1989). Kebanyakan orang menilai peperangan itu disebabkan oleh perang kepentingan semata, namun tidak sedikit pula yang menyalahkan karena adanya perbedaan keyakinan dalam agama, seperti dalam Perang Salib yang dimulai oleh kaum Kristiani (1095–1291). Terlepas dari itu semua, sebenarnya peperangan dalam upaya meng-kudus-kan kepentingan ego tertentu dengan manafikan secara radikal ego orang lain merupakan nilai universal dari sisi negatif manusia yang terbatas dalam hal ke-materi-annya. Hubungannya dengan teknologi dimana alih-alih diperuntukan untuk memudahkan dan mensejahterakan kehidupan umat manusia, namun dalam kenyataannya tidak terbantahkan lagi justru dengan kemajuan teknologi ini manusia semakin menjadi keji, kejam dan tak kenal kasihan dalam melakukan

Transcript of Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

Page 1: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

1 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran

Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai &

Karakter Pada Masyarakat

Oleh : Andri Indrawan

E-mail : [email protected]

A. Pendahuluan

Dalam sejarahnya umat manusia senantiasa memperbaiki taraf

kehidupannya, diantara peradabannya itu kita mengenal dengan terminologi

“teknologi”, yang dimana teknologi itu hadir sebagai upaya manusia mencari-cari

cara/ teknis tertentu yang dapat semakin mempermudah kehidupannya. Pada

akhir abad ke-18 dan awal dari abad ke-19, ditandai dengan munculnya revolusi

industri dimana perubahan secara besar-besaran baik dari segi teknologi,

sosioekonomi maupun budaya telah menghantarkan babak baru bagi peradaban

manusia ke jaman serba mesin, automatisasi dan bahkan kini komputerisasi.

Dalam perjalanannya, ternyata ada sisi gelap dari kehidupan manusia yaitu

peperangan, seperti Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II yang terjadi

Perang Dingin (1945-1989). Kebanyakan orang menilai peperangan itu

disebabkan oleh perang kepentingan semata, namun tidak sedikit pula yang

menyalahkan karena adanya perbedaan keyakinan dalam agama, seperti dalam

Perang Salib yang dimulai oleh kaum Kristiani (1095–1291). Terlepas dari itu

semua, sebenarnya peperangan dalam upaya meng-kudus-kan kepentingan ego

tertentu dengan manafikan secara radikal ego orang lain merupakan nilai

universal dari sisi negatif manusia yang terbatas dalam hal ke-materi-annya.

Hubungannya dengan teknologi dimana alih-alih diperuntukan untuk

memudahkan dan mensejahterakan kehidupan umat manusia, namun dalam

kenyataannya tidak terbantahkan lagi justru dengan kemajuan teknologi ini

manusia semakin menjadi keji, kejam dan tak kenal kasihan dalam melakukan

Page 2: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

2 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

peperangan. Teknologi seperti hanya semata-mata sebagai pelayan pemenuhan

hawa nafsu, kebodohan dan keserakahan belaka, teknologi pulalah yang

memberikan manusia kemampuan untuk memusnahkan bangsa spesiesnya

sendiri secara massal. Selain peperangan, dampak negatif dari keberadaan

teknologi tidak berhenti disitu, kita dapat melihat bahwa tindak terorisme, tindak

kriminial, tindak asusila, kebohongan, perjudian, dan masih banyak lagi tindak

penyimpangan sosial yang merupakan penyakit masyarakat sepanjang jaman

yang cukup diuntungkan dalam pertumbuhannya dengan keberadaan kemajuan

teknologi ini, bahkan alam pun tidak terelakan menjadi korban eksploitasi besar-

besaran oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab hingga menyebabkan

kerusakan sehingga tidak perlu diragukan lagi, kembali yang menjadi penerima

dampak itu ialah umat manusia sendiri. Benarkah peradaban manusia itu

semakin membaik? Seperti itu kah tujuan diciptakannya teknologi? Mungkinkah

ini semua sebagian dari hal-hal yang ingatkan Allah S.W.T melalui firman-Nya?.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar).” QS Ar Rum : 41.

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah

amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” QS Al A’raf : 56.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pencapaian manusia dalam

peradabannnya akan kemajuan teknologi ini, namun lain halnya dalam upaya

pemanfaatan manusia terhadap teknologi. Dalam sebuah buku karya Samuel

Page 3: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

3 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Huntington (1997) “The Clash of Civilizations (Benturan Peradaban)”,

menyatakan bahwa konflik yang terjadi antar peradaban melainkan benturan

yang terjadi atarnilai. Sehubungan dengan hal itu, Fritjof Capra (1998) dalam

bukunya “The Turning Point: Science, Technology and The Raising Culture (Titik

Balik Peradaban)” menyampaikan “Visi Realitas Baru” yang antara lain berintikan

pandangan hidup, sistem kehidupan, dan keutuhan hidup (Mulyana, 2004:iii)6

yang bertitik tolak dari keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik

secara lokal, regional, nasional maupun internasional berdasarkan nilai-nilai

universal seperti kebenaran, keadilan, kejujuran, kebajikan, kearifan, kasih

sayang, dan lain sebagainya. Lalu dimanakah peran agama selama ini, bukankah

muatan nilai-nilai tersebut yang dibawa selama ini oleh agama? Atau benar

agamalah yang justru menyeret umat manusia kedalam kehancuran seperti

melalui peperangan? Tidak adakah nilai-nilai yang menjadi landasan kesadaran

manusia dari agama dalam berperilaku yang layak bagi dirinya, sesamanya dan

alam sekitarnya?.

Kita selaku umat Islam yang meyakini agamanya sebagai Rahmatan

lil’alamiin yang memuat nilai-nilai universal tersebut perlu menegaskan bahwa

Pertama, agama ini tidak menjadikan peperangan sebagai cara untuk hidup

namun lain halnya jika dalam upaya bertahan hidup dari ancaman dan serangan

luar. Kedua, dalam kaitannya dengan teknologi, selain kedudukan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang bukan saja diterima melainkan dianjurkan serta

dalam hal pemanfaatannya Islam melalui syariatnya yang suci memandang

penting hal tersebut. Ketiga, Islam memandang perkembangan IPTEK sebagai

roda peradaban manusia tidaklah cukup menjadikan manusia itu sempurna

dalam hidupnya jika tidak disertai dengan sikap takwa sebagai jaminan dari

keselamatan hidup dirinya sendiri dengan sesamanya bahkan alam sekitarnya.

6 Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 2-3.

Yogyakarta: UNY – FBS.

Page 4: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

4 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau

menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami

dari siksa neraka.” QS Al-Imran 190-191.

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara

keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang

kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk

neraka.” QS Shaad : 27.

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al-

Mujadilah 11.

Page 5: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

5 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit

lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam

jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah

yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan

demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan

binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan

jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-

Nya, hanyalah ulama (ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan

kekuasaan Allah). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun.” QS Faathir 27-28.

Dalam kaitan keberadaan dan kedudukan ilmu pengetahuan, khususnya

teknologi dengan Islam sebagai sistem nilai merupakan pembahasan para pakar

dan ulama yang amat beragam dan kompleks serta terus berkembang sampai

saat ini, namun penulis dalam kesempatan ini lebih tertarik untuk mengangkat

tema tertentu di wilayah teknologi informasi dan komunikasi yang aplikatif dan

kontekstual bagi masyarakat muslim ditanah air. Perkawinan antara teknologi

transmisi mutakhir dengan komputer telah melahirkan sebuah era baru, yaitu

era informasi yang tidak terkecuali bangsa Indonesia yang turut serta di

dalamnya. Collin Cherry7 mengungkapkan perkembangan teknologi komunikasi

yang cepat dewasa ini dapat disebut dengan istilah explosion, yaitu Pertama,

secara potensial teknologi komunikasi dapat menjangkau seluruh permukaan

bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas

informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Kegita, kompleksitas

7 Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan

Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 5. Sumatera Utara: IAIN

Sumut Prodi Komunikasi Islam.

Page 6: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

6 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

teknologinya sendiri semakin canggih (shopisticated) baik perangkat lunak

maupun perangkat kerasnya. Berdasarkan dampak dari perkembangan teknologi

tersebut, maka masyarakat muslim di Indonesia sekalipun tidak terkecuali masuk

ke dalam era masyarakat informasi. Dengan arus informasi yang pesat dan besar

secara kapasitas, dalam hal ini tentunya perlu memerhatikan pengendalian yang

tepat sebagai upaya dari perlindungan terhadap informasi-informasi yang kurang

baik tentunya.

Pentingya tentang sistem informasi ini dengan kaitannya terhadap

masyarakat, Ziauddin Sardar8, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tentang

masyarakat dipengaruhi oleh empat jenis sistem informasi yang membentuk sifat

dan karakternya, yaitu 1. Weltanschauung (pandangan dunia) yang mengaitkan

kosmologi dan etika baik itu berorientasi teistik (ketuhanan) maupun non-teistik

2. Tentang pengetahuan masyarakat (nasionalisme) 3. Lembaga-lembaga sosial,

dan 4. Filsafat atau cara pandang pribadi. Oleh karena itu pengendalian akan

arus informasi dan komunikasi dalam sudut pandang Islam ialah dengan tetap

memperhatikan tujuh konsep pokok yaitu keesaan, ilmu dan pengetahuan,

hikmah/kebijakan, keadilan, konsesus/keumuman, musyarawah, kemashlahatan

umum, dan persatuan.

