ISI UKM DUDUKSAMPEYAN.docx

144
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindarkan. Pengertian usila (usia lanjut) menurut UU no. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi Nugroho, 2000). Sedangkan menurut UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan usila (usia lanjut) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Menurut Depkes RI tahun 2003, usila dibagi atas 3 : pra-usila (45-59 tahun), usila (≥ 60 tahun), usila resiko tinggi (≥ 70 tahun)(Depkes RI, 2003). Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil, dan fase regresif. Perubahan yang terjadi meliputi aspek biologik, psikologik, sosial, ekonomi, dan kesehatan(Dinkes Propinsi Jatim, 2006). Menurut Notoatmodjo (2007), Posyandu usila merupakan wahana pelayanan bagi kaum usila, yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usila yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan 1

Transcript of ISI UKM DUDUKSAMPEYAN.docx

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangUsia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindarkan. Pengertian usila (usia lanjut) menurut UU no. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi Nugroho, 2000). Sedangkan menurut UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan usila (usia lanjut) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Menurut Depkes RI tahun 2003, usila dibagi atas 3 : pra-usila (45-59 tahun), usila ( 60 tahun), usila resiko tinggi ( 70 tahun)(Depkes RI, 2003).Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil, dan fase regresif. Perubahan yang terjadi meliputi aspek biologik, psikologik, sosial, ekonomi, dan kesehatan(Dinkes Propinsi Jatim, 2006).Menurut Notoatmodjo (2007), Posyandu usila merupakan wahana pelayanan bagi kaum usila, yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usila yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Sementara menurut Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut, pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) usia lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. (Notoadmodjo, 2007)Berdasarkan data yang ada, persentasi rata-rata kunjungan pra-usila dan usila tiap bulan di Posyandu usila dalam wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan tahun 2014 ternyata masih sangat rendah; yakni 37,78% (pra-usila) dan 44,45% (usila), dengan persentasi yang paling rendah yaitu pada desa Tambak Rejo; yakni 27,52% (pra-usila) dan 34,29% (usila).Oleh karena itu, kelompok kami akan mengkaji permasalahan mengenai rendahnya peran serta usila di posyandu lansia desa Tambak Rejo, wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan dengan memakai konsep teori Henrik L. Blum guna mencari upaya yang tepat terkait masalah yang ada.

1.2. Rumusan Masalah a. Apakah faktor faktor penyebab kurangnya peran serta usila dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan?b.Bagaimana pemecahan masalah masalah yang menyebabkan kurangnya peran serta usila dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan?c.Bagaimana cara untuk meningkatkan motivasi masyarakat usila dalam rangka meningkatkan peran sertanya dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan?

1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan UmumMeningkatkan peran serta usila dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan.

1.3.2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi faktor faktor penyebab kurangnya peran serta usila dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, wilayah kerja puskesmas Duduksampeyan.b. Menemukan pemecahan masalah masalah yang menyebabkan kurangnya peran serta usila dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, Wilayah kerja puskesmas Duduksampeyan.c. Meningkatkan motivasi masyarakat usila dalam rangka meningkatkan peran sertanya dalam kegiatan Posyandu Usila di desa Tambak Rejo, Wilayah kerja Puskesmas Duduksampeyan

1.4. Manfaat1.4.1. Puskesmas dan Dinas Kesehatan Memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi desa Tambak Rejo terkait kurangnya peran serta usila dalam kegiatan Posyandu Usila Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan Dokter Muda. Dapat memberikan masukan kepada Puskesmas terkait dengan program - program yang dilaksanakan.

1.4.2. Dokter Muda (Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hang Tuah) Memenuhi syarat tugas kepaniteraan IKM Dapat mengaplikasikan semua ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dalam pelaksanaan masa kepaniteraan. Menambah pengetahuan tentang organisasi dan manajemen Puskesmas. Dapat memahami program-program Puskesmas dan pelaksanaannya. Mendapat pengalaman sebagai bekal bekerja setelah pelantikan dokter.

1.4.3. Masyarakat Meningkatnya pengetahuan masyarakat umum dan usila mengenai Posyandu Usila Meningkatnya kesadaran masyarakat usila untuk berperan serta dalam kegiatan Posyandu Usila.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar PuskesmasBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :

2.1.1 PengertianPuskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.1. Unit Pelaksana TeknisSebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.2. Pembangunan KesehatanPembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.3. Penanggungjawab PenyelenggaraanPenanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kesehatan Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuain dengan kemampuannya.

4. Wilayah KerjaSecara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan/Kota(Depkes RI,2004).

2.1.2VisiVisi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya(Depkes RI,2004).Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapi mencakup 4 indikator utama yakni:a. Lingkungan sehatb. Perilaku sehatc. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutud. Derajat kesehatan penduduk kecamatanRumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat(Depkes RI,2004).

2.1.3 MisiMisi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional(Depkes RI,2004).Misi tersebut adalah:1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu mengerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan(Depkes RI,2004).

2.1.4 Tujuan PuskesmasTujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015(Depkes RI,2004).

2.1.5Fungsi Puskesmas1.Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2.Pusat pemberdayaan masyarakat.Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3.Pusat pelayanan kesehatan strata pertamaPuskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :a. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.b. Pelayanan kesehatan masyarakatPelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya(Depkes RI,2004).2.1.6Upaya Kesehatan PuskesmasDi dalam puskesmas terdapat upaya-upaya yang dilakukan, baik dengan sasaran individu maupun kelompok masyarakat, upaya-upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Upaya kesehatan wajibUpaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia, yang termasuk di dalam upaya kesehatan wajib diantaranya adalah:a. Upaya promosi kesehatanb. Upaya kesehatan lingkunganc. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencanad. Upaya perbaikan gizi masyarakate. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menularf. Upaya pengobatan

2. Upaya kesehatan pengembanganUpaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yaitu:a. Upaya kesehatan sekolahb. Upaya kesehatan olahragac. Upaya keperawatan kesehatan masyarakatd. Upaya kesehatan kerjae. Upaya kesehatan gigi dan mulutf. Upaya kesehatan jiwag. Upaya kesehatan matah. Upaya kesehatan usia lanjuti. Upaya pembinaan pengobatan tradisional(Depkes RI,2004).

