ISI SEDIAAN PARENTERAL.docx
Click here to load reader
-
Upload
friska-meinida -
Category
Documents
-
view
249 -
download
24
Transcript of ISI SEDIAAN PARENTERAL.docx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini berbagai bentuk sediaan obat dapat dijumpai dipasaran. Diantaranya
adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Produk steril adalah sediaan
teraseptis dalam bentuk terbagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan
parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk sediaan obat terbagi, karena
sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh.
Dan kemudian langsung menuju reseptor.
Sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen
toksik serta harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar biasa. Dalam injeksi
intravena memberikan beberapa keuntungan antara lain efek terapi lebih cepat didapat,
dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan, cocok untuk keadaan
darurat, untuk obat – obat yang rusak oleh cairan lambung.
Sediaan injeksi merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia kesehatan.
Karena pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat minum sudah tidak
maksimal lagi, sehingga perlu dan sangat penting untuk diberikan sediaan injeksi,
karena akan sangat membantu untuk mempercepat mengurangi rasa sakit pada pasien,
sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat, dimana obat langsung masuk ke dalam
pembuluh darah dan akan bekerja secara optimal pada bagian yang sakit. Sediaan
injeksi merupakan salah satu contoh sediaan steril, jadi keamanan dan kebersihan
sediaan juga telah diuji.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat sediaan injeksi yang baik dan benar ?
2. Bagaimana pengaruh alat dan bahan steril dalam sediaan injeksi mempengaruhi
kualitas sediaan ?
1.3. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa memahami pengertian sediaan steril.
2. Mahasiswa mengenal macam sediaan steril.
3. Mahasiswa mengenal proses sterilisasi.
2
4. Mengetahui cara membuat sediaan injeksi yang baik dan benar.
5. Dapat membedakan kualitas sediaan injeksi yang baik dengan yang kurang baik.
1.4. Manfaat
1. Mampu menerapkan cara membuat sediaan injeksi yang baik dan benar untuk
meminimalisir kesalahan pada sediaan injeksi.
2. Mampu mengetahui kelarutan obat yang tepat dalam pembuatan injeksi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menurut Lachman, Hal. 1292, Sediaan parenteral adalah merupakan sediaan
yang unik diantara bentuk obat terbagibagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh.
Menurut Ansel, Hal. 399, Parenteral adalah sediaan dengan pemberian lewat
suntikan, seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan suntikan.
Kesimpulan
Parenteral dosis ganda adalah sediaan steril berupa emulsi, suspensi, larutan dan
serbuk yang dihaluskan dan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dan zat
tambahan dengan volume tertentu yang penggunaanya dengan cara disuntikkan
melalui lubang jarum yang runcing kedalam tubuh pada tempat tertentu dan
penggunaannya lebih dari satu kali.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril
berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir.(FI.III.1979)
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi
yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang. Umumnya hanya larutan obat dalam
air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena
berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kapiler.
(FI.IV.1995)
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial
adalah salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda
dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 ml – 100 ml. Injeksi vial pun dapat berupa
takaran tunggal atau ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat,
larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 ml atau pun lebih.
(Anonim.Penuntun Praktikum Farmasetika I.2011)
4
Berdasarkan R.VOIGHT(hal 464) menyatakan bahwa, botol injeksi vial
ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi
untuk menghisap cairan injeksi. Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :
1. Efek terapi lebih cepat .
2. Dapat memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan.
3. Cocok untuk keadaan darurat.
4. Untuk obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relatif, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.(Lachman hal.1254)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan
injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disusupensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara perenteral,
suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit
atau selaput lendir.
Sediaan steril untuk sedian perenteral digolongkan menjadi lima jenis yang
berbeda yaitu :
1. Obat larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama
injeksi, contohnya adalah injeksi insulin.
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah
penambahan pelarut yang memenuhi persyaratan injeksi. Sediaan ini dapat
membedakannya dari nama bentuknya yaitu steril, contohnya Ampicilin Sodium
steril.
3. Sediaan seperti tertera pada no 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama
bentuknya.yaitu untuk injeksi, contohnya Methicillin Sodium untuk injeksi.
4. Sediaan berupa susupensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intravena atau didalam saluran spinal, dan dapat dibedakan
dari nama bentuknya yaitu susupensi steril. Contoh Cortisao Suspensi steril.
5
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan
yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan
pembawanya yang sesuai. Dan dapat membedakannya dari nama bentuknya
yaitu steril untuk suspensi. Contohnya Ampicilin steril untuk suspensi.