Kembali kepada fokus tema yang akan diambil penulis yaitu mengenai

teknologi informasi dan komunikasi yang aplikatif dan kontekstual bagi

masyarakat muslim ditanah air yang melibatkan permasalahan pengendalian

didalamnya menurut konteks ke-islam-an tentunya memerlukan beberapa atau

salah satu bentuk dari teknologi itu sendiri yang dijadikan sebagai batasannya.

Penulis memilih bentuk teknologi yang dimaksud ialah televisi. Hal ini bukan

tanpa dasar, melainkan berdasarkan kepada beberapa pertimbangan berikut:

Pertama, di masyarakat Indonesia menonton televisi9 diartikan sebagai kegiatan

8 Ibid., Hal. 13-14.

9 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). Indikator Sosial Budaya,

Tahun 2003, 2006, dan 2009. Jakarta. http://www.bps.go.id [April 2011]

Page 7: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

7 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

meluangkan waktu dan perhatian untuk menonton salah satu atau beberapa

acara yang disajikan dalam televisi sehingga mengerti dan menikmatinya yang

dimana persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menonton televisi

dari 2003-2009 misalnya terus meningkat dari 84.94% (2003), 85.86% (2006), dan

mencapai 90.27% (2009) dari jumlah total penduduk Indonesia sebanyak

237,641,326 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh warga negara ini

mengkonsumsi informasi melalui media televisi. Kedua, kurangnya tayangan

televisi yang mengangkat tema pendidikan, lingkungan maupun nilai-nilai

spiritual dalam setiap muatan filmnya (misal sinema/sinetron) ketimbang

bersifat bisnis dan hiburan semata yang dimana itu pun notabenenya lebih

mengadopsi acara televisi dari luar negeri yang jelas berbeda sistem nilai dan

budaya dengan Indonesia merupakan kekhawatiran tersendiri. Sekedar

menunjukan bagaimana perolehan keuntungan dari dunia per-televisi-an dan

bisnis hiburannya, mari kita lihat tabel berikut10

:

Tabel 1.1 Perolehan Iklan Televisi di Indonesia Tahun 1999 - 2003 (juta rupiah)

Stasiun 1999 (%) 2000 (%) 2001 (%) 2002 (%) 2003 (%)

SCTV 885.998

(25,7)

1.214.666

(24,6)

1.591.885

(24,8)

1.712.839

(20,4)

2.072.831

(17,8)

RCTI 954.728

(27,7)

1.251.815

(25,4)

1.420.508

(23,5)

1.878.807

(22,4)

2.050.746

(17,6)

Indosiar 937.712

(24,3)

1.330.996

(27,0)

1.609.870

(26,6)

1.898.224

(26,6)

1.949.476

(16,7)

Trans TV _ _ _ 652.061

(7,8)

1.388.302

(11,9)

TPI 446.832

(13,0)

819.958

(16,6)

905.144

(14,9)

916.807

(10,9)

936.565 (8,0)

TV7 _ _ 22.183

(0,4)

205.226

(2,4)

838.516 (7,2)

Global

TV

_ _ _ 311.208

(3,7)

742.824 (6,4)

Metro

TV

_ 17.788

(0,4)

243.004

(4,0)

438.085

(5,2)

521.806 (4,5)

LATIVI _ _ _ 155.526

(1,9)

502.984 (4,3)

ANTV 323.369

(9,4)

297.816

(0,6)

331.001

(5,5)

158.967

(1.9)

449.236 (3,9)

10

Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di

Indonesia. http://robitea.wordpress.com [April 2011].

Page 8: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

8 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

JTV _ _ 23.276

(0,4)

54.336

(0,6)

148.337 (1,3)

TVRI _ _ _ _ 44.677

(0,4)

Bali TV _ _ _ _ 13.307

(0,1)

Total 3.548.683

(100)

4.933.039

(100)

6.146.871

(100)

8.382.086

(100)

11.659.607

(100)

B. Teori Komunikasi

Seperti yang dapat dipahami bersama bahwa komunikasi dalam kontak

sosial masyarakat senantiasa membandingkan sejauh mana pesan yang

disampaikan dengan pesan yang dapat diterima baik dari segi jumlah maupun

daya serap informasi yang dapat dimengerti, dalam hal ini tinjauan yang

dilakukan bukan hanya dari segi keefektifan semata melainkan juga tingkat

efesiensinya. Komunikasi11

secara leksikal berarti pengiriman dan penerimaan

pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud

dapat dipahami. Secara bahasa komunikasi berarti bersama-sama (common,

commoness: Inggris) berasal dari bahasa Latin yakni communicatio yang berarti

pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran. Sedangkan

menurut Claude Shannon dan Warren Weaver (1949)12

, dalam karyanya

Mathematical Theory of Communication, melihat komunikasi sebagai fenomena

mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan

bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi sebagai

proses yang dimana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan

dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak

pada akurasi dan efisiensi proses.

Komunikasi yang dimaksud dalam Islam tentunya bukan hanya komunikasi

secara horizontal kepada sesama namun juga komunikasi yang terjadi secara

vertikal antara Pencipta yaitu Allah S.W.T dengan kita sebagai hamban-Nya. Para

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Hal. 517. Jakarta: Balai Pustaka. 12

Salam Abdul (2010). Teori-teori Komunikasi. Dikutip dari

http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com [April 2011]

Page 9: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

9 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

pemikir muslim telah mengembangkan teori-teori komunikasi yang menjadi

komunikasi alternatif yang kemudian kita sebut sebagai Komunikasi Islam yang

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan fitrah penciptaan manusia.

Adapun komunikasi Islam menitikberatkan akan adanya unsur-unsur nilai ke-

islam-an dari pada komunikator ke komunikannya yang sesuai dengan Al-Quran

dan Al-Hadist. Dalam konteks tersebut Madjid Tehranian13

, mengungkapkan

bahwa dalam prepektif Islam komunikasi haruslah dikembangkan melalui Islamic

World-View yang selanjutnya menjadi asas pembentukan teori komunikasi Islam

seperti aspek bahwa kekuasaan mutlak hanyalah milik Allah, serta peranan

institusi ulama dan masjid sebagai penyambung komunikasi dan aspek

pengawasan syariah yang menjadi penunjang kehidupan muslim. Kualitas

komunikasi yang dimaksud pun menyangkut nilai-nilai kebenaran,

kesederhanaan, kebaikan, kejujuran, integritas, keadilan, ke-sahih-an pesan dan

sumber yang ditegakkan atas sendi hubungan Islamic Tringular Relationship yaitu

antara Allah, Manusia, dan Masyarakat. Adapun Methatheory yang dapat

diketengahkan dari aspek epistemologi, ontologi, dan presfektifnya dapat dimulai

dari pembenahan aspek nilai-nilainya yang berdasarkan tauhid, persatuan umat

dengan adanya persamaan makna, serta orientasi kebahagiaan hidup akhirat

sebagai tujuan akhirnya. Mengenai prinsip dan etika tata cara berkomunikasi,

ada baiknya kita memperhatikan ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat

keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab

yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu

tidak mengetahui.” QS An-Nuur 19.

13

Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 3, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan

Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 5. Sumatera Utara: IAIN

Sumut Prodi Komunikasi Islam

Page 10: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

10 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

QS Al-Hujaraat 6.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan

hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” QS Al-Israa’

36.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh

lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan

kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-

adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” QS An-Nahl 90 &

116.

Page 11: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

11 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf (segala perbuatan yang

mendekatkan kita kepada Allah) dan mencegah dari yang munkar(segala

perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya); merekalah orang-orang

yang beruntung.” QS Ali-‘Imran 104.

C. Media Dan Penyiaran Televisi

Pada umumnya kita sudah tidak asing lagi mendengarkan istilah media,

bahkan dalam keseharian pun kita tidak terlepas dengan media baik dalam

menyampaikan maupun dalam memperoleh informasi tertentu. Definisi

mendasar dari media dapat kita pahami bahwa media komunikasi ialah

perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan

yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut.

Menurut Heinich14

bahwa ”media” merupakan alat komunikasi. Media berasal

dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ”medium” yang secara

harfiah berarti ”perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan

penerima pesan (a receiver). Sedangkan fungsi media komunikasi itu sendiri

menurut Burgon & Huffner (2002)15

, yakni efisiensi penyebaran informasi (baik

dari segi biaya, tenaga, pemikiran dan waktu), memperkuat eksistensi informasi,

mendidik/mengarahkan/persuasi, menghibur/entertaint/joyfull, dan sebagai

kontrol sosial.

Begitupun dengan penyiaran merupakan hal yang cukup familiar bagi

masyarakat kita. Penyiaran menurut JB. Wahyudi (1996)16

adalah “semua

kegiatan yang memungkinkan adanya siaran radio dan televisi yang meliputi segi

14

Susilana Rudi dan Riyana Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Hal. 6. Bandung: Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. 15

Alim Muhammad Baitul. (2010). Definisi Media Komunikasi dan Fungsinya. Di kutip dari

http://www.psikologizone.com [April 2011] 16

Aidie. (2009). Pengertian Media Penyiaran & Sejarah. Dikutip dari

http://teorikuliah.blogspot.com [April 2011]

Page 12: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

12 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

ideal, perangkat keras dan lunak yang mengunakan sarana pemancaran atau

transmisi, baik di darat maupun di antariksa, dengan mengunakan gelombang

elektromagnetik atau jenis gelombang yang lebih tinggi untuk dipancarluaskan

dan dapat diterima oleh khalayak melalui pesawat penerima radio atau televisi,

dengan atau tanpa alat bantu”. Sedangkan siaran itu sama artinya dengan

broadcast yang dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran

adalah “pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara

dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif

maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran”.

