Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

9
Sejarah Indonesia Kelas X Semester 2 Islam dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau

Transcript of Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

Page 1: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

Sejarah Indonesia Kelas X Semester 2

Islam dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau

Page 2: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

•Marsha Nadya•Melisa Surya A.•Moch Surya R. I.•Muhammad Danial M.

Anggota Kelompok

Page 3: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

Dimulainya Kegiatan Perdagangan di Nusantara• Kegiatan perdagangan di Kepulauan Indonesia sudah

dimulai sejak abad pertama Masehi. Jalurjalur pelayaran dan jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, India, dan Cina terutama berdasarkan berita-berita Cina telah dikaji, antara lain oleh W. Wolters (1967).• Demikian pula dari catatan-catatan sejrah Indonesia dan

Malaya yang dihimpun dari sumber-sumber Cina oleh W.P Groeneveldt , telah menunjukkan adanya jaringan-jaringan pedagangan antara kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia dengan berbagai negeri terutama dengan Cina.

• Dari sumber literatur Cina, Cheng Ho mencatat terdapat kerajaan yang bercorak Islam atau kesultanan, antara lain, Samudra Pasai dan Malaka yang tumbuh dan berkembang sejak abad ke-13 sampai abad ke-15, sedangkan Ma Huan juga memberitakan adanya komunitas-komunitas Muslim di pesisir utara Jawa bagian timur.

Page 4: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

• Sumber-sumber tertulis (sejarah) yang merupakan catatan harian dari orang-orang Tionghoa, Arab, India, dan Persia menginformasikan pada kita bahwa tumbuh dan berkembangnya pelayaran dan perdagangan melalui laut antara Teluk Persia dengan Tiongkok sejak abad ke-7 Masehi atau abad ke-1 Hijriah, disebabkan karena dorongan pertumbuhan dan perkembangan imporium-imporium besar di ujung barat dan ujung timur benua Asia

Jalur Perdagangan Islam di Nusantara• Di ujung barat terdapat emporium Muslim di bawah kekuasaan

Khalifah Bani Umayyah (660-749 Masehi) kemudian Bani Abbasiyah (750-870 Masehi). Di ujung timur Asia terdapat kekaisaran Tiongkok di bawah kekuasaan Dinasti T‘ang (618-907 Masehi). Kedua emporium itu mungkin yang mendo¬rong majunya pelayaran dan perdagangan Asia, tetapi jangan dilupakan peranan Śrīwijaya sebagai sebuah emporium yang menguasai Selat Melaka pada abad ke-7-11 Masehi. Emporium ini merupakan kerajaan maritim yang menitik beratkan pada pengembangan pelayaran dan perdagangan

Page 5: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

• Berdasarkan kehadiran sejumlah pedagang dari berbagai negeri dan bangsa di Samudera Pasai, Malaka, dan bandar-bandar di pesisir utara Jawa sebagaimana diceritakan Tome Pires, kita dapat mengambil kesimpulan adanya jalur-jalur pelayaran dan jaringan perdagangan antara beberapa kesultanan di Kepulauan Indonesia baik yang bersifat regional maupun internasional.• Peningkatan pelayaran tersebut berkaitan erat dengan makin

majunya perdagangan di masa jaya pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258). Dengan ditetapkannya Baghdad menjadi pusat pemerintahan menggantikan Damaskus (Syam), aktivitas pelayaran dan perdagangan di Teluk Persia menjadi lebih ramai. Pedagang Arab yang selama ini hanya berlayar sampai India, sejak abad ke-8 mulai masuk ke Kepulauan Indonesia dalam rangka perjalanan ke Cina.

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya jalur perdagangan antar pulau di Nusantara • Meskipun hanya transit, tetapi hubungan Arab dengan

kerajaan-kerajaan di Kepulauan Indonesia menjadi langsung. Hubungan ini menjadi semakin ramai manakala pedagang Arab dilarang masuk ke Cina dan koloni mereka dihancurkan oleh Huang Chou, menyusul suatu pemberontakan yang terjadi pada 879 H. Orang–orang Islam melarikan diri dari pelabuhan Kanton dan meminta perlindungan Raja Kedah dan Palembang. • Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511, dan

usaha Portugis selanjutnya untuk menguasai lalu lintas di selat tersebut, mendorong para pedagang untuk mengambil jalur alternatif, dengan melintasi Semenanjung atau pantai barat Sumatra ke Selat Sunda.

Page 6: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

• Beberapa macam mata uang yang sudah beredar pada masa perdagangan nusantara adalah:– Dirham, mata uang emas dari Pedir dan Samudera Pasai– Tanga, mata uang perak dari Pedir– Ceiti, mata uang timah dari Pedir– Cash ( Caxa ), mata uang emas di Banten– Picis, mata uang kecil di Cirebon– Kupa, mata uang emas dari Gowa-Tallo– Benggolo, mata uang timah dari Gowa-Tallo– Tumdaya, mata uang emas di Pulau Jawa– Mass, mata uang emas di Aceh

•  

Mata uang yang beredar dalam perdagangan antar pulau di Nusantara

Page 7: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

Munculnya pusat- pusat perdagangan Nusantara disebabkan adanya kempuan sebagai tempat berikut ini:• Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke tempat

lain• Pemberi tempat istirahat bagi kapal – kapal yang singgah

di Nusantara• Pengumpul barang komoditas yang dipergunakan bangsa

lain• Penyedia tempat pemasaran bagi barang- barang asing

yang siap disebarkan keseluruh Nusantara

Faktor munculnya pusat perdagangan di Nusantara

Page 8: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

Pelayaran dan perdagangan antarpulau di kawasan Nusantara merniliki peran penting dalam proses integrasi bangsa Indonesia. Peranan tersebut dapat dilihat pada tiga hal penting. Seperti yang akan diuraikan berikut ini.• Menghubungkan penduduk satu pulau dengan lainnya.• Penyebaran agama islam di Nusantara perkembangannya

sangat pesat.• Banyaknya kerajaan-kerajaan Islam yang terbentuk. • Mempengaruhi corak kehidupan dan budaya setempat, antara

lain ditemui bekas koloninya seperti Maspait (Majapahit), Kota Jawa (Jawa) dan Kota Mangkasare (Makassar). • Terbentuknya komunitas- komunitas Muslim di pesisir utara

Jawa Timur

Pengaruh proses perdagangan antar pulau pada masa Islam di Nusantara

Page 9: Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

Pedagang-pedagang Islam yang konflik dengan pedagang-pedagang Portugis menyingkir ke Aceh, Banten, dan Makasar. Mereka tetap melakukan perdagangan dan pelayaran dengan pedagang-pedagang luar. Karena jalur melalui Selat Malaka sudah dikuasai Portugis, maka mereka membuka jalur perdagangan baru melalui sepanjang Pantai Barat Sumatera. Pedagang-pedagang Islam berangkat dari bandar Banten lalu masuk selat Sunda terus berlayar ke luar melalui pantai barat Sumatera. Sebaliknya, Banten juga didatangi pedagang-pedagang dari luar seperti Gujarat, Persia, Cina, Turki, Myanmar Selatan, dan Keling.

Kesimpulan