Isi Refisi Proposal Tirta

33
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selada ( Lactuca sativa ) merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah dan termasuk da Asteraceae. Selada merupakan salah satu sayuran yang mempunyai arti penti dalam fungsinya sebagai zat pembangun tubuh. Berdasarkan sumber Direktora Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979) dalam Haryanto, dkk., (2002) kandungan zat gizi dan vitamin dalam 100 g selada adalah Protein (1,2 g), Lemak (0, Karbohidrat (2,9 g), Ca (22,0 mg), P (25,0 mg), Fe (0,5 mg), Vitamin A (1 Vitamin B (0,04 mg), Vitamin C (8,0 mg) dan baik untuk kesehat Disampingituselada merupakan jenis sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat. Produksi tanaman selada di Kalimantan Tengah pada tahun 2009 sebesar 880,00 ton/ha. Produksi selada ini masih rendah bila dibandingkan produksi selada secara nasional yang mampu menghasilkan di atas 1000 ton/ bila diusahakan dengan baik (Food Agriculuture Organization, 2007). Renda produksi selada di Kalimantan Tengah disebabkan belum optimalnya budidaya tanaman selada, serta jenis tanah gambut yang kurang menguntungk bagi pertumbuan tanaman selada. Kalimantan Tengah memiliki lahangambut pedalamanyang luasnya 1.813.000 ha, namun dalam pemanfaatannya terdapat kendala-kendala yang sangat kompleks. Kendala utama dalam pemanfaatan tanah gambut untuk lahan

Transcript of Isi Refisi Proposal Tirta

1

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Selada (Lactuca sativa) merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh

baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah dan termasuk dalam famili Asteraceae. Selada merupakan salah satu sayuran yang mempunyai arti penting dalam fungsinya sebagai zat pembangun tubuh. Berdasarkan sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979) dalam Haryanto, dkk., (2002) kandungan zat gizi dan vitamin dalam 100 g selada adalah Protein (1,2 g), Lemak (0,2 g), Karbohidrat (2,9 g), Ca (22,0 mg), P (25,0 mg), Fe (0,5 mg), Vitamin A (162 mg), Vitamin B (0,04 mg), Vitamin C (8,0 mg) dan baik untuk kesehatan manusia. Disamping itu selada merupakan jenis sayuran yang sangat digemari oleh masyarakat. Produksi tanaman selada di Kalimantan Tengah pada tahun 2009 sebesar 880,00 ton/ha. Produksi selada ini masih rendah bila dibandingkan dengan

produksi selada secara nasional yang mampu menghasilkan di atas 1000 ton/ha bila diusahakan dengan baik (Food Agriculuture Organization, 2007). Rendahnya produksi selada di Kalimantan Tengah disebabkan belum optimalnya teknik budidaya tanaman selada, serta jenis tanah gambut yang kurang menguntungkan bagi pertumbuan tanaman selada. Kalimantan Tengah memiliki lahan gambut pedalaman yang luasnya 1.813.000 ha, namun dalam pemanfaatannya terdapat kendala-kendala yang sangat kompleks. Kendala utama dalam pemanfaatan tanah gambut untuk lahan

2

pertanian

adalah

mempunyai

sifat

fisik

maupun

kimia

yang

kurang

menguntungkan misalnya ketebalan gambut yang tinggi yang berasal dari kayukayuan yang miskin unsur hara, Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi, Kejenuhan Basa (KB) sangat rendah. Kondisi demikian tidak menunjang persediaan unsur hara yang memadai bagi tanaman terutama basa K, Ca, Mg demikian juga unsur-unsur mikro seperti Cu, Zn, Fe (Halim, 1985). Menurut Salampak (1993), berdasarkan ciri dan sifat tanah gambut pedalaman kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman maka diperlukan penanganan yang sesuai untuk meningkatkan potensi daya guna tanah gambut bagi pertumbuhan tanaman. Keberhasilan pemanfaatan lahan gambut untuk dijadikan lahan pertanian tergantung pada kemampuan mamperbaiki kesuburan tanahnya, antara lain meningkatkan pH tanah, pemupukan yang tepat, perbaikan sifat fisik dan biologi tanah, menekan kandungan unsur hara yang meracuni tanaman dan lain-lain. Untuk itu upaya pemberian pupuk Petrobio mempunyai peranan dalam memperbaiki sifat fisik tanah melalui perubahan struktur dan permeabilitas tanah juga dapat memperbaiki kesuburan kimia tanah, karena mengandung unsur N, P, K, Ca, Mg dan C1, serta dapat meningkatkan kegiatan mikro organisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan tanah serta melindungi kerusakan (Sutedjo, 1995). tanah dari