Sedangkan Penyiaran yang disebut broadcasting memiliki pengertian sebagai;

“kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana

transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan mengunakan spektrum

frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang

merambat melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima

secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima

siaran”. Dari sudut pandang penyiaran sebagai media, Malvin L. DeFleur & Everet

E. Dennis, Understanding Mass Communication, (1985).17

, yakni sebagai jenis

media massa yang menggunakan instrument elektromagnetik dalam

menyampaikan pesan ke audiensnya secara simultan.

Dari beberapa keterangan tersebut, setidaknya ada dua teknologi media

massa yang dimaksud dalam media penyiaran, yaitu radio dan televisi. Televisi

adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata

tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak

(vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Pada

teknologi televisi ada beberapa orang ahli yang telah berjasa menemukannya18

.

Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow seorang ahli dari Jerman pada tahun

17

Putra Afdal Makuraga. (2010). Modul Hukum & Etika Penyiaran: Pengertian Media

Penyiaran. Jakarta: Universitas Mercu Buana FIKOM. 18

Aidie. (2009). Pengertian Media Penyiaran & Sejarah. Dikutip dari

http://teorikuliah.blogspot.com [April 2011].

Page 13: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

13 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

1884. Dilanjutkan Vladimir Zworkyn tahun 1928 yang menemukan tabung

kamera atau iconoscope. Tabung kamera bekerja mengubah gambar dari bentuk

optis ke dalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan

ke dalam gelombang radio. Dengan dibantu Philo Fransworth akhirnya terbentuk

pesawat televisi pertama yang ditunjukan dimuka umum pada pertemuan

World’s Fair pada tahun 1939 dan sebagai media massa baru lahir pada tahun

1946, ketika khalayak dapat menonton siaran rapat Dewan Keamanan PBB New

York (Amir, 1999). Sampai pada tahun 1956 dimana Ampex Corporation berhasil

menemukan video tape recorder yang mampu menyimpan suara dan gambar.

Sehingga seluruh siaran televisi berbentuk tidak siaran langsung lagi karena

dapat direkam oleh video tape untuk disiarkan tunda.

Sejarah perkembangan televisi di Indonesia ditandai dengan Televisi

Republik Indonesia (TVRI) yang berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962 ketika

diadakannya siaran langsung Asian Games ke-4 di stadion Gelora Bung Karno.

TVRI memiliki 24 stasiun penyiaran di seluruh Indonesia yang masing-masing

memiliki jam siaran lokal di daerah coverage-nya. Sejak tahun 1989 selain TVRI

telah ada ratusan televisi swasta lokal, komunitas dan berlangganan yang

menyiarkan bersama-sama di wilayah negeri Indonesia. Adapun televisi

berdasarkan jenisnya dapat dibagi sebagai berikut19

:

1. Televisi analog, mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan

voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi

digital dapat dimasukan ke analog. Dengan dua sistem yaitu NTSC (National

Television System(s)) dan PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by

line atau untuk phase alternation line).

2. Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang

menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan

19

Wennyrahmawati (2009), Perkembangan Teknologi Televisi di Dunia. Dikutip dari

http://wennyrahmawati.wordpress.com mirror

http://www.cybermq.com/index.php?intermezzo/detail/1/10/intermezzo-10.html

[April 2011]

Page 14: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

14 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau

high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional

yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1

Dolby Digital.

3. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio

melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran

televisi biasa yang harus ditangkap antena.

4. Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang mirip

seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi lokal dan

televisi kabel.

Televisi sebagai bagian dari bentuk teknologi dalam hal ini tentunya Islam

sebagai sistem nilai memiliki pandangan. Adapun pandangan Islam tentang

teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu Qs. Al-‘Alaq: 1-5.

Menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab20

, istilah dari iqra trambil dari kata

menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,

menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik

teks tertulis maupun tidak.

Al-Quran memberikan isyarat kepada manusia mengenai cara perolehan

dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan perantara yang telah

diketahui manusia sebelumnya (alat atau atas dasar usaha manusia) dan

mengajari manusia yang belum mengetahui sebelumnya. Hal ini bisa ditinjau dari

adanya unsur subjek dan objek dalam pengetahuan dan dimana secara

umumnya subjeklah yang memahami objek. Namun ada pengalaman ilmiah yang

menunjukan bahwa objek dari pengetahuan itu sendirilah yang memperkenalkan

dirinya pada subjek, seperi komet Halley yang memasuki cakrawala sejenak

setiap 76 tahun. Selain itu ayat naqli lain dari diperintahkannya manusia untuk

20

Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa: Seminar Pendidikan Agama Islam.

Hal. 64-67. Bandung: Value Press, Universitas Pendidikan Indonesia FPIPS Jurusan

MKU.

Page 15: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

15 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

meneliti dan memperhatikan alam dapat di lihat pada Qs. Al-Imran: 190-191.

Adapun hadist nabi mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dapat kita

perhatikan dari Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain dari sahabat

Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya “Barangsiapa berjalan di

suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan

ke Syurga”.

Dalam kesempatan yang lain, untuk menunjukan pentingnya keberadaan

ilmu dalam mempengaruhi nilai dari suatu amal seseorang di hadapan Amirul

Mukminin Imam Ali bin Abi Tholib, Rasullullah SAWW., bersabda21

“Wahai Ali,

ada tiga hal yang apabila seseorang yang tidak memilikinya maka amalnya tidak

akan membaik; wara’ yang mencegahnya dari berbuat maksiat kepada Allah,

ilmu yang menyelamatkannya dari sikap bodoh orang jahil dan akal yang

dengannya ia bergaul secara baik dengan masyarakat”. Berkenaan dengan amal

ibadah, keberadaan ilmu menurut Nabi memiliki posisi sebagai berikut

“Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik

agama kalian adalah wara’ ”. Bahkan dalam hal muammalah pun kebaradaan

ilmu itu merupakan hal yang penting keberadaanya sebagaimana Nabi bersabda

“Barangsiapa yang bekerja tanpa dilandasi dengan ilmu maka pekerjaannya

lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya”. Seraya mengulang sabda Nabi

SAWW., Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Tholib telah memberikan nasihat

yang sama kepada sahabatnya mengenai ilmu sebagai landasan setiap tindakan,

yaitu “Wahai Kumail, tidak ada suatu tindakan pun kecuali engkau memerlukan

ilmu di dalamnya”.

Islam selain memposisikan penting IPTEK baik dari kedudukannya maupun

keutamaan dalam mencarinya, secara historik para cendikiawan muslim

terkemuka telah membuktikan kepada umat manusia peranannya dalam IPTEK,

21

Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah

Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.

Hal. 30, No. 4 & Hal. 34, No. 20 & Hal. 36, No. 32 & Hal. 43, No. 64 . Jakarta Timur:

Uswah.

Page 16: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

16 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

seperti Ibnu Sina dalam bidang ilmu kedokterannya yang dimana karya mognum

opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan primer di berbagai

universitas dunia. Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi

mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah

yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Di

abad ke-9, Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat

konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya dalam bentuk

kerangka sayap pada konstum burung. Lalu tidak ketinggalan di bidang

matematika, kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia

abad ke-9 ‘Kitab al-Jabr Wal-Mugabala’, yang diterjemahkan ke dalam buku ‘The

Book of Reasoning and Balancing’. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga

yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan. Di bidang

fisika yaitu tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat

obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan

Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Tak ketinggalan di

bidang teknik, Al-Jazari pada abad ke-12 dengan menemukan teknologi prinsip

hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin

robot. Tidak hanya itu sebenarnya masih banyak cendikiamuslim lain yang

berperan penting dalam perkembangan IPTEK bahkan sampai saat ini walaupun

dengan kapasitas yang berbeda.

D. Pendidikan Nilai dan Karakter

Pendidikan dituntut untuk memiliki wawasan pemikiran ke depan dan

mampu membaca peluang dan tantangan global. Di samping itu, harus mampu

memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan

keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki. Sastrapratedja (dalam K. Kaswardi,

1993: 3)22

menyatakan bahwa untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda

22

Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 3.

Yogyakarta: UNY – FBS.

Page 17: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

17 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

seperti itu, tidak hanya memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan

teknologi, tetapi juga memerlukan pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti

kepribadian dan etik-moral.

Pendidikan nilai atau moral adalah pendidikan yang berusaha

mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Pendidikan nilai

merupakan bagian internalisasi nilai-nilai akhlak manusia secara umum. Dalam

hal ini Islam telah menyebutkan secara rinci dan sangat luas tentang nilai-nilai

akhlak yang sangat berguna bagi umat manusia dalam kehidupannya di dunia

dan di akhirat. Pendidikan nilai/moral di istilahkan dalam Islam secara tepat

menjadi Akhlaq, Secara etimologis Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang

merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya: tingkah Laku,

budi, tabiat dan adab. Adapun secara istilah menurut Abu Hamid Al Ghozali23

“Akhlaq adalah sesuatu yang menggambarkan tentang prilaku seseorang yang

terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah

dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya. Dan jika sumber prilaku tersebut

didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia yang dapat ditinjau (dibenarkan)

oleh akal dan syari’at maka ia dinamakan akhlaq yang mulia, namun jika

sebaliknya maka ia dinamakan akhlaq yang tercela”. Dikesempatan lain seraya

menguatkan dari segi sistem nilai, menurut Abu Ridho yang dimaksud akhlak

Islam adalah seperangkat tindakan dan suluk (prilaku) serta gaya hidup yang

terpuji yang merupakan repleksi dari nilai-nilai Islam yang telah menjadi

keyakinan dan keperibadiannya dengan motivasi semata-mata keridhaan Allah

SWT.