2.2 Desa Siaga2.2.1 Definisi Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri(Depkes RI,2004). Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adapt-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia(Depkes RI,2004). Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong(Depkes RI,2004).

2.2.2 Tujuan Desa SiagaTujuan dari dibentuknya Desa Siaga adalah:1. Mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.2. Menyiapsiagakan masyarakat untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.3. Memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat(Depkes RI,2004).

2.2.3 Syarat menjadi desa siaga1. Ada forum masyarakat desa (FMD)2. Adanya Yankes dasar3. Ada upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)4. Ada pengamatan kesehatan terus menerus dilakukan masyarakat5. Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kegawat daruratan bagi ibu dan bayi6. Ada system siaga terhadap bencana oleh masyarakat7. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat8. Mempunyai lingkungan yang sehat9. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (Depkes RI,2004).

2.2.4 Empat tingkatan desa siaga1. Desa siaga paripurna: memenuhi seluruh kriteria2. Desa siaga kembang: memenuhi 7 kriteria3. Desa siaga tumbuh: memenuhi 5 kriteria4. Desa siaga bina: memenuhi 3 kriteria(Depkes RI,2004).

2.2.5 Langkah-langkah pengembangan desa siaga1. Pembangunan tim petugas 2. Pengembangan tim masyarakat3. Survey mawas diri4. Musyawarah masyarakat desa5. Pelaksanaan kegiatana. Pemilihan pengurus kader desab. Pelatihan kader desa siagac. Pengembangan poskesdes dan UKBM laind. Penyelenggaraan kegiatan desa siaga6. Pembinaan dan peningkatan(Depkes RI,2004).

2.2.6 Indikator desa siagaa. Input/kekuatan1. ada atau tidaknya forum masyarakat desa2. ada atau tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya3. ada atau tidaknya tenaga kesehatan minimal bidan atau perawat4. ada atau tidaknya kader aktif5. ada atau tidaknya sarana bangunan ponkesdes sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan6. ada atau tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk penyuluhan keluarga sadar gizi dan PHBS(5)b. Proses pelaksanaan 1. berapa kali pertemuan FMD2. berfungsi atau tidaknya Poskesdes3. ada atau tidaknya peminaan dari puskesmas PONED4. berfungsi atau tidaknya system kegawat daruratan dan penanggulangannya5. berfungsi atau tidaknya system pengamatan bebasis masyarakat6. ada atu tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk penyuluhan sadar gizi dan PHBS(5)c. Keluaran/hasil1. adanya kelompok donor darah 2. adanya kelompok ambulan desa dan jadwalnya3. adanya dasolin dan tabulin serta jumlah anggotanya4. adanya penundaan ibu hamil dan bayi baru lahir5. jumlah kasus kegawat daruratan dan KLB yang ada dilaporkan6. cakupan rumah tangga yang mendapatkan kunjungan rumah untuk keluarga sadar gizidan PHBS(5)

d. Dampak 1. jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia2. jumlah ayi dan balita yang meninggal dunia3. jumlah balita dengan gizi buruk4. tidak terjadinya KLB penyakit5. tanggap tindakan cepat masalah kesehatan(Depkes RI,2004).

2.2.7 Target2015 mencapai desa paripurna 100%(Depkes RI,2004).

2.2.8 Sasaran dan Kriteria Pengembangan Desa SiagaA. SasaranUntuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta perduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda; kader; serta petugas kesehatan. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti Kepala Desa, Camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya(Depkes RI,2004).B. KriteriaSebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa(Depkes RI,2004).2.2.9 Program-program yang Terdapat Dalam Desa SiagaInti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya(Depkes RI,2004).Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) (Depkes RI,2004).

2.3 Tim Fasilitator2.3.1 DefinisiTim yang terdiri dari dokter (medis), bidan, perawat, sanitarian dan petugas gizi yang diharapkan mampu menjadi fasilitator dan supervisor bagi para provider desa siaga dan sekaligus berperan sebagai "akselerator" pencapaian program desa siaga(Depkes RI,2004).

2.3.2 Maksud dan tujuan pembentukan tim fasilitator2.3.2.1 Maksud Agar puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai institusi dapat melakukan pembinaan dalam bidang kesehatan secara optimal(Depkes RI,2004).2.3.2.2 TujuanTujuan dibentuknya tim Fasilitator desa siaga tingkat puskesmas adalah untuk membantu bidan desa dalam mengembangkan peran dan kompetensi yang sudah dimilikinya di desa siaga, dengan cara :a. Membimbing peran bidan desa sebagai bidan poskesdes dalam melaksanakan tugasnya untuk mewujudkan desa siaga.b. Memfasilitasi bidan poskesdes untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya.c. Bertindak sebagai konsultan yang baik dalam menghadapi setiap rujukan yang berasal dari bidan poskesdes.d. Bertindak sebagai mediator yang baik antara bidan poskesdes dengan masyarakat yang berada di desa siaga.e. Memberi motivasi kepada bidan poskesdes dalam melaksanakan segala tugas nya di desa siaga.f. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi secara terus menerus mengikuti perkembangan kinerja bidan poskesdes di desa siaga(Depkes RI,2004).Tim fasilitator diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip Fasilitasi yang efektif, agar aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Upaya-upaya tersebut, antara lain :a. Berupaya menciptakan suasana yang merangsang aktivitas bekerjab. Mengoptimalkan proses dan hasil bekerja.c. Memberikan contoh bekerja yang benar dan efektif.d. Menjelaskan tujuan Fasilitatoran secara kongkrit.e. Menginformasikan hasil-hasil bekerja yang sudah dicapai bidan desa.f. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai bidan desa(Depkes RI,2004).