3

1.2.

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk Petrobio terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada tanah gambut pedalaman. 1.3. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Pemberian pupuk petrobio dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanah gambut pedalaman. 2. Pemberian pupuk petrobio dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman selada.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Botani dan Ekologi Tanaman Selada Klasifikasi selada menurut Haryanto, dkk., (2002) adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Asterales : Asteraceae : Lactuca : Lactuca sativa

Tanaman selada memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah. Akar-akar ini berfungsi untuk menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah, serta sebagai penguat berdirinya batang tanaman (Haryanto, dkk., 1995). Batang selada pada umumnya pendek dan tegap. Hal ini tergantung dari jenis selada yang dibudidayakan (Haryanto, dkk., 1995). Selada kepala atau selada telur mempunyai krop bulat tetapi kropos, lunak, renyah serta mempunyai batang yang sangat pendek hampir tidak terlihat, dan selada rapuh mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi. Sedangkan selada daun tidak mempunyai krop hanya mempunyai helaian daun lepas (Haryanto, dkk., 2002).

5

Daun-daun selada bentuknya bulat panjang dan tepinya bergelombang atau bergerigi serta berwarna hijau segar, dengan ukuran daun mencapai 25 cm dan lebarnya 15 cm atau lebih (Haryanto, dkk., 2002). Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm, dan bunga ini mengahasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji. Biji selada berukuran kecil-kecil, namun bentuknya lonjong, pipih dan berbulu tajam (Rukmana, 1994). 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Selada Tanaman selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua tanaman selada baik diusahakan di dataran tinggi. Syaratsyarat penting untuk tumbuhnya tanaman selada adalah tanah yang subur, banyak mengandung humus dan tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk pertumbuhannya. Derajat keasaman (pH) yang ideal untuk tanaman adalah berkisar antara 6,5 - 7. Tanaman selada lebih menghendaki iklim yang kering pada suhu 15 - 20 C dan pada ketinggian antara 75 - 2.200 meter dari permukaan laut (mdpl). Umumnya tanaman selada banyak ditanam di akhir musim penghujan, keadaan yang lembab akan mempercepat pertumbuhan selada, namun bila kebanyakan air tanaman ini akan mudah rusak (Haryanto, dkk., 2002). Menurut Haryanto, dkk., (1995), syarat tanah yang ideal untuk tanaman selada adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus) dan tata udara dalam tanah dapat berjalan dengan baik.

6

2.3.

Sifat Tanah Gambut Tanah gambut merupakan tanah organik yang terbentuk sebagai akibat