Dalam perspektif sejarah filsafat24

, nilai merupakan suatu tema filosofis

yang dimulai pada akhir abad ke-19 , yaitu sejak Plato menempatkan ide “baik”

23

Faqihudin Muhammad. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan Nilai. Dikutip dari

http://yayasanbaitulmaqdis.com [April 2011] 24

Sauri Sofyan. (2007). Makalah: Sekilas Tentang Pendidikan Nilai . Disajikan dalam

Pelatihan Guru-Guru di Kapus Politeknik UNSI Kabupaten Sukabumi. Bandung: Pasca

Sarjana UPI.

Page 18: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

18 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

paling atas dalam hierarki nilai-nilai (Bartens, 2004:12). Kurt Baier (UIA, 2003:

10) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu kecenderungan perilaku yang

berawal dari gejala-gejala psikologis, seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan dan

keyakinan yang dimiliki secara individual sampai pada wujud tingkah lakunya

yang unik. Sedangkan Allport menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan yang

membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Bagi Allport nilai terjadi

pada wilayah psikologis kepribadian (Allport, 1964: 4). Adapun Kluckhon

(Mulyana, 2004:5) lebih panjang merumuskan tentang nilai. Ia mendefinisikan

nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan

terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Sementara Bramel

(Mulyana, 2004:5) mengungkapkan bahwa definisi itu memiliki banyak implikasi

terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian lebih spesifik. Implikasi

yang dimaksud adalah:

1. Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif (logis dan

rasional) dan proses katektik (ketertarikan atau penolakan menurut kata

hati).

2. Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu tidak bermakna apabila

diverbalisasi.

3. Apabila hal itu berkenan dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara

yang unik oleh individu atau kelompok.

4. Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini

bahwa nilai pada dasarnya disamakan daripada diinginkan, ia didefinisikan

berdasarkan keperluan sistem kepribadian dan sosial budaya untuk

mencapai keteraturan atau untuk menghargai orang lain dalam kehidupan

sosial.

5. Pilihan di antara nilai-nilai alternatif dibuat dalam konteks ketersediaan

tujuan antara means dan ends, dan

6. Nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya dan pada saat yang

sama ia adalah norma-norma yang telah disadari.

Page 19: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

19 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin

“character”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi

pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara istilah, dari “The

stamp of individually or group impressed by nature, education or habit”25

.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Menurut John P. Miller (1976: 5)26

, gambaran kepribadian menunjukkan

beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan

pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai

suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang

mengakibatkan perkembangan tersebut. Kedua, pribadi yang terintegrasikan

memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal dan

menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya

secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya. Ketiga,

pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan

orang lain. Dia tidak memutuskan diri dari orang-orang dan dia dapat

mengkomunikasikan rasa empatinya secara jelas terhadap orang lain. Keempat,

pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran. Dia

merasakan suatu keseimbangan antara hati dan pikirannya. Ia mengalami rasa

keutuhan pribadinya. Dia dapat menggunakan daya kemampuan intuisi,

imajinasi, dan penalarannya.

Ada pandangan yang menyatakan bahwa tujuan mendasar atau tujuan

akhir dari pendidikan itu ialah tercapainya manusia utuh yang

bermoral/berkarakter mulia. Hal ini diungkapkan oleh Driyakarya :”Tujuan

25

Tobroni. (2010). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Malaysia: UMM Press,

University of Malaya Malaysia FAI/PPS. 26

Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 8-9.

Yogyakarta: UNY – FBS.

Page 20: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

20 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

pendidikan adalah menjadikan peserta didik ‘manusia yang utuh sempurna’ atau

‘manusia purnawan’ (Driyarkara, 1980:129). Tercapainya kesempurnaaan di

tunjukkan terbentuknya “Pribadi yang bermoral” atau “moral characters”

(Montemayor, 1994:11). Dimana pribadi bermoral yang dimaksud adalah yang

memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur

kemanusiaan.

Oleh karenanya tidak heran jika seorang Ulama Besar yakni Hujjatul Islam

Ayyatullah Sayyid Ahmad Khomeini (1989)27

memandang bahwa setiap gerakan

sosial termasuk pendidikan didalamnya, mesti bertujuan mendidik masyarakat.

Ide pendidikan dalam Islam ialah menyempurnakan manusia atas keluhuran dan

kesucian jiwanya. Hal ini sesuai dengan tafsir Qs. Asy-Syams: 9-10.

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan

sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Bahkan hal ini pun merupakan maksud yang berada di balik falsafah

pengutusan para nabi, khususnya nabi Muhammad SAWW. Sebagaimana Hadist

Nabi yang berbunyi “Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘alihi was

sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang

lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)” [HR. Bukhori dalam Adabul

Mufrod no. 273 lihat juga Imam Malik, al-Muwattha’, no. 1723].

Selanjutnya al-Syaibani (1979:399)28

menjabarkan tujuan Pendidikan Islam

secara umum dengan mengklasifikasikannya ke dalam tiga tujuan asasi sebagai

berikut: 1. Tujuan-tujuan individu yang berkaitan dengan peningkatan

kemampuan setiap individu berupa pengetahuan, perubahan tingkah laku,

27

__. (1 Juni 1994). Studi Atas Ide dan Pemikiran Imam Khomeini Tentang Pendidikan.

Teheran: Disampaikan dalam sebuah konferensi, dalam rangka memperingati wafatnya

Imam Khomeini. Source from: www.al-shia.org [April 2011] 28

Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa: Seminar Pendidikan Agama Islam.

Hal. 18-20. Bandung: Value Press, Universitas Pendidikan Indonesia FPIPS Jurusan

MKU.

Page 21: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

21 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

pertumbuhan kedewasaan, serta kesiapan-kesiapan yang sudah semestinya

dimiliki dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat; 2. Tujuan sosial yang

berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan; 3. Tujuan-tujuan

profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni,

profesi dan aktivitas dalam masyarakat.

Dengan kejelasan pembahasan mengenai pentingnya pendidikan nilai dan

moral (akhlak) pada pembentukan karakter masyarakat memerlukan tindak

lanjut lebih jauh. Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut

Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, (2008: 36-37)29

meliputi pendekatan (i)

inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu

meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan

perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan

keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan

sosial yang kondusif. Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan

proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan

cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh karena itu, pendidikan

nilai tidak dapat diserahkan begitu saja ke lembaga-lembaga pemerintahan

terkait seperti Departemen Pendidikan Nasional atau sekalipun Departemen

Agama, bahkan harus lebih jauh dari itu Negara terlibat disamping

mengoptimalkan peran serta masyarakat diantaranya elemen-elemen

kelembagaan agama masyarakat dengan format yang beragam dari berbagai

pihak yang mengintegrasikan secara sendiri-sendiri atau dengan kombinasi.

Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan

beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode

langsung sebagai pendekatan inculcating mulai dengan penentuan perilaku yang

dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Hal ini dapat diterapkan

melalui kurikulum baku pendidikan baik formal maupun non-formal, baik itu

29

Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 10.

Yogyakarta: UNY – FBS.

Page 22: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

22 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

pendidikan dalam sekolah maupun luar sekolah dan aplikasi-aplikasi pendidikan

lainnya yang ada pada masyarakat seperti pesantren sampai termasuk ke dalam

satuan unit yaitu pendidikan keluarga.

Sedangkan untuk metode tidak langsung bagi tiga pendekatan lainnya yaitu

modelling, facilitating, dan skill development dapat diterapkan secara hiddent

curriculum baik dari segi Hukum dan Perundang-undangan, co-curriculum

(lingkungan, aturan, isntrument, dll), peraturan-peraturan pemerintah baik pusat

maupun daerah, serta pembudayaan pada masyarakat. Namun perlu diingat,

Pertama, Negara kita merupakan negara yang berazaskan Pancasila yang berke-

Tuhan-an Yang Maha Esa, dan ada 4 agama lainnya selain Islam yang dijadikan

agama resmi negara ini. Kedua, pendidikan nilai yang dimaksud tentunya lebih ke

esensi ketimbang simbol-simbol tertentu yang hubungannya agama sebagai

sumber dari nilai yang dimaksud. Lagi pula nilai yang universal pasti dimiliki oleh

seluruh agama yang ada. Ketiga, indoktrinasi merupakan kegiatan sadar yang

bersifat ideologis oleh suatu bangsa, sehingga memiliki sifat mengikat dan

memaksa sebagaimana hukum. Adapun sikap suka rela (voluntary action) dari

masyarakat sebagai subjek pendidikan nilai tetap dilakukan dengan cara

demokratis melalui mekanisme yang telah disepakati sebelumnya. Kelima,

keteladanan masing-masing atas komitmen nilai dari para pihak terkait baik itu

Pemerintah, Pejabat, Tokoh Masyarakat, Agamawan, Para Pelajar-Mahasiswa,

Guru, Orang tua, Cendikiawan, Ilmuwan, Insan Pers, Insan Perfilman, Ekonom,

Seniman, Profesional lainnya dan masyarakat umumnya akan nilai moral/ akhlak

yang baik sebagai upaya karakter ideal bersama merupakan faktor penentu yang

utama.

E. Media Penyiaran Televisi Sebagai Produk Seni, Sains Dan Teknologi

Televisi sebagai bagian dari teknologi komunikasi secara jelas dapat kita

tangkap merupakan produk dari sains dan teknologi, namun dari sisi hasil ekpresi

(ungkapan rasa) dan kreasi manusia, baik itu untuk televisi sebagai suatu benda

Page 23: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

23 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

seni maupun kesenian dari isi (content) yang dapat disajikan oleh teknologi

televisi melalui penyiarannya menunjukan bahwa televisi pun merupakan produk

dari seni. Manusia yang berbudaya senantiasa menciptakan simbol-simbol dan

karya benda yang akan selalu meliputi dua sisi yaitu, benda yang memiliki unsur

seni dan benda sebagai teknologi.