2.3.3 Peran tim fasilitator1. Pembelajaran Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam melaksanakan tugas Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui kemitraan, Penanggulangan Kegawat-daruratan sehari-hari dan bencana, Tanggap Darurat Bencana (Safe Community) dan Pelayanan Medis Dasar.2. Pembimbing teknis bagi SDM kesehatan desa siaga.3. Komunikator, advokasi dan negosiasi dengan pihak pemangku kepentingan di tingkat kecamatan dan desa dalam rangka mendapatkan dukungan sumber daya.4. Pemantauan dan evaluator terhadap pelaksanaan desa siaga(Depkes RI,2004).Secara operasional berperan sebagai :1. Sebagai Fasilitator (Catalyst)Tim Fasilitator hendaknya dapat menjadi media yang subur bagi tumbuh kembang individu yang sedang di bimbingnya untuk mencapai harapan (pengetahuan/kemampuan) untuk melaksanakan tupoksinya. Hal ini dapat dimungkinkan jika fasilitator yang bersangkutan menguasai isi materi yang difasilitasinya dengan menggunakan model-model fasilitasi yang sesuai, sehingga akan menimbulkan sikap positif bagi pihak yang difasilitasinya(Depkes RI,2004).

2. Sebagai Pemberi Bantuan dalam Proses (Process Helper)Tim Fasilitator hendaknya dapat membantu manakala pihak yang difasilitasi mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian tugas. Perbantuan diberikan terutama pada individu yang mengalami kesulitan dalam proses mengaplikasi materi atau juklak/juknis yang telah diterimanya berkaitan dengan pelaksanaan tupoksinya(Depkes RI,2004).3. Sebagai Penghubung dengan Sumber daya (Resource Linker)Tim Fasilitator yang baik hendaknya dapat membantu pihak yang dibimbing untuk dihubungkan dengan sumber-sumber yang tepat manakala yang bersangkutan mengalami kesulitan/keterbatasan sumber daya saat ini melaksanakan tupoksinya.Bentuk dari peran ini diantaranya fasilitator harus mampu berkomunikasi secara efektif dalam advokasi dan negosiasi. Advokasi dan negosiasi yang dilakukan dalam rangka menghubungkan provider Desa Siaga dengan pihak pemangku kepentingan (Stake Holder) untuk memperoleh dukungan sumber daya yang dibutuhkan(Depkes RI,2004).4. Sebagai Pemberi Solusi (Solution Giver)Tim Fasilitator jika diperlukan, harus memberikan solusi, manakala pihak yang dibimbingnya menemukan kendala dalam pelaksanaan tupoksinya.Walaupun demikian solusi yang disodorkan hendaknya berupa alternatif-alternatif yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama(Depkes RI,2004).5. Sebagai Pemantau dan EvaluatorTim Fasilitator harus melakukan kegiatan pemantauan dan evaluator dengan melakukan Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi secara berkala dan berkesinambungan(Depkes RI,2004).

2.3.4 Fungsi Tim Fasilitator1. Melakukan PembinaanBila kegiatan masyarakat dalam bidang keshatan sudah berjalan maka secara berkala dapat dilaksanakannya telaah mawas diri oleh tokoh masyarakat bersama kader(Depkes RI,2004).Kegiatan pembinaan dilakukan dengan mengkaji berfungsinya kepemimpinan, berfungsinya pengorganisasian dan berfungsinya pendanaan masyarakat dalam masyarakat dalam upaya kesehatan.Dengan telaah mawas diri ini dapat ditemukan kelemahan dan kekuatan upaya masyarakat tersebut, sehingga dapat dilakukan peningkatan kegiatan-kegiatannya. Pembinaan merupakan langkah untuk memelihara kelancaran dan kelestarian kegiatan program Desa Siaga(Depkes RI,2004).Tujuan pembinaan :a. Terpeliharanya kelancaran pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat.b. Meningkatnya hasil kegiatan oleh masyarakat.c. Dikenalnya masalah oleh masyarakat sendiri(Depkes RI,2004).Tempat, waktu dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pembinaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan setempat(Depkes RI,2004).2. Melakukan Advokasi dan NegosiasiAdvokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui macam-macam bentuk komunikasi persuasif(Depkes RI,2004).Advokasi kesehatan dapat diartikan juga suatu rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat keputusan membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat(Depkes RI,2004).Sebagai Tim Fasilitator tentunya harus dapat membantu Bidan Poskesdes untuk melakukan advokasi sehingga mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders) (Depkes RI,2004).Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu "kebijakan" (tidak terulis) dibidangnya. Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah(Depkes RI,2004).Advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai macam alternatif pemecahan masalah, (4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilaksanakan secara terencana, cermat dan tepat(Depkes RI,2004).Selain melakukan advokasi Tim Fasilitator juga membantu bidan Poskesdes dalam negosiasi bila terjadi hambatan-hambatan di lapangan. Negosiasi (perundingan) merupakan Proses Interaksi antara dua pihak atau lebih yang perlu terlibat secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil akhir, yang pada awalnya mempunyai sasaran yang berbeda, berusaha menggunakan argumen dan persuasif untuk menghilangkan atau mengurangi perbedaan tersebut dalam rangka mencari jalan keluar yang dapat diterima bersama(Depkes RI,2004).3. Melakukan Pemantauan dan EvaluasiPemantauan (monitoring) adalah mengumpulkan informasi untuk kebutuhan operasional manajemen dan untuk selanjutnya hasil pekerjaan monitoring dipakai sebagai dasar evaluasi.Oleh karena itu pekerjaan monitoring dan evaluasi saling berhubungan satu sama lain(Depkes RI,2004).Evaluasi atau penilaian berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas, evaluasi suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan(Depkes RI,2004).Tentunya sebagai Tim Fasilitator, mempunyai kewajiban untuk melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi, sehingga selama kurun waktu tertentu dapat diketahui hambatan-hambatan yang terjadi serta pencapaian yang telah dihasilkan(Depkes RI,2004).4. Menggalang KomunikasiKomunikasi merupakan proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan atau berita kepada orang lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi melalui ucapan, tulisan maupun tanda-tanda. Dengan demikian, maka komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa, advokasi, dan negosiasi. (4)Sebagai Tim Fasilitator harus dapat menggalang komunikasi dengan berbagai pihak dan lapisan, baik lintas sektor maupun lintas program, baik secara formal maupun informal. Yang pada gilirannya dapat mempercepat terwujudnya Desa Siaga(Depkes RI,2004).5. Memberi Kesempatan KonsultasiKonsultasi merupakan media berbagi yang sanagat berguna, dengan memberikan kesempatan konsultasi Tim Fasilitator dapat memberikan masukan sesuai dengan peran dan fungsinya.Bila terjadi masalah yang sangat spesifik yang dialami Bidan Poskesdes Tim Fasilitator dapat memberikan saran, pembinaan, dsb(Depkes RI,2004).