keadaan lingkungan yang selalu tergenang air dan anaerob sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat, oleh karena itu penguraian bahan organik terhambat dan terjadilah penumpukan bahan organik. Adanya kation hidrogen dan alumunium di dalam larutan tanah serta akibat pencucian oleh air menyebabkan basa-basa mudah sekali larut dari jerapan tanah. Kondisi demikian menyebabkan reaksi tanahnya masam sampai sangat masam, keadaan yang sangat masam menyebabkan pelarut besi, alumunium dan mangan sampai satu tingkat akan manjadi racun, diiringi dengan daya KTK yang tinggi, sarta kejenuhan basa (KB) yang sangat rendah, kondisi demikian tidak menujang terciptanya laju dan kemudahan penyediaan hara yang memadai untuk kebutuhan tanaman , terutama unsur hara makro seperti N, P, K, juga unsur hara mikro seperti Cu, Zn, Mn, dan Fe. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah gambut menyebabkan unsur hara mikro seperti Cu, Zn, Mn, dan Fe terikat dan tidak tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1988). 2.4. Pupuk Petrobio Pupuk Petrobio merupakan pupuk hayati butiran (granular) yang diformulasikan dari mikroba-mikroba yang menguntungkan bagi tanah dan tanaman, yang dicampur secara khusus dengan bahan-bahan organik alami, dan diproses berdasarkan teknologi berwawasan lingkungan. Penggunaan pupuk Petrobio hayati secara kontiyu akan memberikan efek yang positif bagi kehidupan dan lingkungannya dibandingkan pupuk organik maupun anorganik lainnya.

7

Di samping itu keuntungan pemakaian pupuk Petrobio adalah : (1) Menambah mikroorganisme bermanfaat dalam tanah sehingga mampu

meningkatkan kesuburan biologi tanah, (2) Menambah ketersediaan unsur hara Nitrogen (N2) dari udara bebas, (3) Meningkatkan ketersediaan unsur hara fosfor (P2O5) dalam tanah, karena mampu mengurai fosfor (P2O5) terikat dalam tanah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman, (4) Mengandung mikroorganisme yang mampu mengurai bahan organik tanah, sehinga bermanfaat untuk mamperbaiki agregat tanah, (5) Mengandung mikroorganisme yang mampu menghasilkan zat pemacu tumbuh, dapat merangsang perakaran dan pertumbuhan tanaman, serta meningkatkan hasil. (6) Tidak meracuni tanaman dan tidak mencemari lingkungan, (7) Formulanya berupa pupuk hayati, bukan bahan kimia sintetik. Pupuk Petrobio adalah pupuk hayati produksi PT Petrokimia yang mengandung mikroorganisme penyubur tanah yang dapat meningkatkan/ mengembalikan kesuburan tanah secara alami / biologi. Petrobio mengandung mikroba Aspergillus niger, Penicilium sp, Pantoea sp, Azospirilum sp dan Streptomyces sp. Dari petunjuk dosis dan waktu aplikasi untuk tanaman semusim adalah 15 30 kg/ha dengan dua kali aplikasi.

8

III. BAHAN DAN METODE

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2011.

Bertempat di komplek Universitas Muhammadiyah Palangka Raya jalan RTA Milono Km 1,5 Palangka Raya. 3.2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : benih selada varietas grand rapids cap panah merah, pupuk Petrobio, kapur dolomit dan tanah gambut pedalaman. Alat yang digunakan antara lain : meteran, timbangan analitik Adventurer Ohaus, timbangan tiga lengan Triple Beam Ohaus, cangkul, kotak semai, ayakan, ember, kamera, alat tulis, dan peralatan lain yang mendukung penelitian. 3.3. Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal, perlakuan yang diteliti adalah pemberian pupuk Petrobio dengan dosis yang terdiri dari 5 taraf yaitu : P0 P1 P2 P3 P4 = = = = = Pupuk Petrobio 0 kg/ha (0 g polybag-1) Pupuk Petrobio 15 kg/ha (0,1875 g polybag-1) Pupuk Petrobio 20 kg/ha (0,25 g polybag-1) Pupuk Petrobio 25 kg/ha (0,3125 g polybag-1) Pupuk Petrobio 30 kg/ha (0,375 g polybag-1)