Khusus mengenai seni, ada seorang Ulama Besar Umat Islam yang

senantiasa memberikan perhatiannya atas perkara ini, bahkan kononnya sang

Ulama Besar ini pun pernah berkecimpung di dunia seni dan sastra sewaktu

muda dalam perjalanan pendidikannya. Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei

memberikan pernyataan mengenai seni sebagai berikut:30

“Kesenian dengan

segala jenisnya adalah satu anugerah ilahi. Kesenian memang muncul dalam

format ekspresi, tapi ekspresi saja tidak mewakili keseluruhan hakikat seni.

Sebelum mencapai tahap ekspresi, seni adalah suatu daya nalar dan kepekaan.

Setelah menangkap satu keindahan, daya tarik dan esensi yang terlihat dari

seribu titik - yang terkadang manusia biasa tidak akan dapat menangkap

satupun diantaranya- seorang seniman dengan naluri seni yang tertanam dalam

dirinya dapat mengekspresikan keindahan-keindahan itu secara detail dan

substansial. Secara utuh, kesenian adalah suatu pemahaman yang kemudian

tertuang dalam bentuk refleksi dan ekspresi”.

Kesenian telah menjadi satu instrumen untuk menyampaikan pesan

kepada masyarakat, pembentukan opini pada masyarakat tak dapat dilakukan

kecuali melalui media seni, termasuk sinema dan media visual. Oleh karena itu

seni merupakan media propaganda yang efektif ketimbang sains, percakapan

bahkan nasihat (bersifat argumentatif proposional, seperti ceramah, pidato,

orasi, dll). Seni adalah media yang paling ampuh untuk membumikan suatu

pemikiran yang mampu menyugesti pikiran audien melalui modus

mempengaruhi. Allah SWT., sendiri dengan kitab suci Al-Quran-Nya memilih cara

30

__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Cara Bijak

Mengapresiasi Seni. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April 2011].

Page 24: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

24 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

terbaik ini dalam mengalirkan pesan-pesan makrifat-Nya. Cara yang terfasih

melalui bahasa seni yang terindah dan merupakan mukjizat bagi Nabi

Muhammad SAWW., yang membawanya sehingga tidak ada satupun manusia

baik dari umat terdahulu maupun sekarang dapat menyusun kata-kata

sedemikian artistik seperti yang terangkai dalam Al-Quran. Pemahaman ini pun

menunjukan bahwa Islam sebagai sistem nilai juga mencakup seni bahkan bagian

dari Islam itu sendiri dan jelas tidak dapat mengabaikannya.

Seni (sebagai kebebasan ekspresif) tidak kontradiktif dengan komitmen

(tanggung jawab personal), hal ini berdasarkan pada jati diri seniman itu sendiri

sebagai bagian dari umat manusia. Hal ini realistis mengingat Pertama, Bakat dan

talenta seni sama sekali bukan hasil jerih payah seorang seniman, melainkan satu

anugerah yang diberikan kepadanya. Kedua, Seperti nikmat dan anugerah

berharga lainnya, seni adalah satu hakikat bernilai yang juga tidak bebas dari

tanggungjawab. Seni adalah bagian dari anugerah Ilahi yang tersisipi oleh

keharusan menunaikan kewajiban (taklif). Ketiga, Taklif tidak selalu berhulu pada

agama dan syariat. Sebaliknya, tidak sedikit taklif yang berhulu pada hati nurani

manusia. Keempat, tanggung jawab dan komitmen seorang seniman berhulu

kepada jatidirinya sebagai manusia sebelum bermuara pada statusnya sebagai

seniman. Manusia tidak mungkin lepas dari tanggung jawab. Dan tanggung jawab

sosok seniman adalah tanggungjawabnya terhadap sesama manusia, lingkungan

dan alam semesta.

Lalu apa hubungannya dengan televisi sebagai media komunikasi. Seniman

yang meproduksi konten dari acara pertelevisian baik itu pihak swasta maupun

pemerintah harus senantiasa memposisikan dirinya sebagai creator/ seniman

yang dapat ditinjau dari jati dirinya sebagai manusia yang luhur dan mulia yakni

manusia yang hati dan pikirannya juga luhur dan mulia. Sehingga seluruh hasil

dari ekspresi dan kreasinya tidak terlepas dari tema etika dan moral. Mari kita

Page 25: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

25 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

tengok sebelumnya atas Hadist yang diriwayatkan31

oleh Imam Ali Zainal Abidin

as. "Jiwa dan wujud insaniahmu adalah sesuatu yang paling berharga". Jiwa

insaniah sedemikian berharga sehingga tidak dapat diapresiasi kecuali dengan

syurga yang dijanjikan Allah. Sedangkan Kesenian adalah bagian yang paling

bernilai dan membanggakan dari jiwa insaniah. Oleh karena itu harus benar-

benar dihargai dan digunakan di jalan Ilahi.

Ekspresi seni pun linier dengan taraf intelektualitas seniman tersebut. Hal

ini tampak jelas dimana ketika untuk satu tema muatan seni, dua seniman akan

menyalurkan naluri dan ekpresinya dengan basis ide yang berbeda-beda.

Seniman yang berkomitmen kepada kebenaran senantiasa menjadikan

intelektualitasnya sebagai landasan pacu yang mendukung naluri dan ekspresi

seninya. Dimana ia akan termotivasi oleh suatu tujuan yang terpikat pada norma-

norma kemanusiaan, etika dan keluruhan makrifat religi.

Seni religius adalah kesenian yang mampu mengekspresikan pesan-pesan

agama. Seni yang religius tidak harus melulu terjebak dan kaku dengan simbol-

simbol keagamaan tertentu, yang terpenting melainkan esensi sprititualitasnya

yang dapat tersampaikan seperti keadilan masyarakat, kebahagiaan, hak-hak

spiritualitas, keagungan, ketakwaan insani, dan lain sebagainya. Sehingga seni

didedikasikan untuk turut membumikan makrifat keagamaan, khususnya Islam.

Hal yang menjadi konsen seni religius ialah kesenian jangan sampai didedikasikan

untuk melayani dorongan syahwat, kekerasan, amoralitas dan penegasian jatidiri

manusia dan masyarakat. Seni adalah salah satu manifestasi keindahan kreasi

ilahiah dalam diri manusia.

Dalam trend dunia sekarang, pandangan materialisme terhadap modal dan

kekayaan intelektual telah menyebabkan kekayaan ini diukur hanya dari aspek

profitabilitasnya. Sebagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian

mediapun ditimbang hanya dari aspek kemampuannya untuk menghasilkan laba

belaka. Oleh karena itu kesenian media yang berkomitmen termasuk media

31

Ibid

Page 26: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

26 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

televisi dengan nilai, moral dan spritualitas atas keluhuran jati diri manusia, hal

ini dapat diistilahkan sebagaimana ungkapan Ayatullah Sayyid Ali Khamenei

sebagai upaya dari “ketakwaan media”32

. Ketakwaan media ini bukannlah jargon

untuk melakukan sensor dan membatasi ruang gerak dari media tersebut

melainkan menunjukan adanya sikap wara’ dan ketakwaan hakiki kepada Allah

SWT., dalam mengemban tugasnya sebagai pencerah masyarakat yang

berpegang teguh kepada kebenaran (penyampaian maupun isi yang

disampaikan) dan nilai-nilai etis serta moral (akhlak). Mengenai pentingnya sikap

wara’ itu dimiliki oleh kita selaku muslim, ada baiknya kita perhatikan sabda

Rasullullah SAWW., sebagai berikut33

“Wahai Ali, ada tiga hal yang apabila

seseorang yang tidak memilikinya maka amalnya tidak akan membaik; wara’

yang mencegahnya dari berbuat maksiat kepada Allah, ilmu yang

menyelamatkannya dari sikap bodoh orang jahil dan akal yang dengannya ia

bergaul secara baik dengan masyarakat”. Riwayat lainnya mengenai wara’

sebagai bagian dari agama Islam, Sabda Nabi SAWW., “Keutamaan ilmu lebih aku

sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara’ ”.

F. Peran Media Penyiaran Televisi Dalam Konstruksi Budaya Dan Sosial

Media ditinjau dari segi keberadaanya ditengah-tengah masyarakat ialah

sebagai komoditi sumber informasi34

dimana masyarakat memiliki peran aktif

dalam menentukan media apa yang akan dikonsumsinya, hal ini sesuai dengan

teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan) oleh Herbert Blumer dan

Elihu Katz (1974). Sebagai komoditi sumber informasi, media tidaklah bebas nilai,

melainkan masyarakat senantiasa mengharapkan nilai dari media tersebut,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Phillip Palmgreen melalui teori

32

__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Mediapun Mesti

Bertakwa, Konsep Media Islam. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April 2011]. 33

Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah

Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.

Hal. 30, No. 4 & Hal. 34. Jakarta Timur: Uswah. 34

Alim Muhammad Baitul. (2010). Definisi Media Komunikasi dan Fungsinya. Di kutip dari

http://www.psikologizone.com [April 2011]

Page 27: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

27 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory) yang mencoba

menyempurnakan teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)

dengan kerangka pemikiran yaitu kepuasan yang masyarakat cari dari media

ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap media tersebut dimana kepercayaan

tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada masyarakat dan

evaluasinya tentang bahan tersebut.