2.2. Rute Injeksi
2.2.1. Parenteral Volume Kecil
a. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan
"dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika
sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah
betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan
dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya
terbatas, maka penggunaannya bisa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat
yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
b. Intramuskular
Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute
intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal
daripada rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
c. Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi kedalam vena. Ketika tidak ada
absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek
yang diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.
d. Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral
diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat
dengan absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.
e. Rute intra-arterial
Disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena
ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
f. Intrakardial
Disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan
terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
6
g. Intrasebral
Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana
penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
h. Intraspinal
Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat
dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti
leukemia.
i. Intraperitoneal dan intrapleural
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies.
Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
j. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat
antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
k. Intrasisternal dan peridual
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal.
Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis
untuk injeksi.
l. Intrakutan (i.c)
Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah
stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5
ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.
m. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar
oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal
biasanya diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan
dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa
digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi
untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.
2.2.2. Parenteral Volume Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan
yang secara normal digunakan.
a. Intravena
b. Subkutan
7
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif ketika
rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif
dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan
dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak
menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi
untuk larutan isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.
2.3. Keuntungan Injeksi
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi
pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.
2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau
yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan
antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus
diberikan secara injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena
pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus,
pasien tidak dapat menerima obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila
diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus dimana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral
tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan
penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.
7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan
cairan dan elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat
dipenuhi melalui rute parenteral.
9. Aksi obat biasanya lebih cepat.
10. Seluruh dosis obat digunakan.
11. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika
diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
12. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi
ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.
8
13. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat
menyelamatkan hidupnya.
2.4. Kerugian Injeksi
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan
secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek
fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan
parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain.
5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama
bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.
6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien
hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit
untuk dikembalikan lagi.
8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara
atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat
berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.
2.5. Komposisi Injeksi
1. Bahan Aktif / Data zat aktif yang diperlukan (Preformulasi)
a. Kelarutan
Terutama data kelarutan dalam air dari zat aktif sangat diperlukan, karena
bentuk larutan air paling dipilih pada pembuaan sediaan steril. Data kelarutan
ini diperlukan untuk menentukan bentuk sediaan. Zat aktif yang larut air
membentuk sediaan larutan dalam air, zat aktif yang larut minyak dibuat
larutan dalam pembawa minyak. Sedangkan zat yang tidak larut dalam kedua
pembawa tersebut dibuat sediaan suspensi. Jika zat aktif tidak larut dalam air
ada beberapa alternatif yang dapat diambil sebelum memutuskan untuk
membuat sediaan suspensi atau larutan minyak yaitu dengan mencari bentuk
9
garam dari zat aktif, melakukan reaksi penggaraman, atau dicari bentuk
kompleksnya.
b. pH Stabilita
pH stabilita adalah pH dimana penguraian zat aktif paling minimal, sehingga
diharapkan kerja farmakologinya optimal. pH stabilita dicapai dengan
menambahkan asam encer, basa lemah atau dapar.
c. Stabilitas zat aktif
Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan pembawa, metoda
sterilisasi atau cara pembuatan.
d. Tak tersatukannya (homogenitas) zat aktif.
Baik ditinjau dari segi kimia, fisika, atau farmakologi.
e. Dosis
Data ini menentukan tonisitas larutan dan cara pemberian.
f. Rute pemberian .
2. Bahan Tambahan
a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan
sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu
digunakan : Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol,
Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-
hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.
c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alcohol, Gliserin, Polietilen
glikol, Propilen glikol, Lecithin
g. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
h. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.
j. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
10
3. Bahan Pembawa
Bahan pembawa injeksi dapat berupa air maupun non air. Sebagian besar produk
parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan kompatibilitas
air dengan jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai rute pemberian, air
mempunyai konstanta dielektrik tinggi sehingga lebih mudah untuk melarutkan
elektrolit yang terionisasi dan ikatan hydrogen yang terjadi akan memfasilitasi
pelarutan dari alkohol, aldehid, keton, dan amin.
Syarat air untuk injeksi menurut USP :
Harus dibuat segar dan bebas pirogen
Tidak mengndung lebih dari 10 ppm dari total zat padat.
pH antara 5-7
Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium,
karbondioksida, dan kandungan logam berat serta material organik (tanin,
lignin), partikel berada pada batas yang diperbolehkan.
a. Air Pro Injeksi
Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat (timbal, Besi,
Tembaga), juga tidak boleh mengandung ion Ca, Cl, NO3, SO4, amonium,
NO2, CO3. Harus steril dan penggunaan diatas 10 ml harus bebas pirogen.
Aqua steril Pro Injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilisasi dan dikemas
dengan cara yang sesuai, tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan
tambahan lainnya
Cara pembuatan : didihkan air selama 30 menit dihitung dari setelah air
mendidih di atas api lalu didinginkan. Cara : Aqua p.i + karbon aktif 0,1% dari
volume, dipanaskan 60-70oC selama 15 menit. Tidak boleh menggunakan
Aqua DM karena ada zat-zat organik yang tidak bermuatan dapat lolos,
ditanggulangi dengan filtrasi karbon adsorben dan filtrasi bakteri.