2.4 Survey Mawas Diri (SMD) 2.4.1 Definisi SMDKegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat dibawah bimbingan petugas kesehatan di desa/bidan di desa(Depkes RI,2004).

2.4.2 Tujuan SMDa. Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, mengkaji masalah kesehatan yang ada di desa dalam rangka menyiapkan desa siaga.b. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan dan potensi yang ada di desanya yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan(Depkes RI,2004).

2.4.3 Pelaksana SMDSMD dilaksanakan oleh sekelompok warga masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa.Informasi tentang masalah-masalah di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari kepala keluarga (KK) yang bermukim dilokasi terpilih tersebut(Depkes RI,2004).

2.4.4 Waktu pelaksanaan SMDWaktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan yang tercapai saat pertemuan desa(Depkes RI,2004).

2.4.5 Cara pelaksanaan SMDPengumpulan data dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah untuk wawancara atau diskusi dngan kepala/anggota keluarga sekaligus melakukan pengamatan (observasi) terhadap rumah/tempat-tempat umum dan lingkungannya. Cara lain adalah melakukan Diskusi Kelompok Terarah yang menghadirkan perwakilan masyarakat(Depkes RI,2004).Hal-hal yang perlu dicermati selama SMD, antara lain : Permasalahan kesehatan lingkungan Perilaku hidup bersih dan sehat Permasalahan kesehatan ibu dan anak Status gizi Dan lain-lain(Depkes RI,2004).Selain permasalahan tersebut diatas juga dipotret potensi atau kemampuan yang ada di desa(Depkes RI,2004).

2.4.6 Perumusan masalah pada SMDKelompok pelaksana Survei Mawas Diri dengan bimbingan bidan di desa mengolah data masalah kesehatan yang telah dikumpulkan (hasil SMD) secara sederhana sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan diwilayahnya(Depkes RI,2004).

2.4.7 Hasil dari Survei Mawas DiriHasil survei adalah gambaran desa berikut isinya (masyarakat dan lingkungannya) dan dibawa pada waktu Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Gambaran tersebut menampakkan berbagai masalah kesehatan (termasuk penyebab masalah dan faktor yang mempengaruhi) serta daftar potensi di dsa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di desa(Depkes RI,2004).

2.5 Posyandu Usila2.5.1 Pengertian Posyandu UsilaMerupakan salah satu bentuk Upaya Ksehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan pada lansia yang mengutamakan aspek promotif dan preventif(Depkes RI, 2004).

2.5.2 Langkah- langkah pembentukan posyandu usilaLangkah-langkah pembentukan posyandu lansia sebagai berikut:a. Pertemuan tingkat desa, yaitu pertemuan yang dilaksanakan dalam rangka persiapan pembentukan posyandu lansia.Pelaksana: tokoh masyarakat atau kader dan petugas kesehatan sebagai fasilitator.Tempat: balai desa atau tempat yang telah disepakatiTujuan: sosialisasi tentang manfaat dan pentingnya posyandu lansia mendapatkan dukungan dari tokoh dan masyarakat untuk pembentukan posyandu lansia di wilayah setempat. Merencanakan survey mawas diri dalam rangka pembentukan posyandu lansia.b. survey mawas diri yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk mmperoleh data tentng masalah kesehatan, potensi setempat (jumlah lansia, jumlah kader, dll) serta melakukan pengkajian dari hasil pendataan bersama petugas kesehatan sebagai fasilitator.c. Musyawarah masyarakat desa (MMD) yaiitu suatu kegiatan musyawarah untuk menyampaikan hasil SMD yang bertujuan untuk: 1 Kesepakatan pembetukan posyandu lansia2 Menetapkan pengurus dan struktur organisasi 3 Merencanakan kegiatan posyandu lansia4 Menentukan tempat dan hari buka posyandu lansiad. Pelatihan kadere. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat.f. Pembinaan dan pelestarian kegiatan(Depkes RI, 2004).

2.5.3 Tempat posyandu usilaPosyandu lansia tidak harus mempunyai gedung khusus, namun biasanya menempati tempat yang sudah disepakati oleh masyarakat (Depkes RI, 2004).

2.5.4 Surat keputusan dan struktur organisasiSurat Keputusan (SK) posyandu lansia disetujui dan ditanda tangani oleh kepala desa atau lurah setempat yang dilampiri dengan struktur organisasi sederhana dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.Struktrur organisasi sederhana terdiri dari:a. Ketuab. Sekretarisc. Bendaharad. Kader posyandu lansia yang merangkap sebagai anggota(Depkes RI, 2004).

2.5.5 Pelaksana posyandu usilaPelaksana posyandu lansia adalah masyarakat yang bersedia dan dibina oleh petugas kesehatan setempat. Jumlah kader minimal 4 orang(Depkes RI, 2004).