Adanya ketergantungan masyarakat akan informasi dari media massa

dalam rangka memenuhi kebutuhannya serta mencapai tujuan tertentu serta

kondisi sosial dari hubungan yang terjalin antara sistem media dan institusi sosial

dengan masyarakat dalam menciptakan kebutuhan dan minat merupakan

konsekuensi murni. Hal tersebut sesuai dengan teori Ketergantungan

(Dependency Theory), oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur.

Ketergantungan tersebut berpotensi bahwa media massa memiliki peran dalam

membentuk karakter masyarakat35

. Bahkan dalam teori Agenda-setting yang

diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972), menyatakan bahwa jika

media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan

mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap

penting media, maka penting juga bagi masyarakat.

Kembali kepada budaya, dimana objek Budaya sendiri tidak harus yang

bersifat abstrak seperti nilai/norma dan pemikiran, namun budaya juga bisa

berbentuk objek material yang nyata. Televisi, radio dan bahasa bisa di pandang

sebagai hasil dari sebuah kebudayaan yang sudah tidak asing dalam masyarakat.

Televisi ini mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat yang termasuk

budaya sehingga dengan mudah diterima dan mempengaruhi masyarakat

tersebut. Menurut Ma’rat dalam Effendy (2008)[2]36

, ”acara televisi pada

umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan penonton,

35

Ibid. 36

Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di

Indonesia. Hal. 4. Dikutip dari http://robitea.wordpress.com [April 2011]

Page 28: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

28 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

sebab salah satu pengaruh psikologis televisi seakan-akan menghipnotis

penonton sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan kisah atau

peristiwa yang ditayangkan televisi”. Televisi sangat memiliki daya tarik kuat

yang disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect serta memiliki unsur

visual berupa gambar.

Beberapa pemaparan diatas menjelaskan bahwa teknologi sebagai produk

budaya tidaklah bebas nilai melainkan teknologi merupakan hasil kebudayaan,

yang dalam proses pembuatannya melibatkan ideologi, nilai-nilai dan pesan-

pesan tertentu. Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia tentunya

mencapuk segala aspek termasuk budaya. Allah SWT., menciptakan manusia

dimuka bumi dengan membawa fungsi sebagai Khalifatullah fil ard37

(Khalifah

Allah di muka bumi) sebagaimana tertuang dalam Qs. Al-Baqarah: 30. Manusia

dengan kedudukannya sabagai manifestasi Allah di muka bumi senantiasa

diberikan bekal berupa potensi-potensi yang dimana ketika manusia

mengaktualkannya dalam bentuk kebudayaan, maka dengan sendirinya

kebudayaan yang dimaksud ialah sebagai manifestasi fungsi kekhalifahan

manusia yang senantiasa selaras dengan tuntunan pedoman dan norma-norma

Islam itu sendiri.

Oleh karena itu dengan memanfaatkan teknologi televisi dalam menjalin

komunikasi atas nilai-nilai luhur Islam yang universal sebagai strategi komunikasi

kepada masyarakat luas merupakan hal yang tidak dapat ditolak lagi, dimana

televisi telah menjadi alternatif medium sosial yang cukup efektif dan efisien

dalam kontruksi budaya dan sosial. Menurut James Lull dalam Mulyana

(2008)[3]38

, televisi merupakan medium sosial yang memungkinkan anggota

khalayak berkomunikasi dan mengkonstruksi strategi untuk memperoleh tujuan

pribadi dan social secara luas. Karena itu tayangan televisi akan memberi efek

37

Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa: Seminar Pendidikan Agama Islam.

Hal. 28. Bandung: Value Press, Universitas Pendidikan Indonesia FPIPS Jurusan MKU. 38

Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di

Indonesia. Hal. 5. Dikutip dari http://robitea.wordpress.com [April 2011]

Page 29: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

29 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

yang lebih kuat daripada media lainnya. Tayangan televisi lebih mampu

menembus daya nalar manusia dan menggerakan manusia untuk melakukan

berbagai aksi baik dalam arti positif maupaun negative.

Televisi sebagai medium sosial memiliki kemampuan untuk melontarkan

kritik baik pada pemerintah maupun khalayak masyarakat pada umumnya

mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang ada, hal ini sebagai bagian dari

upaya positif dalam konstruksi sosial. Menurut Ulama Besar Islam Ayatullah

Sayyid Ali Khamenei39

menyatakan bahwa kritikan yang sesungguhnya harus

mampu merefeleksikan perjuangan untuk mengunggulkan antara kebaikan atas

keburukan supaya terlihat bahwa meskipun ditengah masyarakat atau bangsa

terdapat sisi buruk namun tetap masih ada motivasi dan gerakan untuk

mengatasinya, misalnya isu mengenai kemiskinan dengan tidak menebar rasa

putus asa dan lain-lainnya.

Dari segi control social selain memiliki kemampuan dalam memberikan

kritik, media televisi pun memiliki taklif40

sebagai garda terdepan masyarakat

terhadap setiap bentuk pembelaan hak-hak masyarakat dan tameng dari bentuk

kedzholiman informasi, sebagaimana tertuang dalam Qs. An-Nisaa’: 148.

“Allah tidak menyukai ucapan buruk (sebagai mencela orang, memaki,

menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan

seseorang, dan sebagainya), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali

oleh orang yang dianiaya (orang yang teraniaya oleh mengemukakan kepada

hakim atau penguasa keburukan-keburukan orang yang menganiayanya). Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

39

Tim Redaksi Swara Iman. (2010). Pidato Rahbar di Depan para Seniman, Budayawan,

dan Karyawan IRIB tanggal: Seni dan Kebebasan. Hal. 4-7. Bogor: Majalah Islam Swara

Iman Edisi 32 Muharram dan Safar 1432H. 40

Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand

Be’that, diterjemahkan oleh : Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian. Hal. 111.

Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.

Page 30: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

30 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Nabi suci pun mengatakan: “Jihad yang paling baik adalah mengemukakan

keadilan dihadapan seorang penindas”. Hadist yang lain, Nabi suci mengatakan,

dan Imam Ali telah mengutip dari beliau, “Suatu kaum tidaklah dipandang

terhormat sampai orang-orang yang lemah dikalangan meraka berani menuntut

hak-hak mereka dari orang-orang yang kuat, tanpa merasa takut”.

Media sebagai bentuk pembelaan hak-hak masyarakat dan tameng dari

bentuk kedzholiman informasi, selain mesti memiliki sikap kritis juga mesti

memiliki sifat transparan baik itu dalam setiap pengambilan informasi maupun

dalam penyajiannya. Adapun transparansi yang dimaksud dalam syariat suci

Islam melalui Nabiullah SAWW., telah mengisyaratkannya melalui sabda

berikut41

“Orang yang berakal tidak seyogianya bersikap secara transparan

kecuali dalam tiga hal: memperbaiki kehidupan, melangkah untuk (bersiap)

menuju hari kiamat, atau menikmati sesuatu yang tidak diharamkan”. Sabda

lainnya yang menunjukan dampak negative dan ancamannya dari ketiadaan

bentuk transparansi suatu informasi bagi khalayak guna kebaikan bersama dalam

masyarakat dapat kita renungkan melalui sabda Nabi SAWW., sebagai berikut

“Berbuat baik pada masyarakat adalah separo keimanan dan bersikap lemah

lembut terhadap mereka adalah separo kehidupan”. Selanjutnya Sabda Nabi

SAWW., yang lain “Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu seorang

Muslim, atau membahayakannya atau memperdayanya”.

Dan dari segi change, yaitu perubahan kearah perbaikan terus-menerus

seraya memerangi kejahatan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Yang

dimana menurut penafsiran42

dari Imam Baqir as., merupakan basis dari

kewajiban-kewajiban agama Islam lainnya, sebagaiman Qs. Ali-‘Imran: 110

berbunyi.

41

Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah

Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.

Hal. 31, No. 9 & Hal. 34, No. 22-23. Jakarta Timur: Uswah. 42

Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand

Be’that, diterjemahkan oleh : Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian. Hal. 112.

Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.

Page 31: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

31 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik

bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka

adalah orang-orang yang fasik.”

Sedangkan Hadist Nabi suci mengatakan, dan Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi

Tholib telah mengutip dari beliau, dalam rangka menasehati para sahabatnya

mengenai pentingya amar ma’ruf nahi munkar di tengah kehidupan kaum

muslimin dengan tetap menjaga semangat persaudaraan ialah sebagai berikut43

“Berusahalah untuk menasehati saudaramu, baik dalam kebaikan maupun

mencegahnya dari keburukan”.

G. Fungsi Media Penyiaran Televisi Dalam Komunikasi Pendidikan Nilai

Dan Karakter

Beberapa ahli menyampaikan definisi44

komunikasi massa sebagai proses

penyampaian informasi dari komunikator melalui media massa dengan

segmentasi komunikate/ audience yang luas (publik) pada kesempatan yang

sama (Burgon & Huffner, 2002). Atau pendapat yang serupa yakni proses

penyampaian informasi dari komunikator melalui interaksi media dengan

heterogenitas audience dengan jangkauan waktu dan tempat yang variatif

(Susanto, 1985). Seraya menguatkan dari segi audien sebagai penerima, (Effendy,

43

Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah

Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.

Hal. 39, No. 44. Jakarta Timur: Uswah. 44

Bagus Ghojali. (2010). Komunikasi Massa. Dikutip dari http://www.psikologizone.com

[April 2011]

Page 32: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

32 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

2008)45

, komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tesebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak

maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak

dan sesaat. Sedangkan pembentukan opini umum dalam masyarakat itu sendiri,

sebagaimana Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh

Elizabeth Noelle-Neuman (1976)46

, terbentuk dari hasil proses saling

mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi

individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-

orang lain dalam masyarakat.