Air Pro Injeksi Bebas CO2
CO2 mampu menguraikan garam natrium dari senyawa organic seperti
barbiturate dan sulfonamide kembali membentuk asam lemahnya yang
mengendap.
Cara pembuatan : Mendidihkan air p.i selama 20-30 menit lalu dialiri gas
nitrogen sambil didinginkan. (Rep. Tek Fa. Steril hal 4)
Air Pro Injeksi bebas O2
11
Dibuat dengan mendidihkan air p.i selama 20-30 menit dan pada saat
pendinginannya dialiri gas nitrogen. Dipakai untuk melarutkan zat aktif
yang mudah teroksidasi, seperti apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin,
ergometrin, ergotamine, metilergotamin, proklorperazin, promazin,
promesatin HCl, sulfamidin, turbokurarin.
b. Pembawa Non Air
Pembawa non air digunakan jika:
Zat aktif tidak larut dalam air
Zat aktif terurai dalam air
Diinginkan kerja depo dalam sediaan Syarat umum pembawa non air .
Tidak toksik, tidak mengiritasi dan menyebabkan sensitisasi
Dapat tersatukan dengan zat aktif
Inert secara farmakologi
Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut biasa digunakan
Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat disuntikan dengan
muda
Harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar
Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi
dengan panas
Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh
2.6. Syarat-syarat Injeksi
Menurut Lachman, hal. l300
a. Zat Antibakteri
Antibakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukkan dalam formulasi.
Produk yang dikemas dalam vial dosis ganda, dan seringkali dimasukkan dalam formulasi
yang akan disterilkan dengan proses marginal atau dibuat secara aseptis. Persyaratan
aktifitas, kestabilan, dan keefektifan zat antibakteri dalam preparat paranteral telah diulas
dalam kertas kerja yang telah dipublikasi.
b. Antioksidan
Antioksidan dimasukkan dalam banyak formulasi untuk melindungi suatu zat
terapeutis yang mudah mengalami oksidasi, terutama pada kondisi dipercepat dengan
sterilisasi panas, dan bisa berfungsi paling tidak dengan 2 cara, yakni (1) dengan oksidasi
secara istimewa (zat pereduksi) dan dengan demikian digunakan perlahanlahan, atau (2)
12
dengan memblokir suatu reaksi rantai oksidatif dimana zat-zat tersebut biasanya tidak
dikonsumsi. Disamping itu, senyawa-senyawa tertentu beraksi smergts, meningkatkan
keefektifan antioksidan, terutama anti oksidan yang memblokir reaksi oksidasi. Empat
golongan senyawa berguna dalam hal ini, karena membentuk kompleks dengan katalis
yang jika tidak diikat akan mempercepat reaki oksidasi. Karena ada perbedaan dalam cara
kerjanya, kadang-kadang digunakan kombinasi dari zat ini.
c. Steril (Lachman, hal. 1292 )
Sediaan ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat-obat yang terbagi
karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kedalam bagian tubuh
yang paling efisien, yakni membuat kulit dan mukosa sediaan tersebut harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan harus mempunyai tingkat kemurnian
tinggi atau luar biasa.
2.7. Wadah Injeksi
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui
berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi
biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi. (FI Ed. IV, hal 10).
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan di
dalamnya baik secara kimia maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan
perubahan khasiat, mutu dan kemurniannya. (FI ed. III, hal XXXIV)
Bagaimanapun bentuk dan komposisi wadah, wadah pengemas merupakan sumber
dari masalah stabilitas sediaan, bahan partikulat, dan sumber pirogen. (Diktat Steril,
hal 82)
Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis ganda.
Wadah dosis tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran
ukurannya dari 1-100 ml. pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya
berupa vial serum atau botol serum. Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip
ampul tetapi disegel dengan pemanasan. Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol
serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan kisaran ukuran dari 75-100 ml dan
memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup karet spiral. Labu atau
13
tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk cairan parenteral
yang besar seperti NaCl isotonis.
2.8. Evaluasi
2.8.1. Evaluasi Fisika
1. Penetapan pH . (FI ed. IV, hal 1039-1040)
2. Bahan Partikulat dalam Injeksi <751> ( FI> ed IV, hal. 981-984).
3. Penetapan Volume Injeksi Dlam Wadah <1131> (FI ed. IV Hal 1044).
4. Uji Kejernihan Larutan (FI ED. IV, hal 998)
5. Uji Kebocoran (Goeswin Agus, Larutan Parenteral)
6. Uji Kejernihan dan Warna ( Goeswin Agus, Larutan Parenteral, HAL 201)
2.8.2. Evaluasi Biologi
1. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba <61> (FI ed IV, HAL 854-855)
2. Uji Sterilitas <71> (FI ed. IV, HAL 855-863)
3. Uji Endotoksin Bakteri <201> (FI ed. IV, HAL 905-907)
4. Uji Pirogen <231> (FI ed. IV, HAL. 908-909)
5. Uji Kandungan Zat Antimikroba <441> (FI ed. IV, HAL. 939-942)
2.8.3. Evaluasi Kimia
1. Uji Identifikasi (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing)
2. Penetapan Kadar (Sesuai dengan monografi sediaan masing-masing
14
BAB III
PENGEMASAN
3.1. Masalah dalam Pembuatan Sediaan Parenteral
Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu dan cara
pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih.
Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya
Sediaan parenteral merupakan sediaan mahal karena preparasi dan pembuatan secara
khusus seperti menggnakan kemasan yang khusus dengan dosis yang sudah diatur
sesuai kebutuhan
Terapi parenteral akan meniulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi
jamur, bakteri sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi atau kemasan menimbulkan beberapa
masalah dalam sterilitas, partikulasi, pirogenitas, sterilisasi dll.
3.2 Proses Pengemasan
Pembersihan
Pada umumnya, ampul kosong yang dipasarkan dalam keadaan terbuka memiliki
leher yang lebar untuk memudahkan pembersihan dan pengisian. Dengan cara pengisian
ampul berulang kali dengan cairan pencuci dan akhirnya dikosongkan dapat diperoleh ampul
yang bersih dan menjamin bahwa seluruh partikel pengotor dan serpihan gelas telah
dihilangkan.
Industri kecil, digunakan beberapa alat pencuci dimana ampul-ampul dipasang pada
kanula dan air ditekan mengalir kedalam ampul melaui kanula bermantel. Suplai air
dihentikan digantikan dengan aliran udara bertekanan yang menekan keluar sisa-sisa air
sampai ampul mengering.
15
Dalam industri besar, tersedia mesin-mesin pembersih ampul semiotomatis dan
otomatis. Pada mesin pencuci otomatis pembersihan dilakuakan dengan cairan pencuci panas
bersuhu 80C bertekanan tinggi (0,4 Mpa, 4 at) dimana serpihan gelas yang melekat erat pada
dinding-dinding dan umumnya baru dapat dihilangkan pada saat sterilisasi melalui kerja
panas, juga turut tercuci.
Setelah dilakukan penyemprotan dengan cairan pencuci umumnya masih diikuti
2xpencucian dengan air pada tekanan yang sama dan diakhiri dengan air suling (0,05 Mpa,
0,5 at) (voight,1995).
Pengisian
Ampul dengan larutan obat dilakuakn pada sebuah alat khusus untuk pabrik kecil atau
menengah pengisian dilakukan dengan alat torak pengisi yang bekerja secara manual atau
elektris. Melalui gerak lengannya larutan yangakan diisikan dihisap oleh sebuah torak
kedalam penyemprot penakar dan melalui kebalikan gerak lengan dilakukan pengisiannya
(voight,1995).
Penutupan
Penutupan ampul dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama cara peleburan, dimana
semburan nyala api diarahkan pada leher ampul yang terbuka dan ampul ditutup dengan
membakar disatu lokasi lehernya sambil diputar kontinyu. Kedua cara tarikan, dimana
seluruh alat penutup ampul otomat yang digunakan dalam industri bekerja menurut prinsip ini
Gambar 2: Cara Tarik
16
Pada alat ini sebuah (atau juga 2 buah) semburan api diarahkan pada bagian tengah
leher ampul. Setelah gelas melunak bagian atas leher dijepit dengan sebuah pinset (pada kerja
manual), atau dilakukan oleh alat khusus (masinel) kemudian ditarik keatas kemudian ampul
dapat ditutup.
3.3. Pengemasan dan Penyimpanan
Volume injeksi wadah dosis tunggal dapat memberikan jumlah tertentu untuk pemakaian
parenteral sekali pakai dan tidak ada yang memungkinkan pengambilan isi dan pemberian 1
liter. (FI Ed. IV, Hal 11)
Untuk penyimpanan obat harus disimpan sehingga tercegah cemaran dan penguraian,
terhindar pengaruh udara, kelembaban, panas dan cahaya.
Kondisi penyimpanan tergantung pada sediaannya, misalnya kondisi harus disimpan
terlindung cahaya, disimpan pada suhu kamar, disimpan di tempat sejuk, disimpan di temapat
dingin (FI Ed. III, Hal XXXIV).
3.4. Cara Penyegelan Ampul
Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga
membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian
gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang terbuka. Segel
tarik dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya
kemudian menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapat diputar sebelum
bagian yang meleleh tersebut ditutup.
3.5. Cara Pengisian Ampul
Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena lubangnya
kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak
cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul. Jarum harus
dikeluarkan dari ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding primer dari leher
ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan pengotoran jika ampul
disegel.