9

Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 satuan percobaan. 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Pembuatan Rumah Plastik Rumah plastik dibuat dengan ukuran panjang 6 m, lebar 4 m dan tinggi 2,5 m. Di dalamnya dibuat bangku untuk meletakan polybag setinggi 30 cm. Atapnya menggunakan plastik warna putih transparan dan bagian dinding menggunakan kain kasa agar sirkulasi udara berjalan dengan baik. 3.4.2. Persiapan Media Tanam Tanah yang di gunakan untuk media tanam adalah tanah gambut pedalaman yang belum pernah diolah dan diambil dari Jalan RTA. Milono Km 5,5 Kota Palangka Raya. Tanah gambut tersebut diambil pada kedalaman 20 cm. Kemudian dikering anginkan selama satu minggu pada tempat terbuka. Setelah kering tanah dihancurkan dan diayak dengan manggunakan ayakan tanah berukuran 100 mesh. Tanah ditimbang sebanyak 5 kg polybag-1, kemudian diberikan kapur dolomit 8 t ha-1 (100 g/polybag) disebarkan pada permukaan tanah setiap polybag dan selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag dan diinkubasi selama dua minggu sebelum tanam. 3.4.3. Penyemaian Benih Media tanam yang digunakan umtuk persemaian adalah campuran tanah gambut dan kapur dangan perbandingan 1 : 1, setelah itu media

10

tanam diinkubasikan selama satu minggu dan sebelum penyemaian media tanam disiram. Sebelum benih disemai terlebih dahulu direndam air satu malam guna untuk mempercepat pecahnya masa dormansi. Benih ditabur merata dan ditutup tipis dengan tanah. Tempat persemaian dibuat menghadap ke timur dengan tinggi tiang di sebelah timur 70 cm dan sebelah barat 50 cm, kemudian diberi naungan dari atap daun kelapa. 3.4.4.Penanaman Penanaman dilakukan setelah bibit tanaman selada berumur 3 minggu setelah semai. Selanjutnya ditanam di dalam polybag, dengan memilih bibit selada yang sehat, tidak terserang penyakit dan berdiri tegak. Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi, selesai penanaman media disiram hingga cukup lembab. 3.4.5. Pemupukan Pupuk yang diberikan adalah pupuk petrobio diberikan sesuai dengan dosis perlakuan sebanyak dua kali pada umur 14 dan 21 hst. Pemberian pupuk petrobio dilakukan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah di sekitar perakaran 5 cm dari pangkal batang. 3.4.6. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi : Penyulaman, penyiraman, penyiangan, serta pembumbunan. Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam.

11

Penyiraman dilakukan secara teratur setiap pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan sampai tanah dalam keadaan lembab. Sumber air yg digunakan adalah air ledeng dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sekitar tanaman. Penyiangan diikuti dengan pembumbunan yaitu menggemburkan tanah dalam polybag yang mulai mengeras atau memadat. Pembumbunan dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam untuk mengemburkan tanah di sekitar pangkal batang yang bertujuan untuk menutupi akar yang keluar. 3.4.7. Panen Tanaman selada dipanen sekitar umur 30 hst, yaitu dengan mengambil semua bagian tanaman dari akar sampai daun baru kemudian di lakukan pemotongan pada pangkal batang. 3.5. Pengamatan Adapun parameter yang diamati adalah : a. Tinggi Tanaman (cm) Diukur dari pangkal batang atas permukaan tanah sampai tajuk daun tertinggi dengan cara merangkum seluruh daun. Pengamatan dilakukan pada umur 14, 21 dan 28 hst. b. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun dihitung pada umur 14, 21 dan 30 hst, dengan cara menghitung jumlah daun yang membuka sempurna.

12

c. Bobot Segar Tanaman (gram) Berat segar tanaman selada ditimbang dengan menggunakan timbangan tiga lengan (Triple Beam Ohaus) pada saat panen setelah dibersihkan dari kotoran, dan diamati pada umur 30 hst. d. Bobot Kering Tanaman (gram) Berat kering tanaman selada ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (Adventur Ohaus) pada saat panen setelah dibersihkan dari kotoran, dan diamati pada umur 30 hst.

3.6. Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan analisa ragam (Uji F) pada taraf kepercayaan 5 % dan 1 %. Apabila uji F menunjukkan adanya pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan BNJ pada taraf 5 %.