2.5.6. Kegiatan yang dilaksanakan diposyandu usilaUntuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut, mekanisme pelaksaan kegiatan sebaiknya digunakan system 5 tahapan (lima meja) sebagai berikut:a. tahap I: pendaftaran anggota kelompok usia lanjut sebelum pelaksanaan pelayanan.b. tahap II: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan.c. tahap III: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental.d. tahap IV: pemeriksaan air seni dan kadar darah ( laboratorium sederhana).e. tahap V : pemberian penyuluhan dan konseling(Depkes RI, 2004).

2.5.7 Pendanaan Pendanaan posyandu lansia bersumber dari :1. anggota kelompok, iuran atau sumbangan anggota2. sumber lain seperti donator dan sumber lain yang tidak mengikat atau dari dana pemerintah(Depkes RI, 2004).

2.5.8 Peran Petugas Puskesmas Peran petugas puskesmas dalam kegiatan posyandu lansia adalah:1. Penggerak dan pemberdayaan masyarakat : a) membantu kader menyusun perencanaan kegiatanb) mendampingi kader melaksanakan survey sederhanac) melaksanakan bina suasana dan advokasi dengan bantuan dukungan dari dinas kesehatan kabupaten atau kota.2. Memberikan pelayanan kesehatan pada hari buka posyandu.a) Pelayanan kesehatan dasar bagi lansiab) Pemeriksaan laboratorium (Depkes RI, 2004).

2.5.9 Peran Petugas Kabupaten/KotaPeran petugas puskesmas dalam kegiatan posyandu lansia adalah :1. Advokasi dan koordinasi program2. Membuat rencana pengembangan posyandu lansia di kabupaten/kota3. Meningkatkan kemampuan SDM(Depkes RI, 2004).

2.6 Usila 2.6.1 Pengertian UsilaPenuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Notoadmojo, 2010). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Notoadmojo, 2010). Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoadmojo, 2010 )Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan Meliputi: Hereditas : Keturunan/Genetik Nutrisi : Makanan Status kesehatan Pengalaman hidup Lingkungan Stres (Notoadmojo, 2010).

2.6.3 Batasan UsilaMenurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan umur Lansia, yaitu: a.Usia pertengahan (middle age) : 45 59 tahun b.Usia lanjut (fiderly) : 60 74 tahun c.Lansia tua (old) : 75 90 tahun d.Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas : a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun. b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih (Notoadmojo, 2010).

2.6.4. Klasifikasi Usila Klasifikasi usila ini adalah lima klasifikasi pada lansia1. Prausila (Prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun 2. Usila : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3. Usila resiko tinggi : Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan4.Lansia potensial : Menghasilkan barang/jasa Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan. 5.Lansia tidak potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.(Depkes RI, 2008)

2.6.5 Karakteristik Usila Menurut Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan).b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.6.6 Perubahan-perubahan yang terjadi pada UsilaPerubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik, sosial, dan psikologis. a.Perubahan fisik Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel, kardiovaskuler, respirasi, persarapan, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, pendengaran, penglihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori, inteligensi, personality dan adjustment(pengaturan), dan pencapaian (Achievement).b. Perubahan sosial Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran, keluarga (emptiness), teman, Abuse, masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.c. Perubahan psikologi (Notoadmojo, 2010).

2.6.7 Status Kesehatan UsilaDengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia, dan hepatitis (Depkes RI, 2008).

2.7 Upaya Kesehatan Usia LanjutUpaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas adalah upaya kesehatan paripurna dasar di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan di tingkat Puskesmas serta diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya.Upaya tersebut dilaksanakan oleh petugas kesehatan Puskesmas dengan dukungan peran serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas. Sasarannya ditujukan pada kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi tanpa mengabaikan kelompok lainnya, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.Upaya kesehatan paripurna dasar di bidang kesehatan usia lanjut adalah suatu upaya yang menyeluruh pada usia lanjut meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.Upaya kesehatan usia lanjut di tingkat Puskesmas secara khusus ialah penyuluhan, deteksi dan diagnosa dini usia lanjut, diagnosa kelainan usia lanjut, proteksi dan tindakan khusus pada usia lanjut dan pemulihan. Sedangkan secara umum dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya yang terkait.Upaya kesehatan usia lanjut diselenggarakan terpadu dengan kegiatan pokok Puskesmas lainnya, termasuk upaya kesehatan usia lanjut di Panti dan non Panti serta institusi lainnya(Depkes RI, 2008).

2.7.1 Tujuan dan SasaranA. Tujuan :1. Tujuan Umum :Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal.2. Tujuan Khusus :a. Meningkatnya kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.b. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara optimal.c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut.d. Meningkatnya jenis dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

B. Sasaran1. Sasaran Langsung :a. Kelompok usia menjelang lanjut (45 54 tahun) atau dalam masa virilitas, di dalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua.b. Kelompok usia lanjut dalam masa presenium (55 64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif.c. Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( 65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi ( 70 tahun), hidup sendiri, terpencil, menderits penyakit berat, cacat, dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya.2. Sasaran tidak langsunga. Keluarga dimana usia lanjut berada.b. Organisasi social yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut.c. Masyarakat Luas(Depkes RI, 2008).2.8. Hipertensi2.8.1 Definisi HipertensiHipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah jantung dan/atau kenaikan pertahanan perifer.Menurut The Joint National Commitee of Prevention, Detection,Evaluation and Treatment of The BloodPressure (2004) dikatakan hipertensi jikatekanan darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg ataupeningkatan tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan darah normal seseorang 120 mmHg/80 mmHg.Hasilpemeriksaan tersebut dilakukan 2 atau lebih pemeriksaan dan dirata-rata.