Dalam masyarakat modern, dimana media massa diangap sebagai sistem

informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan,

dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, dan individu dalam aktivitas

sosial. Berdasarkan teori Dependensi Efek Komunikasi Massa yang dikembangkan

oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976) menyebutkan aspek-aspek

yang dapat dipengaruhi oleh media massa terhadap masyarakat yaitu:47

Pertama, Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan

sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/

penjelasan nilai-nilai. Kedua, Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan,

dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral. Ketiga, Behavioral,

mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu

atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu

aktivitas serta menyebabkan perilaku tertentu.

Dari pemaparan diatas, dimana televisi sebagai media komunikasi massa

memiliki kemampuan untuk memberikan informasi secara massal dan serentak,

45

Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di

Indonesia. Hal. 3. Dikutip dari http://robitea.wordpress.com [April 2011]. 46

Salam Abdul (2010). Teori-teori Komunikasi. Dikutip dari

http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com [April 2011]. 47

Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 3, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan

Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 7. Sumatera Utara: IAIN

Sumut Prodi Komunikasi Islam.

Page 33: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

33 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

serta mampu untuk menggiring opini umum pada masyarakat dengan memiliki

peranan yang amat vital bagi perubahan sosial, maka menjadi keharusan bagi

kita selaku muslim yang memandang pentingnya penyebaran nilai-nilai universal

ke-islam-an yang sesuai dengan kemanusiaan, kebenaran, keadilan, kebaikan dan

ketuhanan dalam memanfaatkan teknologi tersebut sebagai media pendidikan

nilai dan karakter pada masyarakat.

Sebenarnya upaya menjadikan televisi sebagai media pendidikan telah

dilakukan sejak dekade awal munculnya media itu48

. Pada 1932 State Universirty

of Lowa mengembangkan televisi pendidikan dalam bentuk sirkuit tertutup

(close circuit). Kemudian New York University bekerjasama dengan NBC pada

tahun 1938 mengujicoba penyelenggaraan siaran Televisi pendidikan. Di

Indonesia, usaha untuk menyelenggarakan televisi pendidikan sudah muncul

sejak Repelita I (1969). Akan tetapi langkah konkret baru terlihat pada tahun

1978 dengan dibentuknya Pusat Teknologi Pendidikan dan Kebudayaan

(Pustekomdikbud). Pada 23 Nopember 1987, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI serta Pengajaran dan Ilmu Pengetahuan Belanda

menandatangani naskah kerjasama tentang penggunaan teknologi pendidikan,

dan salah satu poin pentingnya adalah dukungan pihak kerajaan Belanda bagi

Indonesia untuk menyelenggarakan televisi pendidikan. Sebagai tindak lanjut

dari kesepakatan tersebut, pada Mei 1988 berhasil disepakati rencana induk

yang meliputi empat kategori kegiatan, yaitu (1) mediated instrucational system;

(2) broadcasted Educational Program; (3) Instrucsional and Communication

System Reseach; dan (4) Instrucational Development.

Akan tetapi belum sampai program tersebut direalisasi sudah muncul

inisiatif dari pihak swasta, yakni pengusaha Hardiyanti Rukmana yang lebih

dikenal dengan sebutan Mbak Tutut berniat mendirikan Televisi Pendidikan

48

Darmanto A. (2011). TV sebagai Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pengkajian dan

Pengembangan Informasi (BPPI) Wilayah IV, Balitbang Depkominfo. Dikutip dari

http://www.psikologizone.com [April 2011].

Page 34: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

34 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Indonesia (TPI) sehingga televisi pendidikan yang menjadi program pemerintah

justru tidak dapat direalisasi (Miarso: 2004). TPI gagal dalam menjaga eksistensi

sebagai televisi pendidikan telah memberikan presenden buruk bagi pihak lain

yang ingin mendirikan televisi pendidikan, sekaligus meninggalkan citra negatif

bahwa program-program televisi pendidikan sebagai hal yang membosankan dan

tidak menarik untuk ditonton. Di tengah melemahnya minat pihak swasta untuk

mendirikan televisi pendidikan, kini pihak Direktorat Jenderal Menengah dan

Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia giat

merintis penyelenggaraan televisi pendidikan (TVE). Sayangnya, upaya itu tidak

didukung oleh payung hukum yang memadai karena UU No.32 Tahun 2002

tentang Penyiaran tidak memberikan hak hidup bagi televisi pendidikan.

Lalu bagaimana dengan tema pendidikan nilai dan karakter melalui televisi

tersebut. TVE dirintis pemerintah tentunya telah mengalokasikan muatan materi

pendidikan nilai dan moral sebagai karakter bangsa yang tentunya pula

berkesesuaian dengan azas Pacasila dan nilai-nilai luhur lainnya termasuk Islam.

Stasiun televisi ini khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang

pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyarakat. Visi TVE

adalah menjadi siaran televisi pendidikan yang santun dan mencerdaskan. Misi

yang diemban adalah menyiarkan program yang mencerdaskan masyarakat,

menjadi tauladan masyarakat, menyebarluaskan informasi dan kebijakan-

kebijakan Depdiknas, dan mendorong masyarakat gemar belajar.

Namun sebenarnya yang perlu di waspadai bahkan perlu didukung dalam

perkembangannya ialah mulai merebaknya tema-tema pendidikan dan religius

dalam per-sinemaan dan per-sinetronan, bahkan bentuk tayangan lainnya

seperti dokumenter, talk show, per-lawakan dan lain sebagainya, khususnya

meledak pada bulan suci Ramadhan, agar tetap selalu menjaga entry point yang

menjadi fokus sasaran dalam upaya kontruksi sosial dalam pendidikan nilai dan

karakter pada masyarakat ini, yaitu memunculkan nilai-nilai luhur ke-Islmannya

ketimbang jargon-jargon dan simbol-simbol kaku yang mudah menjebak kepada

Page 35: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

35 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

bentuk penafsiran yang dangkal dan pembunuhan karakter jiwa manusia dari

orientasi ketuhanan ke arah orientasi kebendaan.

Dibawah ini beberapa statiun televisi yang telah merilis acara pendidikan

dan religi-nya dan patut mendapatkan sambutan yang positif dengan tetap turut

serta mengawasi kualitas dan kesesuaian tema atas keutuhan nilai-nilai yang

luhur yang telah dibahas sebelumnya, ialah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Acara Statiun Televisi Indoensia untuk Program Pendidikan dan

Religius (atau sejenisnya), Tahun 2010.

Statiun

Televisi

Acara (2010-an)*

Pendidikan dan Sejenisnya Religius dan Sejenisnya

TVRI • TV Edukasi

• Budi & Kerti

• Pesona Fisika

• Kuis Pintar

• Pesona Matematika

• Resensi Buku

• Sekolah Alam

• Warna Dunia

• Keliling Indonesia

• Tele Dakwah

• Hikmah Pagi

• Mimbar Rohani Agama Kristen

• Mimbar Rohani Agama Katolik

• Mimbar Rohani Agama Buddha

• Mimbar Rohani Agama Hindu

• Lintas Agama

• Percik Perenungan

• Mujizat Bersama Tiberias

RCTI • - • Assalamu'alaikum Ustadz

• Renungan Malam

- Renungan Malam

- Kalam Ilahi

- Doa Penutup

- Adzan Ismak (siaran tamat)

• Minta Tolong

• Bedah Rumah

• Ketika Cinta Bertasbih - Spesial

Ramadhan

SCTV • - • Islam KTP

• Pesantren & Rock n Roll

ANTV • - • Cahaya Hati

- Cahaya Hati: Wisata Rohani

• Titian Iman

INDOSIAR • - • Mamah & Aa

• Mari Ke Tanah Suci

• Muhibah Pesantren

• Penyejuk Imani

Page 36: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

36 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

• Inayah

Trans TV • Surat Sahabat

• Cerita Anak

• Teropong Iman

• Jazirah

• Perjalanan 3 Wanita

• Percikan Sanubari

• Sentuhan Qalbu Khazanah

• Halal

• Agama Kristen

Trans 7 • Jejak Petualang

• Jejak Si Gundul

• Asal Usul Fauna

• Asal Usul Flora

• Doctor's File

• Berburu

• Basecamp

• Kisah Anak Nusantara

• Dunia Air

• Dunia Binatang

• Kuas Ajaib

• Laptop Si Unyil

• Si Bolang

• Rahasia Sunnah

• Harmoni Islam

• Mata Hati

• Wara - Wiri Ramadhan

• Musafir

• Yusuf Mansur & Unyil

• Rahasia Sunnah Ramadhan

• Inspirasi

• Jangan Menyerah

TPI/MNCTV • - • Siraman Qalbu

METRO TV • Zero to Hero

• Archipelago

• Discover Indonesia

• Special Dialogue

• Inovator

• Journalist On Duty

• Mata Najwa

• Mario Teguh

• Oasis

• Kick Andy

• -

TV ONE • Damai Indonesiaku

• Tanpa Tanda Jasa

• Bumi dan Manusia

• Khatulistiwa

• Nuansa 1000 Pulau

• Riwajatmoe Doeloe

• Tokoh

• Jejak Islam

• Tabligh Akbar

• Titian Kalbu

*) Acara yang dilist dapat dirubah sewaktu-waktu oleh statiun televisi bersangkutan; sumber

id.wikipedia.com dan organisasi.org [April 2011].