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Tinggi Tanaman Data hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman selada pada umur 14, 21

dan 28 hari setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel 1, sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 1, 2 dan 3. Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian pupuk Petrobio pada semua umur pengamatan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Selada Setelah Diperlakukan Pupuk Petrobio Dengan Umur 14 28 Hari Setelah Tanam (hst)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05

Tinggi Tanaman (cm) 14 HST 9,6 a 12,1 bc 11,4 ab 12,6 bc 14 c 5,66 21 HST 11,3 a 12,8 ab 12,6 ab 13,7 c 15,3 d 6,09 28 HST 12 a 13 bc 12,7 ab 14,6 bc 16 6,09c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %

14

Grafik 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Selada Setelah Diperlakukan Pupuk Petrobio Dengan Umur 14 28 Hari Setelah Tanam (hst)

18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 P0 P1 P2 P3 P4 14 HST 21 HST 28 HST

Pada umur 14 hari setelah tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0) dan dosis 0,25 g/polybag (P2) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0,1875 g/polybag (P1) dan 0,3125 g/polybag (P3) terhadap tinggi tanaman. Pada umur 21 hari setelah tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata terhadap semua perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0), 0,1875 g/polybag (P1), 0,25 g/polybag (P2), dan 0,3125 g/polybag (P3). Sedangkan pada umur 28 hari setelah tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0) dan dosis 0,25 g/polybag (P2) tetapi

15

tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0,1875 g/polybag (P1) dan 0,3125 g/polybag (P3). Perlakuan tanpa Pupuk Petrobio menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang kurang optimal dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena unsur hara tidak tersedia akibat kondisi tanah gambut pedalaman pada umumnya bereaksi sangat masam. Menurut Sumarno (1984), derajat keasaman tanah sangat menentukan tersedia-tidaknya unsur hara yang terkandung dalam tanah. Lebih lanjut menurut Soepardi (1983) keadaan pH yang rendah ( Dosis H+ tinggi) Pada tanah gambut terdapat senyawa beracun dan penyerapan hara oleh tanaman menjadi terhambat. Pemberian perlakuan Pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) menunjukkan pengaruh tertinggi dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian Pupuk Petrobio 0,375 g/polybag sangat berperan menyediakan unsur hara secara maksimal sehingga dapat memacu pertumbuhan dengan baik. Selain itu pupuk Petrobio juga mengandung 5 jenis mikroorganisme yang bermanfaat dalam mengembalikan kesuburan tanah secara alami dengan cara memecah atau melarutkan unsur hara yang terikat di dalam tanah sehingga mudah diserap oleh akar. Peran pupuk Petrobio lainnya adalah berisi mikroba yang dapat mengikat atau menambat unsur hara N langsung dari udara mengolahnya menjadi NH4+ yang dapat diserap oleh tanaman sehingga menambah pasokan unsur hara nitrogen. Menurut Sarief (1989), mengatakan

16

bahwa apabila unsur hara tersedia dalam jumlah yang berimbang, maka proses fisiologis pada tanaman menjadi lebih baik. Menurut Ashari (1995), pertumbuhan tanaman merupakan aktivitas tanaman melakukan pembelahan, perpanjangan, pembesaran dan diferensiasi sel. Ditegaskan pula bahwa fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun, batang maupun cabang. Fase ini berhubungan dengan pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari diferensiasi sel (pembentukan jaringan). Dikemukakan oleh Gardner, dkk., (1991), dalam arti sempit pertumbuhan berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Kedua proses ini memerlukan sintesis protein. Harjadi (1991), menyatakan bahwa fase vegetatif atau fase pertumbuhan terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan

batang yang berhubungan dengan proses pembelahan sel atau pembentukkan jaringan. Goldsworthy dan Fisher (1996), mengemukakan pertumbuhan tanaman di atas tanah terutama dimulai dengan terbentuknya primordia daun dan adanya pemanjangan batang.

4. 2.

Jumlah Daun Data hasil pengamatan jumlah daun tanaman selada pada umur 14, 21 dan

28 hari setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel 2, sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 4,5 dan 6.