2.8.2 Epidemiologi HipertensiHipertensi telah menjadi permasalahan kesehatan yang sangat umum terjadi. Data dari National Health and Nutrition Examination (NHANES) menunjukkan bahwa 50 juta atau bahkan lebih penduduk Amerika mengalami tekanan darah tinggi. Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia mungkin mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta kematian akibat hipertensi terjadi setiap tahunnya (WHO, 2003 dan Chobanian et.al, 2004).Dalam suatu data statistika di Amerika serikat pada populasi penderita dengan risiko hipertensi dan penyakit jantung koroner, lebih banyak dialami olehpria dari pada wanita saat masih muda tetapi pada umur 45 sampai 54 tahun,prevalensi hipertensi menjadi lebih meningkat pada wanita. Secara keseluruhanpada penderita wanita prevalensi hipertensi akan meningkat seiring denganmeningkatnya usia, hanya sekitar 3% sampai 4 % wanita pada umur 35 tahunyang menderita hipertensi, sementara >75% wanita menderita hipertensi padaumur 75 tahun.Di Indonesia, belum ada datanasional lengkap untuk prevalensi hipertensi.Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi diIndonesia adalah 8,3%. Sedangkan dari survei faktor risiko penyakitkardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukkan angkaprevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada priaadalah 12,1% dan pada wanita angka prevalensinya 12,2% pada tahun 2000.Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara15%-20%.

2.8.3. Etiologi Hipertensi Stres atau perasaan tertekan. Kegemukan (Obesitas). Kebiasaan merokok. Kurang berolahraga. Kelainan kadar lemak dalam darah (Dislipidemia). Konsumsi yang berlebihan atas garam, alkohol, dan makanan yang berlemak tinggi. Kurang mengonsumsi makanan yang berserat dan diet yang tidak seimbang.

2.8.4. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Nilai Tekanan DarahnyaPada tahun 2004, The Joint National Commitee of Prevention, Detection,Evaluation and Treatment of The Blood Pressure (JNC-7) mengeluarkan batasanbaru untuk klasifikasi tekanan darah, 160 mmHg> 100 mmHg

Berdasarkan EtiologinyaHipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 : Hipertensi Primer atau EsensialHipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatikadalah hipertensi yang tidak diketahuietiologinya/penyebabnya.Paling sedikit 90% dari semua penyakit hipertensi dinamakan hipertensi primerPatofisiologi hipertensi primerBeberapa teori patogenesis hipertensi primer meliputi : Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik Aktivitasyang berlebihandari sistemRAA Retensi Na dan air oleh ginjal Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada ginjal dan pembuluh darah Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotelSebab sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui.Namun sebagian besar disebabkan oleh ketidak normalan tertentu pada arteri.Yakni mereka memiliki resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung (arteriperiferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetic, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll. Secara umum faktor-faktor tersebut antara lain: Faktor Genetika (Riwayat keluarga)Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu keluarga.Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali lebihbesar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang tekanan darahnya normal. RasOrang orang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi secara merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara berbeda. UsiaHipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre menopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakitjantung oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria dalam hal penyakit jantung Jenis kelaminPria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis.Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan.Sedangkan pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikiskuat. Stress psikisStress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stressberkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah sebagai bagian homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh diri. ObesitasPada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untukmemompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut.Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah danperluasan sistem sirkulasi.Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan. Asupan garam NaIon natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat.Juga memperkuat efekvasokonstriksi noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompokpenduduk yang mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyakhipertensi daripada orang-orang yang memakan hanya sedikit garam.

RokokNikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat.Hal ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru paru dan disebarkan keseluruh aliran darah.Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk sampai ke otak.Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin).Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untukmemompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi. Konsumsi alkoholAlkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah.Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit. Hipertensi SekunderHipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatupenyakit, kondisi dan kebiasaan.Karena itu umumnya hipertensi ini sudahdiketahui penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang dinamakan hipertensi sekunder. Umumnya penyebab Hipertensi sekunder dapat disembuhkan denganpengobatan kuratif, sehingga penderita dapat terhindar dari pengobatan seumurhidup yang sering kali tidak nyaman dan membutuhkan biaya yang mahal.Patofisiologi hipertensi sekunderHipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnyaadalah renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapatdisembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural yang menetap, tekanan darahdapat kembali normal. Krisis HipertensiKrisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan darah yang disertai kerusakan atau yang mengancam kerusakan terget organ dan memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan atau keparahan targetorgan.The Fifth Report of the Joint National Comitte on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7, 2004) membagi krisis hipertensi ini menjadi 2 golongan yaitu : Hipertensi emergensi (darurat) dan Hipertensi urgensi (mendesak). Kedua hipertensi ini ditandai nilai tekanan darah yang tinggi yaitu 180 mmHg/120 mmHg dan ada atau tidaknya kerusakan target organ pada hipertensi. Membedakankedua golongan krisis hipertensibukanlah dari tingginya tekanan darah, tapi dari kerusakan organ sasaran.Kenaikan tekanan darah yang sangat pada seorangpenderita dianggap sebagai suatu keadaan emergensi bila terjadi kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem syaraf sentral, miokardinal, dan ginjal.Hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi perlu dibedakan karena cara penanggulangan keduanya berbeda. Hipertensi emergensi (darurat)Ditandai dengan tekanan darah Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ sasaran yag disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan akan menyebabkan timbulnya sequele atau kematian. Tekanan darah harus diturunkan sampai batas tertentu dalam satu sampai beberapa jam. Penderita perlu dirawat di ruangan Intensive Care Unitatau (ICU).Penanggulangan hipertensi emergensi :Pada umumnya kondisi ini memerlukan terapi obat antihipertensiparenteral. Tujuan terapi hipertensi darurat bukanlah menurunkan tekanan darah 140/90 mmHg, tetapi menurunkan tekanan arteri rerata (MAP) sebanyak 25 % dalam kurun waktu kurang dari 1 jam. Apabila tekanan darah sudah stabil tekanan darah dapat diturunkan sampai 160 mmHg atau 100-110 mmHg dalam waktu 2 6 jamkemudian. Selanjutnyatekanan darah dapat diturunkansampaitekanan darah sasaran (120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. Tekanan darah harus diturunkan secara bertahap dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi oral hipertensi. Penderita dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit.Sebaiknya penderita ditempatkan diruangan yang tenang tidak terang dan tekanan darah diukur kembali dalam 30 menit.Bila tekanan darah tetap masih sangat meningkat, maka dapat dimulai pengobatan.Umumnya digunakan obat obat oral antihipertensi dalam menggulangi hipertensi urgensi ini dan hasilnya cukup memuaskan.Penanggulangan hipertensi urgensi :Pada umumnya, penatalaksanaan hipertensi mendesak dilakukan dengan menggunakan atau menambahkan antihipertensi lain atau meningkatkan dosis antihipertensi yangdigunakan,dimanahal iniakan menyebabkanpenurunan tekanan darah secara bertahap. Penurunan tekanan darah yang sangat cepat menuju tekanan darahsasaran(140/90 mmHgatau 130/80 mmHg pada penderita diabetes dan gagalginjal kronik) harusdihindari.Hal inidisebabkan auto regulasi aliran darah pada penderita hipertensi kronik terjadi pada tekanan yang lebih tinggi pada orang dengan tekanan darah normal, sehingga penurunan tekanan darah yang sangat cepat dapat menyebabkan terjadinya cerebrovaskular accident, infark miokard dan gagal ginjal akut.