Page 37: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

37 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

H. Kesimpulan

Islam sebagai sistem nilai tentunya merupakan sumber nilai yang sempurna

bagi umat manusia dalam memberikan acuan tingkah laku dan interaksi sosial

dalam hidupnya, tidak terkecuali sebagai paradigma mendasar dan aman dalam

ruang ekspresif dan reflektifnya secara individual. Pemeluk agama ini, tentunya

mengakui dan menyadari bahwasyahnya, Islam sebagai sistem nilai telah

mencapuk seluruh aspek dalam kehidupannya, termasuk budaya dan kebudayaan

dalam kaitannya dengan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu produk

budaya disamping tata nilai itu sendiri.

Televisi sebagai salah satu produk dari sains, teknologi informasi dan

komunikasi termasuk isi dari penyiaraannya yang melibatkan aspek kesenian,

tentunya juga merupakan bagian dari produk budaya yang dimana tidak bebas

nilai melainkan memuat nilai-nilai tertentu yang menjadi landasan dan harapan

bersama. Namun, sebagaimana dimaklumi teknologi televisi ini merupakan salah

satu hasil dari adanya relasi budaya luar dengan budaya muslim, khusunya

muslim Indonesia. Hal ini merupakan salah satu konsekuensi murni dari adanya

keragaman suku-budaya, ras, bahkan agama yang memotivasi dan bahkan

mensusupi nilai-nilai tertentu dalam interaksinya antar budaya global.

Relasi budaya tentunya berbeda dengan istilah serangan budaya dimana

perbedaan nilai yang negative dari suatu budaya bagi budaya dalam negeri atau

pada umumnya dunia muslim merupakan “ancaman” dan “tantangan” tersendiri

dalam penyikapan dan penerimaannya. Lagi-lagi Islam sebagai sistem nilai, dalam

kaitannya dengan bentuk “ancaman” dan “tantangan” tersebut telah mengatur

dan mengantisipasi sedemikan rupa dengan acuan nilai rahmatan lil alamiin dan

amar ma’ruf nahi mungkar. Hubungan antar budaya ini yang merupakan

kristalisasi dari komunikasi global dan dalam Islam komunikasi tersebut tentunya

senantiasa memerhatikan secara penting hubungan yang terjadi bukan hanya

sekedar secara horizontal antara sesama manusia dan lingkungannya melainkan

juga secara vertikal antara Pencipta dan hamban-Nya.

Page 38: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

38 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Dalam kaitannya dengan hal itu tentunya pemanfaatan salah satu teknologi

media komunikasi massa seperti televisi senantiasa disandarkan secara utuh dan

langsung dengan bentuk dan sikap ketakwaan. Sehingga tata nilai, etika dan moral

(akhlak) yang luhur dan mulia yang terintegrasikan tentunya telah menjadi muatan

utama dalam setiap kegiatan penyiaran yang dapat dilakukan tersebut. Adapun

bentuk-bentuk nilai yang dapat diketengahkan merupakan nilai-nilai yang

terkandung dalam ajaran suci agama Islam dan itu bersifat subtansial-universal

(tidak hanya simbolik semata), seperti ketuhanan, kebenaran, kebaikan, kearifan,

kebajikan, keadilan, kesederhanaan, kejujuran, keutamaan ilmu, kemerdekaan,

persatuan umat dengan persamaan makna, ketauladanan dalam bertakwa,

persaingan sehat dan persaudaraan, persamaan dan tanggungjawab, serta masih

banyak lainnya yang dimana hal itu merupakan nilai-nilai yang memang tidak

dapat ditolak oleh pihak manapun bahkan oleh umat beragama lainnya, sehingga

dapat menjadi sebuah kesepahaman, kesepakatan dan ke-maslahat-an bersama.

Peranan dan fungsi media komunikasi massa ini (televisi) dalam

memberikan pemodelan ketauladanan, mediaisasi, dan pengembangan

kepribadian tentunya menjadi tanggung jawab yang mungkin dapat diupayakan

bersama oleh seluruh elemen bangsa ini. Sehingga proses pendidikan nilai dan

moral senantiasa efektif dan efisien dilakukan dengan memberikan stimulasi sadar

dari lingkungan disamping secara legal formal dari institiusi-institusi pendidikan

yang ada. Atas dasar ikhtiar tersebut, kita selaku sebagai muslim dan bagian dari

bangsa Indonesia, tentunya dapat optimis untuk terus bergerak menuju kepada

perubahan tatanan masyarakat madani yang damai sentausa, aman tentram,

makmur dan bersahaja dengan citra dan harga diri bangsa yang luhur serta yang

utama ialah dapat selamat di dunia ini dan di akhirat nanti.

I. Saran

Adanya pembudayaan dan pemberian payung hukum secara konstitusional

merupakan upaya sadar dan mendasar dari setiap gerakan bersama pembentukan

kepribadian bangsa yang utuh secara etis-moral (berakhlak) mulia ini pada

umumnya dan pemanfaatan TIK televisi sebagai media pendidikan nilai dan

Page 39: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

39 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

karakter pada masyarakat pada khususnya. Pembudayaan merupakan gerakan

bawah di dalam masyarakat yang dapat dilakukan secara simultan dan

berkesinambungan dengan jalur legal formal sebagai landasan hukumnya. Hal ini

dapat ditempuh secara demokratis dengan melalui mekanisme penyepakatan dan

pengambilan keputusan ditingkat elit parlemen dan yudikatif serta

penyelenggaraan program-program penunjang serta infrastruktur dari pihak

eksekutif. Adapun kesediaan secara sukarela dari peran serta aktif komponen

masyarakat lainnya maupun keterlibatan dari pihak swasta penyelenggara media

penyiaran televisi dalam pembiasaan pembentukan karakter ini merupakan titik

gerak utama dalam upaya tersebut.

Sehingga proses internalisasi dan ideologisasi nilai-nilai etis dan moral

tersebut dapat senantiasa terus terbuka dan berkembang. Namun perlu dipahami

bahwa, proses tersebut bukan berarti dilandasi oleh nilai yang kurang sempurna

atau tidak sempurna melainkan kebalikannya, seperti nilai-nilai dalam Islam yang

pada hakikatnya sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia sepanjang jaman,

maka keterbukaan dan perkembangan ke arah perubahan dan perbaikan secara

terus-menerus tersebut sekedar menunjukan adanya keluasan dan kemenyeluruhan

nilai yang dianut sehingga tidak akan pernah tersandung dan terbentur oleh jaman

di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia itu sendiri,

khususnya bangsa Indonesia. Melainkan akan terus-menerus menjadi acuan

seimbang dan ketersesuaian antara kesiapan individu dan masyarakat dengan nilai

tersebut secara tak terbatas.

J. Daftar Pustaka

Sumber Buku/Jurnal

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa - Seminar Pendidikan Agama Islam

(SPAI). Bandung: Value Press – Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Mata

Kuliah Dasar Umum.

Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Yogyakarta: UNY –

FBS.

Page 40: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

40 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan

Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Sumatera Utara: IAIN

Sumut Prodi Komunikasi Islam.

Susilana Rudi dan Riyana Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Putra Afdal Makuraga. (2010). Modul Hukum & Etika Penyiaran: Pengertian Media

Penyiaran. Jakarta: Universitas Mercu Buana FIKOM.

Sauri Sofyan. (2007). Makalah: Sekilas Tentang Pendidikan Nilai . Disajikan dalam

Pelatihan Guru-Guru di Kapus Politeknik UNSI Kabupaten Sukabumi. Bandung:

Pasca Sarjana UPI.

Tobroni. (2010). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Malaysia: UMM Press,

University of Malaya Malaysia FAI/PPS.

Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah

Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses &

Bahagia. Jakarta Timur: Uswah.

Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand

Be’that, diterjemahkan oleh : Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian.

Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.

Tim Redaksi Swara Iman. (2010). Pidato Rahbar di Depan para Seniman, Budayawan,

dan Karyawan IRIB: Seni dan Kebebasan. Bogor: Majalah Islam Swara Iman Edisi

32 Muharram dan Safar 1432H.

Sumber Internet

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). Indikator Sosial Budaya,

Tahun 2003, 2006, dan 2009. Jakarta. http://www.bps.go.id [April 2011].

Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di

Indonesia. http://robitea.wordpress.com [April 2011].

Salam Abdul (2010). Teori-teori Komunikasi. Dikutip dari

http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com [April 2011].

Alim Muhammad Baitul. (2010). Definisi Media Komunikasi dan Fungsinya. Di kutip dari

http://www.psikologizone.com [April 2011].

Aidie. (2009). Pengertian Media Penyiaran & Sejarah. Dikutip dari

http://teorikuliah.blogspot.com [April 2011].

Wennyrahmawati (2009), Perkembangan Teknologi Televisi di Dunia. Dikutip dari

http://wennyrahmawati.wordpress.com mirror

http://www.cybermq.com/index.php?intermezzo/detail/1/10/intermezzo-

10.html [April 2011].

Page 41: Islam&Ict Pemanfaatantvuntukpendidikannilai

41 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.

Faqihudin Muhammad. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan Nilai. Dikutip dari

http://yayasanbaitulmaqdis.com [April 2011].

__. (1 Juni 1994). Studi Atas Ide dan Pemikiran Imam Khomeini Tentang Pendidikan.

Teheran: Disampaikan dalam sebuah konferensi, dalam rangka memperingati

wafatnya Imam Khomeini. Source from: www.al-shia.org [April 2011].

__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Cara Bijak

Mengapresiasi Seni. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April 2011].

__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Mediapun Mesti

Bertakwa, Konsep Media Islam. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April

2011].

Bagus Ghojali. (2010). Komunikasi Massa. Dikutip dari http://www.psikologizone.com

[April 2011].

Darmanto A. (2011). TV sebagai Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pengkajian dan

Pengembangan Informasi (BPPI) Wilayah IV, Balitbang Depkominfo. Dikutip dari

http://www.psikologizone.com [April 2011].