17

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian Pupuk Petrobio berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 14,21 dan 28 hari setelah tanam (hst). Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Setelah di perlakukan dengan Pupuk Petrobio Umur 14 28 hari setelah tanam (hst) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05 Jumlah Daun (helai) 21 HST 7,2 bc 6,2 a 7,4 bc 7 b 7,8 bc 4,52

14 HST 5,4 bc 4a 5,6 bc 5b 5,6 bc 2,58

28 HST 9,8 a 9,2 a 10,2 ab 10 ab 11 c 7,02

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5

Grafik 2. Rata-rata Jumlah Daun Setelah di perlakukan dengan Pupuk Petrobio Umur 14 28 hari setelah tanam (hst)12 10 8 14 HST 6 4 2 0 P0 P1 P2 P3 P4 21 HST 28 HST

18

Pada umur 14 dan 21 hari setelah tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata terhadap perlakuan 0,1875 g/polybag (P1) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0), 0,1875 g/polybag (P1), 0,25 g/polybag (P2), dan 0,3125 g/polybag (P3). Sedangkan pada umur 28 hari setelah tanam (hst) pada perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0), 0,1875 g/polybag (P1), 0,25 g/polybag (P2), dan 0,3125 g/polybag (P3). Perlakuan dosis 0,375 g/polybag (P4) menghasilkan jumlah daun terbanyak semua pengamatan. Meningkatnya pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan P4 hal ini disebabkan ketersedian unsur hara nitrogen yang cukup pada pertumbuhan vegetatif tanaman di mulai dari tinggi tanaman yang baik lebih diasumsikan jumlah daun pada tanaman akan semakin banyak pula. Sesuai pernyataan Lingga dan Marsono (2001), bahwa unsur nitrogen (N) sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Lakitan (1996) menyatakan bahwa pada saat pertumbuhan daun, diketahui tidak semua unsur hara yang diperlukan dan berperan langsung terhadap pembentukan daun. Unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk Petrobio yang

19

mengandung unsur hara makro dan mikroba yang dapat mengikat unsur hara N langsung dari udara dapat berfungsi pada pertumbuhan vegetatif tanaman baik jumlah daun maupun tinggi tanaman. Hal ini didukung oleh Jumin (1991), bahwa unsur hara makro terutama N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif serta mengaktifkan kegiatan mikroba pada proses penghancuran bahan organik agar berjalan lancar sehingga unsur hara yang tersedia semakin meningkat. Menurut Laegreid et al (1999, dalam Hindersah dan Simarmata, 2004), ketersedian unsur nitrogen adalah penting pada saat pertumbuhan tanaman, karena nitrogen berperan dalam seluruh proses biokimia tanaman. Sedangkan fosfor (P) menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) berperan untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, berperan dalam fotosintesis dan respirasi sehingga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman keseluruhan, selain itu berperan penting memperbaiki sistem perakaran tanaman. Pada perlakuan P0 (kontrol) menghasilkan jumlah daun yang lebih sedikit, disebabkan secara alamiah tanah sebagai media tumbuh dalam kondisi kesuburan yang rendah. Rendahnya kesuburan tanah gambut berhubungan dengan nilai kejenuhan basa (KB) dan pH rendah. Pada umumnya keadaan kejenuhan basa (KB) yang rendah menyebabkan sulitnya pelepasan kation-kation basa yang terjerap seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K) dan natrium (Na)

20

sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Keadaan demikian merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman selada.

4.3.

Bobot Segar Per Tanaman Data hasil pengamatan bobot segar per tanaman selada pada umur 30 hari

setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel 3, sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 7. Pemberian pupuk Petrobio berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar selada per tanaman. Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Petrobio terhadap Rata-rata Bobot Segar Per Tanaman Selada (g) pada Umur 30 hst. Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05 Bobot Segar (gram) 7,6 b 7,2 b 5,6 a 9,4 c 7,9 bc 10,19