2.8.5. Patofisiologi HiprtensiMekanisme patogenesis hipertensi yaitu Peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.Mekanisme hipertensi tidak dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal, meningkatnya rangsangan sarafsimpatis, meningkatnyaaktifitasrenin angiotensinalosteron, perubahanmembransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan beberapa faktor yang terlibatdalam mekanisme hipertensi. Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh system renin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti hipertensibekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut.Renin angiotensin aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah arteri.Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur keseimbangan cairan,natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh pada aliranpembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik regulasi tekanan darah.

2.8.6. Diagnosa HipertensiPemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyaibeberapatujuan: Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya Mencari kemungkinan penyebabnyaDiagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik yaitu: Pencatatan riwayat penyakit (anamnesis) Pemeriksaan fisik (sphygomanometer) Pemeriksaan laboraturium (data darah, urin, kreatinin serum, kolesterol)Kesulitan utama selama proses diagnosis ialah menentukan sejauh manapemeriksaan harus dilakukan. Dimana pemeriksaan secara dangkal saja tidakcukup dapat diterima karena hipertensi merupakan penyakit seumur hidup dan terapi yang dipilih dapat memberikan implikasi yang serius untuk pasien.

Prosedur dan Kriteria DiagnosisCara pemeriksaan tekanan darah, yaitu : Anamnesis Sering sakit kepala (meskipun tidak selalu), terutama bagian belakang, sewaktu bangun tidur pagi atau kapan saja terutama sewaktu mengalami ketegangan. Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat atau sesakterutama sewaktu melakukan aktivitas isomerik) Keluhan sistem serebrovaskular (susah berkonsentrasi, susah tidur,migrain, mudah tersinggung, dll) Tidak jarang tanpa keluhan, diketahuinya secara kebetulan Lamanya mengidap hipertensi. Obat-obat antihipertensi yang telahdipakai, hasil kerjanya dan apakah ada efek samping yang ditimbulkan Pemakaian obat-obat lain yang diperkirakan dapat mempermudahterjadinya atau mempengaruhi pengobatan hipertensi (kortikosteroid,analgesik, anti inflamasi, obat flu yang mengandung pseudoefedrinatau kafein, dll), Pemakaian obat kontrasepsi, analeptik,dll Riwayat hipertensi pada kehamilan, operasi pengangkatan keduaovarium atau menopause Riwayat keluarga untuk hipertensi Faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskular atau kebiasaan buruk(merokok, diabetes melitus, berat badan, makanan, stress, psikososial, makanan asin dan berlemak) Pemeriksaan Fisik Pengukuran tekanan darah pada 2 3 kali kunjungan berhubung variabilitas tekanan darah. Posisi terlentang, duduk atau berdiridilengan kanan dan kiri Perabaan denyut nadi diarteri karotis dan femoralis Adanya pembesaran jantung, irama gallop Pulsasi aorta abdominalis, tumor ginjal,bising abdominal Denyut nadi diekstremitas, adanya paresis atau paralisis Penilaian organ target dan faktor-faktor resiko Funduskopi, untuk mencari adanya retinopati keith wagner i-v Elektrokardiografi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri,abnormalitas atrium kiri, iskemia atau infark miokard Foto thoraks, untuk melihat adanya pembesaran jantung dengankonfigurasi hipertensi bendungan atau edema paru Laboratorium : DL, UL, BUN, kreatin serum, asam urat, gula darah,profil lipid K+ dan Na+ serum.