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %

Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk Petrobio 0,3125 g/polybag (P3) menghasilkan bobot segar per tanaman tertinggi, yaitu 9,4 g/tanaman dan berbeda nyata dengan perlakuan dosis Petrobio lainnya, kecuali terhadap perlakuan dosis Petrobio 0,375 g/polybag (P4). Peningkatan bobot segar tanaman selada ini pada perlakuan dosis Petrobio 0,3125 g/polybag berhubungan dengan variabel tinggi tanaman dan

21

pembentukan daun (jumlah daun). Jadi, semakin baik pengaruh yang ditunjukkan pada variabel pengamatan tersebut, sehingga diperoleh bobot segar yang lebih baik pula. Menurut Gardner, dkk. (1991) pertumbuhan dan hasil tanaman ditentukan oleh pasokan unsur hara, mineral, air dan hasil fotosintensis, dimana peningkatan aktivitas metabolisme berarti dapat meningkatkan proses pembentukan protein, kemudian ditransfer ke organ lain. 4.4. Bobot Kering Per Tanaman Data hasil pengamatan bobot kering per tanaman selada pada umur 30 hari setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel Lampiran 4, sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk Petrobio tidak memberikan pengaruh terhadap bobot kering per tanaman selada. Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk Petrobio terhadap Rata-rata Bobot Kering Per Tanaman Selada (g) pada Umur 30 hst

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05

Bobot kering (gram) 0,514 bc 0,492 ab 0,318 a 0,62 c 0,526 bc 0,677

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %

22

Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa perlakuan 0,3125 g/polybag (P3) menghasilkan bobot segar per tanaman tertinggi yaitu 0,62 g dan berbeda nyata dengan perlakuan 0,492 g (P1), 0,318 g (P2), dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan 0,514 (P0), 7,9 g (P4). Pemberian pupuk petrobio 0,3125 g/polybag (P3) meningkatkan bobot kering tertinggi, yaitu 0,62 g/tanaman. Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman dengan cara

membandingkan bobot bahan kering dan bobot basah tanaman dari waktu ke waktu. Dengan hanya memperhatikan bobot kering tanaman dapat diukur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan relatif. Analisis tumbuh tanaman digunakan untuk memperoleh ukuran kuantitatif dalam mengikuti dan membandingkan pertumbuhan tanaman, dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secara individu maupun pertanaman. Bobot kering tanaman menunjukkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering total hasil panen tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama pertumbuhan. Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga proses fotosintesis berjalan lancar.

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Pemberian pupuk petrobio berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot segar tanaman kecuali bobot kering tanaman pada semua umur pengamatan. Pemberian pupuk petrobio dengan dosis 0,375 g/polybag (P4) menunjukkan hasil tertinggi untuk tinggi tanaman umur 14, 21, dan 28 hst (14 cm, 16 cm, dan 15,3 cm), jumlah daun pada umur 14, 21, dan 28 hst ( 5,6 helai, 7,8 helai, dan 11 helai). Sedangkan pupuk petrobio dengan dosis 0,3125 g/polybag (P3) menunjukkan hasil tertinggi untuk bobot segar dan bobot kering tanaman pada umur 30 hst yaitu sebesar 9,4 g dan 0,62 g.

5.2. Saran Bila dilihat dari segi fisik tanaman disarankan agar melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan kombinasi antara pupuk Petrobio dengan pupuk organik lainnya. Bisa dikombinasikan menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.

24

DAFTAR PUSTAKA

Achlaq, T. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Unsur Hara Tanaman Pada Proses Pembibitan Kelapa Sawit. repository.ipb.ac.id/.../Bab%20II.%20Metode%20Penelitian%20G08tac. pdf 10 Agustus 2011. Dinas Pertanian Provinsi Kal-Teng. 2010. Monografi Tanaman dan Holtikultura Kalimantan Tengah. Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Gargner, F.P., R. Brent Pearce., Roger, L.M. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. Hakim, N., M Yusuf., Nyapka, A.M., Lubis, G.N., Rusli Saul., M, Amin Diha., Go Ban Hong dan H.H. Boiley, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Halim, A. 1985. Upaya Memproduksi Tanah Gambut Pedalaman Kalimantan Kasus Bereng Bengkel. Makalah Seminar Nasional di Universitas Palangkaraya. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta Harjadi, S.S. 1989. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta Haryanto, Suhartini dan Rahayu. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. Hindersah, R dan T. Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah. www.unri.ac.id 10 Maret 2008. Jumin, H.B. 1991. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta. Jomla, 2011. Pupuk Petrobio. www.lembahpinus.com 10 Agustus 2011. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