2.8.7. Manifestasi KlinisHipertensiSebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensibertahun-tahun, dan berupa : Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan sarafpusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

2.8.8. Dampak HipertensiHipertensi yang diabaikan atau tidakdiobatidapat menyebabkanberbagaimacam gangguan kardiovaskular, serebrovaskular dan renal.Hipertensi dapat merupakan penyebab tunggal atau hanya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan tersebut.Tingkat kerusakan organ umumnya berhubungan dengan nilai tekanan darah, meskipun tidak selalu demikian.Ada kalanya nilai tekanan darah yang tinggi tidak disertai dengan kerusakan organ sasaran, danbegitupula sebaliknya.Terdapatkerusakanorgan padakenaikan nilaitekanan darah yang sedang.Hipertensi dianggap faktor resiko yang paling penting karena hipertensi adalah faktor yang menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, stroke dan kerusakan ginjal.Kerusakan Pada Target OrganSelanjutnya, bila hipertensi tidak ditangani dengan tepat dan sesegera mungkin, hipertensi akan mengakibatkan kerusakan organ dalam tubuh terjadi, diantaranya adalah: JantungHipertensi dapat berkomplikasi kepada jantung.Baik secara tak langsung melalui peningkatan perubahan atherosklerotis, maupun secara langsung melalui efek yang berkaitan dengan tekanan darah. Hipertensi dapat mengakibatkan CVD (Cardio Vascular Disease) dan meningkatan resiko kejadian iskemik, semisal angina dan MI. Selain itu, sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dalam merespon naiknya tahanan pembuluh darah karena meningkatnya tekanan darah, hipertensi dapat memperparah LVH (Left Ventricular Hypertrophy). LVH sendiri merupakan perubahan miokardial (selular), bukan perubahan arterial. Ini patut diwaspadai karena LVH tergolong faktor resiko berbahaya akan terjadinya CAD (Coronary Acute Disease), HF (Heart Failure), dan arrhythmias. Sebagaimana diketahui, HF merupakan dampak negatif hipertensi terbesar untuk jantung.Lebihjauh, HF dapat menurunkan kemampuan kontraksi (disfungsi sistolik) atau ketidakmampuan untuk mengisi darah (disfungsi diastolik).Hipertensi yang tidakterkontrol merupakan salah satu pemicu HF. OtakGejala kerusakan pada organ ini yaitu terjadinya transcient ischamicattacks, stroke iskemik, infark serebral, dan perdarahan otak.Peningkatan tekanan darah sistolik yang berkepanjangan dapat menyebabkan hypertensi veenchephalopathy. Uji klinis membuktikan, terapi hipertensi dapat menurunkan resiko stroke kambuhan maupun stroke yang baru dialami pertama kali.

Ginjal GFR (Glomerulus Filtration Rate/Laju Filtrasi Glomerulus) digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal. GFR menurun seiring bertambahnya usia, namunpenurunan itu dapat dipercepat oleh hipertensi. Hipertensi berhubungan dengan nephrosclerosis, yang mana menyebabkan peningkatan tekanan intra glomerular. MataHipertensi dapat menyebabkan retinopati yang berkomplikasi pada kebutaan. Keparahannya diklasifikasikan menjadi empat, yakni: Tingkat 1: Ditandai dengan menebalnya diameter arteri, yang menyebabkanvasokonstriksi Tingkat 2: Ditandai dengan nicking pada arterio venous (AV), yang menyebabkan atherosclerosis Tingkat 3: Terjadi jika hipertensi tidak kunjung diobati yang dapat menyebabkan cotton wool exudates dan flame hemorrhage Tingkat4: Muncul sebagai akibat dari kasus yang semakin parah, yang ditandai denganpapill edema

2.8.9. KomplikasiSalah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbuljika penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi sebagai berikut: StrokeHipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan transient iskemik.Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik, yangdisebabkankarena trombosis intra-arterialatau embolisasi dari jantung dan arteri besar.Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi.Penderita hipertensi yang berusia lanjut cenderung menderita stroke danpada beberapa episode menderita iskemia serebral yang mengakibatkan hilangnya fungsi intelektual secara progresif dan dementia.Studi populasi menunjukanbahwa penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg menurunkan resiko terjadinya strok. Penyakit jantung koronerNilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak), meskipun kekuatan hubungan ini lebih rendah daripada hubungan antara nilai tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini menunjukan adanya factor factor resiko lain yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Meskipun demikian, suatu percobaan klinis yang melibatkan sejumlah besar subyek penelitian (menggunakan -Blocer dan tiazid) menyatakan bahwa terapi hipertensi yang adequate dapat menurunkan resiko terjadinya infarkmiokard sebesar 20%. Gagal jantungBukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakanbahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besaruntuk menderita gagal jantung dari pada penderita tanpa riwayat hipertensi.Data yang ada menunjukan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun tidak dapat secarapasti mencegah terjadinya gagal jantung, namun dapat menunda terjadinya gagaljantung selama beberapa decade. Hipertrofi ventrikel kiriHipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadappeningkatan afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Pada akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen, dan hal inibersamaan dengan penurunan cadangan pembuluh darah koroner yang sering dijumpai pada penderita hipertensi, dapat menyebabkan terjadinya iskemikmiokard. Penderita hipertensi dengan hipertrofi ventrikel kiri memilikipeningkatan resiko terjadinya cardiac aritmia (fibrilasi atrial dan aritmia ventrikular) dan penyakit atherosklerosis vaskular (penyakit koroner dan penyakit arteri perifer).

Penyakit vaskularPenyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer.Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke. RetinopatiHipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata yang disebut retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinalfalmshaped haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan kabur, dan bukti nyatapendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal atau kebutaan permanent karenarusaknya retina. Kerusakan ginjalGinjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi.Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal, kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri ginjal kecil.Pada hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat arteriosklerosis yang biasanya agak ringan dan berkembang lebih lambat.Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh proteinuria.Proteinuria merupakan faktor resiko bebas untuk kematian akibat semua penyebab, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara efektif.

2.8.10. Penatalaksanaan HipertensiPenatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan tekanan darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor faktor resiko kardiovaskular lainnya, memilih obat yang rasional sesuai dengan indikasi dan mempunyai efek samping yang kecil, untuk ini dianjurkan pemberian obat kombinasi, dan harus disesuaikan dengan kemampuan penderita. Berdasarkan pertimbangan manfaat dan kerugian ini maka JNC VII-2004 menggunakan rekomendasi berikut untuk memulai pengobatan hipertensi pada orang dewasa.Tujuan Pengobatan HipertensiTujuan terapi obat anti hipertensi adalah: Mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan renal akibatkomplikasi Tekanan darah yang diharapkan setelah terapi adalah