25

Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Yogyakarta. Salampak, 1993. Studi Asam Fenol Tanah Gambut Pedalaman dari Bereng Bengkel Pada Keadaan Tanah Anaerob Thesis. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor Sarief, ES. 1989. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung Sitompul, S. M, dan B, Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Pres. Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sumarsono, 2008. Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Tanaman Kedelai. eprints.undip.ac.id/396/1/KEDELAI_Sumarsono.doc 10 Agustus 2011. Tim Peneliti IPB. 1986. Gambut Pedalaman Untuk Pertanian Kerjasama Antara Fakultas Pertanian IPB Dengan Dinas Pertanian Tanaman PAngan Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah.

26

Lampiran 1. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 14 hst (cm) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 4 20 24 JK 46,36 180,8 KT 11,59 9,04 Fhitung 1,28** F0,05 2,87 F0,01 4,43

Ket. : ** Berbeda sangat nyata

Lampiran 2. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 21 hst (cm) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 4 20 24 JK 48,36 209,1 KT 12,09 10,455 Fhitung 1,15** F0,05 2,87 F0,01 4,43

Ket. : ** Berbeda sangat nyata

Lampiran 3. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 28 hst (cm) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 48,36 209,1 12,09 10,455 1,15** 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Ket. : ** Berbeda sangat nyata

27

Lampiran 4. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 14 hst (Helai) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Ket. : *Berbeda nyata DB 4 20 24 JK 4,64 38 KT 1,16 1,9 Fhitung 0,61* F0,05 2,87 F0,01 4,43

Lampiran 5. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 21 hst (Helai) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Ket. : *Berbeda nyata 4 20 24 12,24 116,4 3,06 5,82 0,52* 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Lampiran 6. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 28 hst (Helai) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 25,76 277,2 6,44 13,86 0,46** 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Ket. : ** Berbeda sangat nyata

28

Lampiran 7. Tabel Analisis Ragam Bobot Segar 30 hst (gram) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 384,46 581,5 96,115 29,075 3,30** 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01

Ket. : ** Berbeda sangat nyata

Lampiran 8. Tabel Analisis Ragam Bobot Kering 30 hst (gram) Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 1,9635 2,6379 0,490875 0,131895 3,72 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01

29

P0 III

P4 III

P2 I

P3 III

P0 I

P4 V

P0 II

P4 I

P3 IV

P2 II

P1 I

P2 III

P0 IV

P0 V

P3 V

P1 V

P1 II

P2 IV

P3 II

P4 IV

P2 V

P4 II

P1 III

P3 I

P1 IV

B

Keterangan : P0 P1 P2 P3 P4 = 0 (Kontrol) = 0,1875 g/polybag = 0,25 g/polybag = 0,3125 g/polybag = 0,375 g/polybag

S

U

T

Lampiran 9. Gambar Tata Letak Percobaan

30

Lampiran 10. Gambar Pertumbuhan Tanaman Selada Pada Umur 14 hst

Lampiran 11. Gambar Pertumbuhan Tanaman Selada Pada Umur 21 hst

31

Lampiran 12. Gambar Pertumbuhan Tanaman Selada Pada Umur 28 hst

Lampiran 13. Gambar Alat yang digunakan untuk Menimbang Bobot Segar Tanaman Selada Timbangan Tiga Lengan (Triple Beam Ohaus)

32

Lampiran 14. Gambar Alat yang digunakan untuk Menimbang Bobot Kering Tanaman Selada (Adventurer Ohaus)

33

Lampiran 15. Gambar Alat yang digunakan untuk Menghilangkan Kadar Air pada Tanaman Selada (Memmert)